Anda di halaman 1dari 11

PENGERTIAN PUASA

Puasa artinya menahan diri dari makan dan minum dan dari segala perbuatan yang
boleh membatalkan puasa, mulai terbit fajar sampai hinggah lah terbenam matahari. Menurut
syariat islam, Imam Al-Qurthubi –rahimahullah- bekata, bahwa puasa adalah perbuatan
menehan diri dari semua yang membatalkan puasa dan disertai dengan niat untuk beribadah,
dimulai sejak dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.” (Tafsir Al-Qurthubi pada
ayat183 dari surah Al-Baqarah yang berbunyi)

‫ع َلى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَتَّقُو‬ ِّ ِ ‫علَ ْي ُك ُم‬


َ ِ‫الصيَا ُم َك َما ُكت‬
َ ‫ب‬ َ ِ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكت‬
َ ‫ب‬
Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa”

TUJUAN PUASA

Menahan nafsu dari berbagai syahwat, mematahkan permusuhan terhadap lapar dan
dahaga serta mengingatkannya dengan keadaan orang-orang yang menderita kelaparan di
antara orang-orang miskin, menyempitkan jalan setan pada diri hamba dengan menyempitkan
jalan aliran makanan dan minuman.

MAKNA PUASA

`Puasa (shaum/shiyam) dalam bahasa arab bermakna ’menahan’ (imsak). Sedangkan


menurut istilah, puasa adalah menahan diri dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa, mulai
terbit fajar sampai hinggah lah terbenam matahari.

Puasa merupakan proses pelatihan dan pembiasaan jiwa untuk melakukan kebaikan,
kedisiplinan, ketaatan dab kepedulian perasaan tentang adanya persamaan dan persaudaraan
yeng sedang berpuasa.

HUKUMNYA BERPUASA

Hukumnya wajib, berdasarkan nash-nash dari Al-qur’an, Al Aadist dan Al Ijma’.


Allah Ta’ala berfirman “hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”(QS Al
Baqarah 183-185)
PEMBAGIAN PUASA

1. PUASA SUNAT:
1. Puasa enam hari dibulan syawal
2. Puasa sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah
3. Puasa hari Arofa
4. Puasa Muharrom
5. Puasa Assyuro
6. Puasa Sya’ban
7. Puasa pada bulan Harom (bulan yang dihormati) yaitu bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah,
Muharrom, dan Rojab
8. Puasa senin dan kamis
9. Puasa tiga hari setiap bulan
10. Puasa Dawud
2. PUASA WAJIB ADA TIGA JENIS
1. Wajib karena waktu. Ini adalah puasa ramadan.
2. Wajib karena adanya sebab, dan dia adalah puasa yang membayar kaffarat.
3. Wajib karena seseorang mewajibkan atas dirinya untuk berpuasa, yaitu puasa nazar

3. PUASA MAKRUH

 Puasa yang terus menerus sepajang masa


 Tidak termasuk dua hari raya dan hari tasyriq

4. PUASA HARAM

 Puasa pada hari raya pertama idil fitri


 Puasa pada hari raya pertama haji
 puasa tiga hari sesudah hari raya haji atau hari tasriq yaitu pada 11,12,dan 13
Zulhijjah

SYARAT WAJIB PUASA

 Berakal
 Akhir baligh (cukup umur)
 kuat atau mampu mengerjakan puasa

SYARAT SAH PUASA

 Islam
 Mumayyiz (dapat membedakan yang baik dan buruk)
 Suci dari pada haid dan nifas
 Dalam waktu yang dibolehkan berpuasa
RUKUN PUASA

 Berniat
 Menahan diri dari pada segala yang membatalkan puasa

PERKARA YANG MEMBATALKAN PUASA

 Makan dan minum dengan sengaja


 Muntah dengan sengaja
 Bersetubuh tanpa keluar mani pada siang hari bulan ramadan
 Keluar darah haid atau nifas
 Gila
 Keluar mani akibat bersetubuh dengan perempuan. Tetapi keluar mani karena
bermimpi tidak membatalkan puasa
ORANG YANG DIIZINKAN BERBUKA ATAU TIDAK BERPUASA

 Orang yang sakit


 Orang yang dalam perjalanan jarak jauh melebihi 52 batu atau 80.64 km.
 Orang yang sudah lemah
 Orang yang hamil atau orang yang menyusui anak

RUKUN DAN SYARAT PUASA

Rukun dan Syarat puasa adalah:

Niat

1. Niat adalah pekerjaan hati dan letaknya berada di hati.


2. Niat dilakukan setiap hari pada hari-hari bulan ramadan.

Imsak

1. Imsak adalah menahan makan, minum, dan berjimak, dari terbitnya fajar hingga
terbenamnya matahari
2. Imsak sebenarnya adalah ketika masuknya awal waktu fajar(waktu shalat subuh)

ADAB-ADAB BERPUASA

1. Makan sahur
 Makan sahur adalah sunnah dan terdapat keberkahan didalamnya
 Sahur terwujud sekalipun dengan seteguk air
 Bersahur boleh dilakukan pada waktu apa saja dari bagian malam
 Jika seseorang tengah bersahur dan adzan telah dikumandangkan maka tidak ada
kewajiban atasnya untuk memuntahkan apa yang ada didalam mulutnya, tetapi
sebaliknya dianjurkan untuk dihabisknnya.
2. Bersegera berbuka
 Kapan saja matahari telah terbenam, maka dianjurkan untuk segera berbuka
 Berbuka dapat terwujud dengan apa saja, baik itu dengan makanan atau minum,
sedikit ataupun banyak

HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA DEN WAJIB DI QADHA’ SERTA


KAFARAH

Membayar “kafara” yaitu dengan cara memerdekakan budak, atau puasa dua bulan
berturut-turut jika tidak menemukan budak, atau memberikan makan enam puluh fakir miskin
jika tidak mampu puasa.

Namun pada zaman sekarang ini, karena perbudakan sudah tidak ada, maka cukup
berpuasa dua bulan berturut-turut, jika tidak mampu (karena sakit atau hal-hal yang
menghalangi lainnya) maka harus memberi makan enam puluh fakir miskin.

A. Menurut Madzhab Hanafi

Ada beberapa hal yang mengharuskan membayar qadha’ dan kafhara sekaligus
Ketentuan ini berlaku bagi orang muk’allaf yang melakukan niatnya pada malam hari
kemudian membatalkan puasanya dengan sengaja, tanpa keterpaksaan, dan tidak ada hal
lainnya yang menghalangi puasa seperti sakit atau bepergian.

Hal tersebut dapat diklasifikasikan dalam dua kategori:

1. Memakan dan-meminum atau obat-obatan tanpa ada halangan (udzur)yang sah. Atau
ia sengaja makan setelah berbekam, menyentuh atau mencium dengan
syahwat,bercumbu tanpa keluar mani, dll. Masuk dalam kategori ini juga menelan air
hujan yang masuk kemulut dan menelan air liur isteri untuk kenikmatan.
2. Melampiaskan nafsu seksual secara sempurna, yaitu berhubungan seksual melalui alat
kelamin atau anus baik pelaku atau objek, meskipun hanya bersentuhan alat kelamin
tanpa keluar mani. Adapun dalil hukumnya adalah hadist yang menceritakan kejadian
orang badui yang bersenggama dengan isterinya pada siang hari ramadan. Nabi lantas
mewajibkan mereka membayar kafarah yaitu dengan cara memerdekakan budak, atau
puasa 2 bulan berturut-turut jika tidak menemukan budak, atau memberi makan 60
orang fakir miskin jika tidak mampu puasa.
B. Menurut Madzhab Maliki

1. Bersetubuh dengan sengaja baik dengan manusian atau hewan, meskipun tidak keluar
mani. Baik dengan isterinya atau wanita lain. Karena hal itu merupakan penghinaan
terhadap kemulyaan buan ramadan, kewajiban kafarah tetap dikenakan pada dua-
duanya. Karena kafarah pada esensinya adalah akibat pelanggaran kehormatan bulan
ramadan.
2. Namun jika keluar mani dikarenakan memandang atau membayangkan padahal tidak
biasanya dia keluar mani karena melakukan hal itu atau memang biasa keluar
mani/madzi dengan hanya memandang atau membayangkan, maka ia tidak wajib
membayar kafarah.
3. Makan dan minum dengan sengaja. Demikian juga menelan apa saja (walaupun
sesuatu yang tidak lazim dimakan) yang telah sampai ditenggorokan dan muntah
dengan sengaja kemudian nemelannya kembali meski tanpa sengaja. Karenanya,
kalau seseorang batal puasanya karena lupa maka ia tidak wajib membayar kafarah.
Begitu juga halnya hal-hal yang masuk ke perut atau rongga badan lainnya yang tidak
melalui mulut pada dasarnya wajib membayar kafarah
4. Berniat membatalkan puasa di pagi hari, meski setelah itu ia berniat lagi
5. Sengaja membatalkan puasa tanpa ada udzur seperti sakit, bepergian, haid wanita.

C. Menurut Madzhab Syafi’i

Hanya satu hal yang mewajibkan qadha’, kafarah, dan ta’zir serta tetap diwajibkan
menahan selama sisa hari mana ia membatalkan puasa, yaitu bersenggama pada siang hari
ramadan dengan kreteria sebagai berikut:

1. Berniat puasa pada malam harinya. Jika tidak berniat maka puasanya tidak sah dan
harus menahan diri
2. Ada faktor kesengajaan
3. Tidak terpaksa
4. Sadar dan tahu akan keharaman bersetujuh disiang hari ramadan

D. Menurut Madzhab Hanbali

Orang yang bersenggama pada siang hari ramadan tetap diharuskan membayar kafarah

HAL-HAL YANG TIDAK MEMBATALKAN PUASA

A. Menurut Madzhab Hanafiyah


1. Makan dan minum dan jima’ tanpa sengaja , jika pada saat itu teringat sedang
berpuasa bersegeralah memberhentikan dari perbuatan makan, minum atau jima’
2. Keluar mani dengan hanya melihat atau menghayalkan sesuatu . Begitu pula
hubungan seksual dengan sesama jenis tidak membatalkan puasa dengan syarat
tidak mengeluarkan air mani, hanya saja ia dosa besar bagi yang melakukannya.
Adapun orang yang sekedar iseng mengatakan ingin berbuka tidak haram
hukumnya selama ia tidak melakukan. Ataupun orang yang bermimpi bersetubuh
disiang hari kemudian junub maka tidak juga batal puasanya.
3. Meneteskan air mata atau bercelak . Karena rasulullah perna bercelak sedangkan
beliau berpuasa.
B. Menurut Madzhab Maliki
1. Muntah tanpa sengaja, dan tak ada sedikitpun muntahan yang ditelan kembali ke
dalam tenggorokannya.
2. Masuknya lalat dan nyamuk tanpa sempat untuk menghindarinya , debu jalanan,
juga tepung yang halus yang berterbangan.
3. Menahan air kencing pada tempat saluran air kencing atau pada lubang kemaluan.

C. Menurut Madzhab syafi’iyah

1. Sampainya/masuknya sesuatu ke dalam tenggorokan tanpa sengaja(lupa), dipaksa.


2. Menelan dahak atau sisa makanan yang terdapat di sela-sela gigi, atau sesuatu
yang sulit dihindari seperti debu jalanan, serangga yang berterbangan dan lalat.
3. Berbekam. Namun makruh, kecuali ada hajat-hajat tertentu.
4. Bercelak

D. Menurut Madzhab Hanbaliyah

1. Tertelannya sesuatu yang sulit dihindari seperti ludah, debu jalanan


2. Berkumur-kumur atau mengeluar masukkan air pada hidung baik saat bersuci (seperti
wudhu’) atau tidak. Hanya dimakruhkan saja bila itu dilakukukan tanpa maksud
tertentu
3. Mengunyah semacam permen karet yang tidak ada rasanya.

HAL-HAL YANG MEMBOLEHKAN TIDAK BERPUASA

1. Berpergian (safar)
Safar yang memperbolehkan berbuka adalah safar yang berjarak minimal kira-kira 89
km. Safar ini, menurut jumhur (mayoritas) ulama, harus dilakukan sebelum terbitnya
matahari. Jika dia telah berpuasa saat memulai perjalanan (karena dia memulai
perjalananya sehabis subuh), maka dia tidak boleh membatalkan puasanya .
2. Sakit
Sakit yang membolehkan berbuka adalah sakit yang menyebabkan si penderita tidak
mampu lagi untuk melaksanakan puasa atau bila ia berpuasa justru memperparah
kondisinya, memperlambat kesembuhannya, atau bahkan dikawatirkan menyebabkan
kematian
3. Hamil dan menyusui
Seseorang yang hamil dan menyusui boleh meninggalkan puasa jika ia khawatir akan
kesehatan diri dan anak kandungnya atau anak susunya saja.
4. Lanjut usia
Seseorang lanjut usia yang sudah tidak mampu lagi untuk berpuasa, baik dibulan
ramadan atau lainnya dibolehkan untuk tidak berpuasa dan tidak wajib
mengqadha’nya melainkan membayar fidyah yang diberikan pada orang orang
miskin.
5. Lapar dan dahaga yang tak tertahan lagi
Seseorang yang tertimpa lapar atau dahaga yang tak tertahan lagi, sekiranya jika ia
berpuasa akan menemui kepayahan yang luar biasa, maka ia boleh membatalkan
puasa dan wajib mengqadha’nya.
6. Dalam keadaan dipaksa
Seseorang yang dipaksa/diperkosa boleh membatalkan puasanya dan wajib
mengqadha’nya. Dan jika ada seseorang perempuan digauli secara paksa atau dalam
keadaan tidur, ia wajib mengqadha’ puasanya.

HAL-HAL MEMAKRUHKAN DALAM BERPUASA

A. Menurut Madzhab Hanafiyah


1. Mencicipi dan mengunyah sesuatu. Karena hal ini bisa menghantarkan
batalnya puasa
2. Ciuman, bersetuhan, bercumbu, yang bisa mengakibatkan ejakulasi
3. Sengaja mengumpulkan ludah dalam mulut lalu menelannya
B. Menurut Madzhab Malikiyah
1. Memasukkan apa saja yang segar yang berasa ke dalam mulut, walaupun
lantas dimuntahkan kembali.
2. Mencicipi sesuatu yang berasa, seperti madu, cukak dll.
3. Berkunjung ke seseorang perempuan dan memandanginya melamun dan
memikirkan sesuatu yang membangkitkan syahwat .
C. Menurut Madzhab Syafi’iyah
1. Berbekam
2. Berciuman .
3. Mencicipi makanan.
4. Mengunyah sejenis permen.
D. Menurut Madzhab Hanbaliyah
1. Mengumpulkan ludah di mulut lalu menelanya.
2. Berkumur dan menyerap air ke hidung dengan agak keras.
3. Mencicipi makanan tanpa ada keperluan.

MACAM-MACAM PUASA SUNNAH

1. Puasa enam hari dibulan syawal


Keutamaan puasa ramadan yang diiring puasa syawal ialah seperti orang yang
berpuasa selama satu tahun
2. Puasa sepuluh hari pertama bulan dzulhijjah
Yang dimaksud adalah puasa sembilan hari yang pertama dari bulan ini, tidak
termasuk hari yang ke 10.
3. Puasa hari arofah
Yaitu puasa pada hari ke-9 bulan dzulhijjah. Keutamaan akan dihapuskan dosa-dosa
pada tahun lalu dan dosa-dosa pada tahun yang akan datang.
4. Puasa muharrom
Yaitu puasa pada bulan muharrom terutama pada hari assyuro’.
5. Puasa assyuro’
Nabi sholallahu alaihi wassalam memerintahkan umatnya untuk berpuasa pada hari
assyuro’ ini dan mengiringinya dengan puasa 1 hari sebelum atau sesudahnya.
6. Puasa sya’ban
Disunnahkan memperbanyak puasa pada bulan sya’ban. Keutamaan bulan ini adalah
bulan dimana semua amal diangkat kepada robb semesta alam.
7. Puasa pada bulan harom(bulan yang dihormati) yaitu bulan dzulqa’dah,
dzulhijjah,muharrom, dan rojab
Dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah pada bulan-bulan tersebut termasuk
ibadah puasa.
8. Puasa senin kamis
Namun tidak ada kewajiban mengiringi puasa hari senin dengan puasa hari kamis atau
sebaliknya. Keduanya merupakan hari dimana amal-amal hamba diangkat dan
diperlihatkan kepada Allah.
9. Puasa tiga hari setiap bulan
Disunnahkan untuk melakukan pada hari-hari putih (Ayuaamul bidh) yaitu tanggal
13,14,dan 15 setiap bulan .

10. Puasa dawud


Yaitu puasa sehari dan tidak puasa sehari. Keutamaannya adalah karena puasa ini
adalah puasa yang disukai oleh Allah.

PUASA YANG DIHARAMKAN

1. Hari Raya Idul Fithri


Hari itu adalah hari kemenangan yang harus dirayakan dengan gembira. Karena itu
syariat telah mengatur bahwa hari itu tidak diperkenankan seseorang untuk berpuasa
sampai pada tingkat haram.
2. Hari Tasyrik
Hari tasyrik adalah tanggal 11,12 dan 13 bulan zulhijjah. Pada tiga hari itu umat islam
masih dalam suasana perayaan hari raya idul adha sehingga diharamkan untuk
berpuasa.
3. Hari raya idul adha
Hal yang sama juga pada tanggal 10 zulhijjah sebagai hari raya kedua bagi umat
islam. Hari itu diharamkan untuk berpuasa dan umat islam disunnahkan untuk
menyembelih hewen qurban dan membagikannya kepada fakir miskin dan kerabat
serta keluarganya.
4. Puasa sehari saja pada hari jumat
Puasa ini haram hukumnya bila tanpa didahului dengan hari sebelum dan sesudahnya,
kecuali adakaitannya dengan puasa sunnah lainnya seperti puasa sunnah Nabi Daud ,
yaitu sehari berpuasa dan sehari tidak.
5. Puasa sunnah pada paruh kedua bulan sya’ban
Puasa ini mulai tanggal 15 sya’ban hingga akhir bulan sya’ban. Namun bila puasa
bulan sya’ban sebulan penuh, justru merupakan sunnah.
6. Puasa pada hari syak
Hari syak adalah tanggal 30 sya’ban bila orang-orang ragu tentang awal bulan
ramadan karena hilal (bulan) tidak terlihat. Saat itu tidak ada kejelasan apakah sudah
masuk bulan ramadan atau belum.
7. Puasa selamanya
Diharamkan bagi orang seseorang yang berpuasa terus setiap hari. Meski dia sanggup
untuk mengerjakannya karena memang tubuhnya kuat. Tetapi secara syar’i puasa
seperti itu dilarang oleh Islam.
8. Wanita haidh atau nifas
Wanita yang sedang mengalami haidh atau nifas diharamkan mengerjakan puasa.
Karena kondisi tubuhnya sedang dalam keadaan tidak suci dari hadats besar.

9. Puasa sunnah bagi wanita yang tanpa izin suaminya


Seorang isteri bila akan mengerjakan puasa sunnah, maka harus meminta izin terlebih
dahulu pada suaminya. Bila mendapatkan izin, maka boleh lah dia berpuasa.
Sedangkan bila tidak diizinkan tetapi tetap puasa, maka puasanya haram secara syar’i.

KEWAJIBAN ORANG YANG TIDAK PUASA KARENA TELAH RENTA ATAU


SAKIT

Asy Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin ‘Abdillah Aalu Fauzan Rahimahullah
sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mewajibkan puasa atas kaum muslimin secara langsung
bagi mereka yang tidak memiliki udzur dan dengan qadha bagi mereka yang memiliki udzur
yaitu mereka yang mampu mengerjakannya di hari-hari yang lain. Ada golongan ketiga yang
tidak bisa melakukan puasa baik secara langsung maupun tidak langsung maupun qadha.
Misalnya orang lanjut usia yang sudah sangat lemah dan orang sakit yang tidak bisa lagi
diharapkan kesembuhannya . golongan ini di beri keringanan oleh Allah Azza wa Jalla maka
dia mewajibkan kepadanya suatu pengganti puasa yaitu memberi makan orang-orang miskin
pada tiap hari setengah sha’ makanan pokok.

Ibnu Abbas Radhiallahu’anhumaa berkata yaitu seorang lelaki yang sangat tua dan
seorang wanita yang sangat tua pula. Keduanya tidak mampu melakukan puasa. Maka
keduanya hendak memberi makanan pada tiap hari kepada satu orang miskin. Orang sakit
yang tidak bisa lagi diharapkan kesembuhannya hukumnya seperti orang yang sangat tua.
Barang siapa yang tidak puasa karna udzur temporer seperti berpergian orang sakit yang bisa
diharap kesembuhannya wanita hamil wanita yang menyusui jika mengawatirkan keadaan
diri atau keadaan anaknya dan wanita yang sedang haidh atau sedang nifas tiap mereka itu
mutlak harus melakukan qadha dan harus berpuasa pada hari-hari lain sejumlah hari-hari
yang ia batalkan puasa.

Ibnu Qayyim Rahimahullah berkata Ibnu Abbas dan selainnya memberi fatwa berkenaan
dengan wanita hamil dan wanita menyusui jika keduanya mengkhawatirkan anak-anak
mereka keduanya boleh berbuka puasa dan memberi makan seorang miskin pada tiap hari.
Memberi makan sebagai ganti berpuasa.

HARI HARI YANG DISUNNATKAN BERPUASA

1. Enam hari dibulan syawal.


2. Hari-hari awal dzulhijjah (hari pertama hingga sembilan)
3. Hari arafah.
4. Hari asyura.
5. Tiga hari setiap bulan islam.
6. Hari-hari putih.
7. Senin dan kamis
8. Puasa Nabi Daud a.s mnur, dan Zaimatrussa’diyah

PUASA SUNNAT (6 HARI SYAWAL)

Seorang muslim dianjurkan mengerjakan puasa enam hari bulan syawal. Banyak sekali
keutamaan dan pahala yang besar bagi puasa ini. Diantaranya, barang siapa yang
mengerjakan niscaya dituliskan baginya puasa setahun penuh(jika ia berpuasa pada bulan
romadan).

Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dengan lafazh: ‘puasa bulan romadan setara dengan
puasa sepuluh bulan. Sedangkan puasa enam hari bulan syawal setara dengan puasa dua
bulan . itulah puasa setahun penuh’.

ADAB PUASA

1. Menundukkan pandangan serta menaha dari pandangan-pandangan liar yang tercela


dan di benci.
2. Menjaga lisan dari berbicara tidak karuan, mengguncingkan orang, mengadu domba
dan berdusta.
3. Menjaga pendengaran dari pendengaran setiap yang haram atau yang tercela.
4. Menjaga anggota tubuh lainnya dari perbuatan dosa.
5. Hendaknya tidak memperbanyak makan.
6. Setelah berbuka, hendaknya hatinya antara takut dan harap. Sebab ia tidak tahu
apakah puasanya diterima, sehingga ia termasuk orang-orang yang dekat kepada
Allah, ataukah ditolak, sehingga ia termasuk orang-orang yang dimurkai.

AWAL DISYARI’ATKAN PUASA

Puasa ramadan awalnya diwajibkan pada tahun ke-2 Hijriyah sebelum berlangsungnya
perang badar. Mulanya, kewajiban berpuasa ramadan hanya bersifat takhyir(pilihan), antara
memilih berpuasa atau tidak. Bagi yang tidak berpuasa terkena kewajiban membayar fidyah.
Namun kemudian puasa bersifat wajib tanpa takhyir. Tetapi jika seseorang tidur sebelum
makan malam, maka ia tidak halal baginya makan, minum, berjima’ hingga besok malamnya.
Cara berpuasa seperti ini telah dihapus Allah Ta’ala.
PUASA YANG SYARI’ATKAN

Puasa yang syari’atkan adalah puasanya anggota badan dari dosa-dosa, dan puasanya
perut dari makan dan minum. Sebagaimana makan dan minum membatalkan dan merusak
puasa, demikian pula halnya dengan puasa dengan dosa-dosa, ia memangkas pahala puasa
dan merusak buahnya, sehingga memposisikan pada kedudukan orang yang tidak berpuasa.

Karena itu, orang yang benar-benar berpuasa adalah orang yang puasa segenap anggota
badannya dari melakukan dosa-dosa, lisannya berpuasa dari dusta, kekejian dan mengada-
ada, perutnya berpuasa dari makan dan minum, kemaluanya berpuasa dari bersenggama.

Bila berbicara, ia tidak berbicara dengan sesuatu yang menodai puasanya, bila
melakukan suatu pekerjaan ia tidak melakukan sesuatu yang merusak puasanya. Ucapan yang
keluar darinya selalu bermanfaat dan baik, demikian pula dengan amal perbuatannya. Ia
laksana wangi minyak kesturi, yang tercium oleh orang yang bergaul dengan pembawa
minyak tersebut. Itulah metafor (perumpamaan) bergaul dengan orang yang berpuasa, ia akan
mengambil manfaat dari bergaul dengannya, aman dari kepalsuan, dusta, kejahatan dan
kezhaliman.

PUASA DIMULAI DARI NIAT

Puasa hendaklah dimulai dengan niat. Tanpa niat puasa tidak syah. Hal ini sejalan
dengan apa yang di sabdakan oleh Rasulullah SAW yang berbunyi:”sesungguhnya tiap-tiap
orang yang beramal itu ditentukan oleh apa yang diniatkan” Niat dalam menjalankan ibadah
puasa ini adalah semata-mata karena Allah. Karena mengharap ridho dan kasih-Nya.

Anda mungkin juga menyukai