Anda di halaman 1dari 26

A.

Disiplin Diri
1. Pengertian Disiplin

Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar. Dari kata ini timbul kata
Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Disiplin berasal dari bahasa Inggris yaitu
“disciple” yang berarti pengikut atau murid dan sekarang kata disiplin mengalami
perkembangan makna dalam beberapa pengertian. Pertama, disiplin diartikan sebagai
kepatuhan terhadap peratuaran atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian. Kedua disiplin
sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib. Perkataan
disiplin mempunyai arti latihan dan ketaatan kepada aturan. Dengan melaksanakan disiplin,
berarti semua pihak dapat menjamin kelangsungan hidup dan kelancaran kegiatan belajar,
bekerja, dan berusaha. Kemauan kerja keras yang kita peroleh dari disiplin, akan melahirkan
mental yang kuat dan tidak mudah menyerah walaupun dalam keadaan sulit.

Disiplin adalah sikap mental yang tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku
perorangan, kelompok, atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan,
ketentuan, etika, norma, dan kaidah yang berlaku.

Dari pengertian diatas kita dapat simpulkan bahwa disiplin mengacu pada pola tingkah
laku dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Adanya hastrat yang kuat untuk melakukan apa yang sudah menjadi peraturan di
masyarakat.
2) Adanya perilaku yang dikendalikan.
3) Adanyan ketaatan (obedience).
Pada dasarnya disiplin muncul dari kebiasaan hidup dan kehidupan belajar dan mengajar
yang teratur serta mencintai dan menghargai pekerjaannya. Jadikanlah dirimu untuk selalu
menjadi pribadi yang disiplin seperi dengan mematuhi berbagai aturan yang telah ditetapkan
juga merupakan salah satu contoh cara disiplin diri, karena dengan kita mematuhi peraturan
yang ada, itu berarti sama halnya dengan kita sedang berusaha untuk menciptakan suatu tujuan
tertentu.
Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan
dan atau ketertiban (Prijodarminto 1994:23). Sedangkan Menurut Amatembun (1974:6)
kedisiplinan adalah keadaan tertib dimana orang yang tergabung dalam organisasi tunduk pada
peraturan yang telah ada dengan senang hati. Berdasarkan pengertian tersebut, yang dimaksud
kedisiplinan dalam penelitian ini adalah keadaan tertib dimana siswa yang tergabung dalam
warga sekolah harus tunduk pada peraturan atau tata tertib sekolah yang telah ada dengan
senang hati.
Untuk mencapai suatu keberhasilan seseorang harus mulai hidup disiplin , kedisiplinan
harus dimulai dari kecil , agar di saat dewasa nanti seseorang tersebut biasa mencapai suatu
keberhasilan. Dan kedisiplinan dapat dimulai dari lingkungan keluarga , kemudian di
lingkungan belajar mengajar dan lingkungan masyarakat.
a. Kedisiplinan di lingkungan keluarga dimulai daritidur dan bangun tepat waktu, taat
melakukan shalat 5 waktu (ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa), merapikan tempat
tidur dan kamar, makan dengan teratur, kemudian, melakukan kegiatan secara teratur,
melakukan tugas-tugas pekerjaan rumah tangga (membantu orang tua), menyiapkan dan
membenahi keperluan belajarnya, mematuhi tata tertib di rumah, menjaga kebersihan rumah.
b. Kedisiplinan di lingkungan mengajar misalnya pelaksanaan tata tertib, tidak terlambat,
membuang sampah pada tempat sampah
c. Kedisiplinan di lingkungan masyarakat bisa berupa ketaatan terhadaprambu-rambu lalu
lintas, kesopanan dalam bertamu, menjaga kebersihan lingkungan, menjaga keamanan
lingkungan, kesopanan dalam bertamu dan tidak mengganggu tetangga
Kedisiplinan dapat dilatih dengan menekankan pada pikiran dan watak untuk
menghasilkan kendali diri, kebiasaan untuk patuh dan sebagainya.Latihan- latihan itu dalam
rangka menghasilkan kebiasaan patuh dapat dilihat pada penanaman kedisiplinan di kalangan
angkatan bersenjata, ibadah puasa dapat digolongkan sebagai latihan yang tujuannya untuk
penanaman kedisiplinan guna mempertinggi daya kendali diri.Orang-orang yang berdisiplin
adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya.Tetapi perkembangan teknologi dan
pertumbuhan ekonomi yang pesat mengakibatkan terjadinya perubahan dalam
masyarakatberupa pergeseran nilai-nilai serta tradisi yang ada, yang berpengaruh terhadap sikap
serta pandangan hidup manusia, sehingga terjadi hal-hal yang tak terkendali.Hal ini
memperjelas pengertian bahwa pada hakikatnya kedisiplinan mengandung beberapa unsur,
yakni ketaatan, pengetahuan, kesadaran, ketertiban perasaan senang di dalam menjalankan
tugas dan mematuhi atau mentaati segala peraturan perundangan yang berlaku.Sehingga peran
kedisiplinan adalah sebagai pencipta suatu kondisi di mana individu, masyarakat dan aparatur
pemerintah mematuhi semua peraturan dan ketentuan yang ada sehingga tercapainya suatu
keadaan yang tertib dan teratur.
Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa kedisiplinan adalah sikap
seseorang yang menunjukkan ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan atau tata tertib yang
telah ada dan dilakukan dengan senang hati dan kesadaran diri.
2. Macam – Macam Kedisiplinan
a) Disiplin dalam Menggunakan Waktu
Maksudnya bisa menggunakan dan membagi waktu dengan baik. Karena waktu amat
berharga dan salah satu kunci kesuksesan adalah dengan bisa menggunakan waktu dengan baik
b) Disiplin dalam Beribadah
Maksudnya ialah senantiasa beribadah dengan peraturan-peratuaran yang terdapat
didalamnya. Kedisiplinan dalam beribadah amat dibutuhkan, Allah SWT senantiasa
menganjurkan manusia untuk disiplin.
c) Disiplin dalam Masyarakat
Contohnya adalah ketika ada kegiatan kerja bakti, maka sebagai warga masyarakat
kita juga ikut membantu.
d) Disiplin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Sebagai warga Negara yang baik, kita harus mematuhi peraturan perundang-undangan
yang ada di Indonesia supaya Negara tertib dan aman. Kedisiplinan merupakan hal yang amat
menentukan dalam proses pencapaian tujuan pendidikan, sampai terjadi erosi disiplin maka
pencapaian tujuan pendidikan akan terhambat, diantara faktor-faktor yang mempengaruhinya
adalah :
1) Faktor tuntutan materi lebih banyak sehingga bagaimana pun jalannya, banyak ditempuh
untuk menutupi tuntutan hidup
2) Munculnya selera beberapa manusia yang ingin terlepas dari ikatan dan aturan serta ingin
sebebas-bebasnya
3) Pola dan sistem pendidikan yang sering berubah
4) Motivasi belajar para peserta didik dan para pendidik menurun
5) Longgarnya peraturan yang ada
Pada dasarnya disiplin muncul dari kebiasaan hidup dan kehidupan belajar dan mengajar
yang teratur serta mencintai dan menghargai pekerjaannya. Macam-macam bentuk disiplin
selain seperti yang disebutkan diatas, disiplin juga terbagi menjadi:
a) Disiplin Diri Pribadi
Disiplin diri merupakan kunci bagi kedisiplinan pada lingkungan yang lebih luas lagi.
Disiplin diri pribadi adalah pengarahan diri ke setiap tujuan yang diinginkan melalui latihan dan
peningkatan kemampuan. Disiplin pribadi merupakan perintah kerelaan untuk melakukan
disiplin. Contoh disiplin diri pribadi yaitu tidak pernah meninggalkan Ibadan lepada Tuhan
Yang Maha Kuasa.
b) Disiplin Sosial
Pada hakekatnya disiplin sosial adalah disiplin dari dalam kaitannya dengan masyarakat.
Disiplin sosial adalah perwujudan dari adanya disiplin pribadi yang berkembang melalui
kewajiban pribadi dalam individu.Hidup bermasyarakat adalah fitrah manusia.Dilihat dari latar
belakang budaya manusia memiliki latar belakang yang berbeda.Oleh karena itu setiap manusia
memiliki watak dan tingkah laku yang berbeda. Maka dari itu dengan cara disiplin mengikuti
aturan masyarakat, manusia dapat menghargai manusia yang lainnya. Disiplin social berawal
dari dalam mengamalkan nilai, ketentuan, peraturan dan tata tertib yang berlaku baik itu di
lingkungan belajar mengajar, masyarakat, maupun Negara. Contoh prilaku disiplin social
adalah melaksanakan siskamling kerja bakti. Senantiasa menjaga nama baik masyarakat dan
sebagaiannya.
c) Disiplin Nasional
Disiplin nasional diartikan sebagai status mental bangsa yang tercemin dalam perbuatan
berupa keputusan dan ketaatan. Baik secara sadar maupun melalui pembinaan terhadap norma-
norma kehidupan yang berlaku. Disiplin nasional adalah Adalah kemampuan dan kemauan
mengendalikan diri untuk mematuhi sebuah peraturan yang telah ditentukan oleh
Negara.Negara adalah alat untuk memperjuangkan keinginan bersama. Oleh karena itu adanya
masyarakat yang disiplin akan bisa mewujudkan keinginan Negara. Contoh pelaksanaan
disiplin nasional dalam kehidupan sehari-hari:
a. Masuk dan keluar kantor sesuai waktunya .
b. Menindak pelanggaran peraturan lalu lintas.
c. Mengenakan sanksi bagi wajib pajak yang tidak patuh.
d) Disiplin Ilmu
Mematuhi semua ketentuan yang telah ditentukan sebagai ilmuwan.Jika seorang
ilmuwan memiliki disiplin ilmu, maka ilmuwan tersebut memiliki kode etik (aturan) dan
perilaku yang baik. Sebagai contoh : seorang ahli nuklir jika tidak memiliki disiplin ilmu maka
keahlian yang dimilikinya digunakan untuk menghancurkan sebuah Negara dan bukan untuk
kepentingan umat manusia bersama. Seorang ilmuwan sejati tidak akan melakukan perbuatan
yang bertolak belakang dari pengetahuannya.
e) Displin tugas
Displin tugas yaitu mematuhi semua ketentuan yang telah ditentukan oleh atasan atau
kepala sekolah. Bentuk-bentuk ketaatan kepada atasan adalah sebagai berikut :
a. Mendengarkan dan memahami perintah dengan sebaik-baiknya. Memohon penjelasan
sampai jelas kemudian melaksanakannya dengan baik
b. Melipatgandakan kesabaran saat melaksanakan perintah tersebut, ikhlas dan tidak
mengurangi atau menambah sedikitpun
c. Melaksanakan dengan segera perintah tersebut, walaupun tidak sesuai dengan pendapat atau
keinginannya. Saling memberi dan menerima nasihat
d. Meminta izin dalam setiap urusan dan memberikan masukan sebelum pemimpin mengambil
keputusan
3. Cara Membangun Kedisiplinan
Pertama, mulailah dengan memotivasi diri Anda sendiri. Hal utama yang Anda
perlukan untuk membangun disiplin yaitu memotivasi diri Anda untuk terbiasa disiplin dalam
berbagai kesempatan. Mungkin pada awalnya kebiasaan ini cukup berat untuk Anda jalankan,
namun setelah Anda dipaksa menjalankannya setiap hari, maka lama-kelamaan hal tersebut
akan menjadi budaya yang tertanam kuat dalam diri Anda.
Kedua, membuat target yang ingin dicapai dalam waktu tertentu. Dengan membuat
sebuah target dengan batas waktu tertentu, maka secara tidak langsung Anda akan mulai belajar
disiplin dan merencanakan segala hal dengan teratur, guna mencapai target sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Meskipun berawal dari perasaan terpaksa, namun jika dilakukan
berulang-ulang maka pada akhirnya akan menjadi sebuah kebiasaan yang Anda lakukan dengan
suka rela.
Ketiga, biasakan untuk tidak menunda segala tugas Anda. Sebisa mungkin kerjakan
semua tugas dengan segera, sebab semakin lama Anda menunda sebuah pekerjaan maka akan
semakin sulit juga Anda untuk memulainya kembali. Inilah yang menjadi kebiasaan buruk kita,
terbiasa menggampangkan sebuah pekerjaan dan menundanya hingga akhirnya hasil yang
didapatkan juga kurang optimal.
Keempat, memiliki tekad dan komitmen yang kuat. Tanpa adanya tekad dan
komitmen yang kuat, maka semua jadwal yang telah Anda susun dan semua target yang telah
Anda tentukan hanya akan menjadi wacana saja. Karena itu, kuatkan tekad dan komitmen Anda
untuk mulai belajar disiplin. Bila Anda masih kesulitan, mulailah dari hal-hal yang paling
mudah. Hingga akhirnya tekad dan komitmen Anda semakin hari semakin meningkat.
Kelima, action (lakukan) dari sekarang. Setelah Anda merencanakan semua jadwal
dengan rapi, dan berkomitmen kuat untuk belajar disiplin. Selanjutnya terapkan semuanya
dalam kehidupan sehari-hari Anda. Biasakan budaya disiplin dari sekarang, dan lihatlah
perubahan besar yang akan Anda dapatkan.
4. Manfaat Disiplin
Dibawah ini dijelaskan manfaat dari sikap disiplin, antara lain;
a) Menumbuhkan kepekaan
Anak tumbuh menjadi pribadi yang peka/berperasaan halus dan percaya pada orang lain.
Sikap ini memudahkan dirinya mengungkapkan perasaannya kepada orang lain, termasuk orang
tuanya. Jadinya, anak akan mudah menyelami perasaan orang lain juga.
b) Menumbuhkan kepedulian
Anak jadi peduli pada kebutuhan dan kepentingan orang lain. Disiplin membuat anak
memiliki integritas, selain dapat memikul tanggung jawab, mampu memecahkan masalah
dengan baik ,cepat dan mudah.
c) Mengajarkan keteraturan
Anak jadi mempunyai pola hidup yang teratur dan mampu mengelola waktunya dengan
baik.
d) Menumbuhkan ketenangan
Menurut penelitian menunjukkan bayi yang tenang/jarang menangis ternyata lebih
mampu memperhatikan lingkungan sekitarnya dengan baik. Di tahap selanjutnya bahkan ia bisa
cepat berinteraksi dengan orang lain.
e) Menumbuhkan percaya diri
Sikap ini tumbuh berkembang pada saat anak diberi kepercayaan untuk melakukan
sesuatu pekerjaan yang mampu ia kerjakan dengan sendiri.
f) Menumbuhkan kemandirian
Dengan kemandirian anak dapat diandalkan untuk bisa memenuhi kebutuhan sendiri.
Anak juga dapat mengeksplorasi lingkungan dengan baik.Disiplin merupakan bimbingan yang
tepat pada anak untuk sanggup menentukan pilihan yang bijak.
g) Menumbuhkan keakraban
Anak menjadi cepat akrab dan ramah terhadap orang lain karena kemampuannya
beradaptasi lebih terasah.
h) Membantu perkembangan otak
Pada usia 3 tahun pertama, pertumbuhan otak anak sangat pesat, disini ia menjadi peniru
perilaku yang piawai. ia mampu mencontoh dengan sempurna tingkah laku orang tua yang
disiplin dengan sendirinya akan membentuk kebiasaan dan sikap yang positif.
i) Membantu anak yang “sulit”
Kadang-kadang kita lupa pada anak yang berkebutuhan khusus yang memerlukan
penangan khusus, melalui disiplin yang menekankan keteraturan anak berkebutuhan khusus
bisa hidup lebih baik.
j) Menumbuhkan kepatuhan
Hasilnya anak akan menuruti aturan yang ditetapkan orangtua atas kemauan sendiri.
B. Kejujuran
1. Pengertian Kejujuran
Kejujuran, berasal dari kata dasar jujur yang memiliki arti kata yang digunakan untuk
menyatakansikap seseorang. Bila seseorang berhadapan dengan suatu atau fenomena maka
seseorang itu akan memperoleh gambaran tentang sesuatu atau fenomena tersebut. Bila
seseorang itu menceritakan informasi tentang gambaran tersebut kepada orang lain tanpa ada
“perubahan” sesuai dengan realitasnya atau kenyataannya maka sikap yang seperti itulah yang
disebut dengan jujur. Kejujuran sendiri bersangkutan dengan pengakuan seseorang terhadap
fakta yang sebenarnya.
Kejujuran adalah sebuah pengakuan yang dilakukan oleh seseorang baik itu perbuatan
yang baik maupun buruk.Bila seseorang berhadapandengan suatu atau fenomena maka
seseorang itu akan memperoleh gambaran tentang sesuatu atau fenomena tersebut dan bila dia
menceritakan informasi tentang gambaran tersebut kepada orang lain tanpa ada “perubahan”
(sesuai dengan realitasnya ) maka sikap yang seperti itulah yang disebut dengan jujur.
Sesuatu atau fenomena yang dihadapi tentu saja apa yang ada pada diri sendiri atau di
luar diri sendri. Misalnya keadaan atau kondisi tubuh, pekerjaan yang telah atau sedang serta
yang akan dilakukan. Sesuatu yang teramati juga dapat mengenai benda, sifat dari benda
tersebut atau bentuk maupun model. Fenomena yang teramati boleh saja yang berupa suatu
peristiwa, tata hubungan sesuatu dengan lainnya. Secara sederhana dapat dikatakan apa saja
yang ada dan apa saja yang terjadi.
Dalam menjalani sebuah profesi kunci utama adalah kejujuran. Kejujuran merupakan
hal yang sangat mendasar dari manusia yang akan sangat berpengaruh dalam kehidupan
masyarakat. Kejujuran pasti diajarkan oleh seluruh agama melalui kitab-kitabnya.
Kejujuran juga merupakan kata-kata yang mengandung 3 unsur yaitu :
a) KEBENARAN. Kejujuran adalah apa yang Anda katakan adalah benar
b) KEBAIKAN. Kejujuran adalah apa yang Anda katakan adalah sesuatu yang baik
c) KEGUNAAN. Kejujuran adalah apa yang Anda ingin beritahukan adalah berguna
Jadi pengertian kejujuran secara luas adalah jika apa Anda yang beritahukan adalah
sesuatu yang benar, baik, dan berguna.
Selain itu jujur adalah sebuah sikap yang selalu berupaya menyesuaikan atau
mencocokan antara Informasi dengan fenomena. Dalam hal ini misalnya seseorang
memberikan berita atau informasi sebelum terjadinya peristiwa atau fenomena, yaitu dia
mengatakan dia akan hadir dalam pertemuan di sebuah gedung bulan depan. Kalau memang dia
hadir pada waktu dan tempat yang telah di sampaikannya itu maka seseorang itu
bersikap jujur. Dengan kata lain jujur juga berkaitan dengan janji. Disini jujur berarti
mencocokan atau menyesuaikan ungkapan (informasi) yang disampaikan dengan realisasi
(fenomena). Contoh lain misalnya seorang tukang bekerja berdasarkan sebuah pedoman kerja.
Dalam pedoman kerja (tertulis atau tidak) ada ketentuan sebuah perbandingan yakni 3 : 5. Tapi
dalam pelaksanaan kerja Tukang tersebut tidak mengikuti angka perbandingan itu, dia
membuat perbandingan yang lain yakni 3 : 6, Peristiwa ini jelas memperlihatkan si Tukang
tidak mengikuti ketentuan yang ada dalam pedoman kerja. Dengan demikian berarti si Tukang
tidak bersikap jujur. Dalam kasus ini sang Tukang tidak berusaha menyesuaikan informasi
yang ada dengan fenomena (tindakan yang dilaksanakan ).
Dalam agama Islam sikap yang selalu berupaya menyesuaikan atau mencocokan
antara Informasi dengan fenomena dinamakan shiddiq. Makanya jujur itu bernilai tak terhingga
Adapun unsur-unsur jujur/kejujuran :
a) Berkata dengan benar hal yang terjadi
b) Dilandasi dengan keikhlasan, tidak dengan keterpaksaan
c) Menganut kepercayaan
d) Merupakan fakta dan tidak berdusta
2. Macam-macam Kejujuran
Menurut tempatnya, kejujuran ada 3 macam yaitu :
a. Jujur dalam niat dan kehendak, yaitu motivasi bagi setiap gerak dan langkah seseorang
dalam rangka menaati perintah Allah Swt. dan ingin mencapai riḍa-Nya. Jujur
sesungguhnya berbeda dengan pura-pura jujur. Orang yang pura-pura jujur berarti tidak
ikhlas dalam berbuat.
b. Jujur dalam ucapan, yaitu memberitakan sesuatu sesuai dengan realitas yang terjadi,
kecuali untuk kemaslahatan yang dibenarkan oleh syari’at seperti dalam kondisi perang,
mendamaikan dua orang yang bersengketa, dan semisalnya. Setiap hamba berkewajiban
menjaga lisannya, yakni berbicara jujur dan dianjurkan menghindari kata-kata sindiran
karena hal itu sepadan dengan kebohongan, kecuali jika sangat dibutuhkan dan demi
kemaslahatan pada saat-saat tertentu, tidak berkata kecuali dengan benar dan jujur.
Benar/jujur dalam ucapan merupakan jenis kejujuran yang paling tampakdan terang di
antara macam-macam kejujuran.
c. Jujur dalam perbuatan, yaitu seimbang antara lahiriah dan batiniah hingga tidaklah
berbeda antara amal lahir dan amal batin. Jujur dalam perbuatan ini juga berarti
melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan yang diriḍai Allah Swt. dan melaksanakannya
secara terus-menerus dan ikhlas. Merealisasikan kejujuran, baik jujur dalam hati, jujur
dalam perkataan, maupun jujur dalam perbuatan membutuhkan kesungguhan. Adakalanya
kehendak untuk jujur itu lemah, adakalanya pula menjadi kuat.
Menurut objeknya, kejujuran ada 3 macam, yaitu
a. Jujur Kepada Allah : Jujur dengan keyakinan direalisasikan dengan cara melakukan
perbuatan berdasarkan ketentuan syar’i secara ikhlas semata-mata karena Allah swt, sebab
perbuatan karena makhluk (riya’) hakekatnya sama saja dengan perbuatan menipu Allah,
orang yang riya’ perbuatannya hanya sebatas dhohir saja patuh dan mengabdi kepada sang
khalik, namun bathinnya menghamba kepada makhluk.
b. Kepada Diri Sendiri : di luarnya tampak baik dan mulia begitu juga di dalamnya dan
berpenampilan sesuai dengan keadaan kita (tidak berlebihan).
c. Kepada Orang Lain : apabila kita dibutuhkan keterangan sebenarnya sebagai saksi kita
harus berkata sejujurnya dan memberikan keterangan yang benar.
3. Bentuk dari Ketidakjujuran
Ada beberapa pelanggaran etika profesi menyangkut kejujuran. Berikut ini dijelaskan
bentuk-bentuk dari ketidakjujuran, yaitu:
a. Bohong
Seseorang dikatakan berbohong apabila dia mengetahui informasi sebagaimana
mestinya, tetapi tidak menatakan demikian. Atau bila terjadi suatu kesalahan yang dia ketahui,
tetapi dia tidak mau melakukan upaya untuk menyampaikan kebenaran atau pembenaran.
b. Kecurangan Sengaja
Hal ini terjadi, misalnya bila pada kondisi melamar pekerjaan, dan dia menyampaikan
sesuatu yang tidak mempunyai pengalaman. Namun masih saja dilakukan agar dapat
memperoleh pekerjaan.
c. Mempergunakan data Orang Lain / Klien
Seringkali seorang ahli dengan sengaja mempergunakan data/ informasi yang nyata-
nyata bukan hasil karyanya, meskipun mungkin data / informasi tersebut didapat dari mantan
kliennya.
d. Menahan Informasi
Informasi yang sebenarnya harus disampaikan malah disimpan atau tidak disampaikan.
Misalnnya seorang atasan tidak memberi informasi pada bawahan dan sebaliknya.
e. Tidak Menyebarkan Informasi
Tujuan pokok seorang ahli berada di tengah-tengah masyarakat adalah untuk melindungi
dan menjaga keamanan serta kesejahteraan masyarakat. Untuk itu diperlukan penyebaran
informasi kepada masyarakat yang memang membutuhkan informasi tersebut, bukan malah
tidak menyebarkannya, apalagi bila informasi itu sangat berharga dan mendedsak bagi
masyarakat.
4. Keutamaan Jujur
Nabi menganjurkan umatnya untuk selalu jujur karena kejujuran merupakan mukadimah
akhlak mulia yang akan mengarahkan pemiliknya kepada akhlak tersebut. Terdapat beberapa
keutamaan jujur, diantaranya:
a. Menentramkan hati. Rasulullah SAW bersabda: “Jujur itu merupakan ketentraman hati”.
b. Membawa berkah. Rasulullah SAW bersabda: “Dua orang yang jual beli itu boleh pilih-pilih
selama belum berpisah. Jika dua-duanya jujur dan terus terang, mereka akan diberkahi dalam
jual belinya. Dan jika dua-duanya bohong dan menyembunyikan, hilanglah berkah jual beli
mereka”.
c. Meraih kedudukan yang syahid. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang meminta
syahid kepada Allah dengan sungguh-sungguh (jujur), maka Allah akan menaikkannya ke
tempat para syuhada meskipun mati di tempat tidurnya”
d. Mendapat keselamatan[1][3]. Dusta juga dalam hal-hal tertentu diperbolehkan, jika jujur
ketika itu bisa menimbulkan kekacauan.
Jujur dalam kehidupan sehari-hari; merupakan anjuran dari Allah dan Rasulnya. Banyak
ayat Al Qur'an menerangkan kedudukan orang-orang jujur antara lain: QS. Ali Imran (3): 15-
17, An Nisa' (4): 69, Al Maidah (5): 119. Begitu juga secara gamblang Rasulullah menyatakan
dengan sabdanya: "Wajib atas kalian untuk jujur, sebab jujur itu akan membawa kebaikan, dan
kebaikan akan menunjukkan jalan ke sorga, begitu pula seseorang senantiasa jujur dan
memperhatikan kejujuran, sehingga akan termaktub di sisi Allah atas kejujurannya. Sebaliknya,
janganlah berdusta, sebab dusta akan mengarah pada kejahatan, dan kejahatan akan membewa
ke neraka, seseorang yang senantiasa berdusta, dan memperhatikan kedustaannya, sehingga
tercatat di sisi Allah sebagai pendusta" (HR. Bukhari-Muslim dari Ibnu Mas'ud).
5. ManfaatKejujuran
a. Memperluas pergaulan
Orang yang jujur akan mudah bergaul dan pasti akan di senangi banyak orang, karena
orang lain tidak akan merasa curiga dan khawatir terhadap perkataan dan perilaku orang yang
jujur. Sebaliknya pula, bila seseorang tidak jujur apalagi telah di cap pembohong, maka orang
banyak akan selalu membenci dan mencurigai orang pembohong itu. Adapun yang di katakan
dan di perbuat oleh orang pembohong akan senantiasa di anggap dusta oleh orang lain.
b. Menjadikan masyarakat hidup dalam kedamaian dan ketentraman
Bila sifat jujur sudah melekat pada setiap masyarakat. Maka, kehidupan di masyarakat
pun akan menjadi damai, tentran, dan saling peduli serta saling mempercayai antara satu
anggota masyarakat dengan masyarakat lainnya serta pun tidak menimbulkan kerugian
terhadap orang lain. Jika seorang pemimpin bertindak jujur dan adil maka rakyatnya pun akan
taat, patuh, dan menghormati pemimpinnya.Jika yang tua sayang pada yang muda, maka yang
muda akan hormat kepada yang tua.
c. Mendapatkan ridho dari Allah
Jujur membawa perilakunya senantiasa berkata dan berbuat baik. Sedangkan kebaikan
akan membawa manusia memperoleh ridho dari Allah . Dan bila Allah ridho kepada hamba-
Nya, maka akan di anugerahkan rahmat kepada hamba-Nya.
d. Memperoleh kesuksesan
Dengan memiliki sifat jujur orang akan memperoleh kesuksesan. Contoh : ada seorang
pengusaha yang sukses, ia bisa sukses karena ia dipercaya oleh banyak orang. Para klien pun
akan berdatangan dan merasa senang karena proyeknya didatangi oleh orang yang jujur
e. Memiliki nama baik
Jikalau kita sering berbuat jujur, maka akan banyak orang mengetahui hal tersebut.
Dan jika banyak orang yang mengetahui hal tersebut maka mereka akan membicarakan
tentang kejujuranmu
f. Pedoman
Jika kita sering jujur, maka kita akan menjadi pedoman bagi banyak orang
6. Cara membangun Kejujuran
a. Senantiasa bermunajat kepada Allah (berdoa) untuk dijadikan sebagai hamba yang
jujur dan amanah. Allahlah yang membolak-balikkan hati kita, Allahlah yang
menggenggam kehidupan kita, Dialah Yang Maha mengabulkan doa kita.
b. Berlatihlah dengan sekuat tenaga dan usaha untuk berlaku jujur kepada siapa saja dan
dimana saja termasuk jujur kepada diri sendiri. Berlatih merupakan sebuah sikap
pembiasaan dalam berpola dan berprilaku yang akanmembentuk sebuah kebiasaan yang
baik dalam diri seseorang. Jika Anda enggan untuk berlatih, maka jangan harap Anda akan
mendapatkannya. Ketahuilah bahwa didunia ini tidak ada yang terjadi secara tiba-tiba,
semuanya berproses mengikuti hukum alamnya (sunatullah).
c. Berjanjilah dan bertekatlah mulai hari ini untuk berlaku jujur. Berjanji dan bertekat
dengan sungguh-sungguh merupakan modal yang sangat penting dalam membangun sikap
jujur dalam diri Anda. Bila perjanjian itu tidak pernah terwujud dan tekat itu tidak pernah
Anda ucapkan lakukan, maka itu sebuah awal dari keruntuhan dalam diri Anda untuk
membangun bingkai kejujuran.
d. Yakinlah bahwa sikap jujur memiliki keistimewaan dan pahala yang luar biasa disisi
Allah. Dengan keyakinan seperti ini akan membangkitkan diri Anda untuk membangun
dan mempertahankan kejujuran Anda.
e. Tanamkan dalam jiwa Anda, bahwa Anda berada dalam pengawasan Allah
sepanjang waktu. Jika Anda merasa memiliki perasaan adanya pengawasan Allah
terhadap kehidupan Anda, tentu akan mampu membangun dan menumbuhkan kesadaran
Anda untuk berbuat yang terbaik termasuk berprilaku jujur dimanapun Anda berada.
C. Tanggung Jawab
1. Pengertian Tanggung Jawab
Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa indonesia adalah keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum bahasa
indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya
atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai wujudan
kesadaran akan kewajibannya. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang bertang-gung
jawab.Disebut demikian karena manusia, selain merupa-kan makhluk individual dan makhluk
sosial, juga merupakan makhluk ‘I’uhan. Manusia memiliki tuntutan yang besar untuk
bertanggung jawab mengingat ia mementaskan sejumlah peranan dalam konteks sosial,
individual ataupun teologis.
Demikian pula tanggung jawab manusia terhadap Tuhan-nya, manusia sadar akan
keyakinan dan ajaran-Nya. Oleh karena itu manusia harus menjalankan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya agar manusia dijauhkan dari perbuatan keji dan munkar.
Tanggung jawab dalam konteks pergaulan manusia adalah keberanian.Orang yang
bertanggung jawab adalah orang yang berani menanggung resiko atas segala yang menjadi
tanggung jawabnya. Ia jujur terhadap dirinya dan jujur terhadap orang lain, tidak pengecut dan
mandiri. Dengan rasa tanggung jawab, orang yang bersangkutan akan berusaha melalui seluruh
po-tensi dirinya. Selain itu juga orang yang bertanggung jawab adalah orang yang mau
berkorban demi kepentingan orang lain.
Tanggung jawab juga berkaitan dengan kewajiban. Kewa-jiban adalah sesuatu yang
dibebankan terhadap seseorang. Kewajiban merupakan bandingan terhadap hak dan dapat juga
tidak mengacu kepada hak. Maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab
terhadap kewajibannya. Kewajiban dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
a) Kewajiban Terbatas
Kewajiban ini tanggung jawab diberlakukan kepada setiap orang. Contohnya undang-
undang larangan membunuh, mencuri yang disampingnya dapat diadakan hukuman-hukuman.
b) Kewajiban tidak Terbatas
Kewajiban ini tanggung jawabnya diberlakukan kepada semua orang. Tanggung
jawab terhadap kewajiban ini nilainya lebih tinggi, sebab dijalankan oleh suara hati, seperti
keadilan dan kebajikan.
Orang yang bertanggung jawab dapat memperoleh kebahagiaan, karena orang tersebut
dapat menunaikan kewajibannya. Kebahagiaan tersebut dapat dirasakan oleh dirinya atau orang
lain. Sebaliknya, jika orang yang tidak bertanggung jawab akan menghadapi kesulitan karena ia
tidak mengikuti aturan, norma, atau nilai-nilai yang berlaku. Problema utama yang dirasakan
pada zaman sekarang se-hubungan dengan masalah tanggung jawab adalah berkaratnya atau
rusaknya perasaan moral dan rasa hormat diri terhadap pertanggungjawaban.
2. Macam-macam Tanggung Jawab
b. Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri
Manusia diciptakan oleh Tuhan mengalami periode lahir, hidup, kemudian mati. Agar
manusia dalam hidupnya mempunyai “harga”, sebagai pengisi fase kehidupannya itu maka
manusia tersebut atas namanya sendiri dibebani tanggung jawab. Sebab apabila tidak ada
tanggung jawab terhadap dirinya sendiri maka tindakannnya tidak terkontrol lagi. Intinya dari
masing-masing individu dituntut adanya tanggung jawab untuk melangsungkan hidupnya di
dunia sebagai makhluk Tuhan. Contoh: Manusia mencari makan, tidak lain adalah karena
adanya tanggung jawab terhadap dirinya sendiri agar dapat melangsungkan hidupnya.
c. Tanggung jawab terhadap keluarga
Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri atas ayah-ibu, anak-anak, dan
juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung
jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab itu menyangkut nama baik keluarga. Tetapi
tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan.
Untuk memenuhi tanggung jawab dalam keluarga kadang-kadang diperlukan pengorbanan.
Keluarga merupakan bagian terpenting dalam kehidupan seorang manusia, dengan adanya
keluarga manusia dapat hidup tentram terarah. Kelurga adalah bagian hidup manusia yang
juga perlu di pertanggung jawabkan. Allah berfirman dalam surat At Tahrim : 6.
“Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malikat yang kasar, yang keras,
yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Makna dalil diatas, seseorang manusia harus mampu menjaga diri dan keluarganya
dari ancaman api neraka, dengan kata lain tanggung jawab seseorang dalam keluarganya
sangat besar, ia harus mampu merubah kepad hal yang baik dan mencegah agar keluarga
tersebut tidak terjerumus dalam kesesatan, karena Allah telah mengingatkan akan azab api
neraka bagi orang yang melanggar perintah-Nya.
Contohnya Seorang ayah rela bekerja membanting tulang demi memenuhi tanggung
jawabnya sebagai kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
d. Tanggung jawab terhadap masyarakat
Pada hakekatnya manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain, sesuai dengan
kedudukanya sebagai makhluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain, maka ia harus
berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian manusia di sini
merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota
masyarakat yang lain agar dapat melangsunggkan hidupnya dalam masyarakat tersebut.
Wajarlah apabila semua tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada
masyarakat. Contoh: Seseorang yang menyediakan rumahnya sebagai tempat pelacuran pada
lingkungan masyarakat yang baik-baik, apapun alasannya tindakan ini termasuk tidak
bertanggung jawab terhadap masyarakat, karena secara moral psikologis akan merusak masa
depan generasi penerusnya di lingkungan masyarakat tersebut.
e. Tanggung jawab terhadap Bangsa / Negara
Suatu kenyataan lagi bahwa setiap manusia, setiap individu adalah warga negara suatu
negara. Dalam berfikir, berbuat, bertindak, bertingkahlaku manusia terikat oleh norma-norma
atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara. Manusia tidak bisa berbuat semaunya sendiri.
Bila perbuatan manusia itu salah, maka ia harus bertanggung jawabkan kepada negara.
Contoh: Dalam novel jalan tak ada ujung karya Muchtar Lubis, guru Isa yang terkenal guru
yang baik, terpaksa mencuri barang-barang milik sekolah demi rumah tangganya. Perbuatan
guru Isa ini harus pula dipertanggung jawabkan kepada pemerintah. Kalau perbuatan itu di
ketahui ia harus berurusan dengan pihak kepolisian dan pengadilan.
f. Tanggung jawab terhadap Tuhan
Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawabmelainkan
untuk mengisi kehidupannya. Manusia mempunyai tanggung jawab langsung kepada Tuhan.
Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukum-hukum Tuhan yang dituangkan dalam
berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama. Pelanggaran dari hukum-hukum tersebut
akan segera diperingatkan oleh Tuhan dan jika dengan peringatan yang keraspun manusia
masih juga tidak menghiraukan, maka Tuhan akan melakukan kutukan. Sebab dengan
mengabaikan perintah-perintah Tuhan berarti mereka meninggalkan tanggung jawab yang
seharusnya dilakukan manusia terhadap Tuhan sebagai Penciptanya, bahkan untuk memenuhi
tanggung jawabnya, manusia perlu pengorbanan.
Menyembah itu dalam arti mengabdi kepada Tuhan sebagai wujud tanggung jawab
kepada Tuhan. Tanggung jawab di sini erat kaitannya dengan kewajiban. Kewajiban adalah
merupakan sesuatu yang di bebankan kepada seseorang, namun Allah hanya membebankan
sesuatu itu berdasarkan atas kemampuannya. Firman Allah dalam surat Al-Baqarah 286.
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia
mendapat pahala (dari kebajikan) yang di usahakannya dan ia mendapat (siksa dari
kejahatan) yang di kerjakannya.
Contoh: Seorang biarawati dengan ikhlas tidak menikah selama hidupnya karena
dituntut tanggung jawabnya terhadap Tuhan sesuai dengan hukum-hukum yang ada pada
agamanya, hal ini dilakukan agar ia dapat sepenuhnya mengabdikan diri kepada Tuhan demi
rasa tanggung jawabnya. Dalam rangka memenuhi tanggung jawabnya ini ia berkorban tidak
memenuhi kodrat manusia pada umumya yang seharusnya meneruskan keturunannya, yang
sebetulnya juga merupakan sebagian tanggung jawabnya sebagai makhluk Tuhan.
g. Tanggung jawab terhadap lingkungan.
Pada hakikatnya suatu lingkungan yang aman, tentram dan damai di dukung oleh
keadaan masyarakat dan jiwa individu yang ada dalam masyarakat tersebut. Masyarakat yang
mampu menjaga dan memelihara lingkungannya sedemikian rupa merupakan masyarakat
yang telah bertanggung jawab kepada lingkungannya, dengan kata lain masing-masing
individu dalam masyarakat tersebut mampu menjaga terciptanya keamanan dan ketertiban
lingkungannya.
Setiap individu harus sadar bahwa lingkungan sekitarnya harus tetap di jaga
kestabilannya. Lingkungan yang baik dengan masyarakat yang berbudi baik akan melahirkan
orang-orang yang baik pula, namun sebaliknya keadaan masyarakat dengan lingkungan yang
buruk serta moral yang rendah akan menghasilkan manusia-manusia yang tidak berpotensi
dengan moral yang buruk dan mengkhawatirkan. Jadi lingkungan merupakan wadah yang
paling vital untuk diperhatikan dalam masyarakat, dengan kata lain keadaan lingkungan suatu
msyarakat berpengaruh besar didalam pembentukan jiwa mansuianya. Dengan demikian
memelihara lingkungan sekitarnya menunjukkan adanya rasa tanggung jawab seseorang pada
lingkungannya.
Dalam hal ini pengertian lingkungan bukan hanya masyarakatnya saja tetapi semua
unsur-unsur yang mencakup didalam lingkungan itu. Pada dasarnya Allah telah memelihara
lingkungan alam semesta dengan begitu indah, namun manusialah yang merusak keindahan
lingkungan tersebut, dan ini merupakan perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab.
Firman Allah dalam surat Ar Ruum ayat 41.
“Telah nampak kerusakan didarat dan dilaut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka
kembali (kejalan yang benar).
Dalil di atas menunjukkan betapa manusia telah merusak kestabilan lingkungan alam
yang Allah ciptakan bagi mereka. Dengan kata lain manusia tersebut tidak memiliki rasa tang-
gung jawab sedikitpun. Manusia dengan kemodrenan teknologi mereka telah melepas
tanggung jawabnya untuk sekedar berlomba dalam mencapai kepuasan di dunia. Akibat dari
pada itu banyak terjadi bencana alam, tanah longsor, banjir yang diakibatkan penggundulan
hutan, wabah penyakit merajalela akibat pencemaran air dan udara, semuanya menjadikan
keresahan dalam lingkungan masyarakat (Ahmad.dkk,1991 : 29).
Oleh sebab itu hendaklah setiap individu masyarakat mampu memelihara
lingkungannya dan menjaga hal-hal yang dapat merugikan orang banyak, dimana usaha
terebut merupakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan terlebih-lebih rasa
tanggung jawab kepada Allah swt.
Berikut adalah tanggung jawab dari seorang anak :
a) Tanggung Jawab Dalam Hal Perilaku Dan Sopan Santun
Aku sebagai anak yang paling besar sekarang dirumah ( karena kakak dan abangku
sudah menikah dan berkeluarga ) harus dan wajib memberikan contoh perilaku dan sikap yang
benar dan patut untuk ditiru kepada dua adikku seperti dalam hal berbicara dan tata krama.
Karena apa yang aku lihat sekarang ini,siapaun baik kita maupun orang lain sangat mudah
untuk meniru sesuatu hal yang dilihat dan didengarnya. Jadi, berkomunikasilah dengan
perkataan yang benar adanya dan yang sopan baik didalam keluarga dan didepan saudaramu.
Dengan begitu kita menunjukkan dan memberikan contoh dan tanggung jawab moril bagi
saudara kita.
b) Tanggung Jawab Dalam Hal Pendidikan
Menyuruh adik hanya dengan berkata belajar tidak akan menyentuh hatinya mau
belajar. Cara yang paling baik untuk mengajaknya belajar adalah dengan kita ikut juga belajar
sehingga adik kitapun mau ikut belajar. Aku walaupun sudah tidak berstatus sebagai pelajar
lagi mengajak adikku belajar dengan cara ikut juga belajar bersamanya. Hal yang kulakukan
dapat dengan membaca buku ataupun menulis menemani dia belajar. Karena menurutku
contoh yang baik itu dari perbuatan bukan hanya omongan. Dengan peduli akan
pendidikannya merupakan bukti dari tanggung jawab kita sebagai anak.
c) Tanggung Jawab Dalam Hal Pergaulan
Tanggung jawab dalam ini yang aku rasa agak sedikit susah dan capek aku
melakukannya. Bagaimana tidak, aku harus tau teman teman adikku dan komunitasnya siapa
saja. Untuk adikku yang cewek aku lebih mudah mengkontrolnya karena aku juga cewek dan
tau sifat sifat cewek. Serta lebih terbuka untuk cerita pergaulannya. Namun untuk adikku yang
cowok, aku harus sekuat tenaga mengkontrol pergaulannya. Apalagi jika sudah agak tertutup
dan gak mau cerita. Benar benar dibutuhkan kesabaran dan jiwa yang tetap mau peduli. Satu
pergaulan yang perlu diperhatikan lagi adalah interaksi dalam dunia maya. Bagaimana aku
harus selalu bisa kontrol apa yang dilakukan adikku dengan interaksinya didunia maya.
Karena aku punya Ibu yang awam akan dunia maya, ini menjadi beban dan tanggungjawabku
sebagai kakak untuk harus selalu mengawasi pergaulan dan komunitasnya.
D. Keadilan
1. Pengertian Keadilan
Kata “Keadilan” adalah salah satu kata yang paling sering diucapkan jika orang bicara
tentang hukum dan penegakan hukum, tetapi juga satu kata yang maknanya sendiri tidak begitu
jelas diketahui oleh si pengucap kata “keadilan” itu. Dan seperti pengertian “hukum”, maka
pengertian “keadilan”pun sangat bermacam-macam, apalagi jenis keadilan sendiri masih
berbagai jenis.

Dalam bahasa Inggris, adil adalah “just” dan tidak adil adalah “unjust”. Keadilan sendiri
adalah “justice”. Dan istilah “justice” juga berarti Hakim Agung. Mungkin karena para hakim
agung ditempatkan sebagai simbol keadilan. Dan kenapa para hakim agung tidak dinamai “law”
atau “legal”, melainkan “justice”, ini karena diharapkan, para Hakim Agung senantiasa
mendasarkan putusannya pada keadilan, minimal berdasarkan konsep-konsep keadilan yang
universal.

Salah satu definisi “keadilan” adalah yang dikemukakan oleh Aristoteles, yang
memberikan arti keadilan sebagai “memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya”.
Contohnya, sebagai seorang guru besar yang dalam realitasnya masih aktif mengajar, maka
menjadi hak saya untuk memperoleh tunjangan guru besar, sebesar yang ditetapkan oleh
ketentuan yang berlaku secara nasional. Sebagai seorang menteri dan pejabat eselon I, maka
mereka berhak untuk mendapatkan uang representasi manakala mereka melakukan perjalanan
dinas, dan jika menggunakan pesawat udara, maka mereka memperoleh biaya perjalanan dinas
khusus. Manakala ada seorang pejabat eselon I, yang waktu dia menjabat ternyata tidak
memperoleh segala fasilitas yang menjadi haknya, sesuai ketentuan yang berlaku secara
nasional, maka berarti dia sudah diperlakukan secara tidak adil, dan seyogianya berhak
menuntut haknya itu kepada pejabat atasannya yang menjegal hak bawahannya

Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan


diartikan sebagai titik tengah antara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu
sedikit. Kedua ujung ekstrem ini menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang tersebut
mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing orang harus
memperoleh benda atau hasil yang sama, kalau tidak sama, maka masing – masing orang akan
menerima bagian yang tidak sama, sedangkan pelangggaran terjadap proporsi tersebut disebut
tidak adil.

Keadilan oleh Plato diproyeksikan pada diri manusia sehingga yang dikatakan adil
adalah orang yang mengendalikan diri dan perasaannya dikendalikan oleh akal. Socrates
memproyeksikan keadilan pada pemerintahan. Menurut Socrates, keadilan akan tercipta
bilamana warga Negara sudah merasakan bahwa pemerintah sudah melakukan tugasnya dengan
baik. Mengapa diproyeksikan kepada pemerintah ? sebab pemerintah adalah pimpinan pokok
yang menentukan dinamika masyarakat. Kong Hu Cu berpendapat bahwa keadilan terjadi
apabila anak sebagai anak, bila ayah sebagai ayah, bila raja sebagai raja, masing-masing telah
melaksanakan kewajibannya. Pendapat ini terbatas pada nilai-nilai tertentu yang sudah diyakini
atau disepakati.

Menurut pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan
dan pelakuan yang seimbang antara hak-hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada
keharmonisan menuntut hak dan menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan
adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi hak nya dan setiap orang
memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.
Keadilan adalah pengakuan dan perlakuakn yang seimbang antara hak dan kewajiban.
Jika kita mengakui hak hidup kita, maka kita wajib mempertahankan hak hidup tersebut
dengan bekerja keras tanpa merugikan orang lain. Hal ini disebabkan bahwa orang lainpun
mempunyai hak hidup seperti kita. Jika kita mengakui hak hidup orang lain, kita wajib
memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mempertahankan hak hidupnya. Jadi keadilan
pada pokoknya terletak pada keseimbangan atau keharmonisan antara menuntut hak dan
menjalankan kewajiban (Suyadi, 1986 : 123).
Dengan keinsyafan dan kesadaran akan keadilan, kita akan mampu memenuhi cipta,
rasa dan karsa manusia terhadap sesama atau pihak lain, sehingga akan membentuk hati nurani
manusia. Pada dasarnya hakekat dan kodrat manusia senantiasa berusaha untuk keadilan yang
merupakan wujud cinta kasih.
Dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 90 Allah memerintahkan agar berbuat adil :
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kaum kerabat …”
Dalam surat Al-Maidah ayat 8 Allah berfirman :
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebh dekat kepada taqwa…”
Pada dasarnya keadilan itu tidak pernah berubah makna dan prinsipnya, yang berubah
hanyalah bagaimana cara seseorang menafsirkannya, sehingga berbeda pula cara pelaksanaan-
nya. Hal ini disebabkan oleh adanya tingkah laku dan kepentingan manusia yang berbeda.
Karakteristik manusia yang berbeda-beda ini turut mempengaruhi wujud keadilan. Hal ini
mudah dimengerti karena tidak adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban. Apabila
seseorang atau golongan hanya memen-tingkan hak dan kewajiban sendiri tanpa memikirkan
kepentingan orang lain atau golongan lainnya, terjadilah keadilan semu. Misalnya saja :
Pengusaha : Bagi mereka adil itu apabila keuntungan terbesar jatuh pada pengusaha.
Buruh: Bagi buruh diakatakan adil apabila upah dibayar pada waktunya dan keuntungan
perusahaan juga dibagi wajar pada kaum buruh.
Golongan Demokrat : Menganggap adil apabila kepentingan rakyat selalu diutamakan.
Golongan Komunis: Menganggap adil sekiranya hak milik perseorangan ditiadakan.
Seorang filosof Cina Khong Hu Tsu, menuturkan tentang keadilan sebagai berikut:
“Bila anak sebagai anak, bila ayah sebagai ayah, bila raja sebagai taja, masing-masing telah
melaksanakan kewajibannya, maka itulah keadilan”. Tegasnya menurut Tsu bila
masing-masing telah menjalankan fungsinya baru tercapai keadilan.
Di dalam Ensiklopedi Indonesia disebutkan bahwa adil itu adalah
a) Tidak berat sebelah atau tidak memihak ke salah satu pihak.
b) Memberikan sesuatu kepada setiap orang sesuai dengan hak yang harus diperolehnya.
c) Mengetahui hak dan kewajiban, mengerti mana yang benar dan mana yang salah, bertindak
jujur dan tepat menurut peraturan atau syarat dan rukun yang telah ditetapkan, tidak
sewenag-wenang dan tidak maksiat atau berbuat dosa (Shadily, 1991 : 79).
2. Macam-macam Keadilan
Ditinjau dari bentuk ataupun sifat-sifatnya, keadilan dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis :
a. Keadilan legal atau formal
Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dari
masyarakat yang membuat dan menjaga kesatuannya. Dalam suatu masyarakat yang adil
setiap orang menjalankan pekerjaannya yang menurut sifat dasarnya paling cocok untuknya.
Pendapat Plato itu disebut keadilan moral. Sedangkan Sunoto menyebutnya dengan keadilan
legal.
Keadilan timbul karena penyatuan dan penyesuaian untuk memberi tempat yang
selaras kepada bagian yang membentuk suatu masyarakat. Keadilan terwujud dalam
masyarakat bilamana setiap anggota melakukan fungsinya secara baik menurut
kemampuannya.
b. Keadilan Distributif
Menurut Aristoteles bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama
diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama diperlakukan secara tidak sama. Suatu
contoh: Umar bekerja 10 tahun dan Usman bekerja 5 tahun. Pada waktu diberikan hadiah
harus dibedakan antara Umar dan Usman, yaitu perbedaan sesuai dengan lamanya kerja.
Andaikata Umar menerima Rp. 1.000.000,- maka Usman harus menerima Rp. 500.000,-. Ini
disebut adil. Akan tetapi bila besar hadiahnya sama, justru hal itu tidak adil.
c. Keadilan Komulatif
Keadilan komulatif ini harus dilaksanakan oleh seluruh anggota. Artinya seluruh
anggota harus melaksanakan hak dan kewajiban dengan baik dengan tidak merusak atau
bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat (Hoegiono, 1990 : 60).
3. Unsur Keadilan
1) Kecurangan
Perilaku perbuatan, budi bahasa yang berdasarkan pada sifat buruk-tidak berdasarkan
hati nurani norma sosial dan agama. Adapun jenis-jenis kecurangan yaitu diantaranya :
a) Kecurangan peradaban, yaitu perlakuan yang tidak adil dengan berdasarkan perbedaan
kodrat, hak-hak asasi, etnis dan agama. Contoh, adanya diskriminasi pada suku daerah
tertentu atau pada salah satu agama.
b) Kecurangan politik, yaitu perlakuan yang tidak sama terhadap sesama kekuatan politik.
Contoh, adanya penipuan, pengancaman bagi eksistensi orang lain demi kepentingan
politik individu.
c) Kecurangan perekonomian, yaitu perlakuan yang ingin memuaskan kebutuhan ekonominya
sendiri. Contoh, ingin untung sendiri di tengah kerugian orang lain atau dapat disebut
Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN).
d) Kecuranagn lingkungan, yaitu perlakuan yang mengakibatkan dampak buruk yang besar
terhadap lingkungan baik lingkungan alam maupun sosial. Contoh, Penebangan pohon
yang berlebihan tanpa adanya penanaman kembali demi keuntungan pribadi.
e) Kecurangan diri sendiri, yaitu perlakuan yang tidak adil terhadap diri sendiri. Contoh, tidak
mengakui kesalahan yang diperbuat.
Padahal menurut Islam keadilan dan kezaliman boleh berlaku pada diri sendiri dan
pada orang lain. Asas keadilan pada diri sendiri ialah iman, amal Soleh dan akhlak mulia dan
asas kezaliman pada diri sendiri ialah kufur, maksiat dan akhlak yang hina. Selain itu setiap
orang hendaklah menjaga hak, keperluan dan kehormatan diri sendiri yaitu hak keperluan dan
kehormatan rohani dan jasmani. Sebab itu orang Islam di larang daripada membiarkan diri
teraniaya. Lebih utama lagi, bagi menegakkan keadilan pada diri sendiri seseorang itu
hendaklah berani mengakui kesalahan dirinya sendiri dan bersedia menerima akibat daripada
kesalahan tersebut. Keadilan pada diri sendiri itu dapat dipelihara apabila seseorang itu
mempunyai ilmu tentang yang benar (hak) dan yang salah (batil), tentang yang baik dan yang
buruk, tentang yang berguna dan sia-sia.
Dasar kecurangan itu terjadi karena disebabkan adanya godaan/hawa nafsu yang tidak
terkendali dan merasa ingin lebih dari orang lain serta sifat buruk manusia : kebintangan-
hukum rimba. Dari dasar kecurangan yang kerap terjadi di lingkungan sekitar maupun diri
sendiri mengakibatkan dampak yang dapat merusak harkat dan martabat manusia, moral,
sistem sosial/kehidupan, merusak/memusnahkan manusia, dan kreativitas budaya baik yang
positif maupun negatif.
2) Kejujuran
Perilaku perbuatan atau budi bahasa yang berdasarkan ketulusan, kelurusan hati, hati
nurani, keikhlasan, keadilan, hukum dan norma agama. Dasar kejujuran dilandasi oleh hati
nurani, norma sosial, adat istiadat, hukum, norma agama, ideologi, dan hasil renungan/etika.
Dari dasar yang melandasi sebuah kejujuran akan meningkatkan kepercayaan diri yang besar
bagi diri individu.
Kejujuran itu sendiri membawa kebermanfaatan yang utuh yakni dapat memengaruhi
harga diri (jati diri) yang hakiki, memberi keberanian, menciptakan keadilan, dan menciptakan
keselarasan hidup. Dengan hidup yang selalu diwarnai dengan kejujuran, seorang individu
akan dapat hidup dengan nyaman dan dapat membentuk budaya yang baik di tengah
masyarakat.
Untuk itu kejujuran perlu dipertahankan demi keselarasan hidup manusia. Walaupun
tidak mudah dalam mempertahankan arti sebuah kejujuran, namun hal itu perlu diusahakan.
Berikut ini beberapa cara dalam mempertahankan kejujuran yaitu diantaranya taqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, ikhlas dalam berbagai kegiatan, kasih sayang, dan waspada, artinya
tidak setiap kejujuran menghasilkan kebaikan, adakalanya dalam batas tertentu ketidakjujuran
sangat diperlukan.
3) Pemulihan Nama Baik
Nama baik adalah gelar atau sebutan kehormatan dalam tingkah laku, perbuatan, budi
bahasa, pergaulan, kedisiplinan dan cara memperlakukan orang lain dengan berdasarkan hati
nurani, norma sosial, dan hukum agama (moral). Pemulihan nama baik berarti mengembalikan
nama yang tercela atau tidak terpuji ke nama baik tersebut. Adapun dasar-dasar mengapa
seseorang perlu adanya pemulihan nama baik, yaitu :
a. Manusia makhluk bermoral : manusia mempunyai kesadaran moral (kodrat moral) dan
sebagai hasil renungan.
b) Hedonisme : tujuan hidup utama mencari kesenangan. Dimana kesenangan jasmani
seringkali menimbulkan rasa takut dan kesenangan yang tertinggi adalah kesenangan
yang dapat menentramkan.
c) Utilitarianisme : baik-buruk manusia diukur dari manfaat dirinya maupun bagi orang lain.
d) Religionisme (keagamaan) : baik-buruk diukur dari pengalaman agamanya (taqwa).
e) Ideologi : pandangan hidup yang menjadi dasar (tatanan) kehidupannya.
Disamping manusia mempertahankan nama baiknya, adapun seorang individu
terkadang melakukan penyimpangan akhlak yang dapat membawa nama buruk bagi dirinya.
Hal-hal yang menyebabkan manusia melakukan penyimpangan akhlak yaitu diantaranya
karena hawa nafsu, godaan akhlak, derajat (pangkat), harta, wanita, godaan halus (berkesan
mewujudkan kesempurnaan hidup ideal-namun dalam praktiknya untuk menindas, menipu,
menjerumuskan orang lain) serta karena kekuatan, pengaruh, ilmu (adigang, adigung,
adiguna).
Untuk itu cara pemulihan nama baik sebenarnya tidak sukar dilakukan, dengan
meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, ramah terhadap siapapun, rajin
bekerja dan belajar, berbudi darma, serta jujur dalam menjalani kehidupan. Hal ini dapat
membawa hidup seseorang lebih tentram. Dengan hidup tentram, individu dapat memperkecil
gangguan penyakit. Tidak hanya itu saja, dampak pemulihan nama baik membuat manusia
lebih dipercaya orang lain, artinya berangkat dari hal ini pergaulan, komunikasi, kerjasama
dapat berjalan dengan baik serta meningkatkan kreativitas budaya, keselarasan hidup individu,
masyarakat, dan hukum tuhan.
4) Pembalasan
Reaksi atas perbuatan orang lain terhadap dirinya dengan perbuatan yang serupa atau
seimbang. Hal yang mendasari dari sebuah pembalasan adalah norma, nilai-nilai yang
diyakini kebenarannya, ikatan persahabatan, menghormati hak dan kewajiban, hak asasi
manusia (hidup, kemerdekaan, perlindungan hukum, memiliki, berfikir, berpendapat,
beragama, berpendidikan, bekerja/jaminan hidup). Sehingga dari semua hal ini menimbulkan
dampak seperti; kesadaran akan hak dan kewajiban, menyampaikan persepsi, menumbuhkan
berbagai sikap, serta dapat menumbuhkan kreativitas budaya.
4. Penyebab ketidakadilan
Ketidakadilan merupakan akibat logis dari sesuatu yang berlaku, baik ekonomi, sosial,
ataupun politik, dalam suatu masyarakat akan tetapi adanya praktek ketidakadilan sering ditolak
oleh anggota masyarakat yang merasakannya.
Perbadaan tingkat dan kedudukan sosial, perbedaan derajat dan keturunan tidak boleh
dijadikan alasan untuk memperbedakan hak seseorang dihadapan hokum baik hukum Tuhan
ataupun hukum yang dibuat manusia.
Untuk mewujudkan keadilan sosial itu diperinci perbuatan dan sikap yang perlu
dipupuk, yaitu:
1) Perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
2) Sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta
menghormati hak-hak orang lain.
3) Sikap suka memberi pertolongan kepada orang yang memerlukan.
4) Sikap suka bekerja keras.
5) Sikap menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
Asas yang menuju terciptanya keadilan sosial itu akan dituangkan dalam berbagai
langkah dan kegiatan, antara lain melalui 8 jalur pemerataan, yaitu:
a) Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak, khusunya pangan, sandang dan
papan.
b) Pemerataan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
c) Pemerataan pembagian pendapat.
d) Pemerataan kesempatan kerja.
e) Pemerataan kesempatan berusaha.
f) Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, khususnya bagi generasi muda
dan kaum wanita.
g) Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air Pemerataan
memperoleh keadilan.

Anda mungkin juga menyukai