Anda di halaman 1dari 19

A.

PENGERTIAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

1. Pekerjaan Kosntruksi Gedung


Bangunan adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu
dengan tempat kedudukan baik yang ada di atas, di bawah tanah dan/atau di air.
Bangunan biasanya dikonotasikan dengan rumah, gedung ataupun segala sarana,
prasarana atau infrastruktur dalam kebudayaan atau kehidupan manusia dalam
membangun peradabannya seperti halnya jembatan dan konstruksinya serta
rancangannya, jalan, sarana telekomunikasi, dan lain-lain. Teknik bangunan
adalah suatu disiplin ilmu teknik yang berkaitan dengan perencanaan, disain,
konstruksi, operasional, renovasi dan pemeliharaan bangunan, termasuk juga
kaitannya dengan dampaknya terhadap lingkungan sekitar.
Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun
prasarana. Dalam bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga
dikenal sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada suatu atau pada
beberapa area. Suatu pekerjaan konstruksi merupakan gabungan atau rangkaian
dari banyak pekerjaan. Pekerjaan konstruksi umumnya diatur oleh seorang
manajer konstruksi (construction manager), serta dilaksanakan dan diawasi oleh
manajer proyek, tenaga teknik perancangan (design engineer) atau arsitek
lapangan (project architect).
Proyek konstruksi adalah rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan upaya
pembangunan sesuatu bangunan, umumnya mencakup pekerjaan pokok dalam
bidang teknik sipil dan arsitektur, meskipun tidak jarang juga melibatkan disiplin
lain seperti teknik industri, mesin, elektro, geoteknik, maupun lansekap.

Ana Sri Wahyuni, S.Pd., M.T / Estimasi Biaya Konstruksi / KD 3.1-4.1 4


Jenis Proyek Konstruksi
Menurut Soekirno (1999), proyek merupakan suatu rangkaian pekerjaan
yang bertujuan untuk mencapai tujuan proyek sesuai persyaratan yang telah
ditetapkan pada awal proyek seperti persyaratan mutu, waktu dan biaya.
Sedangkan, menurut Dipohusodo (1996), proyek konstruksi ialah proyek yang
berkaitan dengan upaya pembangunan sesuatu bangunan infrastruktur, yang
umumnya mencakup pekerjaan pokok yang didalamnya termasuk dalam bidang
teknik sipil dan arsitektur.
Proyek konstruksi berkembang sejalan dengan perkembangan kehidupan
manusia dan kemajuan teknologi. Bidang-bidang kehidupan manusia yang makin
beragam menuntut industri jasa konstruksi, membangun proyek-proyek
konstruksi sesuai dengan keragaman bidang tersebut. Proyek konstruksi untuk
bangunan pabrik tentu berbeda dengan bangunan gedung untuk sekolah. Proyek
konstruksi bendungan, terowongan, jalan, jembatan dan proyek teknik sipil
lainnya membutuhkan spesifikasi, keahlian dan teknologi tertentu, yang tentu
berbeda dengan proyek perumahan atau pemukiman (Real Estate).
Secara umum kategori proyek konstruksi dapat dibagi menjadi 4 kategori
sebagai berikut :
a. Proyek konstruksi bangunan gedung (Building Construction)
Proyek konstruksi bangunan gedung mencakup bangunan gedung
perkantoran, sekolah, pertokoan, rumah sakit, rumah tinggal dan sebagainya.

Ana Sri Wahyuni, S.Pd., M.T / Estimasi Biaya Konstruksi / KD 3.1-4.1 5


Apabila dilihat dari segi biaya dan teknologi maka terdiri dari berskala rendah,
menengah, dan tinggi. Pada umumnya perencanaan untuk proyek bangunan
gedung lebih lengkap dan detail. Pada proyek-proyek pemerintah, proyek
bangunan gedung ini di bawah pengawasan dan pengelolaan Departemen
Pekerjaan Umum sub Dinas Cipta Karya.
b. Proyek bangunan perumahan atau pemukiman (Residential Contruction /Real
Estate)
Pada proyek pembangunan perumahan atau pemukiman (real estate)
dibedakan menjadi proyek bangunan gedung secara rinci yang didasarkan
pada klase pembangunannya bersamaan dengan penyerahan prasarana-
prasarana penunjangnya. Oleh sebab itu, memerlukan perencanaan
infrastruktur dari perumahan tersebut (jaringan transfusi, jaringan air, dan
fasilitas lainnya). Proyek pembangunan pemukiman terdiri dari rumah yang
sangat sederhana sampai rumah mewah, dan rumah susun. Pengawasannya
di bawah Sub Dinas Cipta Karya.
c. Proyek konstruksi rekayasa berat (Heavy Engineering Construction)
Konstruksi rekayasa berat (Heavy Engineering Construction) pada umumnya
proyek yang masuk jenis ini adalah proyek-proyek yang bersifat infrastruktur
seperti proyek bendungan, proyek jalan raya, jembatan, terowongan, jalan
kereta api, pelabuhan, dan lain-lain. Jenis proyek ini umumnya berskala besar
dan membutuhkan teknologi tinggi.
d. Proyek konstruksi industri (Industrial Construction)
Proyek konstruksi yang termasuk dalam jenis ini biasanya proyek industri yang
membutuhkan spesifikasi dan persyaratan khusus seperti kilang minyak,
industri berat/industri dasar, pertambangan, dan nuklir. Perencanaan dan
pelaksanaannya membutuhkan ketelitian, keahlian dan teknologi yang
spesifik.

Menurut susunannya pembagian bangunan gedung dibagi menjadi:


a. Bangunan bawah (Under/Sub structure)
yaitu bagian-bagian yang terletak di bawah muka lantai yang ada dalam
tanah. Bangunan bawah ialah konstruksi yang dibuat untuk menahan berat
bangunan di atasnya termasuk berat pondasi itu sendiri. Oleh karenanya
bangunan harus kuat, tidak mudah bergerak kedudukannya dan stabil.
b. Bagian atas (Upper structure)
yaitu bagian-bagian yang ada di atasnya seperti tembok, kolom, jendela,
ring balok dan rangka atap. Bangunan atas adalah bagianbagian yang
terletak di atas bangunan bawah, sehingga seluruh beratnya diteruskan
kepada bangunan bawah sampai ke tanah dasar. Bagian ini dapat
dikelompokkan:

Ana Sri Wahyuni, S.Pd., M.T / Estimasi Biaya Konstruksi / KD 3.1-4.1 6


− Kaki > muka tanah ke bawah
− Badan > muka tanah s/d bawah atap
− Kepala > atap

Elemen struktur utama pada bangunan gedung meliputi:


− Pondasi
− Balok: Sloof, Latei, Ring
− Kolom
− Atap

Elemen struktur pendukung meliputi:


− Dinding
− Plafon
− Kusen
− Lantai
− Tangga

Membaca Gambar Kontruksi Gedung


Sebelum masa pembangunan, sebuah bangunan gedung akan melalui
tahap perencanaan. Sebagai alat komunikasinya digunakanlah gambar-gambar
yang memberikan ilustrasi tentang gedung tersebut nantinya. Selain untuk
menampilkan wujud fisik bangunannya, gambar-gambar ini digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam merencanakan struktur bangunan dan sistem utilitas

Ana Sri Wahyuni, S.Pd., M.T / Estimasi Biaya Konstruksi / KD 3.1-4.1 7


di dalamnya. Semakin rumit wujud dan fungsi bangunan, maka akan semakin
banyak gambar yang dibutuhkan sehingga memudahkan dalam pelaksanaan
konstruksi nantinya.
Gambar dibagi beberapa macam:
a. Gambar Arsitek
yaitu gambar deskriptif dari imajinasi pemilik proyek dan visualisasi desain
imajinasi tersebut oleh arsitek. Gambar ini menjadi acuan bagi seorang teknik
sipil dalam melakukan pendenahan (skema) balok dan pelat. Untuk bagian
dinding dan kolom, biasanya arsitek sudah menentukan sebelumnya.
Peletakan kolom sendiri pada gambar ini merupakan murni memenuhi
kebutuhan arsitektural.
b. Gambar Perencanaan
yaitu gambar yang dihasilkan dari perencana struktur, mekanikal, dan
elektrikal. Gambar ini adalah bentuk kompromi dengan pemilik proyek
sehingga ia masih dapat melakukan negosiasi mengenai desain yang sesuai
dengan preferensinya. Gambar perencanaan tentu masih bersifat dinamis
(akan mengalami banyak perubahan), seiring dengan diskusi antara pemilik
proyek, arsitek, teknik sipil, dan bagian mekanikal elektrikal. Gambar ini belum
memiliki detail, dan pada tahap ini, teknik sipil melakukan preliminary design
mengenai spesifikasi struktur yang mampu mengakomodir kebutuhan
tersebut dari segi kekuatan dan kenyamanan.
c. Gambar Tender
merupakan gambar yang bersifat mengikat dengan kontrak dan acuan
terhadap perhitungan volume pekerjaan. Gambar ini digunakan untuk
memilih kontraktor, dan, pada gambar ini, ukuran dan spesifikasi struktur
yang ingin dibangun sudah detail.
d. Gambar Konstruksi
merupakan gambar yang detail untuk memulai pembangunan. Gambar ini
masih dibuat oleh konsultan perencana struktur, dan merupakan kelanjutan
dari gambar tender. Biasanya, terjadi perbedaan pekerjaan, spesifikasi, dan
perubahan, sehingga gambar tender bersifat dinamis. Gambar ini adalah
jawaban perubahan (yang telah disepakati bersama), yang pada umumnya
terjadi pada masa tender. Gambar ini adalah pedoman untuk kontraktor
terpilih dalam mengeksekusi pekerjaan.
e. Shop Drawing
adalah gambar yang berisi detail tentang ukuran-ukuran dari yang bersifat
makro hingga mikro, juga berisi spesifikasi material, dan detail lainnya.
Gambar ini disebut juga gambar kerja, berfungsi untuk memudahkan
pelaksana pekerjaan (staff dari kontraktor, yang menjadi pekerja lapangan)
dan pengawas dalam memproduksi pekerjaan yang sesuai dengan desain yang

Ana Sri Wahyuni, S.Pd., M.T / Estimasi Biaya Konstruksi / KD 3.1-4.1 8


telah dibuat. Gambar kerja ini sebelum digunakan di lapangan harus
mendapatkan persetujuan dari perwakilan dari pemilik pekerjaan di lapangan
(direksi pengawas) dengan acuan adalah gambar konstruksi (Rama Sulaksono,
2012). Pada proses pekerjaan di lapangan, tentu terdapat masalah tak
terduga. Karenanya, wajar jika gambar ini memiliki banyak sekali catatan yang
berisi perubahan desain, yang seharusnya disetujui oleh konsultan pengawas.
f. As Built Drawing
adalah gambar bangunan yang telah selesai dikerjakan. Gambar ini dibuat
oleh kontraktor, dan merupakan pertanggungjawaban dari pembangunan
yang telah dilaksanakan. Biasanya gambar ini akan digunakan oleh pemilik
bangunan atau pengguna, sebagai pedoman dalam penggunaan dan
pemanfaatan bangunan tersebut. Ia biasanya berbeda dengan gambar kerja,
karena telah memuat perubahan-perubahan yang terjadi pada masa
konstruksi.

2. Pekerjaan Konstruksi Jalan

Gambar. Perkerasan Lentur Jalan Raya

Jenis Struktur Perkerasan Jalan


Pada saat tanah dibebani, maka beban akan menyebar ke dalam tanah
dalam bentuk tegangan tanah. Tegangan ini menyebar sedemikian rupa sehingga
dapat menyebabkan lendutan dan akhirnya keruntuhan. Berdasarkan
karakteristik menahan dan mendistribusikan beban, maka perkerasan dapat
dibagi atas :

Ana Sri Wahyuni, S.Pd., M.T / Estimasi Biaya Konstruksi / KD 3.1-4.1 9


a. Perkerasan lentur (flexible pavement)
Umumnya terdiri dari beberapa lapis perkerasan dan menggunakan aspal
sebagai bahan pengikat. Pada struktur perkerasan lentur, beban lalu lintas
didistribusikan ke tanah dasar secara berjenjang dan berlapis (layer system).
Dengan sistem ini beban lalu lintas didistribusikan dari permukaan ke lapisan
dibawahnya. Lapisan yang tebal akan mendistribusikan beban lebih lebar pada
lapisan di bawahnya demikian juga lapisan yang bermutu baik akhirnya akan
memberi tegangan beban kendaraan yang kecil terhadap tanah dasar.
Dengan demikian untuk kondisi tanah dasar yang kurang baik, maka
diperlukan lapis perkerasan yang tebal atau bermutu tinggi. Susunan
komponen lapisan perkerasan lentur ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar. Lapisan Perkerasan Lentur

Komponen Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) terdiri atas:


• Tanah Dasar (sub grade)
Tanah Dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan galian atau
permukaan tanah timbunan, yang dipadatkan dan merupakan permukaan
dasar untuk perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya. Kekuatan dan
keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat- sifat
dan daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut
tanah dasar adalah sebagai berikut:
1) Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari macam tanah
tertentu akibat beban lalu lintas.
2) Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan
kadar air.
3) Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti
pada daerah dengan macam tanah yang sangat berbeda sifat dan
kedudukannya, atau akibat pelaksanaan.
• Lapis Pondasi Bawah (sub base course)
Lapis Pondasi Bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis
pondasi dan tanah dasar. Fungsi lapis pondasi bawah antara lain:

Ana Sri Wahyuni, S.Pd., M.T / Estimasi Biaya Konstruksi / KD 3.1-4.1 10


1) Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan
menyebarkan beban roda.
2) Mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif murah agar lapisan-
lapisan selebihnya dapat dikurangi tebalnya (penghematan biaya
konstruksi).
3) Untuk mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi.
4) Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar. Hal ini
sehubungan dengan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar terhadap
roda-roda alat-alat besar atau karena kondisi lapangan yang memaksa
harus segera menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca. Bermacam-
macam tipe tanah setempat (CBR > 20%, PI < 10%) yang relatif lebih baik
dari tanah dasar dapat digunakan sebagai bahan pondasi bawah.
Campuran-campuran tanah setempat dengan kapur atau semen portland
dalam beberapa hal sangat dianjurkan, agar dapat bantuan yang efektif
terhadap kestabilan konstruksi perkerasan.
• Lapis Pondasi (base course)
Lapis Pondasi adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis
permukaan dengan lapis pondasi bawah (atau dengan tanah dasar bila
tidak menggunakan lapis pondasi bawah). Fungsi lapis pondasi antara lain:
1) Sebagai bagian perkerasan yang menahan beban roda,
2) Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan. Bahan-bahan untuk lapis
pondasi umumnya harus cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan
beban-beban roda. Sebelum menentukan suatu bahan untuk digunakan
sebagai bahan pondasi, hendaknya dilakukan penyelidikan dan
pertimbangan sebaik-baiknya sehubungan dengan persyaratan teknik.
Bermacam-macam bahan alam / bahan setempat (CBR > 50%, PI < 4%)
dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi, antara lain : batu pecah,
kerikil pecah dan stabilisasi tanah dengan semen atau kapur.
• Lapis Permukaan (surface course)
Lapis permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas. Fungsi lapis
permukaan antara lain:
1) Sebagai bahan perkerasan untuk menahan beban roda
2) Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan kerusakan akibat
cuaca.
3) Sebagai lapisan aus (wearing course). Bahan untuk lapis permukaan
umumnya adalah sama dengan bahan untuk lapis pondasi, dengan
persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal diperlukan agar
lapisan dapat bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri
memberikan bantuan tegangan tarik, yang berarti mempertinggi daya

Ana Sri Wahyuni, S.Pd., M.T / Estimasi Biaya Konstruksi / KD 3.1-4.1 11


dukung lapisan terhadap beban roda lalu lintas. Pemilihan bahan untuk
lapis permukaan perlu dipertimbangkan kegunaan, umur rencana serta
pentahapan konstruksi, agar dicapai manfaat yang sebesar-besarnya dari
biaya yang dikeluarkan.

b. Perkerasan kaku (rigid pavement)


Umumnya hanya terdiri dari satu lapisan dan menggunakan semen (portland
cement) sebagai bahan pengikat. Struktur perkerasan kaku, sebagaimana
layaknya beton, memiliki kekakuan (nilai modulus elastisitas) dan kekuatan
tekan besar sehingga beban lalu lintas yang diterima ditahan langsung oleh
struktur perkerasan itu sendiri. Susunan komponen lapisan perkerasan kaku
ditunjukkan pada gambar berikut

Gambar. Lapisan Perkerasan kaku

Komponen Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) terdiri atas:


• Tanah dasar Daya dukung tanah dasar ditentukan dengan pengujian CBR
insitu sesuai dengan SNI 03-1731-1989 atau CBR laboratorium sesuai
dengan SNI 03-1744-1989, masing-masing untuk perencanaan tebal
perkerasan lama dan perkerasan jalan baru. Apabila tanah dasar
mempunyai nilai CBR lebih kecil dari 2 %, maka harus dipasang pondasi
bawah yang terbuat dari beton kurus (Lean-Mix Concrete) setebal 15 cm
yang dianggap mempunyai nilai CBR tanah dasar efektif 5 %.
• Pondasi bawah Bahan pondasi bawah dapat berupa :
1) Bahan berbutir.
2) Stabilisasi atau dengan beton kurus giling padat (Lean Rolled Concrete)
3) Campuran beton kurus (Lean-Mix Concrete).
• Beton semen Kekuatan beton harus dinyatakan dalam nilai kuat tarik
lentur (flexural strength) umur 28 hari, yang didapat dari hasil pengujian
balok dengan pembebanan tiga titik (ASTM C-78) yang besarnya secara
tipikal sekitar 3–5 MPa (30-50 kg/cm2). Kuat tarik lentur beton yang
diperkuat dengan bahan serat penguat seperti serat baja, aramit atau serat
karbon, harus mencapai kuat tarik lentur 5–5,5 MPa (50-55 kg/cm2).

Ana Sri Wahyuni, S.Pd., M.T / Estimasi Biaya Konstruksi / KD 3.1-4.1 12


Kekuatan rencana harus dinyatakan dengan kuat tarik lentur karakteristik
yang dibulatkan hingga 0,25 MPa (2,5 kg/cm2) terdekat. Hubungan antara
kuat tekan karakteristik dengan kuat tarik-lentur beton dapat didekati
dengan rumus berikut : fcf = K (fc’)0,50 dalam MPa atau fcf = 3,13 K
(fc’)0,50 dalam kg/cm2 Dengan pengertian : fc’ : kuat tekan beton
karakteristik 28 hari (kg/cm2) fcf : kuat tarik lentur beton 28 hari (kg/cm2)
K : konstanta, 0,7 untuk agregat tidak dipecah dan 0,75 untuk agregat
pecah. Kuat tarik lentur dapat juga ditentukan dari hasil uji kuat tarik belah
beton yang dilakukan menurut SNI 03-2491-1991 sebagai berikut : fcf =
1,37.fcs, dalam MPa atau fcf = 13,44.fcs, dalam kg/cm2 Dengan pengertian
: fcs : kuat tarik belah beton 28 hari
• Beton dapat diperkuat dengan serat baja (steel-fibre) untuk meningkatkan
kuat tarik lenturnya dan mengendalikan retak pada pelat khususnya untuk
bentuk tidak lazim. Serat baja dapat digunakan pada campuran beton,
untuk jalan plaza tol, putaran dan perhentian bus. Panjang serat baja
antara 15 mm dan 50 mm yang bagian ujungnya melebar sebagai angker
dan/atau sekrup penguat untuk meningkatkan ikatan. Secara tipikal serat
dengan panjang antara 15 dan 50 mm dapat ditambahkan ke dalam adukan
beton, masing-masing sebanyak 75 dan 45 kg/m³. Semen yang akan
digunakan untuk pekerjaan beton harus dipilih dan sesuai dengan
lingkungan dimana perkerasan akan dilakukan.

c. Selain dari dua jenis tersebut, banyak pula digunakan jenis gabungan
(composite pavement), yaitu perpaduan antara perkerasan lentur dan
perkerasan kaku.
Perbedaan penting antara perkerasan lentur dan perkerasan kaku adalah
pada proses konstruksi, perilaku terhadap beban dan material pengikat.

Gambar. Perkerasan Kaku

Ana Sri Wahyuni, S.Pd., M.T / Estimasi Biaya Konstruksi / KD 3.1-4.1 13


3. Pekerjaan Konstruksi Jembatan

Gambar. Jembatan Beton bertulang

Jembatan merupakan struktur yang dibuat untuk menyeberangi jurang


atau rintangan seperti sungai, rel kereta api ataupun jalan raya. Jembatan
dibangun untuk penyeberangan pejalan kaki, kendaraan atau kereta api di atas
halangan.Jembatan juga merupakan bagian dari infrastruktur transportasi darat
yang sangat vital dalam aliran perjalanan (traffic flows). Jembatan sering menjadi
komponen kritis dari suatu ruas jalan, karena sebagai penentu beban maksimum
kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut.

Jenis-jenis jembatan
Jenis-jenis jembatan bisa dikategorikan berdasarkan kegunaannya ataupun
struktur penopangnya.
a. Jembatan dari segi kegunaannya, Suatu jembatan biasanya dirancang sama
untuk kereta api, untuk pemandu jalan raya atau untuk pejalan kaki. Ada juga
jembatan yang dibangun untuk pipa-pipa besar dan saluran air yang bisa
digunakan untuk membawa barang. Kadang-kadang, terdapat batasan dalam
penggunaan jembatan; contohnya, ada jembatan yang dikususkan untuk jalan
raya dan tidak boleh digunakan oleh pejalan kaki atau penunggang sepeda.
Ada juga jembatan yang dibangun untuk pejalan kaki (jembatan
penyeberangan), dan boleh digunakan untuk penunggang sepeda.
b. Dari segi struktur, Perancangan dan bahan asas pembinaan jambatan
bergantung kepada lokasi dan juga jenis muatan yang akan ditanggungnya.
Berikut adalah beberapa jenis jembatan yang utama:

Ana Sri Wahyuni, S.Pd., M.T / Estimasi Biaya Konstruksi / KD 3.1-4.1 14


Jembatan batang kayu (log bridge)

Gambar Jembatan kayu di Desa Betao Kab. Sidenreng Rappang

Jembatan lengkung (arch bridge)

Jembatan lengkung di jalan dari Sukaraja ke Purbalingga (1900-1905)

Jembatan lengkung memiliki abutment pada setiap ujungnya. Beban


jembatan didorong ke abutment pada kedua sisi.

Jembatan kerangka (Truss bridge)


Jembatan ini selalu dibuat dengan menggunakan dua kerangka yang
dihubungkan dengan elemen-elemen penjuru yang mendatar untuk membentuk
sebuah struktur berbentuk kotak. Jalan yang akan dilalui boleh terjadi daripada
sebagian elemen-elemen atas atau bawah, atau juga boleh digantung di tengah-
tengah. Jika jambatan itu harus menyeberangi jurang yang sangat dalam,
kerangka itu boleh diimbangi. Ini selalunya terjadi jika tebing yang betul-betul
bertentangan membuatkan kerja-kerja pembuatan lebih sukar. Jambatan
kerangka boleh dibuat dari hampir semua bahan yang keras dan kuat, termasuk
batang kayu, keluli ataupun konkrit diperkuat. Konsep kerangka ini juga

Ana Sri Wahyuni, S.Pd., M.T / Estimasi Biaya Konstruksi / KD 3.1-4.1 15


digunakan dalam jembatan-jembatan yang lain ataupun komponen-komponen
jembatan seperti struktur geladak jambatan gantung.

Jembatan gerbang tertekan (Compression arch bridge)


Jembatan berbentuk ini adalah antara jambatan yang paling awal yang dapat
merintangi jarak yang jauh menggunakan batu bata ataupun konkrit. Bahan-
bahan ini boleh menerima tekanan yang tinggi tetapi tidak boleh menahan
tegangan yang kuat. Jambatan ini berbentuk pintu gerbang - maka sebarang
tekanan menegak akan turut menghasilkan tekanan mendatar di puncak gerbang
itu.

Jembatan gantung (Suspension bridge)

Jembatan gantung di atas sungai Bila, Pituriase, Sidenreng Rappang

Jembatan gantung adalah satu lagi jenis jembatan yang pertama, dan masih lagi
dibuat menggunakan bahan asli, seperti tali jerami di setengah daerah di
Amerika Selatan. Bagi jembatan ini, laluan jalan akan mengikut lengkungan
menurun dan menaik kabel yang membawa beban.

Jembatan kabel-penahan (Cable-stayed R bridge)

Ana Sri Wahyuni, S.Pd., M.T / Estimasi Biaya Konstruksi / KD 3.1-4.1 16


Jembatan kabel-penahan adalah jambatan yang menggunakan beberapa kabel
yang berasingan yang menghubungkan jalan dengan menara. Kabel pepenjuru ini
diikat dengan tegang dan lurus (tidak melentur kecuali disebabkan oleh berat
sendiri) ke beberapa tempat yang berlainan di sepanjang jalan
Jembatan penyangga (Cantilever bridge)
Jembatan penyangga biasanya digunakan untuk mengatasi masalah pembuatan
apabila keadaan tidak praktikal untuk menahan beban jembatan dari bawah
semasa pembuatan.

Jembatan angkat (bascule bridge)

Jembatan angkat di Gunung Sahari (awal abad ke-20)

Jembatan bambu

Jembatan bambu di atas Kali Serayu dekat Wonosobo, Jawa Tengah


(tahun 1920an)

Ana Sri Wahyuni, S.Pd., M.T / Estimasi Biaya Konstruksi / KD 3.1-4.1 17


Materi Struktur Jembatan terdiri atas:
a. Struktur Atas Jembatan
Bagian atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang
meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu lintas
kendaraan, dan lain-lain. Struktur atas jembatan meliputi hal-hal berikut :
• Trotoar
- Sandaran dan tiang sandaran
- Peninggian trotoar (kreb)
- Slab lantai trotoar
• Slab lantai kendaraan
• Gelagar (girder)
• Balok diafragma
• Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang)
• Tumpuan (bearing)

b. Struktur Bawah Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban


struktur atas dan beban lain yang ditimbulkan oleh tekanan tanah, aliran air,
tumbukan, gesekan pada tumpuan untuk disalurkan ke pondasi. Struktur
bawah jembatan meliputi :
• Pangkal jembatan (abutment)
• Pilar jembatan
• Pondasi

Berikut ini dapat dilihat gambar komponen jembatan pada gambar

Gambar. Nama-Nama Komponen Jembatan

Ana Sri Wahyuni, S.Pd., M.T / Estimasi Biaya Konstruksi / KD 3.1-4.1 18


Unsur-Unsur dan Fungsi Pengelola Pekerjaan
Konstruksi Gedung, Jalan dan Jembatan

Perencanaan pelaksanaan dibuat sebelum pelaksanaan proyek dimulai,


biasanya didahului dengan penyusunan rencana kerja waktu kegiatan yang
disesuaikan dengan metode yang digunakan. Dalam implementasi suatu proyek
terbagi atas tiga yaitu perecanaan pelaksanaan, penjadwalan (scheduling), dan
pengendalian (controlling). Dalam bab ini menjelaskan temtang struktur
organisai proyek, perhitungan Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP),
penjadwalan dan pengendalian.

Struktur Organisasi Proyek


Organisasi adalah sarana untuk mencapai tujuan. Pembentukannya harus
memperhatikan berbagai faktor dan persyaratan yang berkait dengan upaya
pencapaian tujuan tersebut (Soeharno, 1995). Agar suatu kegiatan operasional
proyek dapat berjalan dengan lancar, maka sangat tergantung pada bagaimana
cara pengorganisasian perusahaan tersebut. Jika pengorganisasian baik maka
peluang dalam mencapai tujuan perusahaan akan terbuka. Dalam menyusun
organisasi proyek, disamping harus memenuhi syarat umum sebagai layaknya
organisasi umum yaitu pembagian yang menunjukkan berbagai macam pokok
kegiatan organisasi (pemasaran, manufaktur,dan lain-lain), pembagian menjadi
kelompok atau sub sistem, adanya hirarki, atau wewenang dan tanggung jawab
bagi kelompok dan pimpinan dan juga pengaturan kerja sama, jalur pelaporan
dan komunikasi, meliputi jalur vertikal dan horizontal. Penyusunan organisasi
proyek harus memenuhi struktur organisasi proyek yang menyangkut
menejemen proyek.
Adapun unsur-unsur bagi konsep manajemen proyek yang berkaitan erat
dalam struktur organisasi adalah arus horizontal, di samping vertikal,
penanggung jawab atas terselenggaranya proyek, dan pendekatan sistem dalam
perencanaan dan implementasi.
Adapun tugas dari masing-masing komponen struktur utama proyek
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pemilik proyek
a. Mempunyai wewenang penuh dalam menentukan dan mengangkat Konsultan
Perencana, Konsultan Pengawas dan Pelaksana dalam pembangunan proyek
tersebut.
b. Memiliki ide dan gagasan dalam penyediaan areal dan biaya perencanaan,
pengawasan dan pelaksanaan pekerjan serta memiliki kewenangan penuh

Ana Sri Wahyuni, S.Pd., M.T / Estimasi Biaya Konstruksi / KD 3.1-4.1 19


terhadap proyek, berhak menerima atau menolak pekerjaan yang tidak sesuai
dengan gambar rencana.
c. Berhak mencabut tugas Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas dan
Pelaksana apabila dipandang ketiga lembaga tersebut tidak mampu
melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan menggantikannya dengan
lembaga yang lain.

2. Konsultan perencana
a. Membuat rencana pelaksanaan dan gambar kerja, merencanakan alat dan
bahan yang digunakan serta metode pelaksanaan dan membuat Rencana
Anggaran Biaya proyek (RAB) sesuai ide dan gagasan dari Owner, baik untuk
perancangan struktur dan arsitektur berdasarkan peraturan- peraturan dan
syarat–syarat kerja yang telah ada di Indonesia.
b. Merencanakan setiap perubahan rencana dari rencana semula akibat adanya
kendala-kendala fisik di lokasi proyek dan dapat mempertanggungjawabkan
hasil rencana perubahan kepada Pemilik Proyek (Owner).

3. Konsultan pengawas
a. Menyusun tata kerja tim yang kemudian disahkan oleh Pemilik Proyek atau
yang mewakilinya.
b. Mempersiapkan, mengawasi dan melaporkan hasil pelaksanaan proyek
kepada Owner.

4. Pelaksana
Pelaksana mempunyai wewenang dan tanggung jawab mengenai masalah-
masalah teknis di lapangan serta mengkoordinasikan pekerjaan-pekerjaan yang
menjadi bagiannya. Tugas pelaksana adalah :
a. Memahami gambar desain dan spesifikasi sebagai pedoman di lapangan.
b. Merencanakan keselamatan dan kesehatan kerja di proyek.
c. Membuat rencana kerja mingguan.
d. Membuat ijin pelaksanaan.
e. Melakukan check list pekerjaan dengan menggunakan daftar simak.
f. Melakukan penilaian kinerja mandor per tahap pekerjaan.
g. Mengadakan Rapat Koordinasi Mingguan dengan staf-staf lapangan dan
memberi pengarahan kepada mandor.
h. Membuat rencana perlindungan pekerjaan.
i. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan program yang telah dibuat.
j. Menyiapkan tenaga kerja sesuai jadwal dan mengatur tugas-tugasnya setiap
hari di lapangan.
k. Mengadakan pemeriksaan dan pengukuran hasil pekerjaan.

Ana Sri Wahyuni, S.Pd., M.T / Estimasi Biaya Konstruksi / KD 3.1-4.1 20


l. Membuat laporan harian tentang pelaksanaan kegiatan di lapangan.

Adapun tugas dari masing-masing komponen organisasi pelaksana proyek


tersebut adalah sebagai berikut:
1) Direktur
• Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan operasi perusahaan yang
menyangkut maju mundurnya perusahaan yang dipimpinnya.
• Sebagai pimpinan tertinggi dari perusahaan yang menentukan kebijakan
baik operasional maupun administrasi bersama staf yang ada.
• Mengarahkan usaha perusahaaan, menuju pada rencana proyek dan
tujuan yang telah digariskan.
• Mengkoordinasikan semua unsur-unsur yang ada dalam perusahan
sehingga dapat mencapai efisiensi dan aktifitas usaha yang telah
ditetapkan.
2) Site Manager
Site Manager merupakan wakil dari Pimpinan Proyek yang bertugas
membantu Pimpinan Proyek dalam mengendalikan jalannya proyek di
lapangan. Site Manager bertanggung jawab kepada Pimpinan Proyek yang
mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
• Menyeleksi dan menyimpan semua data dan dokumen yang diperlukan.
• Membuat contract review pekerjaan tambah kurang.
• Mengelola dokumetasi proyek.
3) Administrasi dan Keuangan Proyek
• Menyusun rencana pengeluaran, pinjaman, dan penyediaan dana
proyek pembangunan.
• Membuat pembukuan dan rencana anggaran mingguan dalam hal
keungan dan perencanaan logistik.
• Membayar upah kerja berdasarkan opname yang dilakukan.
• Pelaksana
• Memimpin pelaksanaan pekerjaan, merealisasikan gambar kerja
• Melaksanakan pembangunan dalam pelaksanaan proyek atas petunjuk
dari pengawas
• Mengawasi langsung tiap pekerja yang melaksanakan proyek.
5) Logistik
• Bertanggung jawab atas semua pembelian bahan / material yang akan
digunakan.
• Bertanggung jawab terhadap mutu bahan / material baik secara kualitas
maupun kuantitas.

Ana Sri Wahyuni, S.Pd., M.T / Estimasi Biaya Konstruksi / KD 3.1-4.1 21


• Membeli bahan / material dengan harga yang murah dan mutu yang
bagus.
• Dapat mendatangkan bahan sesuai dengan schedule.
• Ikut mengendalikan biaya bahan.
• Bertanggung jawab terhadap semua laporan – laporan yang ada
hubungannya dengan logistik.
• Bertanggung jawab langsung terhadap Site Manager atas terlaksananya
proses dan hasil kerja logistik.
6) Mandor
• Bertanggung jawab secara langsung kepada pelaksanaan
• Mengarahkan kepada para tukang jika ada kesalahan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
7) Tukang
Melaksanakan pembangunan dalam pelaksanaan proyek atas petunjuk dari
mandor.
8) Pekerja
• Mengerjakan pekerjaan sesuai dengan bidang nya masing-masing.
• Membantu segala jenis pekerjaan dari tukang.

Ana Sri Wahyuni, S.Pd., M.T / Estimasi Biaya Konstruksi / KD 3.1-4.1 22

Anda mungkin juga menyukai