Puasa adalah menahan diri dari hal-hal yang membatalkannya sejak terbit fajar hingga
terbenamnya matahari, dengan niat.
PEMBAGIAN PUASA
1. Puasa wajib.
a) Puasa Ramadhan
b) Puasa (untuk membayar) kaffarat, dan kami akan menjelaskannya secara
tepisah di beberapa bagian.
c) Puasa nazar, dan kami akan menjelaskannya di dalam bab tentang nazar
2. Puasa sunnah.
PUASA RAMADHAN
Puasa ramadhan ini wajib atas setiap muslimah yang telah baligh, berakal, sehat (tidak
sakit), muqim (tidak musafir), serta suci dari haid dan nifas.
Allah s.w.t. berfirman “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa,
(yaitu) dalam beberapa hari yang tertantu. Maka barang siapa diantara kamu ada yang sakit
atau dalam perjalanan (lalu ia terbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari
yang di tinggalkan itu pada hari-hari yang lain.” (QS. Al- Baqarah: 183-184).
Dari segi hukum berbuka di bulan ramadhan, seorang wanita tidak terlepas dari tiga
kondisi :
1. Ia boleh berbuka atau berpuasa, ini jika wanita tersebut memiliki sifat-sifat berikut:
A. Sakit: Allah s.w.t. berfirman, “Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan
(lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.” (QS. Al-Baqarah: 185).
B. Musafir: wanita yang melakukan perjalanan sebagaimana firman Allah s.w.t.
“dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-
hari yang lain.” (QS. Al-Baqarah: 185).
C. Wanita tua: yang tidak sanggup lagi berpuasa, dibolehkan baginya untuk tidak
berpuasa di bulan ramadhan dan tidak ada kewajiban bagi nya untuk meng-qadha.
Sebagaimana firman Allah s.w.t. “Dan wajib bagi orang-orang yang berat
menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu):
memberi makan seorang miskin.” (QS. Al-Baqarah: 184).
D. Wanita hamil dan menyusui: Nabi s.a.w. bersabda “Sesungguhnya Allah s.w.t.
telah menggugurkan setengah sholat dari seorang musafir. Dan menggugurkan
puasa dari orang yang musafir, wanita hamil, dan menyusui.”
2. Wajib baginya untuk berbuka dan dia harus mengqhadanya: yakni pada masa haid
dan nifas. Para ulama telah sepakat bahwa wanita yang haid dan nifas tidak sah puasanya
dan juga tidak wajib bagi mereka, dan bahkan diharamkan atas mereka.
3. Tidak diperbolehkan baginya untuk berbuka (tidak berpuasa): Seorang wanita yang
baligh, berakal, sehat –tidak sakit-, tidak musafir, suci dari haid atau nifas diharamkan
bagi nya untuk tidak berpuasa.
RUKUN PUASA
2. Menahan diri dari segala hal yang bertentangan dengan puasa, seperti
ucapan yang sia-sia, kata-kata kotor, dusta, dan yang sejenisnya
Nabi s.a.w. bersabda “Barangsiapa tidak meninggalkan kata-kata dusta
dan berbuat keji, maka Allah tidak membutuhkan orang itu untuk
meninggalkan makan dan minum nya.”
“Telah lenyap dahaga, telah basah tenggorokan, dan telah tetap pahalanya
inysaallah.”
6. Berbuka dengan ruthab (kurma basah yang sudah matang) atau kurma-
jika ada- atau dengan air
PUASA SUNNAH
Rasulullah s.a.w. sangat manganjurkan umatnya untuk berpuasa pada hari-hari berikut: