A. PUASA RAMADHAN
1
Disampaikan di Masjid Fathu Jannatil Firdaus Pondok Pesantren Al-Faruqi
Pekanbaru Riau pada tanggal 1 Ramadhan 1444 H.
2
KH. Imran Effendy Hasibuan, MA adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia
Kota Pekanbaru Riau (masa khidmat 2022 – 2027); Pimpinan Pondok
Pesantren Al-Faruqi Pekanbaru Riau sejak Maret 2023 & Pengasuh Pondok
Pesantren Tahfidz Al-Junaid Pekanbaru Riau sejak 2019 sampai sekarang.
2
wajib ada dua yaitu: (1) tabyit yaitu berniat pada setiap malam.
Kalau seseorang berniat pada malam pertama Ramadhan akan
berpuasa pada seluruh hari Ramadhan, maka itu sah hanya untuk
hari pertama tidak sah untuk hari yang lain. Sebagian ulama
mazhab Syafi`i seperti Ibnu Hajar mengatakan, “Disunnahkan
pada malam pertama bulan Ramadhan berniat akan mempuasakan
seluruh hari bulan Ramadhan agar dapat dijadikan sebagai niat
cadangan seandainya terjadi lupa berniat pada suatu malam”.
Misalnya seandainya seseorang terlupa berniat pada malam ke 20
hingga masuk waktu subuh pada hari ke-20 tersebut. Jika hal
seperti ini terjadi, maka ia dapat taqlid kepada Imam Malik Ibni
Anas ra. Pendiri mazhab Maliki, karena menurut pendapat Imam
Malik, boleh dan sah berniat pada malam pertama akan
memuasakan seluruh hari bulan Ramadhan tahun itu tanpa berniat
lagi pada malam-malam berikutnya sampai hari terakhir
Ramadhan. Namun Ibnu Hajar menegaskan bahwa orang
bersangkutan pada contoh ini harus taqlid mengikuti pendapat
Imam Malik dalam pelaksanaan puasa, artinya tidak melakukan
hal-hal yang membatalkan puasa menurut Imam Malik bahkan
juga meninggalkan yang dimakruhkan menurut Imam Malik.3 (2)
ta`yin (menentukan nama puasa wajib seperti puasa fardhu
3
Baca Hasyiyah I`aanah at-Thalibin, J.2, hlm. 221 – 222.
5
4
Baca Hasyiyah I`aanah at-Thalibin, J.2, hlm. 225 – 234.
8
5
Baca I`aanah at-Tholibin, J.2, halaman 247.
10
B. PUASA QADHA
Allah SWT berfirman yang artinya: “,Maka barangsiapa di antara
kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu
pada hari-hari yang lain.” (Q.S. Al-Baqarah,2:184). Selain ayat ini
masih ada nash lain yang menjadi dasar wajibnya menqadha puasa
Ramadhan, seperti hadits yang berasal daripada Aisyah r.a., ia
berkata: “,Kami menstruasi (haidh) pada masa Rasulullah SAW,
maka kami disuruh menqadha puasa dan tidak disuruh menqadha
shalat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Qadha puasa Ramadhan adalah mengganti puasa
Ramadhan dengan berpuasa pada bulan lain sebanyak hari-hari
puasa Ramadhan yang ditinggalkan. Menqadha puasa Ramadhan
6
Terjemahan HR al-Bukhari, Shahih al-Bukary, nomor 1903.
14
7
Baca Abdurrahman al-Juzairi, Kitaab al-Fiqh `alaa al-Madzaahib al-Arba`ah,
Beirut, Darul Fikri, j.1, hlm.546.
8
Syarat perjalanan yang membolehkan qashar shalat ialah (1) perjalanan (safar)
yang mubah; (2) cukup dua marhalah yaitu 81 km atau lebih; (3) masih berstatus
musafir dan belum muqim. Dinamakan muqim apabila sudah menetap di
16
tempat tujuan lebih dari tiga hari tanpa menghitung hari sampai dan hari
meninggalkan tempat.
9
Baca Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, j.1, hlm.374.
17
10
Hadits ini dikutip oleh Sayid Sabiq dalam Fiqh al-Sunnah, j.1, hlm.375.
18
11
Baca Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad ibnu Rusyd, Bidaayat al-
Mujtahid wa Nihaayat al-Muqtashid, j.1, hlm.216.
20
12
Baca Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad Ibnu Rusyd, Bidaayat al-
Mujtahid wa Nihaayat al-Muqtashid, j.1, hlm.216.
13
Kafarah yang disebutkan dalam hadits riwayat jamaah adalah memerdekakan
seorang hamba sahaya, kalau tidak mampu maka berpuasa dua bulan berturut-
turut, kalau tidak mampu maka memberi makan enam puluh orang miskin.
23
Artinya:
Jika orang yang berbuka pada sebagian hari bulan Ramadhan
sakit atau musafir, maka tidak sehat dan tidak kuat hingga tiba
bulan Ramadhan yang lain, maka ia menqadha puasa yang tinggal
[sesudah berlalu bulan Ramadhan yang kedua] dan tidak ada
14
Baca Muhammad bin Idris asy-Syafi`i, al-‘Umm, j.2, hlm.113-114.
15
Baca Abdurrahman al-Juzairi, Kitaab al-Fiqh `alaa al-Madzaahib al-Arba`ah,
j.1, hlm.546.
16
Baca Muhammad bin Idris asy-Syafi`i, al-‘Umm, j.2, hlm.113.
25
C. FIDYAH
Allah SWT berfirman yang artinya: “,... Dan wajib bagi orang-
orang yang berat menjalankan puasa (jika mereka tidak berpuasa)
membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin...”.
(QS. al-Baqarah, 2:184). Ayat ini menjelaskan wajibnya
membayar fidyah puasa atas orang-orang tertentu.
Fidyah adalah tebusan yang harus dibayarkan oleh orang-
orang tertentu yang tidak mampu untuk melaksanakan puasa
Ramadhan. Tebusan dimaksud memberi makan seorang miskin
17
Baca Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, j.1, hlm.397.
26
satu mud beras untuk setiap hari. Satu mud beras sama dengan satu
cakupan dua telapak tangan atau sama dengan 0,6 kg.18 Standar
kualitas berasnya adalah beras yang biasa dimakan oleh yang
membayar fidyah. Kalau biasanya menkonsumsi beras yang
harganya 25.000.- per kilogram, maka fidyahnya adalah 6 ons (0,6
kg) untuk setiap hari.
Jumhur ulama dalam menentukan kadar fidyah
berdasarkan hadits riwayat Abu Hurairah r.a. ia berkata: Ketika
kami duduk di samping Nabi SAW, datang seorang lelaki dan
berkata: “,Celaka aku wahai Rasulullah”. Rasulullah SAW
bertanya: “,Apakah yang membuatmu celaka? Jawabnya: “Aku
telah menggauli isteriku padahal aku berpuasa (Ramadhan)”.
Sabda Nabi SAW: “,Apakah engkau mendapat seorang hamba
sahaya untuk engkau merdekakan? Jawabnya: “Tidak.” Sabda
Nabi SAW: “,Apakah engkau mampu berpuasa dua bulan
berturut-turut? Jawabnya: “,Tidak”. Sabda Nabi SAW: “,Apakah
engkau dapat memberi makan enam puluh orang miskin?
Jawabnya: “,Tidak.” Kata Abu Hurairah: “Maka ia diam di
samping Nabi SAW. Ketika kami dalam keadaan sedemikian
diberikan kepada Nabi SAW satu keranjang berisi kurma.” Sabda
Nabi SAW: Dimana orang yang bertanya (tadi)? Jawabnya:
18
Demikian menurut Imam Syafi`i dan Imam Malik. Namun Imam Ahmad
bin Hanbal membedakan antara gandum dengan bahan makanan lainnya, yaitu
kalau gandum wajib dibayarkan 1 mud gandum saja sedangkan kalau selain
gandum seperti beras, maka jumlahnya ½ sha` yaitu 2 mud beras.
27
19
Ketika `Atha’ Al-Khurasani (salah satu perawi dalam sanad) menanyakan
Sa`id bin al-Musayyib: “,Berapa banyak kurma yang di dalam keranjang itu? Ia
jawab: “,Sekitar lima belas sampai dua puluh sha`. Baca Imam Muhammad bin
Idris asy-Syafii, al-‘Umm, J.2, hlm.107-108.
20
Dalam hadits riwayat Abu Hafshah disebutkan: فيهِخِسِةِعشرِصاعا (di
dalam keranjang itu ada lima belas sha` kurma). Baca al-Hafidz Ahmad bin Ali
bin Hajar al-`Asqallani, Fath al-Baariy bi Syarh Shahiih al-Bukhaariy, j.4,
hlm.676.
28
Baca Imam Abu Zakariya Muhyiddin bin Syarf an-Nawawi, Syarh Shahiih
21
23
Ulama sepakat bahwa orang yang `udzur karena usia lanjut yang berat untuk
berpuasa hanya diwajibkan membayar fidyah saja, tidak diwajibkan menqadha.
Perbedaan hanya tentang kadar fidyah yang harus dibayar. Menurut jumhur
ulama kadarnya 1 mud (0,6 kg), baik gandum maupun bahan makanan pokok
lainnya. Sedangkan menurut Imam Ahmad, kalau gandum hanya 1 mud akan
tetapi kalau selain gandum, seperti beras, kadarnya harus 2 mud (1,20 kg) beras.
30
24
Baca Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, j.1, hlm.371-372.
31
ِِسهِمِاِإِّنِاِأِفِطِِرت
ِ ِإِّنِا ِتِكِفِِرانِ ِبِلِثِرِ ِ ِوبِ ِّنمِِا ِلِ ِتِفِطِِراِلِنِف
25.ِا لِغِ ِيه
Perempuan hamil dan perempuan yang menyusukan
dikenakan kafarah (fidyah) berdasarkan atsar dan sebab
mereka berbuka bukan karena khawatir bahaya bagi diri
mereka akan tetapi hanya karena demi kebaikan orang
lain.
25
Baca Imam asy-Syafii, al-‘Umm, J.2, hlm.113.
33
26
Imam Abu Dawud meriwayatkan daripada `Ikrimah bahwasanya Ibnu Abbas
r.a. mengatakan tentang maksud firman Allah SWT: ِِِ ِوعلىِ الِذينِِيطي قونه
bahwa lelaki usia lanjut dan peremuan usia lanjut yang berat untuk berpuasa
diberi rukhshah untuk berbuka dan diwajibkan membayar fidyah (memberi
makan seorang miskin setiap hari). Perempuan hamil dan perempuan yang
menyusukan apabila khawatir mudarat atas anaknya juga diberi rukhshah untuk
berbuka dan wajib membayar fidyah (memberi makan seorang miskin setiap
hari). HR. Al-Bazzar. Dan Ibnu Abbas r.a. berkata kepada Ummu walad yang
hamil: “,Engkau termasuk yang tidak mampu berpuasa, maka kewajibanmu
hanya membayar fidyah, tidak wajib bagimu menqadha.” Isnad riwayat ini
dishahihkan oleh ad-Daruqutuni. Dan Nafi` meriwayatkan bahwa Ibnu Umar
ditanya tentang perempuan yang hamil apabila khawatir mudarat atas anaknya,
ia menjawab: “,Ia berbuka dan memberi makan setiap hari satu mud gandum
untuk seorang miskin”. HR. Malik dan al-Baihaqi. Baca Sayid Sabiq, Fiqh al-
Sunnah, j.1, hlm.371-372.
34
27
Baca asy-Syafi`i, al-‘Umm [2] hlm.113.
35
28
Baca Ibnu Rusyd, Bidaayat al-Mujtahid wa Nihaayat al-Muqtashid, j.1,
hlm.219-220; dan Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, j.1, hlm.371-372.
36
Tabel 1:
Golongan Yang Wajib Membayar Fidyah Puasa
29
HR. Malik dan al-Baihaqi. Baca Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, j.1, hlm.371-
372.
37
setiap hari.
Menurut Imam
Hanbali, golongan
ini wajib
membayar fidyah 1
mud beras untuk
seorang miskin
setiap hari. Kalau
sudah dibayar
fidyah maka tidak
wajib menqadha
walaupun sudah
kuat untuk
berpuasa. Kalau
belum dibayar
fidyah, kemudian ia
sanggup berpuasa
maka wajib baginya
menqadha.
2 Orang yang Menurut Imam Menurut Imam
sudah `udzur Syafi`i, golongan Malik bin Anas
karena usia ini dibolehkan dibolehkan bagi
sehingga tidak berbuka dan tidak golongan ini
kuat berpuasa. wajib menqadha berbuka dan tidak
akan tetapi wajib wajib menqadha
membayar fidyah dan juga tidak
1 mud beras untuk wajib membayar
38
perempuan
golongan ini boleh
berbuka dan wajib
menqadha, dan
tidak wajib
membayar fidyah
bagi perempuan
hamil akan tetapi
wajib fidyah bagi
perempuan yang
menyusukan.
menqadha saja
tidak wajib
membayar fidyah.
5 Perempuan Menurut Imam Menurut Imam
hamil dan Syafii, perempuan Abu Hanifah,
perempuan golongan ini wajib perempuan
yang berbuka, dan golongan ini
menyusukan wajib menqadha dibolehkan
yang khawatir dan juga wajib berbuka dan wajib
mudarat atas membayar fidyah. menqadha ketika
anaknya saja Pendapat Imam kuat untuk
tidak khawatir Ahmad bin berpuasa, dan tidak
atas dirinya. Hanbal sama ada kewajiban
dengan pendapat membayar fidyah.
Imam Syafi`i. Menurut Imam
Malik bin Anas,
perempuan
golongan ini boleh
berbuka dan wajib
menqadha, dan
tidak wajib
membayar fidyah
bagi perempuan
hamil akan tetapi
wajib fidyah bagi
perempuan yang
menyusukan.
42
D. KAFARAH
Ditinjau dari aspek bahasa kafarah berasal dari kata kaffaarah
yang berarti denda atas pelanggaran larangan, seperti: kaffaaratus shiyaam
(denda atas pelanggaran dalam berpuasa), kaffaaratul yamiin (denda atas
pelanggaran sumpah), kaffaaratul hajji (denda atas pelanggaran larangan
dalam manasik haji), kaffaaratuz zhihar (denda atas pelanggaran larangan
mempersamakan wajah ibu dengan wajah isteri), dan kaffaaratul qotli
khath’an (kafarah membunuh karena tersalah).
Kafarah puasa adalah denda yang diwajibkan atas orang mukalaf
karena melakukan kesalahan berkaitan dengan puasa Ramadhan seperti
berbuka dengan jimak pada siang Ramadhan. Kafarat puasa terbagi
kepada kafarah `uzma (kafarat besar) dan kafarah shugra (kafarah kecil).
Kafarah `uzma (kafarah besar)
Kafarah `uzma ialah kafarah yang wajib atas orang yang
berbuka dengan bersetubuh pada siang Ramadhan. Dasar hukum
wajibnya kafarah `uzma hadis riwayat Abu Hurairah r.a., ia
berkata:
ِب
ِّ ِس ِعِنِدِ ِالن
ِ ِبِيِِنمِاِنِنِ ِجِِل ِو:ِهللا ِعِنِهِ ِقِال
ِ ِ ِعِنِ ِأِبِِهِِريِِرةِ ِِرضِي
ِىِهللا
ِ ِفِقِالِِِر ِسِولِِهللاِِصِِل.ِِوأِنِِصِائِم
ِ ِِوقِعِتِِعِِلىِاِمِِرأِت:
ِ ِك؟ِقِال
ِ ِمِاِل
43
ْيِ
تِصِ ِومِِِشِهِِريِنِِِمِتِتِابِعِْيِ؟ِ قِالِ ِ:لِ ِ.فِقِالِ ِ:فِهِلِِِ ِتدِِِاِطِعِامِِِسِِتّ ِ
قِ
سائِلِ؟ِفِقِالِِ:أِنِِ.قِالِِ:خِذِهِاِفِتِصِدِ ِ
ِوالِعِِرقِِ:الِمِكتلِِ-قِالِِ:أِيِنِِال ِ
30
“ Dalam riwayat Sufyan bin `Uyainah dan Ma`mar, sesudah kalimat ِهللا
”و ِ
adalah kalimat: ِالذيِبِعثكِبْل ّقِ (Yang mengutusmu dengan benar). tidak
terdapat dalam riwayat ini akan tetapi terdapat dalam riwayat Ibnu `Uyainah
dan Ma`mar. Baca Ibnu Hajar al-`Asqallani, Fath al-Baariy bi Syarh Shahiih al-
Bukhaariy, j.4, hlm.678.
44
ِ31.ك
ِ ِأِطِعِ ِمهِِأِهِِل:ِتِِأنِيِابِِهِثِِقِال
ِ ِهللاِِعِِليِهِِ ِوسِِلمِِحِّتِِبِد
Artinya:
31
HR. Jamaah dan matannya menurut al-Bukhari (nomor 1936). Baca Shahiih
al-Bukhariy dalam kitab Fath al-Baariy bi Syarh Shahiih al-Bukhaariy karya
tulis al-Hafiz Ahmad bin Ali bin Hajar al-`Asqallani, j.4, hlm.668-669.
45
32
Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah daripada jalur Aisyah r.a. bahwa keluarga
lelaki ini selalu tidak makan malam karena memang tidak ada yang untuk
dimakan. Baca Ibnu Hajar al-`Asqallani, Fath al-Baariy, j.4, hlm.668.
46
ِبِِنِِرِه
ِ أِتِىِأِعِِرابِِِالنِبِِِصِِلىِ هللاِِِعِِليِهِِِ ِوسِِلمِِِيِنِتِفِِِشِعِِرهِِِ ِويِضِِر
ِ:الِ ِ ِمِاِذِاكِ؟ِق:ِىِهللا ِعِِليِهِ ِ ِوسِِلم
ِ ِفِقِالِ ِالنِبِ ِصِِل.ِك ِالِبِعِد ِ ِِويِقِ ِولِ ِهِل
ِ33.ِ)ِِ(تمِاْلديث.ِِصائِم ِ ِأِصِبِتِِأِهِِلىِفِ ِِرمِضِانِِِوأِن
Kalimat: ِائم ِ ِ( أِصِبِتِِ ِأِهِِلىِ ِفِِ ِرمِضِانِِ ِِوأِ ِنِ صaku
menyetubuhi isteriku dalam bulan Ramadhan sewaktu aku sedang
berpuasa) yang dikatakan oleh orang Arab tersebut
menginformasikan bahwa ia bersetubuh sewaktu masih sedang
berpuasa Ramadhan.
Menurut jumhur ulama, lelaki dan perempuan sama-sama
wajib membayar kafarah, tidak ada beda antara keduanya apabila
mereka sengaja bersetubuh, atas keinginan sendiri, pada siang
Ramadhan dan telah berniat puasa.34
Menurut Imam Syafi`i dan Ahmad bin Hanbal, membayar
kafarah hanya diwajibkan bagi lelaki saja. Tidak ada kewajiban
membayar kafarah atas perempuan, baik bersetubuh karena
dipaksa maupun atas kehendaknya sendiri. Sebab kafarah
merupakan kewajiban yang menyangkut dengan harta, dan ini
hanya wajib atas lelaki sebagaimana wajib membayar mahar hanya
bagi lelaki saja.35 Dalam Sunnah, sebagaimana dapat dipahami dari
33
HR. asy-Syafi`i, al-‘Umm, J.2, halaman 107-108.
34
Baca Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, j.1, hlm.395.
35
Baca Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, j.1, hlm.395.
47
36
Baca Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, j.1, hlm.395.
48
37
Baca Muhammad bin Shalih al-`Utsaimin, Syarh Muwaththa’ al-Imaam
Maalik, Cairo, Darul Ghad al-Jadid, 1430H/2009M., J.2 halaman 229.
49
38
Jumhur ulama beralasan dengan hadis riwayat jamaah di atas, dimana
Rasulullah SAW pertama kali bertanya apakah lelaki tersebut dapat
memerdekakan seorang hamba sahaya; kemudian sesudah dijawab tidak mampu
maka Nabi SAW menawarkan untuk berpuasa dua bulan berturut-turut;
kemudian sesudah dijawab tidak mampu maka Nabi SAW menawarkan urutan
kafarah ketiga yaitu memberi makan enam puluh orang miskin.
39
Baca Abdurrahman al-Juzairi, Kitaab al-Fiqh `alaa al-Madzaahib al-Arba`ah,
j.1, halaman 547.
50
40
Abdurrahman al-Juzairi, Kitaab al-Fiqh `alaa al-Madzaahib al-Arba`ah, j.1,
halaman 549-550.
51
41
Abdurrahman al-Juzairi, Kitaab al-Fiqh `alaa al-Madzaahib al-Arba`ah, j.1,
hlm.530.
53
fajar ketika itu, maka wajib baginya menqadha namun tidak wajib
kafarat.42
Tabel: 2
Syarat Wajib Kafarah `Uzma (Kafarah Besar)
42
Abdurrahman al-Juzairi, Kitaab al-Fiqh `alaa al-Madzaahib al-Arba`ah, j.1,
hlm.530.
54
Kafarah shugra
Kafarah shugra (kafarah kecil) adalah denda ringan yang
diwajibkan atas orang yang lalai menqadha puasa Ramadhan hingga tiba
bulan Ramadhan berikutnya.
Menurut Imam Syafi`i dan ulama mazhab Syafi`i, apabila seseorang
tidak menqadha puasa Ramadhan hingga tiba Ramadhan berikutnya,
maka ia wajib membayar kafarah shugra yaitu 1 mud (6 ons) beras
(makanan pokok biasa di negerinya) untuk setiap satu hari yang belum ia
58
43
Imam Abu Abdillah Muhammad bin Idris asy-Syafii, al-‘Umm, Darul Fikri,
Beirut, 1410H/1990M., J.2, halaman 113.
60
44
Baca Abu Bakar Ibnu Muhammad Syatha’, I`aanat al-Thaalibiin `alaa Hilli
Alfaazh Fath al-Mu`iin, J.2, halaman 242).
61
musafir dan sakit yang cukup untuk waktu menqadha. Dan menurut
pendapat yang muktamad, kewajiban satu mud itu berulangkali dibayar
apabila berulang-uang tahunnya. Dasar hukumnya karena enam orang
sahabat yaitu Abdullah bin Abbas, Abu Hurairah, Ali, Abdullah bin
Umar, Jabir, dan al-Husain bin Ali r.a. menfatwakan demikian dan tidak
ada (sahabat lain) yang membantah (berbeda pendapat) dengan mereka
sehingga fatwa ini termasuk ijmak sukuti (sahabat). Artinya selain wajib
menqadha juga wajib membayar satu mud (untuk setiap satu hari)
apabila ditunda menqadhanya sampai masuk Ramadhan yang lain
(berikutnya).”
Demikian kafarah kecil yang harus dibayar oleh orang yang
menunda menqadha puasa Ramadhan hingga masuk Ramadhan
berikutnya. Yaitu membayar satu mud beras, dan kalau belum ia qadha
juga hingga masuk Ramadhan yang ketiga, maka wajib lagi membayar
satu mud beras dan akan berulang kewajiban membayar satu mud ini
untuk setiap satu hari setiap tahun selama belum ia qadha. Namun hari
qadhaannya tetap sebanyak yang ia tinggalkan, tidak ada tambahan
harinya walaupun sudah tiba Ramadhan yang lain.
Kalau ditundanya menqadha karena uzur, seperti karena musafir
atau sakit, maka tidak ada kewajiban membayar satu mud walaupun
musafirnya bertahun-tahun. Namun ini berlaku khusus bagi orang yang
tidak puasa Ramadhan karena uzur syar`iy, tidak berlaku bagi orang
yang berbuka pada siang Ramadhan karena malas.
Adapun orang yang berbuka pada siang Ramadhan tanpa
adanya uzur dan alasan yang dibenarkan syariat, maka ia harus segera
menqadha puasanya meskipun ia terus-menerus musafir sepanjang
62
45
HR. al-Bukhari, Shahiih al-Bukhaariy, hadis nomor 1952.
63
46
HR. al-Bukhari, Shahiih al-Bukhaariy, hadis nomor 1953.
47
HR al-Baihaqi dan dikutip dari al-`Asqallani, Fath al-Baariy bi Syarh Shahiih
al-Bukhaariy, J.4, halaman 707.
48
HR al-Baihaqi dan dikutip dari al-`Asqallani, Fath al-Baariy bi Syarh Shahiih
al-Bukhaariy, J.4, halaman 707.ِِ
64
49
Baca Imam Muhammad bin Idris asy-Syafii, al-‘Umm, J.2, halaman 114.
65
ِسأِلِةِِثِبِِتةِِ ِل
ِ ِِهِذِِهِالِم:"ات ِ ِِوقِالِِالِبِيِهِقِيِِفِِ"الِلِفِي, ِ ِيِالشافِعِيِة
ِ ِمِ ِّدث
ِاق
ِ ِِثِ ِس,أِعِِلمِ ِخِلِفِاِبِْيِ ِأِهِلِ ِاْلِدِيِثِ ِفِِصِحِتِهِاِفِِوجِبِ ِالِعِمِلِ ِبِا
ِىِهللا ِعِِليِِه
ِ ب ِصِِل ِّ ِكِلِ ِمِاِقِِلتِ ِ ِوصِحِ ِعِنِ ِ ِالن:ِِالشافِعِ ِّي ِقِالِ ِسنِدِهِ ِإِل
ِ ِب
ِِِوقِالِ ِالشِافِعِيِ ِفِِالِدِيِد. ِ ِِوسِِلمِ ِخِلِفِهِ ِفِخِذِواِبِْلِدِِيثِ ِِولِِتِقِِلّدِون
ِقِ الليِثِ ِِوأِحِدِِ ِوإِسِحِا ِ ِالِ ِ ِ ِوق.ِوِحنِيِفِةِ ِ ِلِيِصِامِ ِعِنِ ِالِمِِيّت
ِ ِكِِوأِب
ِ ِِومِال
ِ ِِلِِيِصِامِِعِنِهِِِإل:ِوأِبِوِعِبِيِ ٍِد
ِ ِِِِ50.ِِِالنذِر
Artinya:
“,Dan ulama salaf (terdahulu) berbeda pendapat mengenai
masalah ini. Ahli hadits membolehkan memuasakan qadhaan
orang yang sudah wafat, dan Imam Syafi`i dalam qaul qadim-nya
menyebutkan pendapat yang sama dengan ini karena shahihnya
hadits yang menjadi dalilnya sebagaimana dikutip oleh al-Baihaqi
di dalam kitabnya, al-Ma`rifah, dan ini juga pendapat Abu Tsaur
dan jamaah dan para ahli hadits dari kalangan ulama-ulama
mazhab Syafi`i. Dan al-Baihaqi mengatakan dalam kitab al-
Khilaafiyaat: ‘Masalah ini adalah tetap, tidak aku ketahui adanya
perbedaan pendapat di antara ahli hadits mengenai keshahihannya,
karena itu maka wajib mengamalkannya.’ Kemudian al-Baihaqi
mengemukakan sanadnya sampai kepada Syafi`i, bahwa Imam
50
Baca Ibnu Hajar al-`Asqallani, Fath al-Baariy bi Syarh Shahiih al-Bukhaariy,
J.4, 706.
66
Syafi`i berkata: ‘Setiap yang aku katakan dan terbukti ada hadits
shahih yang berbeda dengannya, maka hendaklah kamu ambil
hadits dan janganlah kamu mengikuti pendapatku.’ Dan Imam
Syafi`i berkata dalam qaul jadid-nya demikian juga Malik dan Abu
Hanifah: ‘Tidak dipuasakan untuk orang yang meninggal dunia.’
Dan al-Laits, Ahmad, Ishaq dan Abu `Ubaid berkata: ‘Tidak
dipuasakan untuk orang yang sudah wafat kecuali puasa nadzar.”
Abu Bakar Ibnu Muhammad Syatha’ menulis di dalam
I`aanat al-Thaalibiin mengenai dua pendapat Imam Syafi`i sebagai
berikut: “,Imam Syafi`i dalam qaul jadid-nya berpendapat bahwa
kewajiban (wali dan kerabat orang yang telah wafat) hanya
membayar fidyah atau kafarah puasa yang belum diqadha orang
yang sudah wafat. Ia beralasan pada hadits Rasulullah SAW:
“,Barangsiapa wafat sementara ada kewajiban puasanya (qadha)
satu bulan, maka hendaklah diberi makan darinya untuk setiap
satu hari seorang miskin.”51 Dan Imam al-Mawardi mengutip
ijmak sahabat tentang membayar fidyah atau kafarah ini, tanpa
dipuasakan oleh kerabatnya. Sedangkan menurut qaul qadim-nya,
Imam Syafi`i berpendapat bahwa kerabat orang yang sudah wafat
boleh memuasakan qadhaannya, tidak perlu membayar fidyahnya.
Demikian juga puasa nadzar dan puasa kafarat, yakni kalau yang
51
HR. At-Tirmidzi, dan ia menshahihkannya dan memawqufkannya kepada
Abdullah Ibnu Umar r.a.
67
bernadzar atau yang wajib kafarat sudah wafat, maka terdapat dua
pendapat (qaul qadim dan qaul jadid) dalam mazhab Syafi`i.52
Apabila seseorang wafat sebelum menqadha puasa
Ramadhan, maka wali dan kerabatnya membayar fidyah dan
kafaratnya. Hal ini dikemukakan oleh Syekh Zainuddin al-
Malaibari al-Fannani di dalam Fath al-Mu`iin sebagai berikut:
ِجِ ات ِأِخِِر ِ ِِومِّتِِأِخِرِ ِقِضِاءِ ِِرمِضِانِ ِمِعِ ِتِكِنِهِ ِحِّتِِدِخِلِ ِآخِرِ ِِفم
ِ مِنِ ِتِركِتِهِ ِلِكِ ِّل ِيِ ِوٍِم ِمِدِانِ ِمِدِ ِلِِلفِِو
ِِاتِ ِومِدِ ِلِلتِأِخِيِ ِاِنِ ِلِ ِيِصِمِ ِقِِريِبِهِ ِأِو
ِِوالِدِيِدِ ِعِدِمِ ِجِِوازِ ِالصِ ِومِ ِعِنِِه. ِ ِاحدِ ِلِلتِأِخِي ِ ِوجِبِ ِمِدِ ِِو ِ ِمِأِذِ ِونِهِ ِ ِوإِل
ِ 53.مِطِلِقِاِبِلِِيِِرجِِمِنِِتِركِتِهِِِلكِ ِّلِيِ ِوٍِمِمِدِِطِعِ ٍِام
Artinya:
“,Dan kapan seseorang menunda menqadha puasa Ramadhan
padahal ia dapat dan mampu untuk menqadhanya hingga masuk
bulan Ramadhan yang lain (tahun berikutnya), kemudian ia
meninggal dunia maka dikeluarkan dari harta peninggalannya dua
mud untuk setiap satu hari (yang belum ia qadha), yaitu satu mud
untuk fidyah satu hari Ramadhan yang tidak dipuasakan dan satu
mud lagi kafarah karena menunda qadhaannya (hingga masuk
52
Baca Abu Bakar Ibnu Muhammad Syatha’, I`aanat al-Thaalibiin, J.2,
halaman 243.
53
Baca Zainuddin al-Malaibari al-Fannani, Fath al-Mu`iin dalam Abu Bakar
Ibnu Muhammad Syatha’, I`aanat al-Thaalibiin `alaa Hilli Alfaazh Fath al-
Mu`iin, J.2, halaman 242-243).
68
54
Baca Ibnu Hajar al-`Asqallani, Fath al-Baariy bi Syarh Shahiih al-Bukhaariy,
J.4, 707.
69
ِالِعِ ِتاضِ ِعِِلىِالِمِصِِنّفِ ِبِنِهِِكِانِ ِيِنِبِغِيِلِِه ِاخِتِيِ ِارِه ِمِنِ ِجِهِةِ ِالدِلِيِ ِل
ِشهِِورِِفِِالِمِذِهِبِِتِصِحِيِ ِح ِ ِِالِم:ِِالرِوضِة
ِ ِِوف. ِ ِفِإِنِِالِمِذِهِبِِهِوِِالِدِيِد
ِِ ِ ِوذِهِبِ ِجِاعِةِ ِمِنِ ِمِ ِّققِي ِأِصِحِابِنِاِإِلِِتِصِحِيِحِ ِالِقِدِيِ ِِوهِو.ِالِدِيِد
ِلحِادِيِثِِِالصِحِيِحِ ِةِِ ِولِيِسِِِلِِلجِدِيِ ِد ِ ِابِِبِلِِِيِنِبِغِيِ الِِزمِِِبِِهِِل
ِ الصِِو
ِ 55.ِفِ ِِوالِبِِالِِوِاردِِبِلِطِعِامِِضِعِي. ِ ِالسنِةِ ِِحِجِةِِمِن
Artinya:
“,Dan di dalam kitab al-Tuhfah terdapat apa yang telah
dikemukakan oleh penulisnya, dimana menurut penulis al-
Tuhfah bahwa ia (Imam Syafi`i) juga telah menyebutkan pendapat
qaul qadim-nya di dalam qaul jadid-nya. Sebab Imam Syafi`i
berkata: “,Jika terdapat satu hadis maka pendapatku sesuai dengan
hadis itu”,
dan telah ditetapkan adanya hadits tanpa
membantahnya. Oleh karena itu, maka al-Malaibari pengarang
(Fath al-Mu`iin yang merupakan matan I`aanat al-Thaalibiin ini)
memerotesnya dengan panjang lebar, dimana semestinya
pendapat yang mengatakan memuasakan itulah yang dipilih kalau
ditinjau dari kekuatan dalilnya, namun sesungguhnya pendapat
mazhab Syafi`i adalah qaul jadid. Dan di dalam kitab al-
Rawdhah, disebutkan bahwa yang masyhur dalam mazhab Syafi`i
adalah mentashih (mensahihkan) qaul jadid. Dan satu jamaah
55
Baca Abu Bakar Ibnu Muhammad Syatha’, I`aanat al-Thaalibiin, J.2,
halaman 244.
70
BAB II
ZAKAT FITRAH
A. Pengertian dan Hikmah Zakat Fitrah
Zakat fitrah ialah zakat yang wajib karena berbuka (fitri) daripada
bulan Ramadhan. Zakat fitrah juga dinamakan shadaqah badan
atau zakat badan karena berfungsi mensucikan badan dan
menumbuhkan amal-amal badan. Zakat fitrah dapat menutupi
berbagai kekurangan ibadah puasa Ramadhan. Dampak buruk
dari perbuatan sia-sia dan kata-kata lucah yang diucapkan oleh
orang yang sedang berpuasa dapat dinetralisir dan dihapus oleh
zakat fitrah sehingga puasanya sempurna dan ia berpeluang
kembali kepada kesucian (fitrah).
Selain itu, zakat fitrah juga memiliki fungsi sosial
meringankan beban fakir miskin. Sebab, dalam beberapa hari
mereka tidak bisa bekerja mencari nafkah karena setiap orang
berhari libur merayakan hari raya idul fitri. Namun dengan
menerima 2,5 kg beras yang merupakan zakat fitrah dari satu
71
HR. Jamaah, baca al-Bukhari, Shahiih al-Bukhaariy, hadis nomor 1503; dan
56
anggur kering dan itu adalah satu sha’ Nabi SAW.”57 Dan
daripada Umar bin al-Khattab r.a., ia berkata: “,Rasulullah SAW
mewajibkan zakat fitrah atas hamba, merdeka, lelaki, perempuan,
anak-anak dan orang dewasa dari kaum muslimin, yaitu satu sha’
korma atau satu sha’ gandum”.58
Hadits tersebut menjadi dasar hukum wajibnya
mengeluarkan zakat fitrah bagi orang merdeka muslim yang
memiliki kelebihan dari kebutuhan dirinya dan keluarganya
selama satu hari satu malam (tanggal 1 Syawal dan malam tanggal 2
Syawal). Wajib baginya mengeluarkan zakat fitrah dirinya dan
orang-orang yang wajib ia nafkahi seperti isteri walaupun dalam
masa iddah raj`iyah (`iddah ruju`) dan talaq bayin (talaq tiga) yang
sedang hamil dengan syarat tidak nusyuz (durhaka), anak-anak dan
orang-orang yang dalam tanggungannya.
Zakat fitrah hamba sahaya wajib dikeluarkan oleh tuannya,
bukan oleh dirinya karena ia tidak mempunyai hak kepemilikan
harta.
57
HR. Jamaah, baca al-Bukhari, Shahiih al-Bukhaariy, hadis nomor 1508; dan
Muslim, Shahiih Muslim, hadis nomor 985.
58
HR. al-Bukhari dan Muslim.
73
59
Baca, Abu Bakar Ibnu Muhammad Syatha’, I`aanat al-Thaalibiin `alaa Hilli
Alfaazh Fath al-Mu`iin, J.2, halaman 168.
74
HR. Jamaah, baca al-Bukhari, Shahiih al-Bukhaariy, hadis nomor 1503; dan
60
satu sha’ keju atau satu sha’ anggur kering dan itu adalah satu sha’
Nabi SAW.”61
Kadar (jumlah) zakat fitrah setiap satu orang adalah satu
sha’, yaitu sama dengan empat mud Nabi SAW yang beratnya
sekitar dua kilo empat ons (2,4 kg). Untuk ihtiyath (lebih hati-hati
dalam melaksanakan Syari`ah), maka jumlah ini di wilayah
Indonesia digenapkan menjadi 2,5 kg beras atau makanan pokok
yang biasa dikonsumsi di negeri muzakki (yang membayar zakat
fitrah).
Menurut jumhur (mayoritas) ulama, zakat fitrah yang
dikeluarkan harus dari jenis makanan pokok di negeri yang
membayar zakat seperti gandum, korma, keju, anggur kering,
beras, jagung, sagu, dan jenis makanan pokok lainnya. Tidak sah
zakat fitrah kalau dibayarkan dengan nilainya seperti dengan
sejumlah uang rupiah seharga 2,5 kg beras. Demikian pendapat
Imam Syafi`i, Imam Ahmad bin Hanbal, dan Imam Malik bin
Anas.
Sedangkan Imam Abu Hanifah membolehkan membayar
zakat fitrah dengan uang sebagaimana disebutkan dalam kitab al-
Mabsuth:
HR. Jamaah, baca al-Bukhari, Shahiih al-Bukhaariy, hadis nomor 1508; dan
61
ِِن
ِّ ِفِإِنِِِأِعِطِىِ قِيِمِِةِِاْلِنِطِةِِِجِازِِِعِنِ ِدنِِ لِ ِنِِالِمِعِتِبِِِحِصِ ِولِِِالِغ
ِهللا
ِ ِِِالشافِعِ ِّيِِِرحِهِ ِِِكِِيِصِلِِِبِلِقِيِمِةِِكِمِاِ يِصِلِِِبِْلِنِطِةِِِ ِوعِنِد ِ ِِوذِال
ِِالزكِاةِِِوكِانِ ِأِِبوِبِ ِك ٍِر ِالِعِمِشِ ِِرحِِه ِ ِتِعِالِِلِِيِِوزِ ِِوأِصِلِ ِالِلِفِ ِف
ِِبِِإِل ِ ِِأِدِاءِِِاْلِنِطِةِِِأِفِضِلِِِمِنِِِأِدِاءِِِالِقِيِمِةِِِلِنِهِِِأِقِِر:ِهللاِِِتِعِالِِ يِقِ ِول
ِان
ِ ِانِِالِحِتِيِاطِِِفِيِهِِِِوك ِ ِامِتِثِالِِِالِمِرِِِِوأِبِعِدِِِعِنِِِاخِتِلِفِِِالِعِِلمِاءِِِفِك
ِبِ ِأِدِاءِ ِالِقِيِمِةِ ِأِفِضِلِ ِلِنِهِ ِأِقِِر:ِالِفِقِيِهِ ِأِبِوِجِعِفِ ٍِر ِِرحِهِ ِهللاِ ِتِعِالِ ِيِقِ ِول
ِ 62.ِش ِتيِبِِهِلِِلحِال ِ ِإِلِِمِنِفِعِةِِالِفِقِيِِفِإِنِهِِي
Artinya:
“,Menurut pendapat kami (para ulama mazhab Hanafi)
dibolehkan membayar zakat fitrah dengan uang senilai gandum,
karena yang penting adalah tercapainya mengayakan (orang fakir),
dan ini dapat dicapai dengan membayar uang senilai gandum
sebagaimana kalua diberikan dalam bentuk gandum. Namun
menurut Imam Syafi`i tidak dibolehkan. Dan perbedaan mendasar
adalah pada zakat. Menurut Abu Bakar al-A`masy Rahimahullah,
membayar dengan gandum lebih afdhal (utama) daripada
membayar dengan uang karena lebih dekat kepada melaksanakan
perintah yang disebutkan hadits dan lebih jauh daripada
perselisihan pendapat ulama, jadi terdapat kehati-hatian dalam
62
Baca Syamsuddin al-Sarkhasi, al-Mabsuuth, Dar al-Fikri, Beirut, J.3.
hlm.107.
77
63
HR. al-Bukhari, Shahiih al-Bukhariy, hadis nomor 1511.
79
Artinya:
Dan Ibnu Umar r.a. memberikan zakat fitrah kepada orang-
orang yang berhak menerimanya, dan diberikan kepada mereka
satu hari atau dua hari sebelum hari raya.
Di dalam kitab al-Muwaththa’ Imam Malik meriwayatkan
daripada Nafi`:
ِانِيِبِعِثِِبِزكِ ِاةِالِفِطِرِِإِلِِالِذِيِتِمِعِِعِنِدِِه
ِ ِهللاِبِنِِعِمِ ِرِِك
ِ ِِأِنِِعِبِد
ِقِبِلِِالِفِطِرِِبِيِ ِومِْيِِأِوِِثِلِثِ ٍِة
64.
Artinya:
Bahwasanya Ibnu Umar r.a. mengirim zakat fitrah kepada
orang yang mengumpulkannya dua hari atau tiga hari sebelum
hari raya.
Imam Syafi`i juga meriwayatkan hadits ini daripada Malik, dan
as-Syafi`i berkata:
ِ 65.ِسنِِِوأِنِِأِسِتِحِبِهِِ–ِيِعِِنِِتِعِجِيِِلهِاِقِبِلِِيِ ِومِِالِفِطِر
ِ ِهِذِاِح
Artinya:
Ini bagus, dan saya menyukainya, maksudnya menyegerakan
membayar zakat fitrah sebelum hari raya).
64
HR. Imam Malik bin Anas, nomor hadis 640, baca Muhammad bin Shalih
al-`Utsaimin, Syarh Muwaththa’ al-Imaam Maalik, J.2, halaman 236.
65
Ahmad bin Ali bin Hajar al-`Asqallani, Fath al-Baariy bi Syar Shahiih al-
Bukhaariy, Beirut, Darul Fikri, 2000M./1420H., J.4, halaman 139-140.
80
66
Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, J.1, halaman 350.
81
67
Baca Abu Bakar Ibnu Muhammad Syatha’, I`aanat al-Thaalibiin, J.2,
halaman 174-175.
83
68
Ahmad bin Ali bin Hajar al-`Asqallani, Fath al-Baariy bi Syar Shahiih al-
Bukhaariy, Beirut, Darul Fikri, 2000M./1420H., J.4, halaman 139-140.
69
Al-`Asqallani, Fath al-Baariy bi Syar Shahiih al-Bukhaariy, J.4, halaman 148.
84
70
Baca Muhammad bin Shalih al-`Utsaimin, Syarh Muwaththa’ al-Imaam
Maalik, J.2, halaman 233; Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, J.1, halaman 348; Abu
Dawud, Sunan Abiy Daawuud, hadis nomor 1609; dan Ibnu Majah, Sunan
Ibni Maajah, hadis nomor 1827.
85
ِِِِوهِذِا72ِ.ات
ِ ِِِ ِومِنِِِأِدِاهِاِ بِعِ ِدِِالصِلِةِِِفِهِ ِيِِصِدِقِِةِِمِنِِِالصِدِق.ِمِقِبِ ِولِة
ِِلِنِِِالنِصِِِسِِو ِاء,ِنِصِِِصِِريِ ِحِِفِِمِ ِوضِِوعِِِ ِالنِّزاعِِِفِيِجِبِِِالِمِصِيِِِاِلِيِه
ِِالنِّزاعِِِِوجِب
ِ ِِِالسنِةِِِإِذِاِكِانِِِصِِريِاِ فِِ مِ ِوضِع ِ ِِِكِانِِِمِنِِِالِقِِرآنِِِأِو
ِِِ73.ِالرجِِوعِِإِلِيِ ِه
ِ
Artinya:
“,Menunaikan (membayar) zakat fitrah sesudah shalat tidak
mencukupi, karena menyalahi perintah Nabi SAW, dan Nabi
SAW bersabda: “,Siapa yang melakukan satu amal yang tidak
menurut perintah kami maka ia ditolak.” Dengan ini kita ketahui
lemahnya ungkapan ahli ilmu: “,Sesungguhnya apabila ia tunaikan
zakat fitrah sesudah shalat `ied pada hari raya, maka ia sudah
mencukupi namun makruh.” Dikatakan kepada ahli ilmu:
“,Dimana dalil Anda yang mengatakan mencukupinya padahal
Nabi SAW memerintahkan agar ditunaikan sebelum manusia
keluar ke tempat shalat. Dan apabila ia menunaikannya pada
waktu sesudah keluar untuk shalat maka ia telah melakukan apa
yang tidak diperintahkan oleh Rasulullah SAW, maka ia ditolak.
Dan juga akan kami kemukakan hadis Ibnu Abbas r.a., ia berkata:
‘Siapa yang menunaikannya sebelum shalat maka ia zakat yang
72
Hadis shahih riwayat Abu Dawud, Sunan Abiy Daawuud, hadis nomor 1609;
dan Ibnu Majah, Sunan Ibn Maajah, hadis nomor 1827.
73
Baca Muhammad bin Shalih al-`Utsaimin, Syarh Muwaththa’ al-Imaam
Maalik, J.2, halaman 233.
87
ات
ِ ِصدِقِةِِمِنِِالصِدِق
ِ ِ أِدِاهِاِبِعِدِِالصِلِةِِفِهِ ِيadalah merupakan atsar
ungkapan Abdullah bin Abbas r.a. Karena itu menurut para ulama
Sunni seperti Imam Syafi`i, Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin
Anas dan Imam Ahmad bin Hanbal, perkataan Ibnu Abbas ini
tidak dapat dijadikan sebagai dasar menetapkan bahwa tidak sah
zakat fitrah yang dibayarkan pada waktu sesudah selesai shalat `ied.
Adapun hadits Nabi SAW: ِِالناسِ ِإِل
ِ ِِِوأِمِرِِبِاِأِ ِنِتِ ِؤِّدىِِقِبِ ِلِخِِرِوج
ِالصِلِة adalah menunjukkan hukum waktu wajibnya
membayarkan zakat, bukan menerangkan bahwa kalua dibayarkan
sesudah selesai shalat `ied berarti tidak sah zakatnya.
88
fitrah kepada Amil Zakat yang ditunjuk oleh Khalifah, bukan langsung
kepada fakir-miskin. Imam al-Bukhari meriwayatkan:
74
HR. al-Bukhari, Shahiih al-Bukhariy, hadis nomor 1511.
75
HR. Imam Malik bin Anas, nomor hadis 640, baca Muhammad bin Shalih
al-`Utsaimin, Syarh Muwaththa’ al-Imaam Maalik, J.2, halaman 236.
90
BAB III
TARAWIH DAN WITIR
DALAM PERSPEKTIF FIQIH SUNNI
A. Hukum, Raka`at dan Kaifiyat
76
HR. Imam al-Baihaqi dan Imam ad-Daruqutuni, dikutip dari
Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, J.1, halaman 351.
77
HR. Imam al-Baihaqi dan Imam ad-Daruqutuni, dikutip dari
Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, J.1, halaman 351.
94
78
Baca ِصحيحِالبخاريhadits nomor 37, 882, dan 906; ِصحِيحِمسلمhadits nomor
759 dan 761; ِاملوطأhadits 245, 246, 247, 249; dan ِسننِالبيهقيhadits 496.
79
Demikian dikatakan oleh para ulama mazhab Syafi`i seperti Imam Syafi`i, al-
Muzani dan al-Mahalli sebagai berikut: ِأماِقيامِشهرِرمضان
ِ ِو:قالِالشافعيِرضيِهللاِعنه
ِِلنهِرويِعن,فصلةِاملنفردِأحب ِإلِمنهِورأيتهمِبملدينةِيقومونِلتسعِوثلثْيِ وأحب ِإلِعشرون
."( عمر ِبنِالطابِرضيِ هللاِِعنهِوكذلكِيقومونِبكةِويوترِونِبثلثةImam Syafi`i ra. berkata:
“Adapun qiyamu bulan Ramadhan, maka shalat sendirian lebih saya sukai, dan
95
saya melihat di Madinah mereka mendirikan tiga puluh sembilan rakaat, dan
yang paling saya sukai adalah dua puluh rakaat, karena diriwayatkan daripada
Umar bin al-Khattab ra., dan seperti itulah mereka mendirikannya di Makkah,
dan mereka witir tiga rakaat”). Baca Imam as-Syafi`i dalam kitabnya األمJilid 1,
hlm.432-433; al-Qasthallani menulis dalam ِ ِإرشادِالساريJilid 4 halaman 578:ِ ِوف
ِئبِبنِيزيدِرضيِهللاِعنه
ِ سننِالبيهقي ِإبسنادِصحيحِكماِقالِابنِالعراقي ِفِشرحِالتقريبِعنِالسا
ِِوروىِمالك.ِكانواِيقومونِعلىِعهدِعمرِبنِالطابِرضيِهللاِعنهِفِشهرِرمضانِبعشرينِركعة:قال
ِِ ِوف,ِكانِالناسِيقومونِفِزمنِعمرِرضيِهللاِعنه ِبثلثِوعشرين:فِاملوطأِعنِيزيدِبنِرومان ِقال
ِِ وجعِ البيهقيِ بينهماِ بّنمِكانواِ يقومونِ إبحدىِ عشرةِ ثِ قامواِ بعشرينِِوأوتروا,روايةِ إبحدىِ عشرة
.اِماِوقعِفِزمنِعمرِرضيِهللا ِعنهِكالجاع
ِ ِوقدِعدو.( بثلثDan dalam Sunan al-Baihaqi
dengan isnad yang shahih sebagaimana dikatakan oleh Ibn al-`Iraqi dalam Syarh
al-Taqriib dari as-Saib bin Yaziz ra, ia berkata: “Adalah mereka mendirikan dua
puluh rakaat pada masa Umar bin al-Khattab ra pada bulan Ramadhan. Dan
Malik dalam al-Muwatha’ dari Yazid bin Ruman, ia berkata: :Adalah manusia
mendirikan dua puluh tiga rakaat pada zaman Umar bin al-Khattab ra, dan pada
satu riwayat sebelas rakaat, dan al-Baihaqi menggabungkan dua hadits tersebut
dengan kesimpulan bahwa mereka telah mendirikannya sebelas rakaat,
kemudian mereka mendirikannya dua puluh rakaat dan witir tiga rakaat). Dan
mereka menyebutkan apa yang dilakukan pada masa Umar ra sebagai ijmak;
dan Mushthafa al-Khin dalam kitab الفقه ِاملنهجيِعلىِمذهبِالمامِالشافعيِرحهِهللا,
Jilid 1, hlm.238-239 menulis: ِ ِيصليِكل,ِوهيِعشرون ِركعةِفِكلِليلةِمنِليال ِرمضان
ِِ ولوِِصلىِ أربعاِ بتسليمة.ِ وتصليِ قبلِ الوتر,ركعتْيِ بتسليمةِ ووقتهاِِبْيِ صلةِ العشاءِ وصلةِ الفجر
( واحدة ِلِتصحِلنهِخلفِاملشروعDan tarawih dua puluh rakaat pada setiap malam
dari malam-malam Ramadhan. Shalat setiap dua rakat salam, dan waktunya
antara shalat isya dengan shalat subuh, dan dilaksanakan sebelum witir. Kalau
shalat empat rakaat dengan satu salam, maka tidak sah karena menyalahi yang
disyariatkan); juga al-Muzani dalam ِ متصرِاملزنyang dicetak dalam kitab ِ اْلاوي
96
ِكنزِالراغبْي ِشرح ِ Jilid 2, hl.290; dan Imam al-Mahalli menulis dalam kiabالكبي
ِوروىِ البيهقيِوغ ِيهِبلسنادِ الصحيحِك ِماِقالِ فِشرح ِ sebagai berikut:منهاجِ الطالبْي
املهذب ِ"أّنمِكانوا ِيقومون ِعلىِعهدِعمرِبنِالطابِرضيِهللاِعنهِفِشهرِرمضانِبعشرينِركعة"ِ.
وروىِمالكِفِامل ِوطأِبثلث ِوعشرين ِركعةِوجعِالبي ِهقيِبينهماِبّنمِكانواِيوترونِبثلثِ,ومسيتِكلِ
أربعِمنهاِترويةِلّنمِكانواِيتوحونِعقبهاِأيِيستيون"ِ.ولِتصحِبنيةِمطلقة"ِ,بلِينويِركعتْيِمنِ
التاويحِأوِمنِقيامِرمضا ِن ِقال ِ:ولوِصلىِأربعا ِبتسليمةِلِتصحِ,ذكرهِالقاضيِحسْيِلنهِخلفِ
عِ.
ِِ املشرو ِ
80
الفقهِاملنهجيِعلىِمذهبِالمِامِ Baca Mushthafa Al-Khin & Mushthafa Al-Bugha,
, Darul Qalam, Damasqus, Jilid 1, hlm.238-239; Imam Jalaluddinالشافعيِرحهِهللا
,كنزِ الراغبْيِ شرحِ منهاجِ الطالبْيِ فِ فقهِ الشافعية Muhammad bin Ahmad al-Mahalli,
Darul Kutub Ilmiah, Beirut, Jilid 1, hlm.319-320; dan Imam Abu Al-Hasan Ali
bin Muhammad bin Habib Al-Mawardi Al-Bashri, اْلاويِالكبيِفِفقهِمذهبِالمامِ
, Darul Kutub Ilmiah, Beirut, Jilid 2, hlm.290-الشافعيِرضيِهللاِعنهِوِهوِمتصرِاملزن
291.
81
Demikian disebutkan Ibnu Rusyd dalam kitab ِ Jilid 1بدايةِِاجملتهدِوّنايةِاملِقتصد
ِِواختلفواِفِاِملختارِمنِعددِالركعات ِالتِيقومِبا ِالناسِف ِhalaman 152 dengan kalimat:
رمضانِ,فاختارِمالكِفِأحدِقوليهِوأِبوِحنيفةِوالشافعيِوأحدِوداودِالقيامِبعشرينِركعةِسوىِالوترِ,
وذكرِابن ِالقاسم ِعنِمالكِأنهِيستحسنِستاِوثلثْيِركعةِ والوترِثلثِ.وسببِاختلفهمِاختلفِ
النقلِف ِذلكِ,وذلكِأنِمالكاِروى ِعنِيزيدِبنِرومانِقالِ:كانِالناسِيقِومونِفِزمانِعمر ِبنِ
جِابنِأبِشيبةِعنِداودِبنِقيسِقالِ:أدركتِالناسِبملدينة ِفِ
ِ الطابِبثلثِوعشرينِركعةِ .وخر
97
84
Baca Imam Syihabuddin Abu al-Abbas Ahmad bin Muhammad as-Syafii al-
Qasthallani, إرشاد الساري لشرح صحيح البخاري, Jilid 4, hlm.577-578.
85
Baca Al-Juzairi,الربعة
ِ ِِكتابِ الفقهِ علىِ املذاهبJilid 1, hlm.320; Imam
Muhammad bin Idris As-Syafii, الم, Darul Hadits, Cairo, Jilid 1, hlm.432-433;
dan Imam Al-Mawardi dalam kitabnya ِاْلاويِالكبي, Jilid 2, hlm.290-291.ِِ
100
Khattab, Utsman Ibn `Affan dan Ali Ibn Abi Thalib.86 Dan shalat
tarawih 20 rakaat yang dijadikan tradisi (sunnah) oleh Umar ra.
diteruskan dan diamalkan oleh dua Khalifah sesudahnya. Dan
Abu Hanifah menerangkan bahwa tarawih adalah sunnah
muakkadah, Umar Ibn al-Khattab tidak mengeluarkan ketetapan
dua puluh rakaat itu dari dirinya sendiri, tidak ada padanya bid`ah,
dan beliau tidak menyuruh kecuali karena asalnya memang
sedemikian sejak masa Rasulullah SAW.87
Namun pada abad ke-14 Hijriah atau pada dekade ketiga abad
kedua puluh Masehi di pusat kelahiran Islam yang dibawa oleh
Nabi Muhammad SAW yaitu Makkah Al-Mukarromah dan
Madinah Al-Munawwaroh, muncul kelompok aliran yang dalam
memahami Al-Quran dan Sunnah tidak mengikuti pemahaman
jamaah sahabat.88 Mereka menjadikan Sunnah (Hadits) tentang
86
Sabda Nabi SAW riwayat Abud Dawud: ِِعلِيكمِبسنتِِوِسنةِاللفاءِِِالراشِدينِالمهديّْي
.( عضواِعلي ها ِبلن واجذHendaklah kamu berpegang dengan sunnah-ku dan sunnah
al-khulafa ar-rasyidun yang mendapat petunjuk, gigitlah sunnah ini dengan
geraham).”
87
Baca Al-Juzairi, كتابِالفقهِعلىِاملذاهبِالربعة, Jilid 1, hlm.320.
88
Aliran ini adalah Wahabi dan Turunannya Salafi yang mewarisi watak
Khawarij yaitu mudah menkafirkan orang-orang muslim di luar alirannya dan
aliran ini meninggalkan cara pemahaman Sahabat tentang makna ayat-ayat
Alquran dan Sunnah Nabi SAW. Faham aliran ini cepat berkembang termasuk
di Nusantara karena disebarkan dari dua tanah haram Makkah dan Madinah
yang merupakan pusat pendidikan sejak masa Rasulullah SAW serta mendapat
101
sokongan dana dari Kerajaan Arab Saudi. Abdul Wahhab hidup pada masa abad
18 dan 19 Masehi merupakan penyokong Kerajaan As-Sa`ud di Nejed,
kemudian faham Wahabi dikembangkan oleh Putranya Muhammad Bin Abdul
Wahab yang bersekongkol dengan Abdul Aziz Bin Sa`ud dan berhasil
merampas wilayah Hijaz (Makkah dan Madinah) dari Khilafah Turki Utsmani,
yang kemudian Muhammad Bin Abdul Wahhab diserahi tugas keagamaan oleh
Raja Abdul Aziz (Raja Arab Saudi ke-1) setelah dideklarasikan Kerajaan Arab
Saudi pada tahun 1932 M.
89
Hadits dimaksud diriwayatkan oleh Imam al-Bukhori dalam Kitab Shahih-
nya nomor 1147 dan 2013: ِِكيف:ِِعنها
ِ ِعنِأبِسلمةِبنِعبدِالرحنِأنهِسألِعائشِةِرضيِهللا
ِيدِفِرمضانِوِلِفِغيه
ِ ِماِكانِيز:كانتِصلةِرسولِهللاِصلىِهللاِعليهِوِسلمِفِرمضانِ؟ِفقالت
ِعلىِ إحدىِ عشرةِركعة ِيصليِأربعاِفلِ تسألِعنِ حسنهنِوِ طولنِ ثِ يصليِأربعاِفلِ تسألِعن
ِِإنِعِيِن,ِيِعائشة: ِيِرسولِ هللاِِأتنامِقبلِأن ِتوتر؟ِقال:ِفقلت.حسنهنِوِطِولنِ ثِيصلي ِثلث
ِِ.( تنامانِ وِ لِ ينامِ قلبDaripada Abu Salamah bin Abdurrahman, bahwasanya ia
menanya Aisyah r.a.: ‘Bagaimana shalat Rasulullah SAW pada bulan
Ramadhan?’ Aisyah r.a. menjawab: ‘Baik pada bulan Ramadhan maupun di
luar Ramadhan, tidak lebih dari sebelas rakaat. Beliau shalat empat rakaat, maka
jangan tanyakan tentang betapa bagus shalatnya dan lamanya. Kemudian beliau
shalat empat rakaat, maka jangan tanyakan tentang betapa bagus shalatnya dan
lamanya. Kemudian beliau shalat tiga rakaat. Maka aku tanyakan: Wahai
Rasulullah, adakah Engkau tidur sebelum witir? Jawab Rasulullah SAW: Wahai
Aisyah, sesungguhnya kedua mataku tidur akan tetapi hatiku tidak tidur.” Ada
dua indikator kuat yang menunjukkan bahwa Aisyah ra menyampaikan hadits
tentang witir yaitu: indikator pertama, karena seluruh sahabat sepakat dengan
Khalifah Umar bin Al-Khattab yang meyuruh seluruh kaum muslimin
102
mendirikan tarawih 20 rakaat dan dilanjutkan pada masa khilafah Utsman Bin
`Affan dan Ali Bin Abu Thalib. Bahkan termasuk Aisyah ra sendiri yang
meriwayatkan hadits juga bertarawih 20 rakaat; kedua, karena adanya kalimat
“Baik dalam bulan Ramadhan maupun di luar bulan Ramadhan” yang
menunjukkan bahwa yang bertanya yaitu Abu Salamah Bin Abdurrahman ra.
adalah menanyakan tentang jumlah rakaat shalat witir Nabi Muhammad SAW
bukan tarawih, karena shalat tarawih hanya ada pada bulan Ramadhan saja. Para
ulama sunni memahami hadits tentang shalat witir Nabi SAW (Baca Al-
Qasthallani, ِ ِإرشادِالساريِلشرحِصحيحِالبخاري, Jilid 4, hlm.578.
103
90
Imam an-Nawawi menulis, ( ِوالصحِأنِالماعةِتسنِفِِالتاويحdan pendapat yang
paling shahih disunnahkan berjama`ah dalam tarawih), baca an-Nawawi, ِِمنهاج
الطالبْيhalaman 42; sedangkan al-Mahalli menulis, ِفضل ِ ِومقابلِالصحِأ ِنِالنفرادِباِأ
كغ ِيهاِ منِ صلةِ الليلِ لبعدهِ عنِ الريءِ ورجوعِ النبِ صلىِ هللاِ عليهِ وسلمِ إليهِ بعدِ ليالِِالسابقِة
(pendapat yang berlawanan dengan pendapat yang paling shahih adalah bahwa
shalat tarawih sendirian lebih afdhal seperti juga shalat lail lainnya karena lebih
jauh daripada riya dan kembalinya Rasulullah SAW kepada shalat sendirian
sesudah beberapa malam shalat berjama`ah dengan para sahabat), baca al-
Mahalli, . Baca an-Nawawi, كنزِالراغبْيِشرحِمنهاجِالطالبْيhalaman 321.
107
91
Baca Al-Juzairi, ِكتابِالفقهِعلىِاملذاهبِالربعة, Jilid 1, hlm.320.
92
Imam an-Nawawi dan al-Mahalli menulis, ِِ(وأنِالماعةِتندبِفِالوِترِعقبِالتاويح
( جاعة) ِبناءِعلىِ ند ِباِ فِ التاويحِ الذيِِهوِ الصحdan bahwa disunnahkan berjama`ah
pada witir yang dilakukan mengiringi tarawih yang didirikan berjama`ah)
karena berdasarkan pada disunnahkannya berjama`ah dalam tarawih menurut
pendapat yang paling shshih. Baca an-Nawawi, ِِمنهِاجِالطالبْيhalaman 41; dan
al-Mahalli, كنزِِالراغبْيِ شرحِِمنهاجِ الطالبْيhalaman 315; dan Syaikhul Islam Abu
108
shalat witir adalah dua kali salam, yaitu sesudah dua raka`at
mengucapkan salam, kemudian berdiri lagi untuk mendirikan
satu raka`at. Seperti inilah yang paling afdhal (utama) menurut
ulama-ulama mazhab Syafi`i. Namun tetap sah shalat witir dan
tidak ada masalah walaupun didirikan langsung tiga raka`at
meskipun menyalahi yang paling utama.93
Mulai malam ke-16 Ramadhan sampai malam terakhir,
disunnahkan membaca doa qunut pada raka`at terakhir witir
dalam posisi i`tidal sesudah membaca tahmid i`tidal.
Sesudah selesai witir disunnahkan membaca dengan suara
tinggi kalimat di bawah ini:
ِ )ِ×ِ3(ِبِالملئكةِوالروح
ّ سبحانِالملكِالقدوسِر
Kemudian membaca doa:
Zakaya al-Anshari dalam kitab شرحِ التحريرmenulis:ِ ِِويسنِكوّناِ جبماعةِ ْلثِ الشارع
( عليهاِوأنِيوترِبعدهاِفِالماعةDan disunnahkan keadaan tarawih dengan berjamaah
karena Pembuat Syari`ah yaitu Nabi SAW menggesa (menganjurkan)
berjamaah dan disunnahkan melaksanakan witir sesudah tarawih dalam
berjamaah), baca شرحِالتحريرdalam حاشيةِالشرقاوي, Jilid 1 halaman 301. ِ
93
Baca Mushthafa AlKhin, ِالفقهِاملنهجيِعلىِمذهبِالمامِِالشافعي, Jilid 1, hlm.238-
239; Imam Al-Mahalli, ِِكنزِ الراغبْي, Jilid 1, hlm.319-320; dan Imam Al-
Mawardi, ِاْلاويِالكبي, Jilid 2, hlm.290-291.
109
ال
ِ ِّلِلِت ع
ّ مأموما)ِسنةِأداء/أصلّيِركعتْيِمنِالتاويحِ(إماما
Saya shalat dua rakaat tarawih mengikut imam sunnah lagi tunai
karena Allah SWT.
Atau dengan lafaz:ِِ
ال
ِ ِّلِلِت ع
ّ أصلّيِركعتْيِمنِالتاويحِسنةِأداء
Saya shalat dua rakaat tarawih mengikut imam sunnah lagi tunai
karena Allah SWT.ِِ
94
Berdasarkan hadits riwayat Imam Abu Dawud dalam kitab Sunan-nya dan
disebutkan oleh para ulama dalam kitab fiqih seperti Syaikh as-Syarqawi
dalamِ ِ حاشيةِالشرقاويِعلىِشرحِالتحريرِلشيخِالسلمِزكِريِالنصاريJilid 1 halaman 301-
302.
110
ِ ال
ِ أصلّيِسنةِالتاويحِركعتْيِِسن ِةِأداءِ ّّلِلِت ع
“Sengaja aku shalat sunnah tarawih dua raka`at tunai karena Allah
SWT.
Lafaz Niat Shalat Witir
Dua Raka`at Berjama`ah (Imam/Makmum)
ِ ِِّلِلِت عال
ّ مأموما)ِسنة/أصلّيِركعتْيِِمنِِالوترِ(إماما
“Sengaja aku shalat dua raka`at dari witir (sebagai imam/
mengikut imam) sunnah karena Allah SWT.
ِ ِا)ِّلِلِت عال
ّ مأموم/أصلّيِسنةِالوترِركعتْيِ(إماما
“Sengaja aku shalat sunnah witir dua raka`at (sebagai imam/
mengikut imam) karena Allah SWT.
Satu Raka`at Berjama`ah (Imam/Makmum)
ِ ِا)ِّلِلِت عال
ّ مأموم/أصلّيِسنةِالوترِركعةِ(إماما
“Sengaja aku shalat sunnah witir satu raka`at (sebagai imam/
mengikut imam) karena Allah SWT.
Shalat Sendirian (dua raka`at)
ِّلِلِتِعال
ِّ ِأصلّيِركعتْيِمنِالوترِِسن ِة
“Sengaja aku shalat dua raka`at dari witir sunnah karena Allah
SWT.
Atau dengan lafaz:
ِ ال
ِ ِّلِلِت ع
ّ أصلّيِسنةِالوترِركعتْي
111
“Sengaja aku shalat sunnah witir dua raka`at karena Allah SWT.ِ
Shalat Sendirian (satu raka`at)
ِ ِِّلِلِت عال
ّ أِصِِلّيِسنةِالوترِركعة
“Sengaja aku shalat sunnah witir satu raka`at karena Allah SWT.
ِوسلّمِوبركِعليهِ .
اللّهمِِص ّل ِ
Bilal membaca:
اِوذخرنِومولنِ
اللّهمِص ّلِعلىِسيّدنِونبيّناِوحبيبنِا ِوشفيعن ِ
مم ٍد.
115
Jama`ah membaca:
صلةِالتاويحِجامعةِرحكمِهللاِِ .
Jama`ah membaca:
فضلِ منِ هللاِ ونعمةِ ومغفرةِ ورحة ِ،لِ إلِهِِِإِلِِ هللاِ وحدهِ لِ
ِوييتِوهوِعلىِك ّلِشي ٍئِ شريكِلهِ،لهِالملكِولهِِاْلِمدِيِي ِ
قدي رِ .
Bilal membaca:
اللّهمِص ّلِعلىِسيّدنِونبيّناِوحبيبناِوشفيعناِوذخرنِومولنِ
مم ٍ
دِ .
ِJama`ah membaca:
اللّهمِص ّلِوسلّمِوبركِعليه.
Dilanjutkan dengan pembacaan doa dipimpin oleh Imam/Bilal:
اللّهمِإنِنسِِألكِرضاكِوالنةِون عوذِبكِمنِسخِطكِوالنارِ.
اِوعنِ
اللّهمِإنكِعفوِكريِ،تبِالعفوِفاعفِعناِ ِوعنِوالِدي ن ِ
جيعِالمسلمْيِ ِوالمِسلماتِ ِوالمؤمنِْيِوالمؤمناتِبرحتكِ ِيِ
أرحمِالراحْيِ ِِِ.
Selesai doa, Bilal membaca:
فضلِ منِ هللاِ ونعمةِ ومغفرةِ ورحة ِ،لِ إلِهِ إلِ هللاِ وحدهِ لِ
شريكِلهِ،لهِالملكِولهِاْلم ِدِيِيِوييتِوِه ِوِعلىِك ّلِشي ٍئِ
قدي رِ .
Bilal membaca:
118
اللّهمِص ّلِوسلّمِوبركِعليه.
Kemudian shalat tarawih dua raka`at (raka`at ke-7 dan 8).
Setelah salam, Bilal bersama jama`ah membaca:
اللّهمِص ّلِوسلّمِوبركِعليه.
Dilanjutkan dengan pembacaan doa dipimpin oleh Imam/Bilal:
اللّهمِإنِنسألك ِِرضاكِوالنةِونِعِوذِبكِمنِسخِطكِوالنارِ.
اللّهمِإنكِعِ ِفوِكريِ ،تبِالعفوِفاعفِعنا ِوِعنِوِالدي ناِوِ
عنِجيعِالمسلمْيِوالمسلماتِوالمؤمنْيِوالمؤمناتِبرحتكِ
يِأرحمِالراحْيِِ ِِِ.
Selesai doa, Bilal membaca:
اللي فةِالولِأِمِيِالمؤمِنْيِسيّدنِأبوِبك ٍر ّ
ِالص ّديقِ .
Jama`ah membaca:
رضيِهللاِعنهِِ .
120
فضلِ منِ هللاِ ونعمةِ ومغفِِرةِ ورحةِِ،لِ إلِهِ إلِ هللاِ وحدهِ لِ
شريكِلهِ،لهِالملكِولهِاْلمدِيِيِوييتِوهوِعلىِك ّلِشي ٍئِ
قدي رِ .
Bilal membaca:
اللّهمِص ّلِوسلّمِوبركِعليه.
Kemudian shalat tarawih dua raka`at (raka`at ke-11 dan 12).
Setelah salam, Bilal bersama jama`ah membaca:
اللّهمِص ّلِعلىِسيّدنِونبيّناِوحبيبناِوشفيعناِوذخرنِِومولنِ
ممِ ٍِد.
Jama`ah membaca:
اللّهمِص ّلِوسلّمِوبركِعِلِيه.
Dilanjutkan dengan pembacaan doa dipimpin oleh Imam/Bilal:
اللّهمِإنِنسألكِرضاكِوالنةِون عوذِبكِمنِسخِطكِوالنارِ.
اِوعِنِ
اِوعنِوالِدي ن ِ
اللّهمِِإنكِعفوِكِريِِ،تبِالعفوِفاعفِعن ِ
122
جيع ِالمسلمْيِوالمسلماتِوالمؤمنْيِوالمؤمناتِبرحتكِيِ
أرحمِالراحْيِ ِِ.
Selesai doa, Bilal membaca:
رضيِهللاِعنهِ ِ.
Kemudian shalat tarawih dua raka`at (raka`at ke-13 dan 14).
Sesudah mengucapkan salam, Bilal bersama jama`ah membaca:
فضلِ منِ هللاِ ونعمةِ ِومغفرةِ ورحِةِِ،لِِ إلِهِ إلِ هللاِ وحدهِ لِ
شريكِلهِ،لهِالِ ِملكِولِهِاْلمدِيِيِوييتِوهوِعلىِك ّلِشي ٍئِ
قدي رِ .
Bilal membaca:
اِوذخرنِومولنِِ
اللّهمِص ّلِعلىِسيّدنِونبيّناِوحبيبناِوشفيعن ِ
مِم ٍ
دِ .
ِJama`ah membaca:
ِوبِركِعليِه.
اللّهمِص ّلِوسلّم ِ
123
اِللّهمِص ّلِعلىِسيّدنِونبيّناِوحبيبناِوشفيعناِوذخرنِومولنِ
مم ٍد.
Jama`ah membaca:
124
اللّهمِص ّلِوسلّمِوبِركِعليه.
Dilanjutkan dengan pembacaan doa dipimpin oleh Imam/Bilal:
رضيِهللاِِعِنهِِ.
Kemudian shalat tarawih dua raka`at (raka`at ke-17 dan 18).
Sesudah mengucapkan salam, Bilal bersama jama`ah membaca:
فضلِ منِ هللاِ ونعمةِ ومغفرةِ ورحة ِ،لِ إلِهِ إلِ هللاِ وحدهِ لِ
ِولِهِِاْلمدِيِيِوييتِوهوِعلىِك ّلِشي ٍئِ شريكِلهِِ،لهِالملك ِ
قِدِيِرِ .
Bilal membaca:
125
اللّهمِص ّلِعلىِسيّدنِونبيّناِوحبيبناِوشفيعناِوذخرنِومولنِ
مم ٍ
دِ .
ِJama`ah membaca:
ِوسلّمِوبركِعِليِهِ.
اللّهمِص ّل ِ
Kemudian shalat tarawih dua raka`at (raka`at ke-19 dan 20).
Setelah salam, Bilal bersama jama`ah membaca:
ِوسِلّمِوبركِعليهِ .
اللّهمِِص ّل ِ
Bilal membaca:
Jama`ah membaca:
اللّهمِص ّلِوسلّمِوبركِعليه.
Dilanjutkan dengan pembacaan doa sesudah selesai 20 raka`at
shalat tarawih dipimpin oleh Imam/Bilal sebagai berikut:
ِ .اللّهمِص ّلِوسلّمِوبركِعليه
Bilal membaca:
ِ ِ.اِللّهمِِص ّلِوسلّمِوبركِعليه
Bilal membaca:
ِاللّهمِص ّلِعلىِسيّدنِونبيّناِوحبيبناِوشفيعناِوذخرنِومولن
.مم ٍِد
Jama`ah membaca:
ِ .ِاِللّهمِص ّلِوسلّمِوبركِعليه
Dilanjutkan dengan bertahlil (membaca: ِ ) لِالهِالِهللاsebanyak
100 kali dipimpin oleh imam.
Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa sesudah selesai
shalat witir dipimpin oleh Imam/Bilal sebagai berikut sebagai
berikut:ِِ
DOA KAMILIN
DIBACA SESUDAH SHALAT TARAWIH
بِ العالمْيِِحداِ ي وافِ نعمهِ ويكافِ مزيدِهِ يِِِربِناِِلكِاِْلِمدِ ّّلِلِ ِر ِّ
اْلِمدِكماِ ي ن بغىِ لللِ وجهكِ الكريِ وعظيمِ سلطانك ِ.والصلةِ
والسلمِعلىِأشرفِالنبياءِوالمرسلْيِِسيّدنِمِمِ ٍدِوعلىِآلهِوصحبهِ
أجعْيِ .
الِلّهمِ اجعِلناِ بِليِانِِكاملْيِ ِ،ولفرائضكِ مؤّدين ِ،وعلىِ الصلواتِ
مافظْي ِ،وللزكِاةِ فاعلْي ِ،ولماِ عندكِ طالبْي ِ،ولعفوكِ راجْيِِ،
فِ
سكْي ِ،وعنِ اللغوِ معرضْي ِ،وفِ الدن ياِ ِزاهديِنِ ِ،و ِ وبلدىِ مِتمِ ِّ
الِخرةِِ راغبْي ِ،وبلقضاءِ راضْي ِ،وبلن عماءِ شاكرين ِ،وعلىِ البلءِ
132
DOA WITIR
DIBACA SESUDAH SHALAT WITIR
BAB IV
QUNUT SUBUH DAN WITIR
A. Definisi Qunut
Imam al-Mawardi menulis dalam kitab: ِِِِ ِِاِْلِ ِاويِ الِكِبِيِِِشِِرح
ّن
ِ مِتِصِرِِالِمِِزsebagai berikut:
137
ِِِقِنِتِ ِفِلِن:ِالشِّر ِيِقِال ِ ِاللغِةِ ِفِهِوِ ِالدِعِاءِ ِبِلِيِ ِِو ِ ِت ِف ِ ِأِمِاِالِقِنِ ِو
ِت ِ ِعِِليِفِلِ ٍِن ِإِذِاِدِعِاِعِِليِهِ ِ ِوقِنِتِ ِلِهِ ِإِذِاِدِع
ِ اِلهِ ِِبِ ٍِي ِلِ ِكنِ ِصِارِ ِالِقِنِ ِو
95.صٍِ اءِمِصِ ِو ٍِ ِستِعِمِلِِفِِدِع ِ ِبِلِعِِرفِِم
Artinya: Adapun makna qunut menurut bahasa adalah doa, baik
mendoakan untuk kebaikan maupun keburukan. Dikatakan: ِِقِنِت
ِ( فِلِ ِن ِعِلِيِفِلِ ٍِن ِإِذِاِدِعِاِعِلِيِهFulan berqunut atas si Fulan apabila ia
mendoakan keburukan atasnya), ِي ٍ ِ( ِوقِنِتِ ِلِهِ ِإِذِاِدِعِاِلِهِ ِِبdan Fulan
berqunut bagi si Fulan apabila ia mendoakan kebaikan baginya).
Namun dalam istilah `uruf, lafadz qunut digunakan untuk maksud
doa yang ditentukan (yakni doa qunut yang sudah dikenal dan
diamalkan oleh umat).
B. Hukum Berqunut dan Kaifiat
Membaca doa qunut dalam shalat subuh dan witir adalah sunnah.
Hal ini dikemukakan oleh para ulama mazhab as-Syafi`i seperti
Imam Al-Mawardi:
ِِِالنّصِفِِالِخِيِِمِن
ِ ِاِوفِِالِ ِوتِ ِرِف
ِ ِِوهِوِِعِنِدِ ِنِسِنِِةِفِِصِلِِةِالصِبِحِِأِبِد
96.ِ ِ
شِهِرِِِرمِضِان
95
Baca Al-Mawardi, ِِو
ِ ِهِِوِه
ِِهللاِِعِن
ِ ِِي ِ ِيِِرِض
ِ ِامِِالشِافِع
ِ ِبِِالِم
ِ ِهِِمِذِه
ِاِْلِاوِيِالِكِبِيِِِفِِفِق
ّ
ِّن
ِ شِِرحِِمِِتصِ ِرِالِ ِمِزJ.2, hlm.150-151.
138
Artinya:
“Dan menurut kami ulama mazhab as-Syafi`i, membaca doa
qunut adalah sunnah dalam shalat subuh selama-lamanya, dan
juga sunnah dalam shalat witir pada separuh kedua bulan
Ramadhan.”
Dan Musthafa al-Khin menulis dalam kitab ِ اِلِفِقِهِ ِالِمِنِهِجِيِ ِعِلِى
ِ مِ ِذهِبِِاِلِمِامِِالشِافِعِ ِّيِِرحِهِِهللاِِت عالsebagai berikut:
ِِلةِِِالِفِجِرِِِِوف ِ ِفِ ص ِ ِِِتِِعِنِدِِِالِعِتِدِالِِِمِنِِِ ِالركِعِةِِِالثِ ِانيِة ِ ِِوالِقِنِ ِو
ِِِالنّصِفِ ِالثِانِِمِنِ ِِرمِضِانِ ِِوفِِاعِتِدِالِ ِ ِالركِعِة ِ ِآخِرِ ِركِعِ ٍِة ِمِنِ ِالِ ِوتِرِ ِف
ِ97.ِِتِالنِ ِازلِة ِ ّلِةٍِبِ ِلن
ِ سبِةِِلِقِنِ ِو ِ ِيِص
ِّ ِالِخِ ِيةِِمِنِِأ
Artinya:
“,Dan termasuk sunnah ab`adh dalam shalat adalah qunut
ketika i`tidal rakaat kedua pada shalat subuh, dan pada akhir
96
Baca Imam Al-Mawardi, ِِي
ّ ِِاِْلِاوِيِ الِكِبِيِِِفِِ فِقِهِِِمِذِهِبِِِالِمِامِِِالشِافِع, J.2,
hlm.150-151; lihat juga an-Nawawi dalam ِِمنهاجِ الطابْيhlm.32, al-Mahalli
rakaat shalat witir pada separuh kedua bulan Ramadhan dan pada
i`tidal rakaat terakhir dari shalat apa saja untuk qunut nazilah.” ِ
98
Baca Imam al-Mawardi, ِِي
ّ ِِاِْلِاوِيِ الِكِبِيِِِفِِ فِقِهِِِمِذِهِبِِِالِمِامِِِالشِافِعJ.2,
hlm.154; Imam al-Mahalli, ِ ِت ِالِقِِليِ ِوب
ِ ِْي ِفِِحِاشِي
ِ ِاج ِالطِالِب
ِ ِح ِ ِمنِه
ِ ْي ِشِر
ِ ِالراغِب
ِ ِ ِِكِنِز
ِوعِمِ ِية, J.1, hlm.232-233; al-Bukhari dalam Shahih-nya (hadits nomor 956)
dan Muslim dalam Shahih-nya (hadits nomor 677).
99
Bacaan sirr adalah bacaan yang dapat terdengar oleh si Pembaca namun tidak
terdengar oleh orang lain. Sedangkan bacaan jahar adalah yang dapat terdengar
oleh orang lain.
100
Imam al-Mahalli, ِِحِِِمِنِهِاجِِالطِالِبِْي
ِكِنِزِِالرِاغِبِْيِِشِر, J.1, hlm.230-233.
140
101
Imam al-Mahalli, ِِِحِِِمِنِهِاجِِالطِالِبِْي
ِكِنِزِِالرِاغِبِْيِِشِر, J.1, hlm.231.
102
Do`a tolak bala dalam qunut ialah: ت
ِ وِقنِبرحِتكِشِرِماِقضِي
103
Ketika membaca do`a tolak bala dalam qunut tidak disunnahkan
membalikkan telapak tangan, karena tidak dituntut melakukan gerakan dalam
shalat; akan tetapi hal itu disunnahkan pada do`a tolak bala dalam do`a lainnya.
104
Imam al-Mahalli, ِِحِِِمِنِهِاجِِالطِالِبِْي
ِكِنِزِِالرِاغِبِْيِِشِر, J.1, hlm.232-233.
105
Imam al-Mawardi menulis: ِ,ِِهِِسِجِوِدِِِالسِهِو ِِامِِوِالِمِنِفِرِدِِِنِسِيِاِفِعِلِي
ِ ِكِهِِِالِم
ِلِوِِِتِر
ِ.ٍسِبِسِ ِاه
ِ ِلسهِوِِلِِنِهِِلي
ِ ِِسجِ ِوِدِل
ِ اِل
ِ ِِأِحِدِه:ِِسجِ ِوِدِالسِهِوِِِوجِهِان ِ ف ِ ِان ِ ِِولِ ِوِتِركِِهِعِامِدِاِك
ِ ِِبه
ِ ِانِ ِالعِامِدِِِأِول
ِ ِجِوِدِالسِهِوِ ِ ِلنِِهِلِمِاِلِِزمِِهِالسِاهِيِك
ِ ِ( ِوالثِانِِعِِليِِهِسKalau imam dan
orang yang shalat sendirian meninggalkan qunut karena lupa, maka ia
semestinya sujud sahwi. Namun kalau meninggalkan qunut dengan sengaja,
maka tentang sujud sahwi ada dua pandangan: pertama, tidak ada sujud sahwi
sebab bukan karena lupa. Pandangan kedua, mesti sujud sahwi karena manakala
141
orang yang lupa mesti sujud sahwi, maka orang yang sengaja meninggalkannya
lebih utama melakukan sujud sahwi). Baca al-Mawardi, ِ ِفقِِه
ِ ِِِاِْلِ ِاويِالِ ِكبِيِ ِف
ِ مِذِهِبِِالِمِامِِالشِافِعِ ّيJ.2, hlm.154.
106
Dalam sujud sahwi membaca tasbih tiga kali: ِِسبحانِمنِلِ ي نامِ ولِ يِسه ِو
(Mahasuci Allah SWT yang tidak tidur dan tidak lupa).
142
ِ .اِّلِلِقِنتْي
ّ حِفظواِعلىِالصلواتِوالصلِوةِالوسطىِِوق ومو
“Peliharalah semua shalat dan shalat wustho, dan
berdirilah kamu dalam keadaan qunut.”
Imam as-Syafi`i r.a. dalam qawl jadid mengatakan bahwa
yang dimaksud dengan shalat wustho adalah shalat subuh.
Karena ayat ِاِّلِلِقِنتْي
ّ وق وموmaknanya menunjukkan berdiri
dalam keadaan qunut, dan qunut dilakukan dalam shalat
subuh. Dan jamaah dari ulama mazhab Syafii menetapkan
bahwa yang dimaksud dengan shalat wustho adalah subuh.
Al-Hafidz Ibnu Hajar al-`Asqallani dalam kitabnya: ِ ِفِتِح
الِبِ ِاريِبِشِِرحِِصِحِيِحِِالِبِخِ ِاريketika mensyarah bab 42: ِحِفظوا
ِاِّلِلِقِنتْي
ّ علىِالصلواتِوالصلِوةِالوسطىِ ِوق وموmenulis bahwa
menurut kajian ad-Dimyathi terdapat tiga belas pendapat
tentang yang dimaksud dengan shalat wustho. Salah
satunya adalah shalat subuh atau zuhur, atau ashar atau
magrib atau seluruh shalat. Yang mengatakan bahwa
maksudnya ialah shalat subuh: Abu Umamah, Anas, Jabir,
Abu al-`Aliyah, `Ubaid bin `Umair, `Atha’, `Ikrimah,
Mujahid, dan selain mereka dikutip oleh Ibnu Abi Hatim
143
107
Baca al-`Asqallani, ِف تحِالباريِبشرحِصِحيحِالبخِاريJ.9, hlm.54-55.
144
108
Baca al-Qasthallani, ِي
إِرِشِادِِالسِارِيِلِشِرِحِِصِحِيِحِِالِبِخِارJ.10, hlm.71-72.ِِِِِ
145
ِت ِفِِسِِواهِا
ِ قِنِتِ ِبِعِدِ ِقِتِِلهِمِ ِفِِالصِلِةِ ِسِِواهِاِثِ ِتِِركِ ِالِقِنِ ِو
109.ِِِوقِنِتِِعِمِرِِ ِوعِِليِِبِعِدِِ ِالركِعِةِِالِخِِرة
Artinya:
“,Imam as-Syafi`i berkata: Ibrahim menyampaikan hadits
kepada kami, ia berkata: Muhammad bin `Amru al-
Ghuzzi menyampaikan hadits kepada kami, ia berkata:
Abu Nu`aim menyampaikan hadits kepada kami, daripada
Abu Ja`far ad-Dari, daripada ar-Rabi` bin Anas, daripada
Anas bin Malik, ia berkata: ِِاِزالِِالنِبِِصِِلىِهللاِِعِِليِهِِِوسِِلم
ِ ِم
يِقِنِتِِِحِّتِِ فِ ِارقِِِالدِنِيِا (Nabi SAW senantiasa berqunut
hingga beliau wafat). Dan Imam as-Syafi`i berdalil tentang
qunut subuh dengan hadits yang diriwayatkan daripada
Nabi SAW bahwasanya Nabi SAW telah qunut subuh
sebelum pembunuhan ahli Bi’ru Ma`unah (70 sahabat al-
qurra’), kemudian sesudah mereka dibunuh maka Nabi
SAW qunut pada shalat-shalat selain subuh, kemudian
beliau meninggalkan qunut pada selain subuh, dan Umar
dan Ali qunut sesudah rukuk yang terakhir.”ِِ
109
Baca Mukhtashar al-Muzani dalam al-Mawardi, ِِِاِْلِاوِيِالِكِبِيِِفِِفِقِهِِِمِذِهِب
110
Baca Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Qoyyim al-Jauziyah, ِ ِِزِاد
ِيِِخِيِِِالِ ِعبِاد
ِ ِفِ هِد
ِ ِِاد
ِ ِالِمِع , Mesir, Maktabah al-Babiy al-Halaby,1950, J.1,
hlm.87.
Ibnu Qoyyim al-Jauziyah adalah seorang ulama sunni dan tergolong imam
111
mujtahid mutlaq, namun karena hasil ijtihadnya banyak sekali sama dengan
150
D. Lafadz Qunut
Cukup banyak hadits Nabi SAW yang menerangkan
tentang lafadz doa qunut sebagaimana dapat dibaca nanti pada
huraian di bawah. Para ulama menjadikan hadits-hadits dimaksud
saling melengkapi satu dengan lainnya.
Al-Hasan bin Ali r.a. berkata, “Saya diajari oleh Rasulullah
SAW kalimat yang aku baca pada qunut shalat witir, yaitu:
ِِ ِوت ولنِ فيمن.ِ ِوعافنِ فيمنِ عاف يت.اللّهمِ اهدِنِ فيمنِ هديت
ِِفإنِكِت قضِى112.ِوقنِشرِماِقضيت.ِ ِوبركِلِفيماِأعطيت.ِ ت ولِيت
pendapat Imam Ahmad Ibn Hanbal maka ia lebih dikenal sebagai ulama
pengikut Mazhab Hanbali, baca Riwayat Ringkat Ibnu Qoyyim al-Jauziyah
dalam kitabnya: ِِهدِيِ ِخِيِ ِالِ ِعبِاد
ِف ِ ِاد
ِ ِ ِزادِ ِالِ ِمعterbitan Mesir, Maktabah al-Babiy
al-Halaby,1950. Berbedanya pendapatnya dengan Imam Ahmad bin Hanbal
tentang qunut subuh satu indikator bahwa Ibnu Qoyyim al-Jauziyah tidak
dapat dikatakan murni sebagai pengikut mazhab Hanbali sebagaimana
didengungkan oleh golongan tertentu. Karena ia melakukan qunut subuh
sedangkan Imam Ahmad tidak melakukannya.
112
Dalam kitab para ulama as-Syafi`iyah, bunyi doa qunut ini adalah sebagai
berikut: ِ ِ ِوقن ِبِِرحِتِكِ ِشِرماِقضيتYang artinya: Dan peliharalah aku dengan
kasih-sayang-Mu ya Allah dari segala keburukan yang telah Engkau tentukan
dalam qadho-Mu. Dan dalam bentuk lafadz inilah yang diamalkan dalam fiqih
Syafi`i.
151
ِ.ِ ِولِ يعزِ منِ عاديت.ِ ِوإنهِ لِ يذلِ منِ واليت.ِولِ ي قِضىِ عِِليِك
ِِ أِست غفرك.ِِف لكِ اْلمدِ علىِ ماِ قضيت113.ِت باركتِ رب ناِ ِوت عاليت
.ِِوبِركِِسِلم
ِ ِوصحِبه ِ ِوصلىِهللاِعلىِمم ٍد.
ِ ِِوعلىِآله ِ ِوأت وبِإليك
Artinya:
Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana orang-orang yang
telah Engkau beri petunjuk. Berilah aku kesehatan sebagaimana
orang-orang yang telah Engkau beri kesehatan. Pimpinlah aku
bersama orang-orang yang Engkau pimpin. Beri keberkahan pada
apa saja yang telah Engkau anugerahkan kepadaku. Peliharalah
aku dari kejahatan apa-apa saja yang telah Engkau tentukan.
Sesungguhnya Engkau yang menentukan, dan tidak ada siapapun
yang dapat merubah ketentuan-Mu. Sesungguhnya tidak akan
hina orang yang telah Engkau beri kekuasaan. Dan tidak akan
mulia orang yang telah Engkau musuhi. Engkau Mahapemberi
berkah dan Mahatinggi. Hanya untuk-Mu pujian atas apa-apa
yang telah Engkau tentukan. Aku mohon ampun pada-Mu dan
aku bertaubat pada-Mu. Semoga rahmat Allah, ampunan,
keselamatan dan keberkahan dari-Nya selalu tercurah untuk
Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
113
Hadits shahih riwayat Abu Dawud, Sunan Abiy Daawuud, [nomor 1425];
at-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidziy, [nomor 464]; an-Nasai, Sunan al-Nasaa’iy,
[nomor 1744]; Ibnu Majah, Sunan Ibn Maajah, [nomor 1178]; dan Imam as-
Syafii dalam al-Umm dan Mukhtashar al-Muzani.
152
ِِ ِوت ولناِ فيمن.ِ ِوعافناِ فيمنِ عاف يت.اللّهمِ اهدنِ فيمنِ هديت
.ِوقناِشرِماِقضيت.ِ ِوبركِلناِفيماِأِعطيت.
ِ ت وليت
Qunut Nazilah
Qunut nazilah ialah qunut yang dianjurkan karena terjadi bencana
seperti virus wabah yang membahayakan kaum muslimin atau
Yang dimaksud dengan kalimat ats-tsanaa’ (pujian), istighfar, dan shalawat 114
ِ.ِولِيعزِمنِعاديت.
ِ ِوإنهِلِِيذلِمنِِوالِيت.
ِ ِ فإنكِتِقضىِوِلِي قضىِعليكadalah:
ِِوصلىِهللا.
ِ ِوأت وبِإليك
ِ ِأست غفرك.ِِفِلكِاْل ِمدِعِلىِماِقضيِت.اِوت عاليِت
ِ ت باركتِرب ن
.ِِوبركِسلمِ صحِبه
ِ ِو ِ علىِمم ٍد
ِ ِوعلىِآله
153
ِِِوالفت
ِ الشدائد
ِ اللّهمِادفعِعِناِالبلءِوالوبءِوالفحشاءِوالمنِكرِو
ِوالمحنِِ ماِ ظهرِ من هاِ وماِ بطنِ عنِ ب لدنِ إندونيسياِ خاصةِ ِوسائر
.ِب لدانِالدن ياِعامةِبرحتكِيِربِالعالمْي
Ya Allah, jauhkanlah dari kami bala, wabah virus, keburukan,
kemungkaran, kesukaran, fitnah dan malapetaka baik yang tampak
maupun tidak tampak dari negeri kami Indonesia kususnya dan
dari seluruh negeri di dunia secara umum dengan rahmat-Mu
wahai Tuhan semesta alam.
ِ.رب ناِ آتناِ فِ الدن ياِ حسنةِ وفِِِالخرةِ حسنةِ ِوقناِ عِذابِ النِار
ِِوصحبه ِ بِال ّم ّيِ ِوعلىِآله ٍ
ّ ِوصلىِهللاِعلىِخيِخلقهِسيّدنِِممدِالن
ِبِ العِزةِ عماِ يصفونِ وسلمِ على ّ ِِسبحانِ ربّكِ ر.ِوبركِ ِوسلم
ِ ِ.ِبِالعالمْي
ّ ِّلِلِر
ِّ ِواْلمد.ِالمرسلْي
Tuhan kami, datangkanlah kepada kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.
Semoga kesejahteraan, keselamatan dan keberkahan dari Allah
SWT senantiasa tercurah kepada sebaik-baik makhluk-Nya yaitu
junjungan kami Muhammad Nabi yang ‘ummi, dan juga untuk
keluarga dan sahabatnya. Mahasuci Tuhan-mu Pemilik
Ketinggian dari segala yang mereka sifatkan, dan keselamatan
untuk para rasul yang diutus. Dan segala puji bagi Allah Tuhan
semesta alam.
157
DAFTAR RUJUKAN
أبوِ عبدِ هللاِ ممدِ بنِ يزيدِ القزويِن ِ,سننِ أبِِداود ِ,بدونِ .1
السنةِ,مكتبةِاملعارفِ,الريض.
أبوِ عبدِ الرحنِ أحدِ بنِ شعيبِ بنِ عليِ النساِئي ِ,سننِ .2
النسائيِ,بدونِالسنةِ,مكتبةِاملعارفِ,الريضِ.
المامِأبوِاْلسنِعليِبنِممدِبنِحبيبِاملاورديِالبصريِ, .3
اْلاويِالكبيِفِفقهِمذهبِالمامِالشافعيِرضيِهللاِعنهِ
وهوِمتصرِاملزنِ,2009ِ,دارِالكتبِالعلميةِ,بيوت.
المامِأبوِحامدِممدِبنِممدِالغزالِ ,إحياءِعلِومِالدينِ, .4
ِ,2012القدسِ,القاهرةِ.
115
Nabi SAW menghentikan melaknat dalam pembacaan doa qunut setelah
نِالمرِشيِئِأِوِي ت وبِعليهمِ diturnkan surah Aali `Imraan (3) ayat 128:
ليسِلكِم ِ
أِوِي ع ّذبمِفإّنمِظِلمو ِن
159
.11المامِجللِالدينِممدِبنِأحدِاحمللىِ,كنزِالراغبْيِشرحِ
منهاجِ الطالبْيِِفِ حاشيتِ القليوبِ وِِعميةِِ,2009ِِ,دارِ
الكتبِالعِلميةِ,بيوتِ.
.12المامِ شهابِ الدينِ أبوِ العباسِ ِأحدِ بنِ ممدِ الشافعيِ
القسطلنِ,إرشادِالساريِلشرحِصحيحِالبخاريِ,2012ِ ,
دارِالكتبِالعلميةِ,بيوتِِ.
.13المامِممدِابنِإدريسِالشافعيِ,المِ,2007ِ,دارِاْلديثِ,
القاهرة.
شرحِ .14اْلافظِأحدِبنِعليِبنِحجرِالعسقلنِ,فتحِالِباريِب ِ
صحيحِالبخاريِ ِ,2000ِ,دارِالفكرِ,بيوتِ.
.15السيدِالبكريِبنِالسيدِممدِشطاِالدمياطيِ,حاشيةِإعانةِ
الطالبْيِِعلىِ حلِ ألفاظِ فتحِ املعْيِِ,2009ِِ,دارِ الكتبِ
السلميةِ,جاكرتِ.
.16الشيخِ ابراهيمِِالبيجوري ِ,حاشيةِ علىِ فتحِ القريبِ اجمليبِ,
اكرتِ.
ِ,2007دارِالكتبِالسلميةِ ِ,ج ِ
161
TENTANG PENULIS