: KU.08.09.Aa.12.06/11.B.
SPMK Nomor
: 01/SPMK/PBS/V/2012.
KATA SAMBUTAN
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
Umum ...................................................................................................... 1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
2.2
3.2
3.3
3.4
4.2
BAB V
5.1
iv
5.1.2
5.2
5.3
5.4
5.5
6.2
6.3
6.4
6.5
7.2
7.3
7.2.1
Sasaran investigasi................................................................. 51
7.2.2
7.2.3
7.3.2
8.2
8.3
8.4
8.5
8.6
8.7
Kesimpulan.............................................................................................82
9.2
Rekomendasi ..........................................................................................83
vi
DAFTAR ISTILAH
Aliran debris
Aliran lumpur
Aliran debris
Sabo Works
Fasilitas Sabo
Sabo
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR FORMULIR
INVENTARISASI BANGUNAN
Formulir model INVENT. 1 ................................................................................. 24
Formulir model INVENT. 2 ................................................................................. 25
Formulir model INVENT. 3 ................................................................................. 26
PEMANTAUAN BANGUNAN
Formulir model MONIT ...................................................................................... 41
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Gambar. 1
Lampiran Gambar. 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Umum
Air yang bercampur dengan material padat berupa pasir dan batu-batu besar
dalam konsentrasi sangat tinggi, bergerak bersama dengan cepat menuruni alur
curam di daerah gunungapi (Volcanic) disebut aliran lahar. Aliran lahar
merupakan pergerakan sedimen bersifat kolektif (mass movement), dapat pula
terjadi di daerah bukan gunungapi (Non-Volcanic). Secara teknis, pergerakan
sedimen semacam ini disebut sebagai aliran debris (debris flow). Aliran debris
memiliki kekuatan daya rusak yang besar, sehingga seringkali menimbulkan
ancaman bencana sepanjang pengalirannya dari huilu ke hilir.
Pengendalian aliran debris dilakukan dengan menerapkan sistem Sabo mulai dari
bagian hulu, tengah dan hilir, melalui berbagai macam bangunan pengendali
sedimen atau bangunan Sabo. Setiap bangunan Sabo memiliki fungsi masingmasing yang harus bekerja didalam satu sistem pengendalian.
1.2
Merupakan bangunan sejajar sungai yang bekerja dalam satu sistem pengendalian
aliran sedimen.
Fungsi utama banguna tanngul yang bekerja dalam siatem Sabo adalah:
1. Mengarahkan aliran debris menuju tempat yang aman
2. Mencegah limpasan aliran debris keluar alur sungai
2
3.
Merupakan bangunan yang membentuk sudut tegak lurus atau miring terhadap
sumbu sungai. Fungsi utama untuk mengendalikan arah aliran dan melindungi
tebing sungai.
4.
1.3
3. Lubang alir dibuat pada tubuh dam sebagai saluran pengelak ketika
pelaksanaan pembangunan. Saat bangunan selesai dibuat, lubang alir
berfungsi mengalirkan sedimen saat terjadi banjir kecil.
1.4
Kerusakan bangunan dam pengendali sedimen atau dam Sabo pada umumnya
terjadi pada bagian apron, sub-dam, tanggul, lubang alir, mercu dan sayap.
1.5
Operasi atau eksploitasi ialah usaha untuk pendaya-gunaan sesuatu sumber daya,
sedangkan pemeliharaan ialah usaha yang ditujukan untuk menjamin kelestarian
phisik sesuatu benda sehingga terjamin kelestarian fungsinya. Adanya hubungan
yang erat dan saling ketergantungan antara operasi dan pemeliharaan, maka
kedua kegiatan tersebut dapat disatukan menjadi satu kebulatan usaha yang
disebut dengan operasi dan pemeliharaan. Jadi pengertian operasi dan
pemeliharaan ialah usaha-usaha yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya
kelestarian fungsi dan keberadaan bangunan.
1.6
PLAN
DO
(Perencanaan)
(Pelaksanaan)
Survaiuntuk
perencanaan&desain
Survaipelaksanaan
Pelasanaankonstruksi
Desain
Dst
Dst
SEE
(Pemeliharaan)
Monitoringfungsi
bangunandan
perubahanbentuk
bangunan
Gambar 1.2: Siklus Perencanaan - Pelaksanaan - Pemeliharaan
1.7
1.8
Untuk itu perlu dilakukan usaha yang terus menerus agar masyarakat memahami
manfaat bangunan pengendali sedimen bagi keselamatan manusia dan
lingkungan.
BAB II
OPERASI BANGUNAN PENGENDALI SEDIMEN
2.1
pergerakan sedimen massa yang berupa aliran debris. Oleh bangunan Sabo,
pergerakan aliran debris dipengaruhi sejak dari proses pembentukan, pengeliran
hingga pengendapannya. Berdasarkan perencanaan dasar pengendalian sedimen
yang mengatur pola keseimbangan sedimen, tipe bangunan Sabo yang diperlukan
dapat ditetapkan.
Ada beberapa pokok tujuan perencanaan pengendalian sedimen yang erat
kaitannyan dengan fungsi bangunan pengendali sedimen, yakni:
1. Aliran debris dalam perjalanannya dari hulu ke hilir mengalami proses
entrainment sediment load, mengerosi dasar dan tebing sungai sehingga
volume debris semakin bertambah
2. Aliran debris mudah melimpas keluar alur ketika penampang sungai tidak
memadai
3. Kelebihan sedimen yang membahayakan begi bagian hilir (excess
sediment), melalui perencanaan dasar pengendalian sedimen akan dikelola
oleh berbagai bangunan Sabo
4. Dalam
merencanakan
bangunan
Sabo
perlu
mempertimbangkan
10
2.2
kontribusi positif
dam
pengendali
sedimen
untuk
jembatan
pelintas
(submerged bridge).
Pemanfaatan sumber daya atau operasi bangunan yang dilakukan sesuai
ketentuan teknis akan memberikan kontribusi positif terhadap bangunan.
12
BAB III
PEMELIHARAAN BANGUNAN SABO
3.1
Pemeliharaan Bangunan
Agar fungsi bangunan pengendali sedimen tetap terjaga sesuai rencana, maka
setiap perubahan yang terjadi pada bangunan harus tidak melemahkan fungsi,
stabilitas dan kekuatan bangunan. Perubahan bangunan yang terjadi
harus
dipantau secara rutin maupun secara berkala, terutama setelah terjadi banjir.
Alasan perlunya pemeliharaan bangunan dilakukan, adalah:
1. Bangunan pengendali sedimen mempunyai batasan kekuatan tertentu,
sedangkan aliran debris sebagai parameter utama sasaran yang harus
dikendalikan
sulit
diperkirakan
besaran
kekuatan
dan
waktu
kedatangannya.
2. Setiap bagian bangunan dam pengendali sedimen, seperti sayap, dinding
tepi, apron, sub-dam, harus tetap terjaga fungsinya.
3. Perubahan yang terjadi pada setiap bagian bangunan pengendali sedimen
harus tidak melemahkan fungsinya.
4. Eksistensi bangunan pengendali sedimen diperlukan untuk menjamin
kelestarian fungsi bangunan.
3.2
Gambar 3.1: Prosedur atau Bagan Alir Kegiatan Pemeliharaan Bangunan Pengendali
Sedimen (Bangunan Sabo)
14
3.3
Formulir
Model
INVENT.1,
INVENT.2
dan
INVENT.3
15
16
Pada akhir bulan tertentu (misal bulan Desember ), instansi lapangan yang
berwenang harus menyerahkan Laporan Keadaan / Status Bangunan
menggunakan Formulir Model KEAD.
5. Daftar Prioritas
Berdasarkan pada anggaran biaya yang telah disetujui, instansi terkait
segera memilih dan menetapkan bangunan yang hendak diperbaiki atau
direhabilitasi dengan mempertimbangkan aspek benefiditas, aspek
pembiayaan dan aspek lingkungan.
Formulir daftar prioritas bangunan pengendali sedimen harus diserahkan
pada instansi vertikal atau bidang diatasnya untuk medapat persetujuan.
Persetujuan akan diberikan sepanjang bangunan tersebut sudah masuk
didalam daftar inventarisasi bangunan sebelumnya.
Digunakan Formulir Model PRIO.1 dan PRIO.2.
6. Pelaksanaan Perbaikan atau Rehabilitasi Bangunan
Pelaksanaan perbaikan maupun rehabilitasi terhadap kerusakan bangunan
pada prinsipnya dilakukan secara swakelola oleh
17
3.4
18
BAB IV
INVENTARISASI BANGUNAN
4.1
4.2
21
3) Photo
Pemotretan harus dilakukan untuk mengetahui kondisi
bangunan dengan mempertimbangkan beberapa hal sebagai
berikut:
a) Pengambilan
photo
bangunan
dilakukan
sebanyak
mungkin
b) Tanggal pengambilan harus jelas
c) Setiap photo diberi penjelasan singkat
d) Informasi lengkap bangunan sangat diperlukan.
c. Sketsa gambar
Jika gambar desain tidak tersedia, maka harus dibuat sketsa
gambar tampak atas (plan view) dan tampak samping (side view)
bangunan yang meliputi:
1) Tampak atas dengan konfigurasi struktur bangunan yang jelas
2) Tampak samping bangunan
3) Dimensi bangunan
4) Penjelasan tipe bangunan dan material yang digunakan.
d. Penyimpanan data inventarisasi
Data inventarisasi harus disimpan dengan baik oleh bagian atau
bidang yang berwenang pada instansi terkait. Data inventarisasi
bangunan sangat bermanfaat sebagai bahan rujukan yang legal
untuk pemeliharaan bangunan.
Penyimpanan data inventarisasi dapat dilakukan dalam
bentuk cetakan (hardcopy / paper print out) atau database
(computer filing).
23
24
25
26
BAB V
PEMANTAUAN BANGUNAN
5.1
Tujuan Pemantauan
5.1.1
Kekerapan pemantauan
5.1.2
seperti:
a. Karakteristik sungai dan bagian bangunan yang rawan rusak
b. Bagian alur sungai dan bangunan yang paling prioritas harus
dipantau terlebih dahulu.
2. Jadwal pemantauan
Jadwal pemantauan dibuat berdasarkan pada:
a. Pemahaman terhadap karakteristik lapangan yang ada
b. Anggaran dan personil yang tersedia.
3. Tim pemantau
Komposisi dan banyaknya tim pemantau ditentukan berdasarkan rute
perjalanan pemantauan dan banyaknya bangunan yang dipantau.
28
4. Sistem komunikasi
Sistem komunikasi antar personil maupun melalui organisasi radio
komunikasi resmi harus dipersiapkan dengan baik sebelumnya, terutama
kesiapan komunikasi pada saat kondisi darurat.
5. Laporan kegiatan pemantauan
Hasil kegiatan pemantauan dicatat dalam
5.1.3
Problema lapangan dan bangunan yang dipantau dibuat setiap tahun, dibuat
berdasarkan informasi dari daftar inventarisasi sebelumnya.
1. Sungai dan saluran kanal
Identifikasi problematik sungai dan saluran kanal meliputi:
a. Pengaruh perilaku aliran dan erosi (scouring)
b. Lokasi bangunan pelindung erosi tebing
c. Erosi dasar sungai (local erosion)
d. Agradasi atau degradasi dasar sungai
e. Vegetasi di tebing sungai atau tanggul
f. Pengambilan material dasar sungai ( quary)
g. Tindakan manusia tanpa ijin (liar) yang beresiko, seperti penggalian,
penimbunan, pembuangan sampah, dan sebagainya.
29
2. Tanggul
Identifikasi problematik tanggul meliputi:
a. Limpasan pada bagian tertentu puncak tanggul
b. Gerusan lokal (scouring)
c. Longsoran sisi tanggul
d. Rembesan pada tubuh tanggul (seepage / leekage)
e. Retakan tubuh tanggul (crack/cave in) yang disebabkan oleh,
rembesan air, runtuh pada sisi luar tanggul, pemadatan yang kurang
sempurna
f. Erosi alur
g. Tindakan manusia tanpa ijin (liar) yang berisiko.
3. Krib (spur dike)
Kerusakan pada krib umumnya disebabkan oleh kecepatan aliran dan
sedimentasi.
4. Penguat tebing (revetment)
Identifikasi problematik penguat tebing meliputi:
a. Retak , berongga dan longsor
b. Kerusakan pada ujung bangunan
c. Terlepasnya batu penguat tebing
d. Erosi di bagian puncak penguat tebing
e. Korosi, abrasi.
30
31
5.2
Pelaksanaan Pemantauan
5.3
32
34
5.4
Bangunan Sabo merupakan bagian dari bangunan sungai, sehingga secara teknis
tindakan kaidah pemeliharaan bangunan Sabo dapat diklasifikasikan dalam tiga
tingkatan, yaitu:
1. Pemeliharaan bersifat preventif
a. Pemeliharaan peventif atau pencegahan menjaga agar bangunan
pengendali sedimen tetap dapat berfungsi secara optimal sesuai
tingkat kegunaan atau kinerja yang direncanakan
b. Kegiatan pemeliharaan ini dapat diprogramkan dengan pasti tanpa
menunggu munculnya gejala kerusakan bangunan
c. Kegiatan bersifat preventif terdiri dari beberapa jenis kegiatan
pemeliharaan, yaitu:
a. Pemeliharaan rutin, dilaksanakan secara terus-menerus, seperti
pengaturan alur sungai agar aliran tetap di tengah menjauhi kaki
tanggul
b. Pemeliharaan berkala, dilaksanakan menurut tenggang waktu
tertentu, meliputi pengecatan patok pengaman jembatan pelintas
di dam pengendali sedimen, pembersihan intake pada
bangunan pengendali sedimen yang difungsi-gandakan untuk
pengambilan air irigasi atau tenaga air (hydro power)
c. Pemeliharaan bersifat reparasi, bersifat perbaikan ringan, seperti
kerusakan kecil pada dinding tepi dam pengendali sedimen.
2. Pemeliharaan bersifat korektif
Pemeliharaan korektif bertujuan untuk memperbaiki kerusakan bangunan
pengendali
sedimen
atau
melakukan
tindakan
koreksi
terhadap
35
kekurangan yang ada pada bangunan tersebut tanpa merubah tujuan dan
sistem bangunan tersebut.
Jenis kegiatan pemeliharaan yang bersifat korektif, yaitu:
a. Pemeliharaan khusus, dilakukan jika pemeliharaan rutin tidak efektif
lagi
b. Pemeliharaan rehabilitasi, dilakukan untuk mengembalikan fungsi
bangunan pengendali sedimen pada kondisi semula tanpa merubah
sistem dan tingkat layanan bangunan
c. Pemeliharaan rektifikasi, dilakukan untuk menyempurnakan fungsi
dan kinerja bangunan pengendali sedimen dengan melakukan koreksi
dalam skala terbatas.
3. Pemeliharaan bersifat darurat
Pemeliharaan bersifat darurat merupakan tindakan yang harus dilakukan
secepatnya ketika dijumpai bangunan berada pada tingkat kerusakan
(urgency) A, sehingga kualitas bangunan juga bersifat darurat. Disamping
tindakan bersifat phisik (structural measures) beupa perkuatan dan
perbaikan kerusakan bangunan, perlu dilakukan pula tindakan bersifat
non-fisik , berupa:
a. Peningkatan
kewaspadaan
dan
persiapan
masyarakat
untuk
36
5.5
Berbagai kasus kerusakan bangunan yang sering terjadi pada beberapa tipe
bangunan pengendali sedimen antara lain adalah:
Bangunan Penguat Tebing (Revetment)
1. Bangunan penguat tebing (Revetment) patah
Patahnya revetment terjadi akibat erosi dasar sungai di sepanjang pondasi.
Erosi seringkali disebabkan oleh perubahan arah aliran atau dasar sungai
tererosi ketika banjir.
Patah
Dasar sungai
setelah erosi
37
mab
Rongga
man
Rongga
Lubang alir
38
Limpasan
mab
man
39
mab
man
Kenaikan garis tekanan air
(phreatic line)
40
Model MONIT
MONITORING BANGUNAN
Lembar : ......... dari : ......... lb
Kabupaten / Kota
Tanggal Pembangunan
Kontraktor
Panjang Kerusakan (terakhir)
Kondisi Aliran sungai
1
: .........................
Kecamatan/Desa
: ...............................
: .........................
Tanggal Penyerahan
: ...............................
: .........................
Perbaikan Terakhir Tgl : ...............................
: .........................
Nama Sungai
: ...............................
: ..........................................................................................................
Alur Sungai
Nama sungai
Tebing
Limpasa n
Tebing sungai runtuh / longsor
Tanaman keras / tanaman air
Lain-lain
Tanggul / Perkuatan Tebing
Nama bangunan
Tebing
Putus
Erosi
Longsor
Tanaman keras
Lain-lain
Krib / Spurdike
Nama bangunan
Tebing
Kerusakan
Lain-lain
Ambang Dasar ( Groundsill )
Nama bangunan
Tebing
Kerusakan lantai dasar (hulu)
Apron retak
Lain-lain
Dam Sabo (Sabo dam)
Nama bangunan
Tebing
Kerusakan lantai dasar (hulu)
Endapan sedimen/ kayu
Lain-lain
Fasilitas lain
Nama fasilitas
Kondisi kerusakan
: ...............................
: Kanan / kiri
: Ada / tidak
: Ada / tidak
: Ada / tidak
: ..............................
Lokasi
Limpasan
Agradasi / degradasi dasar
Formasi endapan pasir
Galian
Tingkat kerusakan
: ...........................
: Ada / tidak
: Ada / tidak
: Ada / tidak
: Ada / tidak
:A/B/C
:...............................
: Kanan / kiri
: Ada / tidak
: Ada / tidak
: Ada / tidak
: Ada / tidak
: ..............................
Lokasi
Limpasan
Retak
Rembesan
Korosi pada kawat bronjong
: ...........................
: Ada / tidak
: Ada / tidak
: Ada / tidak
: Ada / tidak
Tingkat kerusakan
:A/B/C
: ..............................
: Kanan / kiri
: Ada / tidak
: ..............................
Lokasi
Limpasan
Erosi
Tingkat kerusakan
: ...........................
: Ada / tidak
: Ada / tidak
:A/B/C
: ..............................
: Kanan / kiri
: Ada / tidak
: Ada /tidak
Lokasi
Limpasan
Kerusakan lantai dasar (hilir)
Retak lainnya
: ...........................
: Ada / tidak
: Ada / tidak
: Ada / tidak
(....................)
:A/B/C
Lokasi
Limpasan
Kerusakan lantai dasar (hilir)
Kerusakan lainnya
: ...........................
: Ada / tidak
: Ada / tidak
: Ada / tidak
(....................)
:A/B/C
: .............................. Lokasi
: .............................. Tingkat kerusakan
: ...........................
:A/B/C
Tanggal ............................
Diketahui oleh
Dilaporkan oleh
(...............................)
(.............................)
41
BAB VI
TINDAKAN DARURAT
6.1
6.2
Jika suatu tanggul mengalami ancaman serius terhadap limpasan aliran sedimen
dan terancam putus, membawa dampak kerusakan pada suatu wilayah
permukiman atau infrastruktur, maka instansi yang mempununyai wewenang dan
tanggungjawab atas bangunan tersebut harus melakukan perencanaan tindakan
darurat. Tindakan tersebut meliputi beberapa langkah sebagai berikut:
1. Identifikasi terhadap wilayah yang paling rawan terhadap ancaman banjir
jika tanggul benar-benar putus atau jebol.
42
6.3
Bebarapa tindakan penanggulangan darurat banjir jika tanggul putus atau jebol
pada umumnya dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
1. Tindakan terhadap limpasan (overflow)
a. Menggunakan kantong berisi pasir yang ditumpuk diatas tanggul,
diperkuat dengan timbunan tanah lempung yang dipadatkan di
belakang tumpukan kantong pasir.
b. Dengan cara yang sama, kantong pasir dapat diganti dengan batangbatang pisang yang dipasang bersusun, diperkuat dengan patok kayu,
dilapisi
plastik
lalu
diberi
timbunan
tanah
lempung
padat
dibelakangnya.
2. Tindakan terhadap rembesan dan bocoran (seepage / leekage)
43
di
gelincir,
lalu
dipadatkan
membentuk
seperti
bidang
44
6.4
6.5
1.
Kantong pasir ditumpuk pada posisi 0,5 1,0 meter dari tepi dalam tanggul,
dilapis lembaran plastik, lalu di sisi dalam diberi timbunan tanah lempung
dipadatkan.
0.5 m 1,0 m
MAB
Tanah lempung dipadatkan
2.
Aliran air
MAB
Muka air terdekat
Sumbatan
lubang bocor
46
3.
Kantong pasir
sebagai pemberat
4.
47
Tanah dipadatkan
Kantong-kantong
pasir
MAB
Pancang
bambu
Permukaan
bidang longsor
5.
Tali pengikat
Kantong pasir
Patok bambu
Tanah
dipadatkan
MAB
48
Selain berbagai tindakan tersebut diatas, dikenal pula suatu tindakan yang tidak
langsung atau indirect method.
Ketika tindakan langsung menutup lubang pada sisi dalam tanggul tidak mungkin
dilakukan karena posisi lubang yang terlalu dalam dibawah muka air, maka perlu
dilakukan tindakan tidak langsung untuk menghindari kerusakan tanggul akibat
piping, yaitu dengan mengurangi potensi tinggi tekanan atau reduction of
potential head.
Untuk mengurangi tinggi tekanan dapat digunakan satu drum yang diperkuat
dengan lempung yang dipadatkan ditempatkan mengelilingi drum. Drum tersebut
tujuannya untuk menampung air rembesan di belakang tanggul, jika keluarnya air
rembesan tersebut agak jauh dari kaki tanggul luar.
Potensi tinggi
tekanan
Drum
penampung
MAB
Aliran air
Tanah liat
dipadatkan
Gambar 6.6: Metoda tidak langsung untuk pengurangan potensi tinggi tekanan
49
BAB VII
INVESTIGASI KERUSAKAN BANGUNAN
7.1
Tujuan Investigasi
Dam Utama
Kemiringan hilir
Kemiringan hilir
Apron
Sub
Koperan
7.2
7.2.1
Sasaran investigasi
7.2.2
7) Nama kontraktor
8) Data terakhir perbaikan
9) Panjang kerusakan
Data tersebut harus dicocokkan dengan laporan desain, gambar
rencana bangunan (as-built drawings) dan survai lapangan. Bila
ternyata data inventarisasi tidak benar maka herus diperbaiki oleh
personil yang manangani inventarisasi tersebut.
b. Daerah tangkapan
Daerah tangkapan dengan batas-batasnya digambarkan pada peta
wilayah untuk menghitung luas wilayah hulu bangunan yang rusak.
c. Elevasi Benchmark (BM) dan survai potongan melintang
Jika dalam
2. Informasi bencana
Informasi yang berkaitan dengan kejadian bencana perlu dikumpulkan
dari berbagai sumber instansi terkait, meliputi:
a. Data banjir dan cuaca yang mempengaruhi dari instansi terkait
(BMG)
b. Data hujan
Data curah hujan dari berbagai instansi terkait di wilayah
bersangkutan, termasuk Balai Wilayah Sungai Departemen Pekerjaan
Umum , Badan Meteorologi dan Geofisika, instansi pertanian,
kehutanan dan lembaga lain yang mempunyai stasiun penakar curah
hujan.
c. Data tinggi muka air dan debit
Terutama data tinggi muka air dan debit banjir pada sekitar waktu
terjadinya kerusakan bangunan.
d. Informasi kerusakan bangunan secara umum akibat banjir.
7.2.3
Investigasi lapangan
55
7.2.3
diperlukan.
Kegiatan ini dicatat menggunakan Formulir Model RUSAK.1 dan RUSAK.2
seperti berikut ini
59
Model RUSAK. 1
Kode Inventarisasi
: ...........................
Nama Bangunan
Panjang Bangunan
: ...........................
Tipe Bangunan
Kabupaten / Kota
: ...........................
Kecamatan/Desa
Tgl Pembangunan
: ...........................
Tanggal Penyerahan
Kontraktor
: ...........................
Luas Daerah Tangkapan
Tgl Perbaikan Terakhir : ...........................
Panjang Kerusakan (terakhir)
Tgl Survai Kerusakan
: ...........................
Panjang Kerusakan (sekarang)
1 Kejadian Banjir penyebab Kerusakan Bangunan
:
:
:
:
:
: .........................
: .........................
: .........................
: .........................
: .................. km2
: .........................
: .........................
...........................................................
...........................................................
............. mm/... dan ............. mm/jam
...........................................................
...........................................................
a.
b.
c.
d.
e.
: ...........................................................
: ...........................................................
: ...........................................................
Penyebab Kerusakan
a. Phenomena yang terjadi (gerusan lokal, erosi, degradasi, agradasi)
b. Penyebab kerusakan
: ...........................................................
: ...........................................................
: ...........................................................
Tanggal ............................
Diketahui oleh
(.................................)
60
Dilaporkan oleh
(..............................)
Model RUSAK. 2
Kode
Inventarisasi
....................
Nama
Bangunan
..........................
Panjang
Bangunan
...................... m
Tanggal Survai
Kerusakan
..................
( Sketsa kerusakan)
Tanggal, ..............................
Diketahui
( .............................. )
Dilaporkan oleh
( .............................. )
61
7.3
Berdasarkan alokasi dana yang tersedia pada setiap tahun anggaran, instansi yang
mempunyai wewenang dan tanggungjawab terhadap bangunan pengendali
sedimen di suatu wilayah melakukan seleksi untuk menetapkan bangunan yang
menjadi prioritas diperbaiki dan / atau direhabilitasi. Seleksi untuk menetapkan
prioritas tersebut dilakukan mengacu pada Daftar Inventarisasi Bangunan dan
Laporan Status Bangunan yang telah dibuat dan diusulkan ke instansi atasan
yang berwenang. Penyampaian usulan biaya dilakukan sesuai waktu tertentu yang
telah ditetapkan (biasanya sebelum bulan Desember tahun anggaran sebelumnya).
7.3.1
62
Restorasi
bangunan
pengendali
sedimen
secara
64
Model KEAD
LAPORAN KEADAAN / STATUS BANGUNAN
Wilayah Sungai :......
Nama Instansi :
Lembar : .......... dari.............lb
N
o
Nomor
invent
arisasi
&
nama
bang
Lokasi
Kabupaten
Kecamatan
Desa
Panj
ang
(m)
Tanggal
dibuat/
prbaikan
terakhir
Kon
disi
fisik
Informasi
Banjir
Kate
Tan
gori
ggal,
Tindakan
Darurat
Ti
Tnggal
pe
Pelaks
anaan
10
Tinda
kan
yang
Perlu
Ca
tat
an
11
12
Tanggal.
Disetujui oleh
(.......................................)
Dibuat oleh
( ................................)
65
7.3.2
Prioritas bangunan
Kriteria yang dipergunakan untuk membuat daftar prioritas banguan harus jelas
dipandang dari berbagai aspek, yaitu aspek biaya perbaikan atau rehabilitasi,
aspek peningkatan benefiditas, aspek sosial dan lingkungan. Untuk memenuhi
berbagai apek yang diperlukan dalam menetapkan prioritisasi bangunan,
diperlukan diskusi yang mamadai berdasar data kerusakan bangunan yang ada.
Daftar prioritas bangunan dibuat dengan menggunakan Formulir Model PRIO.1
dan PROI.2.
Formulir model PRIO.1, merupakan daftar pekerjaan perbaikan / rehabilitasi
yang terpilih, berisi tentang nama pekerjaan dan kode inventarisasi bangunannya,
lokasi, tahapan pembiayaan dan jumlah biaya dalam rupiah.
Formulir model PRIO.2, menjelaskan setiap pekerjaan , yaitu :
1. Latar belakang pekerjaan / kegiatan.
2. Sasaran pekerjaan / kegiatan.
3. Penyebab karusakan dan cara penanggulangannya.
Kedua formulir tersebut bila perlu dilengkapi dengan gambar denah (Plan view)
dan tampak samping (Plan side) bangunan.
Bila diperlukan pada setiap formulir dilengkapi dengan foto bangunan
bersangkutan.
66
MODEL PRIO. 1
PRIORITAS BANGUNAN
Nama Instansi
:
Wilayah :
Tanggal : ............................................
Lembar :......... dari :.........lb
Tahapan pembiayaan (Rp)
No
Kode
inventarisasi
Nama
pekerjaan
Lokasi
Tahap
I
Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
Jumlah Biaya..........................................................................................................
Jumlah
(Rp)
............
Tanggal,...........................
Disetujui oleh :
Dibuat oleh :
(..............................)
(.............................)
67
MODEL PRIO. 2
PRIORITAS BANGUNAN
Nama Instansi
:
Wilayah :
Tanggal : ............................................
Latar Belakang Pekerjaan
Tanggal, ...........................
Disetujui
(............................)
68
Dibuat oleh:
(............................)
69
BAB VIII
PEKERJAAN PEMELIHARAAN
8.1
8.2
Dam utama
tergerus
Sub - dam
Apron
Gerusan
pada
pondasu sub-dam
Koperan
Struktur pengaman
dam utama
Fungsi
pengendalian
sedimen
Berbagai kerusakan dan tindakan perbaikan kerusakan yang terjadi pada dam
pengendali sedimen adalah:
1. Gerusan di sebelah hilir dam
Gerusan yang terjadi di hilir dam dapat mengakibatkan bangunan tidak
stabil. Tindakan perbaikan yang dapat dilakukan adalah:
71
a. Lubang gerusan diisi batu atau blok beton, permukaan isian ditutup
dengan beton atau bronjong.
b. Dam pengendali sedimen tanpa apron dan sub-dam mengakibatkan
dam utama rawan terhadap ancaman gerusan. Untuk itu perlu dibuat
apron dan sub-dam sebagai bangunan pendukung.
2. Kerusakan pada lantai bawah (apron)
Lantai bawah dam pengendali sedimen merupakan bagian bangunan yang
mudah rusak akibat benturan jatuhan batu dan material sedimen ketika
banjir. Jika kerusakan dibiarkan berkelanjutan, tubuh dam akan
menggantung. Perbaikan harus segera dilakukan dengan menutup bagian
yang rusak dengan material beton.
3. Kerusakan pada ambang pelimpah (crest)
Ambang pelimpah atau mercu bendung sangat rawan rusak oleh abrasi
aliran sedimen berupa pasir, kerikil dan batu besar yang melimpas diatas
mercu. Perlindungan dapat dilakukan dengan memasang lapisan beton
kualitas tinggi atau pasangan batu candi keras di permukaan mercu dam.
4. Kerusakan pada bagian sayap (wing)
Kerusakan bagian sayap bangunan dam pengendali sedimen umumnya
terjadi pada:
a. Bagian sambungan yang merupakan batas pemberhentian pengecoran
atau pemberhentian pasangan batu.
b. Kerusakan lain berupa terpotongnya bagian sayap bangunan.
5. Kerusakan pada dinding samping (side wall)
72
73
8.3
Tanggul (Dike)
76
pribadi
diatas
tanggul,
bangunan
sementara,
galian,
8.4
Kerusakan pada bangunan krib pada umumnya terjadi akibat kecepatan aliran
yang tinggi dan sedimentasi di sekitar krib. Seringkali kerusakan krib akibat
erosi sulit diperbaiki, sehingga membuat krib baru dipandang lebih murah
daripada memperbaiki yang rusak.
Penyebab kerusakan krib perlu diteliti dengan baik. Jika kerusakan diakibatkan
oleh peristiwa gerusan lokal (local scouring) yang terus berkembang, maka
pondasi krib perlu diperkuat dengan menempatkan batu-batu besar atau blok
beton.
77
8.5
Kerusakan pada bangunan pelindung tebing atau revetment dapat terjadi dalam
berbagai bentuk tergantung pada penyebabnya, yaitu:
1. Erosi dasar sungai atau degradasi
Gerusan lokal atau erosi dan degradasi atau penurunan dasar sungai dapat
menyebabkan pondasi bangunan pelindung tebing lemah, akhirnya
bangunan pelindung tebing (revetment) pecah lalu longsor atau rusak.
Tindakan perbaikan dilakukan dengan membuat bangunan pelindung
tebing lebih dalam daripada kedalaman erosi.
2. Tanah pengisi di belakang dinding pelindung tebing hilang
Material lembut pengisi ruang dibelakang revetment.dapat keluar melalui
celah sambungan atau lubang drainasi. Jika filter tidak ada atau
pemasangan filter tidak sempurna butiran material halus mudah terbawa
aliran air keluar.
Untuk mengatasi hal ini, sejak awal perlu direncanakan dipasang lapisan
penyaring (filter) dibelakang dinding pelindung tebing. Lapisan filter
dapat berupa lembaran geotextile atau lapisan koral dan ijuk.
3. Penurunan tinggi muka air yang mendadak
Jika lubang drainasi tidak dibuat atau tidak berfungsi karena tersumbat,
ketika tinggi muka air turun secara cepat (setelah tinggi banjir menyusut),
sisa tekanan hidrostatis di belakang revetment menimbulkan piping. Pada
revetment yang mempunyai kelerengan curam, sisa tekanan hidrostatik
dan tekanan tanah dapat menyebabkan bangunan runtuh.
79
Hal ini dapat diatasi dengan memasang lubang atus (weep holes) dari pipa
PVC diameter 2 3 inchi pada setiap jarak tertentu untuk mengurangi
tekanan air dari belakang revetment. Lubang atus harus dikontrol setiap
saat agar tidak terjadi sumbatan.
4. Pukulan batu besar atau batang pohon
Batu-batu besar dan batang-batang pohon yang terbawa aliran banjir
menghantam langsung permukaan revetment dapat mengakibatkan
kerusakan.
Kerusakan dapat dihindari jika dalam penetapan lokasi bangunan sudah
diprediksikan jenis material yang akan terbawa dalam aliran banjir,
sehingga dipilih tipe revetment yang sesuai dengan kondisi lapangan.
5. Bagian ujung bangunan yang lemah
Gerusan atau erosi pada kedua ujung bangunan terjadi ketika tanah
pengisi belakang revetment terbawa keluar sehingga kedua ujung
revetment berongga.
Untuk itui bagian ujung hulu maupun hilir bangunan pelindung tebing
perlu diperkuat dengan membuatnya lebih tebal atau dibuat bangunan
transisi yang disebut struktur pelindung ujung bangunan.
8.6
Ambang Dasar atau groundsill adalah salah satu bangunan pengendali sedimen
yang berfungsi mempertahankan elevasi dasar sungai agar tidak terjadi degradasi
atau gerusan lokal ketika banjir. Problema yang paling sering timbul pada
bangunan ini ialah stabilitas dasar sungai persis di bagian hilir bangunan,
79
sehingga dibuat tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 1 2 meter saja. Ketinggian
ambang pelimpah ditentukan berdasarkan kondisi dasar sungai yang ada dan
kecenderungan fluktuasi dasar sungai.
Ancaman kerusakan pada bangunan ambang dasar dan tindakan penanggulangan
yang diperlukan adalah:
1. Gerusan lokal (scouring) di hilir bangunan seringkali menjadi penyebab
utama kerusakan bangunan, sehingga jika gerusan terjadi harus segera
dilakukan tindakan penanggulangan dengan mengisi bagian yang tergerus
dengan campuran beton atau bronjong kawat.
2. Erosi pada bagian sayap bangunan, tindakan perbaikan dilakukan dengan
sistem cement grouting pada bagian yang tererosi.
3. Retak pada bagian apron bangunan, tindakan perbaikan dilakukan dengan
menutup bagian yang retak dengan adonan semen atau dengan sistem
cement grouting atau cara lain yang dapat memperkuat apron.
4. Penurunan atau perubahan bentuk terjadi pada tubuh dam utama (main
body) pada umumnya disebabkan oleh terbantuknya rongga besar akibat
gerusan atau erosi. Tindakan yang dilakukan berupa rehabilitasi terhadap
dam utama.
8.7
Saluran kanal dibuat dengan tujuan untuk mengalirkan debit aliran sedimen yang
umumnya sudah merupakan aliran sedimen individu. Kerusakan yang sering
terjadi pada saluran kanal adalah:
80
1. Erosi berupa dagradasi dasar sungai yang akibat kemiringan dasar saluran
kanal terlalu curam.
Ditanggulangi dengan membuat ambang dasar (groundsill) pada setiap
jarak tertentu.
2. Kerusakan tebing pada tikungan luar saluran kanal yang disebabkan
tekanan kecepatan aliran ketika banjir dan kondisi geologi tanah yang
tidak baik.
3. Ditanggulangi dengan memperkuat tebing tikungan luar dengan
konstruksi revetment.
4. Kerusakan tebing saluran kanal akibat degradasi dasar sungai, butiran
material dasar sungai terbawa aliran.
Ditanggulangi dengan membuat revetment dengankedalaman pondasi
yang lebih dalam daripada kedalaman gerusan dasar sungai.
Faktor utama penyebab erosi dasar saluran maupun erosi tebing adalah kecepatan
aliran. Besarnya gaya luar yang bekerja pada bidang dasar saluran maupun
samping saluran tergantung kecepatan aliran diperhitungkan dalam perencanaan
saluran kanal. Berbagai contoh kerusakan bangunan dan tindakan perbaikannya
dapat dilihat pada lampiran.
81
BAB IX
PENUTUP
Sebagai bagian akhir dari buku Panduan Operasi Dan Pemeliharaan Bangunan
Pengendali Sedimen, disampaikan beberapa kesimpulan dan rekomendasi sebagai
berikut.
9.1
Kesimpulan
82
9.2
Rekomendasi
83
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Yogyakarta, 2006.
3.
Puslitbang SDA Dept PU, Laporan Akhir Penyusunan Data Data Dasar
Dan Pengkajian Pemeliharaan Bangunan Sabo di Wilayah Gunungapi,
Desember 2004,
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
84
Jakarta 1971.
11.
12.
13.
85
LAMPIRAN
Gambar 1.
DAM PENGENDALI SEDIMEN (DAM SABO)
1. Kerusakan Ambang Pelimpah (Spillway)
Kasus kerusakan
Tindakan perbaikan
Tindakan perbaikan
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
86
penguat
Tindakan perbaikan
Mortar beton
Apron
berlubang
Lubang
gerusan
diisi batu-batu besar
Tubuh dam
Apron
Tubuh dam
Apron
berlubang
Lubang gerusan
Tindakan perbaikan
87
Tindakan perbaikan
Dinding
penahan
roboh/rusak
Lubang gerusan
yang dalam
Lubang gerusan
yang dalam
Dinding penahan baru
dibuat lebih dalam
Tindakan perbaikan
Dam Utama
Sub-dam rusak
akibat gerusan
Dam Utama
Apron
Sub-dam
Apron lama
disambung
baru
Apro
88
Tindakan perbaikan
Dam utama
Dam utama
Dasar sungai
rencana
Sub-dam
Apron
Sub-dam
Apron
Degradas
Blok
beton Sub-dam baru
Apron baru
Tindakan perbaikan
Dibuat dam Sabo baru, terletak beberapa puluh atau ratus
meter di sebelah hilir dam Sabo lama.
Dam utama
Dam utama
Dasar sungai
rencana
Sub-dam
Sub-dam
Apron
Apron
Degradasi
Degrada
Dam Sabo
baru
Jarak antar
Dam Sabo
89
Tindakan perbaikan
Pondasi diperdalam melebihi kedalaman gerusan
dengan cara membuat koperan di bagian hulu dan
hilir sepanjang bangunan yang tererosi.
Dam
Dam Utama
Koperan
Koperan
Bgian
pondasi
yang tererosi
10. Kerusakan pada dam Sabo tunggal (tanpa apron dan sub-dam)
Kasus kerusakan
Terjadi gerusan (local scouring) di lapisan
pondasi dam utama bagian hilir.
Dam Utama
Bagian pondasi
Tindakan perbaikan
Dibuat koperan lebih dalam daripada gerusan di
pondasi sebelah hilir.
Dam Utama
Bagian pondasi
yang tererosi
yang tererosi
koperan
90
11. Kerusakan pada dam Sabo tunggal (tanpa apron dan sub-dam)
Kasus kerusakan
Terjadi gerusan (local scouring) di lapisan
pondasi dam utama bagian hilir.
Tindakan perbaikan
Dibuat Sub-dam dan apron baru, bagian yang
tererosi diisi dengan material.
Dam Utama
Dam Utama
Bagian pondasi
yang tererosi
Sub-dam baru
Apron baru
Kedalaman
Kedalaman
gerusan
gerusan
Material pengisi
12. Kerusakan pada dam Sabo tunggal (tanpa apron dan sub-dam)
Kasus kerusakan
Terjadi gerusan (local scouring) di lapisan
pondasi dam utama bagian hilir.
Tindakan perbaikan
Dibuat Sub-dam dan apron baru, bagian yang
tererosi diisi dengan material.
Dam Utama
Dam Utama
Bagian pondasi
yang tererosi
Kedalaman
gerusan
Rip-rap
Sub-dam baru
batu
atau
mortar beton
Kedalaman
gerusan
91
13. Kerusakan pada dam Sabo tunggal (tanpa apron dan sub-dam)
Kasus kerusakan
Terjadi gerusan (local scouring) di lapisan
pondasi dam utama bagian hilir.
Tindakan perbaikan
Dipasang rip-rap batu tepat di hilir dam utama
(main dam), tanpa apron dan sub-dam.
Dam Utama
Dam Utama
Rip-rap batu
mortar beton
Bagian pondasi
yang tererosi
Kedalaman
gerusan
atau
Kedalaman
gerusan
14. Kerusakan pada dam Sabo tunggal (tanpa apron dan sub-dam)
Kasus kerusakan
Tebing sungai longsor, sehingga ujung
sayap rawan terhadap gerusan oleh aliran
air/sedimen ketika terjadi banjir.
Tindakan perbaikan
Sayap diperpanjang sehingga masuk (penetrasi)
kedalam permukaan tebing yang baru hingga
kedalaman yang memadai.
Garis lereng
setelah
longsor
Sayap
Sayap
Perpanjangan
Sayap
92
LAMPIRAN
GAMBAR 2.
BANGUNAN TANGGUL
1. Longsoran badan tanggul
Kasus kerusakan
Terjadi longsoran di bagian sisi luar
tanggul yang diakibatkan oleh aliran air /
sedimen yang melimpas diatas puncak
tanggul.
Tindakan perbaikan
Badan tanggul dipertinggi, melebar ke arah sisi
luar.
MAB
Peninggian
Tanggul
MAB
MAN
MAN
Bagian badan
tanggul yang
longsor
Bagian badan
tanggul yang
longsor
Tindakan perbaikan
Dibuat perkuatan lereng atau revetment di sisi
lereng dalam dan sebagian permukaan tanggul.
MAB
MAN
Perkuatan lereng tanggul
( Revetment )
93
MAB
MAN
Tindakan perbaikan
Dibuat pelindung permukaan (lining) di kedua
sisi tanggul dan puncak tanggul.
Pelindung permukaan
( lining )
MAB
MAB
MAN
MAN
Bagian badan
tanggul yang
longsor
94
Tindakan perbaikan
Tanggul diperlebar ke arah sisi yang longsor.
Tubuh Tanggul
Tubuh Tanggul
Longsor
Longsor
Pelebaran
Tanggul
Pelebaran
Tanggul
95