Dosen Pengampu :
Marini Tri Cahyani S.Hum, M.Ag
Oleh:
PRODI ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2022
QADHA DAN FIDYAH PUASA
A. Qadha Puasa
Puasa qadha adalah puasa di mana kita semua umat muslim
diwajibkan untuk menggantikan puasa Ramadhan yang telah kita tinggal
karena sebab segala sesuatu yang tidak sesuai dengan syar’I salah
satunya bagi seorang perempuan adalah haid atau sedang masa nifas,
maka perempuan tersebut tidak boleh berpuasa Ramadhan. Puasa qadha
adalah puasa utang yang wajib di bayar bagi umat muslim.1
.2
Artinya:
(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu
tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari
yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi
makan seorang miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu
lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
1
Diakses dari https://umroh.com/blog/pengertian-puasa-qadha/
2
Ibid
1. Kategori Orang yang Wajib Melakukan Puasa Qadha
Mereka yang diwajibkan qadha adalah para wanita yang mendapat
haid dan nifas, orang yang sakit (Tidak parah), orang yang dalam
perjalanan, wanita yang menyusui dan hamil, serta orang yang
mengalami batal puasa
Artinya:
(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan
(lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu)
pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar
fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati
mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu
jika kamu mengetahui.
4. Niat Puasa Qadha
Artinya: "Aku berniat untuk mengqadha puasa Bulan Ramadhan esok hari karena
Allah SWT.
B. Fidyah Puasa
Fidyah secara bahasa adalah tebusan. Menurut istilah syariat
adalah denda yang wajib ditunaikan karena meninggalkan kewajiban
atau melakukan larangan.3
Artinya:
(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu
tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari
yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi
makan seorang miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu
lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Dalam surat Al-Baqarah ayat 184 dijelaskan bahwa bagi orang-orang yang sedang
sakit, tua renta, atau sedang berada dalam perjalanan jauh saat Bulan Ramadhan,
diperbolehkan untuk tidak puasa. Namun, harus mengganti puasanya di hari lain. Namun
apabila berat untuk mengganti puasa, boleh menggantinya dengan fidyah, yakni memberi
makan orang miskin.4
3
Diakses dari https://baznas.banjarmasinkota.go.id/detailpost/panduan-lengkap-membayar-
fidyah-puasa-cara-niat-takaran-hingga-penyaluran
4
Diakses dari https://www.dompetdhuafa.org/yang-wajib-membayar-fidyah/
1. Kategori Orang yang Wajib Membayar Fidyah
a) Orang tua renta
Kakek atau nenek tua renta yang tidak sanggup lagi
menjalankan puasa, tidak terkena tuntutan berpuasa.
Kewajibannya diganti dengan membayar fidyah satu mud
makanan untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan
b) Orang sakit parah
Orang sakit parah yang tidak ada harapan sembuh dan ia tidak
sanggup berpuasa, tidak terkena tuntutan kewajiban puasa
Ramadhan.
c) Wanita hamil atau menyusui
Ibu hamil atau wanita yang tengah menyusui, diperbolehkan
meninggalkan puasa bila ia mengalami kepayahan dengan
berpuasa atau mengkhawatirkan keselamatan anak/janin yang
dikandungnya.
d) Orang mati
Dalam fiqih Syafi’i, orang mati yang meninggalkan utang puasa dibagi menjadi
dua:
Pertama, orang yang tidak wajib difidyahi. Yaitu orang yang
meninggalkan puasa karena uzur dan ia tidak memiliki kesempatan
untuk mengqadha, semisal sakitnya berlanjut sampai mati. Tidak ada
kewajiban apa pun bagi ahli waris perihal puasa yang ditinggalkan
mayit, baik berupa fidyah atau puasa.
Kedua, orang yang wajib difidyahi. Yaitu orang yang meninggalkan
puasa tanpa uzur atau karena uzur namun ia menemukan waktu yang
memungkinkan untuk mengqadha puasa. Menurut qaul jadid (pendapat
baru Imam Syafi’i), wajib bagi ahli waris/wali mengeluarkan fidyah
untuk mayit sebesar satu mud makanan pokok untuk setiap hari puasa
yang ditinggalkan.
e) Orang yang terlambat mengqadha
Orang yang menunda-nunda qadha puasa Ramadhan padahal ia memungkinkan
untuk segera mengqadha sampai datang Ramadhan berikutnya, maka ia berdosa
dan wajib membayar fidyah.
4. Niat Fidyah
● Contoh niat fidyah puasa bagi orang sakit keras dan orang tua renta:
نَ َويْتُ أ َ ْن أ ُ ْخ ِر َج َه ِذ ِه ا ْل ِف ْديَةَ ِإل ْف َط ِار ص َْو ِم َر َمضَانَ فَ ْرضًا ِِلِ ت َ َعالَى
“Aku niat mengeluarkan fidyah ini karena berbuka puasa di bulan Ramadhan,
fardlu karena Allah.”
● Contoh niat fidyah puasa orang mati (dilakukan oleh wali/ahli waris):
“Aku niat mengeluarkan fidyah ini dari tanggungan puasa Ramadhan untuk
Fulan bin Fulan (disebutkan nama mayitnya), fardlu karena Allah”.
Diakses dari https://baznas.go.id/fidyah pada tanggal 15 Mei 2022 pukul 11.23 WIB