Anda di halaman 1dari 53

(http://asadiku.wordpress.

com/2010/08/21/puasa-dan-hal-hal-yang-berkaitandengannya-semoga-bermanfaat/)

PUASA DAN HAL-HAL YANG BERKAITAN DENGANNYA by Jjihad Ali on Tuesday, August 10, 2010 at 2:32am Pengertian Puasa Puasa artinya menahan diri dari hal-hal yang akan membatalkannya, mulai terbit fajar hingga terbenam matahari dengan niat menunaikan perintah Allah. Niat Hal-hal yang berkaitan dengan niat. 1. Seseorang tidak harus menuturkan niat puasa dengan lisannya seperti dengan mengatakan, besok saya akan berpuasa. Cukup saja ia bermaksud puasa (dalam hatinya) untuk melaksanakan perintah Allah SWT dan tidak akan melakukan hal-hal yang akan membatalkannya, sejak terbit fajar hingg terbenam matahari. Tetapi untuk meyakinkan bahwa sepanjang hari itu ia berpuasa, hendaklah ia menahan diri dari hal-hal yang dapat membatalkannya sejak dari sesaat menjelang subuh hingga sesaat menjelang maghrib. (Taudhih al-Masail, masalah 1550) 2. Jika seseorang hendak berpuasa selain puasa Ramadhan, hendaklah (dalam niatnya) ia menentukan jenis puasanya, seperti saya hendak puasa qadha atau nadzar. Tetapi pada bulan Ramadhan seseorang tidak wajib menyebutkan puasa Ramadhan (dalam niatnya). Bahkan bila ia tidak tahu atau lupa bahwa saat itu adalah bulan Ramadhan, kemudian ia berniat puasa yang lain, puasanya tetap dihitung sebagai puasa Ramadhan. (Taudhih alMasail, masalah 1555) 3. Apabila seseorang berniat puasa untuk hari pertama Ramadhan, lalu ia tahu bahwa hari tersebut adalah hari kedua atau ketiga misalnya, puasanya tetap sah. (Taudhih al-Masail, masalah 1557) 4. Jika pada bulan Ramadhan seseorang berniat puasa sebelum masuk waktu subuh, lalu ia tidur dan bangun kembali ketika waktu sudah maghrib, maka puasanya sah. (Taudhih al-Masail, masalah 1560) 5. Seseorang tidak diwajibkan berpuasa pada hari syak (yaitu hari yang meragukan apakah hari terakhir Syaban atau awal Ramadhan). (Taudhih alMasail, masalah 1568) 6. Pada puasa wajib (seperti puasa Ramadhan), jika seseorang berpaling dari niatnya semula, maka puasanya batal. Tetapi bila ia berniat melakukan suatu perbuatan yang dapat membatalkan puasa tersebut, kemudian ia tidak jadi melakukannya, maka puasanya tidak batal. (Taudhih al-Masail, masalah 1570)

Hal-hal yang Berkaitan dengan Orang Sakit


1. Jika seseorang sembuh dari sakitnya sebelum waktu dzuhur dan sejak adzan subuh hingga saat sembuh ia belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa, maka wajib baginya berniat puasa pada hari itu. 2. Jika ia sembuh setelah dzuhur, maka tidak wajib baginya berpuasa pada hari itu. (Taudhih al-Masail, masalah 1570)

Waktu Niat 1. Seseorang dapat berniat puasa pada tiap-tiap malamnya, atau dapat pula ia berniat puasa pada malam pertama Ramadhan untuk sebulan penuh. (Taudhih al-Masail, masalah 1551) 2. Seseorang boleh berniat puasa kapan saja sejak awal malam hingga adzan subuh. (Taudhih al-Masail, masalah 1568) 3. Seseorang yang tidur sebelum adzan subuh (dalam keadaan) belum berniat puasa, maka: a. Jika bangun sebelum dzuhur lalu ia berniat puasa, maka puasanya sah, baik puasa wajib maupun sunah. b. Jika ia bangun setelah dzuhur, maka puasanya dianggap tidak sah. (Taudhih al-Masail, masalah 1554) Hukum Puasa 1. Jika seorang anak pada bulan Ramadhan mencapai usia baligh pada saat sebelum adzan subuh, maka wajib atasnya berpuasa pada hari itu. Tetapi bila ia mencapai usia baligh setelah adzan subuh, maka tidak wajib atasnya berpuasa pada hari itu. (Taudhih al-Masail, masalah 1562) 2. Seseorang yang mempunyai kewajiban puasa qadha atau puasa wajib lain (yang belum ditunaikannya), tidak boleh melakukan puasa sunat (sebelum menunaikan kewajiban puasa yang belum ditunaikannya itu). (Taudhih alMasail, masalah 1563) Hal-hal yang Dapat Membatalkan Puasa Terdapat 9 (sembilan) macam hal yang dapat membatalkan puasa, yaitu: 1. Makan 2. Minum 3. Jima (hubungan suami isteri) 4. Sengaja melakukan istimna (perbuatan yang menyebabkan mani keluar) 5. Berdusta atas nama Allah SWT, Rasul dan para Imam Mashum as. 6. Memasukkan seluruh bagian kepala sekaligus ke dalam air 7. Tetap berada dalam keadaan junub, haidh dan nifas hingga adzan subuh.

8. Memasukkan sesuatu berupa cairan ke dalam tubuh melalui dubur 9. Muntah (secara sengaja) Makan dan Minum 1. Bila dilakukan secara sengaja, maka puasanya batal, baik makan atau minum dengan sesuatu yang lazim (seperti roti, air) maupun dengan yang tidak lazim (seperti tanah, debu, lumpur dsb), baik sedikit maupun banyak.Jika seseorang mengeluarkan sikat gigi dari mulut kemudian memasukkannya kembali ke dalam mulut dan menelan air yang ada (terbawa pada sikat tersebut), maka puasanya batal. Kecuali apabila cairan tersebut telah bercampur dengan air ludah hingga tidak dapat dikatakan lagi sebagai cairan yang berasal dari luar. (Taudhih al-Masail, masalah 1573) 2. Bila dilakukan secara tidak sengaja, maka puasanya tidak batal. (Taudhih alMasail, masalah 1575) Hal-hal yang dikategorikan sebagai makan dan minum yang membatalkan puasa 1. Menelan sesuatu yang tertinggal di sela-sela gigi secara sengaja. (Taudhih alMasail, masalah 1577) 2. Menelan dahak (yang berasal dari kepala atau dada) ketika sudah berada pada langit-langit mulut (ihtiyat wajib). (Taudhih al-Masail, masalah 1580) 3. Suntikan/infus yang berfungsi sebagai pengganti makanan. (Taudhih al-Masail, masalah 1576) Batasan mengenai dibolehkannya seseorang yang sedang berpuasa untuk membatalkan puasanya. 1. Jika seseorang sangat kehausan sehingga ia merasa takut mati karenanya, maka dibolehkan baginya minum sekedar dapat menyelamatkan dari kematian, tetapi puasanya tetap batal. Bila hal itu terjadi pada bulan Ramadhan, maka wajib baginya menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa pada sisa waktu hari itu. (Taudhih al-Masail, masalah 1581) 2. Seseorang tidak dibolehkan membatalkan puasanya lantaran merasa lemah. Kecuali jika rasa lemahnya itu sampai tidak mampu ditanggungnya, maka dibolehkan atasnya membatalkan puasanya. (Taudhih al-Masail, masalah 1583) Catatan: Mengunyahkan makanan untuk bayi atau burung dan mencicipi makanan atau sejenisnya (yang tidak sampai masuk kerongkongan), meskipun terkadang secara tidak sengaja makanan tersebut masuk ke dalam kerongkongan, maka hal itu tidak membatalkan puasanya. Tetapi jika sebelumnya ia mengetahui bahwa sesuatu yang ia kunyah atau cicipi itu akan masuk ke dalam kerongkongannya, dan ia tetap melakukannya, maka puasanya batal dan wajib baginya mengqadha puasa dan membayar kafaratnya. (Taudhih al-Masail, masalah 1582)

Jima (hubungan suami-isteri) Jimaa itu membatalkan puasa, baik disertai keluar air mani maupun tidak. Istimna (mengeluarkan mani) Jika seseorang melakukan istimna (perbuatan yang menyebabkan keluarnya mani), maka puasanya batal. Hukum Mani 1. Jika pada seseorang tanpa sengaja (dengan sendirinya) mani keluar, maka puasanya tidak batal. (Taudhih al-Masail, masalah 1589) 2. Jika seseorang melakukan suatu perbuatan yang menurut kebiasaannya akan menyebabkan mani keluar, maka puasanya batal. (Taudhih al-Masail, masalah 1589) 3. Jika seseorang melakukan suatu perbuatan dengan maksud mengeluarkan mani, tetapi mani tidak keluar, puasanya tidak batal. (Taudhih al-Masail, masalah 1594) 4. Jika seseorang tidur pada siang hari Ramadhan dan bermimpi (hingga keluar mani), maka puasanya tidak batal. (Taudhih al-Masail, masalah 1590) 5. Jika ia bangun tidur dalam keadaan mani sedang keluar, maka ia tidak wajib mencegah keluarnya mani tersebut. (Taudhih al-Masail, masalah 1591) Berdusta atas Nama Allah SWT, Rasulullah dan Para Imam Mashumin as. Terdapat 3 (tiga) macam dusta: 1. Jika orang yang sedang puasa secara sengaja mengeluarkan suatu perkataan, tulisan atau isyarat lain yang dusta dengan mengatas-namakan Allah SWT, Rasulullah saww dan para Imam as., maka puasanya batal, walaupun ia telah mengakui kedustaannya atau bertaubat darinya. Demikian pula (menurut ihtiyat wajib) apabila berdusta dengan mengatas-namakan Sayyidah as-Zahra as. dan para Nabi yang lain. (Taudhih al-Masail, masalah 1596) 2. Jika pada mulanya ia yakin bahwa sesuatu yang dikatakannya itu adalah firman Allah SWT, atau sabda Rasulullah, tetapi kemudian ia tahu bahwa perkataannya itu bukan firman Allah atau sabda Rasulullah, maka puasanya tidak batal. (Taudhih alMasail, masalah 1598) 3. Seseorang telah memahami bahwa berdusta atas nama Allah SWT dan Rasulullah saww. itu membatalkan puasa, serta ia tahu bahwa sesuatu yang akan dikatakannya itu dusta, tetapi ia tetap mengatakan bahwa perkataannya itu berasal dari Allah atau Rasul-Nya. Lalu ia mengetahui bahwa perkataannya itu ternyata benar (tidak dusta), maka puasanya tidak batal. (Taudhih al-Masail, masalah 1599) Jika seseorang menukil suatu khabar (berita) yang tidak ketahui dusta tidaknya dan ia berkeinginan agar puasanya tidak batal, maka ia bisa menempuh cara-cara berikut: 1. Menurut ihtiyat wajib, ia harus menyebutkan orang yang menjadi sumber kutipan/nukilan beritanya tersebut. 2. Menurut ihtiyat wajib, ia harus menyebutkan kitab sumber berita yang dikutipnya.

3. Jika ia langsung mengemukakan khabar (berita) itu, maka puasanya tidak batal. (Taudhih al-Masail, masalah 1597) Memasukkan Debu Pekat ke dalam Kerongkongan 1. Memasukkan debu pekat ke dalam kerongkongan membatalkan puasa, baik debu yang halal dimakan (seperti debu gandum) maupun yang haram dimakan (seperti debu tanah). (Taudhih al-masail, masalah 1603) 2. Orang yang sedang berpuasa tidak boleh memasukkan uap air yang tebal ke dalam kerongkongan. Begitu pula (menurut ihtiyat wajib) asap rokok dan tembakau. (Taudhih al-masail, masalah 1605). 3. Jika seseorang lupa bahwa ia sedang berpuasa, kemudian debu dan sejenisnya itu masuk ke dalam kerongkongannya, baik karena tidak hati-hati atau sengaja, maka puasanya tidak batal. Apabila debu tersebut bisa dikeluarkan, maka ia wajib mengeluarkannya. ( Taudhih al-masail, masalah 1607) Memasukkan Kepala ke dalam Air. 1. Jika seseorang dengan sengaja menenggelamkan seluruh bagian kepalanya ke dalam air walaupun sebagian badannya berada di luar air, maka menurut ihtiyat wajib wajib atasnya mengqadha puasanya pada hari itu. Tetapi apabila seluruh badannya (dari leher hingga kaki) berada di dalam air, sementara sebagian kepalanya berada di luar air, maka puasanya tidak batal. (Taudhih al-Masail, masalah 1608) 2. Jika seseorang tanpa sengaja jatuh ke dalam air dan seluruh kepalanya terendam air, atau karena lupa ia memasukkan seluruh bagian kepalanya ke dalam air, maka puasanya tidak batal. (Taudhih al-Masail, masalah 1613) 3. Seseorang yang sedang berpuasa memasukkan kepalanya ke dalam air dengan niat mandi ( mandi wajib), maka: Jika lupa bahwa ia sedang berpuasa, maka puasa dan mandinya sah. (Taudhih alMasail, masalah 1616) Jika sadar bahwa ia sedang berpuasa dan sengaja menenggelamkan seluruh bagian kepalanya ke dalam air, maka jika ia sedang berpuasa wajib yang muayyan (ditentukan waktunya, seperti puasa Ramadhan), maka ia harus mengulang mandinya dan mengqadha puasanya. Tetapi jika ia berpuasa mustahab (sunat) atau puasa yang wajib bukan muayyan (seperti puasa kafarat), maka mandinya sah tetapi puasanya batal. (Taudhih al-Masail, masalah 1617) Jika seseorang memasukkan hanya separuh kepalanya ke dalam air dan separuhnya lagi pada saat yang lain (tidak sekaligus), maka puasanya tidak batal. (Taudhih al-Masail, masalah 1609) Orang yang Tetap Berada dalam Keadaan Junub hingga Adzan Subuh pada Bulan Ramadhan 1. Jika seseorang yang dalam keadaan junub secara sengaja tidak mandi atau, bagi yang mempunyai kewajiban tayamum, tidak bertayamum hingga masuk waktu subuh, maka puasanya batal. (Taudhih al-Masail, masalah 1619) 2. Jika pada puasa wajib muayyan (misalnya puasa Ramadhan) ia tidak mandi dan

tidak tayamum hingga masuk waktu subuh bukan karena sengaja, misalnya karena tidak ada kesempatan untuk mandi atau tayamum, maka puasanya sah. (Taudhih al-Masail, masalah 1620) Orang Junub yang Lupa Mandi di bulan Ramadhan 1. Jika ingat setelah lewat sehari, maka wajib atasnya mengqadha puasa hari tersebut. 2. Seandainya baru ingat setelah lewat beberapa hari, maka wajib atasnya mengqadha semua hari yang diyakini bahwa ia berada dalam keadaan junub, misalnya ragu apakah 3 atau 4 hari ia berada dalam keadaan junub, maka ia harus mengqadha sebanyak 3 hari saja. (Taudhih al-Masail, masalah 1622) Hukum Junub di bulan Ramadhan 1. Seseorang yang dalam keadaan junub dan bermaksud melakukan puasan wajib muayyan pada hari itu; jika ia secara sengaja tidak mandi hingga waktu menjadi sempit (tidak cukup untuk melakukan mandi wajib), maka ia dapat bertayamum lalu berpuasa. Dengan demikian puasanya sah, tetapi ia tergolong orang yang berbuat maksiat kepada Allah. (Taudhih al-Masail, masalah 1621) 2. Apabila seseorang berada pada malam-malam Ramadhan dalam keadaan junub dan mengetahui bahwa jika tidur, ia tidak mungkin bangun hingga subuh, lantaran itu ia tidak boleh tidur. Bila ia tidur dan tidak bangun hingga subuh, maka puasanya batal dan harus mengqadha puasanya serta membayar kafarat. (Taudhih al-Masail, masalah 1625) 3. Seseorang yang dalam keadaan junub pada malam Ramadhan dan ia terbiasa tidur dan bangun dalam tidurnya berkali-kali. Apabila ia tidur untuk kedua kalinya masih ada kemungkinan bisa bangun sebelum subuh untuk mandi, maka dibolehkan atasnya untuk tidur lagi. (Taudhih al-Masail, masalah 1626) 4. Jika pada siang hari Ramadhan seseorang bermimpi (hingga keluar mani), maka tidak wajib atasnya bersegera mandi. (Taudhih al-Masail, masalah 1632) 5. Seseorang yang hendak melakukan qadha puasa Ramadhan, jika tetap berada dalam keadaan junub hingga masuk subur meskipun bukan sengaja, maka puasanya batal. (Taudhih al-Masail, masalah 1634) 6. Jika seseorang yang berada dalam keadaan junub secara sengaja tidak mandi atau tidak bertayamum, bagi yang mempunyai kewajiban tayamum, dan dengan sengaja tidak melakukannya hingga masuk waktu subuh, maka puasanya batal. (Taudhih al-Masail, masalah 1619) Memasukkan Cairan ke dalam Tubuh melalui Dubur Memasukkan cairan ke dalam tubuh melalui dubur untuk pengobatan walaupun karena terpaksa, itu membatalkan puasa. Tetapi jika obat yang digunakannya berbentuk padat/serbuk, maka hal itu tidak membatalkan puasa. Menurut ihtiyat wajib seseorang sepatutnya menahan diri dari menggunakan sesuatu yang berbentuk padat untuk tujuan kelezatan atau menghilangkan rasa (fly) seperti heroin, atau sebagai pengganti makanan dengan cara tersebut. (Taudhih al-Masail,

masalah 1645 dan al-Urwat al-Wutsqa jilid 1 bagian komentar Imam Khomeini hal 28 masalah 66-67) Muntah Seandainya seseorang muntah secara sengaja, walaupun terpaksa karena sakit atau sejenisnya, maka puasanya batal. Jika ia muntah karena lupa/lalai atau karena tidak sengaja, maka puasanya sah. (Taudhih al-Masail, masalah 1646) Hukum Muntah 1. Jika seseorang mampu menahan muntah yang tidak memberatkan dan membahayakan dirinya, maka ia harus menahan agar tidak muntah. (Taudhih alMasail, masalah 1648) 2. Jika seseorang lupa menelan sesuatu, kemudian sebelum itu sampai ke dalam perut ia ingat bahwa ia sedang berpuasa, maka apabila sesuatu itu telah sedemikian masuk ke dalam (kerongkongan) sehingga kalau terus dimasukkan ke dalam perut tidaklah dikatakan sebagai perbuatan makan, ia tidak perlu mengeluarkan/memuntahkannya kembali dan puasana sah. (Taudhih al-Masail, masalah 1650) 3. Jika seseorang bersendawa [teurab (sunda) atau glegean (jawa)] dan tanpa sengaja ada sesuatu yang keluar dari kerongkongan atau mulutnya, maka sesuatu itu harus dikeluarkan dari mulutnya. Tetapi apabila tanpa sengaja sesuatu itu masuk kembali ke dalam kerongkongannya, maka puasanya tetap sah. (Taudhih alMasail, masalah 1652) Catatan: Jahil Qasir adalah istilah untuk orang yang tidak tahu tentang hukum-hukum syariat dan tidak memiliki sarana dan kemungkinan untuk mengetahuinya, atau sama sekali tidak mengetahui bahwa dirinya tidak tahu. (Imam Khomeini, Taudhih alMasail, halaman 523) Hal-hal yang Mewajibkan Qadha Puasa dan Kafarat 1. Secara sengaja membatalkan puasa dengan makan dan minum, jima, tetap berada dalam keadaan junub hingga masuk waktu subuh, menelan debu pekat, berdusta atas nama Allah, Rasul dan para Imam as. dan melakukan istimna. (Risalah Nuwin jilid 1 hal. 181) 2. Secara sengaja menenggelamkan seluruh bagian kepala secara sekaligus ke dalam air dan memasukkan cairan ke dalam tubuh melalui dubur, baik untuk pengobatan atau sebagai pengganti makanan. (Risalah Nuwin jilid 1 hal. 181; Taudhih al-Masail, masalah 1658) 3. Terdapat sesuatu yang keluar dari kerongkongan sampai ke mulutnya ketika bersendawa, kemudian dengan sengaja sesuatu itu ditelannya kembali. (Taudhih alMasail, masalah 1671) 4. Berbuka puasa berdasarkan kabar yang diterimanya dari orang yang tidak adil bahwa waktu maghrib sudah masuk, tetapi sebetulnya waktu maghrib belum

masuk, sementara ia mampu meneliti kebenaran kabar tersebut. (Taudhih alMasail, masalah 1673) Apabila seseorang karena tidak tahu masalah, melakukan hal-hal yang membatalkan puasa: 1. Jika mampu mempelajari masalah tersebut, maka menurut ihtiyat wajib wajib atasnya membayar kafarat. 2. Jika tidak mampu mempelajari masalah tersebut atau sama sekali tidak terpikir olehnya, atau ia yakin bahwa hal itu tidak membatalkan puasa, maka kafarat tidak wajib atasnya. (Taudhih al-Masail, masalah 1659) Kafarat Puasa Wajib: 1. Membebaskan seorang budak 2. Melakukan puasa dua bulan secara berturut-turut (dengan syarat sebanyak 31 hari puasa dilakukan secara berturut-turut, sisanya bisa dilakukan kapan saja/tidak usah berurutan). 3. Memberi makan kepada 60 orang fakir dengan cara memberikan 1 (satu) mud (sekitar 750 gram) makanan berupa gandum atau sejenisnya kepada setiap orang. Jika tidak mungkin memberikan sebanyak itu, maka dibolehkan memberi semampunya. (Taudhih al-Masail, masalah 1660) Jenis Kewajiban Kafarat a- Kafarat Jama 1. Seseorang membatalkan puasa dengan hal-hal yang haram, menurut ihtiyat wajib, ia wajib melakukan ketiga kafarat tersebut (membebaskan seorang budak, puasa dua bulan berturut-turut dan memberi makan kepada sebanyak 60 orang fakir). (Taudhih al-Masail, masalah 1665) 2. Seseorang berdusta atas nama Allah, Rasulullah saww. dan para Imam as. (Taudhih al-Masail, masalah 1666) 3. Seseorang pada siang hari Ramadhan melakukan jima yang haram. (Taudhih alMasail, masalah 1667) 4. Seseorang melakukan jima yang haram yang dilanjutkan dengan jima bersama isterinya. (Taudhih al-Masail, masalah 1669) 5. Seseorang bersendawa dan keluar darah atau makanan yang telah keluar dari kategori/bentuk makanan, kemudian sengaja ditelannya kembali secara sengaja. (Taudhih al-Masail, masalah 1671) b-Satu Kafarat 1. Pada bulan Ramadhan berulang kali melakukan sesuatu yang membatalkan puasa, termasuk berjima dengan isterinya. (Taudhih al-Masail, masalah 1668) 2. Membatalkan puasa dengan melakukan sesuatu yang halal (misalnya minum air), dan dilanjutkan dengan sesuatu yang haram (misalkan makan daging babi). (Taudhih al-Masail, masalah 1670) 3. Bernadzar akan berpuasa pada hari tertentu, kemudian pada hari yang telah

ditentukan tersebut secara sengaja ia membatalkan puasanya. (Taudhih al-Masail, masalah 1672) Sepuluh Hal yang Mewajibkan Qadha Puasa 1. Sengaja muntah 2. Tidur dalam keadaan junub pada malam Ramadhan, kemudian bangun dan ia mengetahui adanya kemungkinan dapat bangun kembali sebelum subuh apabila ia tidur lagi dan telah berniat mandi wajib setelah ia bangun, lalu ia tidur lagi. Ternyata ia tidak bangun hingg subuh. Begitu pula jika ia bangun dari tidur yang kedua, lalu ia tidur lagi hingga subuh. 3. Tidak berniat puasa, puasa karena riya dan beranggapan bahwa tidak ada kewajiban puasa, walaupun sepanjang hari ia tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa. 4. Seseorang yang lupa mandi janabat kemudian sehari atau beberapa hari melakukan puasa dalam keadaan junub. 5. Seseorang, yang tidak meneliti terlebih dulu apakah sudah masuk waktu subuh atau belum, melakukan hal yang membatalkan puasa, lalu ia tahu bahwa ketika melakukannya ternyata telah masuk waktu subuh. 6. Ada seseorang mengatakan kepada orang lain bahwa waktu subuh belum masuk. Karena perkataan tersebut orang itu melakukan perbuatan yang membatalkan puasa, kemudian ia tahu bahwa sebenarnya waktu subuh sudah masuk. 7. Ada seseorang mengatakan kepada orang lain bahwa waktu subuh sudah masuk, tetapi orang itu sendiri tidak yakin dengan perkataan orang tersebut atau menganggapnya bercanda. Kemudian ia melakukan perbuatan yang membatalkan puasa, dan akhirnya ia tahu bahwa waktu subuh telah masuk. 8. Seseorang yang buta atau sejenisnya, karena mendengar perkataan orang lain (yang mengatakan bahwa maghrib telah tiba) ia berbuka, setelah itu ia baru tahu bahwa maghrib belum tiba. 9. Dalam keadaan cerah, karena suasana gelap seseorang merasa yakin bahwa waktu maghrib telah tiba, kemudian ia berbuka. Setelah itu diketahuinya bahwa sebenarnya waktu maghrib belum tiba. 10. Seseorang berkumur-kumur dengan maksud berwudhu atau tanpa alasan tertentu lalu tanpa sengaja air tersebut tertelan. Catatan: Bila seseorang lupa bahwa ia sedang berpuasa, kemudian meminum air atau dengan maksud berwudhu ia berkumur-kumur dan tanpa sengaja airnya tertelan, maka ia tidak wajib mengqadha puasanya. Hukum tentang Puasa Qadha 1. Jika seseorang tidak berpuasa di bulan Ramadhan lantaran sakit dan penyakitnya terus berlangsung hingga Ramadhan tahun berikutnya, maka ia tidak wajib mengqadha puasa tersebut. Sebagai gantinya, ia harus memberikan satu mud (sekitar 750 gram) makanan berupa gandum atau sejenisnya kepada orang fakir sebanyak hari puasa yang ditinggalkannya. Namun jika ia tidak berpuasa

disebabkan halangan lain (seperti bepergian) dan halangan tersebut berlangsung hingga Ramadhan berikutnya, maka dia tetap harus mengqodho puasa yang ditinggalakannya dan ihtiyat mustahab ia (dianjurkan) memberikan satu mud makanann berupa gandum atau sejenisnya kepada orang fakir. (Taudih alMasail, masalah 1702) 2. Jika seseorang menangguhkan pelaksanaan puasa qadha ramadhan hingga lewat beberapa tahun , maka selain ia harus mengqadha puasanya juga diharuskan memberikan satu mud makanan kepada fakir miskin sesuai jumlah hari puasa yang ditinggalakannya. (Taudhih al-Masail, masalah 1709) 3. Anak laki-laki sulung harus mengqadhakan sholat dan puasa ayahnya yang sudah meninggal (yang ditinggalkan ayahnya ketika masih hidup). (Taudhih al-Masail, masalah 1712) Hukum Berkaitan dengan Puasa Musafir (Orang yang Bepergian ) Waktu berangkat 1. Jika seseorang berangkat safar (bepergian ) sebelum waktu dzuhur, maka ketika sampai di batas kota/daerah, yang mana dinding kota /daerah itu tidak terlihat atau suara adzan di daerah itu tidak terdengar lagi, maka ia harus membatalkan puasanya. Tetapi jika ia sudah berbuka sebelum sampai batas kota/daerah itu, maka menurut ihtiyah wajib ia harus membayar kafarat dan mengqadha puasanya. (Taudhih al-Masail, masalah 1721) 2. Jika seseorang berangkat safar setelah lewat dzuhur, maka ia harus melanjutkan puasanya. (Taudhih al-Masail, masalah 1714) Kembali dari safar 1. Jika seseorang musafir sebelum masuk waktu dzuhur sudah tiba kembali di kampung halamannnya atau tempat yang akan ditinggalinya selama 10 hari, maka : Jika belum melakukan hal yang membatalkan puasa, ia harus meneruskan puasnya . Jika telah melakukan hal yang membatalkan puasa , ia tidak wajib puasa pada hari tersebut. (Taudhih al-Masail, masalah 1722) 2. Jika seorang musafir tiba kembali di kampung halamannya setelah waktu dzuhur, maka ia tidak boleh meneruskan puasa. (Taudhih al-Masail, masalah 1723) Orang-orang Yang Tidak Diwajibkan Puasa 1. Orang yang karena terlalu tua tidak mampu berpuasa dan orang yang apabila berpuasa akan mendatangkan kesulitan yang sangat pada dirinya,tetapi sebagai gantinya mereka wajib memberikan satu mud gandum atau sejenisnya kepada orang fakir. (Taudhih al-Masail, masalah 1725) 2. Jika seseorang mempunyai penyakit haus yang sangat sehingga tidak mampu menanggungnya atau akan menimbulkan kesulitan baginya bila ia berpuasa , maka ia harus memberikan satu mud gandum atau sejenisnya kepada orang fakir. Begitu juga jika puasa tersebut akan membahayakan dirinya saja. (Taudhih al-Masail,

masalah 1728) 3. Seseorang wanita yang melahirkan atau sudah dekat waktu melahirkan dan bila ia berpuasa akan membahayakan diri dan anaknya, maka ia harus mengeluarkan satu mud gandum atau sejenisnya kepada orang fakir. Begitu juga jika puasa tersebut akan membahayakan dirinya saja. (Taudhih al-Masail, masalah 1728) 4. Seorang wanita yang sedang menyusui anak dan air susunya sedikit, sementara bila ia berpuasa akan membahayakan diri atau anak yang sedang disusuinya, maka ia harus mengeluarkan satu mud makanan kepada orang fakir untuk setiap hari puasa yang ditinggalkannya. (Taudhih al-Masail, masalah 1728) Catatan: Untuk orang kategori (1) dan (2) jika di kemudian hari ia mampu berpuasa, maka menurut ihtiyat wajib ia harus mengqadha puasa yang ditinggalnya. Untuk orang kategori (3) dan (4), maka ia tetap harus mengqadha seluruh puasa yang ditinggalkannya. Enam Cara Menentukan Hilal Awal Ramadhan 1. Melihat bulan secara langsung. 2. Berdasarkan berita dari sekelompok orang yang mengatakan bahwa mereka telah melihat bulan, dan berita itu meyakinkan dirinya. 3. Berdasarkan berita dari dua orang adil yang mengatakan bahwa tadi malam mereka melihat bulan. 4. Berdasarkan telah berlalunya 30 hari bula Syaban, maka dapat dipastikan bahwa hari ini adalah awal bulan Ramadhan. Demikian pula dengan telah berlalunya 30 hari dari awal Ramadhan, sehingga dapat dipastikan bahwa hari ini adalah awal bulan Syawal. 5. Hakim Syari menetapkan (mengeluarkan hukum) bahwa hari ini adalah awal bulan Ramadhan. Dalam hal ini seseorang yang tidak bertaqlid kepadanya juga harus mengamalkan hukum ini, kecuali kalau ia benar-benar mengetahui bahwa Hakim Syari tersebut berbuat salah dalam hal ini. 6. Telah tetapnya awal bulan Ramadhan di kota-kota yang terdekat atau satu ufuk. (Risalah Nuwin, jilid 1 hal 181). Awal Bulan Ramadhan Tidak dapat Ditetapkan dengan 3 Cara berikut: 1. Berdasarkan perkiraan Ahli Astrologi, kecuali bila ia mendapatkan keyakinan dari perkataan ahli tersebut (dalam hal ini, ia harus mengamalkan keyakinannya tersebut). (Taudhih al-Masail, masalah 1731) 2. Ketinggian bulan atau ketelatan ghurub (terbenam matahari) bukanlah petunjuk bahwa malam kemarin adalah awal bulan Ramadhan. (Taudhih al-Masail, masalah 1733) 3. Berdasarkan Telegraf, kecuali apabila dua kota yang saling berkirim telegraf itu berdekatan atau satu ufuk dan orang-orang mengetahui bahwa berita melalui telegraf itu didasarkan atas hukum (ketentuan) Hakim Syari atau kesaksian dua orang laki-laki yang adil. (Taudhih al-Masail, masalah 1736)

Syarat-syarat Sah dan Wajib Puasa 1. Islam 2. Beriman 3. Berakal 4. Tidak dalam keadaan haidh dan nifas Islam dan Beriman Puasa seorang yang bukan mumin dan muslim tidak sah. Kalau seorang muslim yang sedang menjalankan puasa wajib lalu murtad dan kembali masuk Islam pada hari itu juga, puasanya tidak sah, sekalipun ia telah memperbarui niat berpuasa sebelum zawal (tergelincir matahari). (Tahrir al-Wasilah masalah I) Akal Puasa orang gila (walaupun sewaktu-waktu), orang yang mabuk dan orang yang pingsan tidak sah. (Tahrir al-Wasilah masalah I) Haidh dan Nifas Seorang perempuan yang haidh atau nifas tidak diperkenankan puasa walaupun ia melihat darah sesaat sebelum Maghrib, atau darah itu berhenti sesaat setelah Fajar (setelah subuh). (Tahrir al-Wasilah masalah I). Dan dia wajib meng-qadha puasanya. (Tahrir al-Wasilah Ahkam al-Haidh masalah II). MACAM-MACAM PUASA Puasa Wajib 1. Puasa bulan Ramadhan 2. Puasa Qadha 3. Puasa Kafarat (membayar kafarat) 4. Puasa seorang yang tidak mampu membeli hewan kurban pada haji Tamattu 5. Puasa hari ketiga Itikaf 6. Puasa Nadzar Puasa Mustahab (Sunat) 1. Puasa tiga hari setiap bulan (Hijriyah) 2. Puasa pada hari-hari putih (tiap tanggal 13, 14 dan 15 Hijriyah) 3. Puasa pada hari al-Ghadir (18 Dzulhijjah) 4. Puasa pada hari lahir Rasulullah saww. (17 Rabiul Awal) 5. Puasa pada hari Kenabian Rasulullah saww. (27 Rajab) 6. Puasa pada hari Arafah (9 Dzulhijjah) 7. Puasa pada hari Mubahalah (24 Dzulhijjah) 8. Puasa pada hari Kamis dan Jumat 9. Puasa pada tanggal 1 9 Dzulhijjah 10. Puasa pada hari pertama dan ketiga bulan Muharram 11. Puasa pada seluruh hari dalam setahun, kecuali hari-hari yang diharamkan dan dimakruhkan berpuasa di dalamnya. (Taudhih al-Masail, masalah 1748)

Puasa Makruh 1. Puasa sunat yang dilakukan seorang tamu tanpa seijin tuan rumah, atau Tuan rumah melarangnya berpuasa. 2. Puasa seorang anak (yan belum akil baligh) tanpa seijin ayahnya dan puasa itu akan membahayakan dirinya. 3. Puasa seorang anak yang dilarang ayahnya berpuasa, walaupun puasanya itu tidak akan membahayakan dirinya. 4. Puasa seorang anak yang dilarang ibunya berpuasa, walaupun jika puasa itu dilakukan tidak akan membahayakan dirinya. 5. Puasa hari Arafah bagi orang yang bila ia puasa akan menyebabkan badannya lemah, sehingga tidak mampu membaca doa. Puasa Haram 1. Puasa pada Hari Raya Idul Fitri 2. Puasa pada Hari Raya Idul Adha 3. Puasa pada hari ketiga puluh bulan Syaban dengan diniatkan sebagai bagian dari Puasa Ramadhan (ketika ia syak bahwa hari itu adalah akhir Syaban atau awal Ramadhan) 4. Puasa pada hari Tasyrik (tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah) 5. Puasa tidak bicara (bila tanpa niat tertentu, tidak apa-apa) 6. Menyambung puasa, baik satu hari satu malam atau lebih. (Namun perbuatan mengakhirkan berbuka puasa hingga menjelang sahur atau hingga malam kedua tidaklah mengapa, bila tanpa niat tertentu). 7. Menurut ihtiyat wajib, seorang isteri tidak boleh melakukan puasa sunat (mustahab) tanpa seijin suaminya, jika hal itu akan mengurangi hak suaminya. Sama halnya apabila suaminya melarangnya berpuasa. (Risilah Nuwin, jilid I hal 183 184 atau Tahrir al-Wasilah jilid I hal. 300 304) Puasa Seorang Musafir (Orang yang bepergian) Ukuran Jarak Safar Ukuran jarak Safar yang mengharuskan seseorang membatalkan puasa dan mengqashar shalatnya ialah 8 farsakh (sekitar 45 km), baik ditempuh untuk pergi saja atau pulang- pergi (dengan syarat, jarak yang ditempuh untuk pergi tidak kurang dari 4 farsakh atau 22,5 km), juga baik pulang-pergi tanpa berhenti ataupun diselingi berhenti pada suatu tempat selama satu malam atau beberapa malam yang kurang dari sepuluh hari. 1. Seorang yang pergi sejauh tiga farsakh dan pulang lima farsak, maka ia tidak boleh membatalkan puasa dan shalatnya harus sempurna (Risalah Nuwin jilid I hal 193 atau Tahrir al-Wasilah jilid I halaman 248) 2. Seseorang yang pergi sejauh lima farsakh dan pulang tiga farsakh, maka ia harus membatalkan puasa dan mengqashar shalatnya. (Risalah Nuwin jilid I hal 193 atau Tahrir al-Wasilah jilid I hal. 248)

3. Perjalanan safar sejauh 8 farsakh (sekitar 45 km) dengan jalan yang berputar yang sebenarnya akan bergerak ke titik B, dapat membatalkan puasa dan mengharuskan qashar shalat walaupun belum sampai pada titik B, dengan syarat perjalanannya itu telah melampaui 4 farsakh hingga sampai ke tempat kerja/kantor. Namun jika jarak tempat bekerja seseorang tidak mencapai 4 farsakh, menurut Ihtiyat Mustahab, seseorang hendaknya melakukan shalat qashar dan shalat tamam (sempurna). (Risalah Nuwin, jilid I hal. 194 atau Tahrir al-Wasilah jilid I hal. 249) Seseorang yang bepergian sebelum waktu dzuhur dari tempat tinggalnya dan telah kembali ke tempat tinggalnya pada waktu dzuhur hari itu juga, maka bila perjalanannya itu dilakukan secara berkali-kali karena tempat kerja yang jauh, apakah ia harus berpuasa atau tidak? Dalam hal ini seseorang boleh tidak membatalkan puasanya. Bila tiba kembali di kampung halamannya sebelum masuk waktu dzuhur, maka ia dapat berniat puasa dan puasanya sah. (Risalah Nuwin, jilid I hal. 195) Salah satu syarat yang mengharuskan membatalkan puasa dan mengqashar shalat ialah safar (bepergian) yang bukan sebagai pekerjaan (rutinnya), tidak sebagaimana pedagang yang senantiasa berkeliling, penggembala, supir, kapten dan awak kapal, pramugari pesawat terbang, kereta api dan kapal laut serta pengembara yang safar mejadi rutinitas mereka. Oleh karena itu, mereka semua harus berpuasa dan menyempurnakan shalatnya (tamam). (Risalah Nuwin, jilid I hal. 195) Jika seorang musafir (baik perjalanan antar kota biasa atau dari satu kawasan ke kawasan lain yang berada di kota besar seperti Jakarta) yang dalam perjalanannya melalui/melewati tempat tinggalnya, kemudian bermaksud pergi lagi sejauh 8 farsakh, maka ia harus meng-qashar shalatnya. Yang dimaksud dangan tempat tinggal adalah tempat kelahiran atau tempat yang telah dipilihnya untuk tinggal menetap walaupun di tempat tersebut tidak harus ada rumah pribadi, atau tempat yang telah ditinggalinya selama 6 bulan. Tetapi bagi seseorang yang hendak menetapkan suatu tempat sebagai tempat tinggal, haruslah ia tinggal beberapa waktu di sana sehingga secara urf (kebiasaan umum) dikatakan bahwa tempat itu adalah tempat tinggalnya. (Risalah Nuwin, jilid I hal. 196 atau Tahrir al-Wasilah, jilid I hal. 257). Apakah keputusan (hukum) seorang Hakim Syari tentang melihat hilal berlaku juga untuk kota-kota/daerah-daerah yang jauh dan tidak seufuk? Keputusan (hukum) seorang Hakim Syari berlaku bagi kota-kota/daerah-daerah yang satu ufuk atau kota-kota yang dekat dengannya dan kota-kota/daerah-daerah yang terletak di sebelah timur kota yang terkena hukum. (Risalah Nuwin, jilid I hal. 182). Dinukil dari : 1. Risalah Nuwin

2. Taudhih al-Masail 3. Tahrir al-Wasilah

( http://sister.imsa.us/index.php/en/artikel/dakwah/60-hikmah-ramadhan-/147-

beberapa-hal-yang-berhubungan-dengan-puasa-hadits)
Beberapa Hal yang Berhubungan dengan Puasa (Hadits)
Written by Mitha Saturday, 15 October 2005 04:39

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatu,

Hadits mengenai Perintah Bagi Orang yang Berpuasa untuk Menjaga lidah dan Anggota badannya dari perbuatan Dosa, serta Beberapa Hal yang Berhubungan dengan Puasa HR. Abu Hurairah RA Rosulullah SAW bersabda: Apabila salah seorang dari kalian bangun dalam keadaan berpuasa, maka janganlah ia berbicara kotor dan gaduh. Jika seorang memakinya atau memusuhinya, hendaklah ia (orang yang berpuasa) mengucapkan, Sesungguhnya saya sedang berpuasa . (Diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, hadits no. 1248) Dari Abu Hurairah RA Nabi SAW bersabda, Barang siapa tidak mau meninggalkan omongan bohong dan meninggalkan perbuatannya, maka tidak ada perlunya bagi Allah (untuk memberinya pahala) terhadap orang yang berpuasa itu ketika ia meninggalkan makanan dan meminumnya . (HR Bukhari, hadits no 1249) Beberapa hal yang berhubungan dengan Puasa Dari Abu Hurairah RA Dari nabi SAW, beliau bersabda, Apabila salah seorang di antara kalian terlupa lalu makan dan minum, maka hendaklah ia melanjutkan puasanya. Karean sesungguhnya Allah-lah yang telah memberinya makan dan minum . (HR Bukhari dan Muslim, hadits no 1250) Dari Laqith bin Shabrah RA Dia berkata, saya bertanya, Wahai Rosulullah! Beritahukanlah kepadaku tentang wudhu. Beliau bersabda, Sempurnakanlah wudhumu, basuhlah sela-sela jarimu dan perdalamlah di dalam menghirup air ke dalam hidung, kecuali kamu sedang berpuasa. (HR Abu Daud dan Tirmidzi, hadits no 1251 ) Dari Umar bin Abu Salamah RA Bahwa ia bertanya kepada Rosulullah SAW: Bolehkah orang yang sedang berpuasa itu

berciuman (dengan istrinya)? Rosulullah SAW menjawab: Tanyakan saja kepada Ummu Salamah . Kemudian ia (Ummu Salamah) memberitahukan kepadanya bahwa Rosulullah SAW melakukannya. Umar bi Abu Salamah lalu berkata: Wahai Rosulullah, bukanlah Allah telah mengampuni dosa baginda yang lalu dan yang akan datang? Rosulullah SAW bersabda padanya: Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling taqwa kepada ALlah dari kalian. (Diriwayatkan Imama Bukhari di Haidh, hadits no.311) Dari Aisyah RA dan Ummu Salamah RA Rosulullah SAW pernah bangun pagi hari dalam keadaan junub bukan karena mimpi kemudian terus berpuasa. (Diriwayatkan Imam Bukhori di Iman, hadits no 19 - Puasa, Hadits no.1791-1796) Dari Abu Hurairah RA Seorang lelaki datang menemui Nabi SAW dan berkata: Celaka saya, wahai Rosulullah. Beliau bertanya: Apa yang membuat engkau celaka? Lelaki itu menjawab: Saya telah bersetubuh dengan istri saya di siang hari bulan Ramadhan. Beliau bertanya: Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk memerdekakan seorang budak? Ia menjawab: Tidak punya. Beliau bertanya: Mampukah engkau berpuasa selama 2 bulan berturut-turut? Ia menjawab: Tidak mampu. Beliau bertanya lagi: Apakah engkau mempunyai sesuatu unutk memberi makan 60 orang miskin? Ia menjawab: Tidak punya. Kemudian ia duduk menunggu sebentar. Lalu Rosul SAW memberikan sekeranjang kurma kepadanya sambil bersabda: Sedekahkanlah ini. Lelaki tadi bertanya: Tentunya aku harus menyedekahkannya kepada orang yang paling miskin di antara kita, sedang di daerah ini tidak ada keluarga yang memerlukannya selain kami. Maka Rosulullah SAW pun tertawa sampai kelihatan salah satu bagian giginya. Kemudian beliau bersabda: Pulanglah dan beri makan keluargamu . (Diriwayatkan Imam Bukhari di Puasa, hadits no 1800). Sumber : Shahih Riyadush Shalihin, Imam Nawawi, Takhrij : M Nashiruddin Al Albani, Pustaka Azzam Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatu DeKa Team IMSIS HR. Abu Hurairah RARosulullah SAW bersabda: Apabila salah seorang dari kalian bangun dalam keadaan berpuasa, maka janganlah ia berbicara kotor dan gaduh. Jika seorang memakinya atau memusuhinya, hendaklah ia (orang yang berpuasa) mengucapkan, Sesungguhnya saya sedang berpuasa .(Diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, hadits no. 1248)Dari Abu Hurairah RANabi SAW bersabda, Barang siapa tidak mau meninggalkan omongan bohong dan meninggalkan perbuatannya, maka tidak ada perlunya bagi Allah (untuk memberinya pahala) terhadap orang yang berpuasa itu ketika ia meninggalkan makanan dan meminumnya . (HR Bukhari, hadits no 1249) Beberapa hal yang berhubungan dengan PuasaDari Abu Hurairah RADari nabi SAW, beliau bersabda, Apabila salah seorang di antara kalian terlupa lalu makan

dan minum, maka hendaklah ia melanjutkan puasanya. Karean sesungguhnya Allah-lah yang telah memberinya makan dan minum .(HR Bukhari dan Muslim, hadits no 1250)Dari Laqith bin Shabrah RADia berkata, saya bertanya, Wahai Rosulullah! Beritahukanlah kepadaku tentang wudhu. Beliau bersabda, Sempurnakanlah wudhumu, basuhlah sela-sela jarimu dan perdalamlah di dalam menghirup air ke dalam hidung, kecuali kamu sedang berpuasa.(HR Abu Daud dan Tirmidzi, hadits no 1251 )Rosulullah SAW bersabda padanya: Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling taqwa kepada ALlah dari kalian.(Diriwayatkan Imama Bukhari di Haidh, hadits no.311)Dari Aisyah RA dan Ummu Salamah RA Rosulullah SAW pernah bangun pagi hari dalam keadaan junub bukan karena mimpi kemudian terus berpuasa.(Diriwayatkan Imam Bukhori di Iman, hadits no 19 - Puasa, Hadits no.1791-1796)Dari Abu Hurairah RASeorang lelaki datang menemui Nabi SAW dan berkata: Celaka saya, wahai Rosulullah. Beliau bertanya: Apa yang membuat engkau celaka? Lelaki itu menjawab: Saya telah bersetubuh dengan istri saya di siang hari bulan Ramadhan. Beliau bertanya: Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk memerdekakan seorang budak? Ia menjawab: Tidak punya. Beliau bertanya: Mampukah engkau berpuasa selama 2 bulan berturut-turut? Ia menjawab: Tidak mampu. Beliau bertanya lagi: Apakah engkau mempunyai sesuatu unutk memberi makan 60 orang miskin? Ia menjawab: Tidak punya. Kemudian ia duduk menunggu sebentar. Lalu Rosul SAW memberikan sekeranjang kurma kepadanya sambil bersabda: Sedekahkanlah ini. Lelaki tadi bertanya: Tentunya aku harus menyedekahkannya kepada orang yang paling miskin di antara kita, sedang di daerah ini tidak ada keluarga yang memerlukannya selain kami. Maka Rosulullah SAW pun tertawa sampai kelihatan salah satu bagian giginya. Kemudian beliau bersabda: Pulanglah dan beri makan keluargamu .Sumber : Shahih Riyadush Shalihin, Imam Nawawi, Takhrij : M Nashiruddin Al Albani, Pustaka Azzam

(http://kautsarku.wordpress.com/2009/08/14/hukum-hukum-ramadhan-beberapahal-yang-berkaitan-dengan-puasa-pada-hari-yang-meragukan-yaum-asy-syak/)

Hukum-hukum Ramadhan : Beberapa Hal Yang Berkaitan Dengan Puasa Pada Hari Yang Meragukan (Yaum Asy-Syak)
Posted by Abahnya Kautsar pada 14 Agustus 2009

Dalam menentukan maksud dari yaum asy-syak (hari yang meragukan) terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama. Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa yaum asy-syak adalah hari ketiga puluh bulan Syaban, apabila padamalamnya sangat cerah tidak terdapat awan. Dan kaum muslimin tidaklah menyaksikan hilal Ramadhan atauseseorang yang rukyah hilalnya tidak dapat dipercaya mempersasik annya. Sementara hari yang mendung atau berkabut tidaklah dikategorikan sebagai yaum asy-syak. Di antara mereka ada yang berpendapat, apabila kaum muslimin berbeda pendapat, apakah hari ini Ramadhan ataumasuh bagian dari bulan Syaban, maka hari itulah yaum asy-syak. Di antara ulama ada yang berpendapat, bahwa langit yang cerah pada saat rukyah hilal- bukanlah yaum asy-syak,melainkan disaat mendung itulah dikatakan yaumu asy-syak. Pendapat yang tepat bahwa yaum asy-syak -hari yang meragukan- adalah hari dimana terdapat kemungkinan, apakah hari tersebut termasuk bulan Ramadhan ataukah masih termasuk bulan Syaban, baik dalam keadaan cerah atau mendung. Wallahu alam.

Adapun hukum berpuasa pada yaum asy-syak -hari yang meragukan- terdapat beberapa pendapat dikalangan ulama. Pendapat yang pertama, bahwa diharuskan berpuasa pada hari ke tiga puluh dengan niat Ramadhan. Pendapat ini merupakan mazhab Umar, Ali, Ibnu Umar, Muawiyah, Amru bin Al-Ash, Anas, Abu Hurairah, Aisyah dan Asma` -radhiallahu anhum-. Dan juga merupakan pendapat para ulama besar generasi tabiin, di antara mereka adalahThawus, Mujahid, Salim, Bakr bin Abdullah Al-Muzan, Mutharrif bin Abdullah dan Maimun bin Mihran. Berdasarkan pendapat ini, apakah hari itu boleh dinamakan sebagai yaum asy-syak ataukah tidak? Terdapat dua riwayat dari Imam Ahmad. Pendapat yang kedua, puasa pada hari itu tidaklah diperbolehkan jika dikategorikan sebagai puasa Ramadhan atausebagai puasa sunna h yang mutlak. Akan tetapi diperbolehkan jika puasa pada hari tersebut sebagai puasa qadha`, puasa nazar atau puasa sunnah yang sesuai dengan kebiasaan. Pendapat ini merupakan pendapat Asy-Syafii, Malik, Sufyan, Ibnu AlMubarak, AlAuzai dan selain mereka. Pendapat yang ketiga, bahwa rujukan puasa tidaknya pada hari itu diserahkan kembali kepada pandangan imam/pemimpin. Pendapat ini adalah pendapat Al-Hasan Al-Bashri dan Ibnu Sirin. Ketiga pendapat ini adalah juga merupakan tiga riwayat dari Imam Ahmad yang masyhur didalam mazhab Hanabilah. (Lihat: Al-Inshaf 3/269-270, Al-Furu 3/706, At-Tahqiq fii Masaa`il Al-Khilaf 5/287289, Hilyah Al-Fuqaha` 3/178-179, Al-Mughni 4/128, Fathul Bari 4/145-146 dan Nail Al-Authar 4/216) Pendapat yang keempat, bahwa puasa pada hari tersebut makruh, baik puasa yang dilakukan sebagai puasa wajib, atau puasa sunnah, atau puasa kaffarah, ataukah puasa nazar. Terkecuali jika dia menyambungnya dengan puasa sebelumnya

ataukah sesuai dengan hari dimana dia terbiasa berpuasa, maka jika demikian puasa tersebut tidaklah makruh. Pendapat ini adalah pendapat beberapa sahabat seperti, Ali, Ammar bin Yasit -radhiallahu anhuma-, dan dari ulama tabiin semisal Asy-Syabi dan An-Nakhai dan juga merupakan pendapat Malik dan Al-Auzai. Pendapat yang kelima, bahwa puasa pada hari tersebut tidaklah makruh, baik puasa wajib atau puasa sunnah. Pendapat ini merupakan mazhab Aisyah dan Asma`. Pendapat yang keenam, bahwa jika hari itu cerah, maka puasa pada hari tersebut makruh. Dan jika mendung maka dia haruslah berpuasa sebagai bagian dari puasa Ramadhan. Pendapat ini merupakan mazhab Hanabilah. Pendapat yang ketujuh, bahwa jika dia berpuasa padahari tersebut sebagai bagian dari puasa wajib Ramadhantidaklah diperbolehkan. Dan jika dia berpuasa sebagai puasa sunnah, maka diperbolehkan dan bukan suatu yang makruh. Pendapat ini adalah pendapat Abu Hanifah dan Malik pada salah satu riwayat beliau. Pendapat yang kedelapan, bahwa puasa pada hari tersebut sebagai bagian dari puasa wajib Ramadhan, adalah amalan yang sunnah. Pendapat ini adalah mazhab Ahlil Bait. Adapun ulama yang mengemukakan pendapat pertama berargumen dengan beberapa dalil, di antaranya, Hadist Abdullah bin Umar, dia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa

sallam bersabda, Sesungguhnya -bilangan hari-bulan adalah dua puluh sembilan


hari. Maka janganlah kalian berpuasa hingga kalian melihat hilal dan janganlahkalian berbuka hingga melihat hilal. Dan jika kalian terhalang mendung, maka takdirkanlah bulan tersebut. Nafi mengatakan, Dan adalah Ibnu Umar apabila dua puluh sembilan hari bulan Syaban telah berlalu, beliau mengutus seseorang untuk melihat hilal. Jika dia

melihatnya, maka demikianlah. Dan jika dia tidak melihatnya danantara pandangannya tidak terhalang awan atau kabut maka beliau pada keesokan harinya berbuka. Dan jika pandangannya terhalang dengan awan atau kabut maka kesokan harinya beliau berpuasa. (HR. Malik di dalam Al-Muwaththa` no. 286, Asy-Syafii dari jalan Malik di dalam AlUmm 2/94, Al-Bukhari -Fathul Bari 4/119-,Muslim no. 2459, Ahmad 1/272, An-Nasa`i 4/134, Ibnu Majah no. 3449 dan Al-Baihaqi didalam Al-Kubra 4/25 dan Al-Marifah 8/601) Tinjuan argumentasinya, Pertama, amalan Ibnu Umar. Karena sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa

sallam lebih mengetahui maksud sabda beliauShallallahu alaihi wa sallam, sebagaimana kita merujuk pada penafsiran beliau pada hadits
tentang khiyar majlis -konsepsi aqad jual beli ditempat-, maka demikian juga pada hadits ini. Kedua, bahwa makna dari perkataan beliau Shallallahu alaihi wa

sallam takdirkanlah bulan tersebut, adalah sempitkanlah hitungan harinya. Dan


hal itu berarti dua puluh sembilan hari. Semisal dengan firman Allah taala, Dan bagi yang rizkinya disempitkan. Demikianlah dalil pendapat yang pertama. Namun telah diriwayatkan dari Ibnu Umar sendiri hadits yang menyelisihipendapat beliau ini. Diri waytakan oleh Ibnu Abi Syaibah 3/71 dan Al-Baihaqi 4/209, dari Ibnu Umar, beliaumengatakan, Seandainya saya berpuasa selama setahun, niscaya saya akan berbuka pada hari yang meragukan (yaumusy-syak). Hanya saja, pada atsar ini terdapat perawi yang bernama Abdul Azis bin Hakim dan dia adalah perawi yang dhaif. Dalil yang lainnya, adalah hadits Imran bin Hushain, bahwa Rasulullah Shallallahu

alaihi wa sallam bertanya kepada seseorang, Wahai fulan ! Tidakkah


engkau berpuasa pada akhir bulan ini? yaitu bulan Syaban. Orang tersebut mengatakan, Tidak, wahai Rasulullah.

Belaiu Shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Apabila engkau berbuka, maka puasalah dua hari. -pada riwayat Muslim,Apabila engkau berbuka pada bulan Ramadhan, maka berpuasalah sehari atau dua hari. (HR. Al-Bukharino. 1882 dan Muslim no. 1161) Sisi inferensi dari hadits ini, bahwa makna (sarir/sarur) adalah akhir-akhir pada bulan Syaban, sebagaiman pendapat ini adalah pendapat mayoritas pakar semantik Arab. Mereka mengatakan, maka puasa pada akhir bulan Syaban, tidak lain adalah puasa pada yaumusy-syak (hari yang meragukan) ini. Dan ketika Rasulullah Shallallahu

alaihi wa sallam memerintahkan kepada orang tersebut untuk berpuasa


sehari atau dua hari, hal itu menunjukkan kewajiban untuk berpuasa pada yaukussyak. Dan juga hadits Ummu Salamah dan Aisyah, keduanya mengatakan, Adalah Rasulullah Shallallahu alaihi wa

sallammenyambung puasa bulan Syaban dengan puasa Ramadhan. Pada riwayat l ainnya, Bahwa beliau Shallallahu alaihi wa sallam tidaklah berpuasa
sebulan penuh dalam satu tahun kecuali bulan Syaban yang beliau sambung dengan Ramadhan. (HR. Abu Dawud no. 2336, At-Tirmidzi no. 736, An-Nasa`i4/2174, Ibnu Majah no. 1648, Ahmad 6/311 dan Ad-Darimi 2/1739, hadits tersebut dishahihkan juga oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah) Adapun ulama yang mengemukakan pendapat yang kedua, diantara dalil-dalil mereka adalah sebagaimana dibawah ini, Hadist Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa

sallam, beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


Berpuasalah kalian berdasarkan rukyah/melihat hilal dan berbukalah kalian berdas arkan rukyah hilal. Jikalaurukyah tersebut terhalangi mendung maka sempurnakanlah bilanyan Syaban tiga puluh hari. Pada riwayat lainnya, Janganlah kalian berpuasa hingga kalian melihat hilal dan jana nlah kalian berbuka hinggakalain melihat hilal. Jikalau rukyah kalian terhalangi mendung maka hitunglah bilangan bulan menjadi tiga puluh.

(HR. Al-Bukhari no. 1906 dan 1909 dan Muslim -Al-Minhaj- 7/188-189) Dan hadits Abu Hurairah, beliau mengatakan, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Apabila kalian melihat hilal maka berpuasalah kalian dan apabila kalian melihatnya maka berbukalah kalian. Jikalaukalian terhalangi dengan mendung maka puasalah kalian selama tiga puluh hari. (HR. Muslim -Al-Minhaj- 7/189, An-Nasa`i 4/133, Ibnu Majah no. 1655 dan Ahmad 2/259) Hadist Hudzaifah bin Al-Yaman, beliau berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa

sallam bersabda, Janganlah kalian mendahulukan bulan Ramadhan hingga


kalian melihat hilal atau menyempurnakan bulan sebelumnya. Setelah ituberpusalah kalian hingga kalian melihat hilal atau menyempurnakan bilangan bulan tersebut. (HR. Abu Dawud no. 2326, An-Nasa`i 4/2125, Ibnu Khuzaimah 3/1911 dan AdDaraquthni 2/161) Hadist Aisyah beliau berkata, Adalah Rasulullah Shallallahu alaihi wa

sallam menjaga -kemunculan- hilal Syaban yangbeliau Shallallahu alaihi wa sallam tidak menjaganya pada bulan lainnya. Lalu beliau berpuasa Ramadhan
karena melihat hilal, jika beliau terhalangi oleh mendung, maka beliau menghitung menjadi tiga puluh hari lalu beliau Shallallahu alaihi wa sallam berpuasa. (HR. Abu Dawud no. 2325, Ahmad 6/149, Ibnu Khuzaimah 3/1910 dan AdDaraquthni 2/156) Dan juga hadits Ibnu Abbas secara marfu, Puasalah kalian karena melihat hilal dan berbukalah kalian karena melihathilal. Apabila antara kalian dan hilal terhalangi kabut, maka sempurnakanlah bilangan bulan menjadi tig apuluh dan janganlah kalian mendahulu bulan tersebut. Pada lafazh riwayat An-Nasa`i, Maka sempurnakanlah bilangan Syaban. Dan pada lafazh lainnya, Janganlah kalian mendahului bulan tersebut dengan puasa sehari atau dua hari kecuali jikahari yang salah seorang diantara kalian terbiasa berpuasa. Dan janganlah kalian berpuasa hingga melihatnya lalu berpuasalah kalian hingga kalian melihat hilal. Apabila hilal

terhalangi dengan awan maka sempurnakanlah hitunganbulan menjadi tiga puluh kemudian berbukalah. (HR. Abu Dawud no. 2327, At-Tirmidzi no. 688, An-Nasa`i 4/2129, Ahmad 1/226, Ibnu Hibban no. 3590, Ibnu Khuzaimah 1912 dan Al-Hakim 1/424) Hadist ini diriwayatkan dari jalan Simak dari Ikrimah dari Ibnu Abbas. Dab beberapa perawi telah meriwayatkan hadits tersebut dari Simak, diantara mereka Zaidah bin Qudamah, Al-Hasan bin Shalih, Syubah bin Al-Hajjaj, dan Hatim bin Muslim bin Abi Shaghirah. Dan hadits yang diriwayatkan dari jalan Ayyub bin Abi Tamimah dari Nafi dari Ibu Umar, bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda tentang hilal Ramadhan, Apabila kalian telah melihatnya maka puasalah. Dan apabila kalian telahmelihatnya maka berbukalah. Apabila kalian terhalangi mendung maka takdirkanlah bulan tersebut menjadi tiga puluh hari. Dan juga diriwayatkan dari jalan Ibnu Abi Dawud dari Nafi dari Ibnu Umar dengan lafazh hadits yang sama dengan lafazh hadits Ibnu Abbas. (HR. Abdurrazzaq didalam Al-Mushannaf 4/156) Dan hadits Ammar bin Yasir, beliau berkata, Barang siapa yang berpuasa pada hari yang meragukan, maka sungguh dia telah melanggar Abul Qasim Shallallahu alaihi

wa sallam.
Hadist tersebut berasal ari jalan Abu Khalid Al-Ahmar dari Amru bin Qais dari Abu Ishaq dari Ammar. (HR. Ad-Darimi 2/1682 dan Ibnu Khuzaimah 3/1914) Adapun pendapat yang ketiga , yang merupakan salah satu riwayat dari Imam Ahmad, mereka berargumen dengan beberapa dalil diantaranya, Hadist, Puasalah kalian adalah hari dimana kaum muslimin berpuasa dan hari berbuka kalian adalah hari dimana mereka berbuka.

(HR. Ibnu Adi didalam Al-Kami 6/ no. 2279 dan didalam sanadnya terdapat Muhammad bin Amru Al-Waqidi. Sebagaimanadisebutkan oleh Ibnu AlQaisaraani didalam At-Tadzkirah no. 501, dan dia adalah perawi yang munkarul-hadits) Mereka juga mengatakan, bahwa hal ini bertujuan untuk mncegah mafsadat yang sangat besar karena menyelisihiimam/pemimpin kaum mu slimin. Demikian pula hal ini bertujuan untuk menyatukan kaum muslimin dan mencegah penyebaran perbedaan pendapat ditengah-tengah komunitas kaum muslimin. Sementara ulama yang berpendapat bahwa hukum puasa pada yaumussyak adalah makruh, berargumen dengan hadits-hadits pada pembahasan ini dan menarik kesimpulan bahwa larangan tersebut hanya mengindik asikan maknamakruh tidak sampai pada derajat haram. Dan ulama yang menyatakan adanya perbedaan antara hari yang cerah danyang mendung, hadits-hadits pada pembahasan ini menyanggah perbedaan tersebut. Wallahu alam Dan pendapat yang paling tepat dalam masalah ini, insya Allah adalah pendapat yang kedua. Yaitu pendapat yang menyebutkan larangan berpuasa pada yaumusysyak -selain beberapa puasa yang telah disebutkan sebelumnya- Dan pendapat ini adalah pendapat yangpaling utama untuk di amalkan. Adapun argumentasi ulama yang mengemukakan pendapat pertama, yaitu yang mengharuskan puasa pada yaumusy-syak atau yang membole hkannya, dapat dijawab dari beberapa tinjauan, Pertama, perkataan Ibnu Umar berkaitan dengan puasa yaumusy-syak, bukanlah pen dapat yang disepakati olehkalangan sahabat, melainkan pendapat yang terdapat pe rselisihan diantara mereka. Asy-Syaukani menyebutkan, Ibnu Abdil Barr mengatakan, Diantara riwayat dari sahabat yang mengatakan makruh berpuasa pada yaumusy-syak adalahriwayat dari Umar bin Al-Khaththab, Ali bin Abi Thalib, Ammar, Ibnu Masud, Hudzaifah, Ibnu Abbas, Abu Hurairah danAnas bin Malik. Kesimpulannya bahwa para sahabat berbeda pendapat dalam hal itu. Dan pendapat sebagian diantara mereka bukan argumen untuk menggugurkan pendapat sebagian

lainnya. Melainkan yang menjadi acuan hukum adalah keterangan yang datang dari syariat Dan juga beberapa atasar dari ulama Tabiin berkaitan dengan larangan berpuasa pada yaumusy-syak, yang manamenunjukkan bahwa pendapat ini mayshur, dan sanggahan bagi yang be rpendapat selain pendapat larangan tersebut. (Atsar-Atsar ini dapa ilihat didalam Al-Mushannaf karya Ibnu Abi Syaibah 2/285-286) Kedua, penafsiran sabda beliau Shallallahu alaihi wa sallam, maka takdirkanlah bulan tersebut. Yang mana makna takdirkan menurut anggapan ulama yang mengharuskan puasa yaumusy-syak bermakna sempitkanlah hitungan bulannya. Jawabnya: Bahwa hadits-hadits yang menerangkan tentang hilal sebuah bulan berlak u secara umum pada bulanapapun juga, baik itu bulan Syaban, Ramadhan dan selainnya. Sementara lafazh riwayat, Maka sempurnakanlah hitungan bulan, juga berlaku umum. Nabi Shallallahu alaihi wa sallamtidaklah mengkhususkan sebuah bulan selain bulan hijriyah lainnya. Bahkan makna haditshadits tersebut, Puasalahkalian jika melihat hilal dan berbukalah kalian jika melihat hilal, jika kalian terhalangi oleh mendung maka sempurnakanlah bilangan bulan tersebut, yakni jika puasa kalian dan berbuka kalian terhalangi oleh mendung makasempurnakanlah bilangan bulan tersebut. Yang menguatkan juga, adalah penegasan pada beberapa riwayat yang menyebutkan bilangan tiga puluh hari, sebagaimana pada hadits Abu Hurairah, Aisyah, Ibnu Abbas dan selainnya. Riwayat-riwayat tersebut adalah tafsir dari sabda beliau Shallallahu alaihi wa sallam, Maka takdirkanlah bulan tersebut. Ketiga, sedangkan hadits Imran bin Hushain, berkaitan dengan makna sarar/sarur, yang ditafsirkan sebagai akhir sesuatu. Dimana pada hadits tersebut maknanya adalah akhir bulan Syaban, dapat dijawab sebagai beriku t: Al-Khaththabi didalam Maalim As-Sunan mengatakan, Kedua hadits ini yaitu hadits Imran dan hadits Ibnu Abbas, Janganlah kalian mendahulu bulan Ramadhan

dengan puasa sehari atau dua hari, adalah dua pendapat yang kontradiksi secara zhahir. Dan sisi penyelarasan keduanya, bahwa hadits yang pertama, disaat seseorang tela h menharuskan dirinya untukberpuasa pada hari tersebut karena sebuah nazar, mak a beliau Shallallahu alaihi wa

sallam memerintahkan untukmenunaikannya. Ataukah hari itu adalah hari dimana


dia terbiasa melakukan puasa yang bertepatan dengan akhir bulan Syaban. Lalu orang tersebut meninggalkannya karena menanti masuknya bulan Ramadhan. Maka Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengajurkan baginya untuk meng-qadha` puasanya. Sedangkan larangan pada hadits Ibnu Abbas, jikaseseorang memulai ber puasa tanpa adanya pengharusan puasa akibat nazar dan bukan juga suatu kebiasaan dia sebelumnya. Wallahu alam. (Mukhtashar Sunan Abu Dawud 3/217-218) Keempat, dan hadits Ummu Salamah, bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa

sallam menyambung puasa Syaban dengan Ramadhan.


Dapat dijawab, bahwa maksud beliau Shallallahu alaihi wa

sallam telah berpuasa bulan Syaban seluruhnya, sebagaimanapada riwayat Abu Da


wud, At-Tirmidzi dan AnNasa`i. Namun hal tersebut bukanlah permasalahan yang diperselishkan. Karena ulama yang melarang puasa yaumusy-syak membolehkan hal itu, sebagaimana telah diuraikan sebelumnya. Jawabannya lainnya dengan mengatakan, bahwa terdapat hadits Aisyah lainnya, beli au mengatakan, Tidaklah NabiShallallahu alaihi wa

sallam berpuasa lebih banyak dari pada bulan Syaban. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam telah berpuasa padabulan Syaban seluruhnya.
Dan pada lafazh lainnya, Tidaklah beliau berpuasa pada sebuah bulan sebagaimana beliau berpuasa pada bulan Syaban. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam berpuasa pada bulan Syaban kecuali sedikit bahkan beliau telah berpuasapada bulan Syaban penuh. Dan pada lafazh lainnya, Tidaklah saya melihat Rasulullah Shallallahu alaihi wa

sallam berpuasa sebulan penuh selain bulan Ramadhan dan tidaklah saya melihat

beliau Shallallahu alaihi wa sallam bepuasa pada suatu bulan lebih banyak kecuali pada bulan Syaban. (HR. Al-Bukhari no. 1970, Muslim no. 1156 danAhmad 6/128) Adapun pendapat yang ketiga, dapat dijawab bahwa masalah ini didasarkan pada penetapan syara. Dan telah shahih bahwa pendapat yang dikuatkan oleh dalil syara adalah pendapat yang melarang puasa pada yaumus y-syak. Sedangkan pendapat ketiga, yang menganjurkan agar kaum muslimin ikut kepada para pemimpin mereka, sehingga tecapai mashalat persatuan dan ukhuwah, menghindari mafsadat perbedaan dan penyeisihan dari pemimpin mereka, adalahhukum yang disadur atas dasar sebabakibat. Jika sebabnya telah sirna, maka hukum tersebut juga turut terhapuskan. Ibnu Abdil Barr mengatakan di dalam Kitab beliau Al-Istidzkar, Pendapat mayoritas ulama, bahwa tidaklah berpuasa Ramadhan kecuali dengan da sar keyakinan keluarnya/berakhirnya bulan Syaban. Dan keyakinan itu adalah berdasarkan rukyah hilal dan penyempurnaan bulanSyaban menjadi tiga puluh hari. Dan demikian pula tidaklah memutuskan berakhirnya bulan Ramadhan kecuali dengan keyakinan yang semisalnya. Allah taala berfirman, Bagi siapa yang telah menyaksikan bulan -Ramadhan- tersebut maka dia diharuskan berpuasa. Maksudnya -wallahualam- bagi siapa diantara kalian yang mengeahui masuknya bulan Ramadhan atas dasar keyakinan, mka dia diharuskan berpuasa. Ilmu yakin, adalah rukyah yang benar, jelas dan zhahir atau menyempurnakan bilangan bulan Syaban. (Lihat: Al-Majmu 1/400, Fahul Bari 4/120, Maalim As-Sunan 3/217, AtTamhid 14/349350, Al-Istidzkar 10/15-16,Majmu Al-Fatawa 20/96, Al-Mghni 4/128-130, Sail Al-Jarrar 2/35-36, Nail Al-Authar 4/213-216, Asy-Syarh Al-Mumti 6/312 dan Tamamul Minnah hal. 398) Sumber : darel-salam.com

(http://muda.kompasiana.com/2011/08/02/hal-hal-yang-tidakmembatalkan-puasa-bila-kita-kerjakan-di-bulan-puasa/)

Hal hal yang tidak membatalkan puasa bila kita kerjakan di bulan puasa
OPINI | 02 August 2011 | 16:19 270 11 1 dari 1 Kompasianer menilai aktual

Setiap tahun selama satu bulan penuh di bulan Rhamadan langgar/surau dikampungku selalu mengadakan ceramah agama setelah melaksanakan sholat subuh dengan isi ceramah mengenai hal hal yang berkaitan dengan puasa. Dalam ceramahnya mengenai puasa dibahas hal hal yang membatalkan puasa dan hal hal yang tidak membatalkan puasa. Kalau yang membatalkan puasa mungkin kita sudah banyak yang tau,nah ini yang menarik yaitu hal hal yang tidak membatalkan puasa kalau kita melakukannya dibulan puasa yaitu: 1. Menggosok gigi/bersiwak. Rasullulah SAW bersabda : kalau tidak memberatkan umatku niscaya aku akan suruh mereka untuk bersiwak setiap kali berwudhu(HR.Bukhairi dan Muslim). Khusus untuk menggosok gigi tidak usah pakai odol/fasta gigi kerna ada rasa dan aroma yang kuat yang dikhawatirkan ikut tertelan bersama ludah. 2. Bercumbu dan mencium istri. Siti Aisyah pernah berkata: Bahwasanya Rasullulah SAW mencium dan mencumbu (istrinya) dalam keadaan puasa akan tetapi beliau adalah orang yang paling bisa menahan diri (HR. Bukhairi dan Muslim). Hal ini diperbolehkan bagi mereka yang bisa menahan diri untuk tidak sampai keluar air mani dan tidak melakukan hubungan intim. 3. Seseorang yang puasa diperbolehkan memasuki waktu subuh dalam keadaan junub.

Diriwayatkan dari Aisyah : Bahwasanya Rasullulah memasuki waktu subuh dalam keadaan junub kerna jima dengan istrinya,kemudian beliau mandi dan berpuasa (HR. Bukhairi dan muslim). 4. Mencicipi makanan. Bagi ibu ibu yang memasak atau membikin kue hal ini diperbolehkan selama tidak sampai ditenggorokan dan ditelan. 5. Mandi atau mengguyur air ke kepala. Semoga bisa menambah ilmu dan bermamfaat bagi kita semua.

(http://whjobs.info/masalah-masalah-yang-berkaitan-dengan-puasa.html )

Masalah masalah yang berkaitan dengan puasa:


Jul.27, 2011 in Seputar Puasa Ramadhan

1. Apabila seseorang berhubungan dengan istrinya pada siang hari Ramadhan dengan sengaja, tanpa terpaksa dan mengetahui keharamannya maka puasanya batal, berdosa, wajib menahan diri dari halhal yang membatalkan puasa sampai maghrib dan wajib mengqodhoi puasa serta wajib membayar kaffaroh [denda] yaitu: - membebaskan budak perempuan yang islam - jika tidak mampu, wajib berpuasa dua bulan berturut turut, - jika tidak mampu maka wajib memberi makanan pada 60 orang miskin masing-masing berupa 1 mud (7,5 ons) dari makanan pokok. Denda ini wajib dikeluarkan hanya bagi laki laki. 2. Hukum menelan dahak : Jika telah mencapai batas luar tenggorokan, maka haram menelan dan membatalkan puasa. Jika masih di batas dalam tenggorokan, maka boleh dan tidak membatalkan puasa. Yang dimaksud batas luar menurut pendapat Imam Nawawi (mutamad) adalah makhroj huruf kha (?), dan dibawahnya adalah batas dalam. Sedangkan menurut sebagian ulama batas luar adalah makhroj huruf kho(?), dan di bawahnya adalah batas dalam. 3. Menelan ludah tidak membatalkan puasa dengan syarat: - Murni (tidak tercampur benda lain) - Suci - Berasal dari sumbernya yaitu lidah dan mulut, sedangkan menelan ludah yang berada pada bibir luar membatalkan puasa karena sudah di luar mulut. 4. Hukum masuknya air mandi ke dalam rongga dengan tanpa sengaja: - Jika sebab mandi sunnah seperti mandi untuk sholat jumat atau mandi wajib seperti mandi janabat maka tidak membatalkan puasa kecuali jika sengaja atau menyelam. - Jika bukan mandi sunnah atau wajib seperti mandi untuk membersihkan badan maka puasanya batal baik disengaja atau tidak. 5. Hukum air kumur yang tertelan tanpa sengaja: Jika berkumur untuk kesunnahan seperti dalam wudhu tidak membatalkan puasa asalkan tidak terlalu ke dalam (mubalaghoh) Jika berkumur biasa, bukan untuk kesunnahan maka puasanya batal secara mutlak, baik terlalu ke dalam (mubalaghoh) atau tidak. 6. Orang yang muntah atau mulutnya berdarah wajib berkumur dengan mubalaghoh (membersihkan hingga ke pangkal tenggorokan) agar semua bagian mulutnya suci. Apabila ia menelan ludah tanpa mensucikan mulutnya terlebih dahulu maka puasanya batal sekalipun ludahnya nampak bersih. 7. Orang yang sengaja membatalkan puasanya atau tidak berniat di malam hari, wajib menahan diri di siang hari Ramadhan dari perkara yang membatalkan puasa (seperti orang puasa) sampai maghrib dan setelah Ramadhan wajib mengqodhoi puasanya. 8. Berbagai konsekuensi bagi orang yang tidak berpuasa atau membatalkan puasa Ramadhan: 1. Wajib qodho dan membayar denda : Jika membatalkan puasa demi orang lain. Seperti perempuan mengandung dan menyusui yang tidak puasa karena kuatir pada kesehatan anaknya saja. Mengakhirkan qodho hingga datang Ramadhan lagi tanpa ada udzur. 2. Wajib qodho tanpa denda. Berlaku bagi orang yang tidak berniat puasa di malam hari, orang yang membatalkan puasanya dengan selain jima (bersetubuh) dan perempuan hamil atau menyusui yang tidak puasa karena kuatir pada kesehatan dirinya saja atau kesehatan dirinya dan anaknya. 3. Wajib denda tanpa qodho.

Berlaku bagi orang lanjut usia dan orang sakit yang tidak punya harapan sembuh, jika keduanya tidak mampu berpuasa. 4. Tidak wajib qodho dan tidak wajib denda. Berlaku bagi orang yang gila tanpa disengaja. Yang dimaksud denda di sini adalah 1 mud (7,5 ons) makanan pokok daerah setempat untuk setiap harinya. Hal-hal yang disunnahkan dalam puasa Ramadhan: 1. Menyegerakan berbuka puasa. 2. Sahur, sekalipun dengan seteguk air. 3. Mengakhirkan sahur, dimulai dari tengah malam. 4. Berbuka dengan kurma. Disunnahkan dengan bilangan ganjil. Bila tak ada kurma, maka air zam-zam. Bila tak ada, cukup dengan air putih. Bila tak ada, dengan apa saja yang berasa manis alami. Bila tak ada juga, berbuka dengan makanan atau minuman yang diberi pemanis. 5. Membaca doa berbuka yaitu: ?????????? ???? ?????? ?????? ??????? ??????? ???????? ?????????? ?????? ????????? ???????????? ?????????? ???????? ????????? ??? ? ????? ????? .?????????? ????? ??????? ?????????? ???????? ??????????? ???????????? ?????????? ?????? ?????????? ???????????? ?? ????? ???????? ????? ?????? ???? ???????? ??? . 6. Memberi makanan berbuka kepada orang berpuasa. 7. Mandi janabat sebelum terbitnya fajar bagi orang yang junub di malam hari. 8. Mandi setiap malam di bulan Ramadhan 9. Menekuni sholat tarawih dan witir. 10. Memperbanyak bacaan Al Quran dengan berusaha memahami artinya. 11. Memperbanyak amalan sunnah dan amal sholeh. 12. Meninggalkan caci maki. 13. Berusaha makan dari yang halal 14. Bersungguh-sungguh di sepuluh hari terakhir, dan lain-lain Hal-hal yang dimakruhkan dalam puasa Ramadhan: 1. Mencicipi makanan.2. Bekam [mengeluarkan darah].3. Banyak tidur dan terlalu kenyang. 4. Mandi dengan menyelam.5. Memakai siwak setelah masuk waktu duhur. Hal hal yang membatalkan pahala puasa: 1. Ghibah (gosip)2. Adu domba3. Berbohong 4. Memandang dengan syahwat5. Sumpah palsu.6. Berkata jorok atau jelek Rasulullah SAW bersabda : ??? ?????? ?????? ????? ??????? ???????? ??????? ??????? ?????? ????? Lima perkara yang membatalkan (pahala) puasa : berbohong, ghibah, adu domba, sumpah palsu dan melihat dengan syahwat (H.R. Anas) Sumber Forsan Salaf Incoming search terms: denda batal puasa denda membatalkan puasa apakah mandi janabat dulu atau sahur dulu salafi Hukum berkumur dibulan puasa berkumur dalam wudu di bulan puasa apa hukumnya hukum berkumur bulan puasa yang membatalkan puasa ramadhan denda puasa ramadhan denda puasa hukum menelan dahak dalam tenggorokan ketika puasa

(http://whjobs.info/syarat-dan-rukun-puasa.html) Puasa adalah menahan. secaara artian adalah menahan keinginan hawa nafsu(atau jasad/diri).namun justru malah menjalankan keinginan keinginan Allah lah yang terkandung di dalam AlQuran. sehingga lebih optimal lagi dalam menjalankan ibadah yang Allah inginkan. perintah puasa lebih menekankan kedalam aktifitas sendi kehidupan. dimana mampunya kita untuk menahan hawa nafsu kita (bahkan hingga makan dan minum pun kita tahan) kemudian menjalankan keinginan Allah sepenuhnya. sehingga meraih Taqwa perintah pusa jatuh pada madinah. dimana dikondisi ummat islam saat itu baru saja hijrah dari mekkah setelah di tekan dari berbagai sisi kehidupan.. namun di sinilah terlihat sifat kesabaran(tidak lemah, tidak lesu, pantang mundur) dari semangat ummat islam untuk bangkit menyebarkan ayat-ayat Allah.ke seluruh wilayah.. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orangorang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS. Al-Baqarah : 183) Hukum Puasa Hukum puasa terbahagi kepada tiga iaitu : Wajib Puasa pada bulan Ramadhan. Sunat Puasa pada hari-hari tertentu. Haram Puasa pada hari-hari yang dilarang berpuasa. Syarat Wajib Puasa Beragama Islam Baligh (telah mencapai umur dewasa) Berakal Berupaya untuk mengerjakannya. Sihat Tidak musafir Rukun Puasa Niat mengerjakan puasa pada tiap-tiap malam di bulan Ramadhan(puasa wajib) atau hari yang hendak berpuasa (puasa sunat). Waktu berniat adalah mulai daripada terbenamnya matahari sehingga terbit fajar. Meninggalkan sesuatu yang membatalkan puasa mulai terbit fajar sehingga masuk matahari. Syarat Sah Puasa Beragama Islam Berakal Tidak dalam haid, nifas dan wiladah (melahirkan anak) bagi kaum wanita Hari yang sah berpuasa. Sunat Berpuasa Bersahur walaupun sedikit makanan atau minuman Melambatkan bersahur Meninggalkan perkataan atau perbuatan keji Segera berbuka setelah masuknya waktu berbuka Mendahulukan berbuka daripada sembahyang Maghrib Berbuka dengan buah tamar, jika tidak ada dengan air Membaca doa berbuka puasa Perkara Makruh Ketika Berpuasa Selalu berkumur-kumur Merasa makanan dengan lidah Berbekam kecuali perlu Mengulum sesuatu Hal yang membatalkan Puasa Memasukkan sesuatu ke dalam rongga badan Muntah dengan sengaja Bersetubuh atau mengeluarkan mani dengan sengaja kedatangan haid atau nifas Melahirkan anak atau keguguran

Gila walaupun sekejap Mabuk ataupun pengsan sepanjang hari Murtad atau keluar daripada agama Islam Hari yang Disunatkan Berpuasa Hari Senin dan Kamis Hari putih (setiap 13, 14, dan 15 hari dalam bulan Islam) Hari Arafah (9 Zulhijjah) bagi orang yang tidak mengerjakan haji Enam hari dalam bulan Syawal Hari yang diharamkan Berpuasa Hari raya Idul Fitri (1 Syawal) Hari raya Idul Adha (10 Zulhijjah) Hari syak (29 Syaaban) Hari Tasrik (11, 12, dan 13 Zulhijjah) Incoming search terms: puasa syarat dan rukun puasa ramadhan ayat syarat dan rukun puasa ramadhan syarat rukun puasa ramadhan syarat n rukun puasa ramadhan syarat dan rukun puasa rukun puasa terbahagi puasa photos image puasa hukum puasa di alaska

(http://whjobs.info/adab-adab-puasa-ramadhan.html) ADAB-ADAB PUASA RAMADHAN. Jul.27, 2011 in Seputar Puasa Ramadhan 1. Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab ra. telah bersabda Rasulullah saw: Apabila malam sudah tiba dari arah sini dan siang telah pergi dari arah sini, sedang matahari sudah terbenam, maka orang yang puasa boleh berbuka. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim ) 2. Diriwayatkan dari Sahal bin Saad : Sesungguhnya Nabi saw telah bersabda : Manusia ( ummat Islam ) masih dalam keadaan baik selama mentakjilkan(menyegerakan) berbuka. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim) 3. Diriwayatakan dari Anas ra., ia berkata : Rasulullah saw berbuka dengan makan beberapa ruthaab (kurma basah ) sebelum shalat, kalau tidak ada maka dengan kurma kering, kalau tidak ada maka dengan meneguk air beberapa teguk. ( H.R : Abu Daud dan Al-Hakiem ) 4. Diriwayatkan dari Salman bin Amir, bahwa sesungguhnya Nabi saw. telah bersabda : Apabila salah seorang diantara kamu puasa hendaklah berbuka dengankurma, bila tidak ada kurma hendaklah dengan air, sesungguhnya air itu bersih. ( H.R : Ahmad dan At-Tirmidzi ) 5. Diriwayatkan dari Ibnu Umar : Adalah Nabi saw. selesai berbuka Beliau berdoa (artinya) telah pergi rasa haus dan menjadi basah semua urat-urat dan pahala tetap ada Insya Allah. ( H.R : Ad-Daaruquthni dan Abu Daud hadits hasan ) 6. Diriwayatkan dari Anas, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw: Apabila makan malam telah disediakan, maka mulailah makan sebelum shalat Maghrib, janganlah mendahulukan shalat daripada makan malam itu ( yang sudah terhidang ). ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim ) 7. Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra: Sesungguhnya Rasulullah saw. telah bersabda : Makan sahurlah kalian karena sesungguhnya makan sahur itu berkah. (H.R :Al-Bukhary ) 8. Diriwayatkan dari Al-Miqdam bin Madi Yaqrib, dari Nabi saw. bersabda : Hendaklah kamu semua makan sahur, karena sahur adalah makanan yang penuh berkah. ( H.R : An-Nasai ) 9. Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit t berkata : Kami bersahur bersama Rasulullah saw. kemudian kami bangkit untuk menunaikan shalat ( Shubuh ). saya berkata :Berapa saat jarak antara keduanya ( antara waktu sahur dan waktu Shubuh )?Ia berkata : Selama orang membaca limapuluh ayat. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim ) 10. Diriwayatkan dari Amru bin Maimun, ia berkata : Adalah para sahabat Muhammad saw. adalah orang yang paling menyegerakan berbuka dan melambatkan makan sahur. ( H.R : Al-Baihaqi ) 11. Telah bersabda Rasulullah saw: Apabila salah seorang diantara kamu mendengar adzan dan piring masih di tangannya janganlah diletakkan hendaklah ia menyelesaikan hajatnya ( makan/minum sahur ) daripadanya. (H.R : Ahmad dan Abu Daud dan Al-Hakiem ) 12. Diriwayatkan dari Abu Usamah ra. ia berkata : Shalat telah diiqamahkan, sedang segelas minuman masih di tangan Umar ra. beliau bertanya : Apakah ini boleh saya minum wahai Rasulullah ? Beliau r.a menjawab : ya, lalu ia meminumnya. ( H.R Ibnu Jarir ) 13. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. ia berkata :Adalah Rasulullah saw. orang yang paling dermawan dan beliau lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan ketika Jibril menemuinya, dan Jibril menemuinya pada setiap malam pada bulan Ramadhan untuk mentadaruskan beliau saw. al-quran dan benar-benar Rasulullah saw. lebih dermawan tentang kebajikan( cepat berbuat kebaikan ) daripada angin yang dikirim.(HR Al-Bukhary ) 14. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata :Adalah Rasulullah saw. menggalakkan qiyamullail (shalat malam ) di bulan Ramadhan tanpa memerintahkan secara wajib, maka beliau bersabda : Barang siapa yang shalat malam di bulan Ramadhan karena beriman dan mengharapkan pahala dari Allah, maka diampuni baginya dosanya yang telah lalu. ( H.R : Jamaah ) 15. Diriwayatkan dari Aisyah ra. Sesungguhnya Nabi saw. apabila memasuki sepuluh hari terakhir ( bulan Ramadhan ) beliau benar-benar menghidupkan malam (untuk beribadah ) dan membangunkan istrinya ( agar beribadah ) dengan mengencangkan ikatan sarungnya (tidak mengumpuli istrinya ). ( H.R : AlBukhary dan Muslim ) 16. Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata : Adalah Nabi saw. bersungguh-sungguh shalat malam pada sepuluh hari terakhir ( di bulan Ramadhan ) tidak seperti kesungguhannya dalam bulan selainnya. ( H.R : Muslim )

17. Diriwayatkan dari Abu salamah din Abdur Rahman, sesungguhnya ia telah bertanya kepada Aisyah ra: Bagaimana shalat malamnya Rasulullah saw di bulan Ramadhan ? maka ia menjawab : Rasulullah saw tidak pernah shalat malam lebih dari sebelas rakaat baik di bulan Ramadhan maupun di bulan lainnya, caranya : Beliau shalat empat rakaat jangan tanya baik dan panjangnya, kemudian shalat lagi empat rakaat jangan ditanya baik dan panjangnya, kemudian shalat tigarakaat. ( H.R : Al-Bukhary,Muslim dan lainnya ) 18. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata : Adalah Rasulullah saw. apabila bangun shalat malam, beliau membuka dengan shalat dua rakaat yang ringan, kemudian shalat delapan rakaat, kemudian shalat witir. ( H.R : Muslim ) 19. Diriwayatkan dari Ibnu Umar ia berkata : Ada seorang laki-laki berdiri lalu ia berkata : Wahai Rasulullah bagaimana cara shalat malam ? Maka Rasulullah r. menjawab : Shalat malam itu dua rakaat dua rakaat. Apabila kamu khawatir masuk shalat Shubuh, maka berwitirlah satu rakaat. ( H.R : Jamaah) 20. Dari Aisyah ra. ia berkata : Sesungguhnya Nabi saw shalat di masjid, lalu para sahabat shalat sesuai dengan shalat beliau ( bermakmum di belakang ), lalu beliau shalat pada malam kedua dan para sahabat bermakmum dibelakangnya bertambah banyak, kemudian pada malam yang ketiga atau yang keempat merekaberkumpul, maka Rasulullah saw tidak keluar mengimami mereka. Setelah pagi hari beliau bersabda : Saya telah tahu apa yang kalian perbuat, tidak ada yangmenghalangi aku untuk keluar kepada kalian ( untuk mengimami shalat ) melainkan aku khawatir shalat malam ini difardhukan atas kalian. Ini terjadi pada bulan Ramadhan. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim ) 21. Dari Ubay bin Kaab t. ia berkata : Adalah Rasulullah saw. shalat witir dengan membaca : Sabihisma Rabbikal Ala )dan ( Qul ya ayyuhal kafirun)dan (Qulhu wallahu ahad ). ( H.R : Ahmad, Abu Daud, Annasai dan Ibnu Majah ) 22. Diriwayatkan dari Hasan bin Ali t. ia berkata : Rasulullah saw. telah mengajarkan kepadaku beberapa kata yang aku baca dalam qunut witir : ( artinya ) Ya Allah berilah aku petunjuk beserta orang-orang yang telah engkau beri petunjuk, berilah aku kesehatan yang sempurna beserta orang yang telah engkau beri kesehatan yang sempurna, pimpinlah aku beserta orang yang telah Engkau pimpin, Berkatilah untukku apa yang telah Engkau berikan, peliharalah aku dari apa yang telah Engkau tentukan. Maka sesungguhnya Engkaulah yang memutuskan dan tiada yang dapat memutuskan atas Engkau, bahwa tidak akan hina siapa saja yang telah Engkau pimpin dan tidak akan mulia siapa saja yang Engkau musuhi. Maha agung Engkau wahai Rabb kami dan Maha Tinggi Engkau. ( H.R : Ahmad, Abu Daud, Annasai, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah ) 23. Dari Abu Hurairah ra. bahwa Nabi saw. bersabda :Barang siapa yang shalat malam menepati lailatul qadar, maka diampuni dosanya yang telah lalu. ( H.R :Jamaah ) 24. Diriwayatkan dari Aisyah ra. Sesungguhnya Rasulullah saw. telah bersabda : berusahalah untuk mencari lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir. (H.R : Muslim ) 25. Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. ia berkata : Dinampakkan dalam mimpi seorang laki-laki bahwa lailatul qadar pada malam kedua puluh tujuh, maka Rasulullah saw. bersabda : Sayapun bermimpi seperti mimpimu, ( ditampakkan pada sepuluh malam terakhir, maka carilah ia ( lailatul qadar ) pada malam-malam ganjil. ( H.R : Muslim ) 26. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata : Saya berkata kepada Rasulullah saw. Ya Rasulullah, bagaimana pendapat tuan bila saya mengetahui lailatul qadar,apa yang saya harus baca pada malam itu ? Beliau bersabda : Bacalah ( artinya ) Yaa Allah sesungguhnya Engkau maha pemberi ampun, Engkau suka kepada keampunan maka ampunilah daku. (H.R : At-Tirmidzi dan Ahmad ) 27. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata : Adalah Rasulullah saw mengamalkan itikaf pada sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan sampai beliau diwafatkan oleh Allah Azza wa Jalla. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim ) 28. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata : Adalah Rasulullah saw. apabila hendak beritikaf, beliau shalat shubuh kemudian memasuki tempat itikafnya. ( H.R :Jamaah kecuali At-Tirmidzi ) 29. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata : Adalah Rasulullah saw. apabila beritikaf , beliau mendekatkan kepalanya kepadaku, maka aku menyisirnya, dan adalah beliau tidak masuk ke rumah kecuali karena untuk memenuhi hajat manusia ( buang air, mandi dll) ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )

30. Allah taala berfirman : ( artinya ) Janganlah kalian mencampuri mereka( istri-istri kalian ) sedang kalian dalam keadaan itikaf dalam masjid. Itulah batas-batas ketentuan Allah, maka jangan di dekati ( Al-Baqarah : 187 ) 31. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw: Setiap amal anak bani Adam adalah untuknya kecuali puasa, ia adalah untukku dan aku yang memberikan pahala dengannya. Dan sesungguhnya puasa itu adalah benteng pertahanan, pada hari ketika kamu puasa janganlah berbuat keji , jangan berteriak-teriak ( pertengkaran ), apabila seorang memakinya sedang ia puasa maka hendaklah ia katakan : sesungguhnya saya sedang puasa . Demi jiwa Muhammad yang ada di tanganNya sungguh bau busuknya mulut orang yang sedang puasa itu lebih wangi disisi Allah pada hari kiamat daripada kasturi. Dan bagi orang yang puasa ada dua kegembiraan, apabila ia berbuka ia gembira dengan bukanya dan apabila ia berjumpa dengan Rabbnya ia gembira karena puasanya. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim) 32. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata : Sesungguhnya Nabi saw. telah bersabda : Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan bohong dan amalan kebohongan, maka tidak ada bagi Allah hajat ( untuk menerima ) dalam hal ia meninggalkan makan dan minumnya. ( H.R: Jamaah Kecuali Muslim ) Maksudnya Allah tidak merasa perlu memberi pahala puasanya 33. Bahwa sesungguhnya Nabi saw. bersabda kepada seorang wanita Anshar yang sering di panggil Ummu Sinan : Apa yang menghalangimu untuk melakukan haji bersama kami ? Ia menjawab : Keledai yang ada pada kami yang satu dipakai oleh ayahnya si fulan (suaminya ) untuk berhaji bersama anaknya sedang yang lain di pakai untuk memberi minum anak-anak kami. Nabi pun bersabda lagi : Umrah di bulan Ramadhan sama dengan mengerjakan haji atau haji bersamaku. ( H.R :Muslim) 34. Rasulullah sw. bersabda : Apabila datang bulan Ramadhan kerjakanlah umrah karena umrah di dalamnya (bulan Ramadhan ) setingkat dengan haji. ( H.R : Muslim) KESIMPULAN Ayat dan hadits-hadits tersebut di atas memberi pelajaran kepada kita bahwa dalam mengamalkan puasa Ramadhan kita perlu melaksanakan adab-adab sbb : 1. Berbuka apabila sudah masuk waktu Maghrib. ( dalil: 6 ) Sunnah berbuka adalah sbb : Disegerakan yakni sebelum melaksanakan shalat Maghrib dengan makanan yang ringan seperti kurma, air saja, setelah itu baru melaksanakan shalat. ( dalil: 2,3 dan 4 ) Tetapi apabila makan malam sudah dihidangkan, maka terus dimakan, jangan shalat dahulu. ( dalil : 6 ) Setelah berbuka berdoa dengan doa sbb : Artinya : Telah hilang rasa haus, dan menjadi basah semua urat-urat dan pahala tetap wujud insya Allah. ( dalil: 5 ) 2. Makan sahur. ( dalil : 7 dan 8 ) Adab-adab sahur : a. Dilambatkan sampai akhir malam mendekati Shubuh. (dalil 9 dan 10 ) b. Apabila pada tengah makan atau minum sahur lalu mendengar adzan Shubuh, maka sahur boleh diteruskan sampai selesai, tidak perlu dihentikan di tengah sahur karena sudah masuk waktu Shubuh. ( dalil 11 dan 12 ) * Imsak tidak ada sunnahnya dan tidak pernah diamalkan pada zaman sahabat maupun tabiin. 3. Lebih bersifat dermawan (banyak memberi, banyak bershadaqah, banyak menolong) dan banyak membaca al-quran ( dalil : 13 ) 4. Menegakkan shalat malam / shalat Tarawih dengan berjamaah. Dan shalat Tarawih ini lebih digiatkan lagi pada sepuluh malam terakhir( 20 hb. sampai akhir Ramadhan). (dalil : 14,15 dan 16 ) Cara shalat Tarawih adalah : Dengan berjamaah. ( dalil : 19 ) Tidak lebih dari sebelas rakaat yakni salam tiap dua rakaat dikerjakan empat kali, atau salam tiap empat rakaat dikerjakan dua kali dan ditutup dengan witir tiga rakaat. ( dalil : 17 ) Dibuka dengan dua rakaat yang ringan. ( dalil : 18) Bacaan dalam witir : Rakaat pertama : Sabihisma Rabbika. Rokat kedua : Qul yaa ayyuhal kafirun. Rakaat ketiga : Qulhuwallahu ahad. ( dalil : 21 ) Membaca doa qunut dalam shalat witir. ( dalil 22 ) 5. Berusaha menepati lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir, terutama pada malam-malam ganjil. Bila dirasakan menepati lailatul qadar hendaklah lebih giat

beribadah dan membaca : Yaa Allah Engkaulah pengampun, suka kepada keampunan maka ampunilah aku. ( dalil : 25 dan 26 ) 6. Mengerjakan itikaf pada sepuluh malam terakhir. (dalil : 27 ) Cara itikaf : a. Setelah shalat Shubuh lalu masuk ke tempat itikaf di masjid. ( dalil 28 ) b. Tidak keluar dari tempat itikaf kecuali ada keperluan yang mendesak. ( dalil : 29 ) c. Tidak mencampuri istri dimasa itikaf. ( dalil : 30) 7. Mengerjakan umrah. ( dalil : 33 dan 34 ) 8. Menjauhi perkataan dan perbuatan keji dan menjauhi pertengkaran. (dalil : 31 dan 32 ) Maraji (Daftar Pustaka) 1. Al-Quranul Kariem 2. Tafsir Aththabariy. 3. Tafsir Ibnu Katsier. 4. Irwaa-Ul Ghaliel, Nashiruddin Al-Albani. 5. Fiqh Sunnah, Sayyid Sabiq. 6. Tamaamul Minnah, Nashiruddin Al-Albani. Oleh Ustadz Abu Rasyid www.sabah.org.my Incoming search terms: cara malam puasa nabi da istrinya di bulan ramadhan dalil sahur Diriwayatkan dari Ibnu Umar ia berkata : Ada seorang laki-laki berdiri lalu ia berkata : Wahai Rasulullah bagaimana cara shalat malam ? Maka Rasulullah r menjawab : Shalat malam itu dua rakaat dua rakaat Apabila kamu khawatir masuk shalat Shubuh maka tidak benar dalam berpuasa ramadhan

(http://www.f-adikusumo.staff.ugm.ac.id/artikel/hikmah1.html)

HIKMAH PUASA DALAM TINJAUAN AGAMA DAN ILMU PENGETAHUAN


(Oleh : Fajar Adi Kusumo)
Manusia merupakan makhluk yang tertinggi derajatnya, oleh karena itu manusia diutus oleh Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi. Sebagai makhluk yang tertinggi yang membedakan antara manusia dengan makhluk Allah yang lain adalah manusia dikaruniai oleh Allah dengan akal sedangkan makhluk Allah yang lain tidak. Dengan akalnya ini manusia berusaha sejauh mungkin untuk mengupas rahasia-rahasia alam karena alam semesta ini diciptakan oleh Allah dan tak akan lepas dari tujuannya untuk memenuhi kebutuhan makhluknya. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam salah satu firman-Nya : "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini (langit dan bumi) dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka" (QS. Ali Imran : 191) Ayat inilah yang membuat orang mulai berpikir untuk mencari hikmah dan manfaat yang terkandung dalam setiap perintah maupun larangan Allah diantaranya adalah hikmah yang tersembunyi dari kewajiban menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan yang diperintahkan oleh Allah khusus kepada orang-orang yang beriman. Hal ini seperti disebutkan di dalam firman Allah yaitu : "Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa" (QS. Al Baqarah : 183) Sudah barang tentu hikmah puasa tersebut sangat banyak baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan umat (masyarakat) pada umumnya. Diantara hikmah-hikmah tersebut yang terpenting dan mampu dijangkau oleh akal pikiran manusia sampai saat ini antara lain : a. Memelihara kesehatan jasmani (Badaniyah) Sudah menjadi kesepakatan para ahli medis, bahwa hampir semua penyakit bersumber pada makanan dan minuman yang mempengaruhi organ-organ pencernaan di dalam perut. Maka sudah sewajarnyalah jika dengan berpuasa organ-organ pencernaan di dalam perut yang selama ini terus bekerja mencerna dan mengolah makanan untuk sementara diistirahatkan mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari selama satu bulan. Dengan berpuasa ini maka ibarat mesin, organ-organ pencernaan tersebut diservis dan dibersihkan, sehingga setelah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan Insya Allah kita menjadi sehat baik secara jasmani maupun secara rohani. Hal ini memang sudah disabdakan oleh Rasulullah SAW dalam salah satu haditsnya yang diriwayatkan oleh Ibnu Suny dan Abu Nuaim yaitu :

Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda : "Berpuasalah maka kamu akan sehat" (HR. Ibnu Suny dan Abu Nuaim) Juga dalam hadits yang lain dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda : "Bagi tiap-tiap sesuatu itu ada pembersihnya dan pembersih badan kasar (jasad) ialah puasa" (HR. Ibnu Majah) Dalam penelitian ilmiah, kebenaran hadis ini terbukti antara lain : 1. Fasten Institute (Lembaga Puasa) di Jerman menggunakan puasa untuk menyembuhkan penyakit yang sudah tidak dapat diobati lagi dengan penemuan-penemuan ilmiah dibidang kedokteran. Metode ini juga dikenal dengan istilah "diet" yang berarti menahan / berpantang untuk makanan-makanan tertentu. 2. Dr. Abdul Aziz Ismail dalam bukunya yang berjudul "Al Islam wat Tibbul Hadits" menjelaskan bahwa puasa adalah obat dari bermacam-macam penyakit diantaranya kencing manis (diabetes), darah tinggi, ginjal, dsb. 3. Dr. Alexis Carel seorang dokter internasional dan pernah memperoleh penghargaan nobel dalam bidang kedokteran menegaskan bahwa dengan berpuasa dapat membersihkan pernafasan. 4. Mac Fadon seorang dokter bangsa Amerika sukses mengobati pasiennya dengan anjuran berpuasa setelah gagal menggunakan obat-obat ilmiah. b. Membersihkan rohani dari sifat-sifat hewani menuju kepada sifat-sifat malaikat Hal ini ditandai dengan kemampuan orang berpuasa untuk meninggalkan sifat-sifat hewani seperti makan, minum (di siang hari). Mampu menjaga panca indera dari perbuatanperbuatan maksiat dan memusatkan pikiran dan perasaan untuk berzikir kepada Allah (Zikrullah). Hal ini merupakan manifestasi (perwujudan) dari sifat-sifat malaikat, sebab malaikat merupakan makhluk yang paling dekat dengan Allah, selalu berzikir kepada Allah, selalu bersih, dan doanya selalu diterima. Dengan demikian maka wajarlah bagi orang yang berpuasa mendapatkan fasilitas dari Allah yaitu dipersamakan dengan malaikat. Hal ini diperkuat oleh sabda Rasulullah dalam salah satu haditsnya yang diriwayatkan oleh Turmudzi yaitu : "Ada tiga golongan yang tidak ditolak doa mereka yaitu orang yang berpuasa sampai ia berbuka, kepala negara yang adil, dan orang yang teraniaya"(HR. Turmudzi). Juga dalam hadits lain dari Abdullah bin Amr bin As, Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya orang yang berpuasa diwaktu ia berbuka tersedia doa yang makbul" (HR. Ibnu Majah)

Disamping itu hikmah yang terpenting dari berpuasa adalah diampuni dosanya oleh Allah SWT sehingga jiwanya menjadi bersih dan akan dimasukkan ke dalam surga oleh Allah SWT. Hal ini diperkuat dengan hadits Nabi yaitu : Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda : "Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan perhitungannya (mengharapkan keridlaan Allah) maka diampunilah dosa-dosanya. (HR. Bukhari) Juga dari hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari yaitu : Dari Sahl r.a dari Nabi SAW beliau bersabda : "Sesungguhnya di dalam surga ada sebuah pintu yang disebut dengan Rayyan. Pada hari kiamat orang-orang yang berpuasa akan masuk surga dari pintu itu. Tidak seorangpun masuk dari pintu itu selain mereka. (Mereka) dipanggil : Mana orang yang berpuasa ? Lalu mereka berdiri. Setelah mereka itu masuk, pintu segera dikunci, maka tidak seorangpun lagi yang dapat masuk" (HR. Bukhari) Dengan demikian maka dapatlah disimpulkan bahwa berpuasa membawa manfaat yang sangat besar bagi manusia baik sebagai makhluk pribadi maupun makhluk sosial. Sehingga setelah seseorang selesai menjalankan ibadah puasa di Bulan Suci Ramadhan diharapkan ia menjadi bersih dan sehat baik jasmani maupun rohani dan kembali suci bagai bayi yang baru lahir. Amiin.

Daftar Pustaka : - M. Noor Matdawam, Ibadah puasa dan amalan-amalan di Bulan Suci Ramadhan - M Noor Matdawam, Pembinaan dan Pemantapan Dasar Agama - Maftuh Ahnan, Mutiara Hadits Shahih Bukhari - Al Quran

(http://www.shiar-islam.com/doc9.htm)

HIKMAH PUASA RAMADHAN Oleh Ustaz Syed Hasan Alatas "Wahai orang-orang yang beriman ! Diwajibkan kepada kamu puasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kamu,supaya kamu menjadi orangorang yang bertaqwa." (S.al-Baqarah:183) PUASA menurut syariat ialah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa (seperti makan, minum, hubungan kelamin, dan sebagainya) semenjak terbit fajar sampai terbenamnya matahari,dengan disertai niat ibadah kepada Allah,karena mengharapkan redho-Nya dan menyiapkan diri guna meningkatkan Taqwa kepadaNya. RAMAHDAH bulan yang banyak mengandung Hikmah didalamnya.Alangkah gembiranya hati mereka yang beriman dengan kedatangan bulan Ramadhan. Bukan sahaja telah diarahkan menunaikan Ibadah selama sebulan penuh dengan balasan pahala yang berlipat ganda,malah dibulan Ramadhan Allah telah menurunkan kitab suci al-Quranulkarim,yang menjadi petunjuk bagi seluruh manusia dan untuk membedakan yang benar dengan yang salah. Puasa Ramadhan akan membersihkan rohani kita dengan menanamkan perasaan kesabaran, kasih sayang, pemurah, berkata benar, ikhlas, disiplin, terthindar dari sifat tamak dan rakus, percaya pada diri sendiri, dsb. Meskipun makanan dan minuman itu halal, kita mengawal diri kita untuk tidak makan dan minum dari semenjak fajar hingga terbenamnya matahari,karena mematuhi perintah Allah.Walaupun isteri kita sendiri, kita tidak mencampurinya diketika masa berpuasa demi mematuhi perintah Allah s.w.t. Ayat puasa itu dimulai dengan firman Allah:"Wahai orang-orang yang beriman" dan disudahi dengan:" Mudah-mudahan kamu menjadi orang yang bertaqwa."Jadi jelaslah bagi kita puasa Ramadhan berdasarkan keimanan dan ketaqwaan.Untuk menjadi orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah kita diberi kesempatan selama sebulan Ramadhan,melatih diri kita,menahan hawa nafsu kita dari makan dan minum,mencampuri isteri,menahan diri dari perkataan dan perbuatan yang siasia,seperti berkata bohong, membuat fitnah dan tipu daya, merasa dengki dan khianat, memecah belah persatuan ummat, dan berbagai perbuatan jahat lainnya.Rasullah s.a.w.bersabda:

"Bukanlah puasa itu hanya sekedar menghentikan makan dan minum tetapi puasa itu ialah menghentikan omong-omong kosong dan kata-kata kotor." (H.R.Ibnu Khuzaimah) Beruntunglah mereka yang dapat berpuasa selama bulan Ramadhan, karena puasa itu bukan sahaja dapat membersihkan Rohani manusia juga akan membersihkan Jasmani manusia itu sendiri, puasa sebagai alat penyembuh yang baik. Semua alat pada tubuh kita senantiasa digunakan, boleh dikatakan alat-alat itu tidak berehat selama 24 jam. Alhamdulillah dengan berpuasa kita dapat merehatkan alat pencernaan kita lebih kurang selama 12 jam setiap harinya. Oleh karena itu dengan berpuasa, organ dalam tubuh kita dapat bekerja dengan lebih teratur dan berkesan. Perlu diingat ibadah puasa Ramadhan akan membawa faaedah bagi kesehatan rohani dan jasmani kita bila ditunaikan mengikut panduan yang telah ditetapkan, jika tidak maka hasilnya tidaklah seberapa malah mungkin ibadah puasa kita sia-sia sahaja. Allah berfirman yang maksudnya: "Makan dan minumlah kamu dan janganlah berlebih-lebihan sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (s.al-A'raf:31) Nabi s.a.w.juga bersabda: "Kita ini adalah kaum yang makan bila lapar, dan makan tidak kenyang." Tubuh kita memerlukan makanan yang bergizi mengikut keperluan tubuh kita. Jika kita makan berlebih-lebihan sudah tentu ia akan membawa muzarat kepada kesehatan kita. Boleh menyebabkan badan menjadi gemuk, dengan mengakibatkan kepada sakit jantung, darah tinggi, penyakit kencing manis, dan berbagai penyakit lainnya. Oleh itu makanlah secara sederhana, terutama sekali ketika berbuka, mudah-mudahan Puasa dibulan Ramadhan akan membawa kesehatan bagi rohani dan jasmani kita. Insy Allah kita akan bertemu kembali. Allah berfirman yang maksudnya: "Pada bulan Ramadhan diturunkan al-Quran pimpinan untuk manusia dan penjelasan keterangan dari pimpinan kebenaran itu, dan yang memisahkan antara kebenaran dan kebathilan. Barangsiapa menyaksikan (bulan) Ramadhan, hendaklah ia mengerjakan puasa. (s.al-Baqarah:185)

http://organisasi.org/keutamaan-kegunaan-manfaat-puasa-ramadhan-fungsi-tujuan-puasa-dibulan-ramadan-yang-suci

Keutamaan/Kegunaan/Manfaat Puasa Ramadhan & Fungsi/Tujuan Puasa Di Bulan Ramadan Yang Suci
Tue, 02/09/2008 - 1:42am godam64 Puasa wajib ramadhan adalah puasa dengan hukum wajib 'ain yang harus dilakukan oleh setiap orang islam beriman di bulan ramadan yang telah dewasa (akil balig), waras, mampu, merdeka dan tidak dalam safar sesuai dengan perintah langsung dari Allah SWT dalam firmanNya di dalam Kita Suci Al-Qur'an. Puasa merupakan ibadah wajib yang ada dalam rukun islam dengan menahan lapar dan haus serta hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa mulai dari terbit fajar di timur hingga terbenam matahari di barat. Orang yang melanggar aturan puasa akan batal puasanya dan wajib mengganti puasanya dengan hari lain di luar romadon. ----Firman Allah Mengenai Puasa Ramadhan : "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa" (Q.S. Al-Baqarah: 183) "(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (Q.S. Al-Baqarah: 184). (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kalian hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagi kalian, dan tidak menghendaki kesukaran bagi kalian. Dan hendaklah kalian mencukupkan bilangannya dan hendaklah kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang

diberikan kepada kalian, supaya kalian bersyukur. (Q.S. Al-Baqarah: 185) ----Fungsi / tujuan puasa selama satu bulan penuh di bulan suci ramadhan adalah sangat baik, yaitu untuk meningkatkan ketaqwaan kita kepada Tuhan yang menciptakan kita Allah SWT. Di samping itu juga terdapat banyak sekali guna dan manfaat dari melaksanakan puasa ramadhan yaitu baik untuk jasmani maupun rohani. Berikut ini adalah beberapa Manfaat dan Hikmah Puasa Ramadhan : 1. Membuat kita lebih taqwa kepada Allah SWT. 2. Mendapatkan pahala yang melimpah ruah. 3. Memberikan efek yang menyehatkan tubuh kita dan dapat menyembuhkan berbagai penyakit. 4. Melatih kita untuk menahan nafsu bejat selama hidup di dunia fana. 5. Mendorong kita untuk selalu berbuat kebajikan. 6. Bisa memasukkan kita ke dalam surga jika kita telah mati. 7. Melatih sabar, pengendalian diri, disiplin, jujur, emosi, dll. 8. Mempersempit jalan aliran darah di mana setan berlalu-lalang. 9. Mempererat tali silaturahmi dengan sahur dan buka puasa bersama. 10. Menghilangkan dosa di antara manusia dengan saling maaf-memaafkan di hari lebaran idul fitri kembali ke fitrah manusia. Berikut ini adalah beberapa Keutamaan Puasa Ramadhan : 1. Orang yang berpuasa ramadhan bisa masuk ke dalam surga ar-raiyan. 2. Puasa bisa menjadi penebus dosa. 3. Orang yang berpuasa akan mendapatkan kegembiraan. 4. Puasa adalah penangkal. 5. Mendapatkan ganjaran dari Allah tanpa hitungan. 6. Bau mulut orang yang melakukan puasa bagi Allah SWT wanginya lebih wangi dari bau kesturi. 7. Puasa dan Al-quran memberikan syafaat. Puasa hanya wajib bagi orang islam yang beriman kepada Allah SWT. Jika anda tidak beriman, maka anda tidak wajib puasa. Selamat menunaikan ibadah Puasa bagi yang menjalankannya. Semoga pol puasanya dan jangan lupa niat puasa sebelum menjalankan ibadah puasanya :)

http://islamic-center.mygoo.org/t16-salah-satu-fungsi-puasa

SALAH SATU FUNGSI PUASA


Islamic Center of Indonesia :: ISLAMIC CENTER INDONESIA :: SYARIAH
Page 1 of 1 Share Actions

SALAH SATU FUNGSI PUASA


Admin on Sun Aug 08, 2010 7:48 am
. . . . . Semua ibadah, bertujuan menyucikan jiwa. Banyak tertulis dalam Qur'an tentang menyucikan jiwa. Raga ini tidak akan dimintai tanggung jawab, tapi jiwa inilah yang akan ditanyai diakhirat kelak, sedang raga-lah yang berbicara menjadi saksi perbuatan kita. Tujuan utama puasa diantaranya ialah melatih belas kasihan pada fakir yang kesulitan makan, menahan hawa nafsu, menahan pandangan mata, menahan diri dari ghibah/membicarakan orang lain, menahan diri dari perkataan kasar, menahan diri dari suudzon, menahan diri dari dengki, amarah dan lainnya. Disamping itu, ada pula fungsi bagi kesehatan kita. Dan salah satu fungsi itu ialah untuk KESEHATAN KULIT. Alvenia M. Fulton, Direktur Lembaga Makanan Sehat "Fultonia" di Amerika Serikat menyatakan bahwa puasa adalah cara terbaik untuk memperindah dan mempercantik wanita secara alami. Puasa menghasilkan kelembutan pesona dan daya pikat.

Puasa menormalkan fungsi-fungsi kewanitaan dan membentuk kembali keindahan tubuh (fasting is the ladies best beautifier, it brings grace charm and poice, it normalizes female functions and reshapes the body contour). PUASA memiliki banyak hikmah dan manfaat untuk kesehatan tubuh, ketenangan jiwa, dan kecantikan. Saat berpuasa, organ-organ tubuh dapat beristirahat dan miliaran sel dalam tubuh bisa menghimpun diri untuk bertahan hidup. Puasa berfungsi sebagai detoksifikasi untuk mengeluarkan kotoran, toksin/racun dari dalam tubuh, meremajakan sel-sel tubuh dan mengganti sel-sel tubuh yang sudah rusak dengan yang baru serta untuk memperbaiki fungsi hormon, menjadikan kulit sehat dan meningkatkan daya tahan tubuh karena manusia mempunyai kemampuan terapi alamiah. Puasa dapat membuat kulit menjadi segar, sehat, lembut, dan berseri. Karena, setiap saat tubuh mengalami metabolisme energi, yaitu peristiwa perubahan dari energi yang terkandung dalam zat gizi menjadi energi potensial dalam tubuh. Sisanya akan disimpan di dalam tubuh, sel ginjal, sel kulit, dan pelupuk mata serta dalam bentuk lemak dan glikogen. Manusia mempunyai cadangan energi yang disebut glikogen. Cadangan energi tersebut dapat bertahan selama 25 jam. Cadangan gizi inilah yang sewaktu-waktu akan dibakar menjadi energi, jika tubuh tidak mendapat suplai pangan dari luar. Ketika berpuasa, cadangan energi yang tersimpan dalam organ-organ tubuh dikeluarkan sehingga melegakan pernapasan organ-organ tubuh serta sel-sel penyimpanannya. Peristiwa ini disebut peremajaan sel. Dengan meremajakan sel-sel tubuh, akan bermanfaat untuk meningkatkan kekebalan dan kesehatan tubuh serta kulit kita. Oleh karena itu, orang yang sering berpuasa kulitnya akan terlihat lebih segar, sehat, lembut, dan berseri karena proses peremajaan sel dalam tubuhnya berjalan dengan baik. Supaya selalu tercipta kondisi sehat, bugar dan cantik saat berpuasa, sebaiknya pada waktu berbuka maupun sahur selalu mengonsumsi makanan sehat yang memenuhi unsur pola makan empat sehat lima sempurna dan bergizi lengkap. Dengan cara itu, tentunya dapat menunjang ibadah puasa yang kita dilakukan. Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. QS. 4 An-Nisaa':82 Subhanallah Walhamdulillah Wallaahu Akbar...

1 lagi bukti... Islam TERBUKTI BENAR..... Qs.3 Ali Imran:85. Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. _________________ Islamic Center of Indonesia

http://gilang07.wordpress.com/2010/07/14/salah-satu-fungsi-puasa/

Salah Satu Fungsi Puasa


Posted by Blog Gilang pada 14/07/2010 Semua ibadah, bertujuan menyucikan jiwa. Banyak tertulis dalam Quran tentang menyucikan jiwa. Raga ini tidak akan dimintai tanggung jawab, tapi jiwa inilah yang akan ditanyai diakhirat kelak, sedang raga-lah yang berbicara menjadi saksi perbuatan kita. Tujuan utama puasa diantaranya ialah melatih belas kasihan pada fakir yang kesulitan makan, menahan hawa nafsu, menahan pandangan mata, menahan diri dari ghibah/membicarakan orang lain, menahan diri dari perkataan kasar, menahan diri dari suudzon, menahan diri dari dengki, amarah dan lainnya. Disamping itu, ada pula fungsi bagi kesehatan kita. Dan salah satu fungsi itu ialah untuk KESEHATAN KULIT. Alvenia M. Fulton, Direktur Lembaga Makanan Sehat Fultonia di Amerika Serikat menyatakan bahwa puasa adalah cara terbaik untuk memperindah dan mempercantik wanita secara alami. Puasa menghasilkan kelembutan pesona dan daya pikat. Puasa menormalkan fungsi-fungsi kewanitaan dan membentuk kembali keindahan tubuh (fasting is the ladies best beautifier, it brings grace charm and poice, it normalizes female functions and reshapes the body contour). PUASA memiliki banyak hikmah dan manfaat untuk kesehatan tubuh, ketenangan jiwa, dan kecantikan. Saat berpuasa, organ-organ tubuh dapat beristirahat dan miliaran sel dalam tubuh bisa menghimpun diri untuk bertahan hidup. Puasa berfungsi sebagai detoksifikasi untuk mengeluarkan kotoran, toksin/racun dari dalam tubuh, meremajakan sel-sel tubuh dan mengganti sel-sel tubuh yang sudah rusak dengan yang baru serta untuk memperbaiki fungsi hormon, menjadikan kulit sehat dan meningkatkan daya tahan tubuh karena manusia mempunyai kemampuan terapi alamiah. Puasa dapat membuat kulit menjadi segar, sehat, lembut, dan berseri. Karena, setiap saat tubuh mengalami metabolisme energi, yaitu peristiwa perubahan dari energi yang terkandung dalam zat gizi menjadi energi potensial dalam tubuh. Sisanya akan disimpan di dalam tubuh, sel ginjal, sel kulit, dan pelupuk mata serta dalam bentuk lemak dan glikogen. Manusia mempunyai cadangan energi yang disebut glikogen. Cadangan energi tersebut dapat bertahan selama 25 jam. Cadangan gizi inilah yang sewaktu-waktu akan dibakar menjadi energi, jika tubuh tidak mendapat suplai pangan dari luar.

Ketika berpuasa, cadangan energi yang tersimpan dalam organ-organ tubuh dikeluarkan sehingga melegakan pernapasan organ-organ tubuh serta sel-sel penyimpanannya. Peristiwa ini disebut peremajaan sel. Dengan meremajakan sel-sel tubuh, akan bermanfaat untuk meningkatkan kekebalan dan kesehatan tubuh serta kulit kita. Oleh karena itu, orang yang sering berpuasa kulitnya akan terlihat lebih segar, sehat, lembut, dan berseri karena proses peremajaan sel dalam tubuhnya berjalan dengan baik. Supaya selalu tercipta kondisi sehat, bugar dan cantik saat berpuasa, sebaiknya pada waktu berbuka maupun sahur selalu mengonsumsi makanan sehat yang memenuhi unsur pola makan empat sehat lima sempurna dan bergizi lengkap. Dengan cara itu, tentunya dapat menunjang ibadah puasa yang kita dilakukan. Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. QS. 4 AnNisaa:82

http://hotsidesite.blogspot.com/2010/08/salah-satu-fungsi-puasa.html

PUASA memiliki banyak hikmah dan manfaat untuk kesehatan tubuh, ketenangan jiwa, dan kecantikan. Saat berpuasa, organ-organ tubuh dapat beristirahat dan miliaran sel dalam tubuh bisa menghimpun diri untuk bertahan hidup. Puasa berfungsi sebagai detoksifikasi untuk mengeluarkan kotoran, toksin/racun dari dalam tubuh, meremajakan sel-sel tubuh dan mengganti sel-sel tubuh yang sudah rusak dengan yang baru serta untuk memperbaiki fungsi hormon, menjadikan kulit sehat dan meningkatkan daya tahan tubuh karena manusia mempunyai kemampuan terapi alamiah. Puasa dapat membuat kulit menjadi segar, sehat, lembut, dan berseri. Karena, setiap saat tubuh mengalami metabolisme energi, yaitu peristiwa perubahan dari energi yang terkandung dalam zat gizi menjadi energi potensial dalam tubuh. Sisanya akan disimpan di dalam tubuh, sel ginjal, sel kulit, dan pelupuk mata serta dalam bentuk lemak dan glikogen. Manusia mempunyai cadangan energi yang disebut glikogen. Cadangan energi tersebutdap at bertahan selama 25 jam. Cadangan gizi inilah yang sewaktu-waktu akan dibakar menjadi energi, jika tubuh tidak mendapat suplai pangan dari luar. Ketika berpuasa, cadangan energi yang tersimpan dalam organ-organ tubuh dikeluarkan sehingga melegakan pernapasan organ-organ tubuh serta sel-sel penyimpanannya. Peristiwa ini disebut peremajaan sel. Dengan meremajakan sel-sel tubuh, akan bermanfaat untuk meningkatkan kekebalan dan kesehatan tubuh serta kulit kita. Oleh karena itu, orang yang sering berpuasa kulitnya akan terlihat lebih segar, sehat, lembut, dan berseri karena proses peremajaan sel dalam tubuhnya berjalan dengan baik. Supaya selalu tercipta kondisi sehat, bugar dan cantik saat berpuasa, sebaiknya pada waktu berbuka maupun sahur selalu mengonsumsi makanan sehat yang memenuhi unsur pola makan empat sehat lima sempurna dan bergizi lengkap. Dengan cara itu, tentunya dapat menunjang ibadah puasa yang kita dilakukan. Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. QS. 4 An-Nisaa':82 Subhanallah Walhamdulillah Wallaahu Akbar... 1 lagi bukti... Islam TERBUKTI BENAR..... Qs.3 Ali Imran:85. Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.

Anda mungkin juga menyukai