Anda di halaman 1dari 9

BAB II

2.1 pembahasan

A. Fail
Fail (bahasa) adalah orang/dzat yang membuat/ memunculkan pekerjaan.
Sedangkan Fail (istilah) adalah isim yang dibaca rofa’ yang disebutkan setelah fiil.1
Contoh :
‫( َجا َءزَ ْي ٌد‬zaid telah datang)
Keterangan : lafadz ‫ َجاء‬menunjukkan fiil madhi dan ‫ زَ ْي ٌد‬menjadi failnya yang
dirofa’kan oleh dhummah. Lafadz ‫ زَ ْي ٌد‬itu dirofa’kan oleh dhummah, sebab isim
mufrod.
‫ان‬
ِ ‫ ) َجا َء الزَ ْي َد‬dua zaid telah datang)
Keterangan : lafadz ‫الزَ ْي َدان‬ menjadi fa’il yang dirofa’kan dengan alif, sebab isim
tasniyah.
ُّ ‫) َجا َء‬zaid-zaid itu telah datang)
َ‫الز ْي َد ْون‬
ُّ
Keterangan : lafadz َ‫الز ْي َد ْون‬ menjadi fail yang dirofa’kan dengan wawu, sebab jamak
mudzakar.
ُّ ‫جاء‬
‫الزي ُْو ُد‬ )zaid-zaid itu telah datang)
ُّ menjadi fa’il yang dirofa’kan dengan dhummah, sebab
Keterangan : lafadz ‫الزي ُْو ُد‬
jamak taksir.
ُ‫ت ال ِه ْن َدات‬
ِ ‫َجا َء‬ (hindun-hindun itu telah datang)
Keterangan : lafadz ُ‫ال ِه ْن َدات‬ menjadi fa’il yang dirofa’kan dengan dhammah sebab
jamak muannats.
Apabila failnya berupa isim muannats maka fiilnya harus dimuannatskan dengan
meletakkan ta’ muhoro’ah pada permulaan fi’fi mudhori’ contoh :
ُ ‫ت َ ْن َج ُح ال ُمجْ ت َ ِه َدة‬ atau ta’ muannats yang dibaca sukun, pada akhir fi’il madhi,
contoh: ْ‫قا َ َمتْ عائشة‬ 2

1
K.H.Moch.Anwar,1995 (Bandung : Sinar Baru Algensindo), cet :6
2
Achmad Sunarto,2012 (Surabaya : Al Miftah)

1
Fail ada dua, yaitu isim zhohir dan isim dhomir

1. Isim zhohir
Isim zhohir adalah fa’il yang tidak berupa kata ganti. Sederhananya adalah
fa’il yang bukan kata ganti, jadi yang mejadi fail pada kalimat itu adalah
bukan isim mudhmar misalkan nama orang, kata benda dll. Contoh :
‫قام زَ ْي ٌد‬
‫يَقُو ُم زَ ْي ٌد‬
َّ ‫قَام‬
َ‫الزيد ُْون‬
‫ان‬ َ َ‫ق‬
ِ ‫ام زَ ْي َد‬
2. Isim dhomir/isim mudhmar
Isim dhomir adalah lafadz (fa’il) yang menunjukkan kepada pembicara
(mutakalim/orang pertama), atau yang diajak bicara (mukhatab/orang
kedua) atau yang dibicarakan (ghaib/orang ketiga). Jadi yang menjadi
fa’ilnya adalah kata ganti.

ُ‫ض َربْت‬
َ ‫ت‬
ِ ‫ض َر ْب‬
َ َ‫ض َربْت‬
َ ْ‫ض َربَت‬
َ ‫ب‬
َ ‫ض َر‬
َ
‫ضربنا‬ ‫ض َر ْبت ُ َما‬
َ ‫ض َر ْبت ُ َما‬
َ ‫ض َربَت َا‬
َ ‫ض َربَا‬
َ
‫ض َر ْبت ُ ْم‬
َ ‫ض َر ْبت ُ ْم‬
َ ‫ض َربْن‬
َ ‫ض َرب ُْو‬
َ

Adapun dlomir itu dibagi menjadi 2 yaitu yaitu dhomir muttashir dan dhomir munfashil.
Adapun musttatir telah disebutkan pada contoh tersebut diatas, sedangkan dhamir
munfashil/bariz yaitu :

2
‫ا َ ْنت ُ َما‬ ‫ه َُو‬

‫اَنُت ُ ْم‬ ‫هما‬

ِ ‫ا َ ْن‬
‫ت‬ ‫ُه ْم‬

‫ا َ ْنت ُ َّن‬ ‫ِي‬


َ ‫ه‬

‫اَنَا‬ ‫ه َُّن‬

ُ‫نَحْ ن‬ َ‫ا َ ْنت‬

B. Maful Biih
Maful biih adalah isim yang dibaca nasob yang berada setelah fi’il atau dengan kata
lain yang dikenai pekerjaan.3
Contoh :
َ ‫( َر ِكبْتُ الف ََر‬aku telah menunggang kuda).
‫س‬
Keterangan : lafadz kuda itu maf’ul biih, karena menjadi sasarannya perbuatan,
yaitu menunggang.
‫ض َربْتُ زَ ْيدًا‬
َ (aku telah memukul zaid)
Keterangan : lafadz zaid itu maf’ul biih, karena menjadi sasaran perbuatan, yaitu
memukul.
Maf’ul biih itu dibagi menjadi dua bagian yaitu, maf’ul biih yang zhahir dan maf’ul
biih yang mudhmar. Adapun maf’ul biih yang zhahir telah dikemukakan
penjelasannya, sedangkan maf’ul biih yang mudhmar (dhamir)terbagi menjadi dua
bagian, yaitu muttasil dan dhamir munfashil.
Yang dhamir muttashil ada dua belas macam, seperti dalam contoh (berikut) :
1. ‫نى‬
ِ ‫ض َر َب‬
َ dia (laki-laki) telah memukulku.

3
DR.Ahmad Salabi, 1981, Gramatika Bahasa Arab, (Bandung : PT. ALMA’ARIF), cet.1

3
Lafadz ‫ب‬
َ ‫ض َر‬
َ adalah fi’il madhi, fa’ilnya mustatir (tidak disebutkan),
taqdirnya ‫ هُو‬, huruf nunnya lil wiqooyah, sedangkan huruf ya’nya adalah
mutakalim wahdah sebagai af’ul biih.
2. ‫ضربنا‬ dia (laki-laki) telah memukul kami atau kita.
Lafadz ‫ض َرب‬
َ adalah fi’il madhi, fa’ilnya mustattir, taqdirnya ‫هُو‬, dan huruf naa-
nya adalah dhamir mutakallim ma’al ghair menjadi maf’ul biih.
3. َ‫ض َربَك‬
َ dia (laki-laki) telah memukulmu (laki-laki).
Lafadz ‫ض َرب‬
َ fi’il madhi, fa’ilnya mustatir, sedangkan huruf ka-nya adalah
maf’ul bih.
4. ِ‫ض َربَك‬
َ dia (laki-laki) telah memukulmu (perempuan).
Lafadz ‫ض َرب‬
َ fi’il madhi dan fa’ilnya mustatir, sedangkan huruf ki-nya adalah
maf’ul bih.
5. ‫ض َربَ ُك َما‬
َ dia (laki-laki) telah memukul kamu berdua (dua orang laki-laki atau
perempuan)
Lafadz ‫ض َرب‬
َ fi’il madhi dan fa’ilnya mustatir, sedangkan maful biih nya adalah
lafadz kumaa.
6. ‫ض َربَ ُكم‬
َ dia (laki-laki) telah memukul kamu sekalia (para laki-laki)
Lafadz ‫ض َرب‬
َ fi’il madhi dan fa’ilnya mustattitr, sedangkan maf’ul biihnya adalah
lafadz kum.
7. ‫ض َربَ ُك َّن‬
َ dia (laki-laki) telah memukul kamu sekalian (para wanita).
Lafadz ‫ض َرب‬
َ fi’il madhi dan fa’ilnya mustatir, sedangkan maf’ul biihnya adalah
lafadz kunna.
8. ُ ‫ض َربَه‬
َ dia (laki-laki) telah memukulnya (laki-laki),
lafadz ‫ض َرب‬
َ fi’il madhi dan fa’ilnya mustatir, sedangkan huruf hu-nya adalah
maf’ul biih, dhamir muttashil ditunjukkan untuk orang laki-laki yang ghaib.
9. ‫ض َر َب َها‬
َ dia (laki-laki) telah memukulnya (perempuan)
Lafadz ‫ض َرب‬
َ fi’il madhi dan fa’ilnya mustatir (tidak disebutkan), sedangkan huruf
ha-nya adalah maf’ul biih, dhamir muttasil ditunjukkan untuk seorag wanita
ghaib.
10. ‫ض َر َب ُه َما‬
َ dia (laki-laki) telah memukul mereka berdua (dua orang laki-laki atau
perempuan).

4
Lafadz ‫ض َرب‬
َ fi’il madhi, fa’ilnya mustatir, sedangkan lafadz humaa-nya
berkedudukan sebagai maf’ul biih, dhamir muttashil ditunjukkan untuk dua
orang yang ghaib.
11. ‫ض َر َب ُه ْم‬
َ dia (laki-laki) telah memukul mereka (para laki-laki) .
Lafadz ‫ض َرب‬
َ fi’il madhi, fa’ilnya mustatir, sedangkan lafadz hum-nya
berkedudukan sebagai maf’ul biih, isim dhamir muttasil ditunjukan untuk para
laki-laki.
12. ‫ض َر َب ُه َّن‬
َ dia (laki-laki) telah memukul mereka (para wanita)
Lafadz ‫ض َرب‬
َ fi’il madhi, failnya mustatir, sedangkan lafadz hunna-nya adalah
maf’ul biihnya, isim dhamir muttasil ditunjukkan untuk wanita-wanita yang
ghaib.

Sedangkan yang dhomir munfashil pun ada dua belas macam, seperti dalam contoh
berikut :

َ ‫اِي‬
1.‫َّاى‬ = kepdaku (ditujukan buat mutakallim sendirian).

2.‫اِيَّانَا‬ = kepada kami (ditujukan kepada mutakallim berikut teman-temannya).

3. َ‫اِيَّاك‬ = kepadamu (ditujukan kepada seorang mukhathab).

4. ِ‫اِيَّاك‬ = kepadamu (ditujukan kepada seorang mukhathabah).

5. ‫ = اِيَّا ُك َما‬kepada kamu berdua (ditujukan kepada dua orang yang diajak bicara, baik laki-
laki ataupun perempuan).

6.‫اِيَّا ُك ْم‬ = kepada kalian (ditujukan kepada para laki-laki).

7.‫ُكنَّ ِايَّا‬ = kepada kalian (ditujukan kepada para perempuan yang diajak bicara).

8.ُ‫اِيَّاه‬ = kepadanya (ditujukan kepada seorang laki-laki sebagai orang ketiga).

9.‫اِيَّاهَا‬ = kepadanya (ditujukan kepada seorang perempuan sebagai orang ketiga).

10.‫ = اِيَّا ُه َما‬kepadanya berdua (ditujukan kepada dua orang laki-laki atau perempuan orang
ketiga).

11‫اِيَّا ُه ْم‬ = kepada mereka (ditujukan kepada para laki-laki orang ketiga).

5
12.‫اِيَّاه َُّن‬ = kepada mereka (ditujukan kepada para wanita orang ketiga).4

Tanda-tanda nashob fathah dalam maf’uh biih

1. Isim mufrod
Contoh :
‫س‬ َ ‫يُذَا ِك ُر ُم َح َّم ُدال َد ْر‬
َ ‫طا ِلبَاتُ ال َج ِر ْي َدة‬ َ ‫ت َ ْق َرا ُ ال‬
‫س‬ َ
َ ‫الول ُدال َّد َر‬
َ ‫ب‬ َ َ ‫َكت‬
2. Jama’ taksir
Contoh :
‫ب‬ ُّ ُ‫يَ ْعلَ ُم الُ ْست َاذ‬
َ ‫الط َّّل‬
‫ت َحْ مِ ُل فَاطِ َمةُ ْالَق َّل َم‬
ْ

Tanda-tanda nashob kasroh

1. Jama’ muannats salim


Contoh :
ِ ‫الطا ِلبَاتُ ال ُم َج َّّل‬
‫ت‬ َّ ‫ت َ ْشت َ ِري‬
‫ت‬ِ ‫ارا‬َ َّ‫يَ ْغ ِس ُل ا َحْ َم ُدالَّسي‬

Tanda-tanda nashob ya’

1. Mutsana
Contoh :
‫سةُ ال َمقَالت َ ْي ِن‬ َ ‫ت َ ْق َرا ُال ُم َد َّر‬
‫َيحْ مِ ُل الت ِْلمِ ْيذَال َكت َ َبي ِْن‬
2. Jama’ mudsakkar salim
Contoh :
َ‫اض ِريْن‬ ِ ‫طّلَّبُ ال َح‬ ُ ‫يَ ْنتَظِ ي ُْرال‬

4
K.H.Moch.Anwar,1995 (Bandung : Sinar Baru Algensindo), cet :6

6
BAB III

3.1 kesimpulan

Fa’il adalah isim yang dibaca rofa’ yang menjadi pelaku pekerjaan,
kedudukannya terletak setelah fi’il atau syibhul fi’il (isim fa’il, sifat, sighot
mubalaghoh dan isim tafdhil). Fa’il dibagi menjadi dua yaitu isim fa’il zhahir dan
isim mudhmar, isim mudhmar dibagi menjadi dua lagi, yaitu muttashil dan munfasil.
Maf’ul biih adalah isim yang dibaca nashab yang dikenai pekerjaan. Maf’ul
biih dibagi menjadi dua yaitu, isim zhahir dan isim dhamir, isim dhamir dibagi lagi
mrnjadi dua yaitu, dhamir muttashil dan munfasil.

7
3.2 saran
Saran dari penulis adalah sebaiknya kita sebagai umat muslim terutama dapat
mengerti dan memahami bahasa arab. Karena sudah sepatutnya kita sebagai umat islam
mempelajarinya sebab bahasa arab merupakan salah satu ciri khas islam.

8
3.3 Daftar Pustaka

Salabi, Ahmad, Gramatika Bahasa Arab (PT. Alma’arif : Bandung, 1981)

Anwar,Muhammad, Ilmu Nahwu terjemahan Jurumiyyah dan Imriti (Sinar Baru Algensindo
: Bandung, 1995)
Sunarno,Achmad, Ilmu Nahwu Tingkat Dasar (Al Miftah : Surabaya, 2012)
Aceng,Zakaria, Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam (Ibn Azka : Garut)

Anda mungkin juga menyukai