Anda di halaman 1dari 6

FIKIH PUASA KITAB SAFINATUN NAJAH

‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا ُك ِتَب َع َلۡي ُك ُم ٱلِّص َياُم َك َم ا ُك ِتَب َع َلى ٱَّلِذ يَن ِم ن َقۡب ِلُك ۡم َلَع َّلُك ۡم َتَّتُقوَن‬

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 183

BAB VI : “Puasa Ramadhan”

(Fasal Satu)
Puasa Ramadhan diwajibkan dengan salah satu ketentuan-ketentuan berikut ini:
1. Dengan mencukupkan bulan sya’ban 30 hari.
2. Dengan melihat bulan, bagi yang melihatnya sendiri.
3. Dengan melihat bulan yang disaksikan oleh seorang yang adil di muka hakim.
4. Dengan Kabar dari seseorang yang adil riwayatnya juga dipercaya kebenarannya, baik yang mendengar
kabar tersebut membenarkan ataupun tidak, atau tidak dipercaya akan tetapi orang yang mendengar
membenarkannya.
5. Dengan beijtihad masuknya bulan Ramadhan bagi orang yang meragukan dengan hal tersebut.
Penjelasan :
 Yang dimaksud dengan melihat bulan adl melihat hilal/ bulan sabit di langit sebelum matahari
tenggelam, jika hilal tidak terlihat maka bulan Sya’ban di cukupkan 30 hari.
 Dalam hal ini adalah urusan hakim atau pemerintah atau Departemen Agama untuk memutuskan
kita cukup ikut saja arahan pemerintah.
 Puasa sunat setelah nisfu Sya’ban tidak di anjurkan karena termasuk hari syak, kecuali ada sebab
tertentu, seperti orang yang sudah terbiasa melakukan puasa dahar, puasa daud, puasa senin-
kamis,atau puasa wajib seperti puasa nadzar, puasa qadha’, puasa kafarah. Dalil mereka adalah
hadis, ‘Apabila telah melewati nisfu Sya’ban janganlah kalian puasa’. Hadis ini tidak digunakan
oleh ulama mazhab Hanbali dan selainnya karena menurut Imam Ahmad dhaif.”

(Fasal Kedua)
Syarat sah puasa ramadhan ada empat (4) perkara, yaitu:
1. Islam.
2. Berakal.
3. Suci dari seumpama darah haidh.
4. Dalam waktu yang diperbolehkan untuk berpuasa.
Penjelasan ;
 Boleh puasa tapi tidak sah puasanya bagi non muslim, orang gila
 Haram puasa bagi perempuan haid, dan nifas
 Jelas sudah masuk bulan Ramadhan
(Fasal Ketiga)
Syarat wajib puasa ramadhan ada lima perkara, yaitu:
1. Islam.
2. Mukalaf (dibebankan untuk berpuasa)
3. Kuat/ mampu berpuasa.
4. Sehat.
5. Iqamah (tidak bepergian).
Penjelasan ;
 Orang yang mukalaf / dikenai beban menjalankan syariat adalah orang yang memenuhi syarat
berakal, baligh, selamat indra pendengaran dan penglihatan, sampai padanya dakwah islam, islam.
 Untuk orang yang tidak kuat lagi berpuasa/ sudah tua/sakit yang tidak bisa sembuh boleh tidak
puasa cukup membayar fidyah.
 Orang yang sedang sakit dan masih ada harapan bisa sembuh tapi jika berpuasa akan membuat
penyakitnya bertambah parah maka boleh tidak puasa dan membayar Qodho di hari selain bulan
Ramadhan.
 Orang yang sedang safar boleh tidak puasa dan cukup meng qodho dengan syarat sdh keluar dr
kampungnya/ baldah/ kecamatan sebelum subuh, jika berangkat dari rumah setelah subuh tetap
harus puasa. Jika berpuasa maka lebih baik, karena menyegerakan yang wajib , mengingat saat ini
perjalanan tidak sesulit jaman dahulu.

(Fasal Keempat)
Rukun puasa ramadhan ada tiga perkara, yaitu:
1. Niat pada malamnya, yaitu setiap malam selama bulan Ramadhan.
2. Menahan diri dari segala yang membatalkan puasa ketika masih dalam keadaan ingat, bisa memilih
(tidak ada paksaan) dan tidak bodoh yang ma’zur (dima’afkan).
3. Orang yang berpuasa.
Penjelasan ;
 Niat adalah menghadirkan di dalam hati (bukan hanya di lisan) yang dilakukan bersamaan dengan
perbuatan, seperti wudhu wajib menghadirkan niat saat awal mengusap wajah yang pertama
(usapan wajib) atau niat sholat berbarengan dengan mengangkat tangan saat takbiratul ihram.
Khusus untuk niat puasa Ramadhan dilakukan sebelumnya yaitu mulai masuk waktu magrib
sampai sebelum subuh pada malam yang esok harinya puasa. Sedangkan untuk puasa sunah boleh
di hadirkan sebelum zuhur dengan catatan belum makan dan minum.
 Niat puasa menurut mahzab Maliki di ucapkan 1 kali di malam pertama Ramadhan , yaitu berniat
puasa selama bulan Ramadhan Lillahi Ta’ala. Untuk wanita haid/ nifas wajib di ulang setelah
suci.
 Niat puasa menurut mahzab Syafi’i wajib di ucapkan setiap malam, 1 niat untuk 1 kali puasa.
 Ulama menyarankan agar pada malam pertama bacalah niat sebagaimana mahzab Maliki agar jika
ada hari yang lupa membaca niat tetap dianggap sah oleh Imam Malik, kemudian bacalah niat
setiap malam sebagaimana di wajibkan Imam Syafi’i.
 Sebagian ulama berpendapat orang yang lupa membaca niat, namun dia sudah makan sahur maka
dianggap sah karena sahur adalah bagian dari niat.
 Membaca niat adalah dengan bahasa yang dipahami dan di mengerti maka boleh membaca dengan
berbahasa Indonesia apabila tidak hapal lafaz arabnya yang penting hudur hatinya.
 Contoh niat puasa sebulan penuh ; ‫َنَو ْيُت َصْو َم َجِم ْيِع َشْهِر َر َم َض اِن َهِذِه الَّسَنِة َتْقِلْيًدا ِلِإْلَم اِم َم اِلٍك َفْر ًضا ِهلِل َتَع اَل‬
Aku niat berpuasa di sepanjang bulan Ramadhan tahun ini dengan mengikuti Imam Malik,
fardhu karena Allah.”
 Contoh niat puasa setiap malam ; ‫َنَو ْيُت َص ْو َم َغ ٍد َع ْن َأَداِء َفْر ِض الَّش ْهِر َر َم َضاَن َهِذِه الَّسَنِة ِهَّلِل َتَع اَلى‬
"Aku niat puasa pada hari esok untuk melaksanakan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini
karena Allah Ta'ala."
 Yang membatalkan puasa adalah memasukkah sesuatu kepada 5 lubang dengan sengaja yaitu;
1. Mulut
Bersiwak boleh sampai sebelum jawaz/ masuk zuhur, setelah itu makruh.
Mencicipi sayur boleh asalkan tidak di telan.
Menelan ludah yang masih berada di dalam rongga mulut boleh.
Makan minum yang tidak di sengaja makan tidak apa- apa walaupun banyak.
2. Hidung
Boleh memasukkan hanya dengan yang bisa di capai dengan jari tangan, jika lebih seperti
swab antigen batal, tetap imsak dan wajib qodho.
3. Telinga
Boleh memasukkan hanya dengan yang bisa di capai dengan jari tangan, jika lebih seperti
cotton bud batal, tetap imsak dan wajib qodho.
4. Dubur
Untuk orang Ambeien maka boleh di masukkan kembali bagian yang keluar tanpa di sengaja.
5. Qubul
Istinjak hanya bagian luar saja yang bisa di capai dengan perut jari jemari.

(Fasal Kelima)
Bagi orang yang membatalkan puasanya karena jima’ (persetubuhan) pada siang hari dalam bulan puasa
maka ia wajib:
1. Membayar kafarat (hukuman paling besar).
2. Mengqodo (membayar) puasanya.
3. Hukuman pukulan semacam had.
4. Berdosa atas jima’ yang dilakukan di dalam berpuasa.
Penjelasan ;
 Menurut hadist dari Abu Hurairah kafarahnya adalah
1. Memerdekakan budak, jika tidak mampu maka;
2. Berpuasa 2 bulan berturut- turut, jika tidak mampu maka;
3. Memberi makan 60 orang miskin
 Tergantung pada hakim.

Dan wajib menahan makan dan minum ketika batal puasanya dan tetap meng qodho pada enam tempat:
1. Orang yang sengaja membatalkan puasa Ramadhan.
2. Orang yang meninggalkan niat pada malam hari untuk puasa yang Fardhu.
3. Orang yang bersahur karena menyangka masih malam, kemudian diketahui bahwa Fajar telah terbit.
4. Orang yang berbuka karena menduga Matahari sudah tenggelam, kemudian diketahui bahwa
Matahari belum tenggelam.
5. Orang yang meyakini bahwa hari tersebut akhir Sya’ban tanggal tiga puluh, kemudian diketahui bahwa
awal Ramadhan telah tiba.
6. Orang terminum air dari kumur-kumur atau dari air yang dimasukkan ke hidung yang berlebihan.
Penjelasan;
 Walau sudah berbuat yang membatalkan puasa tapi tetap harus imsak/ menahan dari yang
membatalkan puasa sampai saat berbuka, dan mengqodho di bulan yang lain.
 Orang yang tidak berniat puasa tidak sah puasanya tapi tetap harus imsak dan qodho.
 Usahakan agar memberi jarak antara sahur dengan azan sekitar pembacaan 50 ayat Al qur’an
(hadist)atau 10- 15 menit, karena saat masuk azan subuh sudah di tambah ihtiyat 2-4 menit, jangan
sampai masuk waktu fajar shodiq masih makan atau minum maka batal puasanya.
 Terminum air karena kaget yang tidak di sengaja dan tidak berlebih lebihan dalam menghirup air
maka tidak membatalkan puasa.

(Fasal Keenam)
Batal puasa seseorang dengan beberapa macam, yaitu:
1. Murtad.
2. Haidh.
3. Nifas.
4. Melahirkan.
5. Gila sekalipun sebentar.
6. Pingsan yang sengaja sepanjang siang hari Ramadhan.
7. Mabuk yang sengaja sepanjang siang hari Ramadhan.
Penjelasan ;
 Orang murtad wajib mengqodho puasa yang di tinggalkan selama murtad apabila dia Kembali
masuk ke dalam islam.
 Murtad tidak harus keluar dari islam, tapi dengan merendahkan hal2 yang di muliakan yang
disepakati dalam agama maka dia murtad, seperti menganggap Alquran tidak relevan, sholat tidak
sesuai perkembangan zaman, Allah tidak adil, mengkafirkan muslim lainnya hanya karena
perbedaan pendapat dalam fikih, dll.
 Ditambah dengan yang sdh di sampaikan sebelumnya yaitu memasukkan sesuatu melalui 5 lubang
(fasal empat)
 Ditambah muntah dengan sengaja, hubungan suami istri, keluar mani dengan sengaja.
 Mabuk dan pingsan jika sengaja batal tapi jika tidak sengaja maka tidak batal asalkan tidak
seharian penuh, begitu pula tidur jika seharian penuh maka batal.

(Fasal Ketujuh)
Membatalkan puasa di siang Ramadhan terbagi empat macam, yaitu:
1. Diwajibkan, sebagaimana terhadap wanita yang haid atau nifas.
2. Dibolehkan, sebagaimana orang yang berlayar dan orang yang sakit.
3. Tidak ada hukumnya bagi orang yang gila.
4. Diharamkan, sebagaimana orang yang menunda qhadha Ramadhan, padahal mungkin dikerjakan
sampai waktu qhadha tersebut tidak mencukupi, menunda sampai bertemu Ramadhan lagi tanpa udzur.

Kemudian terbagi orang-orang yang telah batal puasanya kepada empat bagian, yaitu:
1. Orang yang diwajibkan qhadha dan fidyah, seperti perempuan yang membatalkan puasanya karena
khawatir terhadap orang lain seperti bayinya, dan seperti orang yang menunda qhadha puasanya sampai
tiba Ramadhan berikutnya.
2. Orang yang diwajibkan mengqhadha tanpa membayar fidyah, seperti orang yang pingsan.
3. Orang yang diwajibkan terhadapnya fidyah tanpa mengqhadha, seperti orang yang sangat tua yang tidak
kuasa.
4. Orang yang tidak diwajibkan mengqhadha dan membayar fidyah, seperti orang gila yang tidak
disengaja.
Penjelasan ;
 Cukup qodho untuk orang yang udzur karena diri sendiri, namun jika karena orang lain maka
wajib qodho dan fidyah.

(Fasal Kedelapan)
Perkara-perkara yang tidak membatalkan puasa sesudah sampai ke rongga mulut ada tujuh macam, yaitu:
1. Ketika kemasukan sesuatu seperti makanan ke rongga mulut dengan lupa
2. Atau tidak tahu hukumnya .
3. Atau dipaksa orang lain.
4. Ketika kemasukan sesuatu ke dalam rongga mulut, sebab air liur yang mengalir diantara gigi-giginya,
sedangkan ia tidak mungkin mengeluarkannya.
5. Ketika kemasukan debu jalanan ke dalam rongga mulut.
6. Ketika kemasukan sesuatu dari ayakan tepung ke dalam rongga mulut.
7. Ketika kemasukan lalat yang sedang terbang ke dalam rongga mulut.
Penjelasan :
 Suntik batal jika langsung ke urat besar /Intra vena seperti infus, tapi jika ke otot tidak batal/ intra
muscular.
Tambahan :
Sah puasanya belum tentu mendapat pahala, puasa yang sah menghindarkan diri dari azab Allah, namun
banyak manusia yang berlelah2 puasa tidak mendapatkan sesuatu kecuali lapar dan haus saja.
Hal- hal yang membatalkan pahala puasa;
 Bohong, kecuali bohong untuk mendamaikan orang berselisih, menyenangkan suami/ istri,
menyelamatkan nyawa seseorang.
 Ghibah, membicarakan orang walaupun kenyataan yang jika orang tersebut mendengar maka dia
tidak suka.
 Namimah, omongan orang di sampaikan untuk mengadu.
 Sumpah Palsu, antara lain agar dagangannya laku.
 Nadhor bi syahwah, melihat dengan nafsu walaupun dengan istrinya.

Wallahu A’lam Bisshawab

Penjelasan Fikih Puasa ini berdasarkan pendapat para ulama mahzab Syafi’I, Buya Yahya Zainul Maarif –
Cirebon dan Habib Abdul Qodir Assegaf -Pasuruan.
Selesai ditulis pada hari Rabu, 22 Maret 2023, 29 Sya’ban 1444 H.
Ditulis oleh ; Antika Damayanti

Silahkan di share dengan menyertakan keterangan nama ulama dan penulis diatas.

Anda mungkin juga menyukai