A. Latar Belakang
Dari kedua ilmu inilah kita dapat memahami dan mempelajari teks-teks
Bahasa Arab yang termaktub dalam Al-Qur’an, hadits, syair-syair, serta qaul-qaul
bijak para ulama terdahulu. Dalam kajian ilmu Nahwu, terdapat jumlah mufidah
dimana terdiri dari fi’il, fa’il dan maf’ul dalam jumlah fi’liyah dan terdapat
mubtada’khobar dalam jumlah ismiyah. Akan tetapi, fi’il (kata kerja) sendiri
mempunyai beberapa macam pembagiannya sesuai dengan tinjauan masing-masing
kaidah. Dalam tinjauan kaidah Sharaf, fi’il terbagi menjadu tujuh bagian. Salah
satunya yaitu fi’il (kata kerja) ditinjau dari segi berdasarkan maf’ulnya (objeknya).
B. Rumusan Masalah
Fi’il Lazim adalah kata kerja yang tidak membutuhkan objek untuk menjadi
kalimat sempurna. Dalam Bahasa Indonesia biasa kita kenal dengan kata kerja
intrasitif. Fi’il Lazim adalah fi’il yang tidak membutuhkab objek. Jadi kalimat yang
tersusun dari Fi’il Lazim terdiri dari fi’il lazim dan fa’il saja.
Contoh :
Membutuhkan objek
Dapat dilihat contoh Fi’il Lazim diatas, ia sama sekali tidak membutuhkan
objek (maf’ul bih) untuk menjadi kalimat sempurna dan memahamkan. Fi’il Lazim
hanya membutuhkan Fa’il (pelaku) tapi tidak membutuhkan maf’ul bih (objek).
Contoh :
( َض َر ْبُت َزْيًداAku memukul zaid )
( َيْكُتُب أْح َم ُد الَّر َس اَلةAhmad menulis surat )
( أَك َلْت َز ْيَنُب اُلُخ ْبزZainab makan roti )
Yaitu fi’il muta’addi di mana membutuhkan dua maf’ul untuk melengkapi kalimat
secara sempurna. Fi’il muta’addi ini dibagi menjadi dua yaitu :
a. Fi’il-fi’il yang menashabkan dua maf’ul , asal keduanya adalah mubtada dan
khabar. Fi’il-fi’il ini adalah :
1) Af alul dzan:
2) Af alul yaqin :
Contoh : (Pengguna jalan itu mendapati jalan itu bergelombang) َو َج َد الَّسا ِئُر الَّطِر
يَقوَعًرا
3) Af alut tahwil :
Contoh : ( َص َّبَر الَص َّناُع اْلُقْطَن َنسيًخ اPengrajin itu menjadikan kapas tersebut menjadi
kain )
b. Fi’il-fi’il yang menashabkan dua maf’ul, asal keduanya bukan mubtada’ dan
khabar.
Contoh : ( َأْع َلْم ُت َع ِلَّيا الَح َر َص ِح يًحاAku memberitahu ali bahwa berita itu
benar )
( َأْنَبْأ ُت َع ْبَد ِهَّللا َزْيًدا ُمَس اِفًراAku memberitahu Abdullah bahwa Zaid safar )
Fi’il Lazim bisa berubah menjadi fi’il muta’addi dengan dua cara, yaitu
dengan mengubah wazannya dengan menambahkan huruf jar.
1. Mengubah wazan
Contoh :
Contoh :
Contoh :
Muta’addi dengan sendirinya dan muta’addi dengan yang lain. Fi’il muta’addi
ada kalanya muta’addi sendiri adalah kata kerja yang sampainya kepada maf’ul bih
secara langsung, yakni tanpa memakai penghubung huruf jar, seperti ( كتبت رسالةaku
menulis surat). Adapun muta’addi oleh yang lain adalah muta’addi yang sampainya
kepada maf’ul bih dengan perantara huruf jar.
A. Kesimpulan
Sedangkan Fi’il muta’addi adalah kata kerja yang membutuhkan objek untuk
menjadi kalimat sempurna. Dalam Bahasa Indonesia bias akita kenal dengan kata
kerja transitif. Pembagian fi’il muta’addi untuk menyempurnakan maknanya ada tiga
macam yaitu, muta’addi dengan satu maf’ul, dua maf’ul, tiga maf’ul.
Abdullah bin malik, Muhammad, Alfiyah lbn Malik. Kediri: Madrasah Hidayatul
Mubtadi’in, 2012.
Thohir. Asep. M, Skema Lengkap Jurumiyyah & Shorof Kaylany, Jakarta: Pustaka
Jaya, 2018.
https://www.bing.com/search?q=fiil+muta%27adi&cvid=63a287596c9e42.
Diakses pada tanggal 01 November 2022.