Sebelum membahas lebih lanjut ada baiknya mempelajari sedikit tentang Hukum
Internasional. Hukum Internasional tidak memiliki lembaga-lembaga yang lazim
diasosiasikan dengan hukum dan pelaksanaannya. Masyarakat Internasional tidak
mengenal suatu kekuasaan eksekutif pusat seperti dalam negara nasional. Masyarakat
Internasional dalam bentuknya sekarang merupakan suatu tertib hukum koordinasi dari
sejumlah negara yang masing-masing berdaulat. Dalam tata masyarakat internasional
terdapat suatu badan legislatif maupun kekuasaan kehakiman dan polisional yang dapat
memaksakan berlakunya kehendak masyarakat internasional.
Dalam sejarah pandangan yang ekstrim, yakni berupa penyangkaan atas eksistensi
Hukum Internasional, yang dikemukakan oleh Jhon Austin (1979-1859). Beliau
menyatakan, bahwa merupakan etika dan norma kesopanan internasional saja.
Menurut pandangan Jhon Austin ini apabila dihubungkan dengan Hukum Internasional
dimana masyarakat dan struktur Hukum Internasional yang koordinatif, dalam pengertian
tidak mengenai badan supra-nasional yang berdaulat, dapat disimpulkan bahwa Hukum
Internasional menurut Jhon Austin,bukanlah merupakan hukum dalam pengertian yang
sebenernya, sebab hukum internasional tidaklah dibuat oleh badan yang berdaulat yang
mempunyai kedudukan lebih tinggi daripada masyarakat internasional. Apa yang disebut
sebagai hukum internasional, menurut Jhon Austin, tidak lebih dari pada norma moral
belaka.
Tanggapan Austin ini di tentang oleh Oppenheim dan para pemikir lain yang
menyatakan bahwa Hukum Internasional itu merupakan suatu produk hukum. Bahwa
hukum internasional bukanlah aturan moral belaka, karena berbeda dengan moral yang
bersumber dari kesadaran hati nurani dan daya paksanya berasal dari luar. Yang
dimaksud dengan kekuasaan dari luar, adalah kekuasaan dari masyarakat. Dan,untuk
hukum internasional kekuasaan dari luar tersebut tentu saja masyarakat internasional.
Jadi, hukum internasional benar-benar merupakan hukum yang mengikat masyarakat
internasional. Hanya saja, diakui bahwa hukum yang mengikat masyarakat internasional
merupakan hukum yang lemah.
Ada beberapa teori yang menjadi hakikat dan dasar berlakunya hukum internasional,
yaitu :
4. Mazhab Wina
Tokoh terkenal dari Mazhab Wina adalah Hans Kelsen. Menurut kelsen, kaidah dasar
dari hukum internasional itu adalah prinsip atau asas servanda sebagai kaidah dasar
(Grundnorm). Pacta Sunt Servanda( aggrements must be kept) adalah asas hukum yang
menyatakan bahwa “setiap perjanjian menjadi hukum yang mengikat bagi para pihak
yang melakukan perjanjian.”
5. Mazhab Prancis
Meburut teori ini dasar mengkatnya hukum internasional itu dapat dikembalikan
kepada sifat alami manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa memiliki hasrat untuk
hidup bergabung dengan manusia lain dan kebutuhan akan solidaritas. Kebutuhan dan
naluri sosial manusia sebagai orang-seorang menurut Mazhab Prancis ini juga dimiliki
oleh bangsa-bangsa. Jadi, dasar kekuatan mengikat hukum internasional terdapat dalam
kenyataan sosial bahwa mengikatnya hukum itu mutlak perlu untuk terpenuhinya
kebutuhan manusia(bangsa) untuk hidup bermasyarakat.
TUGAS HUKUM INTERNASIONAL
Di susun oleh :
Muyasaroh 1111180218
FAKULTAS HUKUM