Anda di halaman 1dari 4

Manuskrip fikih praktis puasa

Ustadz Ayyub Soebandi, Lc


02 april 2021

Ramadan adalah bulan suci yang Allah Ta’ala tetapkan bagi setiap hamba-Nya untuk
berpuasa agar mereka bertakwa, sehingganya persiapan untuk menyambut bulan suci Ramadan
bagi setiap muslim adalah kewajiban, dan diantara hal yang perlu untuk dipersiapkan adalah
pengetahuan berkaitan dengan puasa Ramadan itu sendiri baik dimulai rukun puasa hingga
pembatal-pembatal puasa. Berikut adalah penjelasan singkat berkaitan dengan hukum-hukum
dalam puasa.
Rukun puasa
1. Niat.
Hukumnya wajib di malam hari1 setiap malamnya2 selama Ramadan, dikarenakan puasa pada
setiap harinya adalah sebuah ibadah yang berdiri sendiri, oleh sebab itu jika puasa hari ini batal
maka tidak ada kaitannya dengan hari setelahnya atau sebelumnya.
Batasan malam hari adalah sejak matahari terbenam (masuknya waktu salat Magrib) 3 sampai
terbitnya fajar ṣādīq4 (masuknya waktu salat Subuh).5
2. Menahan diri dari segala yang membatalkan puasa sejak terbitnya fajar ṣādīq hingga
terbenamnya matahari.
Pembatal-pembatal puasa (berkaitan dengan rukun puasa yang kedua)
A. Hal yang hanya dapat membatalkan pahala puasa saja, maka puasa tersebut tidak perlu
diganti.
1) Ghibah; yaitu membicarakan saudara muslim dengan sesuatu yang tidak dia sukai
walaupun pembicaraan tersebut sesuai dengan kenyataan.
2) Namimah; yaitu adu domba.
3) Dusta; yaitu menyampaikan suatu perkataan yang tidak sesuai dengan kenyataan.
4) Memandang perkara yang diharamkan6 disertai dengan syahwat.

1
Berbeda dengan Hanafiyyah yang memandang bolehnya berniat di siang hari dengan 2 syarat;
belum melakukan pembatal puasa dan belum masuk waktu Dzuhur. Ulama Syafi’iyyah juga berpendapat
seperti ini namun khusus puasa Sunah saja. Boleh juga taklid kepada pendapat ini jika seorang lupa taklid
kepada mazhab Maliki yang akan dijelaskan di bawah.
2
Berbeda dengan mazhab Maliki yang berpendapat cukup dengan niat di malam awal Ramadan
saja. Ulama Syafi’iyyah memandang bolehnya taklid kepada pendapat ini sebagai bentuk kehati-hatian agar
puasa tetap sah jika ternyata di suatu malam luput berniat.
3
Jadi tidak sah berniat sebelum Magrib.
4
Sinar yang muncul di ufuk secara horizontal.
5
Jadi tidak sah berniat setelah Subuh, kecuali jika taklid kepada pendapat Hanafiyyah
6
Jika hanya sekali kemudian berpaling maka belum membatalkan pahala puasa
5) Sumpah palsu.
6) Berkata keji dan melakukannya.
B. Hal yang dapat membatalkan pahala puasa dan puasa itu sendiri, maka wajib baginya untuk
mengganti puasa tersebut di hari yang lain.
1) Murtad; yaitu memutuskan keislaman baik dengan perkataan, perbuatan, atau
keyakinan walaupun hanya sesaat7.
2) Haid dan nifas, walaupun hanya sesaat8 di siang hari9. Hal serupa berlaku jika
seorang wanita melahirkan ataupun keguguran10.
3) Hilang akal, berikut tingkatan dan rincian hukumnya masing-masing:
a. Gila11, walaupun sesaat12.
b. Pingsan atau mabuk, sejak matahari terbit hingga matahari terbenam 13.
4) Jimak; yaitu masuknya al-Hasyafah (kepala kemaluan laki-laki) ke dalam farji
(semua lubang baik qubul atau dubur, baik laki-laki atau perempuan, manusia
ataupun hewan), dalam keadaan sengaja, mengetahui keharamannya, dan sukarela.
❖ Konsekuensinya:
1) Dosa besar14.
2) Wajib tetap menahan sebagaimana puasa sampai terbenamnya matahari 15.
3) Diberi hukuman oleh pemerintah (khusus bagi orang yang tidak bertaubat).
4) Wajib mengqada puasa16.
5) Wajib bagi laki-laki membayar kafarat17.
✓ Syarat berlakunya kafarat:
a. Puasa batal dengan jimak18.
b. Dilakukan ketika puasa Ramadan19.

7
Maka wajib mengqada puasa jika masuk kembali ke dalam islam.
8
Belum cukup 24 jam, namun jika selama 15 hari pengujian darah ternyata tidak cukup 24 jam
maka wajib mengqada puasa hari itu. Begitu juga hari-hari suci di dalam masa haid maka wajib diqada,
misalnya haid selama 7 hari kemudian suci 5 hari kemudian haid lagi 3 hari, jadi 5 hari suci itu wajib diqada
karena tetap dianggap masa haid menurut pendapat yang muktamad.
9
Walaupun sesaat menjelang buka puasa.
10
Baik melahirkan/keguguran normal atau cesar.
11
Termasuk kesurupan.
12
Tetapi tidak wajib qada, kecuali jika ada unsur kesengajaan menggilakan diri.
13
Jika sempat sadar walau sesaat maka puasanya tetap sah, kecuali jika ada unsur kesengajaan
maka batal dan wajib qada.
14
Maka wajib bartaubat.
15
jika tetap makan atau mengulangi jimak maka berdosa dan wajib bertaubat.
16
Berlaku bagi pemilik Hasyafah dan Farji yang masih hidup dari kalangan manusia, tidak untuk
mayat dan hewan.
17
Kafarat berlipat ganda jika melakukan lagi di hari yang lain, misalnya: menjimak di dua hari
yang berbeda, adapun jika menjimak tiga kali dalam sehari maka kafaratnya hanya terhitung 1 kafarat.
18
jika puasa dibatalkan bukan karena jimak maka tidak wajib kafarat, mis: makan terlebih dahulu
kemudian jimak maka kafarat tidak menjadi wajib baginya.
19
Beda halnya jika jimak dilakukan pada puasa wajib selain Ramadan maka tidak wajib kafarat,
tetapi wajib bertaubat dan mengqada di waktu yang lain.
c. Hari yang dibatalkan dengan jimak terhitung sempurna yaitu hingga matahari
terbenam20.
d. Kondisi jimak sempurna yaitu ketika hasyafah jelas masuk ke dalam farji21.
e. Tidak membatalkan puasa dengan alasan mengambil rukhsah (keringanan)
seperti musafir atau sakit22.
f. Ketika seorang melakukan jimak dengan mengira kondisi masih malam
padahal sudah siang, maka kafarat tidak menjadi wajib baginya.
✓ Cara kafarat, satu dari tiga hal secara berurut:
a. Memerdekakan budak
b. Jika tidak mampu, maka puasa dua bulan berturut-turut23.
c. Jika tidak mampu, maka memberi makan 60 orang miskin, setiap orang
miskin satu mud24.
5) Memasukkan sesuatu 25 ke dalam rongga tubuh26 melalui saluran yang terbuka27.
➢ Bekam dan donor darah tidak membatalkan puasa dikarenakan kondisinya
yang mengeluarkan bukan memasukkan.
➢ Suntikan saat berpuasa dibolehkan jika darurat. Apakah puasa batal atau tidak?
Terdapat 3 pendapat:
1) Batal secara mutlak, karena akan masuk ruang dalam tubuh baik itu
lambung ataupun otak.
2) Tidak batal secara mutlak, karena meskipun dia masuk ke ruang tubuh
akan tetapi tidak melewati rongga yang terbuka.
3) Pendapat yang kuat dengan rincian berikut:
✓ Jika suntikan itu bersifat nutrisi atau pengganti makanan maka
membatalkan puasa.
✓ Jika suntikan itu bersifat sebagai obat, maka dirinci:
a. Jika melalui urat arteri maka membatalkan.
b. Jika melalui otot maka tidak membatalkan.
➢ Adapun dahak, berikut dirinciannya:

20
Maka tidak wajib kafarat jika pelakunya meninggal sebelum matahari terbenam.
21
Beda halnya jika ejakulasi sebelum memasukan kemudian tidak melanjutkan memasukan
hasyafahnya.
22
Misalnya jika seseorang dalam keadaan safar yang memenuhi syarat mengqasar salat dan
berangkat sebelum terbitnya fajar sadiq, kemudian musafir itu melakukan jimak di siang hari dengan alasan
rukhsah, maka kafarat tidak menjadi wajib baginya.
23
Jadi jika terhenti satu hari saja, maka diulang kembali dari awal.
24
Satu mud adalah 0,9 liter beras, jika dicukupkan satu liter maka itu lebih baik. Jadi cukup
mengeluarkan 60 liter.
25
Yaitu egala yang memiliki ukuran dan berat walaupun sangat kecil dan ringan semisal biji wijen,
bukan debu jalanan.
26
Yaitu ruang otak dan lambung.
27
Yaitu mulut (batasannya adalah makhraj huruf ‫)خ‬, hidung (batasannya adalah pangkal hidung),
telinga (batasannya adalah gendang telinga), dubur, qubul (batasannya adalah bagian yang wajib
dibersihkan ketika istinja’).
a. Jika dahak sudah sampai batasan luar (makhraj huruf ‫ )خ‬kemudian ditelan
kembali secara sengaja maka dapat membatalkan puasa.
b. Jika dahak sampai batas dalam (makhraj huruf ‫ )هـ‬kemudian ditelan maka
tidak batal.
➢ Adapun menelan ludah, tidak membatalkan puasa28, akan tetapi jika sudah di
luar mulut kemudian masuk kembali ke dalam mulut, maka menelannya
dengan sengaja dapat membatalkan puasa.
6) Onani, yaitu mengeluarkan mani secara sengaja, baik menggunakan tangan sendiri
ataupun tangan pasangannya, maka dapat membatalkan puasanya jika benar keluar
maninya.
➢ Keluarnya air mani membatalkan puasa pada 3 keadaan:
1) Onani.
2) Bercumbu dengan pasangan tanpa sehelai kain.
3) Memikirkan atau melihat sesuatu dengan keadaan yakin29 jika melakukan
hal tersebut akan mengeluarkan mani.
➢ Keluar mani tetapi puasa tidak batal30 pada 2 keadaan:
1) Ketika melihat sesuatu atau memikirkan namun tidak yakin bahwa mani
akan keluar.
2) Bercumbu dengan istri menggunakan kain pembatas.
➢ Hukum mencium pasangan:
1) Haram jika syahwatnya naik.
2) Khilaful awla (mendekati makruh) jika syahwat tidak naik.
7) Mengeluarkan muntah secara sengaja 31, meskipun muntahnya hanya sedikit32 dan
ada uzur untuk melakukannya33.

***SELESAI***

28
Kecuali jika Ludah sudah bercampur dengan sesuatu yang lain, baik suci seperti sisa makanan atau najis
seperti darah, kemudian ditelan dengan sengaja maka dapat membatalkan puasa.
29
Atau sudah pernah teruji sebelumnya dan terbukti keluar maninya.
30
Namun bisa mengurangi atau bahkan menghilangkan pahala puasa.
31
Jika muntah tidak ada unsur kesengajaan maka puasa tidak batal, misalnya mabuk kendaraan.
32
Namun jika sisa muntah kembali tertelan dengan sengaja maka dapat membatalkan puasa.
33
Tetapi tidak berdosa, misalnya menelan racun dan harus mengeluarkannya.

Anda mungkin juga menyukai