Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KONDUKTOMETRI

Disusun oleh

1. Asri Kurniawati Kusuma (K3316005)


2. Clara Ria Dentawati (K3316009)
3. Ilma Nuryl Fahma (K3316025)
4. Iman Sri Nugroho (K3316026)
5. Intan Shiddiq Rahmawati (K3316027)
6. Ivara Mangesti Gumilar (K3316029)
7. Mufida Setiyani Wahid (K3316041)
8. Susilo (K3316065)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2018
A. Pengertian Lengkap

Konduktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik yang
dihasilkan oleh zat terlarut(solut) di dalam larutan. Konduktometer menggunakan prinsip
derajad disosiasi. Alat ini digunakn untuk melakukan analisis konduktometri oleh prinsip
elektrolisis.Konduktometri ini sendiri merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya
hantar listrik suatu larutan. Daya hantar listrik (G) suatu larutan bergantung pada jenis dan
konsentrasi ion di dalam larutan. Gejala ini yang membedakan larutan elektrolit dan non
elektrolit yaitu dengan menggunakan bola lampu yang dihubungkan dengan dua batang
karbon dan arus listrik yang menghubungkannya dengan dua elektroda sejenis. Elektroda
yang digunakan pada analisis konduktometri adalah elektroda inert (platinum yang
terplatinasi) untuk mengukur konduktansi/daya hantar larutan elektrolit antara kedua
elektroda tersebut. Biasanya digunakan arus bolak balik (Hantaran arus DC), misal arus yang
berasal dari batrei melalui larutan merupakan proses faradai, yaitu oksidasi dan reduksi
terjadi pada kedua elektroda. Prinsipnya sama dengan analisis dengan metode elektrolisis
hanya saja analisis konduktometri ditekankan pada pengukuran secara kuantitatif
menggunakan alat yang disebut konduktometer. Analisis konduktometri dapat digunakan
untuk mengukur konduktivitas, konduktansi, dan konduktivitas ekuivalen.

B. Rangkaian Alat dan Penjelasan

 Sumber listrik

Sumber listrik menggunakan arus bolak balik (AC). Frekuensinya sekitar 1000 Hz. Sumber
listrik jenis ini akan memicu munculnya hantaran arus listrik melalui larutan sebagai akibat
adanya pergerakan ion dari analit.

 Sel
Sumber listrik menggunakan arus bolak balik (AC). Frekuensinya sekitar 1000 Hz. Sumber
listrik jenis ini akan memicu munculnya hantaran arus listrik melalui larutan sebagai akibat
adanya pergerakan ion dari analit.

 TahananJembatan

Jembatan Wheatstone berfungsi untuk mengukur tahanan larutan.

C. Konduktivitas Listrik, Konduktansi, dan Konduktivitas

Konduktivitas listrik merupakan kemampuan suatu zat untuk menghantarkan listrik.


Jika diberikan energi listrik (E) pada bagian zat tersebut, muatannya akan berpindah dan
menghasilkan listrik. Dalam materi ini, yang akan dinilai adalah konduktivitas larutan, jadi
kemampuan larutan menghantarkan listrik. Kemampuan larutan menghantarkan listrik
berasal dari kemampuan disosiasi solut menjadi ion(ionisasi). Tiap zat memiliki konduktansi
jenis(S/m) yang merupakan kemampuannya untuk melakukan konduktansi.
Konduktansi adalah kemampuan suatu zat untuk menghantarkan listrik, sama dengan
konduktivitas, tetapi bergantung pada luas penampang larutan, jadi nilai konduktansi akan
berbeda sesuai dengan lingkungan sekitar, volume, dan wadah yang digunakan. Rumusnya
berbanding terbalik dengan larutan.
1 𝐴
𝐺 = = 𝐾( )
𝑅 𝐿
G : Konduktivitas, R = hambatan, A = Luas penampang, L = panjang, K = daya hantar jenis
Sehingga hambatan memiliki rumus :
𝑅 = 𝐿/𝐾𝐴
Konduktivitas Ekuivalen adalah daya hantar listrik (Konduktivitas) suatu zat 1 gram
berat ekuivalen solut dalam suatu volume larutan dan dalam 1 centimeter(cm) jarak antar
elektroda dalam suatu konduktometri. Rumusnya adalah sebagai berikut :
𝑘
𝐺 = 1000( )
𝐶

G = konduktivitas, k = daya hantar jenis, C = konsentrasi ekuivalen


Faktor yang mempengaruhi konduktivitas suatu larutan meliputi :
1. Jenis Zat
Setiap zat memiliki konduktivitas atau kemampuan konduksi yang berbeda-
beda. Konduktivitas ini diindikasikan oleh kemampuan ionisasi suatu zat. Semakin tinggi
kemampuan ionisasinya, semakin tinggi konduktivitas suatu larutan karena listrik dapat
lebih mudah terkonduksi lewat ion yang memiliki muatan.
Dalam hal ini, larutan dibagi atas 3 jenis, berdasarkan konduktivitasnya, yaitu :
a. Elektrolit Kuat
Merupakan zat yang memiliki konduktivitas tinggi dan mudah terionisasi.
Zat ini dapat mudah mengalirkan arus listrik karena ionisasinya sangat cepat dan
derajad disosiasinya tinggi.
Contoh : Asam dan Basa kuat seperti HCl, H2SO4, NaOH, KOH, dan
garam ionik kuat seperti NaCl, NaBr, KCl, KBr, dan sebagainya. Arus listrik yang
dihasilkan pada jenis ini tinggi.
b. Elektrolit Lemah
Merupakan zat yang memiliki konduktivitas yang rendah, dan solutnya
lebih sulit terionisasi. Zat ini dapat mengalirkan arus listrik tetapi tidak terlalu baik
dalam konduktivitasnya.
Contoh : Asam dan basa lemah seperti CH3COOH, H2SO3, HF, H2CO3,
Fe(OH)2, NH3, NH4(OH), dan garam ionik lemah seperti FeCO3, NH4(CH3COOH),
dan sebagainya. Arus listrik yang dihasilkan pada jenis ini rendah pada umumnya.
c. Non Elektrolit
Merupakan zat yang tidak memiliki konduktivitas, sehingga tidak
menghantarkan listrik, karena zat tersebut solutnya tidak mengion dalam larutan.
Contoh dari Non Elektrolit adalah larutan berikatan kovalen yang stabil seperti
glukosa, hidrokarbon, lemak, dan urea. Arus listrik yang dihasilkan pada larutan ini
hampir tidak ada, sehingga diklasifikasikan 0 A.
2. Konsentrasi
Salah satu faktor yang mempengaruhi konduktivitas adalah konsentrasi.
Konsentrasi mempengaruhi konduktivitas dengan cara mempengaruhi jumlah ion dalam
larutan. Semakin tinggi konsentrasi solut(zat terlarut) dalam larutan, semakin tinggi pula
konduktivitasnya, karena semakin banyak ion yang terdapat pada larutan. Contohnya
adalah pada tabel 1 berikut:
Larutan Arus (mA)
0,1M C2H5OH 0
0,1M CH3COOH 5
0,1M HCl 75
0,1M NaCl 125
Dari hasil larutan yang diberikan, ditunjukkan hubungan sifat zat dengan
konduktivitas karena konsentrasi yang sama. Dalam hal ini, Nilai larutan yang paling
elektrolit adalah garam ionik reaktif (NaCl), kemudian asam dan basa kuat (HCl), dan
yang paling lemah adalah golongan asam basa lemah (asam cuka). Kemudian juga ada
larutan yang tidak elektrolit sama sekali, contohnya di sini adalah alkohol. Larutan
tersebut tidak elektrolit karena tidak mengion sama sekali, sehingga tidak menghasilkan
ion yang menjadi penerus aliran listrik. Dalam tabel ini juga dapat dilihat hubungan
antara kuat arus dan jenis zatnya:

Untuk mengetahui konsentrasi suatu larutan, jika bersifat asam atau basa,
dapat digunakan proses titrasi dengan rumus :
(n asam) = (n basa)
V larutan asam * M larutan asam = Vlarutan basa * M larutan basa
V = Volume
M = Konsentrasi
n = molaritas
Atau dengan rumus : M = n/V

Titrasi di gunakan untuk mengetahui hubungan antara kuat arus dalam larutan
dan dan konsentrasi dengan cara mengetahui konsentrasi larutan yang bersifat asam atau
basa. Dalam tabel dijelaskan, bahwa, bentuk grafik hubungan konsentrasi dan kuat arus
memiliki perbedaan tergantung pada jenis zat yang diteliti. Pada jenis zat yang
berkonduktivitas tinggi, grafiknya akan berbeda dengan yang berkonduktivitas rendah.
Pada zat berkonduktivitas tinggi, kurva antara A dan M akan curam kenaikannya
kemudaian menjadi stabil, sementara pada elektrolit lemah. Titrasi juga dapat dilakukan
pada konduktometri, untuk membuktikan konduktivitas jenis zat, contohnya :
Reaksi tersebut adalah HCl + NaOH  NaCl + H2O Dalam grafik titrasi
berikut, analisis yang didapatkan adalah konduktivitas ion H dan ion OH yang berkurang
karena ion tersebut membentuk air yang merupakan elektrolit lemah. Konduktivitas ion
H menurun hingga ekuivalen, di mana ion H pada titik tersebut sudah tidak ditemukan
lagi. Sedangkan, konduktivitas lebih meningkat setelah penambahan NaOH, karena ion
OH yang berasal dari zat basa tersebut terionisasi, tetapi tidak berikatan dengan ion H,
sehingga tetap bermuatan dan dapat menghantarkan listrik.Dapat disimpulkan, pada titik
ekuivalen, kemampuan ionisasi larutan akan berkurang. Setelah titik ekuivalen jika
NaOH ditambah, konduktivitas akan meningkat kembali, karena ion OH, dan ion –ion
yang terbentuk dari NaCl.
Yang di atas adalah analisis konduktometri berdasarkan konsentrasi dan jenis
zat untuk mengukur konduktivitas. Untuk mengukur konduktansi ekuivalen, digunakan
prinsip infinite dilution. Prinsip infinite dilution adalah penambahan solven ke dalam
larutan hingga perubahan konsentrasinya sangat kecil sehingga dapat diabaikan
perubahan konsentarasinya. Contohnya adalah penambahan air pada larutan gula hingga
tidak terasa rasa manisnya. Semakin diencerkan, konduktansi ekuivalen semakin kecil,
hingga pada satu titik di mana nilai konduktansi ekuivalennya linier (tidak berubah).
Persamaan konduktansi ekuivalen :
Δ𝑐 2
𝑎= 𝐶
(Δ𝑜 − Δ𝑐)Δ𝑜
C = konsentrasi zat pelarut
Δ𝑐 = 𝐾𝑜𝑛𝑑𝑢𝑘𝑡𝑎𝑛𝑠𝑖 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛
Δ𝑜 = 𝐾𝑜𝑛𝑑𝑢𝑘𝑡𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑜𝑙𝑢𝑡
Contohnya pada pemicu :
c x 103 mol- 0,1539 0,3472 0,6303 1,622 2,829 4,762
1
dr
Kond. 87,89 87,44 86,91 85,80 84,87 83,78
Ekuivalen
Masukkan data melalui least square :
Dengan persamaan ini, didapat
Y = bx + a
Karena nilai x dianggap 0, maka konduktivitas ekuivalen larutan berdasarkan tabel
adalah 87.61. Karena nilai konduktivitasnya tidak diketahui, maka tidak dapat digunakan
rumus.
Untuk penilaian keefektifan konduktometri. Alat seperti konduktometer
memang cukup efektif untuk melakukan analisis konduktometri, baik melalui mode
titrasi atau infinite dilution. Namun, tetap saja ada kekurangan dalam penggunaan alat
tersebut, misalnya seperti kurang akuratnya perhitungan pada amperemeter. Solusinya
dalam masalah ini adalah menggunakan alat dengan kualitas elektroda yang lebih murni
dan penggunaan amperemeter dengan angka yang lebih akurat. Selain itu, metode yang
digunakan mungkin kurang efektif untuk beberapa zat, misalnya titrasi tidak dapat
digunakan kalau tidak merupakan asam dan basa kuat dan sulit melakukan perhitungan
pada titrasi asam dan basa lemah.
D. Analisis Konduktometri dan Jenis Hantaran

Konduktometri adalah salah satu metoda analisa kimia kuantitatif berdasarkan daya
hantar listrik suatu larutan. Daya hantar listrik (G) suatu larutan bergantung pada jenis dan
konsentrasi ion di dalam larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan suatu
ion di dalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar.
Kelebihan ini meliputi biaya yang rendah. Voltmeter dan elektroda jauh lebih murah
dibandingkan dengan instrumen-instrumen ilmiah yang paling modern (Basset, 1994:615).
1. Daya Hantar Spesifik

Konduktivitas listrik spesifik adalah nilai konduktivitas listrik untuk tiap satu satuan panjang.
Konduktivitas listrik spesifik ini disimbolkan dengan κ (Kappa), adalah kebalikan dari
tahanan listrik spesifik (ρ):

κ=¹/ρ

Dimana konduktivitas listrik spesifik menggunakan satuan S/m (Siemens per meter). Dan jika
persamaan di atas dimasukkan ke dalam persamaan (3), maka akan kita dapatkan persamaan
umum perhitungan nilai konduktivitas listrik spesifik:

κ = CxI / V

(Widiastuti, 2010)

2. Daya Hantar Ekivalen

Kemampuan suatu zat terlarut untuk menghantarkan arus listrik disebut daya hantar ekivalen
yang didefinisikan sebagai daya hantar satu gram ekivalen zat terlarut di antara dua elektroda
dengan jarak kedua elektroda 1 cm. Yang dimaksud dengan berat ekivalen adalah berat
molekul dibagi jumlah muatan positif atau negatif. Contoh: berat ekivalen BaCl2 adalah BM
BaCl2 dibagi dua. Volume larutan (cm3) yang mengandung satu gram ekivalen zat terlarut
dengan Volume 100 / C dengan C adalah konsentrasi (ekivalen per cm-3), bilangan 1000
menunjukkan 1 liter = 1000 cm3. Volume dapat juga dinyatakan sebagai hasil kali luas (A)
dan jarak kedua elektroda (1).

V= l A

Dengan l sama dengan 1 cm ,


V = A = 100 / C

Substitusi persamaan ini ke dalam persamaan G diperoleh,

G = 1/R = 1000k/C

Daya hantar ekivalen (^) akan sama dengan daya hantar listrik (G) bila 1 gram ekivalen
larutan terdapat di antara dua elektroda dengan jarak 1 cm.
^ = 1000 k/C (Rahardian, 2012)

E. Pengunaan
1. Dasar Analisis Tablet Aspirin dengan Metode Titrasi Konduktometri
Menurut hukum Ohm I = E/Reaksi; di mana: I = arus dalam ampere, E =
tegangan dalam volt, Reaksi = tahanan dalam ohm. Hukum di atas berlaku bila difusi
dan reaksi elektroda tidak terjadi. Konduktansi sendiri didefinisikan sebagai kebalikan
dari tahanan sehingga I = EL. Satuan dari hantaran (konduktansi) adalah mho.
Hantaran L suatu larutan berbanding lurus pada luas permukaan elektroda a,
konsentrasi ion persatuan volume larutan Ci, pada hantaran ekivalen ionik S1, tetapi
berbanding terbalik dengan jarak elektroda d, sehingga:
L = a/d x S Ci S1
Tanda S menyatakan bahwa sumbangan berbagai ion terhadap konduktansi
bersifat aditif. Karena a, dan d dalam satuan cm, maka konsentrasi C tentunya dalam
ml. Bila konsentrasi dinyatakan dalam normalitas, maka harus dikalikan faktor 1000.
nilai d/a = S merupakan faktor geometri selnya dan nilainya konstan untuk suatu sel
tertentu sehingga disebut tetapan sel. Untuk mengukur konduktivitas suatu larutan,
larutan ditaruh dalam sebuah sel, yang tetapan selnya telah ditetapkan dengan
kalibrasi dengan suatu larutan yang konduktivitasnya diketahui dengan tepat, misal,
suatu larutan kalium klorida standar. Sel ditaruh dalam satu lengan dari rangkaian
jembatan Wheatstone dan resistansnya diukur. Pengaliran arus melalui larutan suatu
elektrolit dapat menghasilkan perubahan-perubahan dalam komposisi larutan di dekat
sekali dengan elektrode-elektrode, begitulah potensial-potensial dapat timbul pada
elektrode-elektrode, dengan akibat terbawanya sesatan-sesatan serius dalam
pengukuran-pengukuran konduktivitas, kecuali kalau efek-efek polarisasi demikian
dapat dikurangi sampai proporsi yang terabaikan.
2. Analisis Penentuan Titik Ekuivalen Larutan HCl dan Larutan NaOH
Metode konduktometri digunakan salah satunya untuk analisis penentuan titik
ekuivalen antara larutan HCl dan larutan NaOH dimana kedua larutan ini, merupakan
penghantar listrik yang baik. Dimana akan dihasilkan nilai konduktivitas dari NaOH
yang berbanding lurus dengan konsentrasi NaOH. Hal ini dapat terjadi karena
Konduktivitas suatu larutan elektrolit pada setiap temperature hanya bergantung pada
ion-ion yang ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Bila larutan elektrolit diencerkan,
konduktivitas akan turun karena lebih sedikit ion pada per cm3 larutan untuk
membawa arus. Jika semua larutan itu ditaruh antara dua elektroda yang terpisah 1 cm
satu sama lain dan cukup besar untuk mencakup seluruh larutan, konduktansi akan
naik selagi larutan diencerkan. Ini sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya efek-
efek antar ionic untuk elektrolit-elektrolit lemah. Arus mengalir dari katoda yang
bermuatan negative ke anoda yang bermuatan positif. Sebagai pembawa arus adalah
ion-ion dalam larutan. Selisih potensial antara kedua elektroda tersebut tidak boleh
terlalu besar agar tidak terjadi elektrolisa. Sehingga semakin besar arus dan
konsentrasi ion-ion didalam larutan maka semakin besar pula konduktivitasnya. Oleh
karena itu setiap elektroda mempunyai factor tersendiri yang dimasukkan dalam
perhitungan konduktivitas (cell constant K/cm).
3. Penentuan kadar suatu zat dalam sampel.
4. Pemisahaan zat-zat logam yang berbahaya yang ada dalam air.
5. Mengukur daya hantar larutan elektrolit seperti air limbah.
6. Untuk menentukan kelarutan dan hasil kali kelarutan suatu elektrolit yang sulit
larut
F. Faktor yang mempengaruhi konduktivitas suatu larutan meliputi :

I. Jenis Zat
Setiap zat memiliki konduktivitas atau kemampuan konduksi yang berbeda-beda.
Konduktivitas ini diindikasikan oleh kemampuan ionisasi suatu zat. Semakin tinggi
kemampuan ionisasinya, semakin tinggi konduktivitas suatu larutan karena listrik dapat lebih
mudah terkonduksi lewat ion yang memiliki muatan.

Dalam hal ini, larutan dibagi atas 3 jenis, berdasarkan konduktivitasnya, yaitu

a. Elektrolit Kuat

- Merupakan zat yang memiliki konduktivitas tinggi dan mudah terionisasi. Zat ini dapat
mudah mengalirkan arus listrik karena ionisasinya sangat cepat dan derajad disosiasinya
tinggi. Contoh : Asam dan Basa kuat seperti HCl, H2SO4, NaOH, KOH, dan garam ionik
kuat seperti NaCl, NaBr, KCl, KBr, dan sebagainya. Arus listrik yang dihasilkan pada jenis
ini tinggi.

b. Elektrolit Lemah

- Merupakan zat yang memiliki konduktivitas yang rendah, dan solutnya lebih sulit
terionisasi. Zat ini dapat mengalirkan arus listrik tetapi tidak terlalu baik dalam
konduktivitasnya. Contoh : Asam dan basa lemah seperti CH3COOH, H2SO3, HF, H2CO3,
Fe(OH)2, NH3, NH4(OH), dan garam ionik lemah seperti FeCO3, NH4(CH3COOH), dan
sebagainya. Arus listrik yang dihasilkan pada jenis ini rendah pada umumnya.

c. Non Elektrolit

- Merupakan zat yang tidak memiliki konduktivitas, sehingga tidak menghantarkan listrik,
karena zat tersebut solutnya tidak mengion dalam larutan. Contoh dari Non Elektrolit adalah
larutan berikatan kovalen yang stabil seperti glukosa, hidrokarbon, lemak, dan urea. Arus
listrik yang dihasilkan pada larutan ini hampir tidak ada, sehingga diklasifikasikan 0 A.

II. Konsentrasi

Salah satu faktor yang mempengaruhi konduktivitas adalah konsentrasi. Konsentrasi


mempengaruhi konduktivitas dengan cara mempengaruhi jumlah ion dalam larutan. Semakin
tinggi konsentrasi solut(zat terlarut) dalam larutan, semakin tinggi pula konduktivitasnya,
karena semakin banyak ion yang terdapat pada larutan. Contohnya adalah pada tabel 1
berikut :

Dari hasil larutan yang diberikan, ditunjukkan hubungan sifat zat dengan konduktivitas
karena konsentrasi yang sama. Dalam hal ini, Nilai larutan yang paling elektrolit adalah
garam ionik reaktif (NaCl), kemudian asam dan basa kuat (HCl), dan yang paling lemah
adalah golongan asam basa lemah (asam cuka). Kemudian juga ada larutan yang tidak
elektrolit sama sekali, contohnya di sini adalah alkohol. Larutan tersebut tidak elektrolit
karena tidak mengion sama sekali, sehingga tidak menghasilkan ion yang menjadi penerus
aliran listrik. Dalam tabel ini juga dapat dilihat hubungan antara kuat arus dan jenis zatnya :

Untuk mengetahui konsentrasi suatu larutan, jika bersifat asam atau basa, dapat digunakan

proses titrasi dengan rumus :

(n asam) = (n basa)

V larutan asam * M larutan asam = Vlarutan basa * M larutan basa

V = Volume

M = Konsentrasi

n = molaritas

Atau dengan rumus : M = n/V

Titrasi di gunakan untuk mengetahui hubungan antara kuat arus dalam larutan dan dan
konsentrasi dengan cara mengetahui konsentrasi larutan yang bersifat asam atau basa. Dalam
tabel dijelaskan, bahwa, bentuk grafik hubungan konsentrasi dan kuat arus memiliki
perbedaan tergantung pada jenis zat yang diteliti. Pada jenis zat yang berkonduktivitas tinggi,
grafiknya akan berbeda dengan yang berkonduktivitas rendah. Pada zat berkonduktivitas
tinggi, kurva antara A dan M akan curam kenaikannya kemudaian menjadi stabil, sementara
pada elektrolit lemah. Titrasi juga dapat dilakukan pada konduktometri, untuk membuktikan
konduktivitas jenis zat, contohnya :
Reaksi tersebut adalah HCl + NaOH NaCl + H2O

Dalam grafik titrasi berikut, analisis yang didapatkan adalah konduktivitas ion H dan ion OH
yang berkurang karena ion tersebut membentuk air yang merupakan elektrolit lemah.
Konduktivitas ion H menurun hingga ekuivalen, di mana ion H pada titik tersebut sudah tidak
ditemukan lagi. Sedangkan, konduktivitas lebih meningkat setelah penambahan NaOH,
karena ion OH yang berasal dari zat basa tersebut terionisasi, tetapi tidak berikatan dengan
ion H, sehingga tetap bermuatan dan dapat menghantarkan listrik.Dapat disimpulkan, pada
titik ekuivalen, kemampuan ionisasi larutan akan berkurang. Setelah titik ekuivalen jika
NaOH ditambah, konduktivitas akan meningkat kembali, karena ion OH, dan ion –ion yang
terbentuk dari NaCl. Yang di atas adalah analisis konduktometri berdasarkan konsentrasi dan
jenis zat untuk mengukur konduktivitas. Untuk mengukur konduktansi ekuivalen, digunakan
prinsip infinite dilution. Prinsip infinite dilution adalah penambahan solven ke dalam larutan
hingga perubahan konsentrasinya sangat kecil sehingga dapat diabaikan perubahan
konsentarasinya. Contohnya adalah penambahan air pada larutan gula hingga tidak terasa rasa
manisnya. Semakin diencerkan, konduktansi ekuivalen semakin kecil, hingga pada satu titik
di mana nilai konduktansi ekuivalennya linier (tidak berubah).

G. KESIMPULAN

Konduktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik yang
dihasilkan oleh zat terlarut(solut) di dalam larutan. Konduktometer menggunakan prinsip
derajad disosiasi. Analisis konduktometri dapat digunakan untuk mengukur konduktivitas,
konduktansi, dan konduktivitas ekuivalen. Konduktansi adalah kemampuan suatu zat untuk
menghantarkan listrik, sama dengan konduktivitas, tetapi bergantung pada luas penampang
larutan, jadi nilai konduktansi akan berbeda sesuai dengan lingkungan sekitar, volume, dan
wadah yang digunakan. Penggunaannya dapat untuk penentuan kadar suatu zat dalam
sampel, pemisahaan zat-zat logam yang berbahaya yang ada dalam air, mengukur daya hantar
larutan elektrolit seperti air limbah, dan untuk menentukan kelarutan dan hasil kali kelarutan
suatu elektrolit yang sulit larut
DAFTAR PUSTAKA

Basset J. dan Mendham. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Jakarta : Buku kedokteran EGC.

Rahardian, Rengga dkk. 2012. Analisis Konduktometri Kimia Analisis II. Makalah Kimia
Analisis Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional

Widiastuti, Endang., Ari, Marlina, dan Nancy, Siti Djenar. 2010. Buku I Bahan Ajar:
Instrumentasi Analitik. Bandung : Politeknik Negeri Bandung.

Anda mungkin juga menyukai