Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PUASA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Islam

Bpk. Arif Al-Wasim

Oleh :

1. Lutfiana Nazila Qorin


2. Nurul Umam

PRODI ILMU QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN JAWA TENGAH

WONOSOBO

2018
PUASA
Oleh:

Lutfiana Nazila Qorin (2017080009)

Nurul Umam (2017080029)

Abstrak

Puasa adalah rukun islam yang ketiga. Karena itu setiap orang yang beriman,
setiap orang islam yang mukallaf wajib melaksanakan ibadah puasa ini selain untuk
mematuhi perintah Allah adalah juga untuk menjadi tangga ketingkat jiwa dan
keluruhan budi dan akhlak.

Puasa merupakan ibadah yang memiliki keistimewaan dibandingkan dengan


ibadah-ibadah yang lain, seperti dituntutnya pelaku untuk benar-benar ikhlas
melakukannya, karena ibadah puasa boleh dikatakan sebagai ibadah yang sifatnya
rahasia, maka puasa hanya dapat dilaksanakan dengan baik oleh orang-orang yang
beriman saja. Kewajiban melaksanakan puasa merupakan kewajiban yang dibebankan
kepada umat islam yang telah baligh dan berakal.

PENDAHULUAN

Puasa termasuk dalam rukun islam, puasa dibagi menjadi puasa wajib dan
puasa sunat, puasa wajib terdiri dari, puasa Ramadhan dan puasa Nazar, sedangkan
puasa sunat banyak macamnya, diantaranya puasa sunat selang-seling, puasa sunat
tiga hari setiap bulan, puasa sunat hari senin dan hari kamis, puasa sunat enam hari
dibulan Syawwal, puasa sunat hari Arafah, puasa sunat Asyura, puasa sunat Sya‟ban,
dan puasa sunat sepuluh hari dibulan Dzulhijjah.
Tentang puasa, Rasulullah pernah bersabda: “ada tiga golongan orang yang
tidak ditolak doa mereka: orang yang berpuasa hingga berbuka, pemimpin yang adil,
dan orang yang dizalimi” (HR. Tirmidzi)
Hadis Nabi Muhammad ini menunjukkan betapa pentingnya berpuasa bagi
seorang mukmin. Hadis ini juga menunjukkan betapa puasa, yang bagi seorang
muslim wajib pada bulan Ramdhan, memiliki keutamaan yang tinggi. Bahkan tidak
hanya dikalangan orang Islam, puasa juga begitu penting di kalangan orang-orang
non-Islam, termasuk orang-orang yang memiliki kepercayaan lokal dengan model-
model puasanya sendiri.

1|Page
DEVINISI PUASA

Puasa secara bahasa berarti menahan diri dari sesuatu. Secara istilah dimaknai
dengan menahan dari segala hal yang membatalkan mulai dari terbitnya fajar sampai
terbenamnya matahari dengan niat tertentu. Pengertian di atas merujuk pada firman
Allah dalam surat al-Baqarah ayat 178 yang artinya “Makan minumlah hingga terang
bagimu benang putih dari benang hitam yaitu fajar kemudian sempurnakanlah puasa
sampai menjelang malam”.

Mengenai pengertian makan dan minum dalam konteks berpuasa ternyata


memiliki cakupan yang lebih luas dari sekedar memasukan makanan dan minuman
lewat mulut. Bahkan para pakar fiqih terjadi perbedaan pendapat dalam
menjelaskanya.namun pendapat yang al-ashah mengatakan bahwa yang dijadikan
tolak ukurnya adalah segala hal yang sampai pada rongga tubuh (al-jauf) lewat organ
berlubang yang terbuka seperti mulut, telinga, dubur, kemaluan dan hidung meskipun
rongga tersebut tidak dapat memproses makanan atau obat-obatan.1

HUKUM BERPUASA DAN MACAMNYA

1. Wajib, meliputi:
a. Puasa bulan Ramadhan.
b. Puasa qadla‟ bulan Ramadhan.
c. Puasa untuk membayar kafarat. Seperti kafarat zhihar, membunuh dan
melakukan hubungan untim di siang hari pada saat bulan ramadhan.
d. Puasa dalam ibadah haji dan umrah sebagai ganti dari penyembelihan
fidyah.
2. Sunnah, meliputi:

1
Mustamar imam dkk, Kamus Fiqh, Kediri, Purna Siswa MHM, 2013. h 187

2|Page
a. Puasa yang berulang-ulang setiap tahun seperti puasa hari Arafah, hari
Tasu „a (tanggal 9 muharram), hari „Asyura (tanggal 10 Muharram), puasa
tanggal 11 Muharram, puasa enam hari bulan syawal, puasa di bulan-
bulan yang dimuliakan (Dzulqa‟dah, Dzulhijjah, Muharra dan Rajab),
puasa 10 hari pada awal bulan Dzulhijjah selain tanggal 10.
b. Puasa yang berulang-ulang setiap bulan seperti puasa tanggal 13, 14, dan
15 setiap bulan dan puasa pada tanggal 28, 29 dan 30 setiap bulan.
c. Puasa yang berulang-ulang setiap minggu seperti puasa pada hari Senin,
Kamis dan puasa Daud (sehari puasa sehari tidak).
3. Makruh, seperti puasa khusus untuk hari jum‟at, hari sabtu atau hari ahad dan
puasa selama setahun penuh bagi orang yang khawatir berdampak negatif atau
tidak mampu melaksanakan kesunahan.
4. Haram. Terbagi menjadi dua macam:
a. Tetap sah meskipun berhukum haram. Seperti puasanya seorang istri tanpa
seizin suaminya dan puasa seorang budak tanpa seizing majikanya.
b. Haram dan tidak sah meliputi:
 Puasa hari raya idul fitri (tanggal 1 Syawal)
 Puasa hari raya idul adha (tanggal 10 Dzulhijjah)
 Puasa hari-hari Tasyrik (tanggal 11, 12, 13 bulan Dzulhijjah)
 Puasa separuh akhir bulan Sya‟ban (mulai tanggal 16 hingga akhir
bulan)
 Puasa hari Syakk, yaitu puasa pada tanggal 30 Sya‟ban ketika ada
kabar terlihatnya hilal atau hilal telah disaksikan oleh orang-orang
yang tidak diterima kesaksianya seperti perempuan dan anak kecil
sehingga mengakibatkan adanya keraguan dalam berpuasa.

3|Page
SYARAT-SYARAT WAJIB PUASA

1. Islam, meskipun di masa lalu. Sehingga orang murtad tetap berkewajiban


mengganti puasa-puasa yang telah ditinggalkan jika kembali memeluk islam.
2. Baligh
3. Berakal
4. Mampu
Ke-empat syarat di atas tidak bisa dipisahkan sehingga kewajiban
puasa diperuntukan bagi setiap muslim yang telah mencapai usia baligh,
berakal serta mampu melaksanakanya. Bagi muslim yang belum mencapai
usia baligh, dia tidak ada kewajiban untuk berpuasa meskipun puasa yang
dilakukanya tetap sah. demikian juga bagi seorang muslim yang telah baligh
namun keadaan akalnya tidak sehat (gila) maka tidak ada kewajiban untuk
berpuasa dan menggantinya. Namun jika sebab gila yang ditimbulkan adalah
karena kecerobohan dan kesengajaan semisal karena mengonsumsi obat-
obatan maka ada kewajiban untuk mengganti puasanya di hari yang lain. Bagi
muslim yang sudah tua renta atau lemah karena sakit yang tidak dapat
diharapkan kesembuhanya maka tidak ada kewajiban untuk berpuasa, namun
ada kewajiban untuk membayar fidyah.

SYARAT-SYARAT SAH PUASA 2

1. Islam selama berpuasa


2. Berakal selama berpuasa
3. Suci dari haidl dan nifas selama berpuasa
4. Tamyiz

2
Team penyusun text book Ilmu Fiqih 1, Ilmu Fiqih, Jilid 1 (Jakarta: Proyek Pembinaan Prasrana dan
Sarana Perguruan Tinggi Agama/ IAIN Jakarta, 1983), hlm. 303.

4|Page
RUKUN-RUKUN PUASA

Berikut ini adalah hal-hal yang harus dilakukan secara bersamaan ketika
melaksanakan puasa

1. Niat
Yaitu menyengaja dalam hati untuk berpuasa. Waktu pelaksanaan niat sendiri
adalah pada malam hari untuk puasa wajib seperti puasa ramadhan dan puasa
nazar. Kemudian ketika melaksanakan niat wajib menentukan jenis puasa
yang diniatkan.
2. Menahan diri dari makan dan minum walaupun sedikit
Jika seorang yang berpuasa makan atau minum secara tidak sengaja atau
karena lupa maka puasanya tetap sah
3. Menahan diri dari bersetubuh dengan sengaja
4. Menahan diri dari menyengaja muntah
Jika tersedak atau tidak mampu menahan muntah maka puasanya tetap sah
KESUNAHAN-KESUNAHAN KETIKA BERPUASA
1. Sahur
Dimulai sejak separuh akhir dari malam sehingga makan sebelum waktu sahur
tidak termasuk sahur serta tidak mendapatkan kesunahan puasa
2. Mengakhirkan sahur
3. Menyegerakan untuk berbuka puasa ketika merasa yakin atau ada dugaan kuat
bahwa matahari telah terbenam
4. Menahan diri dari makanan syubhat
5. Berbuka dengan kurma, air, manisan, daging, susu atau madu
6. Berdoa ketika masuk waktu berbuka
7. Memperbanyak sedekah dan memberi makan pada orang yang sedang
berbuka puasa
8. Memperbanyak membaca al-qur‟an, ibadah, I‟tikaf dan zikir

5|Page
9. Menghindari perkataan yang tidak baik, dusta, menggunjing orang lain dan
sebagainya dari sudut pandang berpuasa meskipun secara hukum asalnya
kata-kata tersebut memang wajib dihindari

KEMAKRUHAN-KEMAKRUHAN KETIKA BERPUASA


1. Berkumur dan menghirup air ke dalam hidung secara berlebihan
2. Mencicipi makanan tanpa menelanya kecuali ada hajat seperti memasak atau
untuk kebutuhan orang lain
3. Berbekam
4. Menghirup dan memandang wewangian
5. Mandi dengan cara berendam
6. Bersiwak setelah tergelincirnya matahari. Namun menurut Imam Al-Nawawi
hal tersebut tidak dimakruhkan
7. Terlalu banyak makan, tidur dan berbicara yang tidak berfaedah
8. Melakukan syahwat-syahwat yang diperbolehkan

HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA

1. Masuknya suatu benda melalui celah atu organ yang terbuka ke dalam rongga
tubuh
2. Muntah dengan sengaja
3. Berhubungan badan (jimak) dengan sengaja dan tanpa unsur paksaan
4. Keluar sperma (inzal) yang disebabkan bersentuhnya kulit secara langsung,
termasuk masturbasi baik dengan tangan sendiri maupun orang lain
5. Gila
6. Mabuk, pingsan dan epilepsi jika terjadi sepanjang hari pada saat berpuasa
7. Murtad
8. Haidl
9. Nifas
10. Melahirkan

6|Page
HIKMAH PUASA
Diantara hikmah disyariatkanya puasa adalah sebagai;
1. Tanda terimakasih kepada Allah karena semua ibadah mengandung arti
terimakasih kepada Allah atas nikmat pemberian-Nya yang tidak terbatas
banyaknya, dan tidak ternilai harganya.
2. Didikan kepercayaan, seseorang yang telah sanggup menahan makan dan minum
dari harta yang halal kepunyaannya sendiri, karena ingat perintah Allah, sudah
tentu ia tidak akan meninggalkan segala perintah Allah, dan tidak akan berani
melanggar segala larangan-Nya.
3. Didikan perasaan belas kasihan terhadap fakir-miskin karena seseorang yang
telah merasa sakit dan pedihnya perut keroncong. Dengan demikian, akan timbul
perasaan belas kasihan dan suka menolong fakir miskin.
4. Guna menjaga kesehatan.

7|Page
SIMPULAN

Puasa adalah terjemah dari Ash-Shiyam. Menurut istilah bahasa berarti menahan
diri dari sesuatu dalam pengertian tidak terbatas “saumu” (puasa), menurut bahasa
Arab adalah “menahan dari segala sesuatu”, seperti makan.minum,nafsu, menahan
berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya.

Menurut istilah agama Islam yaitu “menahan diri dari sesuatu yang
membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari
dengan niat dan beberapa syarat.
Yang diwajibkan berpuasa itu adalah orang yang beriman (muslim) baik laki-laki
maupun perempuan (untuk perempuan suci dari haid dan nifas), berakal,baligh
(dewasa), tidak dalam musafir (perjalanan) dan sanggup berpuasa.

DAFTAR PUSTAKA

Bisri Adib, Al-fatah Munawwar. Kamus Indonesia Arab. Arab Indonesia. Surabaya:
Pusaka Progessidme. 1999

Daud Ali Mohammad. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1998

Imam Mustamar dkk. Kamus Fiqh. Kediri. Purna Siswa MHM, 2013

8|Page

Anda mungkin juga menyukai