STRUKTUR BETON
disusun oleh
Dr. NAWIR RASIDI, ST., MT.
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah senantiasa dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan karunia-Nya sehingga Modul Ajar Struktur Beton ini dapat diselesaikan.
Modul Ajar ini dibuat sebagai salah satu media mengajar mata kuliah Struktur Beton pada
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang. Buku ajar ini berisi materi Struktur Beton yaitu
Pendahuluan, Dasar-Dasar Perencanaan, Balok dan Pelat.. Dalam pembahasannya, buku ini berisi
beberapa contoh perhitungan yang dijelaskan secara terstruktur dan detail. Diharapkan mahasiswa
dapat memahami proses perhitungan tersebut sehingga mudah menerapkan pada analisis struktur yang
bersifat aplikasi.
Saran dan kritikan yang konstruktif sangat kami butuhkan demi kelengkapan dan pencapaian
tujuan dari penyusunan buku ajar ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR NOTASI ......................................................................................... iv
1. PENDAHULUAN
1.1 Bahan Pembuat Beton ................................................................ 1
1.2 Pengertian-pengertian ................................................................. 1
1.3 Pemilihan Proporsi Campuran Beton .......................................... 2
1.4 Penyimpanan Bahan .................................................................... 2
1.5 Sejarah Beton ............................................................................. 2
1.6 Aplikasi Beton ............................................................................. 2
1.7 Kelebihan dan Kekurangan dari Beton ....................................... 4
1.8 Kualitas Beton ............................................................................. 4
1.9 Cara Menakar dan Mencampur ................................................... 5
1.10 Cara Pelaksanaan Pekerjaan ..................................................... 5
1.11 Semen (Portland Cement) ......................................................... 5
1.12 Agregat Halus (Pasir) ................................................................ 7
1.13 Agregat Kasar (Kerikil/Batu Pecah) ......................................... 7
1.14 Air ............................................................................................. 8
1.15 Baja Tulangan Beton ................................................................. 9
1.16 Syarat Mutu Baja Tulangan Beton ............................................ 9
1.17 Pengujian Beton dan Baja ......................................................... 11
2. PERILAKU BALOK BETON BERTULANG AKIBAT PEMBEBANAN
2.1 Pembebanan ............................................................................... 16
2.2 Perilaku Balok Beton Bertulang ................................................ 16
2.3 Analisis Statika .......................................................................... 17
2.4 Pengaturan Beban Hidup ........................................................... 18
2.5 Illustrasi Perilaku Balok Beton .................................................. 18
3. DASAR-DASAR PERENCANAAN
3.1 Metode Perencanaan .................................................................
3.1.1 Metode Tegangan Kerja ...............................................
3.1.2 Metode Kekuatan Batas ................................................
3.2 Provisi Keamanan .....................................................................
3.3 Analisis Balok persegi Melentur Murni ...................................
19
19
19
20
23
28
28
32
41
4.3
4.4
5. DESAIN PELAT
5.1 Jenis Pelat.....................................................................................
5.2 Panjang Bentang Teoritis Pelat....................................................
5.3 Tebal Minimum Pelat...................................................................
5.4 Tumpuan Pelat.............................................................................
5.5 Prosedur Perencanaan Pelat.........................................................
5.6 Desain Pelat.................................................................................
5.7 Pembebanan Metode Amplop......................................................
44
62
70
85
91
91
92
93
93
96
97
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................119
LAMPIRAN
DAFTAR NOTASI
a
= Tinggi blok tegangan beton eqivalen
(mm)
ab
= Tinggi blok tegangan persegi eqivalen pada keadaan balanced (mm)
Ag (Agr) = Luas bruto penampang
(mm)
As
= Luas tulangan tarik
(mm2)
As
= Luas tulangan tekan
(mm2)
b
= Lebar penampang
(mm)
bw
= Lebar badan balok
(mm)
beff
= Lebar effektif balok
(mm)
c
= Tinggi garis netral
(mm)
Cc
= Gaya tekan pada beton
(N)
Cs
= Gaya pada tulangan tekan
(N)
d
= Tinggi effektif balok dan kolom
(mm)
d
= Tinggi selimut beton
(mm)
e
= Eksentrisitas aktual kolom
(mm)
eb
= Eksentrisitas pada keadaan balanced
(mm)
Ec
= Modulus elastisitas beton
(MPa)
Es
= Modulus elastisitas baja tulangan
(MPa)
EI
= Kekuatan lentur komponen struktur tekan
(N mm2)
fc
= Kuat tekan beton yang diisyaratkan
(MPa)
fy
= Tegangan leleh baja tulangan yang disyaratkan
(MPa)
h
= Tinggi penampang beton
(mm)
hf
= Tinggi pelat
(mm)
Ig
= Momen inersia dan penampang bruto kolomterhadap garis
sumbunya, dengan mengabaikan inersia tulangan
(mm)
k
= Faktor panjang effektif
lu
= Panjang tak tertumpu kolom
m
= Perbandingan tegangan leleh baja terhadap tegangan
tekan beton ekivalen
Mc
= Momen terfaktor hasil pembesaran
(mm)
Mdl
= Momen mati maximum rencana
(N mm)
Mll
= Momen hidup maximum rencana
(N mm)
Mn
= Kuat momen nominal pada suatu penampang
(N mm)
MR
= Kapasitas momen rencana pada penampang
(N mm)
Mu
= Momen rencana yang bekerja
(N mm)
M2b
= Nilai yang terbesar dari momen ujung terbesar
pada kolom akibat beban yang tidak menimbulkan
goyangan ke samping
(N mm)
M2s
= Nilai yang terbesar dari momen ujung terbesar
pada kolom akibat beban yang menimbulkan
goyangan ke samping
(N mm)
Pc
= Beban tekuk Euler
(N)
Pn
= Kuat tekan nominal
(N)
Pnb
= Kuat tekan nominal pada keadaan balanced
(N)
Pu
= Kuat tekan rencana yang bekerja
(N)
r
= Jari jari girasi penampang
(mm)
4
Vu
Vn
Vc
Vs
(N)
(N)
(N)
(N)
bal
1 PENDAHULUAN
2
1
Bahan Utama :
Semen
Agregat halus (pasir)
Agregat kasar (kerikil atau batu pecah)
Air (air yang di gunakan harus bersih dan bebas dari bahan-bahan
merusak yang mengandung oli, asam ,alkali, garam, bahan organik , atau bahanbahan lainnya yang merugikan)
4
mengubah atau
memodifikasi sifat-sifat beton yang dihasilkan (misalnya : accelerator, retarder dan sebagainya)
5
Pengertian-Pengertian
6
Beton (Concrete) : bahan yang diperoleh dari mencampurkan agregat halus, agregat
kasar, semen Portland dan air.
Beton pracetak (Precast) : beton yang sudah dicetak di pabrik dan tinggal dirangkai
saat penggunaan. Bagian beton bertulang atau tak bertulang dicetak dalam kedudukan
yang lain dari kedudukan akhirnya di dalam konstruksi.
10
11
Beton Serat (Fiber Concrete) : beton yang mempunyai tulangan berupa serat
seperti gypsum.
12
yang
belum
mengeras;
13
telah mengeras;
14
15 Tipe-tipe beton :
16 1. Beton Normal (normal weight), beton ini adalah beton yang biasanya digunakan
sebagai bahan bangunan.
17
18 3. Heavy weight, beton yang sangat berat. Beton ini biasanya digunakan untuk bangunan
lepas pantai agar tidak hancur oleh arus ombak.
3
Penyimpanan Bahan
23 Bahan semen dan agregat harus disimpan sedemikian rupa untuk mencegah kerusakan atau
intrusi bahan yang mengganggu. Setiap bahan yang telah terganggu atau terkontaminasi tidak boleh
digunakan untuk pembuatan beton
5
Sejarah Beton
Telah dikenal sejak pembuatan piramida oleh bangsa Mesir (memakai campuran batu kapur
dan tanah liat yang dapat mengeras bila tercampur air, bersifat hidrolis)
Bangsa Yunani, bangsa Etruria dan bangsa Romawi menggunakan semen dalam bangunan
mereka seperti Koleseum (Roma), Pont du Gard (Nimes), Pantheon (Roma).
Semen yang dipakai merupakan pembakaran campuran batu kapur dan debu vulkanis (batuan
tuff) dari daerah Pozzuoli (sekitar gunung berapi Vesuv dan Napoli).
John Smeaton (1756) menemukan adukan semen yang terbaik adalah campuran kapur Blue
Lias dan tanah liat yang digiling di waktu membangun mercu suar Eddystone
James Parker mengembangkan semen hidrolis yang dikenal dengan semen Romawi
Joseph Aspdin (1824) mematenkan semen Portland yang didapat dengan memanaskan
campuran tanah liat halus dengan batu kapur di tungku sampai seluruh karbon dioksida
(CO2) lenyap.
Isaac Johnson (1845) menemukan semen yang merupakan prototip dari semen Portland yang
sekarang yaitu dengan membakar batu kapur dan tanah liat hingga menjadi lahar yang
mengeras (until clinkering), sehingga menghasilkan bahan semen yang berkualitas baik.
24
6
Aplikasi Beton
25 Beton merupakan struktur yang paling fleksibel, sehingga bentuknya dapat beraneka ragam.
Sesuai dengan kebutuhan dan kegunaannya. Beberapa contohnya adalah :
26
27
28 1. Gedung (building)
1
Ring balk
7
3
8
5
Gewel
Kolom
Pelat lantai/atap
Balok (induk/anak)
Pondasi
Sloof
Lisplank
Tangga
9
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
2. Jembatan (Bridge)
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
Potongan A-A
56
57
58
59
1
Bendung (Weir)
60
61
62
63
64
65
1
66
67
68
69
70
71
72
73
Kualitias Beton
76
77
rasio air semen : Rasio air semen harus dihitung menggunakan berat semen di tambah
dengan berat abu terbang dan bahan pozzolan lainnya.
78
pengaruh lingkungan
79
81
b) Ketepatan pengukuran
83
b) Ketepatan pengukuran
10
Kekentalan : disesuaikan dengan cara transport, cara pemadatan, jenis konstruksi, dan
kerapatan dari tulangan
Cetakan dan Acuan : harus menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran
dan batas-batas yang dengan gambar kerja.
Pemasangan Tulangan : tulangan harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan
sesudah pengecoran agar tidak berubah bentuk.
11
86 - batu kapur atau kapur dari kapur tulis atau marl menghasilkan kalsium karbonat - tanah liat
atau batu tulis menghasilkan alumina dan silikat
87 Proses pembuatan semen
Semen tahan sulfat, biasanya digunakan pada bangunan tepian air seperti
pelabuhan atau dermaga.Semen tersebut membuat agar beton yang sudah jadi menjadi tidak
mudah terkikis.
Semen tahan panas tinggi, biasanya digunakan untuk wadah mengolah biji besi
panas.
Semen daya kering cepat, biasanya digunakan untuk membuat pondasi jembatan.
107 Komposisi Kimia dari Semen
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
119
120
121
122
124
125
126
127
129
130
131
132
118
Si
123
Al
128
B
133
Kapur: berlebihan, menyebabkan perpecahan semen setelah timbul ikatan. Tinggi tapi tak
berlebihan memperlambat pengikatan dan menghasilkan kekuatan awal yang tinggi.
Kekurangan mengakibatkan semen yang lemah. Kurang sempurna pembakaran menyebabkan
ikatan yang cepat.
Silika + Alumina: silika tinggi dan alumina rendah menghasilkan semen dengan ikatan
lambat, berkekuatan tinggi dan meningkatkan ketahanan terhadap agresi kimia.
Silika + Alumina: silika rendah dan alumina tinggi menghasilkan semen dengan ikatan cepat,
berkekuatan tinggi.
Besi Oksida: memberi warna abu-abu pada semen, dan mempunyai sifat yang seperti
alumina.
Komposisi kecil dari magnesium (MgO), dibatasi samapi 4 %, dan belerang (SO3), dibatasi
antara 2,5 dan 3 %. Jumlah yang berlebihan, kurang baik.
Komposisi kecil dari alkali (Na2O dan K2O) dapat bereaksi dengan beberapa jenis agregat
mengakibatkan perpecahan semen dan pengurangan kekuatan.
12
Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami batuan atau
pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukurna
butir terbesar 5,0 mm; Pasir pada campuran semen berfungsi sebagai
pengeras sehingga beton dapat menjadi sekeras batu.
134
135 1. Berwarna abu-abu kalau dalam keaadan kering. bewarna hitam kalau dalam keadaan
basah.
136 2. Tidak tercampur tanah, karena jika tercampur tanah akan mengganggu kerekatan.
13
Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau
berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir antara 5-40 mm. Kerikil pada campuran beton berfungsi sebagai
8
struktur pengeras agar kokoh. Kerikil yang baik adalah yang bentuknya tidak
rata agar setiap permukaan kerikil dapat terkena cairan beton. Sehingga dapat
membuat cairan beton menjadi tidak berongga.
14 Air
137
Air pada beton mempunyai fungsi sebagai pengencer dan bereaksi dengan semen.
Agar cairan beton dapat padat dan mengisi ruang-ruang sehingga membentuk cetakan.
138
Ciri-ciri air yang baik : tidak bewarna, tidak berbau dan tidak berasa.
139 Kriteria beton yang baik :
140 Beton yang baik memiliki takaran yang sesuai sehingga tidak terlalu
encer. Campuran antara semen, pasir, krikil dan air dapat tercampur
rata. Campuran beton tersebut dapat mengalir sehingga dapat mengisi
ruang-ruang dan dapat dibentuk seperti yang kita inginkan. Ciri yang
terakhir adalah tidak getas (brittle), tidak berongga, padat, dan kering
tidak mengandung air. Beton pada umumnya dibiarkan mengeras
dalam 28 hari (kecuali dengan perlakuan khusus).
15
Baja tulangan beton polos adalah baja tulangan beton berpenampang bundar dengan
permukaannya memiliki sirip melintang dan rusuk memanjang yang dimaksudkan untuk
rneningkatkan daya lekat dan guna menahan gerakan membujur dari batang secara relatif
terhadap beton, disingkat BjTS.
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
Gambar 2. Beberapa jenis baja tulangan
beton sirip
10
16
Baja tulangan beton tidak boleh mengandung serpihan, lipatan, retakan, gelombang,
cerna (luka pada permukaan) yang dalam dan hanya diperkenankan berkarat ringan pada
permukaan
167
Bentuk permukaan batang baja tulangan beton polos harus rata tidak bersirip.
Sedangkan bentuk permukaan batang baja tulangan beton sirip harus bersirip teratur. Setiap
batang diperkenankan mempunyai rusuk memanjang yang searah dan sejajar dengan sumbu
batang, serta sirip-sirip lain dengan arah melintang sumbu batang. Sirip-sirip melintang
sepanjang batang baja tulangan beton harus terletak pada jarak yang teratur. Serta
mempunyai bentuk dan ukuran yang sama. Bila diperlukan tanda angka-angka atau hurufhuruf pada permukaan baja tulangan beton, maka sirip melintang pada posisi di mana angka
atau huruf dapat ditiadakan. Sirip melintang tidak boleh membentuk sudut kurang dari 45
terhadap sumbu batang, apabila membentuk sudut antara 45 sampai 70, arah sirip
melintang pada satu sisi, atau kedua sisi dibuat berlawanan. Bila sudutnya diatas 70 arah
yang berlawanan tidak diperlukan.
168
171
170
177
175
176
180
181
11
182
178
183
187
185
186
190
191
195
196
200
201
205
206
210
188
192
193
197
198
202
203
207
208
212
213
217
218
222
223
227
228
211
215
216
220
221
225
226
12
229
232
234
235
236
237
230
259
269
279
289
299
309
319
329
339
349
359
369
379
389
0,7854 x d2
L=
(cm2)
berarti
394
396
100
395 b) Keliling nominal (K)
K = 0,3142 x d (mm)
dibulatkan sampai
3 angka berarti
398 d) Jarak sirip melintang maksimum = 0,70 d dibulatkan sampai
1 angka desimal
399 e) Tinggi sirip minimum = 0,05 d
dibulatkan sampai
1 angka desimal
400 Tinggi sirip maksimum = 0,10 d
402
13
dibulatkan sampai
403
404
406
408
409
419
420
433
Uji
Tarik
415
416
410
Uji
L
e
n
g
k
u
n
g
417
413
414
422
423
424
425
430
431
436
437
438
439
444
445
446
451
452
448
453
454
450
459
460
461
14
466
467
463
468
469
474
475
465
476
478
481
482
483
484
489
490
495
496
497
498
503
504
480
492
493
494
505
506
507
508
509
515
Benda Uji Beton dapat berupa kubus (15x15x15 cm) atau Silinder (diameter 15 cm,
P
tinggi 30 cm)
517
516
Pembuatan
15alok dan pengujian benda uji mengacu pada standar yang telah ditetapkan
15alok
15alok
30alok
15
15 cm
l1
lo
Tekan Beton
519
520
fc
Ultimate strenght
1 MPa = 1 N/mm2
521
522
hancur
N/mm
fc
20 MPa
= 20
523
524
525
0,002 0,003
526
527 B. Uji Tarik Baja
528 Benda Uji berupa baja tulangan yang dikecilkan pada diamater
tengahnya (sehingga putusnya baja terjadi di titik tersebut). Kemudian
ditarik dengan mesin uji tarik dan diukur pertambahan panjang (l)
pada setiap gaya yang diberikan (P)
529
P
530
531
lo
l1
532
533
534 Hubungan Tegangan (Stress) dan Regangan (Strain) pada Uji Tarik
Baja
535
536
Ultimate strenght
537
538
putus
fy
16
539
540
541
542
543 Modulus Elastisitas (E)
544
545 Besar Modulus Elastisitas Baja normal Es = 2.1 x 106 kg/cm2
546
547
Petugas pengambil contoh harus diberi keleluasaan oleh pihak produsen atau penjual
untuk melakukan tugasnya
Baja tulangan beton polos diukur pada satu tempat untuk menentukan
diameter minimum dan maksirnum.
Penentuan
berat
ditetapkan berdasarkan
berat
nyata
(aktual) yang
Baja tulangan beton sirip diukur jarak sirip, tinggi sirip, Iebar rusuk, diameter
dalam dan sudut sirip.
17
Pengukuran jarak sirip dilakukan dengan cara mengukur 10 (sepuluh) jarak sirip
rusuk atau celah kemudian hasil pengukuran lebar masing-masing rusuk dijumlahkan.
Diameter dalam diukur sekurang-kurangnya 3 (tiga) pada tempat yang
diperoleh dengan cara mengelindingkan potongan uji di atas permukaan lempengan lilin atau
tanah liat, kemudian dilakukan pengukuran sudut sirip pada gambar lempengan tersebut
553 Uji sifat mekanis
554 Batang uji tarik dan lengkung harus lurus dan kulit canai (luka pada permukaan) tidak boleh
dikerjakan (dihilangkan). Uji tarik dan lengkung dilakukan masing-masing 1(satu) kali percobaan
dari masing-masing potongan contoh uji
555 Pelaksanaan uji
556 1. Uji tarik
557 Uji tarik dilakukan sesuai SNI 07-0408-1989, Cara uji tarik untuk logam, dengan batang uji
sesuai SNI 07-0371-1998, Batang uji tarik untuk bahan logam (batang uji tarik no. 2 untuk
diameter < 25 mm dan batang uji tarik no. 3 untuk diameter 25 mm). untuk menghitung batas
ulur dan kuat tarik baja tulangan beton polos dan sirip digunakan nilai luas penampang yang
dihitung dari diameter nominal contoh uji.
558 2. Uji Iengkung
559 Uji lengkung dilakukan sesuai SNI 07-0410-1989, Cara uji lengkung tekan.
560
561 Syarat lulus uji
562 Kelompok dinyatakan lulus uji apabila contoh yang diambil dari
kelompok tersebut memenuhi Syarat mutu. Apabila sebagian syaratsyarat tidak dipenuhi, dapat dilakukan uji ulang dengan contoh uji
sebanyak 2 (dua) kali jumlah contoh uji yang pertama yang berasal
dari kelompok yang sama. Apabila hasil kedua uji ulang semua syaratsyarat terpenuhi, kelompok dinyatakan lulus uji. Kelompok dinyatakan
tidak lulus uji kalau salah satu syarat pada uji ulang tidak dipenuhi.
563
564 Beberapa Grafik hasil pengujian Beton Bertulang
565
fc
(MPa) 566
18
14
21
28
Umur (hari)
567
568
569
570
571
572
573
574
19
575
576
fc
(MPa)
578
579
580
581
582
583
584
fas
0,30 0,40
585
586
587
588
589
590
591
592
20
2.
2.1 Pembebanan
594 Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung tahun 1983 (PPIUG
1983) mengatur tentang semua pembebanan pada bagian gedung
meliputi :
1.
Beban Mati atau Dead Load (D) ialah berat dari semua bagian dari suatu gedung
termasuk berat sendiri yang bersifat tetap, dan segala unsur tambahan yang merupakan
bagian tak terpisahkan dari gedung misalnya untuk rangka kuda-kuda, penutup atap (untuk
genteng, reng dan usuk = 50 kg / cm 2), beban dari plafond, gording, penggantung gording
dan ikatan angin. Sedangkan untuk portal meliputi berat sendiri balok, kolom, pelat, spesi,
penutup lantai, dinding dan sebaginya.
2.
Beban Hidup atau Live Load (L) adalah semua beban yang terjadi akibat pemakaian dan
penghunian suatu gedung, termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barangbarang yang dapat dipindahkandan atau beban akibat air hujan pada atap; semua beban
yang dapat dipindah seperti beban pekerja (minimum sebesar 100 kg / cm 2) dan beban
yang diakibatkan air hujan maksimal diambil 20 kg / m 2 Besarnya beban hidup tergantung
dari fungsi bangunan
3.
Beban Angin atau Wind Load (W) ialah semua beban yang bekerja pada gedung atau
bagian yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan baik itu hisapan mampu tekanan.
4.
Beban Lateral/Kejut atau Horisontal Load (H) adalah semua beban kea rah horizontal
gedung akibat kejut atau hentakan.
5.
Beban Gempa atau Earthquake Load (E) adalah semua beban yang diakibatkan oleh
getaran gempa bumi.
6.
Beban Perubahan Suhu atau Temperature Load (T) adalah beban khusus yang
diakibatkan oleh perubahan temperatur atau suhu.
595
BEBAN
21
Tumpuan
596
597
598
598
Lapangan
599
600
601
602
603
Daerah Tumpuan :
604
Tarik
diserat atas
605
Tekan
diserat bawah
606
Daerah Lapangan :
Tulangan yang
dominan berada
607
Tarik
diserat bawah
di atas
Tulangan yang
dominan berada
608
Tekan
diserat atas
di bawah
609
610
611
TARIK
612
613
Garis netral ialah : garis dimana tidak terjadi tarik maupun tekan atau sama
dengan nol.
A
614
615
Garis netral
616
A
617
618
619
620
22
621
622
2.3 Analisis Statika
623
akan mengalami gaya dalam (Fx, Fy, Fz, Mx, My, Mz)
yang umumnya secara sederhana untuk 2 (dua) dimensi
dikelompokkan menjadi 3 :
Bid. D
+L
-
Bid. M
+L Mmax
626
627
628
629
630
631 Akibat gaya-gaya dalam tersebut, maka struktur harus mampu menahannya.
632
633
Beton
menahan tekan
634
Baja
menahan tarik
635
636
Beton runtuh
637
Baja leleh/putus
638
ketentuan berikut:
1
Beban hidup dapat dianggap hanya bekerja pada lantai atau atap yang sedang
ditinjau, dan ujung-ujung terjauh kolom dapat dianggap terjepit, selama
ujung-ujung tersebut menyatu (monolit) dengan komponen struktur lainnya.
1)
23
a.
b.
640
Secara sederhana balok beton yang menahan gaya luar akan cenderung melentur
mengikuti arah bidang momen, sehingga pada serat bagian atas balok akan tertekan (dipikul
oleh beton) dan pada bagian serat bawah akan tertarik (dipikul oleh baja tulangan), apabila
tidak diberi tulangan atau kekurangan tulangan balok akan retak (crack) mengikuti arah
vertikal.
641
642
Metode Perencanaan
645 3.1.1 Metode Tegagan Kerja
646
Metode Tegangan Kerja (working stress method) terpusat pada keadaan beban layan.
Didalam metode ini, suatu unsur struktur direncanakan sedemikian hingga tegangan yang
diakibatkan oleh aksi beban kerja (service load) dan yang dihitung secara mekanika dari unsurunsur yang elastis tidak melampaui suatu harga ijin yang ditetapkan. Beban kerja adalah beban
yang benar-benar terjadi pada masa kerja dari struktur. Didalam metode tegangan kerja,
24
tegangan yang dihitung secara elastis harus lebih kecil atau sama dengan tegangan yang
diijinkan, atau:
647
648
f fijin
atau dengan kata lain tegangan yang terjadi tidak boleh melampaui tegangan yang
diijinkan
649
650 Ket : : tegangan yang terjadi
651
653
Metode ini lebih dikenal dengan METODE ELASTIS dan mengacu pada Pedoman
Beton tahun 1971 (PBI 71), dan tidak dibahas pada buku ajar ini.
654 3.1.2 Metode Kekuatan Batas
655
Didalam metode Kekuatan Batas atau Metode Rencana Kekuatan (ultimate strength
method or strength design method) terpusat pada keadaan pembebanan yang melampaui beban
kerja pada saat struktur terancam keruntuhan, beban kerja dinaikkan secukupnya dengan suatu
faktor untuk mendapatkan beban pada mana keruntuhan dinyatakan telah diambang pintu.
Beban ini dinamakan beban berfaktor. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa kekuatan yang
tersedia lebih kecil atau sama dengan kekuatan yang diperlukan untuk memikul beban
berfaktor.
656
Rn > Ru
25
659
SNI pasal 3.2.3 adalah kekuatan nominal (Rn) dikalikan faktor reduksi
kekuatan ( ). Sedangkan kekuatan perlu pada suatu komponen struktur
menurut SK SNI 1991 pasal 3.2.2 adalah kekuatan yang terjadi akibat beban
(Ru) dikalikan faktor beban ( ).
2
Provisi Keamanan
660
26
662
663
665
N
o
666
664
667
1.
669 670
Gaya
668
0,80
Aksial tarik dan aksial tarik dengan 671
2. lentur
0,80
672
674
673
Geser dan torsi
3.
0,60
676
Aksi tekan dan aksial tekan dengan
lentur
675
4.
677
spiral
678
pengikat
682
5.
685
686
679
(sengkang)
683
680
0,70
681
0,65
684
0,70
No
si Beban
691 692
D+L
690
693
1,2 D + 1,6 L
1.
694 695
D + L + 696
2.
W
697 698
D+W
0,90 D + 1,3 W
699
3.
27
700 701
D+L+H
702
4.
703 704
D+L+T
705
5.
706 707
1,2 T )
D + LR + 708
1,05 (D + LR (E)) atau 0,9 (D + E)
6.
709
710
Keterangan :
711
712
719
LR
713
714
715
716
717
718
Jika momen kecil maka tulangan yang dibutuhkan juga kecil, tetapi
seharusnya untuk menghindari retak pada beton, maka harus diberi luasan
tulangan minimum yang besarnya sesuai SK SNI 1991 pasal 3.5.5. Karena
beban memiliki sifat kehancuran mendadak, maka untuk menghindari
penurunan yang berlebihan sebelum runtuh perlu pembatasan tulangan
minimum yaitu :
720
721
min
5-5 butir 2 yang berisi batasan luasan tulangan tarik maksimum sebesar :
722
max
723
= 0,75
dimana
bal
bal
= 0,85
28
1= 0,85 0.008 (fc-30 Mpa) atau 1 direduksi 0,008 untuk setiap kelebihan 1
Mpa untuk 30 MPa < fc< 55 MPa
29
735
3
736
737
738
739
740
741
742
743
744
745
746
747
748
749
750
751
752
753
30
754
755
756
757
758
759
760
761
762
763
764
765
766
767
768
769
770
771
Keterangan
d =
d =
h =
c =
s =
y =
fc =
fy =
As =
c =
a =
Cc =
T =
Mn =
772
773
:b
=
lebar balok
tinggi efektif balok
tebal selimut beton
tinggi balok
regangan beton (concrete)
regangan baja (steel)
regangan leleh baja (steel)
mutu beton
mutu baja
luas ulangan
jarak garis netral ke serat atas
tinggi blok tegangan
gaya tekan beton
gaya tekan baja
Momen Nominal
31
774
775
Dimana :
776
1 = 0,85 umur fc < 30 MPa
777
778
779
30)
1 = 0,85
782
780
Untuk fc> 55 MPa
781
Keseimbangan kondisi balance :
783
Cc = T
784
0,85 . fc . a . b = As . fy
785
786
Mn = Cc . z
787
788
atau
= T.z
789
790
syarat :
791
792
793
Balanced ( Imbang )
s = y
s < y
794
795
796
32
c = 0,003
797
798
799
800
s = y
801
802
803
804
Balanced
805
Cc = T
806
0,85 . fc . a . b = As.fy
807
0,85 . fc . (1 . c) . b = As.fy
808
0,85 . fc . 1
. b = (bal . b . d) fy
33
809
Dimana :
810
811
34
Bentuk umum distribusi tegangan regangan dari balok yang mencapai kekuatan nominalnya adalah
sebagai berikut :
816
817
818
819
820
821
822
823
824
cu
. Sewaktu beton
35
bila
jumlah
tulangan
cukup
banyak
untuk
cu
sebesar 0,003.
826
827
828
829
830
831
832
833
834 Diagram tegangan beton diidealisasikan oleh Whitney menjadi
penampang persegi dengan harga a = 1 . c.
835
cu
maksimum betyon tepat mencapai harga 0,003 bersamaan dengan dicapainya regangan tulngan tarik
sebesar y = fy / Es. Sejumlah luas tulangan tarik Asb akan memberikan jarak garis netral cb untuk
keadaan regangan berimbang ini. Jika sekiranaya As yang ada lebih besar dari As b maka
keseimbangan dari gaya-gaya dalam (C = T) akan mengakibatkan kenaikan di dalam tinggi a dari
36
diagram regangan dan tegangan tekan (sehingga c melampaui c b) dengan demikian regangan
menjadi lebih kecil dari
untuk
cu
akan
pada saat regangan beton mencapai 0,003 sekalipun balok mengalami deformasi yang masih kecil
(tulangan belum leleh) sehingga memberi aba-abab yang cukup untuk keruntuhan.
836 Dipihak lain bila As yang ada lebih kecil dari As b, gaya tarik akan
mengecil, sehingga keseimbangan gaya dalam akan mengurangi
ketinggian a dari blok tegangan tekan (c lebih kecil dari c b) dan
melebihi
.
Y
838
839
840
841
842
843
844
37
848
849
850 Es = modulus elastisitas baja = 200000 Mpa
851
852 Gaya tekan Cc = 0,85 . fc . b . 1 . cb
853 Gaya tarik Ts = Asb . fy = b . b . d . fy
854
855
0,85 . fc . b . 1 . cb = b . b . d . fy
856 b
857
858
859 Untuk menjamin pola keruntuhan yang daktail di dalam lentur, maka
disyaratkan jumlah tulangan tarik tidak melebihi 75% dari tulangan
pada kondisi berimbang, atau:
860
max
= 0,75 b
861 Bila baja tulangan di dalam suatu unsur yang mengalami lentur dengan
Mu yang kecil hanya sedikit jumlahnya, balok kemungkinan akan
berfungsi di dalam keadaan yang tidak retak. Akan tetapi metode yang
38
Persyaratan
keruntuhan
minimum
yang
mengharuskan
862
min
- 0,5 . b
Diketahui pembebanan balok, dimensi balok, ukuran bentang, mutu baja dan mutu beton
serta penulangan balok.
866
867
1
Contoh Soal :
Hitung Kapasitas Momen Berfaktor (Mu) dan Beban Berfaktor (qu) dari balok ukuran 25/45
sebagai berikut :
868
869
870
871
872
fc = 20 MPa
fy = 250 MPa.
L =7m
873
874
875
+L Mmax
potongan A A
39
876
877
878
Penyelesaian :
879
880
881
882
883
884
885
886
887
888
889
890
891
892
40
893
894
Luas Tulangan
895
As = 5 . (1/4 . 1,62 )
896
= 10,053 cm2
897
898
Lihat Gambar Analisis Penampang Persegi
899
900
Cc = T = As.fy
905
fy = 250 MPa
901
= 10,053 . (2500)
906
902
= 25132,5 kg.
907
903
Cc = 0,85 . fc . a . b
908
904
25132,5
0,85 . 200 . a .
909
25
911
910
Momen Yang Mampu Ditahan (Mn)
912
Mn =
T.z
913
T . (d a/2 )
914
25132,5
915
930983,2 kg.cm
916
9309,832 kg.m
917
Mu =
918
. Mn
0,8 . 9309,832 = 7447,865 kg.m
919
920
Mu =
921
qu =
922
41
= 5,914 cm.
= 2500 kg/cm2
fc = 20 MPa
= 200 kg/cm2
923
2
Contoh Soal
Hitung kapasitas momen berfaktor (Mu) & beban berfaktor (P) dari balok
924
fc = 32 MPa
925
fy = 280 MPa.
926
927
928
929
930
931
932
933
934
935
936
937
Penyelesaian :
938
Luas Tulangan
939
As = 6 . (1/4 . 22 )
940
= 18,85 cm2
42
941
942
943
944
945
946
947
= 18,85 . (2800)
948
= 52.780 kg.
949
Cc = 0,85 . fc . a . b
950
52.780
= 0,85 . 320 . a . 30
951
952
fy = 280 MPa
= 6,468 cm.
= 2800 kg/cm2
953
954
fc = 32 MPa
= 320 kg/cm2
955
956
0,85.fc'
957
958
959
960
961
Cc
45 cm
z = (d-a/2)
As
962
30 cm
T = As.fy
43
Mn
963
964
965
Mn =
T.z
966
T . (d a/2 )
967
52.780
968
2204409,48 kg.cm
969
22044,0948 kg.m
970
Mu =
971
. Mn
0,8 . 22044,0948 = 17635,27584 kg.m
972
973
Mu =
974
P =
8817,63792 kg.
976
977
Dimana :
978
m=
Rn
. fy (1 . m)
44
979
6
980
Dimana
Gambar penulangan.
982
983
1
Contoh Soal
Rencanakan ukuran balok (b dan d) dengan tulangan tunggal (As) yang memikul beban
seperti berikut :
984
qL = 800 kg/m1
985
986
qD = 1200 kg/m1
987
988
989
L = 10 m
990
fy = 300 MPa.
991
992
Penyelesaian :
a Menaksir harga :
993
994
995
996
45
997
b
Analisis statika
998
999
1000
1001
1002
1003
1004
46
1005 m =
1006
1007 Rn =
. fy (1 . m)
1008
1009
4,941 MPa
1010
49,41 kg/cm2
1011
d
= 35 cm
1013
d = 50 cm.
1014 Maka
e
1015
f
1016
1017 Misal dipakai : 6 28
1018
1019
1020
g
Gambar Potongan
47
1021
1022
1023
1024
1025
1026
1027
1028
1029
1030
1031
1032
1033
1034
1035
1036
1037
2
Contoh Soal
Jika diketahui Balok Miring dengan pembebanan sebagai berikut, rencanakan balok tersebut
:
1038
1039
fc = 35 Mpa
1040
fy = 240 MPa
1041
1042
1043
48
1044
1045
1046
1047
1048
1049
1050
1051
1052
1053
1054
1055
1056
1057
1058
1059
49
1060
Penyelesaian :
1061
1062
1063
b
Analisis Statika
1064
MB = 0
1065
1066
MA = 0
1067
50
1068
1069
1070
1071
1072
1073
1074
1075
1076
1077
1078
c
1079 m =
1080
1081 Rn =
. fy (1 . m)
1082
1083
9,57984 MPa
1084
95,7984 kg/cm2
1085
d
1087
= 10 cm
d = 18 cm.
1088 Maka
e
51
1089
f
1090
1091 Misal dipakai : 8 12
1092
1093
1094
1095
1096
1097
Contoh Soal
3 Diketahui Balok dengan pembebanan sebagai berikut. Rencanakanlah dimensi balok dan
penulangan tunggal balok tersebut .
1098
1099
1100
1101
1102
1103
1104
fc = 500 kg.
1105
52
qu = 500 kg.
1106
1107
1108
1109
1110
1111
1112
1113
Penyelesaian :
1114
1115
b
Analisis Statika
1116
1117
1118
= 2375,197 kg.m
1119
1120
53
fy = 500 kg.
1121
c
1122 m =
1123
1124 Rn =
. fy (1 . m)
1125
1126
9,57984 MPa
1127
95,7984 kg/cm2
1128
d
1130
= 11 cm
d = 17 cm.
1131 Maka
e
1132
1133
1134
f
1135
1136 Misal dipakai : 3 20
54
1137
55
Balok disebut balok tulangan rangkap (ganda) apabila didaerah tekan diberi
tulangan tekan.
1139
Misal :
1140
As = Luas tulangan
tekan
1141
As = Luas tulangan
tarik
1142
1143
1144
1145
1146
1147
1148
1149
1150
1151
1152
Jika ternyata tulangan tekan tidak leleh maka anggapan dimodifikasi lagi.
1153
1154
1155
Dimana :
fs
1156
fs
1157
fy
1158
56
1159
1160
1161
1162
Tulangan Tunggal
1165
1166
Selain pada daerah tarik, tulangan juga
dipasang pada daerah tekan
1167
1168
tulangan
tunggal
Tulangan Rangkap
baris
(bukan rangkap)
57
1169
1170
1171
c = 0,003
1172
1173
1174
1175
1176
1177
1178
1179
58
1180
1181
1182
1183
1184
1185
1186
1188
Kondisi Imbang :
1189
T = Cc + Cs Dimana : Cc = 0,85 . fc . a .b
1190
Cs = As.fy
1191
T = As .fy
1192
1193
Sehingga :
As.fy
T
=
Cc + Cs
0,85 . fc . a . b + As . fy
1194
1195
1196
1197
Mn
Cc . (d a/2) + Cs (d d)
1198
1199
Kemudian regangan yang terjadi dikontrol, apakah asumsi awal benar, yaitu jika tulangan
1201
1202
1203
1204
1205
1206
Apabila tulangan tarik dan tekan belum leleh, maka tegangan baja tarik :
1207
Apabila tulangan tarik dan tekan belum leleh, maka tegangan baja tekan :
1208
Sehingga :
1209
1
c = 0,003
1211
1212
1213
1214
1215
1216
1217
1218
1219
1220
1221
Keterangan :
a
= Tinggi Blok Teganngan (a = c)
b
= Lebar Balok
1222
1223
1224
1225
1226
c
c
s
s
d
1227
1228
Cc
d1
1229
1230
Cs
d2
1231
1232
T
As
1233
1234
1235
1236
fs
h
fs
fc
1237
1238
fy
1239
1240
1241
Es
1242
1243
Pada Analisis awal, tulangan tekan (As) dan tulangan tarik (As) diasumsi
fs
= fs= fy
1245
1246
1247
1248
tulangan rangkap :
1249
1250
1251
c = 0,003
1252
d
Cs
1253
c
1254
a
s
Cc
Mn
1255
d
T
Tegangan
Regangan
1256
1257
1258
1259 Cc
= 0,85 . fc . a . b
1260 Cs`
= As . fs
= As . fy
1261 T
= As . fs
= As . fy
1262
1263 T
= Cc + Cs
1264
1265 Mn
= Cc . (d d/2) + Cs (d d)
1266
Untuk mengetahui dan mengontrol apakah sesuai asumsi sudah leleh apa
c =0,003
1268
s'
1269
Tekan
1271
1270
1272
1273
1274
1275
Tarik
1276
1277
Baja Tarik As
1278
1279 fs = s.Es
jika
1280
1281
1282
1283
Tegangan
1284 fs = s.Es
jika
1285
1286
1287
1288
1289
Ganti besaran Cs = As . fs
1290
> fy atau fs
< fy atau fs
< fy
> fy
1291
Contoh Soal :
1292
1293
1294
1295
1296
1297
1298
1299
1300
Potongan A-A :
1301
1302
c = 0,003
s
1303
1304
1305
1306
1307
1308
Penyelesaian
1309
1310
Cc
= 0,85 . fc . a .b
1311
0,85 . 200 . a . 30
1312
5100 a kg/cm
1313
1314
Cs
= As.fy
1315
6,284 . 3000
1316
18852 kg
1317
1318
T=
1319
24,128 . 3000
1320
72384 kg.
As .fy
1321
d. Keseimbangan
1322
T=
1323
72384
5100 a + 18852
1324
10,496 cm.
1325
1326
1327
Cc + Cs
1328
1329
1330
1331
1332
Momen Nominal
1333 Mn = Cc . (d a/2) + Cs (d d)
1334
1335
= 3243896,659 kg.cm
1336
= 32438,96659 kg.m
1337
1338
1339 Mu = . Mn
1340
1341
1342 Kontrol Tulangan
1343 fc = 20 MPa < 30 MPa
1344
1345 Tinggi garis netral
1346
1347
1348 Tegangan tekan
1 = 0,85
1349
1350
1351 Tegangan tekan baja
1352 fs = s . Es
1353
= 0,001785 . 200.000
1354
1355
1356 Regangan tarik
1357 s = 0,003 .
1358
= 0,003 .
1359
1360 Tegangan tarik baja
1361 fs = s . Es
1362
= 0,0091477 . 200.000
1363
1364
KONTROL
1366
1367
1368
1369 Besar qu yang bisa ditahan :
1370 Mu = 1/8 . qu. L2
1371 qu=
1372
1373
1374
1375
Diketahui
balok
1382
bentang :
1383
1384
1385
1386
1387
1388
1389
1390
1391
1392
1393
1394 Penyelesaian :
1395 Analisis statika :
1396
MB = 0
1397
1398
V = 0
1399
1400
mencari x
1401
1402 Mmax = VA (x) q (x)2
1403
1404
= 2,778 qu
1405
c = 0,003
s
1406
1407
1408
1409
1410
1411
1412
1413
1414
1415
1416
1417
1418
1419
1420
1421
1422
1423
1424
1425
1426
1427
1428
1429
1430
1431
1432
1433
1434
1435
1436
Cc
= 0,85 . fc . a .b
1437
0,85 . 280 . a . 30
1438
7140 a kg/cm
1439
1440
Cs
= As.fy
1441
2,262 . 2000
1442
4524 kg
1443
1444
T=
1445
12,064 . 2000
1446
24128 kg.
1447
As . fy
Keseimbangan
1448
T=
Cc + Cs
1449
24128
7140 a + 4524
1450
2,746 cm.
1451
1452
1453
1454
1455
Momen Nominal
1456 Mn = Cc . (d a/2) + Cs (d d)
1457
1458
1459
= 1166030,358 kg.cm
1460
= 11.660,30358 kg.m
1461
1462
1463
1464
1465 Mu = . Mn
1466
1467
1468 Kontrol Tulangan
1469 fc = 28 MPa < 30 MPa
1470
1471 Tinggi garis netral
1472
1473
1474 Tegangan tekan
1475
1 = 0,85
1476
1477 Tegangan tekan baja
1478 fs = s . Es
1479
1480
1481
= 428,97 kg/cm2
1482
1483 Regangan tarik
1484 s = 0,003 .
1485
= 0,003 .
= 0,0434 . 200.000
1489
1492
1493
1494
1495 Tinggi garis netral
1496
1497
Kontrol
1499
1500
1501
1502
1503
1504
1505
1506
1507 Momen yang mampu ditahan :
1508 Mu = Mn
1509
1510
1511
1512 qu =
1513
1514
1515
1516
1517
1518
3 Diketahui balok tulangan rangkap :
Contoh Soal :
1519
1520
1521
1522
1523
1524
1525
1526
1527
1528
1529
1530
1531
1532 fc = 30 MPa
1533 fy = 240 MPa
1534
1535 Penyelesaian :
= 300 kg/cm2
= 2400 kg/cm2
1536
Analisis statika :
1537 MB = 0
1538
VA . 7 qu . 3,215 = 0
1539
VA=
= 1.071 qu
1540
1541
1542
1.071 qu + VB = 3qu
1543
1544
1549
1550
= 0
VB = 1,929 qu
1545
1,071(3-x) = 1,929x
1546
1547
3.213 = 3x
1548
x = 1.071 m
1551
1552 Mmax
= VA (4,071) qu (1,071)2
1553
1554
= 4,360 qu 0,547 qu
1555
= 3,786 qu
1556
qu
1560 Cc = 0,85 . fc . a . b
1561
= 0,85 . 300 . a . 23
1562
= 5865 a kg/cm
= 2,365 . 2400
1566
= 5645,4 kg
1568 T = As . fy
1569
= 10,780 . 2400
1570
= 25872 kg
1571
1572 Keseimbangan
1573 a =
1574
1575
1576
1577
1578 Momen Nominal
1579 Mn =
= 3,447 cm
1580
1581
= 983035.5951 kg.cm
1582
= 9830.35591 kg.m
1583
1584 Momen berfaktor (Mu)
1585 Mu =
1586
1587
= 7864,584761 kg.m
1588
1589 Kontrol tulangan
1590 fc = 30 mpa 30 mpa 1 = 0,.85
1591 Tinggi garis netral
1592 C =
= 4,055
1594
1595 s =
1596
= 7,.805.10-4
= 7,805.10-4 . 200000
1600
1601
= 1561,036 kg/cm2
1602
1603
1604
1605
1606 Regangan tarik
1607 s = 0,003
1608
= 0,003
1609
= 0,026593
1610
1611 Tegangan tarik baja
1612 fs = s Es
1613
= 0,026593 200000
1614
1615
= 53186,1898 kg/cm2
1616
1617 min =
= 5,8.10-3 = 0,006
1618 ada =
= 0,0117
1620
= 0,75 0,85 1
1621
= 0,04838
1625 a =
1626
= 3,784
1627
1628
1629
1630 Mn = 0,85.fc.a.b (d-a/2) + As.fs(d-d1)
1631
1632
= 981815,5715 kg.cm
1633
= 9818,155715 kg.m
1634
1635 C =
= 4,451 cm
1636
= 9,78.10-4 . 200000
1640
1642 Mu =
1643
1644
= 7854.5246 kg.m
1645
1646 qu =
=
1647
1648
1649
1651
Syarat
1652
1653
Syarat
min
1654
Dimana :
min
max
1656
1657
max
= 0.85 . 1 .
1655
= 0,75 . bal +
1658
Untuk perencanaan diambil - < 0.5 bal
1659
1660
1661
1662
1663
1664
Keterangan
min
max
bal
1665
min
1666
1667
1668
1669
max
As
As
d
1670
1671
1672
:
= rasio luas tulangan minimum dan luas beton untuk tulangan tunggal
= rasio luas tulangan maksimum dan luas beton untuk tulangan tunggal
= rasio luas tulangan maksimum dan luas beton kondisi imbang
= rasio luas tulangan minimum dan luas beton untuk tulangan ganda
= rasio luas tulangan maksimum dan luas beton untuk tulangan ganda
= luas tulangan tekan
= luas tulangan tarik
= tebal selimut beton
1673
1
Contoh Soal :
fc = 20 MPa
1675
1676
1677
1678
Penyelesaian :
1679
Analisa Statika
1680
1681
1682
1683
1684
1685
1686
1687 qu = 1,2 qd + 1,6 ql
1688
= 1,2(1200) +1,6(800)
1689
= 2720 kg/m
1690 Mu = qu L2
1691
= 2720.100
1692
= 34000 kg.m
fy = 300 MPa
1693 Mn =
1694
1695
1696 Menetukan ukuran balok perhitungannya sama dengan tulangan tunggal
1697 min =
1698 max
= 0,00467
= 0,75
1699
= 0,.75
1700
= 0,02408
1701
1702
taksir harga = 0.02 (berada diantara min dan max) maka kemudian hitung
1703 m =
1704
= 17,647
1709 b.d2perlu
= 86011,8432 cm2
1712
d = 50
1713
= 35
b.d2ada = 35.502
= 87500
b.d2perlu
1714
1715
1716
1717
1718
1719 Tebal selimut atas dan bawah = 4 cm
1720 Kontrol baru
1721 Perhitungan tulangan rangkap
1722 - = 0.5 bal
1723
= 0,5
1724
= 0,5
1725
= 0,01606
1730 a =
1731
1732
= 14,1667 cm
1733
1735
1736
= 0,02
1737
1738 untuk mencari luas tulangan tekan (As) :
1739 gunakan,
1740 Mn
= Cc (d - a/2) + Cs (d d1)
= 4,5832 cm2
= 28,0972
= 28,0972
1746
As
= 32,6803 cm2
1747
1748 Misalkan dipakai :
1749 As pakai
= 314
= 4,620 cm2
1750 As pakai
= 529
= 33,026 cm2
1751
1752 Kontrol tulangan terpasang
1754
1755
1756
= 0,010347
1757 max
= 0,75 bal +
1758
= 0,02408 + 0.00264
1759
= 0,02672
1760 ada =
= 0,018872
1761
1762
1764
1765
1766
1767
1768
1769
1770
1771
1772
1773
1774
Contoh Soal
Rencanakan
penulangan rangkapnya !
1775
1776
1777
1778
1779
1780 Penyelesaian !!!
1781 MB
= 0
1783 RAV =
1784 RAV = 3t
1785 DX
1786
= RAV -
=
= 36 x2 = 12
1787 3x2
1788
x = 3.404 m
1789 Mmax
= Mu = RAV.x-
1790
1791
= 6,928203 tm
ukuran
beton
dan
1792
= 6928,203 kg.m
1793
1794 Mn =
1795
= 8660,254 kg.m
= 866025,4027 kg.cm
1797 min =
1798 max
= 0.005
= 0,75
1799
= 0,75
1800
= 0,033
1802 m =
1803
= 13.176
= 0,03.280(1-1/2.0,03.13,176)
1806
= 6,739824 mpa
1807
= 67,39824 kg/cm2
1808
1810 b.d2perlu=
= 12849,6135 cm2
= 15
1813
= 30
1814
b.d2ada
= 15.302
= 13500
b.d2perlu ok
1815
1817
1818
= 0,03
Ok
1819
1820 Tebal selimut atas dan bawah
1821 d = 5 cm
1822 Perhitungan tulangan rangkap :
1823 - = 0,5 bal
1824
= 0,5
1825
= 0,5
1826
= 0,021992
1830
a=
1831
1832
= 8,693 cm
1833
Mn
= Cc (d - a/2) + Cs (d d1)
As
= 2,217 cm2
1840
As
= As + 9,896
1841
= 2,217 + 9,896
1842
= 12,113 cm2
1843
= 212
= 2,262 cm2
1846 As pakai
= 814
= 12,320 cm2
1847
1848 Kontrol tulangan terpasang
1849 min
= 0,85 1
1850
1851
1852
= 0,0252
1853 max
= 0,75 bal +
1854
= 0,03299 + 0,005027
1855
= 0,03802
1856 ada
=
1857
= 0.0274
1858
1859
1860 Gambar Potongan :
1861
1862
3
1865
1868
1869
1870
1871
1872
1874
1875
1876
1877
1878
1879
1880
1881
Sengkang ada 2
1882
1) sengkang vertikal
:
2) sengkang miring
1883
1884
1885
Keruntuhan :
akibat lentur (momen)
1886
1887
1888
1889
1890
1891
1892
1893
Perhitungan
Tulangan
Geser
Sengkang
1894
1895
Vn = Vc + Vs
1896
1897
Vn =
dimana
1898
Vc =
1899
1900
Vs =
1901
1902
Vs =
1903
1904
Vs 2/3
1905
1906
Vu < Vc
Apabila :
tidak perlu tulangan geser, cukup pakai tulangan sengkang praktis saja
Vu >Vc
1908
Vu >0,5 Vc
1910 Av =
Bila
1912 Jarak max = d/2 atau 60 cm (pilih yang terkecil)
Bila
1913 Jarak max = d/4 atau 30 cm (pilih yang terkecil)
1914
Keterangan
1915
1916
1917
1918
1919
1920
1921
1922
1923
1924
1925
1926
:
Vn
Vu
Vc
Vs
bw
d
Av
S
fc
fy
=
=
=
1928
Fungsi sengkang :
1929
1927
dan mengikat tulangan utama agar posisi tulangan tersebut tetap lurus.
1930
-
Pemasangan Sengkang
Pada daerah tumpuan LEBIH RAPAT dari pada daerah lapangan, karena gaya lintang
maximum terletak pada tumpuan
Dapat dibuat persegmen sesuai keinginan perencana misal diagram gaya lintang, sbb :
Vu1
Vu2
II
Vu3
III
1931
1932
1933
1934
1935
1936
1937
1938
1939
Pada daerah I
Vu1
1940
Pada daerah II
Vu2
1941
1942
Vu3
(Semakin besar harga Vu maka jarak atau spasi antar sengkang semakin
rapat)
1943
1944
1945
1946
1947
1948
1949
1950
1951
1952
1953
1954
1955
1956
1957
1958
1959
1960
1961
1962
1963
1964
1965
1966
1967
1968
Sengkang Vertikal
1972
2 . Sengkang
Miring
1973
1974
1975
1976
1977
1
Keruntuhan Balok
2 . Akibat Geser
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
-
- Beban Besar
1990
Contoh Soal :
d1 = 3 cm
qL
1991
1.
Diketahui sebuah balok dengan pembebanan sebagai berikut :
1992
1993
qD
1994
1996
L=9m
h =50 cm
d2 = 3 cm
1995
1997
Diketahui :
1998
qL
800 kg/m
1999
qD
1200 kg/m
2000
fc
24 Mpa
2001
fy
240 Mpa
2002
2003
Ditanya :
2004
bw = 28 cm
2005
2006
PENYELESAIAN :
2007
Analisa Statika:
qu = 1,2 qD +1,6 qL
2008
2009
2010
2011
2012
qu
= 1,2 qD + 1,6 qL
2013
2014
= 2720 kg/m
2015
2016
RB
2017
2018
2019
2020
2021
2022
RA = RB = (1/2) . qu . L
2023
= (1/2) . 2720 . 9
2024
= 12240
kg
2025
2026
2027
2028
2029
Vc
1Mpa = 1 N/mm2
2030
1N
= 0,1 kg
2031
= 107450,95 N
2032
= 10745,095
kg
2033
2034
2035
2036
2037
2038
tulangan :
2039
Vs = Vn Vc
2040
= 20400 10745,095
2041
= 9654,905 kg
Vn < Vc + Vs
2042
2043
diameter 8 mm
2044
2045
2046
= 1,0053 cm2
2047
2048
2049
Kemudian dikontrol :
2050
2051
= 214901,9 N
2052
= 21490,19 kg
2053
2054
2055
2056
Dipakai 8 11 cm
2057
2058
2059
2060
2061
2062
2063
2064
2065
2066 Misal pada jarak 1,5 m dari tumpuan A
2067
2068
= 21490,19 kg
2069
TUGAS :
2070
(1/2 bentang )
2071
2072
Vu = 12240 kg
2073
Vu1
Vu2
2074
2075
2076
2077
1,5
1,5
1,5
4,5
2078
L=9m
2079
2080
Jika pada contoh soal diatas kita menyelesaikan pada daerah I, sekarang
2082
2083
1
Contoh soal
2085
2086
2087
Penyelesaian :
2088
2089
2090
MB
= 0
2091
RA
= 0
= 19035 kg
2092
2093
= 0
2094
RA + RB
= qu
2095
19035 + RB = 3290
2096
RB
= 10575 kg ()
2097
2098
2099
Vu = 12455 kg
2100
2101
Vn =
2102
2103
Vc =
2104
= 20759.33 kg
= 3972,99 kg
2105
.Vc = 0,6.3872,98
2106
0,5. .Vc
2107
karena : Vu
= 2323,788 kg
= 0,5.0,6.3872,98
= 12455 kg
= 1161,894 kg
> .Vc = 2323,788 kg
> 0,5. .Vc
2108
2109
2110
2111
Vs = Vn Vc
2112
= 20758,33 - 3872,98
= 16885,35 kg
2113
2114
masing-masing
2115
A =
2116
2117
Av = 2 . A
= 0.785 cm2
= 1161,894 kg
2118
= 2(0,785)
2119
= 1,571 cm2
2120
2121
2122
Sperlu =
2123
Kemudian dikontrol
2124
1/3
2125
karena :
2126
2127
2128
S =
2129
= = 13,024 cm
= 7745,96 kg
= 7745,96 kg
2130
3
1
2131
Penyelesaian :
2132
2133
D max = 10575 Kg = Vu
2134
Vn = Vu = 10575 = 17625 Kg
2135
= 0,6
2136
2137
Syarat ;
2138
2139
2140
2141
2142
Vs = Vn Vc
2143
= 17625-3872,983
2144
= 13752,817 Kg
2145
Dipakai = 1 cm
2146
As = 0,785 cm2
2147
Au = 2 . 0,785 = 1,571cm2
2148
2149
2150
2151
2152
= 13762,017
2153
2154
2155
2157
2158
2159
= 704,125 kg
2162
2163
= 5875,497 kg (max)
2160
2161
2164
2165
2166
2167
2168
Vn
= 9792,495 Kg
2169
2170
2171
2172
2173
2174
2175
2176
2177
2178
= 9792,495 3872,983
2179
= 5979,512 Kg
2180
yang dipakai = 1 cm
2181
As = 0,785 cm2
2182
2183
2184
2185
S = Au.fg.d / Vs
= 1,571.2800.50
2186
5979,512
2187
= 37,155 cm
2188
2189
2190
2191
2197
Suatu balok dianalisis dengan balok T murni apabila garis netral terletak di badan (web) balok.
Pada balok T murni ada tambahan gaya tekan seluas sayap (flens)
2198
2199
2200
beff = bw + 16 hf
beff = . L
beff = bk
beff = 6 hf
dimana :
hf : Tebal flens
L : Lebar badan balok
bk : Jarak antar balok
2201
beff = 1/12 L
beff = bk
Pada kasus ini dianalisis dengan balok persegi biasa bukan T (beff = bw)
Harus dianalisis dengan balok T atau L , dimana lebar efektif (beff) berpengaruh
2204
2205
Tulangan Tunggal
2206
2207 T = As.fy
2208 Cc1= 0,85.fc.a.bw
2209 Cc2= 0,85.fc.hf (beff-bw)
2210 Besar Moment yang mampu di tahan : Mn = Cc1(d-a/2) + Cc2 (d-hf/2)
2211
2212
2213
2214
2
Tulangan Rangkap
2215
2216
2217
Cs = As . fy
2218
Cc1 = 0,85.fc.a.bw
2219
T = As.fy
2220
2221
d = h d . D utama
2224
s diperkirakan dahulu.
2225
5
MR =
Apabila Mr > Mu balok akan berperilaku sebagai balok T persegi dengan lebar
beff, dan apabila Mr < Mu balok berperilaku sebagai balok T murni.
2226
sebagai berikut :
2227
Dalam laporan ini akan dibahas prosedur penulangan balok T Persegi pada
khususnya. Merencanakan
Mn =
min =
bal =
max = 0,75
bal
m=
Rn perlu =
2228
perlu =
min
min >
perlu
Gunakan
min
min <
perlu
Gunakan
perlu
<
perlu <
max
Menghitung
As perlu
As perlu
= 20 % As perlu
bw
2229
9
((n-1) jarakantara)< bw
dc
2232
2233
2234
2235
dimana :
d + D utama +
0,6
sengkang
2236
dc
2237
2238
2239
2240
penampang tersebut.
2241
2242
= 0,6
2243
2244
2245
2246
cuaca
2247
Vn
Vc
Vu
<
Vc
2250
0,5
Vc
2251
2253
Bila jarak sengkang tidak ditentukan oleh besarnya gaya lintang, maka dianjurkan
agar jarak antara sengkang yang terdiri dari batang polos tidak lebih dari
250 mm,
sedangkan sengkang yang dibuat dari batang deform jaraknya tidak boleh lebih dari 300
mm. ( Dasar Dasar Perencanaan Beton Bertulang, Gideon Kusuma, hal 107)
2254
Vu
>
Vc
2255
2256
Vc
Jika memerlukan tulangan geser maka langkah selanjutnya yaitu dengan rumus
2257
0,5
Vs
= Vn Vc
2259
Karena kanan-kiri
2260
Av
2261
=Z
=2
2262
d2
2258
s perlu =
2263
2264
Jika Vs <
2266
Vs <
Menentukan jarak sengkang yang digunakan dengan membandingkan nilai s perlu dengan
d/2 atau d/4. Gunakan jarak terpendek
2270
2271
5. DESAIN PELAT
2272
2273
2274
Lantai cendawan
Lantai berusuk
2275
Pelat satu arah (one way slab) adalah pelat yang tertumpu hanya pada kedua
sisi yang berlawanan dimana keadaan ini aksi structural dari pelat tersebut umumnya
bersifat satu arah atau bisa didefinisikan sebagai pelat yang angka perbandingannya
antara bentang yang panjang dengan bentang yang pendek lebih dari 3
2276
2277
2278
2279
Pelat satu arah melentur hanya pada satu arah yang terjadi akibat beban
yang bekerja di atasnya. Arah lenturan terjadi pada bentang yang terpanjang.
2280
2281
2282
2283
2284
2285
2286
Pelat dua arah (two ways slab) adalah pelat yang tertumpu hanya pada
keempat sisi yang berlawanan dimana pada keadaan ini aksi structural dari pelat
tersebut umumnya bersifat dua arah atau bisa didefinisikan sebagai pelat yang angka
perbandingannya antar bentang yang panjang dengan bentang yang pendek kurang dari
sama dengan 3.
2287
2288
2289
2290
Pelat dua arah melentur pada dua arah yang terjadi akibat beban yang
2292
2293
2294 5.2 Panjang Bentang Teoritis Pelat
2295
bentang teoritis yang merupakan bentang bersih L antara kedua bidang permukaan
tumpuan ditambah setengah panjang perletakan a pada setiap ujung.
2296
2297
2298
2299
2300
2301
bergantung pada
lebar balok atau dinding pendukung. Bila lebar perletakan hamper mendekati,
kurang dari dua kali tebal keseluruhan pelat, bentang teoritis dapat dianggap sama
dengan jarak antara pusat pusat ke pusat balok.
2302
2303
2304
2305
2306
2307
2308
Bila lebar balok lebih dari dua kali tebal keseluruhan tebal pelat , dianggap
= L + 100 mm. Jika perletakan pelat beton bertulang, dibuat dari bahan yang lain
dengan beton bertulang , maka bentang teoritis ditentukan dengan bantuan pada
SKSNI Pasal 3.1.7. Dalam pasal tersebut dicantumkan ketentuan untuk bentang =
L + h. Dengan L adalah panjang bersih dan h tebal total pelat. Apabila
2309
(L + h) lebih besar dari jarak pusat ke pusat tumpuan, maka boleh diambil
Tebal minimum plat (h) disyaratkan pada SKSNI T-15-1991 pasal 3-2-5
butir 2 sebesar :
a
2321
2322
berikut:
1
2325
2326
2327
2328 dimana :
2329 Ln = Panjang bersih (L netto) balok
2330
2331
m<2
tebal minimum
tebal minimum
pelat atap 90 mm
2
Tentukan mutu beton (fc), mutu baja (fy) serta beban-beban yang bekerja baik
itu beban mati (qd), beban hidup (ql)
Jika
2
5
Jika
2334
Misal :
2335
2336
2337
2338
2339
2340
Momen
2341
Momen
jepit
=
2342
2343
2344
2345
2346
2347
2348
2349
Momen lapangan
2350
=
tak
terduga
2351
2352
Misal :
2353
qu
Lx2
2354
Maka M = 0,001
2355
2356
2357
2358
2359
2360
2361
2362
2363
2364
7
Kontrol
min <
perlu <
max
2365
As =
2366
As = 0,002
d (untuk fy = 240)
2367
As = 0,0018
d (untuk fy = 400)
2368
2369
2370
dimana ukuran ketebalnnya jauh lebih kecil daripada ukuran panjang dan lebarnya
2371
2372
2373
2374
2375
2376
2377
1
Ly
/Lx > 3
2379
2380
2381
Lx
2382
melentur 1 arah
2383
2384
2385
2386
2387
Ly
2388
Jika harga
Ly
/Lx < 3
2389
2390
2391
2392
2393
2394
2395
Pengertian pelat
Gambar :
2401
2402
2403
2404
2405
2406
2407
2408
2409
= q.a/ 2
2410
Q = q.b
2411
Ra =Rb = Q
+ Q
2412
= . q. a + q.b.
2413
= q/2 (a+b)
Trapesium
2414 Mc = Ra (L/2) - Q ( 1/3 a + b) Q/2 (b/4)
2415
2416
2417
=q
2418
L (a + b) _ a2 _ qab _ b2
4
2419
2420
B
Segiempat
2421
Mc = 1/8 . qek . L2 = q
2422
L (a + b) _ a2 _ qab _ b2
2424 Gambar
2425
2426
2427
2428
2429
2430
2431
2432
2433 Segitiga : Mf = Rb (L/2) Q (1/3 . L/2)
2434
2435
= qL2/8 qL2/24
2436
= qL2/12
q L2/12 = q.ek.L/8
2440
qek = 2/3 q
2441
2443
2444
2445
2446
2447
2448
2449
2450
P = tebal selimut
2451
h = tebal pelat
2452
d = tinggi efektif
2453
2454
A
2455
misal :
2456
2457
2458
2461
2462
2463
besar
harga
dipilih
2464
1
2465
2466
2467
2468
2469
2470
2471
2472
2473
2474
2475
2476
2477
2478
RA
= RB
2479
2480
=
=1m
2481
2482
= 2,667 m
2483
2484
2485
=
MC
= MC
2486
2487
2,667
heq
2488
2489
2490
2491
=
=
1,333 m
2492
2493
2494
2495
2496
2
2508
2509
0,5 m
2511
2512
1m
2510
2513
RA
= RB
=Q
b
1
=Q
2514
={
2515
= h ( a + b)
2516
= 1 ([
2517
= 1,50 m
2518
2519
MZ trapezium
}+ {h
b}
1 ]+ 1 )
=
MZ segiempat
2520
2521
heq
0,917 m
2522
2523
2524
2525
2526
2527
2528
2529
2530
2531
2533
SEGITIGA 1
2538
2540
2542
2544
2546
2548
2550
2551
2539
2541
2543
2545
2547
2549
TRAPESIUM 1
2555
2559
2563
2567
2571
2575
2579
2583
2587
2588
3
2602
2603
2604
2605
MB = 0
2606
RA
1-Q
2607
RA
1 0,50
2608
=0
0,333
=0
2609
2610
0,5 m
RA = 0,167 m
MA = 0
2611
-RB
1-Q
=0
2612
-RB
1 0,50
0,667
2613
=0
2614
2615
RB = 0,333 m
M max
2616
2617
2618
Dx
=0
2619
0,708 m
2620
2621
M max
2622
2623
2624
2625
2626
2627
Mencari heq
2628
0,059
2629
0,059
2630
heq
0,473 m
2631
4
0,059 m
2633
2634
2635
2636
2637
2638
2639
2640
2641
2642
2643
2644
2645
2646
2647
2648
2649
2650
0,195 m
2651
2652
0,234 m
2653
2654
2655
2656
MB = 0
2657 RA
1-
2658 RA
1 0,195
2659
2660
=0
=0
RA = 0,109 m
MA = 0
2661 RB
1-
=0
2662 RB
1 0,195
=0
2663
RB
0,271 m
2664 M max
2665
2666
2667 Dx
=0
2668
0,572 m
2669
2670 M max
2671
2672
0,031 m
2674 0,031
2675 0,031
2676
heq
0,249 m
2677
2678
TRAPESIUM 2
2689
2694
2699
2690
2695
2691
2696
2692
2697
2693
2698
2700
2701
2702
2703
2704
2705
2706
2707
2708
mm
2709
Data Perencanaan
2710
2711
Tebal spesi
2712
2713
Tebal pelat
2714
: 11 + 7 = 18 kg/m2
2 cm
:
2 cm
4 cm
2715
fc
: 30 N / mm2
2716
fy
: 240 N / mm2
2717
beton
: 2400 kg/m3
2718
spesi
: 2100 kg/m3
2719
tegel
: 2400 kg/m3
2720
pasir urug
12 cm
: 1600 kg
2721
Analisa Statika
2722
2723
= 0,02
1m
2400
= 48 kg/m
2724
- Berat spesi
= 0,02
1m
2100
= 42 kg/m
2725
= 0,04
1m
1600
= 64 kg/m
2726
= 0,12
1m
2400
= 288 kg/m
2727
kg/m +
1m
18
2728
qd = 460 kg/m
2729
2730
1m
2731
ql = 100 kg/m
2732
2733
qu
= (1,2
qd) + (1,6
ql)
2734
qu
= (1,2
460) + (1,6
100)
2735
qu
= 712 kg/m
2736
= 100 kg/m+
= 7,12 N/mm
2737
Mu
=
2738
=
2739
= 11 857 025 N mm
2740
2741
=
2742
=
2743
3 952 341,667 N mm
2744
p =
2745
30 mm
D
d
h
h
120 mm
D =
10 mm
2746
2747
P
2748
2749
2750
2751
= 120
30
2752
10
= 85 mm
Rasio Tulangan
2753
min =
2754
max = 0,75
2755
= 0,75
2756
= 0,48382
2757
2758
Penulangan Lapangan
2759
Mu
2760
2761
Rn
2762
= 2,051 N / mm2
perlu =
2763
2764
= 0,00892
2765
Karena
perlu >
2766
Jadi As perlu
2767
2768
2769
perlu
= 758,225 mm
Dipakai As pakai
1000
85
= 0,002
= 0,002
= 240 mm
Dipakai As
1000
h
120
2775
2776
2777
2778
2779
2781
( As = 785 mm2)
2773
2780
min
10 - 100 mm
2772
2774
Gunakan
= 0,00892
2770
2771
min
Penulangan Tumpuan
2782
Mu
= 3 952 341,667 N mm(dari analisis statika)
2783
2784
Rn
2785
perlu =
2786
2787
= 0,002889
2788
Karena
2789
perlu
<
Jadi Asti =
2790
2791
2792
min
min
2794
Dipakai As pakai
2800
d
1000
85
10 - 100 mm
( As = 785 mm2)
= 0,002
= 0,002
2796
2799
min
= 495,55 mm2
2795
2797
Gunakan
= 0,00583
2793
2798
= 0,684 N / mm2
= 240 mm
Dipakai As
1000
h
120
2801
2802
2803
2804
2805
2806
2807
2808
2809
2810
2811
2812
2813
2814
2815
Tebal pelat B : 12 cm
2816
Tebal spesi
2817
Tebal keramik : 1 cm
2818
2819
2820
2821
fy : 240 Mpa
2822
2823
: 2 cm
Panel A = Ly = Lx = 4 m
Panel B = Ly = 4
Lx = 2
2824
Diminta :
-
- perhitungan penulangan
gambar
2825
Penyelesaian :
2826
Panel A
2827
Analisis Statika :
2828
Beban Mati :
2829
BS pelat
2830
BS spasi
: 0,02 . 2100 . 1 =
42
2831
BS keramik
: 0,01 . 2400 . 1 =
24
2832
2834
2835
2836
2837
Beban hidup
WLL = 300 . 1 = 300 kg/m
Beban berfaktor
Wu = 1,2 WDL + 1,6 WLL
2838
2839
= 991,2 kg/m
2840
Momen
2841
Skema II
2842
2843
Mlx
= 0,001 . Wu . Lx2 . x
2844
= 0,001 . 991,2 . 42 . 25
2845
= 396,48 kg.m
2846
Mly
= 0,001 . Wu . Lx2 . x
2847
= 0,001 . 991,2 . 42 . 25
2848
= 396,48 kg.m
2849
Mtx
= - 0,001 . Wu . Lx2 . x
2850
= - 0,001 . 991,2 . 42 . 51
2851
= 808,8192 kg.m
2852
Mty
= - 0,001 . Wu . Lx2 . x
2853
= - 0,001 . 991,2 . 42 . 51
2854
= 808,8192 kg.m
2855
2856
Penulangan Beton
2857
2858
2859
2860
2861
2862
= 15 2 0.6
2863
= 12,4 cm
1 Lapangan ke arah x
2864
2865
Rn =
2866
m =
2867
perlu =
2868
min =
2869
2870
2871
As perlu = min . b . d
2873
= 7,192 cm2
2875
2876
= 12,549
= 0,00136
2872
2874
As pakai = 12 150
= 7,54 cm2
2877
Mo
2879
2880
2884
2885
2886
2887
2888
2889
2892
2893
2894
2895
2896
2899
2900
2901
2902
2903
2906
2907
2908
2909
2910
Lap
2891
Lap
2898
Tu
2905
Tu
2911
2912
2913
2914
2915
Panel B
2916
Momen
2917
Skema II
2918
2919
2920
2921
2922
2923 Mlx = 0,001 . Wu . Lx2 . x
2924
= 0,001 . 904,8 . 22 . 58
2925
= 209,9136 kg.m
= 0,001 . 904,8 . 22 . 15
2928
= 54,228 kg.m
= - 0,001 . 904,8 . 22 . 82
2931
= 296,7744 kg.m
= - 0,001 . 904,8 . 22 . 53
2934
= 191,8176 kg.m
2936
2937
2938
2939
2940
d = h p 1/2D
2941
= 12 2 0,6
2942
= 9,4
2943
1 Lapangan kearah x
2944
2945
Rn =
2946
m =
2947
perlu =
2948
min =
2949
2950
2951
As perlu = min . b . d
= 12,549
= 0,0012
2952
2953
= 5,452 cm2
2954
2955
As pakai = 12 200
= 5,655 cm2
2956
2957
2958
2960
2961
2966
2967
2968
2969
2970
2973
2974
2975
2976
2977
2980
2981
2982
2983
2984
2987
2988
2989
2990
2991
Mo
2965
Lap
2972
Lap
2979
Tu
2986
Tu
2992
2993
2994
2995
2996
2997
2998
2999
3000
3001
3002
3003
3004 Contoh skema penulangan pelat 2 arah
3005
3006
1/5Lx
3007 12-300
Jalur Lapangan
3008
Lx
12-300
3009
3010
3011
Kolom
3014
3015
3016
3017
3018
3019
12-300
3013
d
12-300
3012
: 2100 kg/m2
25 Mpa
fy : 240 Mpa
Berat plfond : 50 kg/m2
3022 Diminta :
Rencnakan tulangan pelat A dan B
Gambar
3023 Penyelesian :
3024 Analisa Statika
3025 Beban Mati
3026 BS pelat
: 0,13 . 2400 . 1
= 312 kg/m
3027 BS spasi
: 0,02 . 2100 . 1
3028 BS keramik
: 0,02 . 2400 . 1 =
3029 B plafond
: 50 . 1
3030
48 kg/m
=
WDL
3031
3037
= 942,4 kg/m
3038
3039
3040 Panel A
3041
3042
3043
3044
42 kg/m
3m
50 kg/m
= 452 kg/m
3045
5m
3046
3047 Mlx = 0,001 . Wu . Lx2 . x
3048 Nilai x didapat dari interpolasi
3049
3050
x=
= 427,472 kg.m
3055
3056
x = 19
3057
Mly
3058
= 0,001 . Wu . Lx2 . x
= 127,224 kg.m
3061
3062
x = 79,05
3063
Mtx
= - 0,001 . Wu . Lx2 . x
= - 0,001 . 942,4 . 32 . 79,05
3064
3065
= - 670,4705 kg.m
2
3068
3069
3070
x = 54
Mtx
= - 0,001 . Wu . Lx2 . x
= - 0,001 . 942,4 . 32 . 54
3071
3072
= 458,0064 kg.m
3073
3074
3075
3076
3077 Tinggi efektif : d = h p 1/2D
3078
= 13 2 .2
3079
= 10,4 cm
3082
Rn =
3083
m =
3084
perlu =
3085
min =
3086
mx = 0,75 .
3087
3088
3089
As perlu = min . b . d
3090
= 11,294
= 0,002083
= 0,0403
3091
3092
As pakai = 14 - 250
= 615,8 mm2
3093
3094
3095
3098
3099
3102
3104
3105
3106
3107
3108
3109
3110
3111
3113
3114
3115
3116
3117
3118
3119
3120
3122
3123
3124
3125
3126
3127
3128
3129
3131
3132
3133
3134
3135
3136
3137
3138
3139
3140
Panel B
3141
3142
2m
3143
3144
3145
3146
3147
3148
5m
3149
3152
3153
3156
3158
3159
3160
3161
3162
3163
3164
3165
3167
3168
3169
3170
3171
3172
3173
3174
3176
3177
3178
3179
3180
3181
3182
3183
3185
3186
3187
3188
3189
3190
3191
3192
3193
3194
PU, Jakarta
3200
ASTM A615-99, Standard spesification for deformed and plain billet bars for concrete
Reinforcement
3201
3202
Departemen Pekerjaan Umum. 1991. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan
Gedung. Jakarta.
Ferguson, A. M., (terjemahan: B. Susanto dan K. Setianto), 1986, Dasar-
Gideon Kusuma. W. C. Vis, 1993. Dasar Dasar Perencanaan Beton Bertulang. Erlangga. Jakarta.
Harwanto, 1991, Analisis Kolom Beton Biaksial Pada Kolom Pendek,
Istimawan Dipohusodo. 1993. Struktur Beton Bertulang, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
3206
JIS G 3112-91, Steel bar for concrete reinforcement,
3207
Kusuma, G., Vis, W.C., 1993, Grafik dan Tabel Perhitungan Beton
Park, R., Paulay, T., 1974, Reinforced Concrete Structure, John Wiley &
Sons. Inc.,NewYork.
3210
3212
3213
3214
3215
3216
3217
3218
3219
3220
3221
3222
3223
3224
LAMPIRAN
3225
1
SISTEM SATUAN
3226
3227
3228 DIMENSION
SYMBOL
3229 Length
m
3230 Mass
kg
3231 Time
s
3232 Electric current
A
3233 Temperature, thermodynamic
K
3234 Amount of matter
mol
3235 Angle
rad
3236 Solid angle
sr
3237 Luminous intensity
cd
UNIT
meter
kilogram
second
ampere
kelvin
3238
3239
3241
3243
3245
3247
3249
3251
3253
3255
3257
3259
3261
3263
3240 Frequency
hertz: Hz = 1/s
3242
Force
newton: N = m kg/s2
3244
Pressure, stress
pascal: Pa = N/m2 = kg/m s2
3246
Energy, work, quantity of heat
joule: J = N m = m2 kg/s2
3248
Power, radiant flux
watt: W = J/s = m2 kg/s3
3250
Quantity of electricity, electric charge
coulomb: C = s A
3252
Electric potential
volt: V = W/A = m2 kg/s3 A
3254
Capacitance
farad: F = C/V = s4 A2/m2 kg
3256
Electric resistance
ohm: Omega = V/A = m2 kg/s3 A2
3258
Conductance
siemens: S = A/V = s3 A2/m2 kg
3260
Magnetic flux
weber: Wb = V s = m2 kg/s2 A
3262
Magnetic flux density, magnetic induction
tesla: T = Wb/m2 = kg/s2 A
L-1
mole
radian
steradian
candela
3265
3267
3269
3271
3273
3275
3277
3279
3281
3283
3285
3287
3289
3291
3293
3295
3297
3299
3301
3303
3305
3307
3309
3264
Inductance
henry: H = Wb/A = m2 kg/s2 A2
3266
Luminous flux
lumen: lm = cd sr
3268
Illuminance
lux: lx = lm/m2 = cd sr/m2
3270
Activity (ionizing radiations)
becquerel: Bq = 1/s
3272
Absorbed dose
gray: Gy = J/kg = m2/s2
3274
Dynamic viscosity
pascal second: Pa s = kg/m s
3276
Moment of force
metre newton: N m = m2 kg/s2
3278
Surface tension
newton per metre: N/m = kg/s2
3280
Heat flux density, irradiance
watt per square metre: W/m2 = kg/s3
3282
Heat capacity, entropy
joule per kelvin: J/K = m2 kg/s2 K
3284
Specific heat capacity, specific entropy
joule per kilogram kelvin: J/kg K = m2/s2 K
3286
Specific energy
joule per kilogram: J/kg = m2/s2
3288
Thermal conductivity
watt per metre kelvin: W/m K = m kg/s3 K
3290
Energy density
joule per cubic metre: J/m3 = kg/m s2
3292
Electric field strength
volt per metre: V/m = m kg/s3 A
3294
Electric charge density
coulomb per cubic metre: C/m3 = s A/m3
3296
Electric displacement, electric flux density
coulomb per square metre: C/m2 = s A/m2
3298
Permittivity
farad per metre: F/m = s4 A2/m3 kg
3300
Permeability
henry per metre: H/m = m kg/s2 A2
3302
Molar energy
joule per mole: J/mol = m2 kg/s2 mol
3304
Molar entropy, molar heat capacity
joule per mole kelvin: J/mol K = m2 kg/s2 K mol
3306
Exposure (ionizing radiations)
coulomb per kilogram: C/kg = s A/kg
3308
Absorbed dose rate
gray per second: Gy/s = m2/s3
3310
3311 cgs Units
3313
3315
3317
3312
erg
1 erg = 10-7 J
3314
dyne
1 dyn = 10-5 N
3316
poise
1 P = 1 dyn s/cm2 = 0.1 Pa s
3318
stokes
L-2
3319
3321
3323
3325
3327
3329
L-3
3330
HURUF YUNANI
3331
3336
3334
3332
3333
3335
B
Penguc
ap
an
Da
la
m
3337
Bhs.
Yu
na
ni
3338
3339
3342
3343
3346
3347
3350
3351
3354
3355
3358
3359
3362
3363
3366
3367
3370
3371
3374
3375
3378
3379
3340
a
3344
b
3348
g
3352
d
alfa
3345
veeta
3349
gham
ma
3353
dhelta
3356
3357
epsilo
n
3360
z
3364
e
3368
t
3372
i
3376
k
L-4
3341
3361
zeeta
3365
eeta
3369
theeta
3373
yotta
3377
kappa
3380
3381
lamdh
a
3382
3383
3386
3387
3390
3391
3394
3395
3398
3399
3402
3403
3406
3407
3410
3411
3414
3415
3418
3419
3422
3423
3426
3427
3430
3431
3384
m
3388
n
3392
x
3393
ksee
omicro
n
3408
s
3412
t
3401
pee
3405
ro
3409
sighma
3413
taf
3416
3417
eepsil
on
3420
p
3424
c
3428
p
L-5
nee
3397
3404
3436
3389
3435
mee
3396
3400
3434
3385
3421
fee
3425
khee
3429
psee
3432
3433
omegh
a
3437
ANGKA ROMAWI
3438
3439
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
25
3440
3441
3442
3443
3444
3445
3446
3447
3448
3449
3450
3451
3452
3453
3454
3455
3456
3457
3458
3459
3460
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XVI
XVII
XVIII
XIX
XX
XXI
XXV
29
30
40
50
59
60
65
70
79
80
84
90
92
95
98
99
100
200
300
301
400
3461
500
D
3462
600
DC
3463
700
DCC
3464
800
DCCC
3465
900
CM
3466
1000
M
3467
1100
MC
3468
1400
MCD
3469
1500
MD
3470
1600
MDC
3471
1666
MDCLXVI
3472
1888
MDCCCLXXXVIII
3473
1899
MDCCCXCIX
3474
1900
MCM
3475
1976
MCMLXXVI
3476
2000
MM
3477
2080
MMXXC
3478
2110
MMCX
3479
2140
MMCXL
3480
2160
MMCLX
3481
2200
MMCC
3482
2300
MMCCC
3483
2600
MMDC
3484
2888
MMDCCCLXXXVIII
3485
2899
MMDCCCXCIX
3486
2978
MMCMLXXVIII
3487
3000
MMM
3488
3100
MMMC
3489
3500
MMMD
3490
Dan seterusnya
3491
3492
3493
XXIX
XXX
XL
L
LIX
LX
LXV
LXX
LXXIX
LXXX
LXXXIV
XC
XCII
XCV
XCVIII
IC
3494
3495
3496
C
CC
CCC
CCCI
CD
3497
3498
3499
L-6
3500
EKSPONEN BASIS 10
3501
Factor
1024
1021
1018
1015
1012
109
106
103
102
101
10-1
10-2
10-3
10-6
10-9
10-12
10-15
10-18
10-21
10-24
Prefix
E 24
E 21
E 18
E 15
E 12
E 9
E 6
E 3
E 2
E 1
E -1
E -2
E -3
E -6
E -9
E-12
E-15
E-18
E-21
E-24
yotta
zetta
exa
peta
tera
giga
mega
kilo
hecto
deca
deci
centi
milli
micro
nano
pico
femto
atto
zepto
yocto
Y
Z
E
P
T
G
M
k
h
da
d
c
m
n
p
f
a
z
y
1 m/s2 = 3.28084 ft/s2 = 100 cm/s2 = 39.37 inch per second squared (inch/s 2)
3527 Area
3528 acre, are, barn, sq.ft., sq.in., foot2, hectare, inch2, mile2, section, meter2,
township, yard2, hectares
1 in2 = 6.452 cm2 = 6.452x10-4 m2 = 6.944x10-3 ft2 = 7.716x10-4 yd2 = 2.491x10-10 mile2
1 acre = 1/640 mile2 = 0.404686 ha (Hectares) = 4,046.86 m2 =43,560 Sq.Ft. = 4840 Sq.Yds.
1 mm2 = 1.55x10-3in2
3529 Density
3530 kg/cubic meter, gram/centimeter3, lmb/cubic inch, lbm/cubic foot, slug/cubic
foot, kilogram/cubic meter, lbm/gallon (US liq)
Density Water 1,000 kg/m3 = 62.43 Lbs./Cu.Ft = 8.33 Lbs./Gal. = 0.1337 Cu.Ft./Gal.
1 lb/ft3 = 16.018 kg/m3 = 0.016 g/cm3 = 0.00926 oz/in3 = 2.57 oz/gal (Imperial) = 2.139 oz/gal (U.S.)
= 0.0005787 lb/in3 = 27 lb/yd3 = 0.161 lb/gal (Imperial) = 0.134 lb/gal (U.S) = 0.0121 ton/yd 3
1 kg/m3 = 0.001 g/cm3 = 0.0005780 oz/in3 = 0.16036 oz/gal (Imperial) = 0.1335 oz/gal (U.S.) =
0.0624 lb/ft3 = 0.000036127 lb/in3 = 1.6856 lb/yd3 = 0.010022 lb/gal (Imperial) = 0.008345 lb/gal (U.S) =
0.0007525 ton/yd3
3531 Energy
3532 British Thermal Unit (Btu), calorie, joule, kilojoule, electron volt, erg, foot
lbf, foot poundal, kilocalorie, kilowatt hour, watt hour,
1 J (Joule) = 0,1020 kpm = 2.778x10-7 kWh = 2.389x10-4 kcal = 0.7376 ft lbf = 1 (kg m2)/s2 = 1 watt
second = 1 Nm = 1 ft lb = 9.478x10-4 Btu
1 kpm = 9.80665 J = 2.724x10-6 kWh = 2.342x10-3 kcal = 7.233 ft lbf = 9.295x10-3 Btu
1 kWh = 3.6x106 J = 3.671x105 kpm = 859.9 kcal = 2.656x106 ft lbf = 3.412x103 Btu
1 Btu (British thermal unit) = 1,055.06 J = 107.6 kpm = 2.931x10 -4 kWh = 0.252 kcal = 778.16 ft lbf
= 1.055x1010 ergs = 252 cal = 0.293 watt hour
1 cal = 4.186 J
1 kcal = 4186,8 J = 426,9 kp m = 1.163x10-3 kWh = 3.088 ft lbf = 3.9683 Btu = 1,000 cal
1 ft lbf (foot pound force) = 1.3558 J = 0.1383 kp m = 3.766x10 -7 kWh = 3.238x10-4 kcal =
1.285x10-3 Btu
1 eV = 1.602x10-19 J
1 N (Newton) = 0.1020 kp = 7.233 pdl = 7.233/32.174 lbf = 0.2248 lbf = 1 (kg m)/s2 = 105 dyn =
1/9.80665 kgf
1 dyn = 1 (g cm)/s2
1 kg has a weight of 1 kp
1 Btu/sec = 1,055.1 W
1 kW (kJ/s) = 102.0 kpm/s = 859.9 kcal/h = 3,413 Btu/h = 1.360 hk = 1.341 hp = 738 ft lb/s = 1,000
J/s = 3.6x106 J/h
1 kpm/s = 9.8067x10-3 kW = 8.432 kcal/h = 32.47 Btu/h = 0.01333 hk = 0.01316 hp = 7.237 ft lb/s
1 kcal/h = 1.16x10-3 kW
1 hk (metric horse power) = 0.735499 kW = 75.00 kpm/s = 632.5 kcal/h = 2,510 Btu/h = 0.9863 hp
= 542.8 ft lb/s
1 hp = 0.74570 kW = 76.04 kpm/s = 641.2 kcal/h = 2,545 Btu/h = 1.014 hk = 550.3 ft lb/s
1 ft lb/s = 1.35501 kW = 0.1382 kpm/s = 1.165 kcal/h = 4.625 Btu/h = 1.843x10 -3 hk = 1.817x10-3
hp
3543 Length
3544 feet, meters, centimeters, kilometers, miles, furlongs, yards, micrometers,
inches,angstrom, cubit, fathom, foot, hand, league, light year, micron, mil,
nautical mile, rod,
1 mm = 10-3 m
1 mm = 0.03937 in
1 (ngstrm) = 10-10 m
1 qt = 0.9464 liters
1 scruple = 20 grains
1 dram = 3 scruples
1 pennyweight = 24 grains
Density, Specific Weight and Specific Gravity - An introduction and definition of density, specific
weight and specific gravity. Formulas with examples.
-4
3549 Power
3550 horsepower, kilowatt, watt,btu/second, calorie/second, foot lbf/second,
kilocalorie/second
1 W = 1 kg m /s = 1 Nm/s = 1 J/s
1 kW = 1,000 Watts = 3,412 Btu/h = 737.6/550 British hp = 1.341 British hp = 10 3/9.80665 kgf m/s
1 hp (English horse power) = 745.7 W = 0.746 kW = 550 ft lb/s = 2,545 Btu/h = 33.000 ft lb/m =
1.0139 metric horse power ~= 1.0 KVA
1 ft lb/s = 1.3558 W
1 Btu/s = 1055.1 W
3552 Pressure
3553 atmosphere, centimeters of mercury, foot of water, bar, barye, centimeter
of water, dyne/centimeter2, inch of mercury, inch of water, kgf/centimeter2,
kgf/meter2, lbf/foot2, lbf/inch2 (psi), millibar, millimeter of mercury, pascal, torr,
newton/meter2
Standard Atmospheric Pressure 1 atm = 101.325 kN/m2 = 101.325 kPa = 14.7 psia = 0 psig =
29.92 in Hg = 760 torr = 33.95 Ft.H2O = 407.2 In.W.G (Water Gauge) = 2116.8 Lbs./Sq.Ft.
1 N/m2 = 1 Pa = 1.4504x10-4 lb/in2 = 1x10-5 bar = 4.03x10-3 in water = 0.336x10-3 ft water = 0.1024
mm water = 0.295x10-3 in mercury = 7.55x10-3 mm mercury = 0.1024 kg/m2 = 0.993x10-5 atm
1 Pa = 10-6 N/mm2 = 10-5 bar = 0.1020 kp/m2 = 1.02x10-4 m H2O = 9.869x10-6 atm = 1.45x10-4 psi
(lbf/in2)
1 N/mm2 = 106 Pa = 10 bar = 1.020x105 kp/m2 = 102.0 m H2O = 9.869 atm = 145.0 psi (lbf/in2)
1 atm = 101,325 Pa (N/m2) = 1.013x102 kN/m2 = 1.033x104 kp/m2 = 1.033 kp/cm2 = 1.013 bar =
14.696 psi (lb/in2) = 407.1 in H2O at 62 0F (16.7 oC) = 33.9 ft H2O at 62 0F (16.7 oC) = 10.33 m H2O at
62 0F (16.7 oC) = 29.92 in mercury at 62 0F (16.7 oC) = 760 mm mercury at 62 0F (16.7 oC) = 760 torr
1 bar = 105 Pa (N/m2) = 0.1 N/mm2 = 10,197 kp/m2 = 10.20 m H2O = 0.9869 atm = 14.50 psi (lbf/in2)
= 106 dyn/cm2 = 750 mmHg
1 kp/m2 = 9.81 Pa (N/m2) = 9.807x10-6 N/mm2 = 10-3 m H2O = 1 mm H2O = 0.9681x10-4 atm =
1.422x10-3 psi (lb/in2) = 0.0394 in H2O = 0.0736 mm mercury
1 psi (lb/in2) = 144 psf (lbf/ft2) = 6,894.8 Pa (N/m2) = 6.895x10-3 N/mm2 = 6.895x10-2 bar = 27.71 in
H2O at 62oF (16.7oC) = 703.1 mm H2O at 62oF (16.7oC) = 2.0416 in mercury at 62oF (16.7oC) = 51.8
mm mercury at 62oF (16.7oC) = 703.6 kg/m2 = 0.06895 atm = 2.307 Ft. H2O = 16 ounces
1 m H2O = 9806.7 Pa = 9.807x10-3 N/mm2 = 0.0987 bar = 1,000 kp/m2 = 0.09678 atm = 1.422 psi
(lbf/in2)
3554 Rotation
3555 revolutions,
1 Btu/lbm = 2,326.1 J/kg = 0.55556 kcal/kg = 778.2 ft lbf / lbm = 3.9 10-4 hp hr / lbm = 5.4 lbf/in2 /
lbm/ft3 = 0.237 kp m / g = 5.56 10-4 kcal/g = 2.326 kJ/kg
3559 Temperature
3560 celsius, rankine, kelvin, centigrade, fahrenheit,
1 C = 1.8 F
1 oF = 0.555 oC
T(oR) = (9/5)T(K)
T(oF) = [T(oC)](9/5) + 32
3564 Time
3565 year, month, day, hour, minute, second, millisecond
1 h = 3,600 s = 60 min
1 ms (millisecond) = 10-3 s
1 s (microsecond) = 10-6 s
1 ns (nanosecond) = 10-9 s
1 ft lb = 1.356 Nm
1 mph = 0.44703 m/s = 1.609 km/h = 88 ft/min = 5280 ft/hr = 1.467 Ft./sec. = 0.8684 knots
1 knot (nautical mile per hour)= 0.514444444 m/s = 1.852 kilometers per hour = 1.1515 miles per
hour= 1 nautical miles per hour
Dynamic, Absolute and Kinematic Viscosity - An introduction to dynamic, absolute and kinematic
viscosity and how to convert between CentiStokes (cSt), CentiPoises (cP), Saybolt Universal Seconds
(SSU) and degree Engler.
1 ft2/ h = 2.581x10-5m2/s
3572 Volume
3573 barrel, gallon, cubic centimeter (cm3), cubic feet (foot3), cubic inch (inch3),
cubic meter (meter3), cubic yard (yard3), quarts, liters, acre foot, board foot,
bushel, cord, cup, dram, fluid ounce, peck, pint, quart, tablespoon, teaspoon,
1 ft = 0.02832 m = 28.32 dm3 = 0.03704 yd3 = 6.229 Imp. gal (UK) = 7.481 gal (US) = 1,728 Cu.In.
1 in3 = 1.6387x10-5 m3 = 1.639x10-2 dm3 (liter) = 16.39 cm3 = 16390 mm3 = 0.000579 ft3
1 Gallon (U.S.) = 3.785x10-3 m3 = 3.785 dm3 (liter) = 0.13368 ft3 = 4.951x10-3 yd3 = 0.8327 Imp. gal
1 Imp. gal (UK) = 4.546x10-3 m3 = 4.546 dm3 = 0.1605 ft3 = 5.946x10-3 yd3 = 1.201 gal (US)
1 dm3 (Liter) = 10-3 m3 = 0.03532 ft3 = 1.308x10-3 yd3 = 0.220 Imp gal (UK) = 0.2642 Gallons (US) =
1.057 Quarts = 2.113 Pints
1 yd3 = 0.7646 m3 = 764.6 dm3 = 27 ft3 = 168.2 Imp. gal (UK) = 202.0 gal (US) = 46,656 Cu.In. =
1616 Pints = 807.9 Quarts = 764.6 Liters
1 pint (pt) = 0.568 dm3 (liter) = 16 fl. oz. (fluid ounce) = 28.88 in3
1 m3 = 103 dm3 (liter) = 35.31 ft3 = 1.3093 yd3 = 220.0 Imp. gal (UK) = 264.2 gal (US) = 61,023
Cu.In. = 0.02832 Cu.Ft
one board foot = piece of lumber 1 foot wide x 1 foot long x 1 inch thick
1 m3/s = 3,600 m3/h = 1,000 dm3(liter)/s = 35.32 ft3/s = 2,118.9 ft3/min = 13,200 Imp.gal (UK)/min =
15,852 gal (US)/min
1 m3/h = 2.7778x10-4 m3/s = 0.2778 dm3(litre)/s = 9.810x10-3 ft3/s = 0.5886 ft3/min (cfm) = 3.667
Imp.gal (UK)/min = 4.403 gal (US)/min
1 dm3(litre)/s = 10-3 m3/s = 3.6 m3/h = 0.03532 ft3/s = 2.1189 ft3/min (cfm) = 13.200 Imp.gal
(UK)/min = 15.852 gal (US)/min = 792 Imp. gal (UK)/h
1 ft3/s = 0.0283168 m3/s = 101.9 m3/h = 28.32 dm3(litre)/s = 60 ft3/min = 373.7 Imp.gal (UK)/min =
448.9 gal (US)/min
1 Imp.gal (UK)/min = 7.57682x10-5 m3/s = 0.0273 m3/h = 0.0758 dm3(litre)/s = 2.675x10-3 ft3/s =
0.1605 ft3/min = 1,201 gal (US)/min
1 gal (US)/min =6.30888x10-5 m3/s = 0.227 m3/h = 0.06309 dm3(litre)/s = 2.228x10-3 ft3/s = 0.1337
ft3/min = 0.8327 Imperial gal (UK)/min
3575
3576