KELOMPOK 9
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah- nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan mekanika tanah ini.
Terimakasih saya ucapkan kepada bapak/ibu dosen yang telah membantu secara
materi maupun praktek. Kami menyadari bahwa laporan yang dibuat ini masih jauh
dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya.
Semoga apa yang telah dilakukan dalam praktek ini dapat memberikan ilmu
bagi penulis dan banyak orang yang membaca laporan ini. Oleh karena itu,
diharapkan para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun setelah
membaca laporan ini guna menjadi acuan agar penulis dapat lebih baik lagi di masa
mendatang. Semoga laporan praktikum mekanika tanah ini menambah wawasan
para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu
pengetahuan.
Penyusun
DAFTAR TABEL
Uji Kompaksi
Tempat : Lab. Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Sukabumi
Waktu : 15 Januari 2022
BAB 2
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Tanah
Tanah adalah material terbentuk dari himpunan mineral, bahan organik dan
endapan yang relatif lepas. Deposit tanah dapat terdiri atas butiran - butiran
dengan berbagai jenis bentuk dan ukuran. Ikatan antara butiran tanah
disebabkan oleh karbonar, zat organik atau oksida - oksida yang mengendap
diantara butiran - butiran.
2. Butiran Halus :
1. Lanau (Silt)
Lanau (Silt) merupakan peralihan lempung dan pasir halus. Lanau
memperlihatkan sifat kurang plastis, lebih mudah ditembus air daripada
lempung, serta adanya sifat dilatasi yang tidak terdapat pada lempung.
Dilatasi adalah gejala perubahan isi apabila diubah bentuknya. Lanau
sebagaimana dengan pasir, menunjukkan sifat “quick” apabila
diguncang atau digetarkan.
2. Lempung (Clay)
Lempung (Clay) terdiri dari butiran yang sangat kecil dan menujukkan
sifat- sifat kohesi dan plastis. Kohesi menunjukkan kenyataan bahwa
bagian-bagian bahan itu melekat satu sama lain. Plastisitas adalah sifat
yang memungkinkan bentuk bahan itu dapat diubah-ubah tanpa adanya
perubahan isi atau dapat kembali ke bentuk asalnya tanpa terjadi retak-
retakan atau terpecah-pecah.
Dalam percobaan ini diambil contoh tanah terganggu (disturbed sample)
dan contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample).
1. Disturbed sample adalah contoh tanah yang diambil tanpa ada usaha yang
dilakukan untuk melindungi struktur asli tanah tersebut.
2. Undisturbed sample adalah contoh tanah yang masih menunjukkan sifat asli
tanah. Contoh undisturbed ini secara ideal tidak mengalami perubahan
struktur, kadar air, dan susunan kimia. Contoh tanah yang benar-benar asli
tidak mungkin diperoleh, tetapi untuk pelaksanaan yang baik maka
kerusakan contoh dapat dibatasi sekecil mungkin.
BAB 3
METODE DAN PENGUJIAN
3.1 Penentuan Berat Jenis Tanah
Mencakup penentuan berat jenis (specific gravity) tanah dengan
menggunakan botol Erlenmeyer. Tanah yang diuji harus lolos saringan #4. Bila
nilai berat isi jenis dari uji ini hendak digunakan dalam perhitungan untuk uji
hidrometer, maka tanah harus lolos sarangan #200 (diameter = 0,074 mm).
1. Definisi
Berat jenis (specific gravity) tanah adalah perbandingan antara berat isi butir
tanah terhadap berat isi air pada temperature 4°C, tekanan I atmosfir.
2. Penerapan Berat Jenis Tanah
Berat jenis tanah digunakan pada hubungan fungsional antara fase udara,
air, dan butiran dalam tanah dan oleh karenanya diperlukan untuk
perhitungan parameter indeks tanah (index properties).
5. Persiapan Uji
Dilakukan kalibrasi terhadap erlenmenyer, yaitu dengan melakukan :
a. Erlenmeyer yang kosong dan bersih ditimbangkan, kemudian diisi
aquades sampai batas kalibrasi (calibration mark).
b. Keringkan bagaian luar Erlenmeyer dan juga di daerah leher.
c. Erlenmeyer dan aquades ditimbang dan diukur suhunya. Harus
diperhatikan bahwa pembagian suhu harus merata.
d. Erlenmeyer dan aquades tadi dipanaskan di atas kompor sampai
suhunya naik 5-10°C. Maka air akan naik melewati batas kalibrasi.
Kelebihan air diambil dengan pipet, kemudian ditimbang.
e. Dalam melakukan pengukuran suhu, air harus kita aduk dengan batang
pengaduk agar suhunya merata.
f. Dengar cara di atas, suhunya dinaikan lagi 5-10°C, kelebihan air
diambil, ditimbang lagi. Dilakukan terus sampai suhunya +- 60°C.
g. Hasil yang didapat digambarkan dalam suatau grafik dengan temperatur
sebagai absis, berat erlenmeyer + aquades sebagai ordinat.
6. Prosedur Uji
a. Ambil contoh tanah seberat +_ 60g. Contoh tanah diremas dan
dicampur dengan aquades di dalam suatu cawan sehingga menyerupai
bubur yang homogen.
b. Adonan tanah ini kita masukkan ke dalam Erlenmeyer dan tambahkan
aquades.
c. Erlenmeyer yang berisi contoh tanah ini dipanaskan di atas kompor
listrik selama -+ 10 menit supaya gelembung udaranya keluar.
d. Sesudah itu erlenmeyer diangkat dari kompor dan ditambah dengan
aquades sampai batas kalibrasi, lalu diaduk sampai suhunya merata.
e. Jika suhunya kurang dari 45°C, erlenmeyer dipanaskan sampai 45 -
50°C. Muka air akan melewati batas kalibrasi lagi, kelebihan air
diambil dengan pipet. Sebelum pengukuran suhu. Selalu diaduk supaya
suhunya merata.
f. Erlenmeyer di rendam dalam suatu dish yang berisi air agar suhunya
turun.
g. Aduk agar temperaturnya merata. Setelah mencapai suhu 35°C diambil,
bagian luar dikeringkan. Di sini permukaan air turunan maka perlu
ditambahkan aquades sampai batas kalibrasi, kemudian ditimbang.
h. Suhu diturunkan lagi hingga mencapai 25°C. Erlenmeyer diambil,
bagian luar dikeringkan, ditambah air hingga batas kalibrasi dan
ditimbang.
i. Larutan tanah tersebut kemudian dituangkan dan dish yang telah
ditimbang beratnya. Semua larutan harus bersih dari erlenmeyer, jika
perlu bilas dengan aquades.
j. Dish + larutan contoh tanah dioven selama 24 jam dengan suhu 110°C.
k. Berat dish + tanah kering ditimbang sehingga didapatkan berat kering
tanah (Ws).
l. Dari percobaan di atas didapatkan 3 harga Gs yang kemudian dirata-
rata.
7. Data Pemeriksaan Sampel
Tabel 3.1.1 Berat Jenis
No. Uji 1 2 3 4 5
Berat Erlenmeyer + Larutan
789,6 790,0 789,5 789,3 789,3
Tanah, Wbws (gr)
Temperatur (°C) 60 50 40 30 25
Faktor koreksi berat jenis air,
0,9832 0,9881 0,9922 0,9957 0,997
Gt
Berat Erlenmeyer +Air, Wbw
744,9 745,5 745 745,2 744,5
(gr)
Berat Dish, Wd (gr) 107,9 107,9 107,9 107,9 107,9
Berat Dish + Tanah Kering,
288,7 288,7 288,7 288,7 288,7
Wds (gr)
Berat Tanah Kering, Ws (gr) 180,8 180,8 180,8 180,8 180,8
Berat Air, Ww = Ws +Wbw -
136,1 136,3 136,3 136,7 136
Wbws (gr)
Gs = Gt x Ws/Ww 1,306 1,311 1,316 1,317 1,325
Gs, Rata-rata 1,315
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai berat jenis rata-rata sebesar 1,315.
745,4
745,2
745
744,8
744,6
744,4
0 10 20 30 40 50 60 70
Temperatur °C (t)
3.2 Uji Kadar Air Tanah
Mengukur kadar air alami tanah dengan menggunakan uji ring gamma.
Besaran- besaran lain yang dapat diturunkan adalah angka pori (e), porositas
(n), dan derajat kejenuhan (Sr).
1. Definisi
a. Berat isi (y) adalah berat tanah per satuan volume.
b. Kadar air (w) : perbandingan antara berat air dengan berat butir tanah,
dinyatakan dalam persen.
c. Derajat kejenuhan (Sr) : perbandingan volume air dan volume pori total,
dinyatakan dalam persen.
d. Angka Pori (e) : perbandingan antara volume pori dan volume butir.
e. Porositas (n) : perbandingan antara volume pori dan volume total.
3. Prosedur Uji
a. Silinder ring dibersihkan, kemudian dengan stickmaat diukur
diameternya (d), tinggi (t), dan beratnya ditimbang.
b. Silinder ring ditekan masuk ke dalam tanah dan kemudian dengan alat
dongkrak silinder dikeluarkan, potong dengan pisau, kemudian tanah di
sekitar ring dibersihkan dan permukaan tanah diratakan.
c. Ring + contoh tanah ditimbang, kemudian dimasukan ke dalam oven
selama 24 jam dengan suhu 105°C.
d. Sesudah itu, contoh tanah yang sudah kering dimasukan ke dalam
desikator -+ 1 jam.
e. Contoh tanah yang sudah dingin ditimbang, didapat berat kering.
4. Data Pemeriksaan Sample
Tabel 3.2.1 Kadar air
No Test 1 2 3
Berat Tanah Basah + Container,
W1 74,8 75,2 41,7
Berat Tanah Kering + Container,
W2 53,7 53,6 31,4
Berat Container W3 11,1 11,5 11,1
Berat Air (Ww=W1-W2) 21,1 21,6 10,3
Berat Tanah Kering , (Ws=W2-
W3) 42,6 42,1 20,3
Kadar Air, Ww/Ws x 100% 49,531 51,306 50,739
Kadar Air Rata-rata 50,525
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai kadar air rata-rata sebesar 50,525%.
5. Lampiran
Batas Cair
5. Prosedur Uji
Batas Plastis
a. Masukkan contoh tanah dalam mangkok, diremas-remas sampai
lembut, tambahkan aquades sedikit dan diaduk sampai homogen.
b. Letakan contoh tanah adukan itu diatas pelat kaca dan digulung-gulung
dengan telapak tangan sampai diameternya kira-kira 1/8 inch (3 mm).
Akan dijumpai 3 keadaan :
Gulungan terlalu basah sehingga dengan diameter 1/8 inch tanah
belum retak.
Gulungan terlalu kering sehingga sewaktu diameter belum
mencapai 1/8 inch, gulungan tanah sudah mulai retak.
Gulungan dengan kadar air tepat, yaitu gulungan mulai retak
sewaktu mencapai diameter 1/8 inch.
c. Timbangan container sebanyak 3 buah.
d. Gulungan tanah yang berkadar air tepat itu dimasukan ke dalam
container, tiap container berisikan 5 buah gulungan, dengan berat
masing-masing minimum -+ 5gr. Ketiga container yang berisisikan
gulungan tanah tersebut dimasukan dalam oven -+ 24 jam pada suhu
105 -110°C.
e. Harga rata-rata kadar air dari percobaan di atas adalah batas plastisnya.
Batas Cair
a. Contoh tanah diambil secukupnya, ditaruh salam cawan porselen dan
ditumbuk dengan penumbuk karet, diberi aquades dan diaduk sampai
homogen.
b. Pindahkan tanah tersebut ke atas plat kaca dan diaduk sampai homogen
dengan pisau dempul, bagian yang kasar dibuang.
c. Ambil sebagian dari contoh tanah, dan dimasukan dalam alat
Casagrande, ratakan permukaannya dengan pisau. Contoh tanah dalam
mangkok Casagrande dipotong dengan grooving tool dengan posisi
tegak lurus, sehingga didapat jalur tengah.
d. Alat Casagrande diputar dengan kecepatan konstan 2 putaran/detik.
Mangkok akan terangkat dan jatuh dengan ketinggian 10 mm (sudah
distel).
e. Percobaan dihentikan jika bagian yang terpotong sudah merapat, dan
dicatat banyaknya ketukan biasanya harus berkisar antatra 10-100
ketukan.
f. Tanah pada bagian yang merapat diambil dan dimasukan dalam oven,
ditempatkan dalam container yang telah ditimbang beratnya. Sebelum
dimasukkan dalam oven, tanah + container ditimbang.
g. Setelah dioven selama 24 jam pada temperature 105° - 100° C, baru
dimasukan dalam desikator selama -+ 1 jam untuk mencegah
penyerapan uap air dari udara.
h. Percobaan diatas dilakukan 5 kali.
i. Segera dilakukan penimbangan sesudah keluar dari desikator.
j. Setelah kadar air didapat, dibuat grafik hubungan antara kadar air
dengan jumlah ketukan dalam kertas skala semi-log. Grafik ini secara
teoritis merupakan garis lurus.
k. Kadar air dimana jumlah ketukan 25 kali disebut Batas Cair. Batas Cair
ini diulangi dengan tanah yang telah dimasukan dalam oven, tanah
tersebut ditambahkan aquades secukupnya, prosedur selanjutnya sama
dengan dia atas, dan Batas Cair yang didapatkan disebut “WL.oven”.
No Test - 1 2 3
Jumlah Pukulan - 5 14 51
No. Container - A B C
Berat Tanah Basah + Container. W1 Gram 56,8 73,2 63,9
Berat Tanah Kering + container, W2 Gram 36,2 47,5 42,5
Berat Container, W3 Gram 11,1 11,1 11,1
Berat Air (Ww=W1-W2) Gram 20,6 25,7 21,4
Berat Tanah Kering, (Wd=W2-W3) Gram 25,1 36,4 31,4
Kadar Air, Ww/Wd x 100% % 82,072 70,604 68,153
Kadar Air Rata-rata % 73,610
78
68
58
Kadar Air
48
38
28
18
8
0 10 20 30 40 50 60
Jumlah Pukulan
Tabel 3.3.2 Batas Plastis
No Test - 1 2 3
No. Container - A B C
Berat Tanah Basah + Container,
36,2 35,7 36,5
W1 Gram
Berat Tanah Kering + Container,
28,2 27,3 28
W2 Gram
Berat Container, W3 Gram 11,2 10,7 11,5
Berat Air (Ww=W1-W2) Gram 8 8,4 8,5
Berat Tanah Kering, (Wd=W2-
W3) Gram 17 16,6 16,5
Kadar Air, Ww/Wd x 100% % 47,059 50,602 51,515
Kadar Air Rata-rata % 49,725
3.4 Uji Saringan
Metode ini mencakup penentuan dari distribusi ukuran butir tanah yang
lebih besar dari 75 um (tertahan oleh saringan no. 200).
1. Definisi
Tanah butir kasar : tanah dengan ukuran butir > 75 um (tertahan oleh
saringan no.200).
Tanah butir halus (fine grained soils) : tanah dengan ukuran butir < 75
um (lolos dari saringan no. 200).
Gradasi : distribusi ukuran butir
3. Manfaat
Dengan klasifikasi tanah, jenis tanah dapat ditentukan sehingga sifat
teknis tanah secara umum dapat diperkirakan.
4. Keterbatasan
Uji ini memiliki keterbatasan bahwa bentuk butir (bulat atau runcing)
tidak dapat ditentukan. Padahal sifat mekanis tanah bergantung kepada
bentuk butir tersebut.
5. Ketentuan
Ukuran saringan harus mengikuti standar ASTM dengan ketentuan
sebagai berikut :
8. Prosedur Uji
a. Ayakan dibersihkan. Sehingga lubang-lubang dari ayakan bersih dari
butir- butir yang menempel.
b. Masing-masing ayakan dan pan ditimbang beratnya.
c. Kemudian ayakan tadi disusun menurut nomor ayakan (ukuran lubang
terbesar di atas).
d. Ambil contoh tanah seberat 500 gram, lalu dimasukan ke dalam ayakan
teratas dan kemudian ditutup.
e. Susun ayakan dikocok dengan bantuan sieve shaker selama kurang
lebih 10 menit.
f. Diamkan selama 3 menit agar debu-debu mengendap.
g. Masing-masing ayakan dengan contoh tanah yang tertinggal ditimbang.
Diameter (%)
No Berat Berat Tanah Berat (%)
Lubang Lolos
Saringa Saringan +Berat Tertaha Tertaha
Saringan
n (gr) Saringan (gr) n (gr) n
(mm)
100
4 4,750 420,4 605,5 185,1 47,97 52,03
10 2,000 305,3 448,1 142,8 37,00 15,03
20 0,850 395,4 433,7 38,3 9,92 5,10
40 0,425 393,8 406,7 12,9 3,34 1,76
100 0,140 276,4 282,7 6,3 1,63 0,13
120 0,125 372,4 372,4 0 0,00 0,13
PAN - 336,6 337,1 0,5 0,13 0,00
Ʃ 385,9 100,00
D60 5,342
D30 4,015
D10 1,863
70
60
50
40
30
20
10
0
0,001 0,01 0,1 1 10 100
Diameter (mm)
10. Lampiran
Pengujian ini berguna untuk menentukan hubungan antar kadar air dengan
kepadatan tanah sehingga dapat diketahui kepadatan optimum dari tanah dan
kadar air maksimum. Rumus Uji Kompaksi :
Penghitungan :
dimana :
B1 = Berat tanah + mold B2 = Berat mold
b. Berat Kering :
dimana :
W = kadar air sesudah kompaksi.
1. Alat
a. Cetakan dengan diameter 102 mm, dan tinggi 11,5 cm.
b. Alat penumbuk dengan diameter 50,8 mm dan berat 2,6 kg serta tinggi
jatuh 30 cm dengan selubung yang memiliki paling sedikit 4 buah lubang
udara dengan diameter 9,5 mm.
c. Alat pengeluar contoh ( extruder).
d. Timbangan dengan kapasitas 11,5 kg dengan ketelitian 5 gr, dan
kapasitas 1 kg dengan ketelitian 0,1 gr.
e. Oven pengering dan cawan.
f. Alat perata dari besi dengan panjang 25 cm dengan salah satu sisi
memanjang tajam dan sisi lainnya rata.
g. Saringan dengan ukuran 50 mm, 19 mm, dan 4,75 mm.
h. Talam / tadah, alat pengaduk, dan sendok
2. Bahan
Tanah kering udara dari lapangan sebanyak lebih kurang 6 kg.
3. Langkah Kerja
a. Tanah dikeringkan sehingga menjadi gembur, kemudian ditumbuk
dengan palu karet.
b. Tanah yang sudah gembur disaring dengan saringan nomor 4, jumlah
tanah yang harus disiapkan 6 kg.
c. Benda uji dibagi menjadi 6 bagian, dan tiap-tiap bagian dicampur air
yang sudah ditentukan dan diaduk sampai rata. Penambahan air diatur
sehingga didapat benda uji sebagai berikut : 3 contoh dengan kadar air
kurang lebih dibawah w optimum, 3 contoh dengan kadar air kurang
lebih optimum, perbedaan kadar air benda uji masing-masing 1-3 %.
d. Masing-masing benda uji dimasukkan dalam kantong plastik dan
disimpan selama 12 jam atau sampai tanah jenuh.
e. Timbang cetakan dan alasnya dengan ketelitian 5 gr.
f. Cetakan leher dan keeping dijadikan satu dan ditempatkan pada alas yang
kokoh.
g. Ambil salah satu dari contoh tanah diaduk dan dipadatkan dengan cara :
pemadatan dilakukan dengan alat penumbuk stander 2,5 kg dengan tinggi
jatuh 30,5 cm. Tanah dipadatkan dalam 3 lapisan dengan 25 tumbukan.
h. Kelebihan tanah dari bagian keliling leher dengan pisau dan lepaskan
leher sambung.
i. Pergunakan alat perata untuk meratakan kelebiahan tanah sehingga
betul- betul rata dengan permukaan cetakan.
j. Timbang cetakan yang berisi benda uji dengan ketelitian 5 gr.
k. Keluarkan benda uji tersebut dan ambil sebagian kecil untuk
pemeriksaan kadar air.
Percobaan ke 1 2 3
Berat mold (gr) 1250 1250 1250
Berat mold + tanah basah (gr) 1800 1900 1880
Berat tanah basah (gr) 550 650 630
Diameter mold (cm) 10 10 10
Tinggi mold (cm) 8,7 8,7 8,7
Vol. mold (cm3) 683,57 683,57 683,57
Berat isi tanah basah (gr/cm3) 0,805 0,951 0,922
Berat isi kering (gr/cm3) 0,713 0,839 0,806
Tabel 3.5.2 Kompaksi
No. Sampel 1
Bag. Mold Atas Tengah Bawah
Berat cawan (gr) 10,9 11,2 12,1
Berat cawan + tanah basah (gr) 23,9 29,5 21,9
Berat cawan + tanah kering
(gr) 23,1 28,7 19,8
Berat tanah basah (gr) 13 18,3 9,8
Berat tanah kering (gr) 12,2 17,5 7,7
Kadar air (%) 6,557 4,571 27,273
Kadar air rata-rata (%) 12,801
2 3
Atas Tengah Bawah Atas Tengah Bawah
16,7 16 16,6 11,5 11 11,2
30,5 36,5 34,6 35,7 38,3 39,5
28 35,7 32,4 30,3 36,5 37,6
13,8 20,5 18 24,2 27,3 28,3
11,3 19,7 15,8 18,8 25,5 26,4
22,124 4,061 13,924 28,723 7,059 7,197
13,370 14,326
1,1
0,9
0,8
0,6
12,5 13,0 13,5 14,0 14,5
KadarAir = w (%)
5. Lampiran
Data yang di peroleh dari praktikum masing-masing uji coba yaitu 3 sampel
sehingga data satu dengan yang lainnya dapat dibandingkan, Sehingga kita
dapat menentukan tanah tersebut masuk dalam kategori apa saja yang sesuai
dengan SNI.
Pada umumnya klasifikasi tanah merupakan alat untuk mempermudah
mengingat sifat berbagai macam golongan jenis tanah supaya lebih bermanfaat
dan lebih mempermudah penggunaan tanah. Sistem klasifikasi tanah harus
cukup peka untuk dapat menerima perubahan-perubahan akibat kemajuan ilmu
pengetahuan tanpa menimbulkan salah tafsir, karena nama dan istilah baru.
Sistem klasifikasi tanah mencakup berbagai tingkat kategori masing-masing
dicirikan oleh kriteria sesuai dengan prinsip taxonomi, makin luas daerah
berlakunya makin tinggi tingkat kategorinya. Satuan-satuan tanah dipilih dari
sejumlah ciri morfologi tanah dalam batas-batas tertentu. Pada umumnya,
kriteria yang membatasi ini dipilih menurut dasar-dasar jenis tanah dan
menurut kolerasi diantara tanah, vegetasi dan tindakan manusia dalam
hubungannya dengan penggunaan tanah.