Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH

Diajukan untuk memenuhi Tugas Praktikum mata kuliah Mekanika Tanah


Dosen pengampu Haadi Kusumah ,S.T.,M.T.

KELOMPOK 9

Vanita Selviany 2030111044


Muhammad Taqi Ulwan 2030111051
Mochamad Daffa A 2030111010
Agung Triono 2030121002
M Ramdani 2030121008
Muh. Asri 1830111060

LABORATORIUM TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah- nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan mekanika tanah ini.
Terimakasih saya ucapkan kepada bapak/ibu dosen yang telah membantu secara
materi maupun praktek. Kami menyadari bahwa laporan yang dibuat ini masih jauh
dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya.
Semoga apa yang telah dilakukan dalam praktek ini dapat memberikan ilmu
bagi penulis dan banyak orang yang membaca laporan ini. Oleh karena itu,
diharapkan para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun setelah
membaca laporan ini guna menjadi acuan agar penulis dapat lebih baik lagi di masa
mendatang. Semoga laporan praktikum mekanika tanah ini menambah wawasan
para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu
pengetahuan.

Sukabumi, Januari 2022

Penyusun
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1.1 Berat Jenis Tanah


Tabel 3.1.2 Berat Jenis Tanah
Tabel 3.2.1 Kadar Air
Tabel 3.3.1 Batas Cair
Tabel 3.3.2 Batas Plastis
Tabel 3.4.1 Hasil Uji Saringan
Tabel 3.5.1 Kompaksi
Tabel 3.5.2 Kompaksi
Tabel 3.5.3 Kompaksi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1.1 Botol Erlenmeyer


Gambar 3.2.1 Sampel Kadar Air
Gambar 3.4.1 Uji Saringan
Gambar 3.5.1 Uji Kompaksi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah tanah dalam Mekanika Tanah mencakup semua bahan dari lempung
sampai batu-batu besar, tetapi tidak mencakup batuan tetap. Pekerjaan teknik
tidak dapat dipisahkan dari tanah, karena tanah dalam teknik sipil berfungsi
sebagai pondasi dan bahan bangunan, oleh karena itu pemahaman tentang sifat-
sifat tanah menjadi sangat penting.Sebelum dipergunakan dalam pekerjaan
Teknik Sipil, sudah tentu kita harus mengetahui terlebih dahulu sifat-sifat tanah
di lokasi pekerjaan yang bersangkutan.

Penyelidikan sifat tanah pada umumnya dilakukan dengan cara mengambil


contoh tanah dari lapangan untuk kemudian diselidiki di Laboratorium.
Diharapkan agar sifat yang diselidiki di laboratorium mencerminkan sifat-sifat
tanah tersebut di lapangan, maka contoh tanah yang diselidiki harus berada
pada kondisi aslinya di lapangan. Sebelum mendirikan suatu konstuksi
bangunan, terlebih dahulu harus diteliti keadaan tanah dimana konstruksi itu
akan diadakan. Perlunya penelitian ini tidak lain untuk keamanan konstruksi,
karena faktor tanah ini sangat menentukan untuk perencanaan kestabilan
konstruksi.

1.2 Maksud dan Tujuan


1. Mahasiswa dapat mengetahui teknis dan karakteristik suatu tanah.
2. Mahasiswa dapat mengumpulkan proses kerja dalam penelitian praktikum
Mekanika Tanah di lapangan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui lapisan dibawah tanah yang akan menjadi
pondasi.

1.3 Waktu dan Tempat Praktikum

 Uji Kadar air


Tempat : Lab. Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Sukabumi
Waktu : 08 Januari 2022

 Penentuan Berat Jenis Tanah


Tempat : Lab. Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Sukabumi
Waktu : 08 Januari 2022
 Uji Saringan
Tempat : Lab. Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Sukabumi
Waktu : 08 Januari 2022

 Uji Batas - Batas Atterberg


Tempat : Lab. Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Sukabumi
Waktu : 08 Januari 2022

 Uji Kompaksi
Tempat : Lab. Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Sukabumi
Waktu : 15 Januari 2022
BAB 2
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Tanah
Tanah adalah material terbentuk dari himpunan mineral, bahan organik dan
endapan yang relatif lepas. Deposit tanah dapat terdiri atas butiran - butiran
dengan berbagai jenis bentuk dan ukuran. Ikatan antara butiran tanah
disebabkan oleh karbonar, zat organik atau oksida - oksida yang mengendap
diantara butiran - butiran.

2.2 Jenis - Jenis Tanah


Partikel tanah dapat dibagi menjadi dua kelompok utama:
1. Butiran Kasar :
a. Kerikil (gravel)
b. Pasir (sand)
c. Batu Kerikil dan Pasir (gravel and sand)
Golongan ini terdiri dari pecahan batu dengan berbagai ukuran dan bentuk
butiran batu kerikil. Butiran batu kerikil biasanya terdiri dari pecahan batu, atau
terdiri dari suatu macam zat mineral tertentu, seperti kwartz. Butiran pasir
hampir selalu terdiri dari satu macam zat mineral, terutama kwartz.

2. Butiran Halus :
1. Lanau (Silt)
Lanau (Silt) merupakan peralihan lempung dan pasir halus. Lanau
memperlihatkan sifat kurang plastis, lebih mudah ditembus air daripada
lempung, serta adanya sifat dilatasi yang tidak terdapat pada lempung.
Dilatasi adalah gejala perubahan isi apabila diubah bentuknya. Lanau
sebagaimana dengan pasir, menunjukkan sifat “quick” apabila
diguncang atau digetarkan.

2. Lempung (Clay)
Lempung (Clay) terdiri dari butiran yang sangat kecil dan menujukkan
sifat- sifat kohesi dan plastis. Kohesi menunjukkan kenyataan bahwa
bagian-bagian bahan itu melekat satu sama lain. Plastisitas adalah sifat
yang memungkinkan bentuk bahan itu dapat diubah-ubah tanpa adanya
perubahan isi atau dapat kembali ke bentuk asalnya tanpa terjadi retak-
retakan atau terpecah-pecah.
Dalam percobaan ini diambil contoh tanah terganggu (disturbed sample)
dan contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample).
1. Disturbed sample adalah contoh tanah yang diambil tanpa ada usaha yang
dilakukan untuk melindungi struktur asli tanah tersebut.
2. Undisturbed sample adalah contoh tanah yang masih menunjukkan sifat asli
tanah. Contoh undisturbed ini secara ideal tidak mengalami perubahan
struktur, kadar air, dan susunan kimia. Contoh tanah yang benar-benar asli
tidak mungkin diperoleh, tetapi untuk pelaksanaan yang baik maka
kerusakan contoh dapat dibatasi sekecil mungkin.
BAB 3
METODE DAN PENGUJIAN
3.1 Penentuan Berat Jenis Tanah
Mencakup penentuan berat jenis (specific gravity) tanah dengan
menggunakan botol Erlenmeyer. Tanah yang diuji harus lolos saringan #4. Bila
nilai berat isi jenis dari uji ini hendak digunakan dalam perhitungan untuk uji
hidrometer, maka tanah harus lolos sarangan #200 (diameter = 0,074 mm).
1. Definisi
Berat jenis (specific gravity) tanah adalah perbandingan antara berat isi butir
tanah terhadap berat isi air pada temperature 4°C, tekanan I atmosfir.
2. Penerapan Berat Jenis Tanah
Berat jenis tanah digunakan pada hubungan fungsional antara fase udara,
air, dan butiran dalam tanah dan oleh karenanya diperlukan untuk
perhitungan parameter indeks tanah (index properties).

Gambar 3.1.1 Botol Erlenmeyer


3. Ketentuan
 Botol Erlenmeyer harus mempunyai volume sekurang-kurangnya 100ml.
 Contoh tanah yang diuji dapat mempunyai kadar air alami atau kering
oven. Berat contoh tanah salam kondisi kering oven sekurangnya 25 gr
sedangkan bila contoh tanah yang digunakan mengnadung kadar air
alami, maka berat keringnya harus ditentukan kemudian.
 Rumus Berat Jenis Tanah.

4. Alat-alat yang digunakan


 Botol Erlenmeyer
 Aquades
 Timbangan dengan ketelitian 0.01 g
 Termometer
 Alat pemanas berupa kompor listrik
 Oven
 Evaporating dish dan mangkok porselin
 Pipet
 Alat pengaduk batang dari gelas

5. Persiapan Uji
Dilakukan kalibrasi terhadap erlenmenyer, yaitu dengan melakukan :
a. Erlenmeyer yang kosong dan bersih ditimbangkan, kemudian diisi
aquades sampai batas kalibrasi (calibration mark).
b. Keringkan bagaian luar Erlenmeyer dan juga di daerah leher.
c. Erlenmeyer dan aquades ditimbang dan diukur suhunya. Harus
diperhatikan bahwa pembagian suhu harus merata.
d. Erlenmeyer dan aquades tadi dipanaskan di atas kompor sampai
suhunya naik 5-10°C. Maka air akan naik melewati batas kalibrasi.
Kelebihan air diambil dengan pipet, kemudian ditimbang.
e. Dalam melakukan pengukuran suhu, air harus kita aduk dengan batang
pengaduk agar suhunya merata.
f. Dengar cara di atas, suhunya dinaikan lagi 5-10°C, kelebihan air
diambil, ditimbang lagi. Dilakukan terus sampai suhunya +- 60°C.
g. Hasil yang didapat digambarkan dalam suatau grafik dengan temperatur
sebagai absis, berat erlenmeyer + aquades sebagai ordinat.

6. Prosedur Uji
a. Ambil contoh tanah seberat +_ 60g. Contoh tanah diremas dan
dicampur dengan aquades di dalam suatu cawan sehingga menyerupai
bubur yang homogen.
b. Adonan tanah ini kita masukkan ke dalam Erlenmeyer dan tambahkan
aquades.
c. Erlenmeyer yang berisi contoh tanah ini dipanaskan di atas kompor
listrik selama -+ 10 menit supaya gelembung udaranya keluar.
d. Sesudah itu erlenmeyer diangkat dari kompor dan ditambah dengan
aquades sampai batas kalibrasi, lalu diaduk sampai suhunya merata.
e. Jika suhunya kurang dari 45°C, erlenmeyer dipanaskan sampai 45 -
50°C. Muka air akan melewati batas kalibrasi lagi, kelebihan air
diambil dengan pipet. Sebelum pengukuran suhu. Selalu diaduk supaya
suhunya merata.
f. Erlenmeyer di rendam dalam suatu dish yang berisi air agar suhunya
turun.
g. Aduk agar temperaturnya merata. Setelah mencapai suhu 35°C diambil,
bagian luar dikeringkan. Di sini permukaan air turunan maka perlu
ditambahkan aquades sampai batas kalibrasi, kemudian ditimbang.
h. Suhu diturunkan lagi hingga mencapai 25°C. Erlenmeyer diambil,
bagian luar dikeringkan, ditambah air hingga batas kalibrasi dan
ditimbang.
i. Larutan tanah tersebut kemudian dituangkan dan dish yang telah
ditimbang beratnya. Semua larutan harus bersih dari erlenmeyer, jika
perlu bilas dengan aquades.
j. Dish + larutan contoh tanah dioven selama 24 jam dengan suhu 110°C.
k. Berat dish + tanah kering ditimbang sehingga didapatkan berat kering
tanah (Ws).
l. Dari percobaan di atas didapatkan 3 harga Gs yang kemudian dirata-
rata.
7. Data Pemeriksaan Sampel
Tabel 3.1.1 Berat Jenis
No. Uji 1 2 3 4 5
Berat Erlenmeyer + Larutan
789,6 790,0 789,5 789,3 789,3
Tanah, Wbws (gr)
Temperatur (°C) 60 50 40 30 25
Faktor koreksi berat jenis air,
0,9832 0,9881 0,9922 0,9957 0,997
Gt
Berat Erlenmeyer +Air, Wbw
744,9 745,5 745 745,2 744,5
(gr)
Berat Dish, Wd (gr) 107,9 107,9 107,9 107,9 107,9
Berat Dish + Tanah Kering,
288,7 288,7 288,7 288,7 288,7
Wds (gr)
Berat Tanah Kering, Ws (gr) 180,8 180,8 180,8 180,8 180,8
Berat Air, Ww = Ws +Wbw -
136,1 136,3 136,3 136,7 136
Wbws (gr)
Gs = Gt x Ws/Ww 1,306 1,311 1,316 1,317 1,325
Gs, Rata-rata 1,315

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai berat jenis rata-rata sebesar 1,315.

Tabel 3.1.2 Berat Jenis


Temperatur Berat Erl. +Aq
No
°C (Wbw)
1 25 744,5
2 30 745,2
3 40 745
4 50 745,5
5 60 744,9

GRAFIK KALIBRASI ERLENMEYER


Berat Erlemenyer + Air (Wbw)

745,4

745,2

745

744,8

744,6

744,4
0 10 20 30 40 50 60 70
Temperatur °C (t)
3.2 Uji Kadar Air Tanah
Mengukur kadar air alami tanah dengan menggunakan uji ring gamma.
Besaran- besaran lain yang dapat diturunkan adalah angka pori (e), porositas
(n), dan derajat kejenuhan (Sr).
1. Definisi
a. Berat isi (y) adalah berat tanah per satuan volume.
b. Kadar air (w) : perbandingan antara berat air dengan berat butir tanah,
dinyatakan dalam persen.
c. Derajat kejenuhan (Sr) : perbandingan volume air dan volume pori total,
dinyatakan dalam persen.
d. Angka Pori (e) : perbandingan antara volume pori dan volume butir.
e. Porositas (n) : perbandingan antara volume pori dan volume total.

2. Alat -alat yang digunakan :


 Silinder ring
 Timbangan dengan ketelitian 0.01 g
 Oven
 Desikator
 Alat dongkrak
 Stickmaat (jangka sorong)
 Pisau

3. Prosedur Uji
a. Silinder ring dibersihkan, kemudian dengan stickmaat diukur
diameternya (d), tinggi (t), dan beratnya ditimbang.
b. Silinder ring ditekan masuk ke dalam tanah dan kemudian dengan alat
dongkrak silinder dikeluarkan, potong dengan pisau, kemudian tanah di
sekitar ring dibersihkan dan permukaan tanah diratakan.
c. Ring + contoh tanah ditimbang, kemudian dimasukan ke dalam oven
selama 24 jam dengan suhu 105°C.
d. Sesudah itu, contoh tanah yang sudah kering dimasukan ke dalam
desikator -+ 1 jam.
e. Contoh tanah yang sudah dingin ditimbang, didapat berat kering.
4. Data Pemeriksaan Sample
Tabel 3.2.1 Kadar air

No Test 1 2 3
Berat Tanah Basah + Container,
W1 74,8 75,2 41,7
Berat Tanah Kering + Container,
W2 53,7 53,6 31,4
Berat Container W3 11,1 11,5 11,1
Berat Air (Ww=W1-W2) 21,1 21,6 10,3
Berat Tanah Kering , (Ws=W2-
W3) 42,6 42,1 20,3
Kadar Air, Ww/Ws x 100% 49,531 51,306 50,739
Kadar Air Rata-rata 50,525

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai kadar air rata-rata sebesar 50,525%.

5. Lampiran

Gambar 3.2.1 Sampel Kadar Air


3.3 Uji Batas-Batas Atterberg
Percobaan ini mencakup penentuan batas-batas Atterberg yang meliputi
Batas Susut, Batas Plastis, dan Batas Cair.
1. Definisi
a. Batas Susut (Shrinkage Limit), Ws adalah batas kadar air di mana
tanah dengan kadar air di bawah nilai tersebut tidak menyusut lagi
(tidak berubah volume).
b. Batas Plastis (Plastic Limit), Wp adalah kadar air terendah dimana
tanah mulai bersifat plastis. Dalam hal ini sifat plastis ditentukan
berdasarkan kondisi dimana tanah yang digulung dengan telapak
tangan, diatas kaca mulai retak setelah mencapai diameter 1/8 inci.
c. Batas Cair (Liquid Limit), WL adalah kadar air tertentu di mana
perilaku berubah dari kondisi plastis ke cair. Pada kadar air tersebut
tanah mempunyai kuat geser yang terendah.
2. Maksud dan Tujuan Serta Aplikasi Batas- Batasa Atterberg
Maksud dari uji Batas – Bats Atterberg adalah untuk menentukan angka-
angka konsistensi Atterberg, yaitu :
- Batas Susut / Shringkage Limit (Ws)
- Batas Plastis / Plastic Limit (Wp)
- Batas Cair / Liquid Limit (WL)
Tujuan uji ini adalah untuk klasifikasi tanah butir halus.

3. Rumus Batas – Batas Atterberg


a. Indeks Plastisitas (Plasticity Index) – Ip
Selisih antara batas cair dan batas plastis, daerah diantaranya disebut
daerah keadaan plastis. Ip = WL – Wp
b. Indeks Alir (Flow Index) – If
Perbandingan antara selisih kadar air pada keadaan tertentu dengan
selisih anatara jumlah pukulan pada kadar aiar tersebut. Indeks Alir
menyatakan kemiringan kurva percobaan batas cair.

c. Indeks Kekakuan (Toughnees Index) – It


Perbandingan antara Indeks Plastistas dengan Indeks Alir

d. Indeks Kecairan (Liquidity Index) – Il


Perbandingan antara selisih kadar air asli dengan batas plastis
terhadap Indek Plastisitasnya. Il ini penting dalam menunjukkan
keadaan tanah.
e. Indeks Konsistensi (Consistency Index) – Ic
Perbandingan antara selisih batas cair dengan kadar air aslinya
terhadap Index Plastisitasnya.

4. Alat dan Bahan


Batas Plastis
Alat-alat yang digunakan :
 Pelat kaca
 Timbangan dengan ketelitian 0.01g
 Container
 Mangkok porselen
 Stikmaat/jangka sorong
 Oven dan desikator

Batas Cair

Alat-alat yang digunakan :

 Pelat kaca, dan pisau dempul


 Timbangan dengan ketelitian 0.01g
 Container sebanyak 5 buah
 Alat Casagrande dengan pisau pemotong
 Cawan porselin
 Oven dan desikator
 Aquades
 Spatula

5. Prosedur Uji
Batas Plastis
a. Masukkan contoh tanah dalam mangkok, diremas-remas sampai
lembut, tambahkan aquades sedikit dan diaduk sampai homogen.
b. Letakan contoh tanah adukan itu diatas pelat kaca dan digulung-gulung
dengan telapak tangan sampai diameternya kira-kira 1/8 inch (3 mm).
Akan dijumpai 3 keadaan :
 Gulungan terlalu basah sehingga dengan diameter 1/8 inch tanah
belum retak.
 Gulungan terlalu kering sehingga sewaktu diameter belum
mencapai 1/8 inch, gulungan tanah sudah mulai retak.
 Gulungan dengan kadar air tepat, yaitu gulungan mulai retak
sewaktu mencapai diameter 1/8 inch.
c. Timbangan container sebanyak 3 buah.
d. Gulungan tanah yang berkadar air tepat itu dimasukan ke dalam
container, tiap container berisikan 5 buah gulungan, dengan berat
masing-masing minimum -+ 5gr. Ketiga container yang berisisikan
gulungan tanah tersebut dimasukan dalam oven -+ 24 jam pada suhu
105 -110°C.
e. Harga rata-rata kadar air dari percobaan di atas adalah batas plastisnya.

Batas Cair
a. Contoh tanah diambil secukupnya, ditaruh salam cawan porselen dan
ditumbuk dengan penumbuk karet, diberi aquades dan diaduk sampai
homogen.
b. Pindahkan tanah tersebut ke atas plat kaca dan diaduk sampai homogen
dengan pisau dempul, bagian yang kasar dibuang.
c. Ambil sebagian dari contoh tanah, dan dimasukan dalam alat
Casagrande, ratakan permukaannya dengan pisau. Contoh tanah dalam
mangkok Casagrande dipotong dengan grooving tool dengan posisi
tegak lurus, sehingga didapat jalur tengah.
d. Alat Casagrande diputar dengan kecepatan konstan 2 putaran/detik.
Mangkok akan terangkat dan jatuh dengan ketinggian 10 mm (sudah
distel).
e. Percobaan dihentikan jika bagian yang terpotong sudah merapat, dan
dicatat banyaknya ketukan biasanya harus berkisar antatra 10-100
ketukan.
f. Tanah pada bagian yang merapat diambil dan dimasukan dalam oven,
ditempatkan dalam container yang telah ditimbang beratnya. Sebelum
dimasukkan dalam oven, tanah + container ditimbang.
g. Setelah dioven selama 24 jam pada temperature 105° - 100° C, baru
dimasukan dalam desikator selama -+ 1 jam untuk mencegah
penyerapan uap air dari udara.
h. Percobaan diatas dilakukan 5 kali.
i. Segera dilakukan penimbangan sesudah keluar dari desikator.
j. Setelah kadar air didapat, dibuat grafik hubungan antara kadar air
dengan jumlah ketukan dalam kertas skala semi-log. Grafik ini secara
teoritis merupakan garis lurus.
k. Kadar air dimana jumlah ketukan 25 kali disebut Batas Cair. Batas Cair
ini diulangi dengan tanah yang telah dimasukan dalam oven, tanah
tersebut ditambahkan aquades secukupnya, prosedur selanjutnya sama
dengan dia atas, dan Batas Cair yang didapatkan disebut “WL.oven”.

6. Data Hasil Sample


Tabel 3.3.1 Batas Cair

No Test - 1 2 3
Jumlah Pukulan - 5 14 51
No. Container - A B C
Berat Tanah Basah + Container. W1 Gram 56,8 73,2 63,9
Berat Tanah Kering + container, W2 Gram 36,2 47,5 42,5
Berat Container, W3 Gram 11,1 11,1 11,1
Berat Air (Ww=W1-W2) Gram 20,6 25,7 21,4
Berat Tanah Kering, (Wd=W2-W3) Gram 25,1 36,4 31,4
Kadar Air, Ww/Wd x 100% % 82,072 70,604 68,153
Kadar Air Rata-rata % 73,610

Grafik Uji Batas Cair


88

78

68

58
Kadar Air

48

38

28

18

8
0 10 20 30 40 50 60
Jumlah Pukulan
Tabel 3.3.2 Batas Plastis

No Test - 1 2 3
No. Container - A B C
Berat Tanah Basah + Container,
36,2 35,7 36,5
W1 Gram
Berat Tanah Kering + Container,
28,2 27,3 28
W2 Gram
Berat Container, W3 Gram 11,2 10,7 11,5
Berat Air (Ww=W1-W2) Gram 8 8,4 8,5
Berat Tanah Kering, (Wd=W2-
W3) Gram 17 16,6 16,5
Kadar Air, Ww/Wd x 100% % 47,059 50,602 51,515
Kadar Air Rata-rata % 49,725
3.4 Uji Saringan
Metode ini mencakup penentuan dari distribusi ukuran butir tanah yang
lebih besar dari 75 um (tertahan oleh saringan no. 200).

1. Definisi
 Tanah butir kasar : tanah dengan ukuran butir > 75 um (tertahan oleh
saringan no.200).
 Tanah butir halus (fine grained soils) : tanah dengan ukuran butir < 75
um (lolos dari saringan no. 200).
 Gradasi : distribusi ukuran butir

2. Maksud dan Tujuan serta Aplikasi


Maksud percobaan ini adalah untuk mengetahui distribusi ukuran butir
tanah. Tujuannya adalah untuk mengklarifikasikan tanah butir kasar
dengan mendapatkan koefisien keseragaman (Cu) dari kurva distribusi
ukuran butir (gradasi) tanah.

3. Manfaat
Dengan klasifikasi tanah, jenis tanah dapat ditentukan sehingga sifat
teknis tanah secara umum dapat diperkirakan.

4. Keterbatasan
Uji ini memiliki keterbatasan bahwa bentuk butir (bulat atau runcing)
tidak dapat ditentukan. Padahal sifat mekanis tanah bergantung kepada
bentuk butir tersebut.

5. Ketentuan
Ukuran saringan harus mengikuti standar ASTM dengan ketentuan
sebagai berikut :

No Saringan Ukuran Lubang (mm)


4 4.750
10 2.000
20 0.850
40 0.425
80 0.180
120 0.125
200 0.075

6. Perhitungan Pelaporan Hasil Uji


 Hitung berat tanah yang tertahan oleh masing-masing saringan.
 Hitung jumlah berat tanah yang lolos saringan tersebut secara
kumulatif.
 Hitung persentase jumlah berat tanah yang lolos saringan tersebut
terhadap total berat tanah.
 Dari hasil-hasil percobaan tersebut digambarkan suatu grafik dalam
suatu susunan koordinat semilog, yaitu dimana ukuran diameter butir
sebagai ordinat dengan skala linier.
 Dari grafik diatas didapat koefisien keseragaman : Dimana : D60 =
diameter kebersamaan (diameter sehubungan dengan 60% lebih
halus). D10 = diameter efektif (diameter sebungna dengan 10% lebih
halus).
 Dari grafik tersebut didapat pula koefisien kelengkungan : Dimana :
D30 = diameter sehubungan dengan 30% lebih halus. Catatan :
Berdasarkan USCS (Unified Soil Classification System), ditentukan
bahwa tanah yang bergradasi baik adalah yang memenuhi :
 Untuk gravel :
Cu > 4 dan 1 < Cc < 3
 Untuk pasir :
Cu > 6 dan 1 < Cc < 3
Bila syarat di atas tidak terpenuhi, maka tanah tersebut disebut
bergradasi buruk.

7. Alat-alat yang digunakan :


 Satu set sieve (ayakan) dengan ukuran menurut standar yaitu nomor : 4
– 10 – 20 – 40 – 80 – 120 – 200 – pan.
 Timbangan dengan ketelitian 0.01 gr.
 Kuas.
 Sieve shaker.
 Sieve times.
 Palu karet.

8. Prosedur Uji
a. Ayakan dibersihkan. Sehingga lubang-lubang dari ayakan bersih dari
butir- butir yang menempel.
b. Masing-masing ayakan dan pan ditimbang beratnya.
c. Kemudian ayakan tadi disusun menurut nomor ayakan (ukuran lubang
terbesar di atas).
d. Ambil contoh tanah seberat 500 gram, lalu dimasukan ke dalam ayakan
teratas dan kemudian ditutup.
e. Susun ayakan dikocok dengan bantuan sieve shaker selama kurang
lebih 10 menit.
f. Diamkan selama 3 menit agar debu-debu mengendap.
g. Masing-masing ayakan dengan contoh tanah yang tertinggal ditimbang.

9. Data Pemeriksaan Sample


Table 3.4.1 Hasil Uji Saringan

Diameter (%)
No Berat Berat Tanah Berat (%)
Lubang Lolos
Saringa Saringan +Berat Tertaha Tertaha
Saringan
n (gr) Saringan (gr) n (gr) n
(mm)
100
4 4,750 420,4 605,5 185,1 47,97 52,03
10 2,000 305,3 448,1 142,8 37,00 15,03
20 0,850 395,4 433,7 38,3 9,92 5,10
40 0,425 393,8 406,7 12,9 3,34 1,76
100 0,140 276,4 282,7 6,3 1,63 0,13
120 0,125 372,4 372,4 0 0,00 0,13
PAN - 336,6 337,1 0,5 0,13 0,00
Ʃ 385,9 100,00
D60 5,342
D30 4,015
D10 1,863

Clay Silt Sand Gravel


100 Fine Coarse to medium
90
80
% Lolos Tanah

70
60
50
40
30
20
10
0
0,001 0,01 0,1 1 10 100
Diameter (mm)
10. Lampiran

Gambar 3.4.1 Uji Saringan


3.5 Uji Kompaksi
Kompaksi adalah mengkompakkan lagi butiran-butiran sedimen sehingga
kemas yang terbentuk menjadi lebih dekat dan baik serta porositas yang
terdapat dalam proses lithifikasinya menjadi berkurang. Proses dimana
partikel-partikel sedimen menjadi bersatu oleh karena adanya material
sekunder yang mengisinya.
1. Melakukan pengujian kepadatan ringan dengan benar.
2. Menentukan nilai kepadatan maksimum tanah.
3. Menentukan kadar air optimum tanah.

Pengujian ini berguna untuk menentukan hubungan antar kadar air dengan
kepadatan tanah sehingga dapat diketahui kepadatan optimum dari tanah dan
kadar air maksimum. Rumus Uji Kompaksi :
Penghitungan :

a. Berat Isi Basah :

dimana :
B1 = Berat tanah + mold B2 = Berat mold
b. Berat Kering :

dimana :
W = kadar air sesudah kompaksi.
1. Alat
a. Cetakan dengan diameter 102 mm, dan tinggi 11,5 cm.
b. Alat penumbuk dengan diameter 50,8 mm dan berat 2,6 kg serta tinggi
jatuh 30 cm dengan selubung yang memiliki paling sedikit 4 buah lubang
udara dengan diameter 9,5 mm.
c. Alat pengeluar contoh ( extruder).
d. Timbangan dengan kapasitas 11,5 kg dengan ketelitian 5 gr, dan
kapasitas 1 kg dengan ketelitian 0,1 gr.
e. Oven pengering dan cawan.
f. Alat perata dari besi dengan panjang 25 cm dengan salah satu sisi
memanjang tajam dan sisi lainnya rata.
g. Saringan dengan ukuran 50 mm, 19 mm, dan 4,75 mm.
h. Talam / tadah, alat pengaduk, dan sendok
2. Bahan
Tanah kering udara dari lapangan sebanyak lebih kurang 6 kg.

3. Langkah Kerja
a. Tanah dikeringkan sehingga menjadi gembur, kemudian ditumbuk
dengan palu karet.
b. Tanah yang sudah gembur disaring dengan saringan nomor 4, jumlah
tanah yang harus disiapkan 6 kg.
c. Benda uji dibagi menjadi 6 bagian, dan tiap-tiap bagian dicampur air
yang sudah ditentukan dan diaduk sampai rata. Penambahan air diatur
sehingga didapat benda uji sebagai berikut : 3 contoh dengan kadar air
kurang lebih dibawah w optimum, 3 contoh dengan kadar air kurang
lebih optimum, perbedaan kadar air benda uji masing-masing 1-3 %.
d. Masing-masing benda uji dimasukkan dalam kantong plastik dan
disimpan selama 12 jam atau sampai tanah jenuh.
e. Timbang cetakan dan alasnya dengan ketelitian 5 gr.
f. Cetakan leher dan keeping dijadikan satu dan ditempatkan pada alas yang
kokoh.
g. Ambil salah satu dari contoh tanah diaduk dan dipadatkan dengan cara :
pemadatan dilakukan dengan alat penumbuk stander 2,5 kg dengan tinggi
jatuh 30,5 cm. Tanah dipadatkan dalam 3 lapisan dengan 25 tumbukan.
h. Kelebihan tanah dari bagian keliling leher dengan pisau dan lepaskan
leher sambung.
i. Pergunakan alat perata untuk meratakan kelebiahan tanah sehingga
betul- betul rata dengan permukaan cetakan.
j. Timbang cetakan yang berisi benda uji dengan ketelitian 5 gr.
k. Keluarkan benda uji tersebut dan ambil sebagian kecil untuk
pemeriksaan kadar air.

4. Data Hasil Sample


Tabel 3.5.1 Kompaksi

Percobaan ke 1 2 3
Berat mold (gr) 1250 1250 1250
Berat mold + tanah basah (gr) 1800 1900 1880
Berat tanah basah (gr) 550 650 630
Diameter mold (cm) 10 10 10
Tinggi mold (cm) 8,7 8,7 8,7
Vol. mold (cm3) 683,57 683,57 683,57
Berat isi tanah basah (gr/cm3) 0,805 0,951 0,922
Berat isi kering (gr/cm3) 0,713 0,839 0,806
Tabel 3.5.2 Kompaksi

No. Sampel 1
Bag. Mold Atas Tengah Bawah
Berat cawan (gr) 10,9 11,2 12,1
Berat cawan + tanah basah (gr) 23,9 29,5 21,9
Berat cawan + tanah kering
(gr) 23,1 28,7 19,8
Berat tanah basah (gr) 13 18,3 9,8
Berat tanah kering (gr) 12,2 17,5 7,7
Kadar air (%) 6,557 4,571 27,273
Kadar air rata-rata (%) 12,801

2 3
Atas Tengah Bawah Atas Tengah Bawah
16,7 16 16,6 11,5 11 11,2
30,5 36,5 34,6 35,7 38,3 39,5
28 35,7 32,4 30,3 36,5 37,6
13,8 20,5 18 24,2 27,3 28,3
11,3 19,7 15,8 18,8 25,5 26,4
22,124 4,061 13,924 28,723 7,059 7,197
13,370 14,326

Tabel 3.5.3 Kompaksi


Kadar Yzav Yzav 80
No Yw Gs Yd
Air 100% %
1 12,801 1 1,315 1,126 0,900 0,713
2 13,370 1 1,315 1,118 0,895 0,839
3 14,326 1 1,315 1,107 0,885 0,806

Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui :


Kadar air (w) optimum = 13,4
Berat isi kering maksimum = 0,82
Uji Kompaksi
1,2
Berat Volume Kering = Yd (g/cm³)

1,1

0,9

0,8

0,7 y = 0,0511x + 0,0966

0,6
12,5 13,0 13,5 14,0 14,5
KadarAir = w (%)

5. Lampiran

Gambar 3.5.1 Uji Kompaksi


BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat diketehaui langkah-langkah untuk melakukan
pengujian berat jenis tanah , kadar air, uji batas – batas , analisa saringan, dan
kompaksi. Melalui praktikum ini praktikan dapat memahami tentang hal ini,
serta dapat mengaplikasikannya baik dalam kegiatan.

Data yang di peroleh dari praktikum masing-masing uji coba yaitu 3 sampel
sehingga data satu dengan yang lainnya dapat dibandingkan, Sehingga kita
dapat menentukan tanah tersebut masuk dalam kategori apa saja yang sesuai
dengan SNI.
Pada umumnya klasifikasi tanah merupakan alat untuk mempermudah
mengingat sifat berbagai macam golongan jenis tanah supaya lebih bermanfaat
dan lebih mempermudah penggunaan tanah. Sistem klasifikasi tanah harus
cukup peka untuk dapat menerima perubahan-perubahan akibat kemajuan ilmu
pengetahuan tanpa menimbulkan salah tafsir, karena nama dan istilah baru.
Sistem klasifikasi tanah mencakup berbagai tingkat kategori masing-masing
dicirikan oleh kriteria sesuai dengan prinsip taxonomi, makin luas daerah
berlakunya makin tinggi tingkat kategorinya. Satuan-satuan tanah dipilih dari
sejumlah ciri morfologi tanah dalam batas-batas tertentu. Pada umumnya,
kriteria yang membatasi ini dipilih menurut dasar-dasar jenis tanah dan
menurut kolerasi diantara tanah, vegetasi dan tindakan manusia dalam
hubungannya dengan penggunaan tanah.

Anda mungkin juga menyukai