DISUSUN OLEH :
KELAS : X.IPA.2
ص ْر
ُ ْص ُر اُن
ُ )ي ْن
َ ]1[ .ب ْ ِب ا
ْ ض ِر ُ ض ِر
ْ َب ي
َ ض َر
1
َ
B. Pengertian Fi’il Madhi
Fi’il madhi adalah setiap kata kerja yang menunjukkan pekerjaan yang telah terjadi di
masa lampau. Dengan kata lain pekerjaan tersebut telah/sudah dilaksanakan, baik
dilaksanakan baru saja, tadi, kemarin, satu bulan yang lalu, atau satu tahun yang lalu dan
seterusnya.
اب ِ ُ َقرْأ
Saya telah membaca buku َ َت الْكت َ
ب ال َْولَ ُد الْ ُك َّر َة ِ
Anak laki-laki itu telah bermain bola َ لَع
Azizah telah pergi ke Perpustakaan ت ِ ت َع ِز ْي َزةُ ِإلَى الْم ْكتَب ْ ََذ َهب
َ َ
Nabila dan Khodijah adalah ْجا ٍم َع ِة َ ان فِ ْي تِل
َ ْك ال
ِ َادجةُ طَالِبت ِ
َ َ نَبِْيلَةُ َو َخ
mahasiswa Universitas itu. Mereka
berdua telah belajar bahasa Arab َو ُه َما قَ ْد َد َر َسا لُغَةَ ال َْع َر بِيَّ ِة
Bayi itu telah mengantuk dikAmrnya الط ْف ُل فِي ُح ْج َر تِِه ِ َنعس
َ َ
Jika diperhatikan, perubahan fi’il madhi akan terlihat berbeda diakhirnya sesuai
dhamir-nya (kata ganti). Hal ini dapat digambarkan dalam table berikut:2[2]
1[1] Moch Anwar, Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-Ajurumiyyah dan ‘Imrithy Berikut
Penjelasannya, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2014), Cetakan ketiga puluh dua, hal.55
2[2] Nawang Wulandari, Belajar Bahasa Arab Asyik dan Menyenangkan 2, (Metro: CV.
Laduni Alifatama, 2018), Cetakan Kedua, hal. 9
Dia (jama’) perempuan telah َس ِم ْع َن ُه َّن
mendengar
َس ِم ْع َ
Kamu )(laki-laki telah ت
mendengar
ت
اَنْ َ
)Kamu (2 orang laki-laki telah َس ِم ْعتُ َما اَْنتُ َما
mendengar
)Kamu (jama’ laki-laki telah َس ِم ْعتُ ْم اَْنتُ ْم
mendengar
Kamu )(Perempuan telah ت س ِم ْع ِ ت اَنْ ِ
mendengar َ
)Kamu (2 orang Perempuan telah َس ِم ْعتُ َما اَْنتُ َما
mendengar
)Kamu (jama’ perempuan telah َس ِم ْعتُ َّن اَنتُ َّن
mendenger
Saya telah mendengar تَس ِم ْع ُ اَنَا
Kami/ Kita telah mendengar َس ِم ْعنَا نَ ْح ُن
Jika diperhatikan, perubahan Fi’il Mudhari’ akan terlihat berbeda-beda di akhir kata
sesuai dhamir-nya (kata ganti). Perubahan pada fi’il mudhari’ akan terlihat pada huruf
mudhara’ah yang digunakan di awal dan akhir fi’il nya. Adapun huruf mudhara’ah adalah 4
huruf hijaiyyah yang berbeda dalam fi’il mudhari’, huruf tersebut adalah نdan ]4[4. ت, ي,ا
4[4] Nawang Wulandari, Belajar Bahasa Arab Asyik dan Menyenangkan 2,hal. 15
mendengar
Dia Perempuan sedang/ akan تَ ْس َم ُع ِه َي
mendengar
Dia (2 orang) Perempuan sedang/ ِ تَسمع
ان ُه َما
akan mendengar ََ ْ
Dia (jama’) Perempuan sedang/ يَ ْس َم ْع َن
akan mendengar
ُه َّن
Kamu (laki-laki) sedang/ akan تَ ْس َم ُع
mendengar
ت
َ ْاَن
Kamu (2 orang laki-laki) sedang/ ِ تَسمع
ان اَْنتُ َما
akan mendengar ََ ْ
Kamu (jama’ laki-laki) sedang/ تَ ْس َمعُ ْو َن
akan mendengar
اَْنتُ ْم
Kamu (perempuan) sedang/ akan تَ ْس َم ِع ْي َن ت ِ ْاَن
mendengar
Kamu (2 orang Perempuan) ِ تَسمع
ان اَْنتُ َما
sedang/ akan mendengar ََ ْ
Kamu (jama’ perempuan) تَ ْس َم ْع َن
sedang/ akan mendenger
اَنتُ َّن
Saya sedang/ akan mendengar اَ ْس َم ُع اَنَا
Kami/ Kita sedang/ akan نَ ْس َم ُع
mendengar
نَ ْح ُن
1. Huruf ya ( )يmudhara’ah yang terletak di awal fi’il diganti dengan alif ()أ. Adapun harakat
(tanda baca alif ini memiliki beberapa ketentuan: 1) apabila huruf kedua terakhir fi’il ber-
harakat dhammah, maka alif ber-harakat dhammah, dan 2) apabila huruf kedua terakhir fi’il
ber-harakat kasrah dan fathah, maka alif ber-harakat kasarah.
Contoh:
Fi’il Amr Fi’il Mudhari’ Fi’il Madhi
بْ ُاُ ْكت بُ ُيَ ْكت ب
َ ََكت
س ِ ِ ِ
ْ ا ْجل س
ُ يَ ْجل س
َ ََجل
5[5] Moch Anwar, Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-Ajurumiyyah dan ‘Imrithy Berikut
Penjelasannya, hal. 57
6[6] Ibid.,hal. 21
ب ِ
ْ ا ْذ َه ب
ُ يَ ْذ َه ب
َ ذَ َه
2. Apabila setelah huruf ya’ ( )يmudhara’ah adalah huruf hijaiyyah yang ber-harakat baik
kasrah, fathah atau dhammah, untuk merubahnya menjadi fi’il amr huruf ya’ dihapus tanpa
diganti dengan alif, serta huruf ‘illat ( ي- )أ – وyang ada pada fi’il mudhari’ juga dihapus.
Contoh:
Fi’il Amr Fi’il Mudhari’ Fi’il Madhi
قُ ْل َي ُق ْو ُل ال
َ َق
نَ ْم ام
ُ ََين ام
َ َن
3. Apabila setelah dibuang ya Mudhara’ahnya huruf pertamanya merupakan hamzah yang
berharokat sukun, maka dapat mengikuti cara pertama atau mengikuti cara kedua dengan
menghilangkan hamzah yang berharokat sukun.
Contoh:
Fi’il Amr Fi’il Mudhari’ Fi’il Madhi
ُك ْل يَْأ ُك ُل َأ ُك ْو ُل
ُم ْر/ ُأْأ ُم ْر يَ ُْأم ُر ََأم َر
3. Fi’il amr ber-dhamir اَْنتُ َماhuruf akhir fi’il di-harakat-i dengan fathah dan ditambahi dengan
alif ()ا.
4. Fi’il amr ber-dhamir اَْنتُ ْم huruf akhir fi’il di-harakat-i dengan dhammah dan ditambahi
A. Kesimpulan
1. Fi’il madhi adalah lafazh yang menunjukkan kejadian (perbuatan) yang telah berlalu dan
selesai. Alamatnya ialah, sering dimasuki ta tanits yang di sukun-kan.
2. Fi’il Mudhari’ adalah setiap kata kerja yang menunjukkan pekerjaan yang sedang atau akan
terjadi.
3. Fi’il amr atau kata kerja perintah yang berisi pekerjaan yang dikehendaki oleh mutakallim
(pembicara) sebagai orang yang memerintahkan agar dilakukan oleh mukhatab (lawan bicara)
sebagai orang yang diperintah.
DAFTAR PUSTAKA
Moch Anwar, Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-Ajurumiyyah dan ‘Imrithy Berikut
Penjelasannya, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2014), Cetakan ketiga puluh dua
Nawang Wulandari, Belajar Bahasa Arab Asyik dan Menyenangkan 2, (Metro: CV. Laduni
Alifatama, 2018), Cetakan Kedua