Anda di halaman 1dari 7

Vony Adi Prasetyo IQT Va (2018080105)

َ‫ض َكانَتَا َر ْتقًا فَفَتَ ْق ٰنَهُ َما ۖ َو َج َع ْلنَا ِمنَ ْٱل َمٓا ِء ُك َّل َش ْى ٍء َح ٍّى ۖ أَفَاَل ي ُْؤ ِمنُون‬ ِ ‫أَ َولَ ْم يَ َر ٱلَّ ِذينَ َكفَر ُٓو ۟ا أَ َّن ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
َ ْ‫ت َوٱأْل َر‬

Arti: Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya
dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan
segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?

Pada awalnya, planet ini merupakan bagian dari bintang matahari—bintang matahari itu sendiri, pada
awalnya merupakan bagian dari satu kesatuan kosmos yang ada di alam semesta ini yang telah
diciptakan oleh Allah SWT—yang selanjutnya memisahkan diri sejak 4.600 juta tahun yang lalu, menurut
pendapat sebagian para ilmuwan.

Planet ini, yang sekarang kita tempati tampak begitu indah dan menakjubkan. Padahal selama 400 juta
tahun, ia kosong dari kehidupan. Di mana kehidupan di planet ini, pada pertama kalinya ditemukan pada
hitungan masa 600 juta tahun yang lalu.

Untuk sampai pada pengetahuan yang memuaskan, kaitannya dengan 'bagaimana dan kapan'
kehidupan ini terbentuk, sesungguhnya memerlukan waktu yang sangat panjang. Dan tidak dapat
dipastikan kecuali pada zaman modern ini. (Perhatikan bagaimana Al-Qur'an lebih dahulu
membicarakannya).

Pada permulaannya, upaya manusia untuk memahami hakikat kehidupan ini, didasarkan pada pemikiran
yang dangkal sekali, berlandaskan dugaan-dugaan semata, bukan hasil eksperimen. Penafsiran awal
tentang kehidupan ini, mengatakan bahwa kehidupan di bumi ini, tercipta dari sebiji benih yang
didatangkan oleh jin dari planet lain.

Selanjutnya, konsepsi itu berkembang dengan munculnya teori yang mengatakan bahwa kehidupan di
bumi, berawal dari benda-benda mati. Perdebatan tentang teori ini berlangsung selama 200 tahun lebih.
Sebagian orang mendukungnya dan sebagian lain menentangnya.

Kemudian setelah itu, muncul Louis Pasteur, seorang ilmuwan berkebangsaan Prancis, yang mengatakan
bahwa kehidupan ini tidak mungkin tercipta, kecuali didasarkan pada benda-benda hidup. Dalam
membuktikan teorinya ini, Louis menggunakan bantuan tabungnya, yang kemudian terkenal dengan
‘tabung pasteur’. Berdasarkan teori Louis ini, kemudian muncul pertanyaan, bagaimanakah benda hidup
itu pertama kali ada?

Para ilmuwan berusaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan ini. Pada akhirnya, mereka
mencoba untuk menganalisa mineral yang terdapat pada tubuh makhluk hidup dan yang terdapat di
lautan. Dan dengan bantuan alat yang canggih, mereka sampai pada kesimpulan yang sama pada kedua
penelitian di dua obyek yang berbeda, bahwa asal dari kehidupan ini adalah air.

Demikianlah, ilmu engetahuan modern telah memastikan bahwa asal kehidupan di dunia ini adalah air.
Sebagaimana para ilmuwan menetapkan bahwa tahapan pertama dari kehidupan ini adalah air.

Penemuan ini berhasil didapatkan pada saat di mana dunia sudah modern dan perkembangan teknologi
yang digunakan para ilmuwan telah maju. Namun coba lihat, saat di mana Al-Qur'an diturunkan. Saat itu
tidak ada alat canggih yang dapat digunakan oleh Muhammad SAW hingga beliau menyimpulkan hal
yang sama yang disimpulkan oleh para ilmuwan puluhan abad setelahnya.

Apa yang dikatakan Al-Qur'an telah awal kehidupan ini? Allah SWT berfirman: "... Dan dari air, Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup..." (QS Al-Anbiya': 30)

Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman: "Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka
sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki,
sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki." (QS An-Nur: 45)

Perhatikan, bagaimana Al-Qur'an sejak 14 abad yang lalu, telah mengatakan dan menegaskan bahwa
asal kehidupan ini adalah air.

Apakah Nabi Muhammad SAW seorang ahli biologi, hingga ia dapat mengatakan demikian? Nabi
Muhammad tidak pernah meminta seseorang pun untuk memberitahukan kepadanya tentang asal
muasal kehidupan. Lalu apa motivasi yang mendorongnya untuk mengatakan hakikat ilmiah semacam
ini, sedangkan seorang pun tidak ada yang bertanya kepadanya tentang hal ini? Apa yang akan terjadi,
sekiranya apa yang dikatakan oleh Nabi Muhammad berlawanan dengan realitas sesungguhnya?
Permasalahan ini lebih besar dari semua bentuk pertanyaan ini. Karena yang mengatakan demikian
bukan Nabi Muhammad sendiri. Dirinya bukanlah siapa-siapa, melainkan seorang yang ditugasi untuk
menyampaikan apa yang telah diterimanya. Yang mengatakan hal itu sesungguhnya adalah Allah SWT
yang telah menciptakan kehidupan ini. Dialah yang mengetahui bagaimana kehidupan ini pada mulanya
tercipta dan dari apa?

Selain permasalahan asal muasal kehidupan, Al-Qur'an juga banyak menceritakan hal lain yang berkaitan
dengan kehidupan ini. Salah satunya tentang Adam. Dalam Al-Quran dijelaskan, bahwa Allah SWT telah
menciptakan Adam AS sebagai manusia pertama.

Suku kata ‘adam’ dalam bahasa Arabnya berasal dari kata ‘adîmul ardhi’ yang artinya makhluk yang
diciptakan dari lapisan permukaan bumi yang disebut debu (turbah). Al-Qur'an menegaskan bahwa
Adam diciptakan dari unsur debu ini, sebagaimana yang Allah SWT firmankan: "Dari bumi (tanah), itulah
Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan
mengeluarkan kami pada kali yang lain." (QS Thaha: 55)

Yang menakjubkan, ketika para ilmuwan menganalisa kandungan zat yang terdapat pada tubuh
manusia, mereka mendapatkan bahwa unsur pembentuk tubuh manusia itu ada 16, di antaranya:
silikon, besi, alumunium, kalsium, sodium, potasium, magnesium dan lain sebagainya. Dan pada saat
yang sama, ketika mereka menganalisa kandungan zat yang terdapat pada debu, mereka mendapatkan
jumlah yang sama pada unsur pembentuknya.

Penemuan itu menegaskan bahwa manusia diciptakan dari unsur-unsur ini. Dan sebagai unsur utamanya
adalah air. Maka berdasarkan hal ini, manusia diciptakan dari debu (turbah) atau tanah (thîn) yang
merupakan campuran antara debu dan air.

Lalu bagaimana orang itu akan kembali dibangkitkan? Untuk menjawab orang-orang yang mengatakan
demikian, cukup kita mengatakan bahwa masalah kebangkitan kembali manusia, tidak terkait dengan
jasadnya yang pertama atau unsur-unsur yang membentuk jasadnya persis 100 persen sebagaimana
saat dia hidup di dunia. Karena tubuh setiap orang, sesungguhnya terdiri dari 16 unsur, di mana masing-
masing memiliki kadar tertentu di dalam tubuhnya.

Boleh jadi antara satu orang dengan orang lainnya memiliki kesamaan dalam satu atau dua unsur atau
lebih. Namun tidak ada seorang pun yang memiliki kesamaan dalam keseluruhan unsur yang
membentuk tubuhnya. Karenanya, sekiranya setiap tubuh diciptakan oleh Allah dengan kadar yang
berbeda-beda pada setiap unsur yang membentuknya, maka Allah Maha Kuasa untuk membangkitkan
orang itu dengan kadar masing-masing unsur.

Allah SWT berfirman: "Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari
setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata. Dan dia membuat perumpamaan bagi
Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; Ia berkata: 'Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang
yang telah hancur luluh?' Katakanlah: 'Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang
pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk." (QS Yaasin: 77-79)

Coba perhatikan firman Allah "Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk". Apa maksudnya?
Maksudnya adalah penegasan bahwa Allah SWT mengetahui setiap komposisi tertentu dari setiap unsur
pembentuk manusia dan kadar unsur-unsur tersebut bagi setiap tubuh. Karena Dialah yang telah
menciptakan unsur-unsur ini dan menentukan kadarnya. Bagaimana Allah dikatakan tidak mampu
membangkitkan kembali tubuh manusia sebagaimana sebelumnya?

Dalam ayat lain, Allah SWT menegaskan bahwa manusia akan dibangkitkan kembali setelah kematiannya
berdasarkan kadar unsur-unsur yang terdapat pada tubuhnya ketika ia hidup di dunia ini. Allah
berfirman: "...Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan, (demikian pulalah) kamu akan
kembali kepada-Nya." (QS Al-A'raaf: 29)

Kesimpulannya, jika kita perhatikan ayat-ayat Allah yang terdapat dalam Al-Qur'an yang berkaitan
dengan makhluk hidup yang dijadikan khalifah di muka bumi ini (manusia), maka kita akan menemukan
banyak hal yang menakjubkan. Dan terbuktilah kebenaran Al-Qur'an ini sebagai Kitab Suci yang
diwahyukan Allah SWT kepada Rasul-Nya, Muhammad SAW. Maha Suci Allah dengan segala firman-Nya

Tafsir Surah Al A'raf ayat 40

َ‫ك نَجْ ِزي ْال ُمجْ ِر ِمين‬


َ ِ‫إِ َّن الَّ ِذينَ َك َّذبُوا بِآيَاتِنَا َوا ْستَ ْكبَرُوا َع ْنهَا اَل تُفَتَّ ُح لَهُ ْم أَب َْوابُ ال َّس َما ِ>ء َوال يَ ْد ُخلُونَ ْال َجنَّةَ َحتَّى يَلِ َج ْال َج َم ُل فِي َس ِّم ْال ِخيَا ِط َو َك َذل‬

Artinya:

Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya
sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga
hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang
berbuat kejahatan.

Firman Allah Swt.:

{ ‫}اَل تُفَتَّ ُح لَهُ ْم أَب َْوابُ ال َّس َما ِ>ء‬

sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit. (Al-A'raf: 40)

Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah tiada suatu amal saleh pun dan tiada suatu doa
pun bagi mereka yang dinaikkan ke langit (yakni tidak diterima). Demikianlah menurut Mujahid dan Sa'id
ibnu Jubair, dan menurut apa yang diriwayatkan oleh Al-Aufi dan Ali ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas.
Hal yang sama dikatakan oleh riwayat As-Sauri, dari Lais, dari Ata, dari Ibnu Abbas.

Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud ialah tidak dibukakan pintu-pintu langit bagi arwah
mereka. Demikianlah menurut riwayat Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas; juga dikatakan oleh As-Saddi serta
lain-lainnya yang bukan hanya seorang.

Pendapat ini diperkuat oleh apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Yaitu:

َ ِ ‫ َع ِن ْالبَ َرا ِء؛ أَ َّن َرسُو َل هَّللا‬، َ‫ع َْن َزا َذان‬- ‫ه َُو ابْنُ َع ْم ٍرو‬- ‫ ع َْن ال ِم ْنهَال‬،‫ش‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬ ِ ‫ ع َِن اأْل َ ْع َم‬،‫ش‬ٍ ‫ َح َّدثَنَا أَبُو بَ ْك ِر بْنُ َعيَّا‬،‫َح َّدثَنَا أَبُو ُك َريْب‬
ِ‫ فَاَل تَ ُمرُّ َعلَى َمأَل ٍ ِمنَ ْال َماَل ئِ َك ِة إ‬،‫ "فَيَصْ َع ُدونَ بِهَا‬:‫> قَا َل‬،‫ َوأَنَّهُ يُصْ َعد بِهَا إِلَى ال َّس َما ِء‬،‫ُوح ْالفَا ِج ِر‬
ِ ‫َو َسلَّ َم َذ َك َر قَبْض ر‬
Artinya: do'a dan amal mereka tidak diterima oleh Allah.

[541] Artinya: mereka tidak mungkin masuk surga sebagaimana tidak mungkin masuknya unta ke lubang
jarum.

Yang dimaksud dengan mendustakan ayat-ayat Allah dalam ayat ini ialah mendustakan pokok-pokok dan
hukum-hukum agama, seperti yang berhubungan dengan adanya Allah dan keesaan-Nya, yang
berhubungan dengan kenabian, hari kiamat, hari kebangkitan dan lain-lainnya. Terhadap ayat-ayat yang
seperti ini, mereka mendustakan, mereka tidak mau menerimanya dan mereka tolak dengan secara
sombong dan takabur. Maka terhadap mereka itu tidak akan dibukakan pintu langit.
Ada beberapa pengertian tentang tidak dibukakan pintu langit, di antaranya tidak akan diterima amal
mereka dan tidak akan sampai kepada Allah, walaupun bagaimana besar amal dan usaha mereka. Bukan
saja amal dan usaha mereka tidak sampai kepada Allah, juga doa dan permintaan mereka tidak akan
sampai.

Dalam pengertian lain menurut Ibnu Abbas roh mereka tidak lansung diterima Allah.

Firman Allah swt.: ُ‫إِلَ ْي ِه يَصْ َع ُد ْال َكلِ ُم الطَّيِّبُ َو ْال َع َم ُل الصَّالِ ُح يَرْ فَ ُعه‬

Artinya: Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. (Q.S
Fatir: 10

) Selain dari itu mereka tidak akan masuk ke dalam surga buat selama-lamanya. Dalam ayat ini Allah
memberikan perumpamaan bagi mereka, bahwa mereka tidak akan masuk ke dalam surga kecuali bila
unta dapat masuk ke dalam lubang jarum. Maksudnya mereka mustahil akan masuk surga buat selama-
lamanya. Demikianlah balasan yang diberikan Allah terhadap mereka yang berdosa seperti itu, yaitu
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan tidak mau menerimanya dengan cara
menyombongkan diri.

Tafsir QS. Al A’raaf (7) : 40. Oleh Muhammad Quraish Shihab:

Orang-orang yang mendustakan tanda-tanda kekuasaan Kami yang ada di kitab–kitab suci dan alam
semesta, enggan memetik petunjuk darinya dan tidak bertobat, terputus harapannya untuk diterima
amalnya, dan untuk mendapat kasih sayang Allah dan harapan masuk surga.

Perumpamaannya seperti seekor unta yang tidak akan mungkin dapat masuk ke lobang jarum.

Dengan siksa semacam ini Kami akan menghukum tiap-tiap umat yang mendustakan dan
menyombongkan diri.

Oleh Jalaluddin al-Mahalli & Jalaluddin as-Suyuthi:

(Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri) mereka
berlaku sombong
(terhadapnya) kemudian mereka tidak mau percaya terhadapnya

(sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit) yaitu apabila arwah-arwah mereka
dinaikkan sesudah mati, sehingga arwah mereka turun kembali ke Sijjin atau neraka yang ada di dalam
perut bumi.

Berbeda dengan arwahnya orang yang beriman, pintu-pintu langit dibukakan untuknya, sehingga
arwahnya dapat naik ke langit yang ke tujuh, demikianlah menurut penjelasan hadis

(dan tidak pula mereka masuk surga hingga unta masuk) yakni jika ada unta yang dapat masuk

(ke dalam lubang jarum) maksudnya lubang yang ada pada jarum, ini kata kiasan bahwa hal itu tidak
mungkin terjadi, demikian pula masuknya mereka ke dalam surga.

(Demikianlah) pembalasan itu

(Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan) oleh sebab kekafirannya.

Anda mungkin juga menyukai