Anda di halaman 1dari 23

TUGAS I

PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN

LAPORAN TUGAS TUTORIAL

Disusun untuk memenuhi persyaratan mata kuliah MS4120 Sistem Instalasi Mekanikal

Kelompok 6 :
Naufal Alifyari 13116021
Agustinus Sinaga 13116088
Muhammad Rivaldi 13116092
Wahyu Ajie Pratama 13116108
Andreas Tio 13116115
Aryo Dwi Kuncorojati 13116141

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sistem perpipaan tidak hanya digunakan pada pabrik atau pembangkit. Tetapi
juga digunakan di gedung atau rumah untuk mengalirkan air untuk kebutuhan
sehari-hari.
Gedung FTMD sebagai salah satu gedung yang berada di ITB yang
memfasilitasi mahasiswa sebagai ruang kuliah tentu saja memerlukan air bersih
dengan jumlah yang cukup banyak. Air bersih tersebut digunakan untuk keperluan
di kamar mandi dan juga sebagai air wudhu. Air bersih yang dibutuhkan dapat
diambil dari Kolam Mesin yang terletak di sebelah Gedung FTMD.
Sistem perpipaan diperlukan untuk memindahkan air bersih yang berada pada
Kolam Mesin menuju tangki yang berada di lantai atap Gedung FTMD. Dalam
sistem perpipaan tersebut terdapat pompa dengan kapasitas aliran 50 liter/menit
yang akan menaikkan head air.

Tujuan
Tujuan dari tugas ini adalah:
1. Menggambarkan diagram atau sketsa sistem perpipaan dan kelengkapannya
di gedung Labtek 2 FTMD ITB.
2. Memilih material atau bahan pipa yang digunakan pada sistem perpipaan di
gedung Labtek 2 FTMD ITB .
3. Menentukan diameter pipa yang digunakan pada sistem perpipaan di
gedung Labtek 2 FTMD ITB sesuai dengan ukuran pipa standar yang
terdapat di pasaran.
4. Menentukan head losses mayor dan minor pada sistem perpipaan di gedung
Labtek 2 FTMD ITB.
5. Menentukan head total pompa yang diperlukan pada sistem perpipaan di
gedung Labtek 2 FTMD ITB
6. Memilih pompa yang terdapat di pasaran untuk digunakan pada sistem
perpipaan di gedung Labtek 2 FTMD ITB.

2
7. Menentukan tinggi hisap maksimum pompa yang diizinkan pada sistem
perpipaan di gedung Labtek 2 FTMD ITB.

3
BAB II
TEORI DASAR

Prinsip Dasar Fluida


Jenis Aliran
Aliran pada fluida terbagi menjadi 3 jenis yakni:
1. Aliran laminar
Aliran laminar memiliki profil aliran seragam dengan vektor
kecepatan searah. Partikel fluida bergerak dalam garis lurus. Aliran
laminar memiliki Bilangan Reynolds (Re) < 2300.

Gambar 2. 1 Profil aliran laminar


(sumber: Presentasi Perancangan dan Konstruksi Sistem Perpipaan)
2. Aliran Transisi
Aliran transisi memiliki profil aliran campuran dengan aliran mulai
berubah dari laminar menjadi turbulen. Aliran transisi mulai terjadi pada
kecepatan aliran sedang dan memiliki Bilangan Reynolds 2300 < Re <
4000.
3. Aliran Turbulen
Aliran turbulen memiliki profil aliran acak. Aliran turbulen terjadi
pada kecepatan tinggi dengan Bilangan Reynolds > 4000.

4
Gambar 2. 2 Profil aliran turbulen
(sumber: Presentasi Perancangan dan Konstruksi Sistem Perpipaan)
Bilangan Reynolds
Penentuan jenis aliran ditentukan oleh ditentukan oleh Bilangan Reynolds
(Re):
𝜌𝜌𝜌𝜌𝜌𝜌
𝑅𝑅𝑅𝑅 = … (1)
𝜇𝜇
dimana:
ρ = kerapatan massa fluida [kg/m3]
V = kecepatan fluida [m/s]
D = diameter pipa [m]
Μ = viskositas dinamik [Ns/m2]
Kontinuitas Massa
Laju aliran massa fluida pada dua titik yang berbeda di dalam pipa adalah
sama. Perubahan diameter pada pipa akan dikompensasi dengan perubahan
kecepatan aliran fluida.

1 2

Gambar 2. 3 Aliran di dalam pipa


(sumber: Presentasi Perancangan dan Konstruksi Sistem
Perpipaan)

5
Persamaan kontinuitas massa yakni:
𝑚𝑚̇1 = 𝑚𝑚̇2
𝜌𝜌1 𝐴𝐴1 𝑉𝑉1 = 𝜌𝜌2 𝐴𝐴2 𝑉𝑉2
Pada fluida inkompresibel:
𝜌𝜌1 = 𝜌𝜌2
𝐴𝐴1 𝑉𝑉1 = 𝐴𝐴2 𝑉𝑉2 … (2)
Sehingga, debit aliran pada fluida inkompresibel menjadi:
𝑄𝑄 = 𝐴𝐴𝐴𝐴 … (3)
dimana:
Q = Debit aliran [m3/s]
A = Luas area pipa [m2]
V = Kecepatan aliran fluida [m]
Persamaan Bernoulli
Persamaan Bernoulli merupakan bentuk penerapan kelestarian energi. Pada
sistem perpipaan aktual dengan adanya losses dan pompa maka persamaan
Bernoulli menjadi berikut:
𝑃𝑃1 𝑣𝑣1 2 𝑃𝑃2 𝑣𝑣2 2
+ + 𝑧𝑧1 + 𝐻𝐻𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 − �𝐻𝐻𝐿𝐿 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 + 𝐻𝐻𝐿𝐿 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 � = + + 𝑧𝑧2 … (4)
𝜌𝜌𝜌𝜌 2𝑔𝑔 𝜌𝜌𝜌𝜌 2𝑔𝑔
dimana:
Hpump = Head pompa [m]
HL major = Head loss major [m]
HL minor = Head loss minor [m]
Zn = Ketinggian fluida pada titik ke-n [m]
Pn = Tekanan statik fluida pada titik ke-n [Pa]
g = Percepatan gravitasi [9.81 m/s2]
Head Loss
Head loss adalah penurunan tekanan pada aliran fluida. Penurunan tekanan
pada aliran fluida dapat dipengaruhi oleh kecepatan aliran, diameter pipa,
friction factor, viskositas fluida, dan kerapatan massa fluida. Head loss terbagi
menjadi dua jenis yakni:

6
1. Head loss major
Head loss major merupakan penurunan tekanan pada aliran fluida yang
disebabkan oleh gesekan antara fluida dengan pipa. Head loss major
dapat dihitung dengan persamaan:
𝐿𝐿 𝑣𝑣 2
𝐻𝐻𝐿𝐿 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 𝑓𝑓 … (5)
𝐷𝐷 2𝑔𝑔
dimana:
HL major = Head loss major [m]
L = Panjang pipa [m]
D = Diameter pipa [m]
f = koefisien gesekan pipa
v = kecepatan fluida [m/s]
D = diameter pipa [m]
L = Panjang pipa [m]
g = gravitasi [m2 /s]
Koefisien gesekan pipa (f) didapatkan dari Moody Chart serta tabel
harga kekasaran material pipa dibawah ini:

Gambar 2. 4 Moody Chart


(sumber: https://www.sciencedirect.com/topics/engineering/moody-diagram)

7
Tabel 2. 1 Absolute surface roughness pada pipa
(sumber: https://www.nuclear-power.net/nuclear-engineering/fluid-dynamics/major-
head-loss-friction-loss/relative-roughness-of-pipe/)

2. Head loss minor


Head loss minor merupakan penurunan tekanan pada aliran fluida
yang disebabkan oleh perlakuan aksesoris. Head loss minor dapat
dihitung dengan persamaan:
𝑛𝑛
𝑣𝑣 2
𝐻𝐻𝐿𝐿 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = � 𝐾𝐾𝐿𝐿,𝑖𝑖 … (6)
2𝑔𝑔
𝑖𝑖=1

dimana:
n = jumlah aksesoris
k = koefisien loss aksesoris
Beberapa koefisien loss pada aksesoris terdapat dalam gambar
dibawah ini:

8
Gambar 2. 5 Koefisien loss aksesoris
(sumber: Presentasi Perancangan dan Konstruksi Sistem Perpipaan dan
https://www.sciencedirect.com/topics/engineering/head-loss)

Prinsip Kerja Pompa Sentrifugal


Pompa sentrifugal merupakan salah satu pompa yang termasuk dalam
klasifikasi pompa kinetik. Pada pompa jenis ini, energi diberikan secara kontinu
untuk menambah kecepatan fluida sampai nilainya lebih tinggi dari kecepatan
fluida pada discharge, sehingga pengurangan kecepatan pada aliran di dalam
sampai keluaran pompa. Pada akhirnya, terjadi kenaikan tekanan. Pompa
sentrifugal dapat kembali diklasifikasikan menurut alirannya. Klasifikasi tersebut
antara lain adalah axial flow, radial flow, dan mixed flow. Pompa sentrifugal
mempunyai tiga bagian utama yaitu : impeller yang menghasilkan gerak putar dari
fluida. Pump casing sebagai pengarah fluida menuju impeller dan
mengeluarkannya pada tekanan yang tinggi, dan driver yang memutar impeller.
Pada pompa sentrifugal, terjadi beberapa mekanisme yaitu:
• Poros pompa digerakkan oleh sumber eksternal ( contoh : motor listrik )
• Impeller berputar di dalam casing
• Fluida kerja yang berupa liquid mengalir ke impeller dari pipa isap ( suction
)

9
• Impaller memberikan energi kinetik kepada fluida
• Energi kinetik dari fluida dikonversi menjadi energi tekanan ketika
melewati volute atau diffuser.

Gambar 2. 6 Prinsip kerja pompa sentrifugal


(sumber: https://www.atg.world/view-
article/Centrifugal%20Pump%20%20Principle%20and%20Working-27607)

Kecepatan Fluida di Dalam Pipa


Kecepatan fluida di dalam pipa untuk beberapa jenis aliran fluida terdapat pada
tabel dibawah ini:
Tabel 2. 2 Kecepatan aliran fluida
Jenis Fluida Kecepatan (ft/s)
Crude Oil 3 – 13
Gas 30 – 60
Slurry 5 – 10
Uap proses 100 – 150
Uap air 100 – 130
Uap-air 2 Fasa 15 - 60
Air 3 – 10
Fluida Cair 100/ρ0.5

10
Persamaan yang Digunakan
Diameter Pipa
Diameter Pipa dapat dihitung dengan mengetahui debit aliran fluida
dengan menggunakan persamaan:

4𝑄𝑄
𝐷𝐷𝑖𝑖 = � … (7)
𝜋𝜋𝜋𝜋

𝐷𝐷𝑜𝑜 = 𝐷𝐷𝑖𝑖 + 2𝑡𝑡 … (8)


dimana:
Di = Diameter dalam pipa [m]
Do = Diameter luar pipa [m]
t = ketebalan dinding pipa [m]
Q = Debit aliran fluida di dalam pipa[m3/s]
v = Kecepatan aliran fluida di dalam pipa [m/s]
NPSHA
Kavitasi akan terjadi bila tekanan statis suatu aliran zat cair turun
sampai di bawah tekanan uap jenuhnya. Untuk menghindari kavitasi, harus
diusahakan agar tidak ada satu bagianpun dari aliran di dalam pompa yang
mempunyai tekanan statis lebih rendah dari tekanan uap jenuh cairan pada
temperatur yang bersangkutan. Didefinisikan suatu Head Isap Positif Neto
atau NPSH, yang dipakai sebagai ukuran keamanan pompa terhadap kavitasi.
NPSHA adalah head yang dimiliki oleh zat cair pada sisi isap pompa,
dikurangi dengan tekenan uap jenuh zat cair di tempat tersebut. NPSHA
dihitung dengan persamaan:
𝑃𝑃𝑎𝑎 𝑃𝑃𝑣𝑣
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝐴𝐴 = − + 𝐻𝐻𝑠𝑠 − 𝐻𝐻𝐿𝐿𝐿𝐿 … (9)
𝛾𝛾 𝛾𝛾
dimana:
NPSHA = Net Positive Suction Head [m]
Pa = Tekanan atmosfer [Pa]
Pv = Tekanan uap fluida [Pa]
Hs = Head suction
HLS = Head loss total pada pipa suction

11
γ = Berat spesifik fluida [N/m3]
NPSHRe
Agar tidak terjadi kavitasi, harus dipilih pompa yang memenuhi
persyaratan. Persyaratan tersebut adalah NPSH yang tersedia harus lebih
besar dari NPSH yang diperlukan. Nilai NPSH yang diperlukan (NPSHRe)
diperoleh dari pabrik pompa melalui pengujian.

12
BAB III
STUDI KASUS
Studi kasus yang penyusun lakukan pada penulisan laporan ini yakni
membuat sistem perpipaan untuk mengalirkan air bersih dari Kolam Mesin menuju
tangki air yang berada di lantai atap gedung Labtek 2 FTMD ITB. Sistem perpipaan
ini mampu mengalirkan air dengan kapasitas aliran 50 liter/menit dengan
menggunakan komponen-komponen yang berada di pasaran.

Gambar 3. 1 Studi kasus

13
BAB IV
DATA PENGAMATAN
Pengukuran dimensi bangunan Labtek 2 FTMD ITB dilakukan dengan
menggunakan meteran gulung dan dilakukan pada Jumat, 13 September 2019.
Skema gambar tangan dari hasil pengukuran dimensi bangunan sebagai berikut:

Gambar 4. 1 Skema gambar tangan pengukuran gedung Labtek 2 FTMD ITB

14
Hasil pengukuran dimensi bangunan Labtek 2 FTMD ITB terdapat pada
tabel berikut:
Tabel 4. 1 Hasil pengukuran dimensi bangunan Labtek 2 FTMD ITB

Dimensi Bangunan Simbol Nilai Unit


Kedalaman Kolam K1 3,9 m
Ketinggian Air K2 0,5 m
Tinggi Lt 1 L1 3,97 m
Tinggi Lt 2 L2 3,83 m
Tinggi Lt 3 L3 3,85 m
Tinggi Lt 4 L4 3,8 m
Tinggi Tangki Ke Lantai K3 0,4 m
Tinggi Tangki K4 2,8 m
Jarak Horizontal 1 M1 7,2 m
Jarak Horizontal 2 M2 7,2 m
Jarak Horizontal 3 M3 5 m

15
BAB V
ANALISIS

Pemilihan Pipa
Karena ketersediaannya yang tinggi di pasaran, tahan terhadap sinar UV, harga
yang murah, dan ketahanannya terhadap korosi, maka dipilih Polyvinyl Chloride
(PVC) sebagai material pipa pada sistem perpipaan ini.
Berdasarkan standar pada Tabel 2.1, kecepatan rata-rata aliran air di dalam
pipa seharusnya berada di antara 3 ft/s sampai dengan 10 ft/s. Dengan target debit
air sebesar 50 liter/menit, dengan menggunakan persamaan (3) diperoleh bahwa
diameter dalam pipa harus berada pada range 18,66 mm sampai 34,06 mm.
Dari katalog pipa PVC Wavin kelas AW, terdapat 3 buah modul pipa yang
memiliki diameter dalam yang berada di dalam range ini: modul 1/2”, 3/4”, serta
1”.
Tabel 5. 1 Pemilihan Modul Pipa
No Modul OD (mm) Tebal (mm) ID (mm)
1 1/2 22 1.5 19
2 3/4 26 1.8 22.4
3 1 32 2 28
4 1 1/4 42 2.3 37.4

Ketiga pipa ini akan digunakan dalam penghitungan selanjutnya, yang


kemudian di akhir analisis, akan ditentukan pilihan modul pipa yang paling sesuai.

Penentuan Jalur Pipa


Dari dimensi bangunan dan target keluaran aliran pipa (menuju tangki air di
lantai 4 Gedung FTMD), dipilih jalur berikut:

16
Gambar 5. 1 Jalur Sistem Pipa
Pertimbangan yang diambil pada pemilihan jalur ini adalah:
1. Lokasi pompa dipilih sebawah mungkin untuk menghindari terjadinya
kavitasi tanpa harus menggali tanah untuk peletakan pompa (mengurangi
biaya). Oleh karena itu, pompa diletakkan di tanah pada lantai 1 gedung.
2. Inlet pipa diletakkan pada dasar kolam dengan tujuan agar pipa selalu
terdapat air yang dipompakan meskipun ketinggian air berkurang (kecuali
pada kondisi air kolam habis)
3. Peletakan alur pipa dipilih menempel dengan dinding-dinding atau pilar
dan sebisa mungkin berada pada sudut-sudut bangunan agar tidak
mengganggu mobilitas dan untuk tidak menghalangi pemandangan.

17
4. Valve diletakkan setelah pompa untuk menutup aliran jika dibutuhkan. Ball
Valve diletakkan di tanah lantai 1 untuk memudahkan akses sehingga tidak
perlu naik ke lantai yang lebih tinggi untuk membuka/menutup valve.

Penghitungan Head Pompa


Head pompa terbagi menjadi tiga: static head (Hs), head-loss major (HL,maj)
serta head-loss minor (HL,min). Static head (Hs) diperoleh dari perbedaan ketinggian
antara permukaan kolam dengan tangki di lantai 4 Gedung FTMD. Dari skema
dapat diperoleh bahwa nilai dari Hs = 3.4 m
Head-loss major (HL,maj) merupakan head loss akibat gesekan pada pipa.
Untuk memperoleh head-loss major, terlebih dahulu ditentukan jenis aliran dengan
menghitung nilai konstanta Reynold (Re) pada ketiga modul pipa. Nilai angka
Reynolds ini diperoleh dari persamaan (1) sehingga diperoleh angka Reynolds
untuk pipa modul 1/2”, 3/4”, dan 1” berturut-turut 65118, 55234, dan 44188. Dari
ketiga angka ini, dapat disimpulkan bahwa aliran bersifat turbulen karena bernilai
lebih dari 4000.
Material PVC memiliki nilai ε = 0,0015 mm. Dengan menggunakan angka
Reynold serta nilai ε/D untuk setiap diameter, dari Moody Chart Gambar 2.4
diperoleh nilai f = 0,012 untuk ketiga modul pipa. Dari skema aliran pipa, diperoleh
bahwa total panjang pipa adalah 41,95 m. Dari panjang pipa, nilai f, diameter dalam,
serta kecepatan aliran dalam pipa untuk masing-masing modul dapat diperoleh
head-loss major masing-masing modul pipa dengan persamaan (5):
Tabel 5. 2 Perhitungan Head-Loss major (HL,maj)
Panjang
ID V HL,maj
No Modul pipa (ℓ) f
mm m m/s m
1 1/2 19 41.95 2.939149 0.012 11.66552
2 3/4 22.4 41.95 2.114622 0.012 5.121909
31 28 41.95 1.353358 0.012 1.678347

Sementara itu, untuk memperoleh head-loss minor (HL,min), diperlukan nilai


total koefisien head-loss minor (KL). Dari skema aliran pipa, disimpulkan bahwa
terdapat 6 buah elbow 90o dengan nilai KL=0,9 dan sebuah ball valve dengan nilai

18
KL= 0,2 sehingga total nilai KL sebesar 5,6. Dari nilai KL ini, dari persamaan (6),
diperoleh nilai head-loss minor (HL,min) untuk masing-masing modul pipa:
Tabel 5. 3 Penghitungan Head-Loss Minor (HL,min)

NPS V (m/s) KL HL minor (m)


1/2 2.9391495 5.6 2.4657
3/4 2.1146224 5.6 1.2763
1 1.3533584 5.6 0.5228

Dari ketiga nilai tersebut, dapat diperoleh total head aliran sebagai berikut:
Tabel 5. 4 Penghitungan Head-Loss Total (Htotal)

NPS HL major (m) HL minor (m) Hst (m) Htotal(m)


1/2 11.665516 2.4656553 22.05 36.181171
3/4 5.121909 1.2763057 22.05 28.448215
1 1.6783472 0.5227748 22.05 24.251122

Dari Tabel 5.4 di atas dapat disimpulkan bahwa pipa dengan NPS 1” memiliki
head yang paling kecil sehingga pipa ini dipilih sebagai diameter pipa yang
digunakan pada sistem.

Pemilihan Pompa
Pompa yang dipilih adalah pompa dengan merk EBARA CDX Series. Dari
kurva karakteristik pompa, dipilih series dengan head 24,25 m dengan debit lebih
dari 50 L/menit. Dari kurva karakteristik, diperoleh bahwa pompa yang memenuhi
syarat head dan debit adalah EBARA CDX 70/07. Pada head 24,25 m, debit pompa
ini lebih dari 50 L/menit (mendekati 50 L/menit).

Gambar 5. 2 Pompa EBARA CDX 70-07


(sumber: http://www.lukesindonesia.com/katalog-ebara-pump-2/)

19
Technical Data
Nama Pompa : EBARA CDX 70-07
Jenis Pompa : Pompa Sentrifugal Single Impeller
Suction : 1 1/4”
Discharge : 1”
Material Shaft : AISI 303

Gambar 5. 3 Kurva karakteristik pompa EBARA CDX 70-90 series


(sumber: http://www.lukesindonesia.com/katalog-ebara-pump-2/)

20
Dari Technical Data Pompa, diperoleh bahwa suction dari pompa memiliki
NPS 1 1/4”, lebih besar dari pipa yang dipilih. Dengan demikian, diperlukan
tambahan aksesoris sebelum suction pompa yaitu expander dari 1” menjadi 1 1/4”
menuju suction pompa.
Aksesoris ini jika ditambahkan akan menambah head-loss minor sistem pipa.
Setelah menambahkan aksesoris ini, nilai head pompa menjadi 24,265 m yang jika
dibaca pada kurva karakteristik pompa masih memenuhi debit minimum 50 L/menit
(bernilai 51 L/menit seperti yang terdapat pada Gambar 5.4)

System Curve
35

30

25

20
Head (m)

15

10

0
0 20 40 60 80 100
Q (L/menit)

Gambar 5. 4 Kurva Penentuan Titik Operasi Sistem

Analisis NPSH
Perlu dipastikan bahwa tidak terjadi peristiwa kavitasi pada saat pompa
dioperasikan. Untuk memastikan hal ini, perlu dilakukan analisis NPSH. Pada
analisis NPSH ini, perlu dipastikan bahwa NPSHA yang berasal dari sistem pompa,
lebih besar daripada NPSHRe yang berasal dari kurva karakteristik pompa.
Untuk menentukan NPSHA, digunakan persamaan (9) sehingga diperoleh nilai
NPSHA = 6,057 m.
Dari kurva karakteristik pompa, diperoleh nilai NPSHRe= 0,9 m. Dari kedua
nilai ini, maka disimpulkan NPSHA > NPSHRe. Dengan demikian, peristiwa kavitasi
tidak terjadi.

21
Tinggi hisap maksimum pompa yang diizinkan pada sistem didapatkan dengan
mengasumsikan pada sisi isap pompa terdapat 1 buah expander dan 1 buah elbow
90° serta tidak terdapat pipa horizontal. Selain itu, pipa yang digunakan sama
dengan pipa yang dipilih yakni memiliki NPS sebesar 1” dan memiliki debit aliran
sebesar 50 L/menit dan NPSHA minimal sama dengan NPSHRe,
NPSHA=NPSHRe=0,9 m. Sehingga, dengan menggunakan persamaan (9)
didapatkan tinggi hisap maksimum pompa yang diizinkan sebesar Hs maks = 8,6545
m.

22
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Diagram atau sketsa sistem perpipaan dan kelengkapannya terdapat pada
Subbab 5.2 Gambar 5.1.
2. Material pipa yang digunakan pada sistem perpipaan adalah material
Polyvinyl Chloride (PVC) yang merupakan material umum pipa pada
bangunan sedang. Material pipa ini memiliki beberapa keunggulan yakni
ketersediaan yang tinggi di pasaran, harga yang murah, tahan korosi, dan
tahan terhadap sinar UV.
3. Berdasarkan hasil perhitungan pada Subbab 5.1 dan 5.4 diperoleh diameter
NPS pipa PVC sebesar 1 inch.
4. Besar head losses mayor dan minor pada sistem perpipaan dengan diameter
NPS pipa PVC sebesar 1 inch berturut-turut adalah 1,6783 m dan 0,5368
m.
5. Besar head pompa total yang diperlukan untuk sistem perpipaan dengan
diameter NPS pipa PVC sebesar 1 inch adalah 24,265 m.
6. Pompa yang digunakan pada sistem perpipaan adalah pompa sentrifugal
EBARA CDX 70-07 yang mampu menghasilkan debit sebesar 50 L/menit
pada head pompa sebesar 24,265 m.
7. Tinggi hisap pompa maksimum yang diizinkan pada sistem perpipaan
sebesar 8,6545 m.

Saran
1. Dilakukan analisis untuk penginstalasian sistem perpipaan
2. Dilakukan analisis biaya pada sistem perpipaan.
3. Setelah penginstalasian, dilakukan pengujian hidrostatis pada instalasi pipa
dengan memberi tekanan sesuai dengan peraturan dan standar yang berlaku.

23

Anda mungkin juga menyukai