Puasa Ramadhan pertama kali diwajibkan pada bulan Sya’ban tahun 2 Hijriyah. Rosulullah
SAW. selama masa hidupnya telah melakukan ibadah puasa sebanyak 9 kali yang kesemuanya tidak
ada yang sempurna genap 30 hari, melainkan 29 hari kecuali hanya sekali saja.
A. DEFINISI PUASA
Puasa menurut bahasa adalah menahan diri dari sesuatu, baik dari makanan atau berbicara.
Menurut bahasa Arab, orang yang menahan diri untuk tidak berbicara juga disebut berpuasa.
Adapun puasa menurut agama adalah menahan diri dari hal-hal yang membatalkannya mulai
dari terbitnya fajar shodiq (masuknya waktu Shubuh) sampai terbenamnya matahari (masuknya
waktu Maghrib)
B. HUKUM PUASA
Hukum puasa itu terbagi menjadi empat:
1. Wajib. Puasa yang dihukumi wajib adalah:
- Puasa Ramadhan.
- Puasa Qodho’.
- Puasa Kaffarot seperti kaffarot dhihar, kaffarot sebab membunuh atau kaffarot sebab
menyetubuhi istrinya di siang bulan Ramadhan.
- Puasa ketika haji atau umroh yang dijadikan pengganti dari menyembelih hewan (dam
haji atau umroh).
- Puasa sebelum melaksanakan sholat Istisqo’.
- Puasa nadzar.
2. Sunnah. Puasa sunnah terbagi menjadi 3 kategori:
- Puasa sunnah yang hanya dilakukan sekali dalam setahun seperti puasa Arofah (9
Dzulhijjah), puasa Tasu’a (9 Muharram), dan ‘Asyuro (10 Muharram).
- Puasa sunnah yang dilakukan sebulan sekali seperti puasa Ayyamil Biidl (tanggal 13, 14,
15), puasa ayyamus suud (tanggal 28, 29, 30).
- Puasa sunnah yang dilakukan setiap minggu sekali seperti puasa hari Senin dan Kamis.
3. Makruh. Puasa makruh seperti puasa di hari Jum’at saja, atau hari Sabtu saja, atau hari
Ahad saja, dan puasa dahr bagi orang yang takut akan madlorrot (bahaya) untuk dirinya.
4. Haram. Puasa haram terbagi menjadi dua macam:
- Haram hukumnya namun tetap sah puasanya, seperti puasanya seorang istri tanpa izin
suami, dan puasanya seorang budak tanpa izin dari tuannya.
- Haram dan tidak sah puasanya. Hukum seperti ini ditemukan di lima keadaan:
a. Puasa hari raya Idul Fitri.
b. Puasa hari raya Idul Adha.
c. Puasa hari Tasyriq (tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah).
1
d. Puasa di setengah akhir bulan Sya’ban (tanggal 16 Sya’ban sampai akhir).
e. Puasa hari Syak (puasa tanggal 30 Sya’ban atas dasar obrolan masyarakat bahwa
ada yang melihat hilal Ramadhan tapi masih diragukan kebenarannya, atau atas
dasar kesaksian orang yang tidak diterima kesaksiannya seperti perempuan dan
anak kecil).
2
E. RUKUN PUASA
Rukun puasa ada dua:
1. Niat. Jika puasa wajib, niat harus dilakukan sebelum terbitnya fajar shodiq. Jika puasa
sunnah, niat boleh dilakukan setelah fajar shodiq selama matahari belum tergelincir dan
belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa.
2. Meninggalkan perkara-perkara yang bisa membatalkan puasa. Apabila melakukannya
dalam keadaan lupa, atau dipaksa, atau tidak mengetahui hukum, atau mempunyai udzur
yang tidak bisa menghindarinya, maka puasanya tidak dihukumi batal.
6. Masuknya suatu benda ke dalam badan melalui rongga badan (manfadz maftuh).
Benda yang dimaksud di sini tidak termasuk udara atau angin, sehingga masuknya angin
atau udara ke dalam badan tidak menyebabkan puasa batal. Demikian halnya dengan
3
masuknya bau atau rasa ke dalam perut tanpa disertai barangnya, ia tidak menyebabkan
puasa batal.
Catatan:
Jika ada sesuatu yang masuk ke dalam badan melalu lubang pori-pori kulit, maka puasanya
tidak dihukumi batal, sebab pori-pori bukan termasuk manfadz maftuh.
Yang dimaksud dengan badan (jauf) adalah tempat yang berfungsi untuk mencerna
makanan atau obat seperti lambung atau hanya berfungsi mencerna obat saja seperti otak.
4
Rafi’i memasukkannya ke dalam batas bagian dalam sehingga tidak membatalkan
puasa kalau ditelan kembali.
7. Al-Istimna’. Mengeluarkan mani dengan sengaja itu dapat membatalkan puasa, baik
dilakukan dengan tangannya sendiri, dengan tangan istrinya, disebabkan melihat dan
menghayal (disertai kesadaran dan pengetahuan bahwa melihat dan menghayal seperti ini
dapat menyebabkan keluarnya mani), atau dengan meniduri (bersenggama). Jika seseorang
dengan sengaja mengeluarkan mani sebab beberapa hal di atas, maka puasanya batal.
Kesimpulan masalah keluar air mani adalah sebagai berikut:
a. Membatalkan puasa:
- Apabila dikeluarkan dengan cara istimna’ (onani)
- Apabila keluar karena memeluk istrinya tanpa busana .
b. Tidak membatalkan puasa :
- Apabila keluar tanpa memeluk pasangan (hanya dengan menghayal atau memikirkan).
- Apabila keluar karena memeluk pasangannya dalam keadaan berbusana.
Catatan:
Hukum berciuman waktu puasa adalah haram apabila berciuman itu dapat
menggerakkan nafsu syahwat (birahi), namun apabila tidak sampai menggerakkan
syahwat, maka hukumnya adalah khilaf aula, yaitu lebih baik dihindari. Apabila dengan
berciuman tersebut sampai menyebabkan keluarnya mani, maka puasanya tidak batal.
PENTING
Apabila seseorang yang memiliki kewajiban mengqodhoi puasa Ramadhan tidak
mengqodlo’ puasanya sampai masuk Ramadhan berikutnya tanpa udzur yang
dibenarkan, maka ia wajib mengqodho’ puasa tersebut ditambah dengan membayar
fidyah berupa 1 Mud (690 Ons) beras atau makanan pokok daerah setempat setiap
harinya. Jumlah dan banyaknya fidyah ini akan terus bertambah sampai ia
membayarnya.
Contoh: Apabila tahun lalu ia punya hutang puasa Ramadhan selama 7 hari,
kemudian dengan tanpa udzur yang dibenarkan ia tidak mengqodhoi puasa tersebut
hingga Ramadhan tahun ini, maka dia wajib mengqodho’ puasa 7 hari dan
membayar fidyah sebanyak 7 Mud. Apabila hingga tahun berikutnya belum juga
dibayar, maka dia wajib mengqodho puasa 7 hari dan membayar fidyah sebanyak 14
Mud dan begitu seterusnya.
Semoga Bermanfaat