Anda di halaman 1dari 35

Kata Pengantar PUASA RAMADHAN

Segala puji hanya bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah Puasa berasal dari bahasa arab shoum atau siam yang berarti menahan diri dari
memberikan kita berbagai kenikmatan, terutama nikmat Iman Islam. sesuatu, sedangkan menurut istilah, adalah menahan diri dari makan dan
minum dan segala apa-apa yang dapat membatalkan puasa mulai dari terbit
Salawat serta salam semoga selalu tercurah-limpahkan kepada Nabi
fajar sampai terbenam matahari, dengan disertai niat, dan rukun-rukun serta
Muhammad saw, keluarga, dan sahabatnya, semoga kita pun mendapatkan
syarat-syarat tertentu.
keselamatan tersebut sebagai umat beliau.
A. Perintah Dan Keutamaan Puasa
Rasa syukur kami panjatkan kepada-Nya, karena kami dapat menyelesaikan
Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah: 183-184.
penyusunan buku kegiatan ramadhan ini. Buku ini merupakan suatu bentuk
laporan tertulis bagi siswa selama menjalankan Ibadah di bulan Ramadhan,
Yang Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
seperti laporan mengenai shalat fardu, shalat sunah tarawih, tadarus al-qur’an,
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar
shalat jum’at, maupun laporan mengenai kegiatan tambahan selama bulan
kamu bertaqwa” Al-Baqarah: 183
Ramadhan.
Dalam buku ini kami juga menambahkan panduan dalam ibadah puasa yang Sabda Nabi Muhammad SAW:
diharapkan dapat menambah pengetahuan siswa mengenai ibadah puasa Yang Artinya: “Barang siapa yang berpuasa pada bulan ramadhan dengan
ramadhan. Tidak hanya itu, buku ini juga dilengkapi dengan lembaran catatan- keimanan dan mengharap kerihloan Allah, maka akan diampuni dosa-
catatan penting selama kultum (kuliah tujuh menit) sebagai pengikat kekuatan dosanya yang terdahulu” (HR. Bukhori-Muslim)
pemahaman dari ceramah tersebut.
Firman Allah dalam Hadist Qudsi
Kami ucapan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
penyusunan buku kegiatan ramadhan siswa ini. Kami menyadari bahwa buku Artinya: “ Puasa itu untuk-Ku dan Aku langsung membalasnya, orang
ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, semua saran dan masukan yang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan,yaitu kesenangan ketika
bersifat membangun sangatlah kami harapkan demi perbaikan buku ini pada berbuka puasa dan kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya.
masa yang akan datang. Sungguh, bau mulut orang berpuasa itu lebih harum dari pada aroma
Demikian, semoga buku ini dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya. minyak kasturi”. (Muttafaq ‘Alaih).

 Cara mengetahui permulaan bulan Ramadhan, antara lain:


Penyusun a. Dengan melihat hilal atau bulan,
b. Jika hilal tidak tampak, maka hendaknya bulan Sya’ban
disempurnakan menjadi 30 hari,
c. Menggunakan ilmu hisab (perhitungan).
B. Ancaman Bagi Yang Meninggalkan Puasa D. Syarat Sah Puasa
1. Islam,
Sabda Nabi Muhammad SAW, 2. Tamyiz (dapat membedakan antara yang haq dan bathil),
Artinya: “Barang siapa berbuka puasa pada satu hari dari bulan Ramadhan 3. Tidak pada hari-hari yang dilarang berpuasa,
tanpa keringanan yang diberikan Allah kepadanya, tiadalah akan dibayar 4. Suci (khusus wanita) misalnya dari haidh, nifas ataupun wiladah.
oleh puasa sepanjang masa, walau dilakukannya”. (HR. Abu Dawud, Ibnu
Majah dan Tirmidzi) E. Hal-Hal Yang Dapat Membatalkan Puasa
1. Makan dan minum atau memasukkan benda lain melalui kerongkongan
Dalam Hadist yang lain, Rasulullah Bersabda dengan sengaja
Artinya: “ Ikatan Islam dari sendi agama itu ada tiga, diatasnya didirikan 2. Muntah dengan sengaja
Islam dan siapa yang meninggalkan salah satu diantaranya, berarti ia kafir 3. Bersetubuh pada waktu berpuasa
terhadapnya dan halal darahnya, mereka adalah: mengakui bahwa tiada 4. Keluar nutfah (air mani) dengan sengaja
Tuhan selain Allah, mendirikan Shalat fardhu dan berpuasa Ramadhan”. 5. Haidh, nifas atau wiladah bagi wanita
(HR. Abu Ya’la dan Ad-Dailaini) 6. Gila (hilang akal)
7. Murtad (keluar dari agama Islam)
C. Syarat Wajib dan Rukun Puasa
1. Syarat-syarat wajib puasa F. Yang Diperbolehkan Untuk Tidak Berpuasa Dan Cara Menggantinya
a. Islam
b. Baligh, 1. Wajib Mengganti Puasa (Qadla’) Saja
c. Sehat jasmani dan rohani, a. Orang yang sakit,
d. Berakal sehat, b. Musafir (sedikitnya sejauh 81 km),
e. Menetap (bukan musafir; dengan ketentuan tertentu), c. Wanita hamil atau menyusui,
f. Tidak berhalangan (bagi wanita) seperti, haidh, nifas atau wiladah. d. Wanita yang haidh, nifas atau wiladah.
e. Tidak Wajib Qadla’ Namun Wajib Membayar Fidiyah
2. Rukun Puasa
a. Niat (dilakukan pada malam hari, paling akhir pada waktu Fidiyah adalah memberi makan orang miskin setiap hari yang ia tidak puasa,
menjelang fajar shodiq) berupa bahan makanan pokok sebanyak 1 mud (576 gram).
b. Menahan diri dari segala hal yang dapat membatalkan ibadah puasa
mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari.
Orang yang diperbolehkan untuk membayar fidiyah antara lain: membaca kalamullah Al-Qur’anul karim, dan berusaha memahami dan
berusaha untuk melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari serta
Orang lanjut usia yang sudah tidak mampu berpuasa.
berusaha untuk mengajarkannya kepada orang lain.
Orang yang sakit berkepanjangan dan tidak ada harapan sembuh,
Wanita hamil atau menyusui yang menghawatirkan janin atau bayinya. 2. Qiyaamul lail
Wajib Qadla’ dan Wajib Kifarat Sabda Nabi SAW yang artinya: “Dari Abu Hurairah, dia berkata adalah
Rosulullah saw. Menganjurkan supaya shalat di bulan Ramadhan tetapi
Bagi orang-orang yang membatalkan puasa ramadhannya dengan bersetubuh
tudak memerintahkannya dengan keras (azimah), maka beliau bersabda
(pada siang hari), kifarat antara lain:
“Barang siapa yang berdiri shalat di malam ramadhan dengan iman dan
Memerdekakan hamba sahaya yang mukmin, atau perhitungan, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.
Berpuasa selama dua bulan berturut-turut, atau (dirawikan oleh Jama’ah)
Memberi makan 60 orang miskin, berupa bahan pokok masing-masing
1 mud (576 gram) 3. Memperbanyak Shodaqhah
Sabda Nabi SAW yang artinya: “Orang yang memberi makanan untuk
G. Hari-Hari Yang Dilarang Untuk Berpuasa berbuka puasa bagi orang yang berpuasa, maka akan mendapatkan
pahala layaknya pahala oaring yang berpuasa tanpa terkurangi
1. Hari raya ‘Idaini (‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha) sedikitpun” (HR. Ahmad).
2. Hari Tasyriq, tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.
4. I’tikaf
H. Hikmah Puasa Yakni ibadah dengan berdiam di dalam masjid, yang sunnah dikerjakan
1. Untuk pendidikan atau latihan rohani setiap waktu dan lebih diutamakan pada bulan Ramadhan, teristimewa
2. Untuk kesehatan pada 10 malam terakhir. Hadist Nabi yang artinya, Dari ‘Aisyah. Ia
3. Untuk perbaikan pergaulan atau mu’asyarah berkata “adalah Rosulullah saw, apabila telah masuk (tanggal) sepuluh,
4. Sebagai wujud rasa syukur atas segala nikmat Allah swt. yakni sepuluh yang terakhir dari Ramadhan, maka ia bersedia sungguh-
sungguh dan ia dihidupkan malamnya dan ia bangunkan ahli-
I. Amalan Yang Dianjurkan di Bulan Ramadhan rumahnya”. (Muttafaq ‘Alaih)
1. Memperbanyak tilawatul Qur’an
Sebagai ummat muslim yang telah mengetahui akan keistimewaan dari
bulan suci Ramadhan, maka sudah seyogyanyalah ia untuk berupaya
dengan sepayah-payahnya untuk dapat mengisi deposit akhirat dengan
sebanyak-banyaknya mengingat pada bulan inilah seluruh amalan baik
akan dilipatgandakan. Tidak terkecuali dengan memperbanyak amalan
Waktu-waktu / Tempat / Orang Yang Mustajab Dalam Berdoa: (Ket: Khusus doa-doa yang disyariatkan mengangkat kedua tangan).
1. Sepertiga akhir malam. – Memulai doa dengan mengucapkan hamdalah dan puji-pujian kepada
2. Doa orang yang berpuasa & saat berbuka puasa bagi orang yang berpuasa. Allah
3. Doa sebelum salam ketika shalat & setiap selepas shalat fardhu. .– Bershalawat atas Nabi dalam doa.
4. Pada saat perang berkecamuk. – Bersunggguh-sungguh dalam berdoa serta menunjukkan sikap sangat
5. Sesaat pada hari jum’at. membu-
6. Pada waktu bangun tidur pada malam hari bagi orang yang sebelum tidur tuhkan dan sangat menginginkan doa yang ia panjatkan terkabul.
dalam keadaan suci dan berdzikir kepada Allah. – Disunahkan berdoa dengan menghadap kiblat.
7. Doa diantara Adzan dan Iqamah. – Memperbanyak ucapan “Yaa Dzaljalaali wal ikram” ketika berdoa.
8. Doa pada waktu sujud dalam shalat. – Memperbanyak doa pada saat-saat lapang.
9. Pada saat sedang turun hujan. – Merintih dalam berdoa dan meminta yang banyak kepada Allah.
10. Pada saat ajal tiba.
11. Pada malam Lailatul Qadar. Penghalang-penghalang terkabulnya doa:
12. Doa pada hari Arafah. – Rezeki yang haram; baik makanan, minuman maupun pakaian.
13. Pada waktu sahur. – Tidak menyusahkan diri dengan membuat doa yang bersajak.
14. Setelah melontar Jumrah. – Berlebih-lebihan dan melampui batas dalam berdoa.
15. Sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. – Berteriak dan mengeraskan suara dalam berdoa, maupun dengan sengaja.
16. Doa diantara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah. – Tidak terburu-buru dalam meminta pengabulan doa.
17. Doa seorang muslim terhadap saudaranya dari tempat yang jauh. – Berdoa dengan hati yang lalai lagi lengah.
18. Orang yang memperbanyak berdoa pada saat lapang dan bahagia.
19. Doa orang yang terzhalimi atau teraniaya.
20. Doa Orang tua terhadap anaknya.
21. Doanya seorang musafir.
22. Doa orang yang dalam keadaan terpaksa, dll.

Kiat-kiat Agar Doa Mustajab :


– Mengikhlaskan niat hanya bagi Allah semata dan tidak menyekutukan
Allah .
– Khusyu’, yakni melihat dirinya rendah, fakir di hadapan Allah, serta
merasa sangat membutuhkan-Nya.
– Berdoa dengan suara lirih dan menjauhkan diri dari sifat riya agar doa
yang dipanjatkan tidak terdengar orang lain.
– Berdoa dengan menyebut nama-nama Allah yang Husna.
– Berdoa dalam keadaan suci.
– Berdoa kepada Allah dengan menengadahkan kedua telapak tangan
RINGKASAN FIKIH PUASA RAMADHAN
2. Allah Ta’ala menyandarkan puasa kepada diri-Nya.

“Allah ‘azza wa jalla berfirman: setiap amalan manusia itu


MAKNA PUASA bagi dirinya, kecuali puasa. Karena puasa itu untuk-Ku
dan Aku yang akan membalas pahalanya ” (HR. Bukhari –
Puasa dalam bahasa Arab disebut dengan Ash Shiyaam (‫)الصيام‬ Muslim).
atau Ash Shaum (‫)الصوم‬. Secara bahasa Ash Shiyam artinya
adalah al imsaak (‫ )اإلمساك‬yaitu menahan diri. Sedangkan secara 3. Puasa menggabungkan 3 jenis kesabaran: sabar dalam
istilah, ash shiyaam artinya: beribadah kepada Allah Ta’ala melakukan ketaatan kepada Allah, sabar dalam menjauhi
dengan menahan diri dari makan, minum dan pembatal puasa hal yang dilarang Allah dan sabar terhadap takdir Allah
lainnya, dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. atas rasa lapar dan kesulitan yang ia rasakan selama
puasa.
Hukum puasa Ramadhan 4. Puasa akan memberikan syafaat di hari kiamat.
Puasa Ramadhan hukumnya wajib berdasarkan firman “Puasa dan Al Qur’an, keduanya akan memberi syafaat
Allah Ta’ala: kelak di hari kiamat ” (HR. Ahmad, Thabrani, Al Hakim. Al
“wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu Haitsami mengatakan: “semua perawinya dijadikan hujjah
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum dalam Ash Shahih“).
kamu agar kalian bertaqwa ” (QS. Al Baqarah: 183).
5. Orang yang berpuasa akan diganjar dengan ampunan dan
pahala yang besar.
Dan juga karena puasa ramadhan adalah salah dari rukun Islam
yang lima. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
Allah Ta’ala berfirman:
“Islam dibangun di atas lima rukun: syahadat laa ilaaha illallah
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim,
muhammadur rasulullah, menegakkan shalat, membayar zakat,
laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan
haji dan puasa Ramadhan” (HR. Bukhari – Muslim).
perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan
perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang
KEUTAMAAN PUASA sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan
perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan
1. Puasa adalah ibadah yang tidak ada tandingannya. yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda kepada kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak
Abu Umamah Al Bahili: menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk
“hendaknya engkau berpuasa karena puasa itu ibadah mereka ampunan dan pahala yang besar ” (QS. Al Ahzab:
yang tidak ada tandingannya ” (HR. Ahmad, An Nasa-i. 35)
Dishahihkan Al Albani dalam Shahih An Nasa-i)
6. Puasa adalah perisai dari api neraka.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: AWAL DAN AKHIR BULAN RAMADHAN (BULAN
PUASA)
“puasa adalah perisai ” (HR. Bukhari – Muslim)
 Wajib menentukan awal bulan Ramadhan dengan ru’yatul
7. Puasa adalah sebab masuk ke dalam surga
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: hilal, bila hilal tidak terlihat maka bulan Sya’ban
digenapkan menjadi 30 hari. Para ulama ijma akan hal ini,
“di surga ada delapan pintu, diantaranya ada pintu yang tidak ada khilaf di antara mereka.
dinamakan Ar Rayyan. Tidak ada yang bisa memasukinya  Para ulama mensyaratkan minimal satu orang yang
kecuali orang-orang yang berpuasa ” (HR. Bukhari). melihat hilal untuk bisa menetapkan terlihatnya hilal
Ramadhan.
HIKMAH DISYARIATKANNYA PUASA  Jika ada seorang yang mengaku melihat hilal Ramadhan
sendirian, ulama khilaf. Jumhur ulama mengatakan ia
1. Puasa adalah wasilah untuk mengokohkan ketaqwaan wajib berpuasa sendirian berdasarkan ru’yah-nya.
kepada Allah Pendapat ini dikuatkan oleh Ibnu Al Utsaimin. Sebagian
2. Puasa membuat orang merasakan nikmat dari Allah Ta’ala ulama berpendapat ia wajib berpuasa bersama jama’ah
3. Mendidik manusia dalam mengendalikan keinginan dan kaum Muslimin. Pendapat ini dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah
sabar dalam menahan diri
dan Ibnu Baz.
4. Puasa menahan laju godaan setan
5. Puasa menimbulkan rasa iba dan sayang kepada kaum  Rukyah hilal suatu negeri berlaku untuk seluruh negeri
miskin yang lain (ittifaqul mathali’), ataukah setiap negeri
6. Puasa membersihkan badan dari elemen-elemen yang mengikuti rukyah hilal masing-masing di negerinya
tidak baik dan membuat badan sehat (ikhtilaful mathali’)? Para ulama khilaf dalam masalah ini.
Jumhur ulama berpendapat rukyah hilal suatu negeri
RUKUN PUASA berlaku untuk seluruh negeri yang lain. Adapun
1. Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa Syafi’iyyah dan pendapat sebagian salaf, setiap negeri
2. Menepati rentang waktu puasa
mengikuti rukyah hilal masing-masing. Pendapat kedua ini
dikuatkan oleh Ash Shanani dan juga Ibnu Utsaimin.
 Wajib menentukan akhir bulan Ramadhan dengan ru’yatul Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
hilal, bila hilal tidak terlihat maka bulan Ramadhan
digenapkan menjadi 30 hari. Para ulama ijma akan hal ini, “Fajar itu ada dua: pertama, fajar yang bentuknya seperti ekor
tidak ada khilaf di antara mereka.
serigala, maka ini tidak menghalalkan shalat (shubuh) dan tidak
mengharamkan makan. Kedua, fajar yang memanjang di ufuk, ia
 Jumhur ulama mensyaratkan minimal dua orang yang menghalalkan shalat (shubuh) dan mengharamkan makan (mulai
melihat hilal untuk bisa menetapkan terlihatnya hilal puasa)” (HR. Al Hakim, Al Baihaqi, dishahihkan Al Albani
Syawal. dalam Shahih Al Jami’).
 Jika ada seorang yang mengaku melihat hilal Syawal
sendirian, maka ia wajib berbuka bersama jama’ah kaum Puasa berakhir ketika terbenam matahari.
Muslimin. Allah Ta’ala berfirman:
 Jika hilal Syawal terlihat pada siang hari, maka kaum
“lalu sempurnakanlah puasa hingga malam” (QS. Al Baqarah:
Muslimin ketika itu juga berbuka dan shalat Id, jika terjadi 187).
sebelum zawal (bergesernya mata hari dari garis tegak
lurus). Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

RENTANG WAKTU PUASA “jika datang malam dari sini, dan telah pergi siang dari sini, dan
terbenam matahari, maka orang yang berpuasa boleh berbuka ”
(HR. Bukhari – Muslim).
Puasa dimulai ketika sudah terbit fajar shadiq atau fajar yang
kedua. Allah Ta’ala berfirman:
SYARAT SAH PUASA
“Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah 1. Islam
ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang 2. Baligh
bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar ” (QS. Al 3. Berakal
Baqarah: 187). 4. Muqim (tidak sedang safar)
5. Suci dari haid dan nifas
Yang dimaksud dengan khaythul abyadh di sini adalah fajar 6. Mampu berpuasa
shadiq atau fajar kedua karena berwarna putih dan melintang di 7. Niat
ufuk seperti benang. Adapun fajar kadzib atau fajar pertama itu
bentuknya seperti dzanabus sirhan (ekor serigala).
SUNNAH-SUNNAH KETIKA PUASA ORANG-ORANG YANG DIBOLEHKAN TIDAK
1. Sunnah-sunnah terkait berbuka puasa BERPUASA
o Disunnahkan menyegerakan berbuka 1. Orang sakit yang bisa membahayakan dirinya jika berpuasa.
o Berbuka puasa dengan beberapa butir ruthab (kurma o Jumhur ulama mengatakan bahwa orang sakit yang
segar), jika tidak ada maka denganbeberapa boleh meninggalkan puasa adalah yang jika berpuasa itu
butir tamr (kurma kering), jika tidak ada maka dengan dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan serius pada
beberapa teguk air putih kesehatannya.
o Berdoa ketika berbuka dengan doa yang diajarkan o Adapun orang yang sakit ringan yang jika berpuasa tidak
oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam: ada pengaruhnya sama sekali atau pengaruhnya kecil,
2. Sunnah-sunnah terkait makan sahur seperti pilek, sakit kepala, maka ulama empat madzhab
o Makan sahur hukumnya sunnah muakkadah. Dianggap sepakat orang yang demikian wajib tetap berpuasa dan
sudah makan sahur jika makan atau minum di tidak boleh meninggalkan puasa.
waktu sahar, walaupun hanya sedikit. Dan di dalam o Terkait adanya kewajiban qadha atau tidak, orang sakit
makanan sahur itu terdapat keberkahan dibagi menjadi 2 macam:
o Disunnahkan mengakhirkan makan sahur mendekati 1. Orang yang sakitnya diperkirakan masih bisa
waktu terbitnya fajar, pada waktu yang tidak sembuh, maka wajib meng-qadha ketika sudah
dikhawatirkan datangnya waktu fajar ketika masih mampu untuk menjalankan puasa. Ulama ijma akan
makan sahur. hal ini.
o Disunnahkan makan sahur dengan tamr (kurma 2. Orang yang sakitnya diperkirakan tidak bisa sembuh,
kering). maka membayar fidyah kepada satu orang miskin
3. Orang yang berpuasa wajib meninggalkan semua untuk setiap hari yang ditinggalkan. Diqiyaskan
perbuatan yang diharamkan agama dan dianjurkan untuk dengan keadaan orang yang sudah tua renta tidak
memperbanyak melakukan ketaatan seperti: bersedekah, mampu lagi berpuasa. Ini disepakati oleh madzhab
membaca Al Qur’an, shalat sunnah, berdzikir, membantu fikih yang empat.
orang lain, i’tikaf, menuntut ilmu agama, dll 2. Musafir.
4. Membaca Al Qur’an adalah amalan yang lebih dianjurkan o Orang yang bersafar boleh meninggalkan puasa
untuk diperbanyak di bulan Ramadhan. Bahkan sebagian Ramadhan, baik perjalanannya sulit dan berat jika
salaf tidak mengajarkan ilmu di bulan Ramadhan agar bisa dilakukan dengan berpuasa, maupun perjalanannya
fokus memperbanyak membaca Al Qur’an dan ringan dan tidak berat jika dilakukan dengan berpuasa.
mentadabburinya. o Namun jika orang yang bersafar itu berniat bermukim di
tempat tujuan safarnya lebih dari 4 hari, maka tidak boleh
meninggalkan puasa sejak ia sampai di tempat
tujuannya.
o Para ulama khilaf mengenai musafir yang perjalanannya 3. Sebagian ulama madzhab juga berpendapat bagi
ringan dan tidak berat jika dilakukan dengan berpuasa, mereka qadha dan fidyah jika meninggalkan puasa
semisal menggunakan pesawat atau kendaraan yang karena khawatir akan kesehatan si bayi.
sangat nyaman, apakah lebih utama berpuasa ataukah o Yang lebih rajih –insya Allah– adalah pendapat kedua,
tidak berpuasa. Yang lebih kuat, dan ini adalah pendapat bagi mereka wajib qadha saja tanpa fidyah.
jumhur ulama, lebih utama tetap berpuasa.
o Orang yang hampir selalu bersafar setiap hari, seperti 5. Orang yang memiliki sebab-sebab yang membolehkan tidak
pilot, supir bus, supir truk, masinis, dan semacamnya, berpuasa, diantaranya:
dibolehkan untuk tidak berpuasa selama bersafar, 1. Orang yang pekerjaannya terasa berat. Orang yang
selama itu memiliki tempat tinggal untuk pulang dan demikian tetap wajib meniatkan diri berpuasa dan wajib
menetap. Pendapat ini dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah dan berpuasa. Namun ketika tengah hari bekerja lalu terasa
Ibnu Al Utsaimin. sangat berat hingga dikhawatirkan dapat membahayakan
3. Orang yang sudah tua renta dirinya, boleh membatalkan puasa ketika itu, dan wajib
o Orang yang sudah tua renta dan tidak lagi mampu untuk meng-qadha-nya di luar Ramadhan.
berpuasa dibolehkan untuk tidak berpuasa Ramadhan. 2. Orang yang sangat kelaparan dan kehausan sehingga
Ulama ijma akan hal ini. bisa membuatnya binasa. Orang yang demikian wajib
o Wajib bagi mereka untuk membayar fidyah kepada satu berbuka dan meng-qadha-nya di hari lain.
orang miskin untuk setiap hari yang ditinggalkan. 3. Orang yang dipaksa untuk berbuka atau dimasukan
4. Wanita hamil dan menyusui makanan dan minuman secara paksa ke mulutnya. Orang
o Wanita hamil atau sedang menyusui boleh meninggalkan yang demikian boleh berbuka dan meng-qadha-nya di
puasa Ramadhan, baik karena ia khawatir terhadap hari lain dan ia tidak berdosa karenanya.
kesehatan dirinya maupun khawatir terhadap kesehatan 4. Mujahid fi sabilillah yang sedang berperang di medan
si bayi. perang. Dibolehkan bagi mereka untuk meninggalkan
o Ulama berbeda pendapat mengenai apa kewajiban berpuasa. Berdasarkan hadits:
wanita hamil dan menyusui ketika meninggalkan puasa.
1. Sebagian ulama berpendapat bagi mereka cukup PEMBATAL-PEMBATAL PUASA
membayar fidyah tanpa qadha, ini dikuatkan oleh 1. Makan dan minum dengan sengaja
Syaikh Al Albani. 2. Keluar mani dengan sengaja
2. Sebagian ulama berpendapat bagi mereka cukup 3. Muntah dengan sengaja
meng-qadha tanpa fidyah, ini dikuatkan oleh Syaikh 4. Keluarnya darah haid dan nifas
Ibnu Baz, Syaikh Ibnu Al Utsaimin, Syaikh Shalih Al 5. Menjadi gila atau pingsan
Fauzan, Al Lajnah Ad Daimah, juga pendapat 6. Riddah (murtad)
Hanafiyah dan Malikiyah. 7. Berniat untuk berbuka
8. Merokok
9. Jima (bersenggama) di tengah hari puasa. Selain 4. Menyicipi makanan ketika ada kebutuhan, selama tidak
membatalkan puasa dan wajib meng-qadha puasa, juga masuk ke kerongkongan
diwajibkan menunaikan kafarah membebaskan seorang 5. Bercumbu dan mencium istri, bagi orang yang mampu
budak, jika tidak ada maka puasa dua bulan berturut- mengendalikan birahinya
turut, jika tidak mampu maka memberi makan 60 orang 6. Memakai parfum dan wangi-wangian
miskin. 7. Menggunakan siwak atau sikat gigi
10. Hijamah (bekam) diperselisihkan apakah dapat 8. Menggunakan celak
membatalkan puasa atau tidak. Pendapat jumhur ulama, 9. Menggunakan tetes mata
hijamah tidak membatalkan puasa. Sedangkan pendapat 10. Menggunakan tetes telinga
Hanabilah bekam dapat membatalkan puasa. Pendapat 11. Makan dan minum 5 menit sebelum terbit fajar yang
kedua ini dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah, Ibnu Baz dan ditandai dengan adzan shubuh, yang biasanya disebut
Ibnu Al Utsaimin. dengan waktu imsak. Karena batas awal rentang waktu
11. Masalah donor darah merupakan turunan dari masalah puasa adalah ketika terbit fajar yang ditandai dengan
bekam. Maka donor darah tidak membatalkan puasa adzan shubuh.
dengan men-takhrij pendapat jumhur ulama, dan bisa
membatalkan puasa dengan men-takhrij pendapat YANG DIMAKRUHKAN KETIKA PUASA
Hanabilah. 1. Terlalu dalam dan berlebihan dalam berkumur-kumur dan
12. Inhaler dan sejenisnya berupa aroma yang dimasukan istinsyaq (menghirup air ke hidung)
melalui hidung, diperselisihkan apakah dapat 2. Puasa wishal, yaitu menyambung puasa selama dua hari
membatalkan puasa atau tidak. Pendapat jumhur ulama tanpa diselingi makan atau minum sama sekali.
ia dapat membatalkan puasa, sedangkan sebagian ulama 3. Menyicipi makanan tanpa ada kebutuhan, walaupun tidak
Syafi’iyyah dan Malikiyyah mengatakan tidak masuk ke kerongkongan
membatalkan. Pendapat kedua ini juga dikuatkan oleh 4. Bercumbu dan mencium istri, bagi orang yang tidak
Ibnu Taimiyah. mampu mengendalikan birahinya
5. Bermalas-malasan dan terlalu banyak tidur tanpa ada
kebutuhan
YANG BUKAN MERUPAKAN PEMBATAL PUASA 6. Berlebihan dan menghabiskan waktu dalam perkara
SEHINGGA DIBOLEHKAN MELAKUKANNYA mubah yang tidak bermanfaat
1. Mengakhirkan mandi hingga terbit fajar, bagi orang yang
junub atau wanita yang sudah bersih dari haid dan nifas.
Puasanya tetap sah.
2. Berkumur-kumur dan istinsyaq (menghirup air ke hidung)
3. Mandi di tengah hari puasa atau mendinginkan diri
dengan air
BEBERAPA KESALAH-PAHAMAN DALAM IBADAH sebelum waktunya, atau tidur untuk mengistirahatkan
PUASA tubuh agar kuat dalam beribadah. Sebaliknya, tidak setiap
1. Niat puasa tidak perlu dilafalkan, karena niat adalah tidur orang berpuasa itu bernilai ibadah. Sebagai contoh,
amalan hati. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga tidak tidur karena malas, atau tidur karena kekenyangan
pernah mengajarkan lafal niat puasa. Menetapkan itikad di setelah sahur. Keduanya, tentu tidak bernilai ibadah,
dalam hati bahwa esok hari akan berpuasa, ini sudah niat bahkan bisa dinilai sebagai tidur yang tercela. Maka,
yang sah. hendaknya seseorang menjadikan bulan ramadhan
2. Berpuasa namun tidak melaksanakan shalat fardhu adalah sebagai kesempatan baik untuk memperbanyak amal
kesalahan fatal. Diantara juga perilaku sebagian orang kebaikan, bukan bermalas-malasan.
yang makan sahur untuk berpuasa namun tidak bangun 6. Tidak ada hadits “berbukalah dengan yang manis “.
shalat shubuh. Karena dinukil bahwa para sahabat Pernyataan yang tersebar di tengah masyarakat dengan
berijma tentang kafirnya orang yang meninggalkan shalat bunyi demikian, bukanlah hadits Nabi Shallallahu’alaihi
dengan sengaja, sehingga tidak ada faedahnya jika ia Wasallam.
berpuasa jika statusnya kafir. Sebagian ulama 7. Tidak tepat mendahulukan berbuka dengan makanan
berpendapat orang yang meninggalkan shalat tidak manis ketika tidak ada kurma. Lebih salah lagi jika
sampai kafir namun termasuk dosa besar, yang juga bisa mendahulukan makanan manis padahal ada kurma. Yang
membatalkan pahala puasa. sesuai sunnah Nabi adalah mendahulukan berbuka
3. Berbohong tidak membatalkan puasa, namun bisa jadi dengan kurma, jika tidak ada kurma maka dengan air
membatalkan atau mengurangi pahala puasa karena minum.
berbohong adalah perbuatan maksiat.
4. Sebagian orang menahan diri melakukan perbuatan
maksiat hingga datang waktu berbuka puasa. Padahal
perbuatan maksiat tidak hanya terlarang dilakukan ketika
berpuasa, bahkan terlarang juga setelah berbuka puasa
dan juga terlarang dilakukan di luar bulan Ramadhan.
Namun jika dilakukan ketika berpuasa selain berdosa juga
dapat membatalkan pahala puasa walaupun tidak
membatalkan puasanya.
5. Hadits “Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah”
adalah hadits yang lemah. tidur adalah perkara mubah
(boleh) dan bukan ritual ibadah. Maka, sebagaimana
perkara mubah yang lain, tidur dapat bernilai ibadah jika
diniatkan sebagai sarana penunjang ibadah. Misalnya,
seseorang tidur karena khawatir tergoda untuk berbuka
RINGKASAN MATERI ZAKAT. PENGERTIAN ZAKAT, DASAR Ingatlah bahwa Allah SWT akan mengadili mereka secara tegas
HUKUM ZAKAT, MACAM ZAKAT, ZAKAT DI INDONESIA SERTA
HIKMAH ZAKAT dan menyiksa mereka dengan adzab yang pedih akibat
perbuatanya itu.” (HR.Thabrani)
Pengertian Zakat
Ø Menurut bahasa : Macam- macam Zakat
- tumbuh, berkembang, kesuburan, atau bertambah (HR. At 1. Zakat fitrah yaitu zakat yang wajib dikeluarkan sekali dalam
Tirmidzi) setahun oleh setiap muslim. Jumlah yang wajib dikeluarkan
- membersihkan atau mensucikan (QS. At-Taubah : 103) adalah 1 sha’ (3,5 liter/2,5 kg) per jiwa pada tanggal 1
Ø Menurut istilah adalah kewajiban membayarkan sejumlah harta Syawal setelah sholat subuh sebelum sholad Ied.
tertentu dari jenis-jenis harta yang telah ditentukan oleh syariat 2. Zakat maal/ zakat harta benda : diwajibkan sebelum Nabi
kepada orang-orang yang berhak ketika telah mencapai nishab. Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Zakat ini harus
Ø Nishab merupakan batas keharusan mengeluarkannya dan tidak dikeluarkan oleh seorang pemilik harta benda tertentu.
berkurang jumlahnya. a. Zakat emas
Zakat yang wajib dikeluarkan oleh pemilik emas dan
Dasar Hukum Zakat perak (At Taubah : 34-35)
Ø Hukum zakat adalah fardhu ‘ain. Zakat merupakan rukun Islam b. Zakat ziraah
yang ke-4. Zakat yang wajib dikeluarkan oleh pemilik pertanian dan
Ø Kewajiban membayar zakat disebutkan dalam Al-Quran, sunnah segala macam hasil bumi (Al Anam : 41)
rasul, dan Ijma’ c. Zakat ma’adin
Surah Al baqarah ayat 43 Zakat yang wajib dikeluarkan oleh pemilik barang galian
Artinya : “Allah SWT mewajibkan zakat pada harta orang- (besi, tanah, perak, emas,dll) dan pemilik barang hasil
orang kaya dari kaum muslimin sejumlah yang dapat memberikan dari darat dan laut.
jaminan kepada orang-orang miskin dikalangan mereka. Fakir
miskin tidak akan menderita kelaparan dan kesulitan sandang
pangan melainkan disebabkan perbuatan golongan orang kaya.
d. Zakat rikaz 30-39 sapi : 1 ekor sapi jantan/betina umur 1 tahun
Zakat yang wajib dikeluarkan oleh pemilik harta temuan, 40-59 sapi : 2 ekor sapi jantan/betina umur 2 tahun
besarnya 20% (HR Ibnu Majah) 60-69 sapi : 3 ekor anak sapi jantan
e. Zakat binatang ternak 70-79 sapi : 2 ekor anak sapi betina usia 2 tahun +
Zakat yang wajib dikeluarkan pemilik binatang ternak jarak sapi jantan 1 tahun
f. Zakat tijarah c. Zakat ternak kambing
Zakat yang wajib dikeluarkan dari hasil jual-beli seorang 1-120 ekor : 1 ekor kambing
pedagang sebesar 2,5% harga barang yang terjual. 121-200 ekor : 2 ekor kambing
201-399 ekor : 3 ekor kambing
Harta yang Wajib Dikeluarkan Zakatnya 400-499 ekor : 4 ekor kambing
1. Zakat perdagangan (tiap 100 ekor kambing ditambah seekor kambing)
Harta yang wajib dizakatkan meliputi barang 4. Zakat rikaz
dagangan, ditambah uang kontan, dan piutang yang masih Setiap penemuan harta terpendam dalam tanah selama
mungkin kembali. Besar zakat 2,5 % dikeluarkan setelah bertahun-tahun dan tidak diketahui pemiliknya maka wajib
dikurangi utang, telah mencapai nisab dan telah berusia 1 dikeluarkan zakatnya 20%.
tahun haul. 5. Zakat profesi
2. Zakat pertanian dan buah-buahan Zakat yang dikeluarkan dari penghasilan, jika telah
Zakat yang dikeluarkan sebesar 5 % tiap panen. mencapai nilai tertentu. Zakat yang dikeluarkan sebesar 2.5
3. Zakat hewan ternak %
a. Zakat ternak unta 6. Zakat investasi
5-9 unta = 1 ekor kambing , 10-14 unta = 2 ekor Zakat yang dikeluarkan terhadap harta yang diperoleh dari
kambing investasi. Investasi adalah 5% untuk penghasilan kotor dan
15-19 unta = 3 ekor kambing , 20-24 unta = 4 ekor 10 % untuk penghasilan bersih.
kambing
b. Zakat ternak sapi/kerbau
7. Zakat tabungan Sebagian besar masyarakat Indonesia sering membayar zakat
fitrah ini dalam bentuk beras. Jumlah untuk zakat fitrah ini adalah
Apabila memiliki tabungan sebesar atau minimal 85 gr emas satu sa’ atau 3,2 liter, atau setara dengan 2,5 kg.
maka wajib mengeluarkan zakat sebesar 2,5%.
Zakat fitrah ini tidaklah hanya sekedar ibadah saja, melainkan
juga sebagai bentuk ‘pembersih’ diri kita dari dosa-dosa yang
8. Zakat emas/perak telah kita lakukan. Hal ini seperti yang diriwayatkan oleh sahabat
Apabila memiliki simpanan emas dan perak selama 1 tahun nabi Ibnu Abbas r.a, berikut ini:
dan nilai minimalnya 85 gr emas maka wajib mengeluarka
Artinya:
zakat 2,5% .
Dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata: Rasulullah saw., telah
menfardhukan zakat fitrah sebagai pembersih diri bagi orang
BELAJAR TENTANG ZAKAT FITRAH DAN ZAKAT MAAL (Arti,
yang melakukan puasa dari segala bentuk perbuatan atau
Rukun, Syarat, Hukum dan Fungsinya) perkataan yang sia-sia atau yang kotor. Dan juga sebagai bentuk
• SMP makanan terhadap orang-orang miskin. Maka, siapa saja yang
Salah satu rukun Islam yang harus dilakukan oleh seorang muslim melakukan (membayarkan) zakat fitrah tersebut setelah
adalah membayar zakat. Zakat ini juga suatu ibadah kepada melaksanakan shalat Idul fitri, tidak lain itu hanyalah sebagian
Allah, yakni dengan cara mengeluarkan sebagian harta kepada dari sedekah seperti biasanya. (HR. Ibnu Majah dan Abu Dawud)
orang yang wajib, manakala harta tersebut sudah mencapai
nisabnya. Hukum Zakat Fitrah

Agama Islam membagi zakat menjadi dua jenis macam zakat. Melaksanakan pembayaran zakat fitrah ini hukumnya adalah
Pertama, zakat fitrah, dan Kedua, zakat maal. Pada kesempatan wajib bagi siapapun. Baik laki-laki, perempuan, muda, tua,
ini kita akan membahas sedikit mengenai apa yang dimaksud merdeka atau sahaya. Bahkan seorang bayi yang lahirnya di
dengan dua jenis zakat tersebut. malam terakhir bulan Ramadhan pun juga sudah terkena hukum
wajib. Seperti yag dijelaskan dalam hadits di atas. Bahwa apapun
Pertama, Zakat Fitrah yang kita bayarkan setelah Shalat Idul Fitri, maka itu dianggap
sebagai sebuah sedekah saja.
Arti dari zakat fitrah ini adalah zakat yang berupa makanan atau
sembako yang pembayarannya bisa di lakukan pada hari pertama
Ramadhan atau bisa di hari akhir bulan Ramadhan, selama belum
melakukan shalat Idul Fitri. Karena jika sudah melewati batas
tersebut dianggap sebagai shadaqah.
Rukun-Rukun dalam Zakat Fitrah 3. Waktu afdhal. Waktu afdhal ini dilaksananakan ketika selesai
melaksanakan shalat shubuh sampai sebelum mengerjakan
Rukun atau sesuatu yang harus dipenuhi dalam melaksanakan shalat ‘Idul Fitri.
zakat fitrah ini adalah: 4. Waktu makruh. Yakni mengeluarkan zakat fitrah sesudah
1. Niat melaksanakan sholat Idul Fitri tetapi sebelum terbenamnya
2. Muzakki (orang yang melakukan zakat) matahari pada waktu Hari Raya tersebut
3. Mustahiq (orang yang berhak menerima zakat) 5. Waktu yang haram. Waktu yang mana pengeluarannya dilakukan
4. Sesuatu yang dizakatkan setelah terbenamnya matahari pada Hari Raya tersebut.

Syarat-Syarat bagi Wajib Zakat Fitrah Manfaat dari Zakat Fitrah


Orang yang wajib zakat ini juga punya syarat-syaratnya sendiri, Zakat ini tentu sangatlah bermnafaat, baik bagi diri kita maupun
yakni: orang lain yang memutuhkan zakat tersebut. Sebagian manfaat
dari zakat fitrah tersebut adalah:
1. Muslim (Orang tersebut beragama Islam)
2. Masih mempunyai simpanan makanan yang lebih, untuk dirinya 1. Menghindarkan diri daris sifat kikir dan cinta dunia yang
sendiri, dan keluarganya sampai pada waktu Hari Raya Idul Fitri berlebihan
datang 2. Mensucikan diri kita dari perbuatan-perbatan yang tidak
3. Orang yang masih hidup sampai waktu terbenamnya matahari di bermanfaat dan sia-sia
waktu akhir Ramadhan, termasuk bayi yang baru lahir. Adapun 3. Tidak merasakan khawatir atas dirinya maupun harta yang
bayi yang dilahirkan pada waktu malam Idul Fitri sudah tidak dimilikinya, sehingga membuat hidup menjadi tenang
terkena wajib zakat. 4. Mempererat persaudaraan satu sama lain

Waktu – Waktu Mengeluarkan Zakat Fitrah KEDUA, ZAKAT MAAL


Seperti keterangan di atas bahwa zakat fitrah ini dikeluarkan
hanya pada bulan Ramadhan. Adapun waktu pengeluaran zakat Pengertian zakat maal adalah harta yang dikeluarkan dari
fitrah di sini terbagi menjadi lima macam: sebagian harta yang kita miliki, dan diberikan kepada mereka
yang berhak menerima (mustahik), dengan ketentuan yang sudah
ditentukan. Zakat maal ini ditentukan oleh haul (masanya) atau
1. Waktu yang diperbolehkan (Mubah). Waktu ini diawali dari hari
ketika sudah mencapai ukuran satu nisab.
pertama hingga batas akhir bulan Ramadhan
2. Waktu yang Wajib. Waktu wajib ini adalah mengeluarkan zakat
fitrah ketika matahari sudah terbenam di akhir bulan Ramadhan
Jika zakat fitrah berfungsi sebagai pembersih diri, dan Rukun – Rukun dari Zakat Maal
dikeluarkan dalam bentuk makanan pokok, maka penyebutan Rukun dari zakat maal ini ada beberapa macam:
zakat maal ini juga berfungsi sebagai pembersih atas harta yang
telah kita miliki, karena kita ketahui sendiri bahwa semua yang 1. Niat untuk zakat (tidak untuk keperluan yang lain-lain)
kita miliki juga atas pemberian Allah swt. 2. Muzakki (Orang yang zakat)
3. Mustahik (orang yang menerima zakat)
Hukum Perihal Zakat Maal 4. Barang yang akan dizakatkan

Berbicara hukum, zakat maal ini hukumnya fardhu ‘ain atau wajib Dalil Tentang Zakat Maal
bagi siapapun yang kekayaannya sudah mencapai ukuran satu Mengenai dalil zakat maal ini sendiri juga dijelaskan dalam QS.
haul atau nisab (batas minimal harta yang sudah wajib At- Tauwbah (9) : 34, yang berrbunyi:
dikeluarkan zakatnya.). Hal ini seperti yang dijelaskan dalam al-
Qur’an surat at-Taubah (9) ayat 103: Artinya:
“ …Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
Artinya:
menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih”
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah
untuk mereka” Selain itu ada juga hadits nabi yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari yang bersumber dari Abu Hurairah, bahwa beliau
Syarat – Syarat Zakat Maal perrnah mendengar nabi bersabda:

Karena berkaitan dengan harta, maka juga ada syarat-syarat Artinya:


tertentu bagi orang yang akan mengeluarkan zakat maal ini, “Suatu hari kelak (Hari Kiamat), unta-unta akan datang kepada
yakni: pemiliknya dalam keadaan yang baik- baik, (tetapi) jika
1. Beragama Islam pemiliknya tidak memberikan hak (zakat) atas unta tersebut,
2. Merdeka maka unta tersebut akan menginjak-injak pemiliknya, dan kelak
3. Sudah mencapai ukuran nisab harta tersebut juga akan datang (pada Hari Kiamat) kambing kepada pemliknya
4. Sudah mencapai satu tahun (untuk hasil pertanian maka dengan keadan yang baik, jika pemilik kambing tersebut tidak
dikeluarkan setiap kali panen) memberikan hak (zakat), maka kambing itu akan menginjang-
5. Milik pribadi, tidak punya orang lain atau yang bersifat hutang injak dan menanduki pemiliknya dengan tanduknya” (HR. Imam
Bukhari)
3. ‘Amil zakat (panitia zakat)
4. Muallaf (orang yang baru masuk Islam)
Macam – Macam Harta yang Wajib Dizakati 5. Riqab atau budak yang dijanjikan merdeka dengan tebusan uang
6. Orang yang terlilit hutang
Berbagai macam harta yang wajib dizakati ini adalah: 7. Orang-orang yang sedang dalam kondisi sabilillah
8. Ibnu sabil (Musafir)
1. Harta kekayaan
2. Hewan ternak, seperti kambing, sapi, unta , dan lain sebagainya Semoga dengan penjelasan singkat ini bisa menggugah hati kita
3. Benda berharga seperti emas, perak, dan lain-lainnya semua untuk senantiasa menyisihkan atau minimal memanajemen
4. Harta hasil pertanian atau makanan pokok apa-apa yang telah diberikan Allah kepada kita. Supaya kita juga
5. Harta hasil perniagaan bisa berbagi dan meringankan beban hidup mereka semuanya.
6. Harta rikaz (barang temuan)

Para Mustahik (Orang yang Berhak Menerima Zakat)

Para Mustahik ini dalam al-Qur’an juga sudah dijelaksan dalam


QS. at-Taubah (9): 60, yang berbunyi

Artinya:
“ Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para
mu´allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka
yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana”

Dari ayat di atas dijelaskan bahwa mustahik itu terdiri dari


delapan golongan:
1. Fakir (orang yang memang benar-benar sudah tidak mempunyai
apapun)
2. Miskin (orang yang masih punya penghasilan tetapi tidak bisa
untuk mencukupi kebutuhan hariannya)
SHALAT IDUL FITRI : PENGERTIAN, HUKUM, PERSIAPAN “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kami
DAN CARA PELAKSANAANNYA pada saat shalat ‘ied agar mengeluarkan para gadis
yang beanjak dewasa dan wanita yang dipingit, begitu pula
wanita yang sedang haidh. Namun beliau memerintahkan pada
Setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa wanita yang sedang haidh untuk menjauhi tempat shalat.”
ramadhan (baca puasa ramadhan dan fadhilahnya) dan
merasakan keistimewaan ramadhan, seluruh umat islam di dunia Shalat eid diwajibkan berdasarkan beberapa pendapat. Seperti
akan merayakan hari besar yakni idul fitri . Idul fitri diartikan yang dijelaskan berikut ini :
sebagai hari suci atau hari dimana umat islam seperti terlahir  Rasullullah memerintahkan umatnya untuk melaksanakan shalat
kembali dan bersih dari dosa. Idul fitri atau yang biasa disebut idul fitri dan bila seseorang memiliki uzur ia tetap harus keluar
dengan hari lebaran adalah salah satu momen yang ditunggu oleh rumah dan pergi ketempat dilaksanakannya shalat namun tetap
umat islam baik di Indonesia atau di negara lain dan dirayakan harus menjaga jaraknya
pada tanggal 1 Syawal. Saat idul fitri kita melakukan satu ibadah  Rasullullah selalu melaksanakan shalat id dan tidak pernah
yang hanya dilaksankana pada hari raya idul fitri saja yakni shalat meninggalkannya
idul fitri atau yang biasa disebut sebagai shalat id.  Perintah Allah SWt dalam surat Al Kautsar ayat 2 “Dirikanlah
shalat dan berqurbanlah (an nahr).” (QS. Al Kautsar: 2)
Shalat idul fitri adalah salah satu shalat yang hanya  Boleh meninggalkan shalat jum’at jika pagi harinya telah
dikejakan saat perayaan hari raya idul fitri. Shalat idul fitri melaksanakan shalat id (jika idul fitri jatuh pada hari jum’at) hal ini
berbeda dengan shalat sunnah lainnya seperti shalat ditafsirkan bahwa seseuatu yang sifatnya wajib bisa gugur
dhuha (baca keutamaan shalat dhuha), shalat karena sesuatu yang wajib pula.
tahajud (baca keutamaan shalat tahajud) shalat witir dan shalat
wajib dalam hal cara melaksanakan. Shalat idul fitri dilaksanakan Waktu Shalat Idul Fitri
pada pagi hari saat hari raya idul fitri dan umat islam akan Shalat idul fitri dilaksanakan pada hari raya idul fitri tanggal 1
beramai-ramai mengunjungi mesjid atau lapangan untuk Syawal. Berbeda dengan shalat idul adha yang dilakukan pada
melaksanakan shalat idul fitri secara berjamaah. waktu pagi dan lebih awal, shalat idul fitri dilaksanakan lebih
akhir sekitar pukul 7-8 karena setelah idul fitri tidak ada
Hukum Shalat Idul Fitri pelaksanaan penyembelihan hewan kurban

Meskipun shalat idul fitri termasuk shalat sunnah, namun


beberapa hadist dan dalil menyatakan bahwa hukum
melaksanakan shalat idul fitri adalah wajib. Berikut adalah
beberapa dalil tentang shalat idul fitri
Tempat Shalat Idul Fitri Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim bahwa “Nabi
Pada hari raya idul fitri kita menyaksikan banyak umat islam yang shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar ketika shalat Idul
melaksanakan ibadah shalat id di sebuah tanah lapang hal ini Fithri dan Idul Adha dengan pakaiannya yang terbaik.
sesuai hadits rasullullah SAW yang menyatakan bahwa shalat idul
fitri di sebuah tanah lapang lebih afdhol dari pada shalat id dalam 3. Makan
masjid Sebelum melaksanakan shalat id kita dianjurkan untuk makan
“Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar pada hari dipagi hari dan hal inilah yang membedakan shalat idul fitri
raya ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha menuju tanah lapang.” (HR Abu dengan shalat idul adha dimana saat sebelum shalat idul adha
Said) kita tidak dianjurkan untuk makan hal ini dimaksudkan bahwa
Namun jika memiliki uzur seperti hujan, dan tidak adanya tanah pada hari raya idul fitri umat islam tidak lagi melakukan
lapang disekitar tempat tinggal anda maka shalat id boleh ibadah puasa seperti sebelumnya pada bulan ramadhan.
dilaksanakan di dalam masjid.
Sebagaimana hadist Rasullullah SAW :
Persiapan Shalat Idul Fitri “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat
shalat ‘ied pada hari Idul Fithri dan beliau makan terlebih
Setelah mengetahui hukum, waktu dan tempat dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan
melaksanakan kita perlu mengetahui tata cara dan hal-hal yang lebih dulu kecuali setelah pulang dari shalat ‘ied baru beliau
perlu dilakukan sebelum melaksanakan shalat idul fitri. Simak menyantap hasil qurbannya.”
penjelasan berikut ini
4. Berjalan kaki dan menempuh jalan yang berlainan
1. Mandi dan mensucikan diri Yang dinaksud dengan menempuh jalan yang berlainan
Sebelum melaksanakan shalat idul fitri hendaknya kita mandi adalah saat pergi dan pulang shalat idul fitri hendaknya kita
dan mensucikan diri. Jangan lupa untuk berwudhu sebelum melewati jalan yang berbeda hal ini dimaksudkan supaya saat
berangkat menuju tempat shalat. Terkadang seseorang lupa pergi maupun pulang kita lebih banyak bertemu dengan
untuk mengambil wudhu terutama wanita yang memakai orang-orang yang juga melaksanakan shalat id dan saling
make up setelah mandi. Jangan lupa bahwa wudhu adalah berminal aidzin. Pergi menuju tempat shalat id juga
salah satu syarat sahnya shalat. dianjurkan untuk berjalan kaki daripada menggunakan
kendaraan kecuali jika ada halangan atau hajat.
2. Memakai pakaian terbaik
Saat hendak melaksanakan shalat idul fitri, sebaiknya kita Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh ibnu Jabir :
menghias diri dan memakai pakaian terbaik. Pria juga “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat ‘ied, beliau
dianjurkan untuk memakai wangi-wangian. lewat jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang.
Dan Hadist yang diriwayatkan oleh ibnu umar Diantara takbir-takbir tersebut hendaknya membaca kalimat
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat “Subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu
shalat ‘ied dengan berjalan kaki, begitu pula ketika pulang akbar. Allahummaghfirlii war hamnii (Maha suci Allah, segala
dengan berjalan kaki pujian bagi-Nya, tidak ada sesembahan yang benar untuk
disembah selain Allah. Ya Allah, ampunilah aku dan
5. Melafalkan takbir rahmatilah aku).
Saat sebelum melaksanakan shalat id sebaiknya kita 3. Membaca Alfatihah kemudian membaca surat lainnya pada
melafalkan kalimat takbir kepada Allah SWT sebagai tanda rakaat pertama
bahwa kita gembira menyambut hari raya idul fitri. 4. Kemudian lakukan gerakan shalat seperti pada shalat
umumnya yakni ruku, itidal dan sujud
Kalimat takbir adalah sebagai berikut : 5. Setelah bangkit dan masuk rakaat kedua, bertakbir sebanyak
َُ ‫ّللا ه أ َ ْكبَ هُر‬
‫ّللاه‬ َُ ‫ل أ َ ْكبَ هُر‬ َُ ‫ّللا ه‬
َُ َُ‫إل إلَه‬ َُ َ ‫ّللاه أ َ ْكبَ هُر َو‬
َُ ‫ّللا ه‬ َُّ ّ ‫ْال َح ْمده َو‬
َُ ‫لِل أ َ ْكبَ هُر‬ lima kali dan
“Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar, dengan lafadz yang sama seperti rakaat pertama
Allahu akbar wa lillahi ilhamd (Allah Maha Besar, Allah Maha
Besar, tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan 6. Membaca surat Alfatihah dan surat lainnya
benar selain Allah, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, 7. Selanjutnya lakukan gerakan shalat sebagaimana biasanya
segala pujian hanya untuk-Nya) sampai tahyat
akhir dan salam

Tata Cara Shalat Idul fitri Setelah shalat id boleh khotib akan menyampaikan khutbah atau
ceramah, jamaah boleh mengikuti khutbah ini dan mendengarkan
Shalat idul fitri hampir sama cara pelaksanaannya seperti namun juga boleh meninggalkan jika memiliki kepentingan.
shalat wajib atau shalat sunnah hanya saja terdapat sedikit Sebagaimana hadits Rasullullah SAW
perbedaan. Shalat idul fitri dilaksanakan dua rakaat secara
berjamaah dan tidak ada adzan maupun iqamat untuk “Aku saat ini akan berkhutbah. Siapa yang mau tetap duduk
mengawalinya. Berikut adalah penjabarannya untuk mendengarkan khutbah, silakan ia duduk. Siapa yang ingin
pergi, silakan ia pergi. (HR Abdullah Said)
1. Dimulai dengan takbiratul ikhram sebagaimana shalat lainnya
2. Bertakbir sebanyak 7 kali selain takbiratul ikhram dan dengan
melafadzkan
kalimat takbir.
Demikian pengertian dan segala penjelasan tentang shalat idul Sementara tahlil kita lantunkan untuk memperkokoh
fitri yang perlu diketahui. Semoga kita sebagai umat islam bisa keimanan kita bahwa Dia lah Dzat yang maha Esa dan maha
melaksanakan ibadah shalat id tanpa halangan apapun. Shalat id kuasa. Makna Idu ftri Hari raya Idul Fitri adalah merupakan
ini sangat afdol dilakukan terutama setelah sebulan penuh puncak dari pelaksanaan ibadah puasa. Idul Fitri memiliki makna
melaksanakan puasa, kita kana merasa seperti terlahir kembali yang berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai dari
jika puasa dan ibadah yang kita laksanakan hanya untuk kewajiban berpuasa itu sendiri yaitu manusia yang bertaqwa.
mendapatkan ridho Allah SWT.
Kata Id berdasar dari akar kata aada – yauudu yang artinya
kembali sedangkan fitri bisa berarti buka puasa untuk makan dan
MAKNA DAN HIKMAH IDUL FITRI
bisa berarti suci.
sebentar lagi akan tiba. Bersama-sama dengan umat Islam
Adapun fitri yang berarti buka puasa berdasarkan akar
semuanya dari segala arah dan penjuru dunia dari sabang sampai
kata ifthar (sighat mashdar dari aftharo – yufthiru) dan berdasar
merauke tak henti-hentinya mengumandangkan alunan suara
hadis Rasulullah SAWyang artinya :”Dari Anas bin Malik: Tak
takbir, tasbih, tahmid dan tahlil.<> Bahkan sebagaian masyarakat
sekali pun Nabi Muhammad SAW. Pergi (untuk shalat) pada hari
kita, pada malam hari raya Idul Fitri dilakukan takbir keliling yang
raya Idul Fitritanpa makan beberapa kurma sebelumnya." Dalam
sudah menjadi budaya. Hal ini sesungguhnya merupakan
Riwayat lain: "Nabi SAW. Makan kurma dalam jumlah ganjil." (HR
manifestasi kebahagiaan setelah berhasil memenangi ibadah
Bukhari). Dengan demikian, makna Idul Fitri berdasarkan uraian
puasa, atau sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah
di atas adalah hari raya dimana umat Islam untuk kembali
SWT atas kemenangan besar yang kita peroleh setelah
berbuka atau makan.
menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan penuh.
Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya : “Dan hendaklah Oleh karena itulah salah satu sunah sebelum melaksanakan
kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas shalat Idul Fitria dalah makan atau minum walaupun sedikit. Hal
petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. ini untuk menunjukkan bahwa hari raya Idul Fitri 1 syawal itu
” Rasulullah SAW bersabda yang artinya “Hiasilah hari rayamu waktunya berbuka dan haram untuk berpuasa. Sedangkan kata
dengan takbir.” Fitri yang berarti suci, bersih dari segala dosa, kesalahan,
kejelekan, keburukan berdasarkan dari akar kata fathoro-yafthiru
Takbir kita tanamkan ke dalam lubuk hati sebagai
dan hadis Rasulullah SAW yang artinya “Barangsiapa yang
pengakuan atas kebesaran dan keagungan Allah SWT. Kalimat
berpuasa di bulan Ramadhan dengan didasari iman dan semata-
tasbih kita tujukan untuk mensucikan Allah dan segenap yang
mata karena mengharap ridho Allah, maka diampuni dosa-
berhubungan dengan-Nya. Tidak lupa kalimat tahmid sebagai puji
dosanya yang telah lalu." (Muttafaq ‘alayh). Barangsiapa yang
syukur juga kita tujukan untuk Rahman dan Rahim-Nya yang tidak
shalat malam di bulan Ramadhan dengan didasari iman dan
pernah pilih kasih kepada seluruh hambanya.
semata-mata karena mengharap ridho Allah, maka diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq ‘alayh) .
Dari penjelasan ini dapat disimpulkan pula bahwa Idul Fitri maafan. Butiran beras yang dibungkus dalam janur merupakan
bisa berarti kembalinya kita kepada keadaan suci, atau simbol kebersamaan dan kemakmuran. Janur yang ada di
keterbebasan dari segala dosa dan noda sehingga berada dalam ketupat berasal dari kata jaa-a al-nur bermakna telah datang
kesucian (fitrah). Jadi yang dimaksud dengan Idul Fitri dalam cahaya atau janur adalah sejatine nur atau cahaya. Dalam arti
konteks ini berarti kembali kepada asal kejadiannya yang suci lebih luas berarti keadaan suci manusia setelah mendapatkan
dan mengikuti petunjuk Islam yang benar. Bagi ummat Islam yang pencerahan cahaya selama bulan Ramadan. Adapun makna
telah lulus melaksanakan Ibadah puasa di Bulan Ramadhan akan filosofis santen yang ada di masakan ketupat adalah suwun
diampuni dosanya sehingga menjadi suci kembali seperti bayi pangapunten atau memohon maaf. Dengan demikian ketupat ini
yang baru dilahirkan dari kandungan Ibunya. Sebagaimana hanyalah simbolisasi yang mencerminkan kebersihan dan
Sabda Nabi SAW yang Artinya“Setiap bayi dilahirkan dalam kesucian hati setelah mohon ampun dari segala kesalahan hal ini
keadaan suci.” Dalam bahasa Jawa, hari raya Idul Fitri disebut merupakan makna filosofis dari warna putih ketupat jika dibelah
juga dengan istilah “lebaran”. Lebaran mengandung maksud menjadi dua. Sedangkan, janur melambangkan manusia yang
lebar-lebur-luber-labur. Lebar artinya kita akan bisa lebaran dari telah mendapatkan sinar ilahiah atau cahaya spiritual/cahaya
kemaksiatan. Lebur artinya lebur dari dosa. Luber artinya luber jiwa. Anyaman-anyaman diharapkan memberikan penguatan satu
dari pahala, luber dari keberkahan, luber dari rahmat Allah SWT. sama lain antara jasmani dan rohani.
Labur artinya bersih sebab bagi orang yang benar-benar
Pemaknaan hari raya Idul Fitri hendaknya bersifat positif
melaksanakan ibadah puasa, maka hati kita akan dilabur menjadi
seperti menjalin silaturrahmi sebagai sarana membebaskan diri
putih bersih tanpa dosa, makanya wajar klo mau lebaran rumah-
dari dosa yang bertautan antar sesama makhluk. Silaturahmi
rumah banyak yang di labur hal ini mengandung arti pembersihan
tidak hanya berbentuk pertemuan formal seperti Halal bi Halal,
dhohir disamping pembersihan batin yang telah di lakukan.
namun juga bisa dengan cara menyambangi dari rumah ke
Adapun terkait hidangan khas waktu lebaran yaitu ketupat, rumah, saling duduk bercengkerama, saling mengenalkan dan
dalam bahasa Jawa ketupat diartikan dengan ngaku lepat alias mengikat kerabat. Apalagi sekarang permohonan maaf dan
mengaku kesalahan, bentuk segi empat dari ketupat mempunyai silaturahmi sudah tidak mengenal batas dan waktu sebab bisa
makna kiblat papat lima pancer yang berarti empat arah mata menggunakan jejaring media sosial seperti contoh lewat sms, up
angin dan satu pusat yaitu arah jalan hidup manusia. Ke mana date status, inbox di facebook, twiter, yahoo mesenger, skype
pun arah yang ingin ditempuh manusia hendaknya tidak akan dan email. Begitulah pentingnya silaturahmi sebagaimana Sabda
lepas dari pusatnya yaitu Allah SWT. Rasulullah SAW yang artinya “Tidaklah dua orang muslim
bertemu lalu berjabat tangan melainkan keduanya akan diampuni
Oleh sebab itu ke mana pun manusia menuju, pasti akan
(dosanya) sebelum mereka berpisah. (HR.Daud,Tirmidzi&Ibnu
kembali kepada Allah. Rumitnya membuat anyaman ketupat dari
Majah) . “ Kini kita dengan rasa suka cita dan senang karena kita
janur mencerminkan kesalahan manusia. Warna putih ketupat
menyambut hari kemenagan disamping itu kita juga bercampur
ketika dibelah melambangkan kebersihan setelah bermaaf-
sedih, dan dengan linangan air mata bahagia kita di tinggalkan (hamba Allah) yang bertakwa, ia juga akan memiliki kepekaan
bulan Ramadhan yang penuh berkah, maghfiroh dan Rahmat sosial yang tinggi peduli kepada lingkungannya. Itulah beberapa
Allah SWT. Banyak pelajaran dan hikmah, faidah dan fadhilah indikator dari gambaran seorang yang kembali kepada fitrahnya
yang kita dapatkan. Kini bulan Ramadhan telah berlalu, tapi satu setelah selesai menunaikan ibadah shaum Ramadhan sebulan
hal yang tidak boleh meninggalkan kita dan harus tetap bersama lamanya, dan itu akan tampak pada dirinya setelah selesai puasa
kita yaitu spirit dan akhlakiyah puasa Ramadhan, sehingga 1 ramadhan,mulai hari ini dan seterusnya. Namun bila ketiga ciri
Syawal harus menjadi Imtidad lanjutan Ramadhan dengan ibadah fitrah tersebut tidak tampak pada diri seorang muslim mulai hari
serta kesalehan sosial. Sebab Kata Syawal itu sendiri artinya ini dan hari-hari berikutnya, maka berarti latihan dan pendidikan
peningkatan. Inilah yang harus mengisi sebelas bulan ke depan puasa Ramadhan yang telah dilakukannya selama sebulan tidak
dalam perjalanan hidup kita. berhasil, karena ia tidak mampu kembali kepada fitrahnya.
Semoga dengan kembalinya semua warga masyarakat muslim di
Hikmah Idul Ffitri Seorang muslim yang kembali kepada
negeri ini kepada Fitrahnya, cita-cita Negara kita menjadi Negara
fitrahnya ia akan memiliki sikap yaitu pertama, ia tetap istiqomah
yang Adil dan Makmur, Gemah Ripah Loh Jinawi, Gemah merenah
memegang agama tauhid yaitu islam, ia tetap akan berkeyakinan
tur tuma’ninah dibawah ridha Allah SWT atau dengan istilah
bahwa Allah itu maha Esa dan hanya kepadanya kita memohon.
agama Baldatun Toyyibatun Warobbun Ghoffur.
Kedua, dalam kehidupan sehari-hari ia akan selalu berbuat dan
berkata yang benar,walau kaana murron meskipun perkataan itu
pahit. Ketiga, ia tetap berlaku sebagai abid, yaitu hamba Allah
yang selalu taat dan patuh kepada perintah-Nya sebagai contoh
kita harus menghormati kedua orang tua kita baik orang tua
kandung maupun mertua, jikalau sudah meninggal berziarahlah
ketempat makam mereka untuk mendoaakan agar dilapangkan
kuburannya dan diampuni dosanya.
Mudah-mudahan berkat ibadah selama bulan Ramadhan
yang dilengkapi dengan menunaikan Zakat fitrah, Insya Allah kita
termasuk orang-orang yang kembali kepada fitrohnya, karena
ibadah puasa Ramadhan berfungsi sebagai tazkiyatun nafsi yaitu
mensucikan jiwa dan Zakat fitrah berfungsi sebagai tazkiyatul
badan, yaitu mensucikan badan, maka setelah selesai ibadah
puasa dan menunaikan zakat,seorang muslim akan kembali
kepada fitrohnya yaitu suci jiwanya dan suci badanya. Seorang
muslim yang kembali kepada fitrohnya selain sebagai abid
Ringkasan Ceramah Ramadhan 14... H Ringkasan Ceramah Ramadhan 14... H

Nama Penceramah : ................................................................................. Nama Penceramah : .................................................................................


Judul : ................................................................................. Judul : .................................................................................
Hari/ Tanggal : ................................................................................. Hari/ Tanggal : .................................................................................
Tempat : ................................................................................. Tempat : .................................................................................
Ringkasan Ceramah : ................................................................................. Ringkasan Ceramah : .................................................................................

............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................

Mengetahui, Mengetahui,
Orang Tua Penceramah Orang Tua Penceramah

................................ …………...................... ................................ …………........................


Ringkasan Ceramah Ramadhan 14... H Ringkasan Ceramah Ramadhan 14... H

Nama Penceramah : ................................................................................. Nama Penceramah : .................................................................................


Judul : ................................................................................. Judul : .................................................................................
Hari/ Tanggal : ................................................................................. Hari/ Tanggal : .................................................................................
Tempat : ................................................................................. Tempat : .................................................................................
Ringkasan Ceramah : ................................................................................. Ringkasan Ceramah : .................................................................................

............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................

Mengetahui, Mengetahui,
Orang Tua Penceramah Orang Tua Penceramah

................................ …………...................... ................................ …………........................


Ringkasan Ceramah Ramadhan 14... H Ringkasan Ceramah Ramadhan 14... H

Nama Penceramah : ................................................................................. Nama Penceramah : .................................................................................


Judul : ................................................................................. Judul : .................................................................................
Hari/ Tanggal : ................................................................................. Hari/ Tanggal : .................................................................................
Tempat : ................................................................................. Tempat : .................................................................................
Ringkasan Ceramah : ................................................................................. Ringkasan Ceramah : .................................................................................

............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................

Mengetahui, Mengetahui,
Orang Tua Penceramah Orang Tua Penceramah

................................ …………...................... ................................ …………........................


LAPORAN KEGIATAN BULAN RAMADHAN DAN SHALAT FARDHU LAPORAN KEGIATAN BULAN RAMADHAN DAN SHALAT FARDHU
PELAKSANAAN SHALAT FARDHU PELAKSANAAN SHALAT FARDHU Paraf
TANGGAL PUASA MAGHRIB ISYA SUBUH DZUHUR ASHAR SUBUH Keterangan Orang tua/
J M T J M T J M T J M T J M T J M T Wali
01 Ramadhan
02 Ramadhan
03 Ramadhan
04 Ramadhan
05 Ramadhan
06 Ramadhan
07 Ramadhan
08 Ramadhan
09 Ramadhan
10 Ramadhan
11 Ramadhan
12 Ramadhan
13 Ramadhan
14 Ramadhan
15 Ramadhan
16 Ramadhan
17 Ramadhan
18 Ramadhan
19 Ramadhan
20 Ramadhan
21 Ramadhan
22 Ramadhan
23 Ramadhan
24 Ramadhan
25 Ramadhan
26 Ramadhan
27 Ramadhan
28 Ramadhan
29 Ramadhan
LAPORAN PELAKSANAAN SHALAT TARAWIH
TGL. TARAWIH CERAMAH AGAMA PARAF LAPORAN PELAKSANAAN SHALAT JUMAT
J M T PENCERAM TEMA ORANG TUA/ PADA BULAN RAMADHAN
AH WALI
1 BULAN K IMA KHAT TEMP RINGKAS PAR
2 E M IB AT AN AF
3
4
5 1
6
7
8
9
10 2
11
12
13
RAMADH
14 AN
15
16 3
17
18
19
20
21
22 4
23
24
25
26
27 CATATAN:
28
29 ...............................................................................................................................
....
30
27
............................................................................................................................... 28
.... 29
30
LAPORAN PELAKSANAAN TADARUS AL-QUR’AN
Catatan dan Saran
TGL. SURAT- JUZ TEMPAT PEMBIMBING PARAF Orang Tua/Wali Santri
AYAT
1 Catatan:
2
3 ...............................................................................................................................
4
5 ....
6 ...............................................................................................................................
7
8 ....
9 ...............................................................................................................................
10
....
11
12 ...............................................................................................................................
13
....
14
15 ...............................................................................................................................
16 ....
17
18 ...............................................................................................................................
19 ....
20
21
22 Saran Perbaikan:
23 ...............................................................................................................................
24 ....
25
26
...............................................................................................................................
....
...............................................................................................................................
Biodata
....
...............................................................................................................................
....
............................................................................................................................... Pemilik Buku Laporan
.... Kegiatan Ramadhan 14 .. Hijriah / .... M
...............................................................................................................................
....
foto
............................................................................................................................... Nama : .....................................................................
....
Kelas : .....................................................................

Alamat : .....................................................................
Orang Tua/Wali Siswa,

Moto:

......................................... ...............................................................................................................................

...............................................................................................................................

...............................................................................................................................

...............................................................................................................................
\

Anda mungkin juga menyukai