عن محمِد بِن ِس يريَن عن أبي هريرة قال قال رسوُل هللا صَّلى هللا عليه وسلم َم ْن َذ َر َعُه قيٌء وهو َص اِئٌم
فليَس عليِه َقَض اٌء وإن استقاء َفْلَيْقِض
“Dari Muhammad bin Sirin, dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulallah saw
bersabda: ‘Siapa saja yang dikalahkan oleh muntah ketika ia puasa, maka
tidak ada qadha baginya. Adapun jika sengaja muntah, maka wajib qadha
baginya.”
Berdasarkan riwayat ini, muntah yang membatalkan puasa adalah disertai
dengan unsur kesengajaan di dalamnya dengan cara apapun, seperti
memasukkan benda seperti sikat gigi ke mulut, dengan jari tangan, mencium
bau anyir hingga menyebabkan muntah, dan sebagainya.
Adapun jika ia dikuasai oleh muntahnya; tidak sanggup lagi menahan dan
dipaksa oleh tubuh untuk muntah, maka puasanya tidak batal. Hal ini berlaku
selama tidak ada muntahan yang kembali ke perutnya atas pilihannya sendiri.
Adapun jika ada sisa muntahan yang tertelan dan kita tidak punya kuasa untuk
menahannya, maka hal itu tidak membatalkan puasa (lihat Majmu’ah al-Fatawa,
XXV: 266 dan Hasyiyah Syaikh Ibrahim al-Bajuri, I: 556).
Dalam hal ini, tidak terdapat perselisihan ulama bahwa muntah dengan sengaja
membatalkan puasa dan ia wajib mengqadha di hari yang lain. Namun jika
seseorang tidak sanggup lagi menahan dan dipaksa oleh kondisi tubuh yang
sedang sakit, maka muntah yang seperti ini tidak membatalkan puasa (lihat al-
Mughni, IV: 368).
Ketentuan ini juga berlaku dalam kondisi sedang tidak sakit, misal ketika
menggosok gigi dengan melihat kelaziman ketika ia sedang menggosok gigi.
Jika biasanya cara yang ia gunakan ketika menggosok gigi tidak menyebabkan
muntah, maka dihukumi sebagai muntah tidak sengaja. Adapun jika ia
mengetahui atau berprasangka kuat (dzann) bahwa cara menggosok gigi yang ia
lakukan dapat menyebabkan muntah, maka ini dihukumi sebagai muntah
dengan sengaja dan ia wajib mengganti puasanya di hari yang lain.
Lalu bagaimana jika seseorang merasa perutnya mual dan ingin muntah
namun tidak bisa keluar? Apakah ia boleh sengaja muntah dengan cara
apapun?
Dalam hal ini, ia tetap menahan diri agar tidak muntah dengan sengaja. Sebab
muntah dengan sengaja merupakan pembatal puasa tanpa memandang kondisi
seseorang ketika itu. Jika ia merasa berat karena sakit yang diderita, ia boleh
berbuka, kemudian mengganti puasanya di hari yang lain (lihat surat al-
Baqarah: 184). (Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di
antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka
(wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada
hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib
membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi
barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu
lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.
Adapun jika terjadi secara tidak sengaja -baik karena kondisi tubuh yang tidak
sanggup lagi menahan untuk muntah maupun karena hal lain seperti
ketika menyikat gigi lalu secara tidak sengaja menyebabkan muntah (dengan
melihat kelaziman orang tersebut ketika menyikat gigi)- maka hal ini tidak
membatalkan puasa.
Ada beberapa pandangan ulama dalam melihat ingus yang diproduksi hidup saat
menjalani puasa. Bila ingus tersebut masuk ke dalam tenggorokan dan mampu
dikeluarkan melalui mulut tetapi tidak dikeluarkan maka hal tersebut dapat
membatalkan puasa.
Sebab, orang tersebut memiliki kemampuan untuk membuang ingus yang hampir
masuk tenggorokan namun kemampuannya itu tak digunakan. Orang tersebut
dianggap ceroboh karena tidak mengeluarkan ingus.
Pasalnya, orang tersebut menelan tanpa disengaja. Selain itu, ia tak sempat untuk
mengeluarkannya melalui mulut.
Jangan batasi ibadah hanya ketika di Masjid. Ada yang menganggap beramal
itu hanya ketika duduk di Masjid, sholat, dzikir dan membaca Al-Quran. Jangan
lupa, bekerja dari jam 8 pagi sampai 4 sore, ditambah lagi apabila lembur itu
juga adalah amal. Karena, bekerja mencari nafkah yang halal untuk keluarga di
rumah adalah ibadah, bernilai pahala di hadapan Allah Ta’ala. Maka, kalau
dipahami bahwa bekerja adalah amal ibadah, tidak akan ada pegawai yang
main “game on-line” saat jam kantor, tidak akan ada pedagang yang
memainkan timbangan, tidak akan ada karyawan yang curang dalam laporan
tugasnya.
Ini dunia, ambil apa yang perlu nikmati apa yang boleh, kalau bisa jangan gagal
di dunia ini, tetapi jangan sampai merusak akhirat sedikit pun. Iya sih saya ingin
kaya tetapi kalau saya korupsi akhirat saya bagaimana? Iya sih saya ingin kaya
tetapi kalau kerja saya ngukur-ngukurin tanah orang buat dipatok lalu akhirat
saya bagaimana? Tujuan hidup muslim itu jelas dan terarah, setiap langkah
yang diambilnya selalu mantap.
"Allah tidak pernah mengharapkan kita menjadi sempurna selama Ramadhan, tetapi Dia
mengharapkan kita untuk terus berusaha."
"Ramadhan adalah waktu terbaik untuk membuat kebaikan atau menghentikan kebiasaan buruk."
"Ramadhan adalah waktu untuk mengosongkan perut untuk memberi makan jiwamu."