Anda di halaman 1dari 2

KAJIAN RINGKAS SEPUTAR PUASA RAMADAN

Divisi Kepesantrenan Al-Muhajirin, Purwakarta.


A. Definisi Puasa
Menahan diri dari semua yang membatalkan dari mulai terbit fajar (subuh) hingga terbenam matahari
(maghrib) dengan niat tertentu.
B. Hukum Puasa Ramadan
Puasa Ramadhan hukumnya adalah wajib bagi setiap individu muslim yang telah memenuhi syarat.
C. Dalil Puasa Ramadan
Qs. Al-Baqarah ayat 183
D. Syarat Sah Puasa
Jika syarat terpenuhi, maka puasanya sah. Jika tidak, maka puasanya tidak sah.
1. Islam, sehingga tidak sah puasanya non-Muslim.
2. Berakal, sehingga tidak sah puasanya orang gila.
3. Bersih dari haidl dan nifas, sehingga tidak sah puasanya wanita yang sedang haidl atau nifas.
4. Mengetahui waktu yang bisa untuk puasa, sehingga tidak sah puasa pada waktu yang haram
untuk puasa. Seperti puasa pada 1 syawal dan 10 Dzulhijjah.
E. Syarat Wajib
Jika syarat terpenuhi, maka wajib puasa. Jika tidak, maka tidak wajib puasa.
1. Islam, sehingga tidak wajib puasa bagi non-Muslim.
2. Mukallaf (baligh-'aqil), sehingga tidak wajib puasa bagi anak-anak yang belum baligh dan orang
gila.
3. Mampu menjalankan puasa, sehingga tidak wajib puasa bagi orang yang sudah tidak mampu
untuk puasa, seperti orang tua renta dan orang yang sakit parah yang tidak ada harapan untuk
sembuh.
4. Sehat, sehingga tidak wajib puasa bagi orang yang sakit dengan kriteria:
• berakibat kematian jika puasa
• lamanya proses penyembuhan jika puasa
• menambah perahnya sakit jika puasa
5. Menetap (iqāmah), sehingga tidak wajib puasa bagi orang yang sedang melakukan perjalanan
jauh (82 km) yang dilakukan sebelum waktu subuh.
F. Rukun Puasa
Rukun puasa yang harus ditunaikan ada dua, yaitu:
1. Niat, dengan ketentuan:
• dilakukan di malam hari (antara setelah magrib hingga sebelum subuh)
• wajib menentukan nama puasa dengan menyebut nama puasa Ramadan dalam niatnya.
Seperti lafadz “Aku niat puasa Ramadan.”
• niat dilakukan setiap kali akan menjalankan puasa.
2. Meninggalkan hal-hal yang membatalkan puasa.
G. Hal-Hal yang Membatalkan Puasa
Hal-hal yang membatalkan puasa dibagi dua, yaitu yang membatalkan pahala puasa (al-muhbithāt)
dan yang membatalkan puasa (al-mufaththirāt).
1. Yang membatalkan pahala puasa (al-muhbithāt)
1) Ghibah (menggunjing)
2) Namimah (mengadu domba)
3) Berbohong
4) Melihat perkara yang diharamkan
5) Sumpah palsu
6) Berkata dan melakukan perkara kotor dan buruk.
2. Yang membatalkan puasa (al-mufaththirāt)
1) Riddah, yakni keluar dari agama Islam.
2) Haidl, nifas, dan melahirkan.
3) Gila meskipun sebentar.
4) Epilepsi dan mabuk (hilang kesadaran) jika berlangsung sepanjang hari.
5) Melakukan hubungan suami istri.
6) Masuknya suatu benda kedalam salah satu lubang terbuka dalam tubuh, yaitu telinga,
hidung, mulut, kubul (kemaluan), dan dubur (pantat).
7) Mengeluarkan sperma dengan sengaja.
8) Muntah dengan sengaja.
H. Sunnat-Sunnat Puasa
1. Menyegerakan berbuka setelah diyakini 10. Menjaga dan memperhatikan salat witir.
telah masuk waktu maghrib. 11. Memperbanyak membaca Al-Qur'an.
2. Makan sahur. 12. Memperbanyak salat sunnat.
3. Mengakhirkan makan sahur. 13. Memperbanyak amal saleh, seperti sedekah,
4. Berbuka dengan kurma dengan jumlah silaturahmi, hadir ke pengajian, i'tikaf, dan
ganjil. lainnya.
5. Membaca do'a berbuka puasa. 14. Bersungguh-sungguh ibadah di malam 10
6. Memberi makanan berbuka untuk orang terakhir Ramadan untuk mendapat lailatul
puasa. qadar.
7. Mandi junub sebelum waktu subuh. 15. Berbuka dengan makanan yang halal.
8. Mandi setiap malam setelah magrib agar 16. Meluaskan nafkah untuk keluarga.
semangat ibadah malam. 17. Meninggalkan perseteruan dan hal yang sia-
9. Menjaga salat terawih dari malam pertama sia.
hingga terakhir.
I. Makruh-Makruh Puasa
1. Mengunyah sesuatu tanpa menelannya.
2. Mencicipi makanan tanpa adanya keperluan. Jika ada keperluan, maka tidak makruh.
3. Bekam.
4. Memuntahkan air yang pertama diminum saat berbuka.
5. Mandi dengan cara berendam atau berenang.
6. Siwak setelah masuk waktu dzuhur.
7. Banyak tidur, kenyang, dan sibuk dengan hal sia-sia.
8. Melampiaskan keinginan-keinginan dari indra penciuman, penglihatan, atau pendengaran yang
hukumnya mubah.
J. Tingkatan Puasa
1. Puasa umum ('awām), yaitu puasa dari setiap perkara yang membatalkan puasa.
2. Puasa khusus (khowāsh), yaitu puasa dari maksiat.
3. Puasa khusus al-khusus (khowāsh al-khowāsh), yaitu puasa dari sesuatu selain Allah Swt.
K. Qadha dan Fidyah
1. Wajib qadha saja, seperti bagi orang yang batal dengan sengaja, lupa niat di malam hari, dan
epilepsi.
2. Wajib fidyah saja, bagi dua orang berikut:
a. Orang tua renta
b. Orang sakit yang tidak ada harapan sembuh
3. Wajib qadha dan fidyah, bagi dua orang berikut:
a. Orang yang menunda qadha hingga bertemu dengan Ramadan berikutnya.
b. Tidak puasa atau berbuka karena mengkhawatirkan orang lain, seperti seorang wanita hamil-
menyusui yang tak puasa karena khawatir terhadap anaknya saja. Adapun wanita hamil-
menyusui tak puasa karena khawatir terhadap dirinya sendiri atau khawatir diri sendiri dan
anaknya, maka ia hanya wajib qadha saja.
4. Tidak wajib qadha dan fidyah, seperti orang gila yang gilanya tidak disengaja.
L. Beberapa Permasalahan Penting dalam Puasa
1. Tidak boleh melanjutkan makan atau minum ketika sudah terdengar adzan subuh, jika dilanjutkan
maka puasanya batal.
2. Jika wanita haidl atau nifas suci di siang hari Ramadan, maka dianjurkan baginya untuk puasa
hingga magrib.
3. Orang yang murtad wajib meng-qadha puasa yang ia tinggalkan selama ia murtad ketika kembali
masuk Islam.

Anda mungkin juga menyukai