Adalah mencegah diri untuk melakukan hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar
sampai terbenamnya matahari yang ditandai dengan hilangnya mega merah di sebelah timur
dengan niat mendekatkan diri (qurbah) kepada Allah dengan melaksanakan perintahNya.
1
Syarat-syarat yang jika terpenuhi pada seseorang, maka puasa menjadi wajib baginya.
2
Syarat-syarat yang menjadikan puasa wajib seseorang itu sah.
1|Page
IV Macam-macam kewajiban puasa qadho’
A. Qadha’ tanpa kaffarah (namun hari itu harus tetap puasa)
1. Bagi seorang yang setelah junub tidur lagi untuk kali kedua dan ketiga, dengan
niat akan bangun lagi sebelum subuh, namun tertidur sampai masuk waktu subuh.
2. Bagi orang yang membatalkan puasa dengan niat untuk membatalkan puasa,
namun tidak melakukan sesuatu yang membatalkan puasa. Begitu juga orang
yang membatalkan puasanya dengan riya’
3. Bagi yang terus makan dan minum dengan anggapan belum masuk waktu subuh
(tanpa memperhatikan waktu) setelah itu ketahuan bahwa sudah masuk waktu
subuh.
4. Bagi orang yang tetap makan dan minum karena pemberitahuan orang lain, bahwa
belum masuk waktu subuh, ternyata sudah masuk waktu subuh.
5. Bagi orang yang terus makan dan minum padahal telah diberitahu, bahwa sudah
masuk waktu subuh, namun ia menganggap orang tersebut tidak serius dalam
pemberitaannya.
6. Bagi orang yang berbuka puasa bersandarkan kepada orang lain yang dapat
dijadikan sandaran (dapat dipercaya dan tahu hukum) yang memberitahukan
padanya, bahwa sudah masuk waktu Maghrib, ternyata belum masuk.
7. Bagi yang berbuka puasa karena langit sudah gelap dan dia merasa yakin, bahwa
sudah masuk waktu Maghrib, namun ternyata belum masuk, dengan syarat langit
tidak dalam keadaan mendung.
8. Bagi orang yang lupa mandi janabah dan ingat setelah berlalu sehari atau lebih.
9. Bagi yang memasukkan air ke dalam mulut untuk kumu-kumur, namun secara
tidak sengaja ada air yang masuk ke dalam kerongkongan.
B. Qadha’ tanpa kaffarah dan pada hari itu tidak wajib berpuasa.
i. Bagi orang yang tua yang tidak mampu berpuasa, begitu juga orang
yang memiliki penyakit tidak dapat menahan haus, jika setelah itu
mampu melaksanakannya.
ii. Bagi yang tidak berpuasa karena sebab yang membolehkannya tidak
berpuasa, seperti musafir, sakit, haidh atau nifas.
iii. Wanita hamil atau menyusui yang puasa membahayakan dirinya saja.
C. Qadha’ dengan fidyah (satu hari satu mud makanan, yaitu + 700 gr beras)
-- bagi wanita hamil yang hampir melahirkan dan wanita menyusui jika
membahayakan anaknya atau dirinya dan anaknya.
D. Qadho’ dengan kaffarah biasa , yaitu memilih salah satu dari yang tiga berikut:
Memerdekakan budak
Puasa 2 bulan berturut-turut
Memberi makan 60 orang miskin)
2|Page
E. Qadha’ dengan kaffarah ganda, yaitu wajib melakukan ketiga sanksi di atas.
Bagi yang membatalkan puasanya dengan yang haram, seperti minum/ makan
yang haram, zina, onani dll.
3|Page
VIII.Macam-macam hukum puasa
1. Puasa wajib
a. Puasa bulan Ramadhan.
b. Puasa qadha’ Ramadhan dan puasa ayah/ ibu yang meninggal bagi anak tertua
laki-laki
c. Puasa nadzar.
2. Puasa haram
a. Puasa di dua hari raya Idul Fitri dan Idul adha.
b. Puasa pada tanggal 30 sya’ban dengan niat puasa Ramadhan.
c. Puasa pada hari-hari tasyriq, yaitu 11, 12 dan 13 Dzulhijjah bagi yang sedang di
Mina.
d. Puasa memenuhi nadzar maksiat.
e. Puasa wishal, artinya menyambung puasa sampai hari berikutnya dengan niat
puasa.
f. Puasa diam, niat berpuasa dalam keadaan tidak akan berbicara.
g. Puasa sunnah seorang istri tanpa disetujui oleh suaminya.
3. Puasa sunnah, banyak sekali, diantaranya:
a. Puasa tiga hari setiap bulan, afdholnya hari Kamis pertama, hari Kamis terakhir
dan hari Rabu pertama pada sepuluh hari kedua setiap bulan.
b. Puasa pada hari-hari putih (Ayyamul Biydh) yaitu tanggal 13, 14 dan 15 setiap
bulan.
c. Hari Idul Ghadir tanggal 18 Dzulhijjah.
d. Hari lahir Nabi Muhammad Saww tanggal 17 rabiul Awal
e. Hari mab’ats/ bi’tsah (pengangkatan) Nabi Saww tanggal 27 Rajab.
f. Hari arafah tanggal 9 Dzulhijjah, bagi orang yang puasa tidak mencegahnya
untuk dapat membaca doa Arafah dan tanggal 1 Dzulhijjah telah ditetapkan
dengan hilal, sehingga tidak ada keraguan lagi bahwa hari itu adalah tanggal 10
yang merupakan hari raya Idul Adha.
g. Hari Mubahalah tanggal 24 Dzulhijjah sebagai tanda syukur kepada Allah SWT
yang telah menampakkan keutamaan Ahlul Bayt as.
h. Setiap hari Kamis dan Jumat
i. Tanggal 1 sampai 9 Dzulhijjah
j. Bulan rajab dan Sya’ban secara keseluruhan atau beberapa hari dari keduanya,
walaupun masing-masing satu hari atau bahkan satu hari dari keduanya.
k. Tanggal 1 dan 3 bulan Muharram
4. Puasa Makruh
a. Puasa seorang tamu tanpa izin tuan rumahnya.
b. Puasa anak kecil tanpa izin orang tuanya.
Catatan
1. Pada hari syak Ramadhan, dimana tidak jelas apakah sudah tanggal 1 Ramadhan atau
masih tanggal 30 Sya’ban, kita tidak diwajibkan berpuasa. Hanya saja kita dianjurkan
4|Page
berpuasa dengan niat puasa sunnah Sya’ban atau dengan niat global, artinya kalau sudah
Ramadhan maka puasa saya, puasa wajib dan kalau masih belum Ramadhan, maka puasa
saya sunnah. Dengan salah satu dua niat tersebut jika memang setelah itu terbukti, bahwa
saat itu sudah masuk bulan Ramadhan, maka tidak perlu lagi mengqadha’nya.
2. Jika pada hari syak kita tidak berpuasa, dan sebelum Dhuhur dipastikan bahwa saat itu
adalah bulan Ramadhan dan kita belum makan/ minum serta tidak melakukan hal-hal lain
yang membatalkan puasa, maka kita wajib niat puasa dari saat itu.
3. Jika kita sudah makan/ minum atau melakukan hal yang membatalkan puasa, maka kita
wajib imsak (tidak makan dan minum dan . . .) sampai Maghrib kemudian setelah bulan
Ramadhan kita wajib meng qadha’nya.
4. Jika dipastikannya setelah Dhuhur, maka kita juga wajib imsak sampai Maghrib dan
meng qadha’nya, baik telah makan/ minum atau yang lainnya ataupun tidak.
5. Pada hari syak Ramadhan tidak boleh hukumnya kita berpuasa dengan niat Ramadhan.
6. Pada hari syak Syawal, dimana tidak jelas apakah sudah masuk tanggal 1 Syawal atau
masih tanggal 30 Ramadhan, kita diwajibkan untuk tetap berpuasa.
7. Seorang musafir jika berangkat dari kotanya sebelum waktu Dhuhur, maka puasanya
batal, kecuali ia kembali lagi ke kotanya sebelum Dhuhur dan belum melakukan yang
membatalkan puasa.
8. Seorang musafir yang tiba sebelum Dhuhur di kotanya sendiri (wathan) atau di tempat
yang akan tinggal disitu 10 hari atau lebih (muqim) dan sebelumnya belum melakukan
yang membatalkan puasa, maka ia wajib niat puasa dan melanjutkan hari-harinya dengan
puasa.
9. Seorang musafir yang akan tiba sebelum Dhuhur di kotanya atau di tempat muqimnya
dan dia tidak ingin berpuasa di hari itu, maka ia harus melakukan yang membatalkan
puasa (makan/ minum/ …) sebelum masuk kota tersebut.
10. Seorang musafir yang akan mengadakan perjalanan harus tetap dalam keadaan puasa
sampai ia melewati batas tarakhkhus (dimana adzan kotanya tidak terdengar lagi atau
rumah penduduk akhir kotanya tidak kelihatan lagi)
11. Jika sudah ditetapkan secara syar’iy hilal di suatu tempat, maka tempat lain yang satu
ufuq atau berdekatan dengannya boleh mengikutinya dalam penetapan hilal tersebut.
12. Puasa dua bulan berturut-turut dapat dilakukan dengan cara berpuasa 1 bulan penuh dan
satu hari di bulan berikutnya, tanpa ada hari yang dilewati tanpa puasa tanpa udzur,
kemudian sisanya boleh dicicil sampai genap 60 hari.
13. Jika pada bulan pertama kita memiliki udzur untuk tidak puasa, maka saat hilang udzur
kita wajib berpuasa kembali, kalau tidak maka gugur puasa sebelumnya.
14. Kaffarah memberi makan 60 orang miskin atau fidyah dapat diberikan mentahnya, yaitu
berupa beras/ makanan pokok lainnya. Sebagaimana juga dapat diberikan yang sudah
masak, yang berati harus lengkap dengan lauknya.
15. Seseorang yang memiliki tanggungan puasa wajib (qadha’) maka tidak sah darinya puasa
sunnah.
16. Bertaqiyyah dalam berbuka puasa (lebih awal) hukumnya boleh, namun harus meng
qadha’nya.
5|Page
Zakat Fitrah
1. Wajib bagi setiap orang yang baligh, berakal sehat dan ghaniy (memiliki apa yang
menjadi kebutuhan hidupnya dalam setahun, baik berupa uang tunai atau sejenisnya atau
pekerjaan tetap)
2. Bagi yang telah memenuhi syarat wajib mengeluarkannya untuk dirinya dan orang yang
berada di bawah tanggungannya seperti anak, istri, orang tua dan tamu yang menjadi
tanggungannya pada malam hari idul fitri.
3. Jenis yang harus dikeluarkan adalah makanan pokok suatu tempat atau nilai uangnya.
4. Kadar yang harus dikeluarkan adalah 4 mud (4 X 700 gr) ---- 3 kg
5. Waktu wajibnya adalah sejak terbenam matahari akhir Ramadhan dan masuk malam idul
fitri (1 syawal) sampai dhuhur hari esoknya.
6. Diberikan kepada salah satu dari golongan yang delapan di atas, namun lebih afdhol jika
diserahkan kepada faqir atau miskin mu’minin. Dan jika tidak ada boleh diberikan
kepada para mustadh’afin kaum muslimin.
7. Bagi seorang faqir yang memiliki kadar zakat yang dapat dikeluarkan mustahab juga
mengeluarkan walaupun dengan digilir di kalangan anggota keluarga terlebih dahulu.
K HUMUS
Secara bahasa berarti seperlima, dalam istilah fiqih artinya kewajiban mengeluarkan seperlima
dari jenis-jenis tertentu dari harta kita.
6|Page
6. harta yang didapatkan dari khumus atau zakat.
III. Yang berhak menerima khumus adalah seperti yang tercantum dalam
surat Al Anfal 41, yaitu sbb:
1. Allah SWT
2. Rasul SAWW
3. Dzul Qurba (Para Imam)
4. Anak-anak yatim
5. Orang-orang miskin
6. Ibnus Sabil
Keterangan:
1/2/3 disebut sebagai sahmul Imam yang pada masa ghaibah diserahkan kepada Marja'/ Wali
faqih atau wakil dan orang yang mendapatkan ijazah dari beliau, yangmana beliau nantinya
akan mempergunakannya dalam hal-hal yang diyakini Imam Mahdi as rela dan setuju, seperti
pendanaan dakwah, dsb.
4/5/6 disebut dengan sahmus saadah, yang juga harus diserahkan seperti sahmul Imam,
kecuali mendapatkan izin untuk menyerahkannya langsung kepada mereka.
7|Page