Anda di halaman 1dari 21

F I Q I H

PUASA RAMADHAN
Muhammad Fiky Ardhiansyah
Definisi & Keutamaan Puasa

Definisi Dalil Kapan Mulai


Secara bahasa “Hai orang-orang yang Diwajinkan?
as-syiyam (puasa) artinya beriman, diwajibkan atas Puasa Ramadhan mulai
al-imsak menahan. kamu puasa sebagaimana diwajibkan bagi umat Islam di
diwajibkan puasa atas tahun ke-2 Hijriyah pada
Secara syariat puasa orang-orang sebelum bulan Sya`ban. Semasa
(as-syiyam) artinya kamu agar kamu bertakwa”. hidupnya, Rasulullah saw
menahan diri dari semua (Al-Baqarah 183) sudah berpuasa 9 kali
hal yang membatalkan Ramadhan, di setiap
puasa sejak dari terbit Ramadhan tersebut
fajar hingga terbenamnya jumlahnya 29 hari, kecuali 1
matahari dengan niat bulan Ramadhan yang
tertentu. berjumlah 30 hari.
Keutamaan Puasa
RUKUN PUASA 1. Niat (Baik dalam puasa wajib maupun sunah).
2. Meninggalkan hal yang membatalkan puasa.
- Masuknya sesuatu kedalam lubang tubuh - Mulut, hidung,
telinga, qubul dan dubur - dengan sengaja (Termasuk infus,
suntikan, obat ambien dll)
- Muntah dengan sengaja
- Melakukan hubungan seksual
- Keluar mani dengan sengaja
- Haid atau Nifas
- Gila
- Murtad

Jika melakukan hal yang membatalkan puasa karena lupa,


dipaksa, atau ketidaktauan yang ma`dzur (ditolerir), maka
puasanya tetap sah. Ketidaktauan yang ma`dzur yang
dimaksud adalah ketidaktauannya tentang fikih puasa, karena
ia hidup jauh dari ulama atau karena ia seorang mualaf yang
baru masuk Islam.
Sunnah Puasa
a. Segera berbuka puasa ketika sudah yakin masuk Maghrib. Berbeda jika masih ragu-ragu, maka wajib untuk berhati-hati dengan
mengakhirkan berbuka hingga yakin sudah masuk maghrib.
b. Sahur meskipun dengan seteguk air. Waktu sahur mulai dari tengah malam.
c. Mengakhirkan sahur namun tidak terlalu mendekati subuh. Sunnah untuk berhenti makan makanan sebelum fajar dengan jarak yang
cukup untuk membaca 50 ayat (1/4 jam).
d. Berbuka dengan kurma basah dengan jumlah ganjil. Jika tidak ada maka dengan kurma yadam, lalu kurma keringm lalu zam zam, lalu air
lalu hulwun (makanan manis yang tidak diproses dengan api) kemudian halwa (makanan manis yang diproses dengan api).
e. Membaca doa berbuka puasa.
f. Memberi jamuan berbuka.
g. Mandi janabat sebelum fajar, supaya dalam keadaan suci sejak awal berpuasa.
h. Mandi setiap malam di bulan Ramadhan setelah waktu maghrib, agar semangat dan segar saat ibadah di malam hari.
i. Melaksanakan sholat teraweh sejak malam pertama hingga akhir Ramadhan.
j. Sangat dianjurkan untuk melaksanakan shalat witir. Shalat witir di bulan Ramadhan memiliki tiga keistimewaan:
a. Sunnah dilaksanakan dengan berjamaah
b. Sunnah mengeraskan suara
c. Sunnah membaca doa qunut di separuh kedua dari bulan Ramadhan.
k. Memperbanyak membaca al-Qur’an dengan merenungkan maknanya.
l. Memperbanyak shalat sunnah seperti shalat Rawatib, Dhuha, Tasbih dan Awwabin.
m. Memperbanyak amal saleh, seperti I’tikaf, sedekah, silaturrahim, menghadiri majelis ilmu, umroh dan membaca doa-doa yang
diriwayatkan dari Rasulullah ‫ﷺ‬.
n. Berusaha menemukan malam Lailatul Qadar di sepuluh malam terakhir terutama di hari-hari ganjilnya.
o. Tausi’ah atau melonggarkan nafkah pada keluarga.
p. Meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat dan saling mencaci.
Yang dimakruhkan Puasa
a. Al-‘alqu, yaitu mengunyah sesuatu tanpa ada sedikitpun yang masuk ke perut (ke anggota tubuh bagian dalam). Jika sampai ada yang
masuk, maka puasanya batal.
b. Mencicipi makanan tanpa ada hajat dan tidak ada sedikitpun yang masuk ke dalam. Jika mengunyah karena ada hajat, maka tidak
makruh.
c. Bekam, yaitu mengeluarkan darah. Hal ini dimakruhkan karena melemaskan badan. Sebagaimana makruh membekam diri sendiri, juga
hukumnya makruh membekam orang lain.
d. Membuang air yang pertama kali masuk ke dalam mulut saat berbuka, karena hal ini bisa menghilangkan berkah puasa.
e. Menyelam dalam air meskipun karena melakukan mandi wajib.
f. Bersiwak setelah waktu Dzuhur, karena bisa menghilangkan bau mulut sebab berpuasa.
g. Banyak makan dan tidur serta berbicara hal-hal yang tidak berfaedah, karena bisa menghilangkan faedah puasa.
h. Menikmati kesenangan-kesenangan yang mubah baik hal-hal yang dicium, dilihat ataupun didengar.
Yang membatalkan Puasa
(Puasa dan pahalanya)
a. Murtad, keluar dari Islam dengan niat, ucapan atau perbuatan meskipun hanya sebentar.
b. Haidh, nifas (meskipun sedikit) dan melahirkan di siang hari.
c. Gila walaupun sebentar saja.
d. Pingsan dan mabuk, jika keduanya terjadi seharian. Jika sempat sadar meskipun sebentar maka sah puasanya.
e. Jima’ (hubungan biologis).
f. Masuknya benda ke dalam tubuh melalui jalan atau rongga yang terbuka di badan.
g. Berusaha mengeluarkan sperma baik dengan tangan sendiri, tangan istri, berpelukan, menghayal atau melihat yang diketahui dapat
mengeluarkan sperma. (Mimpi basah tidak membatalkan puasa walaupun keluar sperma, karena keluarnya sperma tidak disengaja).
h. Muntah disengaja meskipun sedikit.

Yang membatalkan pahala puasa

a. Ghibah, yaitu berbicara tentang orang lain dengan hal-hal yang tidak disukainya meskipun itu benar adanya.
b. Namimah, yaitu memindah ucapan dengan tujuan memunculkan fitnah (adu domba)
c. Bohong, yaitu memberi berita yang tidak sesuai dengan kenyataan.
d. Melihat hal-hal yang haram atau halal tetapi disertai nafsu birahi (syahwat), yaitu menikmati apa yang dilihat.
e. Sumpah palsu.
f. Berkata dusta, jelek dan berbuat keburukan.
Apa saja keadaan yang tidak membatalkan puasa ketika ada benda masuk?

a. Benda masuk tubuh sebab lupa.


b. Benda masuk tubuh karena tidak tahu kalau hal tersebut bisa membatalkan puasa dan ketidaktahuannya
karena udzur.
c. Benda masuk ke tubuh karena paksaan yang telah memenuhi syarat.
d. Benda masuk ke tubuh karena menelan ludah murni dan suci yang membaca sisa-sisa makanan yang
berada di sela-sela gigi.
e. Debu di jalanan yang masuk ke mulut.
f. Debu terigu dan sejenisnya yang masuk ke tubuh.
g. Lalat dan sesamanya yang terbang dan masuk ke dalam tubuh.
N I AT P U A S A
WA J I B & S U N N A H
SYARAT NIAT PUASA
a. Al-Jazm: Yakin, tidak boleh menggantungkan niat. (Contoh: jika besok tidak ada makanan
aku puasa, jika besok ada makanan aku tidak puasa).

b. At-Ta`yin: Menentukan atau memberikan spesifikasi. Contoh: niat puasa Ramadhan, atau
niat puasa nadzar, dll. Karena puasa adalah ibadah yang berkaitan dengan waktu tertentu,
maka harus ditentukan niatnya untuk membedakannya dari yang lain.

c. At-Tabyit: Mengukuhkan niat tersebut di malam hari – dari setelah tenggelam matahari
hingga sebelum terbit fajar – . Sebagaimana disebutkan dalam hadis Rasulullah saw bersabda
“siapa yang tidak berniat puasa di malam hari, maka tidak ada puasa baginya”, HR. Nasa’i, Ibn
Majah dan Ahmad.

d. At-Tajdid: Mengulang niat setiap hari selama bulan Ramadhan. Karena setiap hari ibadah
tersendiri, jika puasa batal 1 hari maka tidak merusak ke-sah-an puasa di hari lain.
Syarat Wajib Puasa

1. Islam, seorang kafir tidak diwajibkan baginya puasa (jika nanti masuk Islam maka
ia tidak wajib meng-qadha puasa yang ditinggalkan saat kafir),1 sedangkan murtad
wajib baginya meng-qadha semua puasa yang ditinggalkan ketika ia masuk Islam
kembali.

2. Mukalaf, yaitu baligh dan berakal. (Laki2 dengan mimpi basah dan perempuan
dengan haid)

3. Mampu berpuasa, pengertian mampu ada 2 yaitu secara fisik dan secara syariat:
Secara fisik: orang jompo/tua renta dan orang sakit yang tidak ada harapan sembuh
tidak wajib puasa.
Secara syariat: wanita yang sedang haid dan nifas tidak wajib puasa (bahkan haram).
Syarat Wajib Puasa
4. Sehat, seseorang yang sedang sakit tidak wajib puasa.
o jika sakitnya sudah ada sejak sebelum terbit fajar maka ia tidak wajib niat puasa esok hari
o jika sakitnya belum muncul sebelum terbit fajar maka ia wajib berniat puasa esok hari, jika di
siang hari kembali sakit maka ia boleh berbuka.

Syarat penyakit yang membolehkan penderitanya tidak berpuasa adalah:


o ditakutkan menyebabkan meninggal,
o menyebabkan sembuhnya lebih lama,
o bertambah parah penyakitnya jika berpuasa.

5. Muqim (tidak sedang bepergian).


Musafir boleh tidak berpuasa, jika memenuhi syarat (jika salah satu dari 3 hal berikut tidak
terpenuhi maka ia tetap wajib berpuasa):
- safarnya lebih dari 82 km
- safar dalam hal mubah bukan untuk maksiat.
- Sudah mulai perjalanannya sejak sebelum terbit fajar.
Syarat Syah Puasa
1. Islam, jika tengah puasa murtad – wal iyadzu billah – maka puasanya tidak sah.

2. Berakal, yaitu sadar sepanjang hari selama berpuasa:


- Jika tengah puasa ia gila meski hanya sebentar maka puasanya tidak sah
- Pingsan atau mabuk membatalkan puasa jika tidak tersadar sepanjang hari

3. Suci dari haid dan nifas.


- Jika di siang hari kedatangan haid – meskipun 5 menit menjelang magrib – maka puasa
hari itu tidak sah dan wajib qadha,
- Jika ia bersuci dari haid di siang hari maka disunahkan baginya imsak (menahan diri dari
makan minum) hingga waktu berbuka dan tetap meng-qadha hari tersebut.
- (jika seorang wanita suci dari haid/nifas sebelum fajar, namun belum thaharah hingga
terbit fajar puasanya sah, asal sudah berniat sebelum fajar).

4. Mengetahui bahwa hari yang diniatkan untuk berpuasa, bukan termasuk hari yang
diharamkan berpuasa.
HUKUM PUASA

1. Wajib, yaitu dalam enam puasa:


a. Puasa Ramadhan
b. Puasa Qadha (Menggantikan puasa wajib yang pernah ditinggalkan karena halangan)
c. Puasa Kafarat (menebus dosa), seperti kafarat dzihar, kafarat membunuh dan kafarat jima’ di
bulan Ramadhan.
d. Puasa dalam haji dan umroh sebagai ganti dari menyembelih fidyah.
e. Puasa Istisqa’ ketika ada perintah dari Imam (Pemerintah).
f. Puasa Nadzar.

2. Sunnah yang merupakan hukum asal dalam berpuasa. Puasa sunnah terbagi menjadi tiga:
a. Puasa sunnah yang berulang-ulang dengan berulang-ulangnya tahun seperti puasa hari Arafah,
Tasu’ah, Asy-syura, tanggal sebelas bulan Muharram, enam hari di bulan Syawwal, bulan-bulan
yang mulia, sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah dan puasa-puasa yang lain.
b. Puasa sunnah yang berulang-ulang dengan berulang-ulangnya bulan seperti puasa “bidh” yaitu
tanggal 13, 14, 15 dari setiap bulan, puasa di yaumul “sul” yaitu tanggal 28, 29, 30.
c. Puasa sunnah yang berulang-ulang dengan berulang-ulangnya minggu seperti puasa hari Senin
dan Kamis.
d. Puasa Daud, puasa sehari dan berbuka sehari.
HUKUM PUASA

3. Makruh, yaitu hanya melakukan puasa di hari Jum’at, Sabtu atau Minggu, dan puasa setahun penuh
bagi orang yang mempunyai kekhawatiran terjadi dampak negative atau akan kehilangan hak-hak sunnah
yang lain.

4. Haram. Puasa yang haram terbagi menjadi dua:


a. Puasa haram namun tetap sah, yaitu puasanya seorang istri tanpa izin dari seizin suami dan
puasanya seorang budak tanpa seizin tuannya.
b. Puasa haram dan tidak sah. Puasa ini ada dalam lima bentuk:
• Puasa hari raya Idul Fitri, yaitu hari pertama bulan Syawal.
• Puasa hari raya Idul Adha, yaitu tanggal sepuluh bulan Dzul Hijjah.
• Puasa hari Tasyrik, yaitu tanggal 11, 12, 13 bulan Dzul Hijjah.
• Puasa separuh bulan kedua dari bulan Sya’ban yaitu mulai tanggal 16 hingga akhir bulan.
• Puasa yaum syak, yaitu tanggal tiga puluh bulan Sya’ban yang banyak orang mengatakan
bahwa hilal ramadhan telah terlihat, atau ada orang yang bersaksi telah melihat hilal
ramadhan namun persaksiannya tidak diterima, seperti persaksian orang perempuan atau
anak kecil.
Qadha dan Fidyah
BELAJAR Bolehkah belajar melalui
internet?
TANPA GURU? Habib Umar bin Hafidz.menjawab “boleh, tapi
syaratnya ia harus benar-benar menautkan hatinya
Apakah anda mau berobat kepada dokter yang mempelajari dengan gurunya tersebut”.
ilmu kedokteran dari buku-buku saja, kemudian
mendiagnosa pasien dan memberinya resep dari hasil
bacaannya tersebut? Tentunya tidak.

BAGAIMANA
MENCARI GURU?
Syeh Yusri Gabr Rusydi al-Hasani
Ringkasnya, seorang guru tsbt harus:
1. Bersanad (belajar dari gurunya, yg gurunya dari gurunya lagi, dst)
2. Berakhlak baik dan berintegritas
3. Diakui keilmuannya oleh ulama sezaman

Jika kesulitan mencari tau ttg sanad sang guru, minimal kita tau
akhlak dan pengakuan ulama sezaman beliau.
Menyikapi Hadist Dha’if
Menurut Imam Nawawi (Kitab Tadriburrawi)
Dibolehkan meriwayatkan dan mengamalkan hadits dha’if selama tidak berkaitan
dengan sifat Allah SWT, hukum fiqih (halal & haram) dan akidah.

Menurut Ibnu Hajar al-’Asqolany


Dibolehkan meriwayatkan dan mengamalkan hadits dha’if dengan syarat

Hadits tersebut tidak Hadits tersebut Hadist tersebut tidak Hadits tersebut Wajib menyebutkan
terlalu dho’if atau tentang Fadhailul boleh diyakini sebagai mempunyai dasar atau menuliskan
maudhu (palsu) a’mal (keutamaan sabda Nabi yang umum dari hadits status hadits tersebut
suatu amal) bukan yang kuat (sahih dan dha’if.
tentang akidah dan hasan)
hukum
‫سبحانك ال علم لنا إال ما علمتنا إنك أنت العليم الحكيم‬

Anda mungkin juga menyukai