Anda di halaman 1dari 74

Fenomena Aliran Fluida Inkompresibel Pada Sistem Pemipaan

FDM – 06
FENOMENA ALIRAN FLUIDA INKOMPRESIBEL PADA
SISTEM PEMIPAAN

I. Tujuan Percobaan
1. Memahami sifat – sifat aliran fluida inkompresibel didalam pipa.
2. Memahami pengaruh bentuk-bentuk fisik pipa terhadap aliran fluida
inkompresibel didalam pipa.

II. Teori Dasar


Aplikasi penggunaan sistem pemipaan banyak digunakan untuk industri,
pengambilan sumber daya alam (minyak dan gas) dan lain-lain. Untuk dapat
memahami penggunaan aplikasi sistem pemipaan maka harus dilakukan
pemahaman dasar perancangan sistem pemipaan. Pada perancangan sistem
pemipaan, faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah :

1. Jenis fluida kerja yang dipakai.


2. Kondisi operasi fluida kerja (temperatur kerja, tekanan kerja).
3. Sifat-sifat fluida kerja bila dikenakan kondisi operasi kerja.
4. Kondisi lapangan (Kondisi daerah yang akan dipasang instalasi).
5. Material pipa-pipa yang dipakai.
6. Jenis instalasi yang akan dipakai.
7. Kerugian energi yang terjadi dari pemasangan instalasi.
8. Ekonomi.

Pada pengujian ini jenis fluida yang dipakai adalah fluida inkompresibel.
Pada pengujian ini diharapkan para praktikan memahami fenomena aliran
fluida jenis inkompresibel yang terjadi didalam sistem pemipaan sederhana.
Dengan pemahaman terhadap sistem pemipaan sederhana ini para praktikan
diharapkan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah didapat
untuk aplikasi yang sebenarnya di dunia kerja kelak.

LABORATORIUM KONVERSI 1
Fenomena Aliran Fluida Inkompresibel Pada Sistem Pemipaan

Jenis aliran fluida terdapat tiga jenis yaitu :


1. Aliran laminer. Dimana kondisi pergerakan partikel dari fluida seragam
dan beraturan. (Re < 2300).
2. Aliran transisi. Dimana kondisi partikel fluida berada pada peralihan dari
kondisi seragam menuju kondisi acak. (Re = 2300).
3. Aliran turbulen. Dimana kondisi pergerakan partikel fluida adalah acak
dan tidak beraturan. (Re > 2300).

Untuk mencari bilangan reynold menggunakan persamaan :

ρVD
𝑅𝑒 = (1)
μ

Keterangan (satuan dalam SI) :


Re = Bilangan Reynold
𝑘𝑔
ρ = Massa jenis fluida [ ]
𝑚3

D = Diameter dalam pipa [𝑚]

V = Kecepatan aliran 𝑚
fluida [ ]
𝑠
𝑘𝑔
μ = Viskositas dinamik fluida [ ]
𝑚.𝑠

Pada aliran fluida inkompresibel didalam pipa terdapat dua buah kerugian
utama yaitu :
1. Kerugian Mayor (Head Losses Mayor)
Kerugian mayor diakibatkan oleh gesekkan yang terjadi antara fluida
yang mengalir dengan permukaan pipa bagian dalam. Kerugian ini tidak
dapat dihindari pada suatu sistem pemipaan tetapi kerugian ini dapat
dianalisis dan diketahui besarnya dengan menggunakan persamaan :

𝐿 2
𝐻𝑙 = 𝑓 × ×𝑉 (2)
� 2𝑔

Dimana :
Hl = Head Loses Mayor [𝑚]
f = Faktor gesekkan (dicari dari diagram moody)

LABORATORIUM KONVERSI 2
Fenomena Aliran Fluida Inkompresibel Pada Sistem Pemipaan

𝑚
V = Kecepatan aliran fluida [ ]
𝑠

L = Panjang pipa [𝑚]


D = Diameter dalam pipa [𝑚]
𝑚
g = Percepatan Gravitasi bumi (9,81) [ 2]
𝑠

2. Kerugian Minor (Head Losses Minor)


Kerugian minor diakibatkan oleh perubahan dimensi dan bentuk pipa.
Karena akibat perubahan dimensi dan bentuk pipa selain mengalami
kerugian gesekkan, fluida akan menumbuk permukaan yang berubah
dimensinya yang menyebabkan kerugian energi pada aliran. Kerugian ini
dapat dianalisis dan diketahui besarnya dengan menggunakan persamaan :

𝑉2
𝐻𝑙𝑚 = 𝐾 (3)
2𝑔

Dimana:
Hlm = Head Loses Minor [𝑚]
K = Konstanta kerugian minor (dari tabel kerugian minor)

V = Kecepatan aliran fluida 𝑚


[ ]
𝑠

g = Percepatan Gravitasi bumi (9,81) 𝑚


[ 2]
𝑠

III. Instalasi Pengujian

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :


1. 1 set pompa motor
2. Inverter
3. Katup-katup
4. Pressure gauge
5. Flowmeter
6. Reservoir

LABORATORIUM KONVERSI 3
Fenomena Aliran Fluida Inkompresibel Pada Sistem Pemipaan

Instalasi pengujian aliran fluida inkompresibel pada sistem pemipaan dapat


dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 6.1 Sistem Pemipaan Percobaan Fluida

IV. Prosedur Pengujian

A. Prosedur sebelum pengujian


Mencatat data ruangan beserta temperatur ruangan.
B. Prosedur Mengoperasikan Instalasi Pengujian
1. Memasang kabel untuk hubungan Listrik dan mengoperasikan pompa set
dengan saklar yang tersedia pada Inverter.
2. Mendiamkan pompa beroperasi secara stabil dan perhatikan apakah ada
udara yang terjebak didalam selang Pressure gauge. Jika terdapat udara
yang terjebak pada selang pressure gauge segera lakukan pembuangan
udara tersebut (ikuti instruksi asisten).
3. Pada saat pengukuran berlangsung katup-katup yang berada pada
instalasi semuanya dalam keadaan terbuka.
4. Lakukan pengujian (ikuti instruksi asisten).

LABORATORIUM KONVERSI 4
Fenomena Aliran Fluida Inkompresibel Pada Sistem Pemipaan

V. Data Pengujian

Putaran Q( 𝑳
)
No. 𝑷𝟏 (𝒃𝒂𝒓) 𝑷𝟐 (𝒃𝒂𝒓) ∆𝑷 = 𝑷𝟏 − 𝑷𝟐
(rpm) 𝒎𝒊𝒏

1.
2.
3.
4.

LABORATORIUM KONVERSI 5
Fenomena Aliran Fluida Inkompresibel Pada Sistem Pemipaan

LABORATORIUM KONVERSI 6
Percobaan

FENOMENA DASAR MESIN – 07

PERCOBAAN SIRIP
I. Tujuan

1. Mengetahui fenomena distribusi temperatur pada sirip silinder


horizontal
2. Mengetahui sejauh mana keakuratan perhitungan dengan metode
analitik dapat dicapai.
3. Praktikan mampu mengetahui dan memahami kehandalan sirip sebagai
bidang tambah pelepas panas.

II. Teori Dasar


Sirip merupakan bidang yang digunakan untuk menambah
perluasan untuk menukar panas yang berfungsi untuk mempercepat laju dari
perpindahan panas. Pada pengujian modul percobaan sirip ini kita akan
melakukan 2 pengujian pada kasus yaitu :

1. Sirip mempunyai panjang tertentu dan melepaskan kalor dari


ujungnya.
2. Ujung sirip diisolasi sehingga dt/dx = 0 pada x = L.
Dengan perhitungan sistem konduksi – konveksi pada sirip akan
diperoleh persamaan-persamaan penting berikut :
 Distribusi Temperatur Tanpa Dimensi
Kasus I Untuk Batang I
𝒉𝐿
𝑇 −𝑇 cos 𝒉 𝑚(𝐿−𝑋)+( ) 𝑠𝑖𝑛 𝒉 𝑚(𝐿−𝑋)
𝑥 ∞
= 𝑚𝑘 (1)
𝒉𝐿
𝑇𝑠 −𝑇∞ 𝑐𝑜𝑠 𝒉 𝑚𝐿+( ) 𝑠𝑖𝑛 𝒉 𝑚𝐿
𝑚𝑘

Keterangan :
Tx = Temperatur sirip pada jarak X dari dinding sirip
T = Temperatur udara sekitar
Ts = Temperatur dasar dinding
hL = Koefisien konveksi pada permukaan ujung
k = Koefesien konduksi bahan sirip

Laboratorium Konversi 1
Percobaan

L = Panjang sirip
X = Jarak titik pengamatan ke dinding pendinginan
H = Koefesien konveksi permukaan sirip
P = Keliling sirip
A = luas penampang sirip

m = ℎ𝑝
√𝐾𝑏. 𝐴

Kasus III Untuk Batang II

𝑇𝑥−𝑇∞ 𝑠𝑖𝑛ℎ 𝑚.𝑋 + 𝑠𝑖𝑛ℎ 𝑚 (𝐿−𝑋)


𝑇𝑠−𝑇∞ = 𝑠𝑖𝑛ℎ 𝑚𝐿
(2)

 Laju aliran panas dari sirip :


Kasus I
𝒒 = √𝒑. 𝒉.𝑨. 𝑲 . (𝑻 − 𝑻 ). 𝒔𝒊𝒏𝒉 𝒎 (𝑳−𝑿)
+( ) 𝒄𝒐𝒔𝒉 𝒎𝑳
𝒎.𝑲𝒃𝒉 (3)
𝒖𝒅 𝟎 ∞ 𝒉
𝒄𝒐𝒔𝒉 (𝑳−𝑿)+ (
) 𝒔𝒊𝒏𝒉 𝒎𝑳
𝒎.𝑲𝒃𝒉

Kasus III
𝑞 = √𝑃. ℎ. 𝐴. 𝑘 (𝑇𝑠 − 𝑇∞). 𝑡𝑎𝑛ℎ ( 𝑚𝐿) (4)

 Menentukan koefesien perpindahan panas konveksi (h)


1. Konveksi bebas
 Temperatur film (Tf)
(𝑇𝑊 + 𝑇∞)
𝑇𝑓 =
2
dimana :

𝑇∞ = Temperatur udara lingkungan

𝑇𝑊 = Temperatur rata-rata dinding sirip

Laboratorium Konversi 2
Percobaan

 Angka Grashof (Gr)


𝑔. 𝛽. (𝑇𝑤 − 𝑇∞)𝑑3
𝐺𝑟 =
𝜈

Keterangan :

g = Gaya gravitasi

 = Koefisien muai volume = 1


𝑇𝑓

d = Diameter sirip

 = Viskositas kinematika ( sifat fisik fluida )

 Angka Nusselt ( Nu )
Persamaan Morgan :

Nu = C. (Gr.Pr)m

Keterangan :

Pr = Angka Prandtl ( sifat fisik fluida ) Harga konstanta C


dan m tergantung harga Gr dan Pr, dapat dilihat pada buku
teks perpindahan panas. Sifat dievaluasi pada temperatur
film.

Persamaan Churcil dan Chu :

1
0,518(𝐺𝑟.𝑃𝑟)4
Nu = 0,36 + 9
4
0,559
9
[1+( 𝑃𝑟 )16]

Untuk aliran laminar 10 –6<Gr.Pr<109

Sifat dievaluasi pada temperatur film

 Koefesien perpindahan panas konveksi (h)


h =Nu.𝑘
𝑑

Dengan k = konduktivitas termal fluida

Laboratorium Konversi 3
Percobaan

2. Konveksi Paksa
 Koefesien tahanan aliran (Cd)
Cd = 0,9716 + 1,35. 10-3Pn

Keterangan :

Pn = Beda tekanan antara tekanan udara lingkungan dengan


tekanan udara Statik di leher nosel ( dalam mm H2O)

 Massa jenis Udara


(o)
𝜌𝑜 𝑘𝑔
o = [3
𝑚
𝑅.𝑇𝑜

Keterangan :

R = 287 [ 𝑁𝑚 ]
𝑘𝑔.𝐾

𝑁
o = Tekanan udara lingkungan [ ]
𝑚2

To = Temperatur udara lingkungan [K]

 Kecepatan aliran udara di nosel (Vn)


(2.𝑃𝑛) 1 𝑚

Vn =Cd [ ]2 [ 𝑠]
o

Dengan Pn dalam N/m2

 Kecepatan aliran udara di ruang uji (V)


𝑉 = 𝐴𝑛 𝑉𝑛 [𝑚 ]
𝐴𝑟𝑢 𝑠

Keterangan : An = luas penampang nosel = 0,1662. 10-2 m2

Aru = luas penampang ruang uji = 0,100264 m2

 Bilangan Reynold (Re)


𝑉𝐿
𝑅𝑒 =
𝜈

Laboratorium Konversi 4
Percobaan

 Bilangan Nusselt (Nu)


Persamaan Hilpert :

Nu = C.Ren.Pr1/3

Nilai konstanta C dan n

Re C n

0,4 – 4 0,989 0,330

4 - 40 0,911 0,380

40 - 4000 0,683 0,466

40000 - 40.000 0,193 0,618

Persamaan Eckert da Drake :

Nu = (0,43 + 0,50 Re0,5)Pr0,38

Untuk 1 <Re<103

Sifat dievaluasi pada temperatur film

Persamaan Churhil dan Bernestein :

1 1
0,62(Re)2(𝑃𝑟)3
𝑁𝑢 = 0,3 + 3 4
0,4 2 4 Re 85
3
[1 + ( 𝑃𝑟 ) ] [1 + (282200) ]

Untuk 102<Re<107 ; Pe > 0,2

Laboratorium Konversi 5
Percobaan

Persamaan Whitaker :
1
2 𝜇∞
𝑁𝑢 = (0,4 𝑅𝑒0, + 0,06 𝑅𝑒3) 𝑝𝑟 0, ]4
5 4 [𝜇𝑤

Untuk 40 < Re <105 ; 0,25 <∞ / w<5,2

Semua sifat dievaluasi pada suhu udara bebas kecuali w


pada suhu dinding

III. INSTALASI PENGUJIAN


Pada pengujian ini digunakan perangkat sebagai berikut :

Spesimen uji
Bahan : Kuningan

Diameter : 6,25 mm

Panjang : 32 cm dan 33 cm

Jarak titk pengamatan :

 Batang 1 (untuk kasus I)

X=0 10,5 21 32

Laboratorium Konversi 6
Percobaan

 Batang 2 (untuk kasus III)

CV

X=0 8 16 8 X=0

Alat ukur temperatur

Untuk mengetahui temperatur sirip digunakan termokopel tipe T,


kemudian termokopel ini dihubungkan dengan termometer termokopel
(Omega DP 460) dengan perantaraan terminal selector.

Perangkat pembangkit aliran udara

Komponen dari perangkat ini dapat dilihat pada gambar. Untuk


menghitung kecepatan aliran udara digunakan alat mikromanometer, yaitu
untuk mengetahui beda tekanan antara tekanan udara luar (lingkungan)
dengan tekanan statik aliran udara di leher nosel.

Heater

Untuk memanaskan dasar sirip, heater ini dihubungkan dengan


perantara dimmer ke sumber tegangan agar panas yang dihasilkan heater
untuk memanaskan sirip dapat diatur.

Pengukuran parameter udara lingkungan


Temperatur diukur dengan termometer alkohol sedangkan tekanan
ruangan diukur dengan barometer.

Laboratorium Konversi 7
Percobaan

IV. PROSEDUR PENGUJIAN


A. Kondisi Konveksi Bebas
1. Hubungkan heater dan termometer – termokopel ke
sumber tegangan.
2. Atur besar masukan daya pada heater, hingga temperatur dasar
sirip mencapai temperatur stedi 100 0C ( gunakan dimmer ).
3. Catat semua temperatur pada sirip (gunakan selector untuk
memindahkan pengamatan titik uji )
4. Catat temperatur dan tekanan udara lingkungan.
B. Kondisi Konveksi Paksa
1. Tutup dengan rapat ruang uji
2. Jalankan fan
3. Lakukan kembali langkah 2,3 dan 4 pada kondisi konveksi bebas
4. Atur dan catat harga yang ditunjukkan micromanometer
5. Ulangi pengujian untuk kecepatan skala yang berbeda

Laboratorium Konversi 8
Percobaan

II. Data Pengamatan

a. Konveksi Bebas
Kasus I Batang I

No. To T10,5 T 21 T 32
1
2

Kasus III Batang II

No. To T8 T16 T8 To
1
2

b. Konveksi Paksa
Putaran =...............Rpm

Kasus I Batang I

No. To T10,5 T21 T32


1
2

Kasus III Batang II

No. To T8 T16 T8 To
1
2

Laboratorium Konversi 9
Percobaan

Laboratorium Konversi 1
Percobaan

Laboratorium Konversi 1
Percobaan

Laboratorium Konversi 1
PANDUAN
PRAKTIKUM PRESTASI MESIN
PM – 01

LABORATORIUM KONVERSI
ENERGI JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2020
PENGUJIAN MESIN

PANDUAN PRAKTIKUM
PENGUJIAN MESIN PENDINGIN
(PM – 01)

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memahami mesin refrigerasi khususnya mesin pendingin Siklus Kompresi Uap.
2. Mengetahui prosedur pengujian mesin pendingin Siklus Kompresi Uap.
3. Mengetahui alat ukur yang dipergunakan dalam pengujian mesin pendingin
Siklus Kompresi Uap.

II. INSTALASI PENGUJIAN

Instalasi unit mesin pendingin yang digunakan untuk pengujian adalah mesin
pendingin dengan sistem kompresi uap, ditambah peralatan tambahan yaitu 2 buah
Katup, Pressure Switch, alat ukur Temperatur dan Tekanan, untuk lebih jelasnya
lagi lihat gambar 1.1 dan gambar 1.2.

Adapun fungsi masing-masing perangkat dan alat-alat ukur yang digunakan


dapat dijelaskan sebagai berikut :

 Kompresor tipe Swashplate yang dilengkapi dengan kopling magnetik,


berfungsi untuk menaikan tekanan refrigeran. Kompresor ini berupa kompresor
torak yang biasa dipergunakan pada sistem pengkondisian udara mobil.
 Kondesor berfungsi untuk mencairkan uap refrigeran bertekanan dan ber-
temperatur tinggi yang keluar dari kompresor.
 Evaporator berfungsi menyerap kalor dari udara yang akan di dinginkan dan
menurunkan kelembabannya.
 Katup ekspansi termostatik berfungsi mengekspansikan kondesat refrigeran,
menurunkan tekanan yang berasal dari kondesor dan mengatur pemasukan
refrigeran ke dalam evaporator sesuai dengan beban pendinginan.
 Receiver/Drier (tangki penampung) berfungsi untuk menjaring kotoran dan
serbuk-serbuk logam yang ada didalam cairan refrigeran.
 Motor listrik 3 fasa, sebagai penggerak kompresor.

LABORATORIUM KONVERSI 1
PENGUJIAN MESIN

 Refrigeran yang digunakan pada mesin refrigerasi ini adalah Freon R-134A.
 Katup simulasi berfungsi menurunkan tekanan sistem.
 Pressure Gauge berfungsi untuk mengukur tekanan refrigeran.
 Anemometer berfungsi untuk mengukur kecepatan aliran udara.
 Termometer digital berfungsi untuk mengukur temperatur refrigeran.
 Termometer bola basah dan termometer bola kering untuk mengukur
temperatur bola basah dan temperatur bola kering pada saluran udara
kondensor dan evaporator.
 Voltmeter untuk mengukur tegangan listrik.
 Amperemeter untuk mengukur arus listrik.

Gambar 1.1 Instalasi Pengujian Tampak Depan

Gambar 1.2 Skema Peralatan Sistem Pengujian

LABORATORIUM KONVERSI 2
PENGUJIAN MESIN

III. TEORI DASAR


3.1 Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap

Siklus Kompresi Uap merupakan siklus terpenting dan terbanyak digunakan


dalam siklus refrigerasi. Cara kerja dari siklus refrigerasi kompresi uap adalah
sebagai berikut :

Fluida kerja dikompresikan didalam kompresor dari tingkat keadaan 1 ke


tingkat keadaan 2 pada tekanan tinggi, kemudian fluida kerja ini di embunkan
didalam kondesor ketingkat keadaan 3 dan kemudian diekspansikan dengan
katup ekspansi ketingkat keadaan 4 dan berevaporasi didalam evaporator,
selanjutnya kembali ketingkat keadaan 1.

Apabila untuk proses-proses diatas diterapkan proses pola, maka diagram


pernyataan proses dari siklus adalah seperti ditunjukan dalam gambar 1.3.

Gambar 1.3 Pernyataan Proses (Proses Pola) Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap Standar

Proses pola dari udara yang mengalami pemanasan disaluran kondesor


ditunjukan pada gambar 1.4. Sedangkan proses pola dari udara yang mengalami
pendinginan disaluran evaporator ditunjukan pada gambar 1.5.

3.2 Psikometrik

Psikometrik adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat termodinamika dari


campuran udara kering dan uap air. Diagram psikometrik adalah diagram yang
memuat sifat-sifat termodinamika.

LABORATORIUM KONVERSI 3
PENGUJIAN MESIN

Gambar 1.4 Proses Pola Udara di Saluran Kondensor

Termometer bola basah dan termometer bola kering untuk mengukur


temperatur bola basah dan temperatur bola kering pada saluran udara kondensor
dan evaporator.

Gambar 1.5 Proses Pola Udara di Saluran Evaporator

3.3 Prestasi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap


Dengan bantuan diagram tekanan entalphi (diagram p vs h) besaran yang
penting dalam siklus kompresi uap dapat diketahui.

Alat-alat yang harus dipersiapkan :

 Millimeter blok ukuran A4 (4 lembar per orang)


 Ballpoint 4 warna
 Penggaris
 Kalkulator
 Diagram Psikometrik
 Tabel Thermodynamics Properties of Air

LABORATORIUM KONVERSI 4
PENGUJIAN MESIN

1. Mencari Tekanan
Absolut 𝑃𝑎𝑤𝑎𝑙 + 𝑃𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑃̅𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 =
2

𝑃̅𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 0.145038 𝑃𝑠𝑖


= 𝐾𝑃𝑎 .
1 𝐾𝑝𝑎

𝑃𝑠𝑖𝑎1 = 𝑃𝑎𝑏𝑠1 + 𝑃̅𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 (𝑃𝑠𝑖𝑎)


𝑃𝑠𝑖𝑎2 = 𝑃𝑎𝑏𝑠2 + 𝑃̅𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 (𝑃𝑠𝑖𝑎)
𝑃𝑠𝑖𝑎3 = 𝑃𝑎𝑏𝑠3 + 𝑃̅𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 (𝑃𝑠𝑖𝑎)
𝑃𝑠𝑖𝑎4 = 𝑃𝑎𝑏𝑠4 + 𝑃̅𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 (𝑃𝑠𝑖𝑎)
2. Temperatur Sistem
Satuan temperatur dikonversikan ke dalam satuan ℉
9
𝑇1 = (℃) → ( . ℃) + 32 = ℉
5
9
𝑇2 = (℃) → ( . ℃) + 32 = ℉
5
9
𝑇3 = (℃) → ( . ℃) + 32 = ℉
5
9
𝑇4 = (℃) → ( . ℃) + 32 = ℉
5
3. Mencari Entalpi Sistem
ℎ1 =
Didapat dari diagram P-h R-134a. ( T (℉) vs P (𝑃𝑎𝑏𝑠 ))
ℎ2 =
ℎ3 = ℎ𝑓3 + 𝑣𝑓3 . (𝑃𝑎𝑏𝑠3 + 𝑃̅𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 )
Dimana ℎ𝑓3 dan 𝑣𝑓3 didapat dari interpolasi tabel A-10E
ℎ4 = ℎ3 → 𝑑𝑖𝑎𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑎𝑟𝑖 𝑥
ℎ4 − ℎ𝑓4
𝑥= = 0 … . 𝑥100
ℎ𝑓𝑔4
x = Kualitas uap
Untuk mencari ℎ4 menggunakan diagram P-h (Kualitas uap vs Pabs)

LABORATORIUM KONVERSI 5
PENGUJIAN MESIN

Mencari entalpi dan volume spesifik disaluran udara evaporator menggunakan


TWB dan TDB sebelum dan setelah saluran evaporator dengan cara membuat
pertemuan titik di diagram psikometrik R-134a.
𝑉𝑎 𝑉𝑏
Sebelum Sesudah
ℎ𝑎 ℎ𝑏

4. Laju Aliran Massa Udara di Saluran Evaporator


1
𝑚 = 𝐴. 𝑉 = 𝜌 . 𝐴. 𝑉 (𝑘𝑔)
𝑢𝑑 𝐸𝑣𝑎 𝑣 𝑢𝑑 𝑠
Dimana :

𝑚𝑢𝑑 𝐸𝑣𝑎
= Laju aliran massa udara di evaporator (𝑘𝑔)
𝑠

A = Luas Penampang keluar saluran evaporator (0,062 m2)


V = Kecepatan udara keluar evaporator (𝑚)
𝑠

3
v = Volume spesifik udara
(𝑚 )
𝑘𝑔
(𝑣𝑒1 + 𝑣𝑒2 )
= 𝑣̅ = = 𝑣𝑎+𝑣𝑏
2
( 2 )
3
𝑣𝑎 (𝑚 )
= volume spesifik udara masuk
𝑘𝑔
evaporator 3
𝑣𝑏 (𝑚 )
𝑘𝑔
= volume spesifik udara keluar evaporator

5. Laju Perpindahan Kalor Setelah Udara Melewati Evaporator


𝑄̇𝑢𝑑 𝐸𝑣𝑎 = 𝑚̇ 𝑢𝑑 𝐸𝑣𝑎(ℎ𝑒1 − ℎ𝑒2) (kW)
Dimana :
𝑄̇𝑢𝑑 𝐸𝑣𝑎 = Laju penyerapan kalor, setelah udara melewati Evaporator

𝑚𝑢𝑑 𝐸𝑣𝑎
= laju aliran massa udara di Evaporator (𝑘𝑔)
𝑠
ℎ 𝑘𝐽
= Entalpi udara masuk Evaporator ( )
𝑒1 𝑘𝑔

ℎ𝑒2 = Entalpi udara keluar Evaporator (𝑘𝐽)


𝑘𝑔

LABORATORIUM KONVERSI 6
PENGUJIAN MESIN

6. Laju aliran massa refrigeran (𝒎̇ 𝒓𝒆𝒇)

𝑚𝑟𝑒𝑓 = 𝑄̇𝑢𝑑 𝑘𝑔
(𝑠)
ℎ1−ℎ4

ℎ1,4
= Entalpi udara di titik 1 dan 4 (𝑘𝐽)
𝑘𝑔

7. Laju Penyerapan Kalor oleh Evaporator 𝑸̇ 𝒆𝒗𝒂


𝑄̇𝑒𝑣𝑎 = 𝑚̇ 𝑟𝑒𝑓(ℎ1 − ℎ4) (kW)
Dimana :

ℎ1,4
= Entalpi udara di titik 1 dan 4 (𝑘𝐽)
𝑘𝑔

8. Daya Kompresor

𝑊̇ 𝑘𝑜𝑚𝑝 = 𝑚̇ 𝑟𝑒𝑓(ℎ2 − ℎ1)


Dimana :
𝑊̇ 𝑘𝑜𝑚𝑝 = Daya Kompresor (kW)

𝑚𝑟𝑒𝑓
= Laju aliran massa refrigeran (𝑘𝑔)
𝑠
ℎ 𝑘𝐽
= Entalpi di udara di titik 1 dan 2 ( )
1,2 𝑘𝑔

9. Koefisien Prestasi (“Coefficient of performance”,COP)


Untuk 4 tingkat keadaan (4 titik)
𝑄̇𝑒𝑣𝑎
𝑚̇ 𝑟𝑒𝑓(ℎ1 − ℎ2)
𝐶𝑂𝑃 = =
� 𝑘𝑜𝑚𝑝 𝑚𝑟𝑒𝑓 (ℎ2 − ℎ1)

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

Untuk memperoleh hasil pengujian yang baik, maka perlu diperhatikan


langkah-langkah yang harus dilakukan.

1. Prosedur Pengujian
1.1 Pemeriksaan Sebelum Pengujian
a) Alat-alat ukur telah terpasang pada tempatnya.

LABORATORIUM KONVERSI 7
PENGUJIAN MESIN

b) Semua tombol listrik pada posisi off.


c) Masih cukup air distilasi pada temperatur bola basah.

LABORATORIUM KONVERSI 8
PENGUJIAN MESIN

d) Catat data ruang.


1.2 Cara Menjalankan Mesin
a) Menghubungkan kabel listrik ke sumber listrik.
b) Mengubah posisi tombol utama pada posisi On.
c) Menjalankan kipas udara untuk kondensor pada tegangan maksimal.
d) Menjalankan motor penggerak kompresor.
e) Menjalankan kipas pendingin kompresor.
f) Setelah keadaan stabil, menjalankan kompresor melalui kopling
magnetik.
g) Menjalankan kipas udara untuk Evaporator dan Kondensor.
h) Setelah diperoleh kondisi stabil (10 menit) lakukan pengamatan
sesuai dengan yang telah ditentukan oleh asisten.
1.3 Pengamatan yang dilakukan
a) Mencatat tegangan dan arus yang terpakai pada panel.
b) Mengamati, mencatat tekanan dan temperatur pada setiap terminal.
c) Mengamati, mencatat temperatur bola basah dan temperatur bola
kering pada saluran udara masuk dan keluar pada Evaporator.
d) Mengukur kecepatan udara pada saluran udara Evaporator,
kemudian merata – ratakan hasilnya.
e) Pengamatan data diatas dilakukan pada berbagai variasi tegangan
Fan Evaporator.

LABORATORIUM KONVERSI 9
PENGUJIAN MESIN

V. DATA PENGAMATAN
 Hari/Tanggal :
 Pukul :
 Asisten :

1. Data Ruang
Sebelum Sesudah
Temperatur (oC)
Tekanan (cmHg)
Kelembaban (%)

2. Data Pengamatan Pengujian

Volt Tekanan Temperatur Sebelum Evaporator Setelah Evaporator Kecepatan Aliran


(V) Pabs1 Pabs 2 Pabs 3 Pabs 4 T1 T2 T3 T4 Tdb Twb Tdb Twb Udara (𝑚)
𝑠

LABORATORIUM KONVERSI 9
PANDUAN
PRAKTIKUM PRESTASI MESIN
PM – 02

LABORATORIUM KONVERSI ENERGI


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2020
PENGUJIAN ALAT PENUKAR

PANDUAN PRAKTIKUM
PENGUJIAN ALAT PENUKAR KALOR
(PM – 02)

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Untuk memahami prinsip kerja alat penukar kalor dan cara menguji prestasinya
2. Mengetahui prestasi (kinerja) alat penukar kalor pada kondisi aliran fluida

II. INSTALASI PENGUJIAN

Gambar 2.1 Skema Instalasi Pengujian Alat Penukar Kalor


Keterangan gambar 2.1

 Reservoir air (1)


 Pompa (2)
 Katup pengalir air (3), (4)
 Rotameter (5), (6)
 Pemanas air (water heater) (7)
 Termokopel (8), (9), (10), (11)
 Bahan bakan gas (12)

LABORATORIUM KONVERSI 1
PENGUJIAN ALAT PENUKAR

Alat penukar kalor yang digunakan untuk pengujian ini adalah jenis
cangkang dan pipa; fluida kerja adalah air panas yang mengalir di dalam pipa –
pipa dan didinginkan oleh air dingin yang mengalir di dalam cangkang.

Berikut ini data – data spesifikasi alat untuk :

(a). Cangkang

Bahan = acrylic
Diameter dalam, IDs = 190 mm = 0,190 m
Diameter luar, ODs = 200 mm = 0,200 m
Tebal cangkang, ts = 5 mm = 0,050 m
Jumlah lintasan aliran, ns =1

(b). Pipa
Bahan = tembaga
BWG; Do = 20 ; 5/6 in
Diameter luar, ODT = 9,8 mm = 0,0098 m
Diameter dalam, IDT = 8,2 mm = 0,0082 m
Panjang pipa, LT = 1248 mm = 1,248 m
Jumlah pipa, NT = 120 batang

Jarak antar pipa, c = 3,2 mm = 0,0032 m

Pitch pipa, PT = 13 mm = 0,013 m


Jumlah lintasan aliran =2

Susunan pipa = segi empat sebaris (in line)

(c). Baffle
Jarak antar baffle = 95 mm = 0,095 m
Ketebalan tB = 1 mm = 0,001 m

Baffle cut = 25%


Jumlah Baffle = 12

LABORATORIUM KONVERSI 2
PENGUJIAN ALAT PENUKAR

Alat-alat yang harus dipersiapkan :

 Millimeter blok ukuran A4 2 lembar per orang


 Ballpoint 4 warna
 Penggaris
 Tabel Kalkulator
 Tabel LMTD Correction Factors for 1-2 Exchanger
 Shell-side Heat Transfer Curve for Bundles
 Tabel Thermodynamics Properties of Water

III. TEORI DASAR

Alat penukar kalor (“Heat Exchanger”) adalah suatu alat yang berfungsi untuk
memindahkan energi kalor yang ada pada suatu fluida ke fluida lainnya.

Alat penukar kalor jenis cangkang dan pipa (“Shell and Tube Heat Exchanger”)
adalah jenis penukar kalor kompak dan paling banyak digunakan dalam industri,
alat tersebut terdiri dari sebuah tabung besar atau cangkang (shell) dengan sejumlah
pipa
– pipa kecil (tubes) di dalamnya.

Formasi pipa dapat berbentuk segitiga atau segi empat, dan pada berkas pipa
tersebut umumnya dipasang sekat – sekat (baffles) dimaksudkan untuk
mengarahkan aliran di dalam cangkang, sehingga seluruh bagian terkena aliran.

Aliran fluida dalam berkas pipa sering dibuat beberapa kali lintasan melewati
cangkang. Dengan cara luas permukaan perpindahan kalor persatuan – volume
menjadi besar, sehingga diperoleh koefisien perpindahan kalor yang besar pula.

Dengan alat penukar kalor jenis cangkang dan pipa dapat diperoleh luas bidang
perpindahan kalor yang besar dengan volume alat yang relative kecil.

Pengujian alat penukar kalor dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik


prestasi (“performance”) dari alat penukar kalor. Analisa dan evaluasi prestasi
perpindahan kalor pada alat tersebut menyangkut : koefisien perpindahan kalor
konveksi pada air panas (hi), koefisien perpindahan kalor konveksi pada air dingin
(ho), koefisien perpindahan kalor keseluruhan (U), dan efektivitas (ε) dari alat
penukar kalor tersebut.

LABORATORIUM KONVERSI 3
PENGUJIAN ALAT PENUKAR

Hukum Kekekalan Energi secara teoritik, menyimpulkan bahwa kalor yang


diberikan air panas didalam pipa akan sama dengan kalor yang diterima air dingin
di dalam cangkang,

𝑄𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 = 𝑄𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎

𝑚̇ 𝑡. 𝐶𝑝𝑡. ∆𝑇 = 𝑚̇ 𝑠. 𝐶𝑝𝑠. ∆𝑡

Dimana :

ΔT = menunjukan beda temperatur air panas (°C)

Δt = menunjukan beda temperatur air dingin (°C)


Q = laju aliran kalor (W)

Tetapi pada prakteknya selalu dijumpai sejumlah kalor yang hilang


kelingkungan sehingga persamaan kekekalan energi dapat dirumuskan sebagai
berikut :

Dari 𝑄persamaan ini dapat diketahui berapa persen kalor yang hilang ke
𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 = 𝑄𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛 +
𝑄ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔
lingkungan.

Untuk alat penukar kalor pada pengujian ini (Gambar 2.1), arah aliran relatif
kedua fluidanya adalah arah berlawanan dan distribusi temperaturnya adalah
sebagai berikut :

Gambar 3.1 Distribusi temperatur air panas dan air dingin

Untuk mendapatkan prestasi alat penukar kalor mengikuti perhitungan sebagai


berikut.

LABORATORIUM KONVERSI 4
PENGUJIAN ALAT PENUKAR

Asumsi :

 Kurva distribusi temperature air panas dan air dingin berbentuk linear
 Konduksi pada tube diabaikan
 Aliran fluida crossflow

1. Sifat – sifat Air


 Temperatur rata – rata air panas (̅𝑻̅𝒉̅) → (K)

̅𝑇̅

2

Dari Tabel Sifat – Sifat air, untuk ̅𝑇̅ℎ̅ (K) di dapat : 𝐶𝑝ℎ , 𝜇ℎ , 𝑘ℎ , 𝜌ℎ , 𝑃𝑟ℎ

Dari Tabel Sifat – Sifat logam, untuk 𝑇̅ (K) didapat : 𝑘𝑏

 Temperatur rata – rata air dingin (̅𝑻̅𝒄 ) → (K)

𝑇3 + 𝑇4
𝑇̅𝑐 =
2

Dari Tabel Sifat – Sifat air, untuk 𝑇̅𝑐 (K) di dapat : 𝐶𝑝𝑐, 𝜇𝑐 , 𝑘𝑐 , 𝜌𝑐 , 𝑃𝑟𝑐

 Temperatur dinding perkiraan (𝑻𝒘 = 𝑻𝒘 𝒑𝒆𝒓𝒌𝒊𝒓𝒂𝒂𝒏) → (K)


Dalam hal ini temperatur dinding pipa tidak diukur, maka untuk
memperkirakan temperatur dinding pipa digunakan persamaan :
̅𝑇̅ℎ̅ + 𝑇̅𝑐
𝑇𝑤 =
2
𝑇𝑤 𝑝𝑒𝑟𝑘𝑖𝑟𝑎𝑎𝑛, harga tersebut akan dikoreksi kembali Dari

Tabel Sifat – Sifat air, untuk 𝑇̅𝑤 (K) didapat :𝜇𝑤

 Temperatur film (𝑻𝒇)→(K)

𝑇𝑤 + 𝑇̅𝑐
𝑇𝑓 =
2
Dari Tabel Sifat – Sifat air, untuk 𝑇̅𝑓 (K) didapat : 𝐶𝑝𝑓 , 𝜇𝑓 , 𝑘𝑓 , 𝜌𝑓 , 𝑃𝑟𝑓
Catatan : Bila perlu lakukan interpolasi !!!
Dimana :
T : menyatakan temperatur air panas (K)

LABORATORIUM KONVERSI 5
PENGUJIAN ALAT PENUKAR

t : menyatakan temperatur air dingin (K)


𝐽
Cp : kalor jenis air ( )
𝐾𝑔.𝐾

𝜇 : kekentalan dinamik air ( 𝐾𝑔 )


𝑚.𝑠

k : konduktivitas termal ( 𝑊
)
𝑚.𝐾

𝜌 : massa jenis air (𝑘𝑔)


𝑚3
𝑊
kb : konduktivitas termal bahan pipa ( )
𝑚.𝐾

Indeks1 menunjukkan masukan dan indeks2 menyatakan keluaran. Indekst


menyatakan pipa, indekss menyatakan cangkang, indeksw menyatakan dinding pipa,
dan indeksf menyatakan film.

2. Laju Aliran Kalor (Q)


𝑄𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 = 𝑄ℎ = 𝑚̇ ℎ. 𝐶𝑝ℎ. ∆𝑇 (W)
𝑄𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛 = 𝑄𝑐 = 𝑚̇ 𝑐. 𝐶𝑝𝑐. ∆𝑡 (W)
𝑄ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔 = 𝑄𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 − 𝑄𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛 (W)

Dimana : 𝑚ℎ : laju aliran massa air panas (𝐾𝑔)


𝑠

𝑚𝑐 : laju aliran massa air dingin (𝐾𝑔)


𝑠

3. Perbedaan Temperatur Rata – Rata Logaritmik(∆𝑻𝑳𝑴𝑻𝑫) → [K]

∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 =
∆𝑇𝑚𝑎𝑘𝑠 − = (𝑇1 − 𝑇3) − (𝑇2 − 𝑇4)
(𝑇 − 𝑇 )
∆𝑇𝑚𝑖𝑛
∆𝑇𝑚𝑎𝑘𝑠
𝑙𝑛 ∆𝑇 𝑙𝑛 𝑇1 − 𝑇3
𝑚𝑖𝑛 (2 4 )

4. Perbedaan Temperatur Rata – Rata Sebenarnya(∆𝑻𝒎)→ [K]


a) Faktor koreksi ∆𝑻𝑳𝑴𝑻𝑫(𝑭𝑻)
(𝑇1 − 𝑇2) ; 𝑃 =(𝑇4 − 𝑇3)
𝑅= −𝑇 ) −𝑇 )
(𝑇 (
𝑇
4 3 1 3

Dari gambar faktor koreksi terhadap ∆𝑻𝑳𝑴𝑻𝑫 aliran- lawan untuk


penukar kalor dengan satu lintas cangkang dan empat lintas pipa,

LABORATORIUM KONVERSI 6
PENGUJIAN ALAT PENUKAR
untuk harga (atau = Z dan S (atau = P) yang sesuai didapat : 𝐹𝑇(atau = F)

LABORATORIUM KONVERSI 7
PENGUJIAN ALAT PENUKAR

b) Perbedaan Temperatur Rata – Rata sebenarnya (ΔTm) → (K)


∆𝑇𝑚 = 𝐹𝑇. ∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷
5. Perpindahan Kalor didalam pipa

a) Kecapatan Aliran Fluida (𝑽𝑻 ) → (𝒎)


𝒔

𝑚̇ ℎ
𝑉𝑇 =
𝑁𝑇
𝜌ℎ. 𝑎′. 𝑛

Dimana : 𝑎′ : Luas penampang pipa dalam (m²)


𝜋(𝐼𝐷𝑇)2
𝑎′ =
4
NT : Jumlah Pipa (120 batang)

IDT: Diameter dalam pipa (8,2 mm)

n : Jumlah pass : 2
b) Bilangan Reynold (Re) dan jenis aliran fluida didalam pipa

𝜌ℎ. 𝑉𝑇. 𝐼𝐷𝑇


𝑅𝑒𝑇 = 𝜇

Catatan :
Bila Re ≥ 2000, maka jenis aliran fluidanya Laminer
Bila 2000 < Re < 4000, maka jenis aliran fluidanya Transisi
Bila Re ≥ 4000, maka jenis aliran fluidanya Turbulen

c) Bilangan Nusselt (Nu)

𝑁𝑢𝑇 = 0,023 . 𝑅𝑒𝑇0.8 . 𝑃𝑟ℎ0.4


Catatan : untuk aliran laminar didalam pipa, bilangan Nusselt (Nu) konstan ,
Nu = 4,36
𝑾
d) Koefisien Konveksi didalam Permukaan Pipa (hi) ( )
→ 𝒎 𝟐𝑲

𝑘ℎ. 𝑁𝑢𝑇
ℎ𝑖 =
𝐼𝐷𝑇

LABORATORIUM KONVERSI 8
PENGUJIAN ALAT PENUKAR

𝑾
e) Koefisien Konveksi didalam Permukaan Pipa (hio) ( )
→ 𝒎 𝟐𝑲

𝐼𝐷𝑇
ℎ𝑖𝑜 = ℎ𝑖
𝑂𝐷𝑇

6. Jenis Aliran Fluida di dalam Cangkang


a) Frontal Area (S) → (m2)
𝐼𝐷𝑠 . 𝑐′. 𝐿𝐵
𝑆=
𝑃𝑇

Dimana : c′ : jarak antara pipa (0,0032 m)


LB : jarak antara sekat (0,095 m)
PT : jarak antara pusat pipa (0,013 m)
IDs : diameter dalam cangkang (0,19 m)
ODT : Diameter Luar tube (9,8 mm)
b) Diameter Ekivalen (De) → (m)
2
4 (𝑃𝑇 2 − 𝜋 . 𝑂𝐷𝑇 )
𝐷 =
𝑒
𝜋 . 𝑂𝐷𝑇 4

c) Bilangan Reynold (Re) dan jenis aliran fluida didalam pipa

𝑚̇ 𝑐
.𝐷
𝑅𝑒𝑠 = 𝑆 𝑒
𝜇𝑐

d) Bilangan Nusselt
(Nu)
𝑁𝑢𝑠 = 0,36 . 𝑅𝑒𝑠0.55 . 𝑃𝑟𝑐0.33
e) Koefisien Perpindahan Kalor didalam shell (h) ( 𝑾𝟐 )
𝒎 𝑲

𝑘𝑐. 𝑁𝑢𝑠
ℎ𝑜 =
𝐷𝑒
7. Koefisien perpindahan kalor keseluruhan (U) ( 𝑾𝟐 )
𝒎 𝑲

ℎ𝑖𝑜 . ℎ𝑜
𝑈=
ℎ𝑖𝑜 + ℎ𝑜

LABORATORIUM KONVERSI 9
PENGUJIAN ALAT PENUKAR

8. Efektifitas Penukar Kalor (ε)


a) Laju kapasitas kalor (C)
Laju kapasitas kalor air panas (𝐶𝑚𝑖𝑛 )→ ( )
𝑊

°𝐶

𝐶𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 = 𝐶ℎ = 𝑚̇ ℎ. 𝐶𝑝ℎ

 Laju kapasitas kalor air dingin (𝐶𝑚𝑎𝑘𝑠


)→ (𝑊)
°𝐶

𝐶𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛 = 𝐶𝑐 = 𝑚̇ 𝑐. 𝐶𝑝𝑐

b) Perbandingan laju kapasitas kalor (Qmax)

𝑄𝑚𝑎𝑥 = 𝐶𝑚𝑖𝑛. ∆𝑇𝑚𝑎𝑥

Dimana :

∆𝑇𝑚𝑎𝑥 = Tmax – Tmin ; Tmax = T1 dan Tmin = T3

c) Efektivitas penukar kalor (𝗌)

𝑄ℎ
𝜀=
𝑄𝑚𝑎𝑥

IV. BATASAN PENGUJIAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN


a) BATASAN PENGUJIAN
Dengan meperhatikan dan mempertimbangkan keterbatasan kemampuan
peralatan, maka pengujian dilakukan sebagai berikut :
 Pengaturan pembukaan katup untuk aliran air dingin dilakukan pada laju
aliran massa yang telah ditentukan, yaitu : 40, 50, 60, 70, 80, 90 kg/s.
(atau tergantung asisten).
 Pengaturan pembukaan katup untuk aliran air panas dilakukan pada laju
massa yang telah ditentukan. Yaitu : 40, 50, 60, 70, 80, 90 kg/s. (atau
tergantung asisten)
 Air dingin hanya dialirkan di dalam cangkang atau di luar pipa – pipa
penukar kalor, dan air panas dialirkan di dalam pipa – pipa penukar kalor
 Temperatur kerja maksimum air panas dibatasi sampai 75 °C

LABORATORIUM KONVERSI 1
PENGUJIAN ALAT PENUKAR

 Untuk setiap keadaan pengujian, aliran kedua fluida mengalir dalam


sistem penukar kalor harus dalam keadaan steady. Waktu rata – rata yang
dibutuhkan untuk keadaan steady antara 40 sampai dengan 60 detik
untuk setiap keadaan pengujian
 Pengujian dilakukan hanya untuk satu tekanan sistem yang tetap.

b) PROSEDUR PENGUJIAN

Dalam melakukan pengujian, mengikuti langkah – langkah


sebagai berikut :

1. Memeriksa apakah semua saluran (selang dan pipa ) sudah terpasang


dengan baik antara alat penukar kalor dengan peralatan – peralatan
penunjang lainnya.
2. Memeriksa apakah sudah tepat dan benar peletakan keempat termometer
pada dudukan yang telah tersedia pada setiap masukkan dan keluaran alat
penukar kalor.
3. Menjalankan sistem pompa sirkulasi, kemudian alat pemanas air
dihidupkan.
4. Menentukan data pengujian untuk kondisi kerja, misal : untuk laju aliran
massa air panas 80 kg/s maka laju aliran massa air dingin diatur
bervariasi, yaitu : 40, 50, 60, 70, 80, 90 kg/s. penetapan laju aliran massa
air dan dingin, pengaturannya dilakukan dengan mengatur pembukaan
katup (Tanya Asisten).
5. Mengamati dan mencatat temperatur masukan dan keluaran air panas dan
dingin.

LABORATORIUM KONVERSI 1
PENGUJIAN ALAT PENUKAR

VI. DATA PENGUJIAN

PENGUJIAN ALAT PENUKAR KALOR (PM – 02)


Hari/Waktu : Kelompok :
Tanggal : Asisten :

Sebelum Pengujian Sesudah Pengujian


Temperatur : °C Temperatur : °C
Tekanan : cmHg Tekanan : cmHg
Kelembaban : % Kelembaban : %

AIR PANAS AIR DINGIN


Efektifitas
NO 𝑚̇ ℎ 𝑇𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑇𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑚̇ 𝑐 𝑇𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑇𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
(𝜀)
𝑘𝑔
(𝑠) 𝑇1(°𝐶) 𝑇2(°𝐶) (kg/s) 𝑇3(°𝐶) 𝑇4(°𝐶)
1
2
3
4
5
6

VII. PENGOLAHAN DATA

Buatlah perhitungan untuk mendapatkan prestasi alat penukar kalor


mengiktui prosedur teori pada salah satu data hasil pengujian (gunakan rumus –
rumus dari no 1 s/d 8 pada dasar teori).

LABORATORIUM KONVERSI 1
PANDUAN
PRAKTIKUM PRESTASI MESIN
PM – 03

LABORATORIUM KONVERSI ENERGI


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2020
PENGUJIAN POMPA

PANDUAN PRAKTIKUM
PENGUJIAN POMPA SENTRIFUGAL
(PM 03)

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mendapatkan karakteristik pompa
untuk instalasi pompa tunggal, seri, dan parallel.

II. INSTALASI PENGUJIAN

Gambar 3.1 Instalasi Pompa

LABORATORIUM KONVERSI 1
PENGUJIAN POMPA

III. TEORI DASAR


3.1 Pengukuran daya pompa
Daya motor yang diigunakan sebagai penggerak pompa dihitung
berdasarkan persamaan :
Nm = 𝑀 ∙ 𝜔 (W)

; untuk rangkaian seri dan parallel daya pompa dihitung masing-masing pada
pompa 1 (𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑡𝑎) dan pompa 2 (𝑛 = 2800 𝑟𝑝𝑚)

Dimana :
M = Momen (Nm)
𝜔 = Kecepatan Sudut (𝑟𝑎𝑑)
𝑆

ω= 𝜋
.𝑛 ; n = Putaran motor listrik (rpm)
30

3.2 Pengukuran Head Pompa


 Head Pompa 1
Untuk mengukur head pompa 1, digunakan persamaan berikut:

𝑃𝑑−𝑃𝑠 1 1
H = (z – z ) + ( ) + 𝑄2 𝑥( − ) (m)
1 d a
𝛾 2.𝑔 𝐴𝑑2 𝐴𝑎2

Dimana : H1 = Head pompa 1 (m)


zd = posisi ketinggian titik discharge (0,38 m)
za = posisi ketinggian titik suction (0,26 m)
Pd = Tekanan pada titik discharge Pompa 1 (Pa)
Ps = Tekanan pada titik suction Pompa 1 (Pa)
3

Q = Debit aliran (𝑚 )
𝑠

Ad = Luas penampang discharge (m2) D = 30,4 mm


Aa = Luas penampang suction (m2) D = 31,1 mm
g = Gravitasi (9.81 𝑚)
𝑠2

𝛾 = Berat Jenis (𝑁 )
𝑚3

LABORATORIUM KONVERSI 2
PENGUJIAN POMPA

 Head Pompa 2
Untuk mengukur head pompa 2, digunakan persamaan berikut:
𝑃𝑑−𝑃𝑠 1
H = (z – z ) + (
1 ) + 𝑄2 𝑥( − ) (m)
2 d a 2 2
𝛾 2.𝑔
��
��
Dimana : H2 = Head pompa 2 (m)
zd = posisi ketinggian titik discharge (0,29 m)
za = posisi ketinggian titik suction (0,17 m)
Pd = Tekanan pada titik discharge Pompa 2 (Pa)
Ps = Tekanan pada titik suction Pompa 2 (Pa)
3

Q = Debit aliran (𝑚 )
𝑠

Ad = Luas penampang discharge (m2) D = 30,4 mm


Aa = Luas penampang suction (m2) D = 31,1 mm
g = Gravitasi (9.81 𝑚)
𝑠2
𝑁
𝛾 = Berat Jenis ( )
𝑚3

3.3 Menghitung Daya Fluida


𝑁ℎ = 𝛾𝑎𝑖𝑟. 𝑄. 𝐻𝑡 (W)
𝛾𝑎𝑖𝑟 = 𝜌𝑎𝑖𝑟. 𝑔
Dimana : 𝛾 = Berat jenis fluida (𝑁 )
𝑚3
3
Q = Laju aliran (𝑚 )
𝑠
Ht = Head total pompa (m)

3.4 Efisiensi Internal Pompa

𝜂𝑖 = 𝑁ℎ
. 100 (%)
𝑁𝑚

Dimana : Nh = Daya Fluida (Watt)


Nm = Daya Motor (Watt)

IV. ALAT-ALAT YANG HARUS DIBAWA


 Millimeter blok ukuran A4 5 lembar per orang
 Penggaris

LABORATORIUM KONVERSI 3
PENGUJIAN POMPA
 Kalkulator

LABORATORIUM KONVERSI 4
PENGUJIAN POMPA

V. PROSEDUR PERCOBAAN
4.1 Persiapan awal dan pemeriksaan instalasi
Seluruh peralatan perlu diperiksa sebelum dioperasikan dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Pembersihan instalasi
Seluruh instalasi pompa harus dalam keadaan bersih dan terhindar dari
benda – benda yang tidak diinginkan terutama pada saluran hisap dan kolam
penampungan air (reservoir). Hal ini untuk menghindari tersumbatnya air
yang akan masuk dalam impeler pastikan pemasangan instalasi telah benar
dan katup dalam keadaan terbuka penuh.
b. Pengisian kolam penampungan (reservoir)
Air yang digunakan untuk mengisi kolam penampungan harus
menggunakan air bersih, sehingga tidak mengganggu laju aliran air yang
masuk kedalam pompa. Volume air dalam reservoir harus banyak hal ini
untuk menghindari kerusakan pompa
c. Pemeriksaan Peralatan
Selang-selang yang menghubungkan reservoir ke pompa harus kuat dan
tidak terlipat. Jarum petunjuk putaran motor harus pada posisi nol dan
sakelar (on-stop) pompa harus dalam keadaan stop.
d. Pemeriksaan sistem listrik
Pemasangan kabel-kabel listrik harus benar dan kuat. Sistem ini
membutuhkan suplai listrik (220 V, 1 phase+neutral+ground, 50 Hz (110V,
60 Hz), dan 3 CV max). Pastikan kebutuhan listrik yang ada telah sesuai
dengan menggunakan multimeter.

4.2 Pemilihan kecepatan putaran pompa


Kecepatan putaran pompa berkisar antara 2000 – 3000 rpm. Untuk
memudahkan pembacaan pada alat ukur pengatur motor speed setting.

4.3 Urutan menjalankan peralatan uji


Bila seluruh instalasi telah memenuhi pemeriksaan dan persiapan awal
seperti yang diterangkan di muka, baru kemudian dapat dilakukan pengoperasian
dengan urutan sebagai berikut :

LABORATORIUM KONVERSI 5
PENGUJIAN POMPA

1. Catat kondisi lingkungan disekitar pengujian.


2. Pasang instalasi pengujian untuk satu pompa.
3. Hidupkan tombol utama pompa (tunggu beberapa saat hingga panel kontrol
menyala).
4. Hidupkan tombol speed setting ke posisi start.
5. Putar tombol speed setting searah jarum jam, maka sekarang poros pompa
baru berputar. Untuk memilih putaran poros yang diinginkan, baca pada alat
pengukuran putaran yang sudah tersedia pada alat tersebut.
6. Setelah putaran pompa diatur, tunggu beberapa saat hingga pompa berputar
dengan stabil.
7. Atur laju aliran dengan cara menutup katup secara perlahan, sehingga
mendapatkan laju aliran yang sesuai dengan melihat pada flowmeter.
8. Catat Momen (M) yang didapat dari panel kontrol.
9. Ulangi langkah 7- 8 untuk nilai laju aliran volume (Q) yang bervariasi.
10. Ulangi langkah pengujian 4-8 untuk putaran motor yang lain.
11. Matikan instalasi pompa dengan cara menurunkan putaran hingga nol dan
pindahkan tombol speed setting ke posisi stop.
12. Pasang instalasi pengujian untuk dua pompa seri dan ulangi prosedur 2-11.
13. Pasang instalasi pengujian untuk dua pompa parallel dan ulangi prosedur
2-11.

Catatan :
Menjalankan pompa dalam keadaan katup tertutup penuh
tidak boleh dilakukan, karena dapat mengakibatkan
kerusakan pada pompa.

LABORATORIUM KONVERSI 6
PENGUJIAN POMPA

VI. TABEL PENGAMATAN

Pengujian pompa sentrifugal


Hari/Waktu : Kelompok :
Tanggal : Asisten :

Sebelum Pengujian Setelah pengujian


Temperatur : ℃ Temperatur : ℃
Tekanan : cmHg Tekanan : cmHg
Kelembapan : % Kelembaban : %

Tabel Pengamatan Instalasi 1 (Pompa Tunggal)


PUTARAN = rpm
Kapasitas Momen Tekanan Masuk Tekanan keluar
No.
Q (LPM) M (Nm) Ps (cmHg) Pd (bar)

1
2
3
4
5

Tabel Pengamatan Instalasi 2 (Pompa Seri)


PUTARAN = rpm

Kapasitas Momen Pompa 1 Pompa 2


No.
Q (LPM) M (Nm) Ps (cmHg) Pd (bar) Ps (cmHg) Pd (bar)
1
2
3
4
5

LABORATORIUM KONVERSI 7
PENGUJIAN POMPA

Tabel Pengamatan Instalasi 3 (Pompa Parallel)


PUTARAN = rpm

Kapasitas Momen Pompa 1 Pompa 2


No.
Q (LPM) M (Nm) Ps (cmHg) Pd (bar) Ps (cmHg) Pd (bar)
1
2
3
4
5

LABORATORIUM KONVERSI 8
PANDUAN
PRAKTIKUM PRESTASI MESIN
PM – 04

LABORATORIUM KONVERSI ENERGI


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2020
PENGUJIAN MOTOR LISTRIK 3

PANDUAN PRAKTIKUM
PENGUJIAN MOTOR LISTRIK 3 PHASA
(PM 04)

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memahami prinsip kerja motor listrik 3 phasa beserta pengujiannya.
2. Mengetahui parameter-parameter dari pengujian motor listrik 3 phasa.
3. Mengetahui karakteristik dari alat uji ketika diberi beban menggunakan
dinamometer.

II. INSTALASI PENGUJIAN

Pada instalasi pengujian motor listrik ini menggunakan jenis


pembebanan rope brake dynamometer. Namun masih banyak jenis-jenis
dinamometer yang biasa digunakan untuk melakukan pengujian seperti ini. Panel
listrik berisikan alat ukur listrik dan inverter yang berguna untuk mengatur
putaran motor listrik 3 phasa. Motor dikopel dengan poros menggunakan
kopling. Rope brake dynamometer dipasang pada poros agar parameter-
parameter untuk menguji motor listrik dapat didapatkan dan mengetahui
karakteristik motor listrik 3 phasa.

LABORATORIUM KONVERSI 1
PENGUJIAN MOTOR LISTRIK 3
III. TEORI DASAR

LABORATORIUM KONVERSI 2
PENGUJIAN MOTOR LISTRIK 3

Alat penggerak mula sebuah mesin pada masa kini tidak hanya
menggunakan sebuah motor bakar yang sudah konvensional. Seiring dengan
meningkatkan efisiensi dan mencari alternatif dari konsumsi bahan bakar maka
pada saat ini berkembang alat penggerak mula menggunakan motor listrik untuk
keperluan bidang industri maupun otomotif.
Motor listrik merupakan salah satu peralatan pengubah energi listrik
menjadi energi mekanik. Energi mekanis ini dalam penerapannya digunakan
sebagai mesin utnuk proses produksi seperti mesin angkat, mesin angkut, mesin
peniup, mesin penghisap dan mesin penggetar. Motor yang akan digunakan
motor listrik 3 phasa, karena perputarannya relatif lebih konstan dengan
perubahan beban dibandingkan dengan motor listrik jenis lainnya.
Pada pengujian ini motor listrik akan diberi pembebanan maka dapat
diperoleh data-data hasil pengujian kemudian diperhitungkan sehingga
mendapatkan parameter-parameter yang akan dicapai. Karakteristik motor listrik
3 phasa dapat diketahui melalui parameter yang sudah didapat dari hasil
perhitungan.
1.
Daya Input Motor Listrik 3 Phasa (Pin)
Daya yang dihasilakan motor listrik menggunakan rumus dasar yaitu :

𝑃𝑖𝑛 = √3 . 𝑉 . 𝐼. cos ∅
Dimana :
Pin = Daya input 3 phasa (Watt)
V = Tegangan phasa (V)
I = Arus masuk motor (A)
𝐶𝑜𝑠 ∅ = Faktor Daya

2.
Torsi Dinamometer (T)
Torsi hasil pembebanan dapat ditentukan dengan rumus yaitu:
𝑆 . 𝑔. 𝑟
𝑇=
0.8
Dimana :
r = jari-jari lingkaran pulley (0.085 m)
S = Beban (kg)

LABORATORIUM KONVERSI 3
PENGUJIAN MOTOR LISTRIK 3

g = percepatan gravitasi (𝑚 )
𝑠2

3.
Daya Output 3 Phasa (Pout)
Sedangkan, untuk menghitung daya motor 3 phasa setelah diberi
pembebanan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini :
𝑃𝑜𝑢𝑡 = 𝜔 𝑥 𝑇
Dimana :
Pout = Daya output (Watt)
𝜔 = Kecepatan Sudut (𝑟𝑎𝑑)
𝑠

T = Torsi (N.m)
 Kecepatan Sudut
(𝑚)
2𝜋𝑛
𝜔=
60

Dimana :
𝜔 = Kecepatan Sudut (𝑟𝑎𝑑)
𝑠

𝑛 = Putaran motor (rpm)

4.
Efisiensi Motor Listrik 3 fasa (ƞ)
𝑃𝑜𝑢𝑡
ƞ= × 100%
𝑃𝑖𝑛
Dimana :
Pout = Daya output motor (Watt)
Pin = Daya input motor (Watt)

IV. PERALATAN
Peralatan yang digunakan dalam percobaaan adalah sebagai berikut:
1. Motor listrik 3 phasa
2. Inverter
3. Timbangan analog
4. Panel Listrik
5. Rope Brake Dynamometer
6. Tachometer

LABORATORIUM KONVERSI 4
PENGUJIAN MOTOR LISTRIK 3

V. ALAT-ALAT YANG HARUS DIBAWA


 Millimeter blok ukuran A4 5 lembar per orang
 Penggaris dan Kalkulator
 Ballpoint 4 warna

VI. PROSEDUR PENGUJIAN


Prosedur pengujian yang harus dilakukan sebelum melakukan pengujian
motor listrik sebagai berikut :
Persiapan pengujian
1. Catat Kondisi temperatur, kelembapan dan tekanan ruangan.
2. Bersihkan tempat kerja dari kotoran, sampah dan barang-barang yang
sekiranya akan menggangu atau membahayakan ketika kita melakukan
pengujian.
3. Periksa keadaan mesin, alat ukur dan perlengkapan lainnya apakah sudah siap
untuk digunakan atau dilakukan pengujian.
4. Lakukan perbaikan segera bila menemukan kerusakan pada mesin atau
perlengkapanya, misalnya : ada baut yang kendor harus segera dikencangkan,
periksa kopling apakah dalam kondisi baik (ikuti instruksi asisten).
5. Bersihkan dan persiapkan alat ukur supaya siap dan layak digunakan.
6. Siapkan alat tulis dan lembar data yang akan digunakan untuk mencatat data.
7. Siapkan alat keselamatan kerja yang diperlukan.
8. Perhatikan benar-benar prosedur atau tata urutan kerja yang telah ditetapkan.
Tata urutan kerja
1. Hubungkan kabel 3 phasa motor listrik ke sumber listrik.
2. Nyalakan inverter pada posisi On kemudian atur kecepatan putaran motor
listrik (ikuti instruksi asisten).
3. Panaskan mesin beberapa saat.
4. Lakukan pembebanan torsimeter hingga putaran turun setiap 1000 rpm untuk 5
kali penurunan (atau sesuai petunjuk asisten), catat beban yang diperlukan.
5. Setelah selesai lepaskan beban torsimeter, turunkan putaran motor listrik dan
matikan inverter dengan cara memindahkan saklar keposisi Off (ikuti instruksi
asisten).

LABORATORIUM KONVERSI 5
PENGUJIAN MOTOR LISTRIK 3

VII. DATA PENGUJIAN

PENGUJIAN MOTOR LISTRIK 3 PHASA (PM – 04)


Hari/Waktu : Kelompok :
Tanggal : Asisten :

Sebelum Pengujian Sesudah Pengujian


Temperatur :
Temperatur : °C
°C
Tekanan :
Tekanan : cmHg
cmHg
Kelembaban :
Kelembaban : %
%

Putaran motor (n) = rpm

No. S (kg) Voltase (V) � Ampere (A) � 𝐜𝐨𝐬 ∅ n poros


� �
̅ ̅
1
2
3
4
5
6

LABORATORIUM KONVERSI 6
PANDUAN
PRAKTIKUM PRESTASI MESIN
PM – 05

LABORATORIUM KONVERSI ENERGI


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2020
PENGUJIAN BLOWER

PANDUAN PRAKTIKUM
PENGUJIAN BLOWER SENTRIFUGAL
(PM-05)

I. TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk memahami prinsip kerja blower
sentrifugal dan mencari parameter-parameter kinerja dari blower sentrifugal.

II. INSTALASI PENGUJIAN

Secara umum prinsip kerja blower sentrifugal sama dengan prinsip kerja
pompa sentrifugal, yaitu menaikan energi fluida dengan cara memberikan kerja
kepada fluida tersebut, sehingga dengan tingkat energi yang sudah dinaikan
tersebut fluida mempunyai kemampuan untuk melakukan tujuan tertentu.
Gambar instalasi pengujian blower sentrifugal dapat dilihat seperti pada gambar
dibawah.

Gambar 5.1 Tampak Depan Instalasi Pengujian Blower

LABORATORIUM KONVERSI 1
PENGUJIAN BLOWER

Gambar 5.2 Tampak Samping Instalasi Pengujian Blower

III. DASAR TEORI

Blower menurut definisi yang diberikan oleh the Compressed Air Institute,
adalah sebuah mesin yang memampatkan udara atau gas oleh gaya sentrifugal ke
tekanan akhir yang tidak melebihi 35 psig.

IV. RUMUS – RUMUS YANG DIGUNAKAN


1. Cara Menghitung Head (H)
Cara mendapatkan H ( dalam satuan kolom )
𝜌𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
𝐻𝑠𝑡𝑎𝑔 = . 𝑙 sin 𝛼
𝜌 𝑎𝑖𝑟

𝐻𝐷 = 𝜌𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙
𝑧. sin 𝛽
𝜌𝑎𝑖𝑟
𝐻𝑠 = 𝐻𝑠𝑡𝑎𝑔 − 𝐻𝐷
Dimana :
𝐻𝑠𝑡𝑎𝑔 = Head Stagnasi (m)
𝐻𝐷 = Head Dinamik (m)

𝐻𝑠 = Head Statik (m)


𝑘𝑔
𝜌𝑚𝑖𝑛 = Massa Jenis Minyak (900 )
𝑦𝑎𝑘 𝑚3

𝜌𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 = Massa Jenis alkohol (789 𝑘𝑔)


𝑚3
𝑙 = Selisih Ketinggian Minyak Manometer Miring (m)
z = Selisih Ketinggian alkohol Manometer U (m)
𝛼 = Sudut Manometer Miring (°)
𝛽 = Sudut Manometer U (°)

LABORATORIUM KONVERSI 2
PENGUJIAN BLOWER

2. Cara menghitung Laju Volumetrik (AV)


Untuk mendapatkan AV digunakan rumus sebagai berikut :
3

AV = v . A (𝑚 )
𝑠

 Kecepatan Aliran Fluida (v)

𝑣 = √2𝑔. 𝐻𝑑 (𝑚 )
𝑠
 Luas Penampang Ujung Saluran
(A)
 (m2)
A = .D 2
4
Dimana :
D = Diameter Ujung Saluran Udara (0,412m)
g = Percepatan Gravitasi (𝑚2)
𝑠

𝐻𝑑 = Head Dinamik (m)

3. Cara Menghitung Daya Masukan Motor Listrik (Ni)


Ni didapat dari persamaan :

𝑁𝑖 = √3. 𝑉. 𝐼 𝑐𝑜𝑠𝜙
Dimana :
Ni = Daya Masukan Motor Listrik (Watt)
V = Volt (V)
I = Ampere (A)
𝑐𝑜𝑠𝜙 = Faktor Daya

4. Cara menghitung Tekanan Blower (Ps)


𝑃𝑠 = 𝐻𝑠. 𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎. 𝑔
Dimana :

Ps = Tekanan Blower (Pa)


𝐻𝑠 = Head Statik (m)

udara = Massa Jenis Udara 𝑘𝑔


(𝑚3)
g = Percepatan Gravitasi 𝑠(2 )
𝑚

LABORATORIUM KONVERSI 3
PENGUJIAN BLOWER

5. Cara menghitung daya yang diterima Fluida (Nud)


Nud = Ps . AV (Watt)
Dimana :
Ps = Tekanan Blower (Pa)
3

AV = Laju Volumetrik (𝑚 )
𝑠

6. Cara menghitung efisiensi Blower ( 𝜼𝑩 )


𝑁𝑢𝑑
𝜂𝐵 = × 100 %
𝑁𝑖

Alat yang harus dipersiapkan :

1. Milimeter blok A4 7 lembar per orang.


2. Kalkulator
3. Penggaris
4. Ballpoint 4 warna

V. PROSEDUR PENGUJIAN

1. Catat kondisi temperatur dan tekanan ruangan


2. Pasang sisi hisap radial
3. Masukkan aliran listrik.
4. Periksa masing-masing phasa tenaga listrik dan pastikan tidak ada phasa yang
putus (pada sekring atau pengaman lainnya)
5. Atur posisi alat-alat ukur, yaitu manometer U, manometer miring dan timbangan.
Pastikan skalanya menunjukkan angka nol pada kondisi awal
6. Atur posisi katup pada posisi yang diinginkan, misalnya pada posisi terbuka
penuh (posisi 100%)
7. Putar switch pada panel listrik pada posisi ON
8. Setelah keadaan stabil, dilakukan pengamatan dan catat :
- Simpangan manometer miring
- Simpangan manometer U, dengan mengatur posisi pipa pitot
9. Setelah pengamatan pertama selesai, ulangi langkah-langkah diatas untuk posisi
bukaan katup yang dikehendaki sampai posisi katup tertutup penuh (posisi 100%)

LABORATORIUM KONVERSI 4
PENGUJIAN BLOWER

VI. TABEL DATA PENGAMATAN

PENGUJIAN BLOWER SENTRIFUGAL


Hari/Waktu : Kelompok :
Tanggal : Asisten :

1. Data Ruang

Sebelum Pengujian Sesudah Pengujian


Temperatur : °C Temperatur : °C
Tekanan : cmHg Tekanan : cmHg
Kelembaban : % Kelembaban : %

2. Tabel Data Pengamatan Pengujian

Posisi Bukaan l minyak z air Volt I


Cos Φ
Katup (%) (mm) (mm) (V) (A)

LABORATORIUM KONVERSI 5
PANDUAN
PRAKTIKUM PRESTASI MESIN
PM – 06

LABORATORIUM KONVERSI ENERGI


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2020
PENGUJIAN TURBIN

PANDUAN PRAKTIKUM
PENGUJIAN TURBIN PELTON
(PM-06)

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui seberapa besar torsi dan
efisiensi yang dapat dihasilkan oleh turbin pelton.

II. INSTALASI PENGUJIAN

Gambar 6.3 Instalasi pengujian turbin Pelton

III. TEORI DASAR


Turbin air berfungsi mengubah energi potensial air menjadi energi mekanis.
Energi mekanis diubah dengan generator listrik menjadi tenaga listrik. Berdasarkan
prinsip kerja turbin dalam mengubah energi potensial air menjadi energi mekanis,
turbin air dibedakan menjadi dua kelompok yaitu turbin impuls dan turbin reaksi.
Turbin pelton merupakan turbin impuls. Turbin Pelton terdiri dari satu set
sudu jalan yang diputar oleh pancaran air yang disemprotkan dari satu atau lebih
alat yang disebut nosel. Turbin Pelton adalah turbin yang cocok digunakan untuk
head tinggi.

LABORATORIUM KONVERSI 1
PENGUJIAN TURBIN

Gambar 6.1 Sudu Turbin

Gambar 6.2 Pancaran Air Mengenai Sudu Turbin


1. Sifat Fisik Air
𝜌𝑎𝑖𝑟 di interpolasi dari tabel sifat fisik air (properties of water)

2. Debit Air (Q)


𝑄 =𝑄 𝑚3
𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎 𝑛𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒 ( )
𝑠

Dimana :
Q = Debit air pompa 𝑚3
pompa ( )
𝑠

Qnozzle 3

= Debit air nozzle (𝑚 )


𝑠

3. Kecepatan Air (v)

𝑄𝑛𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒 (𝑚 )
𝑣= 𝐴𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑠

1
𝐴𝑝𝑖𝑝𝑎 = . 𝜋.
4
Dimana : 𝐷𝑝𝑖𝑝𝑎2

LABORATORIUM KONVERSI 2
PENGUJIAN TURBIN

v = Kecepatan air (𝑚)


𝑠

Qnozzle 3

= Debit air nozzle (𝑚 )


𝑠

Apipa = Luas penampang pipa (m2)


Dpipa = Diameter dalam pipa (31.75 mm)

4. Tekanan Air (P)

𝑃𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 = 𝑃𝑔𝑎𝑢𝑔𝑒 + 𝑃𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 (Pa)

Dimana :
Pabsolut = Tekanan absolut (Pa)
Pgauge = Tekanan pada pressure gauge (Pa)
Plingkungan = Tekanan lingkungan (Pa)

5. Head Turbin (H)


𝑃 𝑣2
𝐻= + +𝑧 (m)
𝛾 2𝑔

𝛾 = 𝜌𝑎𝑖𝑟 . 𝑔
Dimana :
H = Head turbin (m)
P = Tekanan absolut (Pa)
𝛾 = berat jenis 𝑁
(3
𝑚 )
v = Kecepatan air ( )
𝑚
𝑠

g = Percepatan gravitasi ( )
𝑚

𝑠2

 = Massa jenis fluida (𝑘𝑔)


𝑚3

z = Ketinggian air dari dasar reservoir ke permukaan (0 m)

6. Torsi ( 𝐓)
𝐹. 𝑔. 𝑟
𝑇=
0.8

Dimana :

LABORATORIUM KONVERSI 3
PENGUJIAN TURBIN

T = Torsi (Nm)

LABORATORIUM KONVERSI 4
PENGUJIAN TURBIN

F = Gaya pada pully (kg)


g = Percepatan gravitasi (𝑚)
𝑠2

r = Jari-jari pully ( 44 mm )

7. Daya air (WHP)

WHP dapat didefinisikan sebagai daya efektif yang diterima oleh air
dari pompa per satuan waktu.
𝑊𝐻𝑃 = 𝜌. 𝑄. 𝑔. 𝐻 (Watt)

Dimana :

WHP = daya efektif air dari pompa (Watt)

 = Massa jenis fluida (𝑘𝑔)


𝑚3
3

Q = Debit (𝑚 )
𝑠
air
g = Percepatan gravitasi (𝑚)
𝑠2

H = Head turbin (m)

8. Daya turbin (THP)


THP dapat didefinisakan sebagai daya yang dihasilkan oleh fluida
penggerak turbin untuk menggerakkan turbin pada torsi dan kecepatan tertentu,
atau bisa disebut juga input power ke turbin dari fluida.
2.𝜋.𝑛.𝑇 (Watt)
𝑇𝐻𝑃 = 60
Dimana :
THP = Daya poros turbin (Watt)

n = Putaran poros (rpm)


T = Torsi (Nm)

9. Efisiensi turbin (𝜼𝒕)

𝜂𝑡 𝑇𝐻𝑃 .100%
= 𝑊𝐻𝑃

LABORATORIUM KONVERSI 5
PENGUJIAN TURBIN

IV. PERALATAN
Peralatan yang digunakan dalam percobaaan adalah sebagai berikut:
1. Sirkuit listrik 1 phasa
2. Pompa sentrifugal
3. Inverter
4. Flowmeter
5. Preassure gauge
6. Indikator gaya rem (timbangan dial indicator)
7. Tachometer
8. Stabilizer

Alat yang harus dipersiapkan :


1. Milimeter blok A4 5 lembar per orang.
2. Kalkulator
3. Penggaris
4. Ballpoint 4 warna
5. Tabel sifat-sifat air

V. PERSIAPAN ALAT

1. Memeriksa sirkuit listrik 1 phasa yang berfungsi sebagai input inverter pada
motor listrik pompa sentrifugal apakah sudah terpasang atau belum.
2. Memeriksa katup yang menuju turbin dalam keadaan tertutup dan katup
baypass dalam keadaan terbuka, sedangkan katup yang diatur dalam keadaa
terbuka penuh atau 90⁰.
3. Memeriksa indikator gaya (timbangan dial), apakah sudah tepat
penempatannya pada lengan rem.

VI. PROSEDUR

PENGUJIAN Untuk 1

Nossel

1. Catat kondisi temperatur, kelembapan, dan tekanan ruangan.


2. Menghidupkan skalar untuk menghidupkan inverter. Kemudian tekan tombol

LABORATORIUM KONVERSI 6
PENGUJIAN TURBIN

Run yang ada pada inverter dan putar dengan kecepatan yang ditentukan.

LABORATORIUM KONVERSI 7
PENGUJIAN TURBIN

3. Tutup Katup bypass, kemudian buka katup yang menuju Turbin. buka nosel 1
pada turbin dengan bukaan 20%
4. Mengatur putaran turbin hingga mencapai putaran yang telah ditentukan
dengan cara menambah beban Turbin. yaitu melakukan pengereman dengan
memutar ulir secara perlahan hingga putaran Turbin Berkurang. Pada saat
yang sama ukur gaya yang ada pada indikator gaya ( timbangan ) dan ukur
putaran poros turbin dengan tachometer
5. Mengukur dan mencatat debit dan tekanan.
6. Ulangi langkah 4 dan 5 untuk bukaan nossel 1 untuk bukaan nossel 40%, 60%,
,80%, dan bukaan nossel penuh.
7. setelah selesai pengujian buka katup by pass, kemudian tutup katup menuju
turbin dan tutup semua nossel.

Untuk 2 Nossel

8. Catat kondisi temperatur, kelembapan, dan tekanan ruangan.


9. Menghidupkan skalar untuk menghidupkan inverter. Kemudian tekan tombol
Run yang ada pada inverter dan putar dengan kecepatan yang ditentukan.
10. Tutup Katup bypass, kemudian buka katup yang menuju Turbin. buka nosel 1
dan 2 Nossel pada turbin dengan bukaan 20%
11. Mengatur putaran turbin hingga mencapai putaran yang telah ditentukan
dengan cara menambah beban Turbin. yaitu melakukan pengereman dengan
memutar ulir secara perlahan hingga putaran Turbin Berkurang.pada saat yang
sama ukur gaya yang ada pada indikator gaya ( timbangan ) dan ukur putaran
poros turbin dengan tachometer
12. Mengukur dan mencatat debit dan tekanan.
13. Ulangi langkah 4 dan 5 untuk bukaan nossel 1 dan nossel 2 untuk bukaan
nossel 40%, 60%, dan 80%, dan bukaan nossel penuh.
14. setelah selesai pengujian buka katup by pass, kemudian tutup katup menuju
turbin dan tutup semua nossel.

LABORATORIUM KONVERSI 8
PENGUJIAN TURBIN

VII. TABEL PENGAMATAN

PENGUJIAN TURBIN PELTON (PM-06)

Hari/Waktu : Kelompok :

Tanggal : Asisten :

1. Data Ruangan

Sebelum Sesudah
Temperatur Ruangan (˚C)
Tekanan Ruangan (cmHg)
Kelembapan Ruangan (%)

2. Data Pengamatan

Bukaan Nossel Q Pgauge F n z


No
1 2 (LPM) (Bar) (kg) (rpm) (m)

1
2
3
4
5

LABORATORIUM KONVERSI 9

Anda mungkin juga menyukai