TUGAS AKHIR
Oleh:
BIANCA YULIA SASQIA PUTRI
157011003
1
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang mana atas
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.
Sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi
Muhammad saw.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
membantu penyelesaian Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu kritik dan saran dari para pembaca diharapkan untuk perbaikan Tugas Akhir ini
di masa yang akan datang. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membacanya.
Tasikmalaya, 2019
Penulis
3
DAFTAR ISI
DAFTAR TABE
4
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Didirikan pada 1,25 hektar lahan di daerah perumahan Sentul City, Bogor,
Jawa Barat, rumah sakit ini merupakan perusahaan patungan antara PT Pertamina
Bina Medika, anak usaha Pertamina yang mengelola jaringan rumah sakit milik
Pertamina, dan perusahaan pengembangan properti, PT Sentul Investindo.
Akan tetapi pada pertengahan bulan April 2018 Rumah Sakit Pertamedika
Sentul City kini secara resmi bertransformasi menjadi RS Elang Medika Corpora
(EMC) Sentul. Pergantian nama tersebut terjadi lantaran ada perubahan
pemegang saham, dimana rumah sakit Pertamedia sudah dimiliki sepenuhnya oleh
PT Elang Mahkota Teknologi.
Seperti yang kita ketahui rumah Sakit merupakan bangunan yang berfungsi
sebagai pusat kesehatan yang melayani masyarakat dalam penyembuhan maupun
pencegahan penyakit. Rumah sakit juga dapat menjadi pusat pelatihan bagi tenaga
kesehatan dan pusat penelitian medik. Pembangunan rumah sakit sangatlah
diperlukan dalam menjamin kesehatan dan keselamatan masyarakat. Maka dari itu
dalam peninjauan ulang kekuatan struktur gedung rumah sakit Pertamedika Sentul
2
2.2.1 Maksud
Maksud dari tinjauan ulang kekuatan struktur gedung rumah sakit
Pertamedika Sentul City Bogor ini adalah:
2.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari peninjauan ini adalah untuk meninjau ulang kekuatan
struktur gedung rumah sakit Pertamedika Sentul City Bogor mulai dari struktur
atas sampai struktur bawah yaitu sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, maksud dan tujuan dari
peninjauan, batasan masalah, dan sistematika penulisan.
Sifat utama dari beton, yaitu sangat kuat terhadap beban tekan, tetapi juga
bersifat getas/mudah patah atau rusak terhadap beban tarik. Dalam perhitungan
struktur, kuat tarik beton ini umumnya diabaikan. Sifat utama dari baja tulangan,
yaitu sangat kuat terhadap beban tarik maupun beban tekan. Dari sifat utama
tersebut, maka jika kedua bahan (beton dan baja tulangan) dipadukan menjadi satu
kesatuan secara komposit, akan diperoleh bahan baru yang disebut beton
bertulang. Beton bertulang ini mempunyai sifat sesuai dengan sifat bahan
penyusunnya, yaitu sangat kuat terhadap beban tarik maupun beban tekan. Beban
tarik ditahan oleh baja tulangan, sedangkan beban tekan ditahan oleh beton (Ali
Asroni, 2017).
1) Beton memiliki kuat tarik yang rendah, sekitar sepersepuluh dari kuat tekannya.
2) Agar dapat menjadi suatu elemen struktur, material penyusun beton perlu dicampur,
dicetak dan setelah itu perlu dilakukan proses perawatan untuk mencapai kuat
tekannya.
3) Biaya pembuatan cetakan beton cukup tinggi, dapat menyamai harga beton yang
dicetak.
4) Ukuran atau dimensi penampang struktur beton umumnya lebih besar dibandingkan
dengan struktur baja, sehingga akan menghasilkan struktur yang lebih berat.
5) Adanya retakan pada beton akibat susut beton dan beban hidup yang bekerja.
6) Mutu beton sangat tergantung pada proses pencampuran material maupun proses
pencetakan beton sendiri.
untuk tulangan geser (atau begel, atau sengkang). Mengacu SNI 03-6861-2002,
pengelompokan baja tulangan untuk beton bertulang sebagamana ditunjukan pada tabel
berikut :
Tabel 2. 1 Mutu Tulangan baja, spesifikasi bahan bangunan dari besi/baja (Sumber: SNI 03-6861-
2002)
Kuat Leleh Kuat Tarik
Jenis Kelas Simbol Minimum, fy, Minimum, fu, kg/m2
kg/mm2 (MPa) (MPa)
minimum yang harus disediakan untuk tulangan harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
melakukan analisis dan desain struktur, perlu adanya gambaran yang jelas mengenai
perilaku dan besar beban yang bekerja pada struktur beserta karakteristiknya.
Beban adalah gaya luar yang bekerja pada suatu struktur. Beban-beban yang
bekerja pada struktur bangunan dapat berupa kombinasi dari beberapa beban yang terjadi
secara bersamaan. Untuk memastikan bahwa suatu struktur bangunan dapat bertahan
selama umur rencananya, maka pada proses perancangan dari struktur perlu ditinjau
beberapa kombinasi pembebanan yang mungkin terjadi.
Menurut Pasal 3.1 SNI 1727-2013, beban mati adalah berat seluruh bahan
konstruksi bangunan gedung yang terpasang, termasuk dinding, lantai, atap, plafon,
tangga, dinding partisi tetap, finishing, klading gedung dan komponen arsitektur dan
struktural lainnya serta peralatan layan terpasang lain termasuk berat keran.
11
Menurut Pasal 4.1 SNI 1727-2013, beban hidup adalah beban yang diakibatkan
oleh penggunaan dan penghunian bangunan gedung atau struktur lainyang tidak termasuk
beban konstruksi dan beban lingkungan, seperti beban angin, beban hujan, beban gempa,
beban banjir, maupun beban mati.
Sementara itu, beban hidup pada atap dan/atau bagian atap serta struktur tudung
(canopy) yang dapat dicapai dan dibebani oleh orang, harus diambil minimum sebesar
100 kg/m2 bidang datar.
1) Tekanan tiup ditepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai harus diambil minimum 40
kg/m2.
2) Untuk bangunan di daerah tertentu yang kemungkinan tekanan tiupnya lebih dari
40 kg/m2, seperti daerah dekat laut yang mana kecepatan anginnya menghasilkan
tekanan tiup yang lebih besar daripada yang telah ditentukan.
V2
p= (kg/m2) .......................................................................................
16
(2.2.1)
Keterangan :
p = Tekanan tiup angin (kg/m2)
V = kecepatan angin (m/s)
3) Untuk cerobong, tekanan tiup (p) harus ditentukan dengan rumus (42,5 + 0,6h),
denga h adalah tinggi cerobong seluruhnya dalam meter. Nilai tekan tiup yang
diperoleh masik harus dikalikan dengan suatu koefisien angin, guna mendapatkan
gaya resultan yang bekerja pada struktur sebesar 0,5 (koefisien reduksi).
Tabel 2. 6 Koefisien angin untuk bidang atap pelana biasa tanpa dinding (Sumber: SKBI-1987)
15
Bidang atap di
Kemiringan Atap Bidang atap lain
pihak angin
I. 00 < α <200 −1,2 −0,4
0
α > 30 −0,8 −0,8
II. α =30
0
+1,2 +0,4
0
10 <α <20
0
+0,8 0,0
α =300 +0,8 −0,4
0 +0,5
α > 30
α
−0,4− −¿
300
¿
Tabel 2. 7 Koefisien angin untuk bidang atap miring sepihak tanpa dinding (Sumber: SKBI-1987)
(1) Gedung
tertutup
16
(2) Gedung
terbuka
sebelah
( Atap I II
3) pelana
biasa
tanpa
dinding
pelana
terbalik
tanpa
dinding
Beban gempa merupakan beban yang bekerja pada struktur akibat pergerakan tanah
yang disebabkan karena adanya gempa bumi, baik dalam arah vertikal maupun horizontal
18
sehingga dapat mempengaruhi struktur tersebut. Pada beberapa kasus umumnya pengaruh
dalam arah horizontal lebih menentukan daripada pengaruh gempa arah vertikal.
Gaya gempa dalam arah vertikal hanya sedikit mengubah gaya gravitasi yang
bekerja pada struktur yang umumnya direncanakan terhadap gaya vertikal dengan faktor
kearnanan yang cukup tinggi. Oleh sebab itu, struktur jarang runtuh akibat gaya gempa
vertikal. Sebaliknya gaya gempa horizontal bekerja pada titik-titik yang lemah pada
struktur sehingga dapat menyebabkan keruntuhan.
Massa dan kekakuan struktur, juga periode alami getaran yang berkaitan,
merupakan faktor terpenting, yang mempengaruhi respon keseluruhan struktur terhadap
gerakan dan besar serta perilaku gaya-gaya yang timbul sebagai akibat gerakan tersebut.
Salah satu cara untuk memahami fenomena-fenomena yang terlibat dapat ditinjau terlebih
dahulu bagaimana suatu struktur kaku memberikan respon terhadap gerak getaran
sederhana. Struktur mempunyai fleksibilitas seperti umumnya struktur gedung.
Gambar 2. 2 Peta percepatan batuan dasar periode 1 detik (S1) 2% dalam 50 tahun.
(Sumber: http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/)
20
Dalam SNI 1726-2012 Pasal 7, dijelaskan prosedur analisis dan desain seismik
yang digunakan dalam perencanaan struktur bangunan gedung dan komponennya.
Tabel 2. 9 Kategori resiko dan Faktor Keutamaan Gempa (Sumber: SNI 1726-2012)
Kategori Faktor Ketahanan
Jenis Pemanfaatan
Resiko Gempa
Gedung dan struktur lainnya yang memiliki I 1,00
resiko rendah terhadap jiwa manusia pada
21
pertahanan nasional.
Gedung dan struktur lainnya, yang
kegagalannya dapat menimbulkan bahaya
bagi masyarakat.
Gedung dan struktur lainnya yang dibutuhkan
untuk mempertahankan fungsi struktur
bangunan lain yang masuk dalam kategori
resiko IV.
Ń atau
Kelas Situs V́ s (m/detik) Ś U (kPa)
Ń ch
Nilai Fa dan Fv sendiri juga akan digunakan untuk menghitung parameter respons
percepatan pada periode pendek (SMS) dan pada periode 1 detik (SM1), yang ditentukan
sebagai berikut:
S MS =F a S s ...........................................................................................( 2.2.2)
Tabel 2. 14 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada perioda 1
detik, SD1 (Sumber: SNI 1726-2012)
Kategori risiko
Nilai SD1
I atau II atau III IV
SD1 < 0,167 A A
0,167 ≤ SD1 < 0,33 B C
0,33 ≤ SD1 < 0,50 C D
0,50 ≤ SD1 D D
Prosedur analisis dan desain seismik yang digunakan dalam perencanaan struktur
bangunan gedung dan komponennya harus seperti yang ditetapkan dalam Pasal 7.1.1
SNI-1726-2012. Struktur bangunan gedung harus memiliki sistem penahan gaya lateral
dan vertikal yang lengkap, yang mampu memberikan kekuatan, kekakuan, dan kapasitas
disipasi energi yang cukup untuk menahan gerak tanah desain dalam batasan-batasan
kebutuhan deformasi dan kekuatan yang disyaratkan. Gerak tanah desain harus
diasumsikan terjadi di sepanjang setiap arah horizintal struktur bangunan gedung.
Kecukupan sistem struktur harus ditunjukan melalui pembentukan model matematik dan
pengevaluasian model tersebut untuk pengaruh gerak tanah desain. Gaya gempa desain,
dan distribusinya di sepanjang ketinggian struktur bangunan gedung, harus ditetapkan
berdasarkan salah satu prosedur yang sesuai dan gaya dalam serta deformasi yang terkait
pada komponen elemen struktur tersebut harus ditentukan. Prosedur alternatif yang
disetujui tidak boleh dipakai untuk menentukan gaya gempa dan distribusinya kecuali
bila gaya-gaya dalam dan deformasi yang terkait pada komponen/elemen strukturnya
ditentukan menggunakan model yang konsisten dengan prosedur yang diadopsi.
1. Untuk T ≤ T0, spektrum respons percepatan desain, Sa, harus diambil dari
persamaan;
T
(
S a=S DS 0,4+0,6
T0 ) ........................................................................( 2.2.6)
Dengan:
SD1
T 0=0,2 ..........................................................................................( 2.2.7)
S DS
2. Untuk T0 ≤ T ≤ TS, spektrum respons percepatan desain, Sa, sama dengan SDS;
SD 1
T s= ................................................................................................(
S DS
2.2.8)
3. Untuk perioda lebih besar dari TS, spektrum respons percepatan desain, Sa, diambil
berdasarkan persamaan:
S
S a= D 1 ................................................................................................(
T
2.2.9)
Adapun grafik spektrum respon gempa untuk daerah tinjauan ulang kekuatan
struktur gedung rumah sakit yang ada di kecamatan babakan madang, kabupaten bogor
terdapat pada Gambar 2.5.
V =C S ∙ W ...........................................................................................
(2.2.10)
Keterangan :
29
S DS
C S=
( RI )
e
.............................................................................................
(2.2.11)
2
S DS = S MS .........................................................................................(2.2.12)
3
S MS =F v S S ..........................................................................................(2.2.13)
Keterangan:
Fv = Koefisien situs.
Nilai C S yang dihitung sesuai dengan persamaan 2.2.16 tidak perlu melebihi:
SD1
C S=
T
( IR )
e
.............................................................................................(2.2.14)
2
S D 1= S M1 ..........................................................................................(2.2.15)
3
S M 1=F v S 1 ..........................................................................................(2.2.16)
0,5 S 1
C S=
R .............................................................................................(2.2.18)
( )
Ie
Keterangan:
Tabel 2. 15 Koefisien untuk batas atas pada periode yang dihitung (Sumber: SNI 1726-2012)
Parameter percepatan respons spektral desain pada 1 detik, SD1 Koefisien CU
≥ 0,4 1,4
0,30 1,4
0,20 1,5
31
0,15 1,6
≤ 0,1 1,7
Tipe Struktur Ct x
Sistem rangka pemikul momen di mana rangka
memikul 100 persen gaya gempa yang disyaratkan dan
tidak dilingkupi atau dihubungkan dengan komponen
yang lebih kaku dan akan mencegah rangka dari
defleksi jika dikenai gaya gempa
a
Rangka baja pemikul momen 0,0724 0,8
Rangka beton pemikul momen 0,0466
a
0,9
Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731a 0,75
Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk 0,0731
a
0,75
Semua sistem struktur lainnya 0,0488a 0,75
Menurut Pasal 7.8.3 SNI 1726-2012 untuk menghitung gaya gempa lateral ( F x )
(kN) yang timbul di semua tingkat harus ditentukan dari persamaan berikut:
F x =C vx V ............................................................................................ (2.2.20)
k
w x hx
C vx= n
..................................................................................... (2.2.21)
∑ wi hki
i=I
Keterangan:
V = Gaya lateral desain total atau geser di dasar struktur, dinyatakan dalam
kilonewton (kN).
Keterangan:
Fi adalah bagian dari geser dasar seismik (V) yang timbul di tingkat i,
dinyatakan dalam kilo newton (kN).
beban yang cukup besar. Beban yang besar terjadi pada atap datar karena saluran yang
mampat. Dengan menggenangnya air, atap akan mengalami lendutan sehingga air akan
semakin mengumpul dan mengakibatkan lendutan yang semakin besar. Proses ini
dinamai genangan (ponding) dan akhirnya dapat menyebabkan runtuhnya atap.
1) Faktor keamanan yang berkaitan dengan beban luar yang bekerja pada struktur,
disebut faktor beban.
2) Faktor keamanan yang berkaitan dengan kekuatan struktur (gaya dalam), disebut
1. Jika struktur atau komponen struktur hanya menahan beban mati D saja, maka
dirumuskan:
U = 1,4 D ............................................................................................(2.3.23)
2. Jika berupa kombinasi beban mati D dan beban hidup L, maka dirumuskan:
U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (Lr atau R) .....................................................(2.3.24)
3. Jika berupa kombinasi beban mati D, beban hidup L dan beban angin W, maka
diambil pengaruh yang paling besar dari tiga macam rumus berikut:
34
sehingga berfungsi sebagai diafragma atau atau unsur pengaku horizontal yang
mendukung ketegaran portal. `
Beban-beban yang bekerja pada pelat beton bertulang umumnya adalah beban
tegak lurus bidangnya atau beban gravitasi yang berupa beban mati dan beban hidup,
beban tersebut menyebabkan pelat mengalami momen lentur sehingga pelat beton
bertulang direncakan seperti pada kasus balok beton bertulang.
Pelat beton bertulang dapat ditumpu oleh dinding, balok, kolom atau dapat juga
terletak langsung di atas tanah (slab on ground). Pada struktur balok-pelat, umumnya
balok-pelat dicor secara bersamaan sehingga menghasilkan suatu kesatuan struktur yang
monolit. Ketebalan dari pelat beton umumnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan
ukuran bentangnya.
(c) Pelat ditumpu balok baja dengan (d) Pelat ditumpu kolom secara langsung (pelat
sistem komposit cendawan)
A. Terletak bebas
Keadaan dimana pelat diletakan begitu saja di atas balok, atau diantara pelat
dan balok tidk dicor bersama-sama, sehingga pelat dapat berotasi bebas pada
tumpuan tersebut. Pelat yang ditumpu oleh tembok juga termasuk dalam kategori
terletak bebas.
B. Terjepit elastis
Keadaan dimana pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit, tetapi
ukuran balok cukup kecil, sehingga balok tidak cukup kuat untuk mencegah
terjadinya rotasi pelat.
Keadaan dimana pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit, dan
ukuran balok cukup besar, sehingga mampu untuk mencegah terjadinya rotasi pelat.
Pelat satu arah adalah pelat yang memiliki tulangan pokok pada satu arah, ini
terjadi ketika pelat beton bertulang lebih dominan menerima beban yang
mengakibatkan momen lentur pada satu arah bentang saja. Contoh pelat satu arah
adalah pelat kantilever dan pelat yang ditumpu oleh 2 tumpuan sejajar.
Karena momen lentur hanya bekerja pada satu arah saja, yaitu searah bentang
L, maka tulangan pokok juga dipasang searah bentang L tersebut. Untuk menjaga
agar kedudukan tulangan pokok (pada saat pengecoran beton) tidak berubah dari
tempat semula, maka dipasang pula tulangan tambahan yang arahnya tegak lurus
tulangan pokok.
Pelat dengan tulangan pokok dua arah akan dijumpai jika pelat beton
menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang dua arah. Contoh pelat
dua arah adalah pelat yang ditumpu oleh 4 (empat) sisi yang saling sejajar.
Karena momen lentur bekerja pada 2 arah, yaitu searah dengan bentang l x dan
bentang ly, maka ulangan pokok juga dipasang pada 2 arah yang saling tegak lurus
(bersilangan), sehingga tidak perlu tulangan bagi. Tetapi pada pelat didaerah
tumpuan hanya bekerja momen lentur satu arah saja, sehingga untuk daerah
tumpuan ini tetap dipasang tulangan pokok dan tulangan bagi.
Untuk menentukan besaran momen lentur yang dipikul oleh suatu struktur
pelat dapat digunakan metode desain langsung seperti telah dijelaskan sebelumnya.
Namun metode desain langsung hanya dapat digunakan apabila beban merata yang
bekerja adalah seragam, dan jarak antar kolom penopang pelat seragam pula atau
tidak berbeda jauh. Selain kedua kondisi tersebut, maka metode perencanaan
langsung tidak akan memberikan hasil yang memuaskan oleh karena itu sebagai
alternatif untuk menentukan gaya-gaya dalam pada suatu sistem struktur pelat,
dapat menggunakan metode rangka ekivalen.
Dalam SNI 2847-2013 dijelaskan mengenai perancangan pelat satu arah pada
Pasal 9.5.2. Tebal minimum yang ditentukan dalam Tabel 2.17 berlaku untuk
konstruksi satu arah yang tidak menumpu atau tidak disatukan dengan partisi atau
kontruksi lain yang mungkin akan rusak akibat lendutan yang besar, kecuali bila
perhitungan lendutan menunjukkan bahwa ketebalan yang lebih kecil dapat
digunakan tanpa menimbulkan pengaruh yang merugikan.
Tabel 2. 17 Tebal (h) minimum balok non-prategang atau pelat satu arah bila
lendutan tidak dihitung (Sumber: SNI 2847-2013)
43
Tebal minimum, h
Tertumpu Satu ujung Kedua ujung
Kantilever
sederhana menerus menerus
Komponen struktur Komponen struktur tidak menumpu atau tidak
dihubungkan dengan partisi atau konstruksi lainnya
yang mungkin rusak oleh lendutan yang besar
Pelat masif satu-arah L/20 L/24 L/28 L/10
Balok atau pelat
L/16 2L/18,5 L/21 L/8
rusuk satu-arah
Catatan :
Panjang bentang dalam mm.
Nilai yang diberikan harus digunakan langsung untuk komponen struktur
dengan beton normal dan tulangan tulangan Mutu 420 MPa. Untuk kondisi
lain, nilai di atas harus dimodifikasi sebagai berikut :
a. Untuk struktur beton ringan dengan berat jenis (equilibrium density), Wc,
di antara 1440 sampai 1840 kg/m3, nilai tadi harus dikalikan dengan
(1,65-0,0003Wc) tetapi tidak kurang dari 1,09.
b. Untuk fy selain 420 MPa, nilainya harus dikalikan dengan (0,4 + fy/700).
Apabila lendutan harus dihitung, maka lendutan yang terjadi seketika sesudah
bekerjanya beban harus dihitung dengan metoda atau formula standar untuk
lendutan elastis, dengan memperhitungan pengaruh retak dan tulangan terhadap
kekakuan komponen struktur.
Dalam SNI 2847-2013 menjelaskan ketentuan desain pelat dua arah pada
Pasal 9.5.3. Syarat tebal minimum pelat menurut SNI 2847-2013 adalah sebagai
berikut:
h=
[
l n 0,8+
fy
1400 ] .......................................................................
36+5 β ( α fm−0,2)
(2.4.31)
l ny
β= .........................................................................................
l nx
(2.4.32)
dan tidak boleh kurang dari 125 mm
3. Untuk α fm ≥ 2,0 ketebalan pelat minimum harus memenuhi persamaan
sebagai berikut ini:
h=
[
l n 0,8−
fy
1400 ] .............................................................................
36−9 β
(2.4.33)
Dan tidak boleh kurang dari 90 mm
4. Untuk α fm < 2,0, h= ketebalan minimum pelat tanpa balok (Tabel 12.
Keterangan:
h = tebal pelat minimum (cm).
Fy = tulangan leleh baja tulangan (MPa).
α = rasio kekuatan lentur penampang balok terhadap kuat lentur pelat
dengan lebar yang dibatasi secara lateral oleh garis sumbu tengah dari
panel-panel yang bersebelahan (bila ada) pada tiap sisi balok.
αfm = nilai rata-rata untuk semua balok pada tepi-tepi dari suatu panel.
β = rasio bentang bersih dalam suatu arah memanjang terhadap arah
memendek dari pelat dua arah.
�n = panjang bentang bersih dalam arah memanjang dari konstruksi dua
arah, diukur dari muka ke muka tumpuan pada pelat tanpa balok dan
muka ke muka balok atau tumpuan lain pada kasus lainnya.
5. Pada tepi yang tidak menerus, balok tepi harus mempunyai rasio kekakuan α
tidak kurang dari 0,8.
E I
α = cb b ......................................................................................
Ecb I p
(2.4.34)
45
1 3
I p= .t .l .................................................................................
12
(2.4.35)
Keterangan:
Ecb = Modulus elastisitas balok beton
Ecp = Modulus elastisitas pelat beton
Ib = Momen inersia terhadap sumbu pusat penampang bruto balok
Ip = Momen inersia terhadap sumbu pusat penampang bruto pelat
Tabel 2. 18 Tebal mnimum pelat tanpa balok dalam (Sumber: SNI 2847-2013)
Tanpa penebalan panel Dengan penebalan panel
Fy Panel luar Panel luar
(MPa) Panel Panel
Tanpa Dengan dalam Tanpa Dengan dalam
balok tepi balok tepi balok tepi balok tepi
280 l n /33 l n /36 l n / 36 l n /36 l n / 40 l n / 40
420 l n /30 l n /33 l n / 33 l n /33 l n /36 l n /36
520 l n /28 l n /31 l n / 31 l n /31 l n / 34 l n /34
Catatan:
Tebal minimum pelat tanpa balok dalam tidak boleh kurang dari 120mm
(untuk pelat tanpa penebalan panel), atau tidak kurang dari 100mm (untuk pelat
dengan penebalan panel). Untuk panel tepi yang tidak menerus, maka balok tepi
harus mempunyai rasio kekakuan α yang tidak kurang dari 0,8 atau sebagai
alternatif, ketebalan maksimum yang dihitung dari Persamaan 2.4.1 dan 2.4.3 harus
dinaikam minimal 10%.
k4 1 1 2 1 2 5 k2 5 k2
1 . q .
x xl . q . l 1− 1− - -
4
1+ k 4 1+ k 8 8 y y 6 1+k 4 6 1+k 4
4 2 2
5k 2 9 12 2 75 k 5 k 1
2
4
. q .
x x l . q .
y y l 1− 1− . q x . lx2 -
4
2+5 k 2+5 k 128 8 32 2+5 k
4
3 2+5 k
4
8
4 2 2
5k 1 1 21 2 25 k 5 k 1
3
4
. q .l
x x . q .
y y l 1− 1− . qx . l x 2 -
4
1+5 k 1+5 k 24 8 18 1+k
4
6 1+k
4
12
4 2
k 1 9 29 2 15 k 15 k 2 1 1
4
4
. q .
x x l . q y .l
1−y 1− . q x . lx2 . q y . l y2
4
1+ k 1+ k 128 128 32 1+ k
4
32 1+ k
4
8 8
4 2 2
2k 1 1 9 2 5 k 15 k 1 1
5
4
. q x .l x2 . q y .l1−y 1− . qx . l x 2 . q y . l y 2
4
1+2 k 1+2 k 24 128 9 1+2 k 4
32 1+ 2 k 4
12 8
k4 1 1 21 2 5 k2 5 k2 1 1
6
4
. q .l
x x . q .
y yl 1− 1− . qx . l x 2 . q y .l y 2
4
1+ k 1+ k 24 24 18 1+ k 4
18 1+ k 4
12 12
Catatan:
Perletakan sendi Perletakan Jepit
Keterangan:
ly
k = Koefisien momen yang tergantung dari dan kondisi tumpuan (Tabel
lx
Marcus)
−b ± √ b2−4 ac
ρmin = .....................................................................................
2a
(2.4.38)
Mn
b d 2=
fy
(
ρ . fy . 1−0,59
f'c
.ρ ) .................................................................................
(2.4.39)
Pada struktur balok terdapat 3 beban yang bekerja yaitu momen lentur, gaya geser,
dan torsi. Akibat beban yang bekerja pada balok, maka diberikan tulangan pokok
longitudinal untuk mendukung momen lentur serta tulangan geser (begel) serta untuk
mendukung gaya geser dan torsi. Tulangan pokok dipasang memanjang yang sesuai pada
arah penampang balok serta tulangan geser (begel) dipasang vertikal mengelilingi
tulangan pokok longitudinal.
Persyaratan lendutan balok telah ditentukan sesuai dengan Pasal 9.5.2.1. SNI 2847-
2013 seperti yang tercantum pada Tabel 2.12, tanpa harus melaksanakan pengecekan
terhadap lendutan.
Gambar 2. 13 Tebal Minimum Balok Non-Prategang atau Pelat Satu Arah Bila Lendutan
Tidak Dihitung
Tebal minimum, h
Tertumpu Satu ujung Kedua ujung Kantileve
sederhana menerus menerus r
Komponen struktur Komponen struktur tidak menumpu atau tidak
dihubungkan dengan partisi atau konstruksi lainnya
yang mungkin rusak oleh lendutan yang besar
Pelat masif satu-arah L/20 L/24 L/28 L/10
Balok atau pelat
L/16 L/18,5 L/21 L/8
rusuk satu-arah
Catatan :
Panjang bentang dalam mm.
Nilai yang diberikan harus digunakan langsung untuk komponen struktur
dengan beton normal dan tulangan tulangan Mutu 420 MPa. Untuk kondisi
lain, nilai di atas harus dimodifikasi sebagai berikut :
49
Tebal minimum, h
a. Untuk struktur beton ringan dengan berat jenis (equilibrium density), Wc,
di antara 1440 sampai 1840 kg/m3, nilai tadi harus dikalikan dengan
(1,65-0,0003Wc) tetapi tidak kurang dari 1,09.
b. Untuk fy selain 420 MPa, nilainya harus dikalikan dengan (0,4 + fy/700).
Sedangkan pemilihan lebar balok (b) diambil tidak boleh kurang dari sama dengan
h f
. Untuk f y selain 400 MPa harus dikalikan dengan ( 0,4+ y ).
2 700
Jika balok menahan momen lentur cukup besar, maka pada serat-serat
balok bagian atas akan mengalami tegangan tekan dan pada serat-serat balok
bagian bawah mengalami tegangan tarik. Untuk serat-serat balok bagian atas
yang mengalami tegangan tekan, tegangan ini akan ditahan oleh beton,
sedangkan untuk serat-serat balok yang mengalami tegangan tarik akan ditahan
oleh baja tulangan, kerena kuat tarik beton diabaikan ( Pasal 10.2.6. SNI 2847
-2013 ).
50
a=β 1 c ........................................................................................(2.4.44)
c : jarak antara garis netral dan tepi serat beton tekan (mm)
ds : jarak antara titik berat tulangan tarik dan tepi serat beton tarik (mm)
f’c : tegangan tekan beton yang disyaratkan pada umur 28 hari (MPa)
f s=ε s Es ......................................................................................(2.4.45)
Selanjutnya akan ditinjau batasan rasio tulangan baja yang diizinkan salam
suatu komponen struktur lentur. Dalam SNI 2847:2013 pasal 10.3.5 menyaratkan
nilai εt pada kondisi kuat lentur nominal harus ≥ 0,004.
53
A= β1 . c ....................................................................................(2.4.66)
c : Jarak antara garis netral dan tepi serat beton tekan (mm)
ds : Jarak anatara titik berat tulangan tarik dan tepi serat beton tarik (mm)
55
ds’ : Jarak anatara titik berat tulangan tekan dan tepi serat beton tekan (mm)
f’c : Tegangan tekan beton yang disyaratkan pada umur 28 hari (MPa)
f s=ε s Es ....................................................................................(2.4.67)
a−β 1 d s '
ε 'S= 0,003 .....................................................................(2.4.70)
c
fy fy
ε y= = ........................................................................(2.4.71)
E s 200000
56
a−β 1 d s '
f s ’= 600 .................................................................................(2.4.72)
a
dengan ketentuan f s ’ ≥0
1. Momen internal (Mu1) yang dihasilkan dari gaya tekan pada beton dan gaya
tarik ekuivalen pada tulangan baja, As1.
T 1 =Cc
A s 1 f y =0,85 f ' c ab
Dengan a adalah tinggi blok tegangan dari beton:
As1 f y
a= .................................................................................
0,85 f ' c b
(2.4.73)
Didapat persamaan Mu1 sebagai berikut:
a
M u 1=ϕ A s 1 f y d−
2 ( )
..............................................................(2.4.74)
Mu2 merupakan momen internal yang timbul dari gaya tekan pada
tulangan A’s dan gaya tarik tambahan dari tulangan As2.
M u 2=ϕ A s 2 f y ( d−d ' )=ϕ A ' s f y ( d−d ' ) ...............................(2.4.75)
2. Momen nominal total dari balok penampang persegi bertulangan rangkap,
Mn.
[ ( )
ϕ M n=M u 1 + M u 2=ϕ A s 1 f y d−
a
2
+ A ' s f y ( d−d ' )
] .....(2.4.76)
fy
[ ( )
c−d '
A s f y = A ' s 600
c ]
−0,85 f ' c + 0,85 f ' c β1 cb
terjadinya lendutan yang bertambah besar dan adanya retak lebar sebelum terjadi
keurunthan, tanapa daktilitas yang cukup pada struktur keruntuhan akibat gaya geser
dapat terjadi secara tiba-tiba tanpa adanya indikasi-indikasi kegagalan. Untuk itu balok
harus didesain sedemikian rupa sehingga kegagalan akibat gaya geser tidak terjadi
sebelum kegagalan lentur.
Beton merupakan material yang lemah terhadap gaya tarik, gaya tarik pada balok
beton mengakibatkan retakan-retakan pada beton yang disebabkan oleh gaya tarik aksial,
momen lentur, gaya geser, torsi atau kombinasi dari gaya gaya tersebut. Retak geser-
lentur merupakan retakan yang sering terjadi pada balok beton letakan ini terjadi ketika
retak diagonal yang terjadi di dekat tumpuan bertemu dengan retak lentur. Retak lentur
terjadi lebih dahulu dalam arah vertikal kemudian terjadi retak diagonal dari sisi atas
balok ketika terjadi tegangan geser di daerah tersebut. Oleh karena itu, di daerah yang
terjadi tegangan geser pada balok yang cukup tinggi harus diperkuat dengan tulangan
geser agar balok memiliki daktilitas yang cukup untuk mencegah terjadinya keruntuhan
akibat geser. Untuk menghindari terjadinya kegagalan geser terjadi sebelum kegagalan
lentur dalam SNI 2847-2013 faktor keamanan untuk geser memiliki nilai yang lebih
besar dibandingkan dengan lentur yaitu sebesar ϕ = 0,75.
Tahanan geser pada balok beton bertulang didapatkan dari kombinasi beberapa
mekanisme berikut:
1. Tahanan geser beton yang didasrkan pada penampang yang masih utuh belum
mengalami retak, Vz.
2. Transfer geser antar muka akibat lekatan agregat sepanjang bidang retak, Va.
3. Tahanan yang diberikan oleh tulangan memanjang, Vd.
Selain itu tulangan geser memberikan tambahan tahanan geser, Vs, yang tergantung
pada diameter dan jarak antar tulangan geser. Tulangan geser memiliki kontribusi pada
kuat geser yang cukup setelah terjadi retak diagonal pada balok beton, dan redistribusi
gaya internal yang terjadi pada daerah yang terjadi keretakan.
59
Gambar 2. 16 Mekanisme Tahanan Geser dan Retak Geser-Lentur Pada Balok Beton
Bertulang
1. Pasal 11.1.1 SNI 2847-2013, gaya geser rencana, gaya geser nominal, gaya geser
yang ditahan oleh beton dan begel dirumuskan:
V r =ϕ V n dan ϕ V n ≥ V u .......................................................................
(2.4.84)
V n=V c +V s .........................................................................................
(2.4.85)
Dengan :
Vr = Gaya geser rencana, kN
Vn = Gaya geser nominal, kN
Vc = Gaya geser yang ditahan oleh beton, kN
Vs = Gaya geser yang ditahan oleh begel, kN
� = Faktor reduksi geser = 0,75
2. Pasal 11.1.3.1 SNI 2847-2013, nilai Vu boleh diambil pada jarak d (menjadi V ud )
dari muka kolom, sebagai berikut:
x
V ud=V ut + ( V u−V ut ) ....................................................................(2.4.86)
y
3. Pasal 11.2.1 SNI 2847-2013, gaya geser yang ditahan oleh beton (Vc) dihitung
dengan rumus:
1
V c = √ f ' c ∙ bd ...................................................................................
6
(2.4.87)
60
4. Pasal 11.4.7.1 SNI 2847 – 2013, gaya geser yang ditahan oleh begel (Vs) dihitung
dengan rumus:
( V u −ϕ V c )
V s= ........................................................................................
ϕ
(2.4.88)
5. Pasal 11.4.7.9 SNI 2847-2013
2
V s harus ≤ √ f ' c ∙ bd ..........................................................................
3
(2.4.89)
6. SNI 2847-2013, luas tulangan geser permeter panjang balok yang diperlukan (A v,u)
dihitung dengan memilih nilai terbesar dari rumus berikut:
a. Pasal 11.4.7.2
V ∙S
A v , u= s .......................................................................................
f y∙d
(2.4.90)
b. Pasal 11.4.6.3
b∙S
A v , u= ........................................................................................
3fy
(2.4.91)
c. Pasal 11.4.6.3
75 √ f ' c ∙ b ∙ S
A v , u= ..............................................................................
1200 f y
(2.4.92)
7. Spasi begel (s) dihitung dengan rumus berikut:
1
n πd p2 S
4 ..........................................................................................
s=
Av ,u
(2.4.93)
1
a. Pasal 11.4.5.1 untuk V s < f ' bd
3√ c
................................................(2.4.94)
d
maka s ≤ dan s ≤600 mm
2
1
b. Pasal 11.4.5.3 untuk V s > f ' bd
3√ c
................................................(2.4.95)
d
maka s ≤ dan s ≤300 mm
4
61
Keterangan:
Menurut pasal 13.6.1 SNI 2847-2013, Pengaruh puntir dapat diabaikan jika momen
puntir terfaktor Tu memenuhi syarat berikut:
2
T u ≤ ϕ 0,083 λ √ f ' c ( )
A cp
Pcp
dengan ϕ=0,75 ......................................(2.4.96)
Keterangan:
Beban-beban yang bekerja yaitu beban aksial, momen lentur dan gaya geser. Akibat
beban yang diterimanya, maka kolom diberi tulangan longitudinal untuk menahan beban
aksial, momen lentur, serta menggunakan tulangan begel untuk menahan gaya geser.
Tulangan longitudinal kolom dipasang searah memanjang dengan penampang kolom dan
tulangan begel dipasang horisontal mengelilingi tulangan longitudinal kolom.
Kolom merupakan komponen struktur vertikal dari rangka yang mendapat beban
tekan sentris maupun eksentris dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga
kali dimensi lateral terkecil. Kolom menyalurkan beban-beban dari elevasi tinggi menuju
62
elevasi yang lebih bawah hingga ke tanah melalui pondasi. Kolom merupakan batang
tekan sehingga keruntuhan pada satu kolom adalah lokasi kritis yang dapat menyebabkan
collapse atau runtuhnya lantai yang bersangkutan, dan juga runtuh batas total (ultimate
total collapse) atau runtuhnya seluruh struktur.
Berdasarkan SNI 2847-2013 ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
mendesain kolom, di antaranya adalah:
1. Kolom harus dirancang untuk menahan gaya aksial dari beban terfaktor pada semua
lantai atau atap dan momen maksimum dari beban terfaktor pada satu bentang
lantai atau atap bersebelahan yang ditinjau. Kondisi pembebanan yang memberikan
rasio momen maksimum terhadap beban aksial harus juga ditinjau.
2. Pada rangka atau konstruksi menerus, pertimbangan harus diberikan pada pengaruh
beban lantai atau atap tak seimbang pada baik kolom eksterior dan interior dan dari
pembebanan eksentris akibat penyebab lainnya.
3. Dalam menghitung momen akibat beban gravitasi pada kolom, dapat diasumsikan
ujung jauh kolom yang dibangun menyatu dengan struktur sebagai jepit.
4. Tahanan terhadap momen pada setiap tingkat lantai atau atap harus disediakan
dengan mendistribusikan momen di antara kolom-kolom langsung di atas dan di
bawah lantai ditetapkan dalam proporsi terhadap kekakuan kolom relatif dan
kondisi kekangan.
Berdasarkan pasal 10 SNI 2847-2013 desain beban aksial tidak boleh melebihi:
a. Kolom dengan beban aksial, beban kolom dianggap bekerja melalui pusat
penampang kolom.
b. Kolom dengan beban eksentris, beban kolom dianggap bekerja dalam jarak e
dari pusat penampang kolom. Jarak e diukur dalam arah sumbu x dan y yang
dapat menimbulkan momen.
c. Kolom dengan beban biaksial, beban kolom bekerja pada sembarang titik pada
penampang kolom, sehingga menimbulkan momen terhadap sumbu x dan y
secara simultan.
2. Berdasarkan panjangnya
a. Kolom pendek, adalah jenis kolom yang keruntuhannya diakibatkan oleh
hancurnya beton atau luluhnya baja di bawah kapasitas ultimit kolom tersebut.
b. Kolom panjang, adalah jenis kolom yang direncanakan memiliki kapasitas di
bawah kolom pendek dengan memperhitungkan rasio kelangsingan dan efek
tekuk.
3. Berdasarkan bentuk penampangnya
Ada beberapa jenis kolom menurut bentuk penampangnya, umumnya adalah
kolom bujur sangkar, kolom persegi panjang, kolom lingkaran dan kolom lainnya
dengan ukuran sisi yang mencukupi.
4. Berdasarkan jenis sengkang yang digunakan
a. Kolom dengan sengkang persegi yang mengikat tulangan vertikal dari kolom
secara tegak lurus, dan disusun dengan jarak tertentu sepanjang tinggi kolom.
b. Kolom dengan sengkang spiral adalah kolom yang memiliki pengikat tulangan
memanjang yang dipasang melingkar secara menerus sepanjang tinggi kolom.
Tulangan sengkang pada kolom, baik sengkang persegi maupun sengkang
spiral memiliki fungsi untuk mencegah tekuk pada tulangan memanjang dan
mencegah pecahnya selimut beton akibat beban tekan yang besar.
5. Berdasarkan materialnya
Kolom dapat berupa dari beton bertulang biasa, kolom beton prategang atau
kolom komposit yaitu kolom yang terdiri dari beton dan profil baja.
ataupun momen tambahan. suatu kolom disebut kolom pendek apabila memenuhi
persyaratan:
(2.4.100)
3. Untuk kolom yang tidak dapat bergoyang berlaku:
k ∙ ʎ nk M1
r
≤ 34−12
M2 ( )..........................................................................
(2.4.101)
r= √ I / A ............................................................................................
(2.4.102)
Keterangan:
k = faktor panjang efektif kolom.
ʎ nk = panjang bersih kolom, m.
r = radius girasi atau jari-jari inersia penampang kolom, m
= 0,3 . h (jika kolom berbentuk persegi), m.
M1 dan M2 = momen yang kecil dan yang besar pada ujung kolom, KNm.
I dan A = momen inersia dan luas penampang kolom, m4 dan m2.
Catatan :
Jika persyaratan pada persamaan 2.4.59 atau persamaan 2.4.60 tidak
terpenuhi, maka kolom tersebut termasuk kolom panjang.
Ketika sebuah kolom mengalami pembebanan aksial (P) dan momen lentur (M),
besarnya nilai momen lentur (M) dapat diekuivalenkan menjadi beban aksial (P) yang
bekerja pada jarak eksintrisitas e=M / P . Eksentrisitas merepresentasikan jarak dari
beban yang bekerja ke sumbu plastis penampang. Untuk kolom berpenampang simetris
titik berat plastis merupakan lokasi dari resultan gaya dari tulangan baja dan beton yang
mengalami tegangan tekan sebesar fy dan 0,85f’c. Desain kolom dilakukan berdasarkan
beban terfaktor yan tidak boleh lebih besar dari kuat rencana penampang, yaitu:
ϕ M n> M u
ϕ Pn > Pu
Dengan tinggi blok tegangan seperti halnya pada analisis penampang balok,
yaitu:
a=β 1 c ................................................................................................
(2.4.105)
3. Diagram interaksi
Diagram interaksi merupakan metode praktis dalam keperluan desain kolom.
Diagram interaksi memberikan beban runtuh dan momen runtuh pada penampang
kolom, untuk setiap nilai eksentrisitas dari nol hingga tak hingga. Dalam setiap
eksentrisitas memiliki pasangan Pn dan Mn masing-masing yang diplot dalam suatu
diagram. Garis radial merepresentasikan eksentrisitas e=M / P . Sumbu vertikal
merupakan nilai eksentrisitas e=0 serta P0 merupakan kapasitas kolom yang
dibebani secara konsentris.
P0=0,85 f ' c ( A g− A st ) + A st f y ..............................................(2.4.106)
Sedangkan, sumbu horizontal merepresentasikan nilai eksentrisitas tak hingga
yaitu lentur murni pada kapasitas momen M0. Eksentrisitas kecil menghasilkan
keruntuhan yang ditentukan oleh keruntuhan tekan beton, sedangkan eksentrisitas
besar menghasilkan keruntuhan tarik yang ditandai oleh luluhnya tulangan tarik.
Apabila Pn adalah beban aksial dan Pnb adalah beban aksial pada kondisi
balanced, maka:
Pn < Pnb Keruntuhan tarik
Pn = Pnb Keruntuhan balanced
Pn > Pnb Keruntuhan tekan
a. Keruntuhan balanced pada kolom:
600
c b= d ..................................................................................
600+ fy
(2.4.107)
600
ab =β 1 C b= β d ................................................................
600+ fy 1
(2.4.108)
Pnb=0,85 f ' c a b b+ A ' s f ' s −A s f s ...............................................(2.4.109)
h a
( )
M nb=Pnb eb =0,85 f ' c ab b − b + A' s f ' s −d ' + A s f s d−
2 2
h
2 ( ) ( ) h
2
.........................................................................................................(2.4.110)
C −d '
Dimana, f ' s=0,003 Es b ≤f y ................................................
Cb
(2.4.111)
b. Keruntuhan Tarik pada Kolom Segiempat:
Apabila tulangan tekan diasumsikan telah leleh, dan A ' s= A s , maka:
Pn=0,85 f ' c ab ..............................................................................
(2.4.112)
............................................................................(2.4.113)
Atau,
As
Jika, ρ= ρ' = ............................................................................(2.4.115)
bd
68
|(h
Pn=0,85 f ' c b −e +
2 ) √( ) h
2
2
−e +
2 A s f y ( d−d ' )
0,85 f ' c b | .....................(2.4.116)
fy
Dan jika m= , maka: ............................................................(2.4.117)
0,85 f ' c
Pn=0,85 f ' c bd
[ h−2 e
2d
+
√( h−2 e 2
2d ) + 2 mρ 1−
d'
(
d )] ....................(2.4.118)
balok-kolom. Ve tidak boleh lebih kecil daripada nilai yang dibutuhkan berdasarkan
hasil analisis struktur.
Perencanaan penampang terhadap geser harus didasarkan pada persamaan
sebagai berikut ini:
3.5.1 Basement
Basement adalah sebuah tingkat atau beberapa tingkat dari bangunan yang
keseluruhan atau sebagian terletak di bawah tanah seperti pada Gambar 2.9 dibawah ini.
Basement adalah ruang bawah tanah yang merupakan bagian dari bangunan gedung.
Karena posisinya tersebut basement harus mempunyai dinding yang kuat untuk menahan
tanah.
70
a. Kemantapan structural
b. Ketahanan
c. Pengeluaran kelembaban
d. Buildability
B. Beban mati yang bekerja pada lantai basement terdiri dari berat sendiri pelat,
beban spesi, dan beban penutup lantai.
C. Beban hidup yang bekerja untuk lantai parkir = 800 kg/m2
D. Beban yang diperhitungkan termasuk beban tekanan uplift air yang
ditentukan oleh tinggi muka air tanah.
E. Karena pelat lantai basement berhubungan langsung dengan tanah, maka
sebaiknya tebal selimut beton diambil >50 mm.
Untuk penulangan pelat lantai basement dapat mengikuti prosedur yang sama
dengan penulangan pelat lantai bangunan .
Mn Mu
K= = ...................................................................................
b . d ϕ . b . d2
2
(2.5.122)
Keterangan:
K = Koefisien tahanan
( √
a= 1− 1−
2K
0,85∙ f ' c
.d
) ....................................................................(2.5.123)
Dipilih luas tulangan pokok dengan memilih nilai yang besar berikut
0,85 ∙ f ' c ∙ a ∙ b
A s , u= ....................................................................................
fy
(2.5.124)
1,4
Jika f ' c ≤ 31,36 Mpa , maka A s , u= ∙b∙d ......................................(2.5.125)
fy
1 2
π ∙ D ∙b
4 ..............................................................................................
s=
A s ,u
(2.5.127)
penahan tanah. Menurut Pasal 14.5. SNI 2847-2013, Tebal dinding besmen (basement)
eksterior dan dinding fondasi tidak boleh kurang dari 190mm.
Pa = Ca.w.h .............................................................................................(2.5.128)
Pp = Cp.w.h .............................................................................................(2.5.129)
Dalam ilmu mekanika tanah dikenal teori Rankie (1857) untuk menghitung tekanan
aktif dan pasif. Teori Rankie mengasumsikan bahwa dinding penahan pada kondisi
vertikal, tidak ada gesekan antara tanah dan dinding, tanah homogen, tak termampatkan
dan isotropik selain itu tanah adalah lepas dan berada pada keadaan diam (at rest).
Tekanan tanah aktif di kedalaman h pada suatu dinding penahan tanah dengan urugan
tanah datar di belakang dinding, menurut teori Rankie, adalah.
Dengan:
Ca= ( 1−sinϕ
1+ sinϕ )
.....................................................................................(2.5.131)
76
Dimana ϕ = sudut geser dalam arti tanah (diperoleh dari hasil penyeledikian
laboratorium)
Tegangan Tanah
σ =γ unsat . H . Ca ................................................................................(2.5.132)
σ =γ sat . H . Ca ....................................................................................(2.5.133)
Tegangan Air
σ =γ W . H ............................................................................................
(2.5.135)
Dimana: γ W =100 kg /m 3
Tegangan Tanah Akibat Beban Merata
σ =q . Ca .............................................................................................
(2.5.136)
Dimana:
q = Beban bangunan (kg/m)
1. Penulangan Lentur
Koefisien ketahanan
Mu
K= ............................................................................................
ϕ. b . d 2
(2.5.137)
[ √
a= 1− 1−
2K
0,8 ∙ f ' c].d ....................................................................
(2.5.138)
Rasio tulangan
ρ perlu =
0,85∙ f ' c
fy [ √
1− 1−
2K
0,8 ∙ f ' c ] ......................................................
(2.5.139)
Syarat rasio penulangan
77
1. Pasal 14.5.3. ketebalan minimum dinding penahan adalah 1/25 kali tinggi atau
panjang dinding yang ditopang secara lateral (diambil yang terkecil), namum tidak
kurang dari 100 mm.
2. Pasal 14.3.2. rasio minimum tulangan vertikal terhadap luas brutto penampang
beton, ρ l harus diambil:
a. 0,0012 untuk tulangan ulir dengan diameter tidak lebih dari D16 dan fy tidak
kurang dari 420 Mpa.
b. 0,0015 untuk tulangan ulir lainnya, atau
c. 0,0012 untuk jaring kawat baja las yang berdiameter tidak lebih dari D16.
3. Pasal 14.3.3. rasio minimum horizontal terhadap luas brutto penampang beton,
ρ t harus diambil:
a. 0,0020 untuk tulangan ulir dengan diameter tidak lebih dari D16 dan fy tidak
kurang dari 420 Mpa.
b. 0,0025 untuk tulangan ulir lainnya, atau
c. 0,0020 untuk jaring kawat baja las yang berdiameter tidak lebih dari 16
4. Pasal 14.3.4. Apabila ketebalan dinding melebihi 250 mm, tulangan horizontal dan
vertikal harus diletakkan dalam dua lapis sejajar dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk dinding sisi luar, maka sekurang-kurangnya setengah dari tulangan, As
(namun tidak lebih dari 2/3 As) harus memiliki selimut beton minimum 50 mm
atau 1/3 ketebalan dinding.
b. Sisa tulangan yang ada di tempatkan pada sisi dalam dinding, dengan selimut
beton minimal 20 mm namun tidak kurang dari 1/3 ketebalan dinding.
5. Pasal 14.3.5. jarak maksimum antara tulangan vertikal dan horizontal diambil dari
nilai terkecil antara 450 mm atau 3 kali ketebalan dinding.
6. Tulangan minimum dari telapak dinding penahan tanah dapat diambil mengacu
pada SNI 2847:2013 Pasal 7.12.2.1, yang menyatakan bahwa perlu disediakan
tulangan susut dan suhu sebesar 0,0018bh (untuk tulangan dengan fy = 420 Mpa),
atau sebesar 0,0020bh (untuk tulangan dengan fy = 280 Mpa dan 350 MPa).
Persyaratan tulangan minimum untuk lentur pada balok dapat juga digunakan, yaitu
:
As min¿ √
f 'c 1,4
bd ≤ bd .................................................................(2.5.144)
4 fy fy
79
3.5.2 Fondasi
Fondasi adalah suatu konstruksi pada bagian dasar struktur (sub-structure) yang
berfungsi meneruskan beban dari bagian atas struktur (upper-structure) ke lapisan tanah
yang berada dibagian bawahnya tanpa mengakibatkan keruntuhan geser tanah dan
penurunan (settlement tanah atau pondasi) yang berlebihan. Pembangunan fondasi harus
dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap berat fondasi itu sendiri, beban-beban
berguna, dan gaya-gaya luar seperti tekanan angin, gempa, dan lain-lain.
Karena fondasi harus memikul seluruh bangunan dan beban-beban yang bekerja
padanya maka pondasi harus didesain sedemikian rupa sehingga proses penyaluran
beban-beban dari bangunan ke lapisan tanah dapat berlangsung dengan baik dan aman.
Pada perencanaan pondasi harus diperhatikan beberapa hal berikut:
1. Pondasi harus cukup kuat untuk mencegah penurunan (settlement) dan perputaran
(rotasi) yang berlebihan.
2. Tidak mengalami penurunan setempat yang terlalu besar bila dibandingkan dengan
pondasi di dekatnya.
3. Aman terhadap bahaya longsor,
4. Aman terhadap bahaya guling.
1. Fondasi dangkal (Shallow footing) adalah fondasi yang berada pada lapisan tanah
keras yang letaknya dekat dengan permukaan tanah (kedalaman dasar pondasi
maksimum 2 m dari tanah asli). Seperti fondasi setempat, fondasi pelat dan fondasi
menerus.
80
2. Fondasi dalam (Deep footing) adalah fondasi yang berada pada lapisan tanah keras
yang letaknya jauh dengan permukaan tanah (kedalaman tanah keras lebih dari 2
m). Seperti fondasi sumuran, fondasi tiang pancang, dan fondasi bored pile.
gedung ini jenis fondasi yang digunakan yaitu pondasi tiang bor (Bored Pile) yang
dikategorikan sebagai pondasi dalam.
Dalam peninjauan struktur gedung ini jenis fondasi yang digunakan yaitu fondasi
tiang bor (Bored Pile), fondasi Bored Pile adalah pondasi tiang dalam berbentuk tabung
yang berfungsi meneruskan beban bangunan kedalam permukaan tanah. Fungsinya sama
dengan pondasi dalam lainya seperti pancang. Bedanya ada pada cara pengerjaanya.
Pengerjaan bored pile dimulai dengan pelubangan tanah dahulu sampai kedalaman yang
diinginkan, kemudian pemasangan tulangan besi yang dilanjutkan dengan pengecoran
beton.
Faktor lingkungan juga cukup mempengaruhi dalam hal pemilihan jenis fondasi, di
mana dalam perencanaannya struktur fondasi tidak dapat menggunakan fondasi tiang
pancang di daerah padat penduduk. Faktor getaran dan kebisingan yang terjadi dapat
menimbulkan keberatan dari masyarakat disekitar lokasi proyek.
Dalam pemilihan jenis fondasi yang didasarkan pada daya dukung tanah, ada
beberapa hal perlu diperhatikan, yaitu :
3) Bila tanah keras terletak pada permukaan tanah atau 2-3 meter di bawah
permukaan tanah, maka fondasi yang dipilih sebaiknya jenis fondasi
dangkal (fondasi setempat, fondasi menerus, fondasi pelat).
4) Bila tanah keras terletak pada kedalaman hingga 10 meter atau lebih di
bawah permukaan tanah maka jenis fondasi yang biasanya dipakai adalah
fondasi tiang minipile dan fondasi sumuran atau fondasi bored pile.
5) Bila tanah keras terletak pada kedalaman hingga 20 meter atau lebih di
bawah permukaan tanah maka jenis fondasi yang biasanya dipakai adalah
fondasi tiang pancang.
Daya dukung terfaktor adalah kemampuan tanah memikul tekanan atau tekanan
maksimum pada batas runtuh.
Daya dukung izin adalah beban maksimum yang diijinkan bekerja pada tanah
di atas pondasi. Persmaan dari daya dukung izin adalah:
σ ult
σ́ = .......................................................................................(2.5.145)
SF
Keterangan:
σ ult = Daya dukung terfaktor atau tekanan maksimum pada batas runtuh
(Kg/m2).
2. Perencanaan Tiang
1) Kapasitas ultimit tiang
Analisis daya dukung tiang terhadap kekuatan tanah menggunakan
persamaan berikut:
a. Kapasitas ultimit netto tiang tunggal ( σ u )
σ u =σ b + σ s−W P ...............................................................(2.5.146)
Keterangan:
1
σ u =4 N b A b+ Ń A s ..........................................................
50
(2.5.150)
Keterangan:
σ u = Kapasitas ultimit tiang
Nb = Nilai N dari uji SPT di dekitar dasar tiang
Ab = Luas dasar tiang
Ń = Nilai rata-rata N dari uji SPT di sekitar tiang
As = Luas selimut tiang
2) Jumlah tiang yang diperlukan
P
np= .......................................................................................
σ all
(2.5.151)
Keterangan:
np = Jumlah tiang
P = Gaya aksial yang terjadi
σ all = Kapasita dukung ijin tiang
σ
σ all= u .......................................................................................
SF
(2.5.152)
Keterangan:
σ all = Kapasita ultimit tiang
SF = Faktor aman
3) Beban maksimum pada kelompok tiang
Pu My X max Mx Y max
Pmax = ± ± .....................................................
np ny ∑ X 2 ny ∑ Y 2
(2.5.153)
Keterangan:
Pmax = Beban maksimum kelompok tiang
Pu = Gaya aksial terfaktor yang terjadi
My = Momen yang bekerja tegak lurus sumbu y
Mx = Momen yang bekerja tegak lurus sumbu x
X max = Jarak tiang arah sumbu x terjauh
Y max = Jarak tiang arah sumbu y terjauh
nx = Banyak tiang dalam satu baris arah sumbu x
ny = Banyak tiang dalam satu baris arah sumbu y
np = Jumlah tiang
4) Penulangan tiang bore pile
84
M dasar
M 1= ..................................................................................
n
(2.5.154)
a) Gaya geser maksimum terjadi pada bagian atas pondasi akibat beban
horizontal
H
H u= ...................................................................................
n
(2.5.155)
b) Kapasitas momen pada dasar pondasi tiang
M 1=K Rc A st f y d ....................................................................
(2.5.156)
M1
A st = R .......................................................................
K c Ast f y d
(2.5.157)
c) Jumlah tulangan
A
n= st ...................................................................................
As
(2.5.158)
material yang sangat kaku dan distribusi tekanan yang ditimbulkan akibat beban dapat
dianggap linier. Pada fondasi pile cap setiap titik didukung secara langsung oleh tanah
dibawahnya, sehingga momen lentur yang terjadi sangat kecil. Jarak antar tiang pusat ke
pusat (Y) dibatasi sebesar 2,5 hingga 3 kali diameter tiang, sedangkan jarak as tiang ke
tepi pile cap (X) dibatasi sebesar 1 hingga 1,5 kali diameter tiang.
V M y xi M x yi
σi= ± ± ...........................................................................(2.5.159)
n ∑ x2 ∑ y2
Keterangan:
6. Penulangan pilecap
1) Beban-beban yang bekerja pada pilecap
a) Berat sendiri pilecap
b) Berat tanah urug
c) Gaya aksial tiang
87
ρ perlu =
fy [ √
0,85 f ' c
1− 1−
2 Rn
0,85 f ' c ] ........................................
(2.5.162)
f ' c 600
ρb=0,85 β 1
(
f y 600+ f y ) .......................................................
(2.5.163)
0,003+f y /E s
ρmaks= ( 0,008 )
ρb .....................................................
(2.5.164)
1,4
ρmin = ..............................................................................
fy
(2.5.165)
Dengan syarat ρmin < ρ perlu < ρmaks
b) Luas tulangan
88
A s =ρbd ...............................................................................
(2.5.166) Jarak antar tulangan
1
π d2 S
4 ..............................................................................(2.5.167)
s=
As
Dengan s ≤ 2h
Secara umum, perancangan model struktur baik truss maupun frame dengan
perangkat lunak ETABS 2013 ini akan melalui 10 tahapan yaitu :
1. Samakan satuan
6. Definisikan beban
7. Aplikasikan beban
9. Jalankan analisa
Salah satu kelebihan program ini adalah kita tidak hanya berhenti pada analisa
struktur (untuk mengetahui gaya dalam yang timbul) saja, tapi juga bisa melanjutkan ke
bagian check/desain struktur untuk mengetahui luas tulangan lentur dan geser untuk
balok, dengan terlebih dahulu melakukan konversi reduksi dari ACI ke SNI.
4 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
:
9. Penutup Atap Dak Beton
1
Jenis Pondasi : Bored Pile D600
0.
1
Jenis Pelat Lantai : Beton Bertulang
1.
1
Tebal Pelat Lantai : 130 mm
2.
1
Jenis Atap : Dak Beton
3.
14
Mutu Beton Struktur : K-300
.
1
Mutu Baja Tulangan
5.
BJTD 40 : D10, D13, D16, D19, D22
BJTP 24 : Ø8
START
Pemodelan Struktur
Pembebanan
Perencanaan Struktur
FINISH
START
Input data:
Define → materials
Gambar portal 3D
Define → coordinate systems
Tentukan dimensi tiap elemen batang struktur
Assign → frame → frame sections
Analisis
Analize → run anaysis
FINISH
START
Landasan teori
Perencanaan
Estimasi dimensi
(SNI 2847-2013) Analisis beban
(PPPURG 1987)
Elemen struktur (SNI 1726-2012)
FINISH
Lny = Ly – (½ bw + ½
bw)Lnx = Lx – (½ bw + ½
bw)
β=
≤ hf ≤
Qu = 1,2 D + 1,6 L
Perhitungan Momen
Mlx,Mtx,Mly, Mty
Tidak
Kontrol Desain Penulangan
Penampang harus pelat
diperbesar K = ≤ K max
Ya
II
i
Gambar 3.14 Diagram Alir Perhitungan Kapasitas Momen Pelat
Bagian I
II
i Perlu :
Luas tulangan
Tidak Ya
Fc’ < 31,36
Luas tulangan :
Tidak
Diameter tulangan Kontrol
harus diperbesar Mn ≥ Mly
Ya
FINISH
START
Data material
f’c, fy, Es
Desain Dimensi
Tidak
Tidak Ya
Kontrol Syarat batas
f’c ≤28 MPa
Ya
f’c > 56 MPa
β1= 0,65 β1= 0,85
Tidak
f’s =fy
Ya
Tidak
Kapasitas Momen
Mn = 0,85 fC ab (d – 0,5 a) + A’S fC (d – d’)
Kontrol
FINISH
ϕMn ≥ Mu
START
Ø = 0,75
Ya Tidak
Kontrol Syarat batas Penampang harus
- Vc ≥ xbwxd diperbesar
Ya Ya
Kontrol
Vu >0,5 ØVc
Vu >0,5 ØVc
Tidak
FINISH
START
Ø = 0,75
Ya Tidak
Kontrol Syarat batas Penampang harus
- Vc ≥ xbwxd diperbesar
Ya Ya
Kontrol
Vu >0,5 ØVc
Vu >0,5 ØVc
Tidak
FINISH
START
Kontrol Stabilitas
Terhadap Guling
Terhadap Geser
Tidak
II
Ya
Gambar Detail
FINISH
Tidak = P1 + P2 + P3 – A . L . ɣb
Jumlah Tiang
Pterjadi ≤ Pnetto
Ya
Penulangan Bore Pile
Kapasitas Momen
Gambar 3.23 Diagram Alir Perhitungan Kapasitas Momen Pondasi Bored Pile
i
Bagian I
II
i
Menentukan Sumbu Netral
Kontrol
ϕPn ≥ Pu
ϕMn ≥ Mu
ϕVn ≥ Vu
Ya
Gambar Detail
Finish
Gambar 3.24 Diagram Alir Perhitungan Kapasitas Momen Pondasi Bored Pile
Bagian II
5.5 Pembahasan
5.5.1 Balok
5.5.2 Kolom
5.5.4 Fondasi
6.1 Kesimpulan
Tabel 5.4 Penulangan Pelat Lantai
6.2 Saran
7 DAFTAR PUSTAKA