Puasa secara bahasa artinya menahan, sedangkan secara istilah adalah menahan
diri dari segala hal yang membatalkan puasa sejak terbitnya fajar shodiq hingga
terbenamnya matahari dengan disertai niat.
● Rukun Puasa
1) Niat
2) Menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa
Catatan:
⮚ Rentang waktu niat adalah setelah terbenam matahari hingga sebelum terbit
fajar shodiq
⮚ Untuk puasa fardhu/wajib niat wajib dilakukan sebelum terbit fajar shodiq,
jika niat dilakukan setelahnya maka puasa tidak sah.
⮚ Jika dalam puasa Ramadhan lupa melakukan niat ataupun niat dilakukan setelah
terbit fajar shodiq maka puasa tidak sah, namun puasa wajib dilanjutkan dan
wajib diqadha setelah bulan Ramadhan.
⮚ Untuk puasa sunnah niat boleh dilakukan setelah fajar shodiq hingga sebelum
waktu zawal. Puasa diangap sah jika sejak terbit fajar shodiq hingga dilaksanakan
niat belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa.
● Pembatal Puasa
1) Hilang akal (termasuk pingsan)
2) Makan minum
3) Memasukkan segala sesuatu kedalam lubang tubuh dengan sengaja
4) Muntah dengan sengaja
5) Keluar mani dengan sengaja
6) Jima’
7) Haid dan nifas
8) Wiladah (melahirkan)
9) Murtad
Catatan:
⮚ Pingsan yang membatalkan puasa adalah pingsan sehari penuh, sehingga
belum sempat menjumpai siang hari di waktu puasa walaupun sekejap, namun
jika masih sempat terbangun di siang hari maka puasanya sah walaupun
pingsannya sangat lama.
⮚ Lubang tubuh yang dimaksud adalah lubang yang terhubung dengan rongga
tubuh yaitu lubang telinga, hidung, mulut, qubul, dan dubur. Dan setiap lubang
memiliki batas luar dan batas dalam (kecuali qubul dan dubur), jika batas dalam
dilewati maka batal puasa.
⮚ Bagi yang batal puasa, maka wajib di qadha setelah bulan ramadhan
⮚ Jika batal puasa akibat jima’ dengan sengaja maka selain menqadha diwajibkan
pula membayar kifarat berupa memerdekakan budak, jika tak mampu puasa 2
bulan berturut-turut, jika tak mampu memberi makan 60 orang miskin masing
masing sebanyak 1mud
● Sunnah-sunnah Puasa
1) Sahur
2) Menyegerakan berbuka
3) Menahan diri dari hal yang tak sejalan dengan hikmah puasa
Catatan:
⮚ Musafir dan Orang sakit yang masih memiliki harapan sembuh wajib menqadha
puasa, dan tak wajib membayar fidyah
⮚ Lemah, lansia, dan orang sakit yang tak memiliki harapan sembuh tak wajib
menqadha puasa, namun wajib membayar fidyah
⮚ Khusus wanita hamil dan menyusui bila ia berbuka karena khawatir akan dirinya
sendiri, maka cukup menqadha puasa dan tak wajib membayar fidyah. Bila
khawatir akan bayinya, maka wajib menqadha puasa dan wajib membayar
fidyah
⮚ Kadar fidyah adalah 1mud (8 ons) makanan pokok, dan dibayar sebanyak hari
yang ditinggalkan puasa, jika meninggalkan 3 hari puasa maka wajib membayar
3x fidyah
● Waktu-waktu Puasa
A. Waktu Wajib, selama bulan ramadhan
B. Waktu Sunnah
Sejatinya puasa disunnahkan di semua waktu selama bukan waktu wajib,
makruh, dan haram. Namun ada waktu-waktu tertentu yang lebih afdhal
dibanding hari-hari biasa, seperti: hari senin kamis, hari tasu’ah, hari asyuro, hari
tarwiyah, hari arafah, bulan rajab, bulan-bulan haram, dll.
C. Waktu Makruh
1) Separuh akhir bulan Sya’ban
Yaitu pada tanggal 16 sya’ban-29/30 sya’ban, Puasa di waktu tersebut
dimakruhkan bila puasa yang dilakukan bukan puasa yang sudah menjadi
keistiqomahan/kebiasaan.
3) Hari Jum’at
Puasa di hari jumat dimakruhkan jika puasa yang dilakukan merupakan puasa
mutlak (puasa tanpa sebab dan tanpa waktu yang ditentukan), yang hanya
dilakukan di hari jumat tanpa digandeng dengan puasa di hari sebelumnya atau
di hari setelahnya
Namun jika puasa yang dilakukan bukan puasa mutlak seperti puasa Ayyamul
bith, qadha, nadzar, dll. Maka hukumnya tidak makruh walau hanya dilakukan di
hari jum’at.
D. Waktu Haram
1) Hari raya Idul Fitri (1 Syawal) dan Idul Adha (10 dzulhijjah)
2) Hari Tasyrik (11-13 Dzulhijjah)
● Jenis-jenis Puasa
1) Puasa Wajib: puasa ramadhan, nadzar, kifarat
2) Puasa Sunnah: puasa mutlak dan puasa pada waktu-waktu sunnah
3) Puasa Makruh: puasa pada waktu-waktu makruh
4) Puasa Haram: puasa pada waktu-waktu haram