Anda di halaman 1dari 9

A.

JUDUL
Elemen Listrik Sederhana – Baterai Elektrolit Larutan Garam

B. TUJUAN
1. Membuat elemen listrik sederhana berupa baterai elektrolit larutab garam.
2. Mengetahui pengaruh konsentrasi larutan elektrolit larutan garam terhadap nilai
tegangan listrik.

C. DASAR TEORI
Larutan elektrolit adalah Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Svante
Arrhenius, ahli kimia terkenal dari Swedia mengemukakan teori elektrolit pada tahun
1884. Menurut Arrhenius, ‘‘larutan elektrolit dalam air terdisosiasi ke dalam partikel-
partikel bermuatan listrik positif dan negatif yang disebut ion (ion positif dan ion
negatif) Jumlah muatan ion positif akan sama dengan jumlah muatan ion negatif,
sehingga muatan ion-ion dalam larutan netral’’ Ion-ion inilah yang bertugas
mengahantarkan arus listrik (Bueche, F.: 2006).

Larutan ini memberikan gejala berupa menyalanya lampu atau timbulnya


gelembung gas dalam larutan. Larutan elektrolit mengandung partikel-partikel yang
bermuatan (kation dan anion). Larutan ini dapat bersumber dari senyawa ion (senyawa
yang mempunyai ikatan ion) atau senyawa kovalen polar (senyawa yang mempunyai
ikatan kovalen polar) (Bueche, F.: 2006).

Menurut Moranain (2015: 1-6), menyatakan “Dalam ilmu kimia, garam adalah
senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif (anion), sehingga
membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan). Garam terbentuk dari hasil reaksi asam
dan basa. Kation garam dapat dianggap berasal dari suatu basa, sedangkan anionnya
berasal dari suatu asam. Jadi, setiap garam mempunyai komponen basa (kation) dan
asam (anion). Larutan garam dalam air (misalnya natrium klorida dalam air) merupakan
larutan elektrolit, yaitu larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.

Pernyataan diatas sesuai dengan pendapat Ikhfina (2013) bahwa Dalam keperluan
untuk mengukur daya hantar listrik dalam larutan maka, dibutuhkan alat ukur
konduktivitas larutan yang mampu untuk mengindentifikasi atau menganalisis kualitas
air berdasarkan konsep dasar fisika tentang konduktivitas dan resistivitas serta konsep
dasar kimia tentang larutan asam, basa dan garam.

Menurut Hiskia (1996: 72), menyatakan Hasil penelitian pada awal abad 19
menunjukkan bahwa larutan dalam air dari beberapa zat padat menghantarkan listrik.
Zat-zat yang larutan atau leburannya dapat mengantarkan listrik disebut elektrolit.
Tidak semua zat dalam larutan dapat menghantarkan listrik. Zat-zat yang semacam ini
disebut non elektrolit. Partikel-partikel dalam larutan yang menghantarkan listrik
disebut ion-ion. Ion-ion inilah yang menentukan sifat hantaran listrik serta sifat kimia
dan fisika suatu elektrolit.

Ion-ion dalam larutan elektrolit dapat dihasilkan dengan dua cara, yaitu:

1. Zat terlarut adalah senyawa ion seperti NaCl.

2. Zat terlarut bukan senyawa ion tetapi jika dilarutkan dalam air, zat itu

menghasilkan ion. Dalm hal ini air dapat menguraikan molekul kovalen polar,
seperti HCl menjadi ion.

Pernyataan diatas sesuai dengan pendapat Siti (2015: 49) yang menyatakan bahwa
“Elektrolit umumnya berbentuk asam, basa atau garam. Beberapa gas tertentu dapat
berfungsi sebagai elektrolit pada kondisi tertentu misalnya pada suhu tinggi atau
tekanan rendah. Elektrolit kuat identik dengan asam, basa, dan garam kuat”.

Menurut Siti (2015: 49) mengatakan bahwa Elektrolit merupakan senyawa yang
berikatan ion dan kovalen polar. Sebagian besar senyawa yang berikatan ion merupakan
elektrolit sebagai contoh ikatan ion NaCl yang merupakan salah satu jenis garam yakni
garam dapur. NaCl dapat menjadi elektrolit dalm bentuk larutan dan lelehan atau
bentuk liquid dan aqueous. Sedangkan dalam bentuk solid atau padatan, senyawa ion
tidak dapat berfungsi sebagai elektrolit.

Larutan garam berfungsi sebagai sumber tegangan. Sumber Tegangan merupakan


perbedaan beda potensial antar dua titik dalam rangkaian listrik dan dinyatakan dalam
satuan volt. Menurut Haris (2009: 2), menyatakan bahwa Tegangan listrik adalah
kapasitas medan listrik untuk melakukan atau menghasilkan sesuatu, yang biasa diukur
dengan satuan volt.

Garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif
(anion), sehingga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan). Kation garam
dapat dianggap berasal dari suatu basa, sedangkan anionnya berasal dari suatu asam
oleh karenanya garam terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa. Larutan garam dalam
air merupakan larutan elektrolit, yaitu larutan yang dapat menghantarkan arus listrik
(Serungke: 2015).

Menurut Supriadi (2009) bahwa Larutan elektrolit merupakan zat yang terlarut
mengalami ionisasi sehingga di dalam larutan terdapat ion-ion yang dapat
menghantarkan listrik. Adanya ion-ion yang bergerak bebas dalam larutan yang
menyebabkan larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik. Semakin banyak
jumlah ion yang terkandung dalam larutan elektrolit, maka semakin besar pula daya
hantar listriknya.

D. METODOLOGI PERCOBAAN
1. Waktu dan Tempat
a. Waktu : Kamis, 18 Februari 2020
b. Tempat : Rumah praktikan, Tulang Bawang, Lampung
2. Alat dan Bahan
a. Lampu LED
b. Paku
d. Gelas
e. Penjepit Buaya
f. Kabel
g. Multimeter
h. Neraca Digital
i. Sendok / Pengaduk
3. Langkah Kerja

Menyiapkan alat dan bahan.

Membuat rangkaian percobaan sesuai gambar


desain percobaan.
Menguji larutan satu persatu dan mengukur tegangan
menggunakan multimeter.

Mengamati serta mencatat kejadian yang terjadi dalam


tabel pengamatan.
.

E. DATA HASIL PERCOBAAN

No Konsentrasi Pengamatan Tegangan pada


. Larutan Garam Lampu Multimeter
(Volt)
1. 5%
2. 10 %
3. 15 %
4. 20 %
5. 25 %

F. PEMBAHASAN
Azzakia Oofy Aureli (18312241056)

Praktikum IPA Terapan yang berjudul Elemen Listrik Sederhana – Baterai Elektrolit
Larutan Garam ini bertujuan untuk membuat elemen listrik sederhana berupa baterai elektrolit
larutan garam dan mengetahui pengaruh konsentrasi larutan elektrolit garam terhadap nilai
tegangan rangkaian listrik. Praktikum dilaksanakan pada Kamis, 18 Februari 2021 di rumah
praktikan yaitu di Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung.
Alat dan bahan yang digunakan yaitu paku besi, aluminium, baja, paper clip, jarum
pentul, selotip, kawat tembaga dengan tiga variasi diameter yaitu d1, d2, dan d3, serta baterai
1,5 Volt 2 buah. Langkah kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu yang pertama
melilitkan kawat tembaga ke paku. Membuat lilitan tersebut dengan kuat tetapi berjauhan dan
antara lilitan tidak boleh bersentuhan. Langkah yang selanutnya yaitu menghubungkan kedua
ujung sisa kawat yang tidak terlilit ke kutub-kutub baterai.Setelah rangkaian siap, kemudian
mendekatkan paku yang telah terlilit tersebut ke beberapa jarum pentul atau paper clip.
Selanjutnya mengulangi tiga langkah di atas dengan memvariasikan jumlah lilitan yaitu 10
lilitan, 20 lilitan, dan 30 lilitan; diameter kawat yaitu 0,1 mm dan 0,2 mm; serta jenis inti
magnet yaitu aluminium, besi, beton, dan baja. Langkah yang terakhir yaitu mengamati apa
yang terjadi dan mencatat pada table data hasil yang sudah disediakan.
Gaya tarik magnet mampu menarik benda-benda tertentu. Tapi tidak semua benda
dapat di tarik oleh magnet. Benda yang dapat di tarik oleh magnet adalah benda yang terbuat
dari bahan logam, yaitu besi, nikel, dan kobalt. Bila suatu benda mengandung salah satu dari
bahan logam tersebut maka benda magnetis adalah benda yang dapat ditarik oleh magnet.
(Tipler, 2008).
Pada praktikum electromagnet kali ini kami melakukan tiga kegiatan, yaitu variasi
banyak lilitan, variasi diameter kawat, dan variasi inti magnet.
1. Variasi Banyak lilitan
Pada percobaan variasi banyak lilitan ini, praktikan menggunakan kawat tembaga
dengan ukuran 0,2 mm. Dapat dilihat pada data hasil di atas pada jumlah lilitan 10, jarum
yang terangkat berjumlah satu. Pada jumlah lilitan 20, jarum yang terangkat berjumlah empat.
Pada percobaan dengan jumlah lilitan 30, jarum yang terangkat berjumlah lima. Dari data
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah lilitan maka jumlah jarum
yang terangkat juga akan semakin banyak.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Giancoli (2014) bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi besar GGL antara lain:

1. Kecepatan perubahan medan magnet, Semakin cepat perubahan medan magnet, maka
GGL induksi yang timbul semakin besar.
2. Banyaknya lilitan, Semakin banyak lilitannya, maka GGL induksi yang timbul juga
semakin besar.
3. Kekuatan magnet, Semakin kuat gejala kemagnetannya, maka GGL induksi yang
timbul juga semakin besar.

Selain itu Yaoung (2002) juga mengatakan bahwa saat arus yang mengalir di sekitar
inti meningkat, maka jumlah atom yang selaras akan meningkat dan semakin mempekuat
medan magnetnya sampai ke titik tertentu.
2. Variasi Diameter Kawat

Data hasil yang didapat praktikan adalah pada kawat berdiameter 0,1 mm dengan
jumlah lilitan 30 lilitan, jarum yang terangkat ada 1 buah. Sedangkan pada kawat berdiameter
0,2 mm dengan jumlah lilitan 30 lilitan, jarum yang terangkat ada 5 buah.

Sehingga terlihat bahwa semakin besar diameter suatu kawat maka jarum yang
terangkat juga semakin banyak. Hal ini sesuai dengan perrnyataan Ratna (2019: 26) dalam
jurnalnya bahwa penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni, dkk (2105: 79-85) menyatakan
bahwa besaran medan megnetik rata-rata pada koil akan bertambah besar seiring dengan
bertambahnya diameter yang digunakan, semakin besar arus yang diberikan maka besarnya
medan magnet akan semakin besar pula.
3. Variasi Jenis Inti Magnet

Pada percobaan variasi inti magnet, praktikan menggunakan inti magnet berupa paku
alumunium, paku besi, paku beton, dan paku baja. Hasil yang didapatkan adalah dengan inti
alumunium jumlah paperclip yang terangkat ada 4 buah. Pada paku inti besi paperclip yang
terangkat ada 3 buah. Pada paku inti beton paperclip yang terangkat ada 5 buah. Pada paku
inti baja paperclip yang terangkat ada 4 buah. Berdasarkan hasil tersebut inti yang paling
banyak menarik paperclip adalah dengan inti beton.
Menurut Hani (2016: 6) bahan yang biasa dijadikan magnet adalah besi. Besi lebih
mudah untuk dijadikan magnet daripada baja. Tapi sifat kemagnetan besi lebih mudah hilang
daripada baja. Oleh sebab itu, besi lebih sering digunakan untuk membuat elektromagnet.
Sedangkan menurut Sri Mugi (2008: 78) mengatakan bahwa dari ketiga bahan
feromagnetik yang digunakan besi putih memiliki nilai permeabilitas magnet paling besar.
Hal ini disebabkan besi putih memiliki kandungan unsur karbon (C) paling sedikit dibanding
besi baja. Besi ini sangat cocok digunakan untuk bahan elektromagnetik.
Hal ini menunjukkan bahwa hasil yang didapat praktikan tidak sesuai dengan kedua
teori tersebut. Berdasarkan teori besi adalah bahan inti yang cocok untuk bahan
elektromagnetik karena memiliki nilai permeabilitas paling besar. Sedangkan untuk membuat
magnet permanen menggunakan inti baja karena sifat kemagnetannya tidak mudah hilang
sedangkan besi mudah hilang. Ketidak sesuaian ini dikarenakan kawat tembaga yang
digunakan memiliki diameter sangat kecil sehingga berpengaruh kepada kuat magnet yang
dihasilkan.

Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulkan yaitu
1. Bahan inti berpengaruh terhadap kemampuan menarik benda. Kemampuan menarik
benda tergantung nilai permeabilitas dari suatu ini. Elektromagnet dengan inti besi
mempunyai medan magnet yang paling besar.
2. Diameter kawat berpengaruh terhadap kemampuan menarik benda. Semakin besar
diameter kawat maka semakin besar pula medan magnetnya sehingga semakin banyak
jarum pentul yang tertarik.
3. Jumlah lilitan berpengaruh terhadap kemampuan menarik benda. Semakin banyak lilitan
semakin besar pula medan magnetnya sehingga semakin banyak jarum pentul yang
tertarik.
4. Semakin banyak lilitan maka semakin besar medan magnetnya, semakin besar diameter
kawat semakin besar medan magnetnya, semakin besar permeabilitas inti magnet maka
semakin besar medan magnetnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bueche, F. 2006. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh. Jakarta : Erlangga.

Moranian. 2015. Filtrasi Jeruk Nipis Yang Ditambah NaCl + Na EDTA Sebagai
Elektrolit Baterai Dengan Charger Cell. Jurnal Unsyiah. Vol 3(2): 710 diunduh
dari http://conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA/3/paper/download/1001/187 pada
Minggu, 22 Februari 2021 pukul 19.53 WIB.

Hiskia. 1996. Kimia Larutan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Ikfina. 2013. Pembuatan Elektroda Dan Perancangan Sistem Capacitive Deionization


Untuk Mengurangi Kadar Garam Pada Larutan Sodium Clorida (NaCl). Jurnal
Berkala Fisika, Vol 16(3): 67-74.

Siti. 2015. Sea Cell (Sea Water Electrochemical Cell) Pemanfaatan Elektrolit Air Laut
Menjadi Cadangan Sumber Energi Listrik Terbarukan Sebagai Penerangan Pada
Sampan. Jurnal Sain Dan Teknologi, Vol 10(1).

Serungke, Mayangku. 2015. Perbedaan Nilai Tegangan Dan Arus Listrik Yang
Dihasilkan Oleh Pemanfaatan Larutan Air Garam. Jurnal Seminar Fisika. Vol (3):
167.

Haris. 2009. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi. Jakarta: Esensi.


Supriyadi. 2009. Pengaruh Diameter Kumparan Armature Terhadap Torsi dan Daya
Motor Listrik. Jurnal Elektronik. diunduh dari https://lib.unnes.ac.id/ pada
tanggal 21 Februari 2021 pukul 14.48 WIB.
LAMPIRAN

Gambar 1 Gambar 2
Dokumentasi Sendiri Dokumentasi Sendiri

Gambar 3 Gambar 4
Dokumentasi Sendiri Dokumentasi Sendiri

Anda mungkin juga menyukai