Anda di halaman 1dari 4

RESUME PRAKTIKUM KONDUKTOMETRI, AMPEREMETRI,

VOLTMETRI, dan GALVANOMETRI

Nama : Putri Fitriana

NIM : 11210162000032

Kelas : Pendidikan Kimia 4A

Mata Kuliah : Praktikum Kimia Analitik II


Tujuan praktikum kimia analitik ini adalah untuk menentukan kuat arus menggunakan titik
ekuivalen dengan menggunakan metode grafik.

Elektroda indikator suatu sel adalah elektroda yang potensialnya bergantung pada aktivitas (dan
karena itu pada konsentrasi) spesi ion tertentu yang konsentrasinya akan ditentukan. Dalam
potensiometri langsung atau titrasi potensiometri suatu ion logam, sebuah elektroda indikator
sederhana biasanya akan terdiri dari batang atau kawat yang dibersihkan dengan seksama yang
terbuat dari logam yang tepat, paling penting adalah permukaan logam yang akan dicelupkan ke
dalam larutan itu bebas dari lapisan tipis oksida atau hasil korosi apa saja. Dalam beberapa kasus
elektroda yang lebih memuaskan dapat disiapkan dengan menggunakan kawat platinum yang
telah disalut dengan lapisan tipis logam yang tepat dengan cara pengendapan secara listrik
(Bassett, 1994).

Konduktometri adalah suatu metode analisis kimia yang didasarkan pengukuran konduktivitas
larutan. Konduktivitas elektrolitik suatu larutan adalah ukuran kemampuan larutan untuk
membawa arus listrik, dalam suatu sel elektrokimia. Hantaran arus listrik dilakukan oleh migrasi
ion-ion sebagai akibat pengaruh medan elektrik. Dengan memakai GGL (Gaya Gerak Listrik)
tertentu dengan harga tetap, tetapi lebih tinggi dari voltase penguraian elektrolit, arus (i), yang
mengalir antara dua elektroda terendam dalam larutan elektrolit, berbanding terbalik dengan
tahanan R larutan elektrolit. Konduktivitas dan dinyatakan dalam Ohm-1 atau S. (Mulyasuryani,
2016: 240)
Konduktivitas suatu larutan elektrolit, pada setiap temperatur hanya bergantung pada ion-ion
yang ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Apabila larutan suatu elektrolit dilakukan
pengenceran, konduktivitas akan turun karena lebih sedikit jumlah ion dalam lingkup volume
tertentu untuk dapat membawa arus. Jika semua larutan itu ditempatkan antara dua elektroda
yang terpisah satu dengan yang lain dan cukup besar untuk mencakup seluruh larutan, maka nilai
konduktansi dapat naik dalam keadaan diencerkan sekalipun. Ini sebagian disebabkan oleh
berkurangnya efek-efek antar-ionik untuk elektrolit-elektrolit kuat dan oleh kenaikan derajat
disosiasi untuk elektrolit lemah (Mehta, 2015).
Kemampuan suatu zat terlarut untuk menghantarkan arus listrik disebut daya hantar ekuivalen
yang didefinisikan sebagai daya hantar satu gram ekuivalen zat terlarut di antara dua elektroda
dengan jarak kedua elektroda lem. Yang dimaksud dengan berat ekuivalen adalah berat molekul
dibagi jumlah muatan positif atau negatif. Volume larutan (cm³) yang mengandung satu gram
ekuivalen zat terlarut diberikan oleh,

dengan C adalah konsentrasi (ekuivalen/cm), bilangan 1000 menunjukkan 1 liter = 1000 cm.
Volume dapat juga dinyatakan sebagai hasil kali luas (A) dan jarak kedua elektroda.

Dengan 1 sama dengan 1 cm.

Substitusi persamaan ini ke dalam persamaan G diperoleh,

Daya hantar ekuivalen akan sama dengan daya hantar listrik (G) bila 1 gram ekuivalen larutan
terdapat di antara dua elektroda dengan jarak 1 cm. Daya hantar ekuivalen pada larutan encer
diberi simbol yang harganya tertentu untuk setiap ion (Ahmad, 2001).

Penambahan suatu elektrolit kepada suatu larutan elektrolit lain pada kondisi-kondisi yang tak
menghasilkan perubahan volume yang berarti akan memengaruhi konduktansi atau daya hantar
larutan, tergantung apakah ada tidaknya reaksi-reaksi ionik. Jika tidak terjadi reaksi ionik, maka
konduktansi akan naik. Jika terjadi reaksi ionik, nilai dari konduktansi dapat naik ataupun
mengalami penurunan. Berdasarkan hal itulah prinsip dari proses titrasi konduktometri adalah
substitusi penukaran ion-ion yang memiliki konduktansi dengan ion-ion lain yang juga memiliki
konduktansi sehingga pada suatu titik dapat diketahui keadaan ekuivalen (Isvani, 2015).

Alat : Statif dan klem , konduktometri , gelas ukur , gelas beaker, erlenmeyer, buret, pipet tetes,
galvanometer, multimeter, voltmeter

Bahan :

NaCH , HCI , asam Oksalat , indikator fenolphtalein , elektroda , NaOH

Langkah Kerja :
 Pembakuan NaOH (Duplo)

1. Masukkan asam oksalat 0,5 M 20 ml ke dalam erlemeyer

2. Tambahkan 3 tetes indikator PP

3. Titrasi dengan NaOH (sebagai titran) sampai berubah warna menjadi ungu / pink bening

 Amperemetri (Duplo)

1. Siapkan Multimeter (Com & A) dan elektroda karbon

2. Masukkan HCl 20 ml ke dalam beaker

3. Tambahkan 3 tetes indikator PP

4. Titrasi dengan NaOH

Setiap 5 ml NaOH catat nilai A di multimeter sampai titik ekuivalen catat juga nilai A
sampai titik ekuivalen.

 Voltmeter (Duplo)

1. Siapkan Multimeter (Com & V)

2. Masukkan HCl 20 ml ke dalam beaker

3. Tambahkan 3 tetes indikator PP

4. Titrasi dengan NaOH

 Galvanometri (Duplo)

1. Siapkan Galvanometer

2. Masukkan HCl 20 ml ke dalam beaker

3. Tambahkan 3 tetes indikator PP

4. Titrasi dengan NaOH

 Konduktometri (Duplo)

1. Siapkan Konduktometer

2. Masukkan HCl 20 ml ke dalam beaker

3. Tambahkan 3 tetes indikator PP


4. Titrasi dengan NaOH

Daftar Pustaka

Ahmad, Hiskia. 2001. Kimia Larutan. Bandung: PT. Cipta Aditya Bakti.

Basset, J, et al. (1994). Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi 4.
Jakarta :EGC

Isvani. 2015. Kinerja Biosensor Konduktometri Berbasi SPCE-Kitosan untuk Deteksi


Diazinon, Malation, Klorpirifos, dan Prefenos. Jurnal Kimia Valensi 1 (2): 83-90.

Mehta, et al. 2015. Conductometric Titration of Metal Complexes. Omniscriptum.

Mulyasuryani, A. (2016). Pengembangan Instrumen Berbasis Konduktivitas Untuk Mendeteksi


Cemaran Pangan dalam Produk Pertanian. Jurnal Otomasi Kontrol dan Instrumentasi,
8(2).

Anda mungkin juga menyukai