Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ULUMUL QUR’AN

KELOMPOK 12
Tentang :
“Repetisi Dalam Al-Qur’an”

Dosen Pengampu :
Dr. H. Khoirul Anam,Lc, M.HI

Disusun Oleh :
Yashinta (210202110017)
Ariel Alvi Zahry (210202110034)

FAKULTAS SYARI’AH
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, serta shalawat dan salam mudah-
mudahan tetap tercurahkan kepada junjungan kita Baginda Nabi Muhammad SAW. Diantara
sekian banyak nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita semua dan manfaat dari
Rasulullah SAW yang salah satunya telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju
zaman terang benderang yakni agama Islam yang suci dan mulia, oleh karenanya saya dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas yang diberikan oleh Dosen Pengampu Mata Kuliah Ulumul Qur’an kami,
Bapak Dr. H. Khoirul Anam,Lc, M.HI. Dalam proses penyusunan makalah ini kami
menjumpai banyak hambatan dan permasalahan namun berkat dukungan dari Bapak Dosen,
teman-teman dan berbagai pihak akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini dengan tepat waktu. Oleh karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan
terimakasih kepada Bapak Dr. H. Khoirul Anam,Lc, M.HI. selaku Dosen Mata Kuliah
Ulumul Qur’an serta pembimbing dalam penyusunan makalah ini, kepada berbagai pihak
yang telah ikut membantu kami dan kepada semua teman-teman yang selalu memberikan
dukungan untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal yang benar
datangnya hanya dari Allah SWT. Tentu makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu segala saran dan kritik yang membangun dari Bapak Dosen, teman – teman dan
semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan makalah saya ini. Harapan kami semoga
makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi pembaca.

Malang, 12 Februari 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................................i

Daftar Isi .............................................................................................................................ii

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang ……………………………………………………………………1

Rumusan Masalah ………………………………………………………………...2

Tujuan Penulisan ………………………………………………………………….2

BAB 2

PEMBAHASAN
Pengertian Repetisi …………………………………...…………………………..3

Teori Bentuk Repetisi …………………………………………………...………..5

Bentuk-bentuk Repetisi ……………………………………………………….….6

Contoh Repetisi Leksikal pada Al-Qur’an ………………………………………10

BAB 3

PENUTUP

Kesimpulan ...........................................................................................................12

Daftar Pustaka .......................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai Mukjizat yang sangat mulia.
Begitu juga dengan isi yang terkandung didalamnya, baik dari segi lafadz ataupun isi kandungan
dari ayat Al-Qur’an tersebut. Salah satu kemukjizatan yang ada didalam Al-Qur’an yaitu
pengulangan yang terjadi pada ayat-ayatnya atau yang lebih dikenal dengan sebutan “al-tikrar”
Allah menurunkan ayat-ayat Al-Qur’an selalu mempunyai makna dan hikmah didalamnya,
meskipun terkadang akal manusia belum sampai pada hal seperti itu, bahkan orang-orang
orientalis mengklaim bahwa sistematika yang terdapat dalam Al-Qur’an itu sangat kacau.
Banyak hal yang tidak perlu lagi diuraikan, seperti ziyadah, naqs dan tikrar atau pengulangan
ayat-ayat dalam Al-Qur’an. 1
Repetisi merupakan fenomena yang tidak bisa terbantahkan di dalam Al-Qur’an, banyak ayat
didalam Al-Qur’an yang mengalami repetisi, repetisi tersebut bukan tanpa arti tetapi ia memiliki
makna yang tersembunyi yang secara khusus menyebutkan ayat-ayat secara berulang untuk
menjelaskan sebab dan makna nya.
Repetisi adalah pengulangan berupa bunyi, kata atau kalimat yang memiliki peran untuk
memberikan penekanan dalam konteks yang diharapkan. Repetisi juga terdapat pada frasa,
klausa dan kalimat sebagai penegasan dalam wacana.
Pada umumnya, pengulangan kata di dalam Al-Qur’an adalah untuk menegaskan suatu perkara
dan untuk menunjukkan pentingnya permasalahan serta menarik perhatian pendengar terhadap
kandungan yang ada dalam surah tersebut. Artinya, pengulangan untuk membuat pendengar atau
pembacanya agar mengingatkan Kembali maksud yang diinginkan dalam kalimat tersebut. 2

1
M.Quraish Shihab, Mukjizat Alquran, (Bandung: Mizan, 2007), 243
2
Ihsanuddin, Penerapan Kaidah Tikrar dan Hikmahnya dalam Surah Al-Shu’ara Prespektif
Ahmad Musthafa Al Maraghi dan Muhammad Ali Ash Shabuni

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan judul yang diangkat dan pemaparan latar belakang, penulis telah menyusun
beberapa rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini. Rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan Repetisi ?
2. Jelaskan teori bentuk Repetisi ?
3. Apa yang dimaksud dengan Repetisi Fonologis, Gramatikal dan Tematik ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi Repetisi
2. Untuk mengetahui teori bentuk Repetisi
3. Untuk mengetahui definisi Fonologis, Gramatikal dan Tematik

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Teori Bentuk Repetisi


A. Repetisi dalam Sastra Arab
Repetisi atau pengulangan dalam prespektif Bahasa Arab berarti takrar atau takrir yang
mempunyai Masdar dari fi’il madly karrara bermakna raddada dan a’ada.3 Mengikuti wazan
taf’al, bukan bermakna Analogi atau perbandingan. Lain halnya dengan taf’il sebagaimana yang
dikatakan oleh mazhab sibawaih. Sedangkan menurut ulama’ kufah takrar merupakan Masdar
dari wazan fa’ala, alif pada lafadz takrar merupakan pengganti dari takrir ya.4
Dalam prespektif ilmu balaghah, para ulama balaghah (bulaga) mendefinisikan takrar, dalalat
al-lafdzi ‘ala al-ma’na muraddadan (kata yang menunjukkan makna karena adanya repetisi),
seperti dalam contoh

َ‫ف تَ ْعلَ ُم ْون‬ َ ‫ف ت َ ْعلَ ُم ْو َۙنَ ث ُ ام ك اََّل‬


َ ‫س ْو‬ َ ‫ك اََّل‬
َ ‫س ْو‬
Artinya : Janganlah begitu kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu). Janganlah
begitu, kelak kamu akan mengetahui.
Kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa ayat yang kedua berfungsi sebagai penegas (ta’kid)
dan untuk menakut-nakuti atau mencegah5.

1. Antara takrar dan taukid lafzi


Dalam wacana Bahasa Arab, terdapat kedekatan pemahaman antara takrar (Repetisi) dan
taukid lafzi (penegasan berbentuk lafaz). Namun ulama nahwu (nuhat) menyatakan bahwa
takrar lebih umum daripada taukid lafzi. Taukid lafzi adalah pengulangan dari lafal pertama
atau dengan sinonimnya baik berupa ism, fi’il, huruf maupun jumlah (konteks kalimat),
walaupun pengulangan itu terletak dalam konteks kalimat yang berbeda, seperti kalimat
iqamah untuk shalat Qad qamat as-shalat. 6

3
Al-Fairuzabadi, al-Qamus al-Muhut, (Bairut : Dar al-Fikr,1995), Jld. VI, hlm.178
4
Al-Zarkasyi, al-Burhan Fi Ulum Al-Qur’an, (Kairo, Maktabah Isa al-Halabi,tth) Jld, III, hlm.08
5
Lihat : Imam Akhdlari, Ilmu Balaghoh : Terjemahan Jauhar al-Makmum, terj. Moch. Anwar
(Bandung : PT. al-Ma’arif,1993), hlm.114
6
Abd al-Muni’im al-Sayyid Hasan, Zahirat al-Takrar Fi Al-Qur’an al-Karim, (Kairo : Dar al-

3
Pembahasan takrar tidak sebatas pada pengulangan lafal, akan tetapi juga mencakup pada
penghulangan makna, seperti yang terkandung dalam Al-Qur’an. Menurut Raja’ I’d bentuk
taukid lafzi itu tidak mencerminkan seni ungkapan, kecuali apabila penegasan (taukid) ini
dilandasi oleh perasaan hati dan emosional dalam persesuaian konteks penggunaan bahasa. 7
Posisi taukid lafzi dalam konteks kalimat berbeda takrar. Di syaratkan dalam taukid lafzi
posisi antar kata yang diulang harus berdampingan, seperti dalam contoh : Akhaka akhaka.
Sedang dalam takrar tidak di syaratkan berdampingan (mirip dengan taukid lafzi) terkadang
tidak berdampingan.8

2. Takrar dalam syair-syair Arab


Pengulangan redaksi (takrar al-kalam) bukan saja terdapat dalam teori-teori ilmu balaghah
dan nahwu, akan tetapi bentuk-bentuk pengulangan (Repetisi) redaksi dapat juga ditemukan
pada syair-syair orang-orang arab.

B. Pengertian Repetisi Dalam Al-Qur’an


Pada umumnya, repetisi di dalam Ulumul Qur’an dan di dalam Balaghah mempunyai definisi
yang sama.9 Repetisi sendiri merupakan perulangan bunyi, suku kata, atau bagian kalimat yang
dianggap penting untuk memberikan tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai (Keraf, 1984 :
127).10 Dengan kata lain, repetisi adalah penyebutan sesuatu dua kali atau lebih karena ada tujuan
tertentu (Hasyimi, 1999: 202). Jika penyebutan diulang dua kali atau lebih tanpa adanya alasan
ataupun tujuan, maka bukanlah sebagai takrar yang dikehendaki dalam definisi Ulumul Qur’an
dan Balaghah, melainkan sebagai tathwil (memperpanjang) atau hasyw (pemborosan kata).

Matbuat al-Dauliyyah,1980), hlm.18


7
Raja’ I’d, falsafat al-Balagah, baina at-Taqniyyah wa al-Tatawwur, (Alexandria ; Mansya’ah al-
Ma’arif,tth) hlm.111
8
Abd al-Mun’im al-Sayyid Hasan, Zahirat al-Takrar, hlm.18
9
Nur Faizi, dkk. “Bentuk Repetisi Linguistik Dalam Al-Qur’an”, ejournal.uin-malang.ac.id, Vol 9,
No 1 (2014). Hal. 33.
10
Mahmudah, Vivin Amiliya. 2017. Analisis Repetisi Dalam Paragraf Narasi Karangan Siswa
Kelas VIII C MTs Negeri 1 Bondowoso Tahun Pelaharan 2016/2017. http://repository.unmuhjember.ac.id.
Diakses 10 Februari 2022.

4
Dalam pandangan linguistik, definisi repetisi atau pengulangan menunjukkan letaknya dalam
kajiannya. Linguistik memiliki beberapa definisi menurut para ahli, seperti Kridalaksana (1993:
165) mendefinisikan repetisi atau pengulangan adalah penggunaan unsur bahasa beberapa kali
berturut-turut sebagai alat stilistis atau memiliki tujuan yang ekspresif. Sedangkan menurut
Halliday dan Hasan (1976: 278 adalah penyebutan kembali satu unit leksikal yang sama dan telah
disebutkan sebelumnya.

C. Teori Bentuk Repetisi


Bentuk repetisi merupakan bentuk satuan linguistik yang terbentuk dari satuan terkecil, yaitu
fonem hingga satuan linguistik yang terbesar, yaitu wacana yang mengalami pengulangan. Wacana
atau teks tersebut direalisasikan ke dalam bentuk karangan yang utuh seperti novel, buku,
ensiklopedia, dan lain sebagainya, serta kedalam paragraph, kalimat, atau kata yang mengandung
amanat yang lengkap (Kridalaksana, 1993: 231). 11 Dalam hierarki kebahasaan kedudukan wacana
menempati posisi yang paling tinggi, sehingga kajian wacana sebagai bagian dari linguistik harus
melibatkan unsur-unsur yang ada di bawahnya seperti fonem, morfem, kata, dan lain sebagainya.
Al-Qur’an merupakan wacana atau teks kebahasaan yang menjadi pusat kajian Arab dan Islam,
sebagaimana teori yang dikembangkan oleh Abu Zaid (1990) yang ingin mengkaji Al-Qur’an
sebagai teks belaka, bukan pada Al-Qur’an yang selalu dilekatkan dengan kesakralannua (Zaid,
1990: 11). Maksudnya, Al-Qur’an yang sudah terkodifikasikan sebagai mushaf. Meskipun
diketahui bahwasannya pada awal pewahyuannya Al-Qur’an berupa teks lisan, tetapi kemudian
ditulis lalu dikodifikasi dan disebarkan secara massif pada masa pemerintahan khalifah ketiga
yaitu, Utsman Bin Affan. Yang kemudian pada waktu inilah Al-Qur’an menjadi teks yang tertulis
(Arkoun, 1985: 23).12

11
Nur Faizi, dkk. “Bentuk Repetisi Linguistik Dalam Al-Qur’an”, ejournal.uin-malang.ac.id, Vol
9, No 1 (2014). Hal. 32
12
Nur Faizi, dkk. “Bentuk Repetisi Linguistik Dalam Al-Qur’an”, ejournal.uin-malang.ac.id, Vol
9, No 1 (2014). Hal. 33

5
2.2 Bentuk-bentuk Repetisi
A. Repetisi Fonologis
Perkataan merupakan aliran udara yang secara berkala dalam sekumpulan nafas. Suara atau
sebuah kata merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan satu sama lain, tetapi harus terbentuk dari
satuan-satuan dasar yang menyusunnya. Satuan-satuan dasar tersebut dapat diurutkan dari yang
terkecil hingga yang terbesar, seperti: fonem, silabel atau suku kata, stress group, tone group,
breath group, dan phonological sentences. Mayoritas para linguis hanya membagi satuan fonologi
yang menyusun perkataan menjadi dua bagian, yaitu satuan bunyi yang disebut fonem dan silabel/
suku kata (Umar, 1997 : 163). Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat ditemukan tipe repetisi
fonologis sebagai berikut:13

1. Repetisi Fonem dan Silabe


Satuan bunyi fonem adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras
makna (Kridalaksana, 1993: 62, Al Khuli, 1992: 209). Fenom terbagi menjadi 2, yaitu
segmental dan suprasegmental. Segmental adalah vocal dan konsonan, sedangkan
Suprasegmental adalah tekanan nada, atau jeda yang dinamis (Chaer, 2007: 129, Kridalaksana,
1993: 209).14
Silabe atau sukukata yaitu satuan ritmis terkecil dari hasil bunyi Bahasa dalam arus udara.
Satu silabe biasanya terdiri dari satu vocal dan satu konsonan atau lebih (Verhaar, 1996: 59,
Chaer, 2007: 123). Silabe dalam Bahasa Arab hanya ada tiga, yaitu CV (Konsonan dan Vokal),
CVC (Konsonan Vokal Konsonan) dan CVCC (Konsonan Vokal dobel Konsonan).15

2. Rima
Rima terjadi akibat adanya pengulangan fonem atau sukukata yang sama di jarak tertentu
yang mana hal ini terjadi akibat akhir ayat dalam surat yang biasa disebut dengan istilah
Fashilah (single). Fashilah atau Fawashil (Plural) yaitu kata yang menjadi penutup dalam

13
Nur Faizi, dkk. “Bentuk Repetisi Linguistik Dalam Al-Qur’an”, ejournal.uin-malang.ac.id, Vol
9, No 1 (2014). Hal. 33
14
Nur Faizi, dkk. “Bentuk Repetisi Linguistik Dalam Al-Qur’an”, ejournal.uin-malang.ac.id, Vol
9, No 1 (2014). Hal. 33
15
Nur Faizi, dkk. “Bentuk Repetisi Linguistik Dalam Al-Qur’an”, ejournal.uin-malang.ac.id, Vol
9, No 1 (2014). Hal. 33

6
setiap ayat sebagai satuan tertentu dalam Al-Qur’an. Sebagaimana Qafiyah syi’ir atau saj’ (As-
Suyuthi, 1962: 2/260). 16

3. Aliterasi
Yaitu pengulangan bunyi atau huruf yang sama di awal kata-kata secara berurutan untuk
menimbulkan suara musical (Al-Khuli, 1982: 10). Bentuk aliterasi sendiri banyak ditemukan
di dalam Al-Qur’an. Contohnya penggunan Konsonan Mim yang dalam ayat-ayatnya. Begitu
juga konsonan lam dan juga konsonan nun.

4. Assonasi
Kridalaksana (1993: 20) menyebutkan Assonasi yaitu pengulangan vokal. Dengan
demikian, pengulangan bunyi selain vokal bukan disebut sebagai assonasi, sebagaimana tidak
ditegaskan letak pengulangan vokal tersebut dalam satuan kebahasaan, baik di awal atau pun
di akhir kata, diawal, tengah atau akhir sukukata. Dalam Bahasa Arab klasik, vokal dikenal
dengan istilah “Harakat”. Harakat terdiri dari 3 vokal pendek dan 3 vokal Panjang yaitu a, i, u,
dan a, u, i. (Holes, 1985: 57 dan Ryding, 2005: 25-30).

B. Repetisi Gramatikal
Yaitu tata Bahasa, sistem atau struktur gramatikal yang terbagi atas morfologi dan sintaksis. Morfologi
sendiri mencakup kata, bagian-bagiannya serta kejadiannya. Sedangkan sintaksis mencakup satuan-satuan
yang lebih besar dari kata, contohnya seperti frasa, klausa kalimat dan hubungan antara satuan-satuan
tersebut. (Kushartanti ed, 2005: 7 dan Alwasilah, 2011: 115).
Hierarki kebahasaan menyebutkan bahwa satuan atau unsur Bahasa diatas yaitu fonem adalah morfem.
Morfem berasal dari kata morph dan form yang berarti bentuk terkecil. Morfem di definiskan sebagai
bentuk terkecil yang memiliki arti (Alwasilah, 2011: 116). Yang memiliki 7 proses morfemis yaitu, afikasi,
reduplikasi, komposisi, konversi, modifikasi internal, suplesi, dan pemendekan (Chear, 2003: 177). Dari
ketujuh proses morfemis yang merupakan pengulangan morfem adalah reduplikasi.

16
Nur Faizi, dkk. “Bentuk Repetisi Linguistik Dalam Al-Qur’an”, ejournal.uin-malang.ac.id, Vol
9, No 1 (2014). Hal. 33

7
1. Reduplikasi
Merupakan proses morfemis yang mengulangi bentuk dasar atau Sebagian bentuk dasar tersebut.
Reduplikasi terbagi menjadi dua, yaitu reduplikasi penuh dan reduplikasi parsial (Verhaar, 1996: 152).
Dan reduplikasi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu paradigmatis dan derivasional.17

2. Repetisi Kata
Repetisi kata yaitu repetisi satuan Bahasa yang berada satu tingkat lebih besar diatas fonem dan
morfem. Sebagai satuan gramatik, kata dapat terdiri dari satu atau beberapa morfem, satu morfem, dua,
atau tiga bahkan empat morfem. Yang dimaksud kata adalah satuan bebas yang paling kecil, atau
dengan Bahasa lain, setiap satuan-satuan bebas merupakan kata (Ramlan 2012: 33-34). Pengulangan
yang terjadi adalah pengulangan sempurna (repetied form). Justru pengulangan bentuk kata lain adalah
pengulangan dengan penambahan.

3. Repetisi Frasa
Frasa adalah Sebagian satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonproduktif,
atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis didalam kalimat. (Chaer,
2003: 222). Ramlan (2005: 139) menyebutkan dua sifat bagi frasa. Pertamam yaitu frasa merupakan
satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih. Kedua, frasa merupakan satuan yang tidak
melebihi batas fungsi unsur klausa. Frasa harus terdiri dari dua kata atau lebih dan susunannya itu
bukanlah susunan yang bersifat predikatif. 18

4. Pengulangan Klausa dan Kalimat


Al-Khuli (1982: 42) mendifinisikan klausa sebagai susunan kebahasaan yang menyerupai jumlah
(kalimat) dalam segi unsur-unsurnya yang membentuk Sebagian dari kalimat. Terkadang berupa
kalimat atau pokok kalimat. Anak kalimat berupa kalimat kecil yang menduduki sebuah fungsi dalam
kalimat kecil yang pokok terkadang berfungsi sebagai atribut (na’at) nomina, atau keterangan
tempat/waktu (dharf).
Dalam Bahasa Arab, satuan Bahasa kalimat biasa disebut dengan istilah kalam atau jumlah
mufidah, sedangkan satuan Bahasa klausa dikenal sebagai istilah jumailah (kalimat kecil) atau jumlah
ghairu mufidah yang mana ada jumailah yang berpotensi menjadi kalam (kalimat) dan ada yang tidak

17
Nur Faizi, dkk. “Bentuk Repetisi Linguistik Dalam Al-Qur’an”, ejournal.uin-malang.ac.id, Vol
9, No 1 (2014). Hal. 34
18
Nur Faizi, dkk. “Bentuk Repetisi Linguistik Dalam Al-Qur’an”, ejournal.uin-malang.ac.id, Vol
9, No 1 (2014). Hal. 35

8
berpotensi menjadi kalam (kalimat). (Ma’ruf, 2002: 65).
Klausa yang mengalami pengulangan meliputi klausa berpusat dan klausa tak berpusat. Bentuk
klausa yang diulang juga mencakup bentuk klausa terikat dan klausa bebas. Repetisi kalimat meliputi
bentuk kalimat tunggal dan kalimat majmuk dengan 3 ragamnya yaitu koordinatif, subordinative dan
komplek. 19

5. Paralelisme
Repetisi paralelisme yaitu penggunaan kata-kata atau frasa-frasa yang menduduki fungsi sama
dalam bentuk gramatikal yang sama (Keraf, 1984: 126) paralelisme sering dikaitkan dengan penonjolan
atau penekanan retorik (Leech, 1996: 67). Paralelisme sendiri membantu memberi kejelasan dalam
unsur gramatikal dengan mempertahankan bagian-bagian yang sederajat dalam kontruksi yang sama
(Keraf, 1971: 53).
Ragam paralelisme sangat variative karena di dalam Bahasa Arab struktur sintaksis sangat banyak
macamnya, sehingga ragam paralelisme yang ditemukan di Al-Qur’an juga beragam mulai dari struktur
yang mengalami pembahasan gaya Bahasa sehingga struktur memiliki perubahan gaya Bahasa.

C. Repetisi Tematik
Tipe repetisi tematik yaitu paraphrase, yaitu bentuk repetisi yang memanfaatkan teori tentang
pengungkapan ide atau topik pesan lebih dari satu kali. Parafrase adalah pengungkapan Kembali suatu
konsep dengan cara lain dalam Bahasa yang sama namun tanpa mengubah maknanya. Parafrase
memberikan kemungkinan kepada penulis untuk memberi penekanan yang agak lain (Kridalaksana, 2008
dan Al-Khuli 1982: 201).
Berkaitan dengan makna atau pesan Al-Qur’an terdapat 4 ajaran keyakinan yaitu (tauhid, kerasulan,
pahala, hukuman dan eskatologi) yang merupakan ajaran pembahasannya diulang-ulang didalam teks Al-
Qur’an. Baik pada level makro dalam surat atau teks Al-Qur’an, dan level mikro dalam sebuah kalimat
(Rouf, 2004: 204). 20

19
Nur Faizi, dkk. “Bentuk Repetisi Linguistik Dalam Al-Qur’an”, ejournal.uin-malang.ac.id, Vol
9, No 1 (2014). Hal. 36
20
Nur Faizi, dkk. “Bentuk Repetisi Linguistik Dalam Al-Qur’an”, ejournal.uin-malang.ac.id, Vol
9, No 1 (2014). Hal. 37

9
2.3 Contoh Repetisi Leksikal pada Al-Qur’an (Surat Al-Kafirun)
A. Kata
Pengulangan yang terjadi adalah pengulangan yang sempurna (repetited form), yaitu
pengulangan bentuk kata dengan menambahkan kata lain. Dengan maksud, sebuah kata diulang
dengan menambahkan kata lain sehingga menjadi sebuah frasa. Misalnya terdapat pada contoh:
‫ع َبدْت ُّ ْم‬ َ ‫َو َ َۤل اَنَا‬
َ ‫عا ِبدٌ َّما‬
Artinya: “Dan aku tidak menyembah apa yang kamu sembah”. Pada kata ٌ‫عابِد‬
َ “Penyembah”
yang diulang menjadi satuan frasa ‫عبَدْت ُّ ْم‬
َ “Kamu Sembah”.

B. Frasa
Menurut kesepakatan para peneliti, bentuk frasa nomina yang hanya diulang hanya pada bagian
depannya saja. Seperti dalam contoh Surat Al-Kafirun ayat 6:
َ ‫لَ ُك ْم ِد ْينُ ُك ْم َول‬
‫ِي ِدي ِْن‬
Artinya: “Untukmu agamamu, dan untukku agamaku”. Pada bagian ini, terdapat frasa ‫ِد ْينُ ُك ْم‬
yang hanya diulang sebagian dan penambahan kata lain pada frasa ‫ِي ِدي ِْن‬ َ ‫ول‬.
َ Akan tetapi,
pengulangan tersebut tidak menunjukkan referen yang sama. Seperti pada kata din yang pertama
merujuk pada agama lain yang dianut oleh orang Quraisy, sedangkan din yang kedua dimaksudkan
untuk agama Allah yaitu Islam.

C. Klausa dan Kalimat


Terdapat klausa dan kalimat yang mengalami repetisi secara keseluruhan atau sempurna
(repetited form), yang diulang dengan bentuk kalimaat yang sama sehingga terbentuklah sebuah
topik atau tema yang menjelaskan sebab dan makna tersembunyi. Seperti halnya dalam Surat Al-
Kafirun ayat 3 dan 5:
ُ‫َو َ َۤل ا َ ْنت ُ ْم عٰ بِد ُْونَ َم ۤا ا َ ْعبُد‬
Artinya: “Dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah.” Pada ayat ini menjelaskan
penyebab orang kafir bukanlah penyembah Tuhan yang Nabi Muhammad SAW sembah yaitu

10
Allah SWT, karena mereka tidak akan pernah menjadi penyembah Tuhan (Allah) yang Nabi
Muhammad SAW sembah.21

21
Al-Jârim, Ali, Mushthafa Amin. 1983. An-Nahwu Al-Wâdhih. Dar Al-Kutub At- Turâtsiyyah:
Beirut.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan dan Saran


Dapat disimpulkan bahwa repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, atau bagian kalimat
yang dianggap penting untuk memberikan tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai (Keraf,
1984: 127). Repetisi terjadi di dalam semua level unit hierarki kebahasaan. Pertama pada level
fonem dan silabel/ suku kata, repetisi membentuk rima pada fashilah (kalimat penutup pada akhir
ayat) ayat-ayat Al-Qur’an, baik di dalam surat Makkiyah ataupun Madaniyyah. Di dalam intra
ayat, repetisi pun terjadi dalam bentuk aliterasi dan asonansi yang sangat jelas di dalam ayat-
ayatnya.
Pada tingkatan gramatikal, repetisi pertama dapat dilihat dalam bentuk morfem. Repetisi
morfem berfungsi secara sitemik untuk membentuk kata baru melalui proses morfemis atau yang
disebut dengan reduplikasi, baik total maupun parsial. Sedangkan pada tingkatan yang lebih besar,
repetisi kata dalam semua kelasnya juga terjadi, baik dalam bentuk yang sama tetapi mayoritas
berbeda.
Frasa yang merupakan tingkatan satuan atau unit kebahsaaan yang lebih besar dari kata pun
juga mengalami repetisi di dalam Al-Qur’an. Terdapat banyak bentuk frasa yang mengalami
pengulangan, baik frasa verbal, nominal, numeral, ataupun adverbial. Klausa dan kalimat juga
mengalami repetisi dalam sebuah topik di Al-Qur’an. Begitu juga pada tingkatan tema atau topik
pun juga seringkali mengalami pengulangan di dalam surat yang lain.
Didalam contoh surat Al-Kafirun terdapat repetisi sempurna atau secara keseluruhan (repetited
form) yang berupa kata, frasa, klausa dan kalimat. Repetisi sempurna atau secara keseluruhan
merupakan pengulangan dengan menambahkan kata lain. Dan dalam repetisi ini, dapat dilihat dan
dibedakan referenshi nya dari setiap pengulangan yang ada.
Materi repetisi merupakan materi baru bagi penulis. Sehingga dalam penyusunannya, penulis
menemukan beberapa hambatan seperti kurang mendapatkan referenshi karena pemberlakuan
PPKM dan sulit untuk memahami materi. Penulis menyadari bahwasannya banyak kekurangan
yang terdapat di makalah ini.
Oleh karena itu, penulis sangat berharap kepada para pembaca untuk memberikan saran,
kritikan dan masukan yang bersifat membangun agar menjadi motivasi dan perbaikan bagi penulis
dalam menyusun makalah selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

M.Quraish Shihab, Mukjizat Alquran, (Bandung: Mizan, 2007), 243


Ihsanuddin, Penerapan Kaidah Tikrar dan Hikmahnya dalam Surah Al-Shu’ara Prespektif Ahmad
Musthafa Al Maraghi dan Muhammad Ali Ash Shabuni
Al-Fairuzabadi, al-Qamus al-Muhut, (Bairut : Dar al-Fikr,1995), Jld. VI, hlm.178
Al-Zarkasyi, al-Burhan Fi Ulum Al-Qur’an, (Kairo, Maktabah Isa al-Halabi,tth) Jld, III, hlm.08
Lihat : Imam Akhdlari, Ilmu Balaghoh : Terjemahan Jauhar al-Makmum, terj. Moch. Anwar
(Bandung : PT. al-Ma’arif,1993), hlm.114
Abd al-Muni’im al-Sayyid Hasan, Zahirat al-Takrar Fi Al-Qur’an al-Karim, (Kairo : Dar al-
Matbuat al-Dauliyyah,1980), hlm.18
Raja’ I’d, falsafat al-Balagah, baina at-Taqniyyah wa al-Tatawwur, (Alexandria ; Mansya’ah al-
Ma’arif,tth) hlm.111
Abd al-Mun’im al-Sayyid Hasan, Zahirat al-Takrar, hlm.18
Nur Faizi, dkk. “Bentuk Repetisi Linguistik Dalam Al-Qur’an”, ejournal.uin-malang.ac.id, Vol 9,
No 1 (2014). Hal. 33.
Mahmudah, Vivin Amiliya. 2017. Analisis Repetisi Dalam Paragraf Narasi Karangan Siswa
Kelas VIII C MTs Negeri 1 Bondowoso Tahun Pelaharan 2016/2017.
http://repository.unmuhjember.ac.id. Diakses 10 Februari 2022.
Nur Faizi, dkk. “Bentuk Repetisi Linguistik Dalam Al-Qur’an”, ejournal.uin-malang.ac.id, Vol 9,
No 1 (2014). Hal. 32
Al-Jârim, Ali, Mushthafa Amin. 1983. An-Nahwu Al-Wâdhih. Dar Al-Kutub At- Turâtsiyyah:
Beirut.

13

Anda mungkin juga menyukai