Anda di halaman 1dari 10

Makalah

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Bahasa Arab II
Dosen Pengapu : MUHAMMAD ARIF NASRUDIN, S.Pd, M.Pd.I

Di susun oleh kelompok II : 1. ARINI BUSYROLINA


2. HABIBATU NUR FAIQOH
3. NINUK IFA DIANA
4. NABILATUZ ZAHWA

UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT MALANG


Fakultas Ilmu Keislaman
( Program Studi Pendidikan Agama Islam )
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nahwu dan Sharaf merupakan bagian dari ‘Ulumul ‘arabiyyah, yang


bertujuan untuk menjaga dari kesalahan pengucapan maupun tulisan. Ilmu nawu
adalah ilmu yang membahas tentang aturan akhir struktur kalimat ( kata ) apakah
berbentuk rafa’ , nashab, jar, atau jazm. Sedangkan ilmu Sharaf adalah ilmu yang
membahas tentang shighah ( bentuk ) kalimat Arab dan hal ihwalnya dari mulai huruf
asli, tambahan, shahih, sampai kepada ‘ilatnya.

Dari kedua ilmu inilah kita dapat memahami dan mempelajari teks-teks
Bahasa Arab yang termaktub dalam Al-Qur’an, hadits, syair-syair, serta qaul-qaul
bijak para ulama terdahulu. Dalam kajian ilmu Nahwu, terdapat jumlah mufidah
dimana terdiri dari fi’il, fa’il dan maf’ul dalam jumlah fi’liyah dan terdapat
mubtada’khobar dalam jumlah ismiyah. Akan tetapi, fi’il (kata kerja) sendiri
mempunyai beberapa macam pembagiannya sesuai dengan tinjauan masing-masing
kaidah. Dalam tinjauan kaidah Sharaf, fi’il terbagi menjadu tujuh bagian. Salah
satunya yaitu fi’il (kata kerja) ditinjau dari segi berdasarkan maf’ulnya (objeknya).

Di dalam penulisan makalah ini, penulis akan membahas tentang pembagian


fi’il dilihat berdasarkan maf’ulnya (objeknya) yang terdiri dari fi’il lazim dan fi’il
muta’addi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang diangkat dalam


penulisan makalah ini adalah :

1. Apa Pengertian Fi’il Lazim ?

2. Apa Pengertian Fi’il Muta’addi ?

3. Apa saja macam-macam Fi’il Muta’addi ?

4. Bagaimana cara mengubah Fi’il Lazim menjadi Fi’il Muta’addi ?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fi’il Lazim

Fi’il Lazim adalah kata kerja yang tidak membutuhkan objek untuk menjadi
kalimat sempurna. Dalam Bahasa Indonesia biasa kita kenal dengan kata kerja
intrasitif. Fi’il Lazim adalah fi’il yang tidak membutuhkab objek. Jadi kalimat yang
tersusun dari Fi’il Lazim terdiri dari fi’il lazim dan fa’il saja.

Contoh :

‫مشى ا لطا لب‬

Fa’il (pelaku) Fi’il Lazim Fi’il yang tidak

Membutuhkan objek

“ Siswa itu duduk”

Struktur Jumlah Fi’liyah dari Fi’il Lazim

Fi’il Lazim + Fa;il ( pelaku )

Contoh Fi’il Lazim

Telah datang ‫َج ا َء‬


Telah keluar ‫َخ َر َج‬

Telah pergi ‫َذ َهَب‬

Sedang tidur ‫َيَنا ُم‬

Telah berdiri ‫َقاَم‬


Telah hadir ‫َح َض َر‬

Telah masuk ‫َد َخ َل‬


‫َتَفَّتَح ا لَّز مر‬ : Kembang merekah

‫َثاَر اْلُغ َياُر‬ : Debu beterbangan

‫َفاَض الَّنهُر‬ : Sungai meluap

‫َهَّبِت الَّر يُح‬ : Angin berhembus

Dapat dilihat contoh Fi’il Lazim diatas, ia sama sekali tidak membutuhkan
objek (maf’ul bih) untuk menjadi kalimat sempurna dan memahamkan. Fi’il Lazim
hanya membutuhkan Fa’il (pelaku) tapi tidak membutuhkan maf’ul bih (objek).

B. Pengertian Fi’il Muta’addi


Kalimat Fi’il itu terbagi kepada Muta’addi dan Lazim. Adapun Muta’addi
adalah kalimat fi’il yang bersambung langsung dengan maf’ul bih nya tanpa memakai
huruf jar. Atau dengan kata lain, muta’addi adalah fi’il yang membutuhkan maf’ul bih
(objek) secara langsung.
‫و متعد ي هو الذي يتصل إلى مفعوله بغير هرف‬
“Fi’il yang maknanya bisa sampai pada maf’ul bihnya tanpa perantara huruf jar”

‫فانصب به مفعوله ان لم ينب عن فاعل نحوتد برت‬


Maka nashobkan dengan Fi’il Muta’addi ini terhadap Maf’ulnya, jika ia lagi
tidak menggantikan Fa’il (tidak menjadi Naibul Fa’il). Fi’il Muta’addi itu menasabkan
pada maf’ul bih apabila maf’ul bih itu tidak menjadi na’ibul fa’il.
Struktur Jumlah Fi’liyah dari Fi’il Muta’addi
Fi’il Muta’addi + Fa’il + Maf’ul (objek)

Contoh kalimat fi’il muta’addi


‫ أَك ُل ُمَحَّم ٌد الُّر َّز‬Muhammad telah makan nasi
‫ َيْقَر ُأ َنِح ْيٌب اْلَم َج َّلَة‬Najib sedang membaca majalah
‫ َيْطَبُخ الَّطَّباُخ اْلَّطَع اَم‬Koki sedang memasak makanan
‫ َقَبَض الُّش ْر ِطَّي الَّساِر َق‬Polisi telah menangkap pencuri
‫ َذ َبَح اْلُم ْس ِلُم اْلَغَنَم‬Muslim telah menyembelih kambing

Contoh :
‫ ( َض َر ْبُت َزْيًدا‬Aku memukul zaid )
‫ ( َيْكُتُب أْح َم ُد الَّر َس اَلة‬Ahmad menulis surat )
‫ ( أَك َلْت َز ْيَنُب اُلُخ ْبز‬Zainab makan roti )

C. Pembagian Fi’il Muta’addi


Fi’il Muta’addi dilihat dari segi membutuhkan maf’ul bih dibagi menjadi
tiga, yaitu fi’il muta’addi dengan satu maf’ul, dua maf’ul dan tiga maf’ul

1. Fi’il Muta’addi dengan satu maf’ul :


Adalah fi’il muta’addi yang cukup membutuhkan satu maf’ul saja.
Contoh : ‫ ( ضَر ْبُت َزْيًدا‬Aku memukul
zaid )

2. Fi’il Muta’addi dengan Dua Maf’ul

Yaitu fi’il muta’addi di mana membutuhkan dua maf’ul untuk melengkapi kalimat
secara sempurna. Fi’il muta’addi ini dibagi menjadi dua yaitu :

a. Fi’il-fi’il yang menashabkan dua maf’ul , asal keduanya adalah mubtada dan
khabar. Fi’il-fi’il ini adalah :
1) Af alul dzan:

‫َظَّن – َخ اَل – َح ِس َب – َز َع َم – َجَعَل – َهْب‬

Menyangka – Menyangka – Menyangka – Menyangka – Menyangka –


Sangkalah.

Contoh : ‫ ( َظَنْنُت الَّر ُخ َل َنا ِئَم ا‬aku menyangka lelaki itu


tidur )

2) Af alul yaqin :

‫َر َأى – َع ِلَم – َو َج َد – أْلَف – َتَع َّلْم‬

Melihat – Mengetahui – Mendapati – Mendapati – Ketahuilah.

Contoh : (Pengguna jalan itu mendapati jalan itu bergelombang) ‫َو َج َد الَّسا ِئُر الَّطِر‬
‫يَقوَعًرا‬

3) Af alut tahwil :

‫َص َّبَر – َحَّوَل – َخَّع َل – َر َّد – اَّتَخ َذ – َتِخ َذ‬

Menjadikan – Merubah – Menjadikan – Mengembalikan – Menjadikan –


Menjadikan.

Contoh : ‫ ( َص َّبَر الَص َّناُع اْلُقْطَن َنسيًخ ا‬Pengrajin itu menjadikan kapas tersebut menjadi
kain )

b. Fi’il-fi’il yang menashabkan dua maf’ul, asal keduanya bukan mubtada’ dan
khabar.

Fi’il-fi’il ini adalah :

‫َك َس ى – اْلَبَس – َأْع َطى – َم َنَح – َس َأَل – َم َنَع‬

Memakai – Memakaikan – Memberikan – Memberikan – Meminta – Menolak.

Contoh : ‫َأْلَبَس الَّر ِبيُع األْر َض حَّلَّه َزاِهَيَه‬

( Musim gugur menyelimuti bumi dengan perhiasan yang indah )


3. Fi’il fi’il yang muta’addi ke tiga maf’ul jumlahnya ada 7 yaitu :

‫أْع َلَم – َأَر ئ – َأْنَبَأ – َنَّبَأ – َخ َّبَر – َأْخ َبَر – حَّدَث‬

Memberitahu – Memperlihatkan – Memberitahu – Memberitahu – Memberitahu –


Memberitahu – Memberitahu.

Contoh : ‫ ( َأْع َلْم ُت َع ِلَّيا الَح َر َص ِح يًحا‬Aku memberitahu ali bahwa berita itu
benar )

‫ ( َأْنَبْأ ُت َع ْبَد ِهَّللا َزْيًدا ُمَس اِفًرا‬Aku memberitahu Abdullah bahwa Zaid safar )

D. Cara Mengubah Fi’il Lazim menjadi Muta’addi

Fi’il Lazim bisa berubah menjadi fi’il muta’addi dengan dua cara, yaitu
dengan mengubah wazannya dengan menambahkan huruf jar.

1. Mengubah wazan

a. Dibuat mengikuti wazan (pola) ‫َأْفَعَل‬

Contoh :

‫( َخ رَج‬khoroja) keluar menjadi ‫( َأَخ َرَج‬akhroja)= mengeluarkan

‫( َد َخ َل‬dakhola) masuk menjadi ‫( َأْدَخ َل‬adkhola)=memasukan

b. Dibuat mengikuti wazan (pola) ‫َفَّع َل‬

Contoh :

‫( َح ُسَن‬hasuna)=bagus menjadi ‫( َح َّسَن‬hassana)=membaguskan

‫( َخ َرَج‬khoroja)=keluar menjadi ‫( َخ َّر َج‬khorroja)=mengeluarkan


2. Dengan menambahkan huruf jar pada objeknya.

Contoh :

‫( َذ َهَب ُهَّللا ِبُنْؤ ِر ِهْم‬dzahaballaahu binuurihim)= allah menghilangkan cahaya mereka

‫( ِج ْأُت ِبَح َس ٍن‬ji’tu bihasanin)= aku dating dengan hasan

Demikianlah cara mengubah fi’il lazim menjadi muta’addi, dengan


menambahkan satu huruf saja sudah merubah makna dan jenis dari fi’ilnya. Fi’il
muta’addi itu membutuhkan fa’il yang melaksanakan pekerjaan, dan membutuhkan
maf’uk bih selaku objek dari perbuatan itu.

Muta’addi dengan sendirinya dan muta’addi dengan yang lain. Fi’il muta’addi
ada kalanya muta’addi sendiri adalah kata kerja yang sampainya kepada maf’ul bih
secara langsung, yakni tanpa memakai penghubung huruf jar, seperti ‫( كتبت رسالة‬aku
menulis surat). Adapun muta’addi oleh yang lain adalah muta’addi yang sampainya
kepada maf’ul bih dengan perantara huruf jar.

Contoh : ‫ ( درست بك‬darostu bika )=aku belajar dengan kamu.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Fi’il di lihat berdasarkan dari segi penerimaannya atau objeknya terbagi


menjadi dua macam yaitu fi’il lazim dan fi’il muta’addi. Fi’il lazim adalah kata kerja
yang tidak membutuhkan objek untuk menjadi kalimat sempurna. Dalam Bahasa
Indonesia bis akita dengan kata kerja intransitif.

Sedangkan Fi’il muta’addi adalah kata kerja yang membutuhkan objek untuk
menjadi kalimat sempurna. Dalam Bahasa Indonesia bias akita kenal dengan kata
kerja transitif. Pembagian fi’il muta’addi untuk menyempurnakan maknanya ada tiga
macam yaitu, muta’addi dengan satu maf’ul, dua maf’ul, tiga maf’ul.

Adapun mengenai pembahasan tentang fi’il lazim menjadi fi’il muta’addi


yaitu dengan de acara :

1. Dengan mengubah wazannya

a. Fi’il mengikuti wazan ‫َأْفَعَل‬

b. Fi’il mengikuti wazan ‫َفَّع َل‬

2. Dengan menambahkan huruf jar.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Atsary. A. H. Y, Pengantar Mudah Belajar Bahasa Arab, 2018.

Abdullah bin malik, Muhammad, Alfiyah lbn Malik. Kediri: Madrasah Hidayatul
Mubtadi’in, 2012.

Shofwan. M. S, Maqoshid an-Nahwiyyah, Jombang: Darul-Hikmah, 2006.

Thohir. Asep. M, Skema Lengkap Jurumiyyah & Shorof Kaylany, Jakarta: Pustaka
Jaya, 2018.

https://www.bing.com/search?q=fiil+muta%27adi&cvid=63a287596c9e42.
Diakses pada tanggal 01 November 2022.

Anda mungkin juga menyukai