Anda di halaman 1dari 4

Artikel tentang puasa wajib dan

sunnah
Disusun oleh:M. Naufal Ardani

Kelas:VIII

Mapel:PAI(Pendidikan agama islam)

Sekolah:Smps IT Madani

A.Pengertian Puasa Wajib


Pengertian puasa wajib adalah puasa yang harus dijalankan oleh umat
Islam sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Puasa wajib jika tidak
dilaksanakan akan mendatangkan dosa. Namun, dalam kondisi tertentu
puasa wajib bisa digantikan dengan membayar denda atau fidyah. Yang
termasuk dalam puasa wajib adalah puasa Ramadan, puasa kifarat, dan
puasa nazar. Selain puasa wajib masih ada lagi puasa sunah dan puasa
haram. Contoh puasa sunah adalah puasa 6 hari di bulan Syawal, puasa
Senin-Kamis, puasa hari Arafah dan sebagainya. Sedangkan puasa haram
adalah puasa yang tidak diperkenankan untuk dilaksanakan pada hari-hari
tertenru misalnya puasa pada saat hari Raya Idul Fitri, Idul Adha dan
puasa di hari Tasyrik. Demikian yang dimaksud dengan pengertian puasa
wajib.

Syarat Wajib Puasa


Setelah memahami pengertian puasa wajib maka kita perlu memahami
syarat wajib puasa. Syarat artinya segala sesuatu yang harus dipenuhi
sebelum melaksanakan suatu pekerjaan. Syarat untuk wajibnya puasa
adalah

1. Beragama Islam
2. Sudah mencapai usia balig
3. Suci dari haid dan nifas bagi wanita
4. Dilaksanakan dalam waktu yang diperbolehkan untuk berpuasa

Selain syarat wajib puasa, masih ada juga rukun puasa yang harus
dipenuhi atau dikerjakan sebelum melaksanakan puasa. Jika rukun ini tidak
dipenuhi maka puasanya tidak sah. Yang termasuk rukun puasa ada dua,
yaitu

1. Niat berpuasa pada malam hari. Karena jika seseorang melaksanakan


puasa tanpa adanya niat maka puasanya tidak sah. Namun niat tidak harus
diucapkan dengan lisan.

2. Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa mulai dari terbitnya
fajar sampai dengan terbenamnya matahari. Adapun hal-hal yang dapat
membatalkan puasa adalah sebagai berikut

 Makan dan minum dengan sengaja


 Berhubungan badan di siang hari
 Keluar mani (sperma) dengan sengaja
 Keluarnya darah haid ataupun nifas
 Muntah dengan sengaja
 Mabuk atau hilang akal di siang hari

Bagi orang yang tidak melaksanakan puasa Ramadan wajib baginya


mengganti puasa di hari yang lain.

Orang-Orang yang Diperbolehkan


Tidak Berpuasa
Termasuk dalam pengertian puasa wajib adalah mengetahui orang-orang
tertentu yang diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Dalam kondisi tertentu
ada orang-orang yang diberi keringanan untuk tidak melaksanakan puasa
Ramadan dengan ketentuan orang tersebut wajib mengganti puasa di hari
yang lain. Orang-orang yang diberi keringanan untuk tidak berpuasa, yaitu

1. Orang yang sedang sakit. Orang tersebut wajib mengganti puasanya


ketika sudah sembuh.
2. Orang yang sedang bepergian jauh (musafir) dengan tujuan tidak
untuk melakukan maksiat maka selesai perjalanan dia harus
mengganti puasa di waktu yang lain.
3. Orang yang telah lanjut usia (pikun) atau sakit menahun, yaitu orang
yang sudah sangat tua. Sehingga untuk mengganti puasa juga tidak
mungkin. Sebagai pengganti, dia harus membayar fidyah, yaitu
memberi makan seorang miskin setiap harinya selama tidak
berpuasa. Ukuran fidyah kurang lebih ¾ liter beras atau makanan
yang mengenyangkan.
4. Orang yang sedang hamil atau menyusui.
5. Orang yang sedang hamil atau menyusui jika tidak kuat
melaksanakan puasa, boleh baginya untuk tidak berpuasa. Dengan
ketentuan akan mennganti puasa pada hari yang lain sejumlah hari
puasa yang ditinggalkan dan wajib membayar fidyah.

Dengan mengetahui pengertian puasa wajib, maka kita bisa menjalankan


ibadah di bulan suci ini dengan sebaik-baiknya sehingga manfaat puasa
bisa kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, banyak sekali
manfaat yang bisa kita petik dari ibadah puasa ini seperti jiwa menjadi
bersih, badan menjadi sehat, mendapatkan pahala, melatih disiplin,
kejujuran dan kesabaran, mendidik kita untuk mengendalikan hawa nafsu,
mendidik kita untuk berempati kepada fakir miskin, dan tentu saja
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Swt.

B.puasa sunnah

Puasa sunnah adalah adalah suatu amalan yang dapat melengkapi kekurangan
amalan wajib. Selain itu pula sunnah dapat meningkatkan derajat seseorang menjad
wali Allah yang terdepan (as saabiqun al-muqorrobun). Sebagaimana yang
disebutkan
dalam hadist qudsi yang artinya :

"Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-amalan sunnah


sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya maka Aku akan memberi
petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk
pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada
pangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya
yang ia gunakanu untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang
ia gunakan untuk melihat, memberi petuntuk pada tangannya yang ia gunakan untuk
memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia
memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohn
perlindungan, pasti Aku akan melindunginya.

Macam-macam Puasa Sunnah


1. Puasa Enam Hari pada Bulan Syawal
2. Puasa Arafah
3. Puasa Senin - Kamis
4. Puasa Asyura
5. Puasa Daud (sehari puasa, sehari tidak)
6. Puasa 3 hari pada pertengahan bulan (menurut kalender Islam)(Yaumul Bidh),
tanggal 13, 14, dan 15.
7. Puasa pada sebagian bulan Sya'ban
8. Puasa bulan Haram; yaitu bulan Dzulkhaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.
Ketentuan dalam Melakukan Puasa Sunnah

1. Boleh berniat puasa sunnah setelah terbit fajar jika belum makan, minum dan
selama tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa. Berbeda dengan puasa
wajib maka niatnya harus dilakukan sebelum fajar. Dari 'Aisyah Radhiyallahu 'anha
ia berkata,
"Pada suatu hari, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menemuiku dan bertanya,
"Apakah kamu mempunyai makanan?" Kami menjawab, "Tidak ada."Beliau berkata,
"Kalau begitu, saya akan berpuasa." Kemudian beliau datang lagi pada hari yang
lain dan kami berkata, "Wahai Rasulullah, kita telah diberi hadiah berupa Hais
(makanan yang terbuat dari kura, samin dan keju)."Maka beliau pun berkata,
"Bawalah kemari, sesungguhnya dari tadi pagi aku berpuasa".

2. Boleh menyempurnakan atau membatalkan puasa sunnah. Dalilnya adalah hadits


'Aisyah diatas. Puasa sunnah merupakan pulihan bagi seseorang ketika ia ingin
memulainya, begitu pula ketika ia ingin meneruskan puasanya. Inilah pendapat dari
sekelompok sahabat, pendapat Imam Ahmad, Ishaq, dan selainnya. Akan tetapi
mereka semua, termasuk juga Imam Asy Syafi'i bersepakat bahwa disunnahkan
untuk tetap menyempurnakan puasa tersebut.

3. Seorang istri tidak boleh berpuasa sunnah sedsangkan suaminya bersamanya


kecuali dengan seizin suaminya. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda, yang artinya ;
"Janganlah seorang wanita berpuasa sedangkan suaminya ada kecuali
dengan seizinnya"

An Nawawi rahimahullah menjelaskan. "Yang dimaksudkan dalam hadist tersebut


adalah puasa sunnah yang tidak terikat dengan waktu tertentu. Larangan yang
dimaksudkan dalam hadits di atas adalah larangan haram, sebagaimana ditegaskan
oleh para ulama Syafi'iyah. Sebab pengharaman tersebut karena suami memiliki hak
untuk bersenang-senang dengan istrinya setiap harinya. Hak suami ini wajib
ditunaikan dengan segera oleh istri. Dan tidak bisa hak tersebut terhalang dipenuhi
gara-gara si istri melakukan puasa sunnah atau puasa wajib yang sebenarnya bisa
diakhirkan." Beliau rahimahullah menjelaskan pula, "Adapun jika suami bersabar,
maka si istri boleh berpuasa. Karena ketika suami tidak ada di sisi itri, ia tidak
mungkin bisa bersenang-senang dengannya."

Anda mungkin juga menyukai