Anda di halaman 1dari 178

MODUL

STRUKTUR BETON

disusun oleh
Dr. NAWIR RASIDI, ST., MT.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI MALANG
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah senantiasa dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan karunia-Nya sehingga Modul Ajar Struktur Beton ini dapat diselesaikan.
Modul Ajar ini dibuat sebagai salah satu media mengajar mata kuliah Struktur Beton pada
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang. Buku ajar ini berisi materi Struktur Beton yaitu
Pendahuluan, Dasar-Dasar Perencanaan, Balok dan Pelat.. Dalam pembahasannya, buku ini berisi
beberapa contoh perhitungan yang dijelaskan secara terstruktur dan detail. Diharapkan mahasiswa
dapat memahami proses perhitungan tersebut sehingga mudah menerapkan pada analisis struktur yang
bersifat aplikasi.
Saran dan kritikan yang konstruktif sangat kami butuhkan demi kelengkapan dan pencapaian
tujuan dari penyusunan buku ajar ini.

Malang, Januari 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR NOTASI ......................................................................................... iv
1. PENDAHULUAN
1.1 Bahan Pembuat Beton ................................................................ 1
1.2 Pengertian-pengertian ................................................................. 1
1.3 Pemilihan Proporsi Campuran Beton .......................................... 2
1.4 Penyimpanan Bahan .................................................................... 2
1.5 Sejarah Beton ............................................................................. 2
1.6 Aplikasi Beton ............................................................................. 2
1.7 Kelebihan dan Kekurangan dari Beton ....................................... 4
1.8 Kualitas Beton ............................................................................. 4
1.9 Cara Menakar dan Mencampur ................................................... 5
1.10 Cara Pelaksanaan Pekerjaan ..................................................... 5
1.11 Semen (Portland Cement) ......................................................... 5
1.12 Agregat Halus (Pasir) ................................................................ 7
1.13 Agregat Kasar (Kerikil/Batu Pecah) ......................................... 7
1.14 Air ............................................................................................. 8
1.15 Baja Tulangan Beton ................................................................. 9
1.16 Syarat Mutu Baja Tulangan Beton ............................................ 9
1.17 Pengujian Beton dan Baja ......................................................... 11
2. PERILAKU BALOK BETON BERTULANG AKIBAT PEMBEBANAN
2.1 Pembebanan ............................................................................... 16
2.2 Perilaku Balok Beton Bertulang ................................................ 16
2.3 Analisis Statika .......................................................................... 17
2.4 Pengaturan Beban Hidup ........................................................... 18
2.5 Illustrasi Perilaku Balok Beton .................................................. 18
3. DASAR-DASAR PERENCANAAN
3.1 Metode Perencanaan .................................................................
3.1.1 Metode Tegangan Kerja ...............................................
3.1.2 Metode Kekuatan Batas ................................................
3.2 Provisi Keamanan .....................................................................
3.3 Analisis Balok persegi Melentur Murni ...................................

19
19
19
20
23

4. ANALISIS DAN DESAIN BALOK


4.1 Balok Tulangan Tunggal ...........................................................
4.1.1 Menghitung Kapasitas Momen dan Beban ..................
4.1.2 Desain Balok Tulangan Tunggal ..................................
4.2 Balok Tulangan Rangkap (Ganda) ...........................................

28
28
32
41

4.3
4.4

4.2.1 Menghitung Kapasitas Momen dan Beban ..................


4.2.2 Desain Balok Tulangan Rangkap ................................
Penulanagn Sengkang (Geser) ..................................................
Balok T dan balok L .................................................................

5. DESAIN PELAT
5.1 Jenis Pelat.....................................................................................
5.2 Panjang Bentang Teoritis Pelat....................................................
5.3 Tebal Minimum Pelat...................................................................
5.4 Tumpuan Pelat.............................................................................
5.5 Prosedur Perencanaan Pelat.........................................................
5.6 Desain Pelat.................................................................................
5.7 Pembebanan Metode Amplop......................................................

44
62
70
85
91
91
92
93
93
96
97

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................119
LAMPIRAN

DAFTAR NOTASI
a
= Tinggi blok tegangan beton eqivalen
(mm)
ab
= Tinggi blok tegangan persegi eqivalen pada keadaan balanced (mm)
Ag (Agr) = Luas bruto penampang
(mm)
As
= Luas tulangan tarik
(mm2)
As
= Luas tulangan tekan
(mm2)
b
= Lebar penampang
(mm)
bw
= Lebar badan balok
(mm)
beff
= Lebar effektif balok
(mm)
c
= Tinggi garis netral
(mm)
Cc
= Gaya tekan pada beton
(N)
Cs
= Gaya pada tulangan tekan
(N)
d
= Tinggi effektif balok dan kolom
(mm)
d
= Tinggi selimut beton
(mm)
e
= Eksentrisitas aktual kolom
(mm)
eb
= Eksentrisitas pada keadaan balanced
(mm)
Ec
= Modulus elastisitas beton
(MPa)
Es
= Modulus elastisitas baja tulangan
(MPa)
EI
= Kekuatan lentur komponen struktur tekan
(N mm2)
fc
= Kuat tekan beton yang diisyaratkan
(MPa)
fy
= Tegangan leleh baja tulangan yang disyaratkan
(MPa)
h
= Tinggi penampang beton
(mm)
hf
= Tinggi pelat
(mm)
Ig
= Momen inersia dan penampang bruto kolomterhadap garis
sumbunya, dengan mengabaikan inersia tulangan
(mm)
k
= Faktor panjang effektif
lu
= Panjang tak tertumpu kolom
m
= Perbandingan tegangan leleh baja terhadap tegangan
tekan beton ekivalen
Mc
= Momen terfaktor hasil pembesaran
(mm)
Mdl
= Momen mati maximum rencana
(N mm)
Mll
= Momen hidup maximum rencana
(N mm)
Mn
= Kuat momen nominal pada suatu penampang
(N mm)
MR
= Kapasitas momen rencana pada penampang
(N mm)
Mu
= Momen rencana yang bekerja
(N mm)
M2b
= Nilai yang terbesar dari momen ujung terbesar
pada kolom akibat beban yang tidak menimbulkan
goyangan ke samping
(N mm)
M2s
= Nilai yang terbesar dari momen ujung terbesar
pada kolom akibat beban yang menimbulkan
goyangan ke samping
(N mm)
Pc
= Beban tekuk Euler
(N)
Pn
= Kuat tekan nominal
(N)
Pnb
= Kuat tekan nominal pada keadaan balanced
(N)
Pu
= Kuat tekan rencana yang bekerja
(N)
r
= Jari jari girasi penampang
(mm)
4

Vu
Vn
Vc
Vs

= Gaya geser terfaktor dari suatu penampang


= Kuat geser nominal
= Kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton
= Kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser

(N)
(N)
(N)
(N)

= Konstanta yang tergantung dari mutu beton


d

= Nilai perbandingan momen beban mati rencana terhada momen


total rencana, yang besarnya kurang atau sama dengan satu
= Faktor tinggi blok tegangan ekivalen
= Faktor pembesaran momen untuk rangka yang ditahan terhadap
goyangan ke samping
= Faktor pembesaran momen untuk rangka yang tidak
ditahan terhadap goyangan ke samping
= Faktor reduksi kekuatan
= Faktor kekangan ujung atas atau bawah kolom
= Rasio luas tulangan tarik non pratekan

= Rasio luas tulangan tekan non pratekan

bal

= Rasio luas tulangan seimbang

= Regangan tekan beton

= regangan tarik tulangan

1 PENDAHULUAN
2
1

Bahan Pembuat Beton


3

Bahan Utama :
Semen
Agregat halus (pasir)
Agregat kasar (kerikil atau batu pecah)
Air (air yang di gunakan harus bersih dan bebas dari bahan-bahan

merusak yang mengandung oli, asam ,alkali, garam, bahan organik , atau bahanbahan lainnya yang merugikan)
4

Bahan tambahan (admixture / additive), boleh tidak ditambahkan :


Bahan kimia tambahan yang ditambahkan

ke dalam beton untuk

mengubah atau

memodifikasi sifat-sifat beton yang dihasilkan (misalnya : accelerator, retarder dan sebagainya)
5

Pada Beton bertulang ditambahkan :


Tulangan Baja atau batang baja (besi beton)

Pengertian-Pengertian
6

Beton (Concrete) : bahan yang diperoleh dari mencampurkan agregat halus, agregat
kasar, semen Portland dan air.

Beton bertulang (Reinforced Concrete): beton yang mengandung batang tulangan


dan direncanakan berdasarkan anggapan kedua bahan tersebut memikul gaya
bersamaan.

Beton pratekan (Prestressed Concrete) : beton yang sudah dirangkai kemudian


ditarik agar menjadi tegang. Beton bertulang dimana telah ditimbulkan tegangan intern
dengan nilai dan pembagian sehingga beban dapat dinetralkan sampai suatu taraf yang
diinginkan.

Beton pracetak (Precast) : beton yang sudah dicetak di pabrik dan tinggal dirangkai
saat penggunaan. Bagian beton bertulang atau tak bertulang dicetak dalam kedudukan
yang lain dari kedudukan akhirnya di dalam konstruksi.

10

Ferrocement : beton yang diberi tulangan dari kawat yang dianyam.

11

Beton Serat (Fiber Concrete) : beton yang mempunyai tulangan berupa serat
seperti gypsum.

12

Spesi-Mortar: Campuran antar

semen, agregat halus dan air

yang

belum

mengeras;
13

Mortar: Campuran antara semen, agregat halus dan air yang

telah mengeras;

14
15 Tipe-tipe beton :
16 1. Beton Normal (normal weight), beton ini adalah beton yang biasanya digunakan
sebagai bahan bangunan.
17

2. Light weight, beton yang ringan.

18 3. Heavy weight, beton yang sangat berat. Beton ini biasanya digunakan untuk bangunan
lepas pantai agar tidak hancur oleh arus ombak.
3

Pemilihan Proporsi Campuran Beton


19 Proporsi harus ditentukan untuk menentukan
20 a) kelecakan dan konsistensi yang menjadikan beton mudah dicor ke dalam cetakan
21 b) ketahanan terhadap pengaruh lingkungan
22 Untuk setiap campuran beton yang berbeda , baik aspek dari material
yang digunakan ataupun proporsi campurannya harus dilakukan pengujian

Penyimpanan Bahan
23 Bahan semen dan agregat harus disimpan sedemikian rupa untuk mencegah kerusakan atau

intrusi bahan yang mengganggu. Setiap bahan yang telah terganggu atau terkontaminasi tidak boleh
digunakan untuk pembuatan beton
5

Sejarah Beton

Telah dikenal sejak pembuatan piramida oleh bangsa Mesir (memakai campuran batu kapur
dan tanah liat yang dapat mengeras bila tercampur air, bersifat hidrolis)

Bangsa Yunani, bangsa Etruria dan bangsa Romawi menggunakan semen dalam bangunan
mereka seperti Koleseum (Roma), Pont du Gard (Nimes), Pantheon (Roma).

Semen yang dipakai merupakan pembakaran campuran batu kapur dan debu vulkanis (batuan
tuff) dari daerah Pozzuoli (sekitar gunung berapi Vesuv dan Napoli).

John Smeaton (1756) menemukan adukan semen yang terbaik adalah campuran kapur Blue
Lias dan tanah liat yang digiling di waktu membangun mercu suar Eddystone

James Parker mengembangkan semen hidrolis yang dikenal dengan semen Romawi

Joseph Aspdin (1824) mematenkan semen Portland yang didapat dengan memanaskan
campuran tanah liat halus dengan batu kapur di tungku sampai seluruh karbon dioksida
(CO2) lenyap.

Isaac Johnson (1845) menemukan semen yang merupakan prototip dari semen Portland yang
sekarang yaitu dengan membakar batu kapur dan tanah liat hingga menjadi lahar yang
mengeras (until clinkering), sehingga menghasilkan bahan semen yang berkualitas baik.

24
6

Aplikasi Beton

25 Beton merupakan struktur yang paling fleksibel, sehingga bentuknya dapat beraneka ragam.
Sesuai dengan kebutuhan dan kegunaannya. Beberapa contohnya adalah :
26
27

28 1. Gedung (building)
1
Ring balk

7
3

8
5

Gewel

Kolom

Pelat lantai/atap

Balok (induk/anak)

Pondasi

Sloof

Lisplank

Tangga

9
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42

Gambar 1. Aplikasi Beton Bertulang

43
44

2. Jembatan (Bridge)
45

46
47
48

49
50
51
52
53
54
55

Potongan A-A

56

57
58
59
1

Bendung (Weir)

60
61
62
63
64
65
1

Tangki Air/Tandon Air/ Menara (Reservoir)

66
67
68
69
70
71
72
73

Perkerasan Kaku Jalan Raya atau Lapangan Terbang

Halte/Atap Pom Bensin

Gapura, Tugu, Pagar dan lain sebaginya

Kelebihan dan Kekurangan dari Beton


74 Kelebihan dari Beton adalah :
Semua bahan mudah didapat (kecuali semen)
Beton yang diawasi dengan teliti dapat sekeras batu
Mudah dicetak dalam bentuk yang diinginkan
Nilai kekuatan dan daya tahan (durability) beton adalah relatif tinggi
Nilai kuat tekan beton adalah relatif tinggi
Beton bersifat tahan api yang relatif tinggi
75 Kekurangan dari Beton adalah :
Kekuatan tarik yang rendah (3 % sampai 15% dari kuat tekannya)
Beton yang dibebani terus menerus mengalami rayapan/rangkak (creep)
Beton tidak dapat secara sempurna kedap terhadap air dan kelembaban
Beton biasa adalah relatif berat (2200 to 2600 kg/m3)

Kualitias Beton

76

Kualitas Beton tergantung dari :


Bahan-bahan pembuatnya
Cara menakar dan mencampur
Cara pelaksanaan pekerjaan

77

Persyaratan Keawetan Beton

rasio air semen : Rasio air semen harus dihitung menggunakan berat semen di tambah
dengan berat abu terbang dan bahan pozzolan lainnya.
78

pengaruh lingkungan
79

Faktor Air Semen biasa disingkat FAS


pengaruh lingkungan yang mengandung sulfat; harus terbuat dari semen tahan sulfat

Cara Menakar Dan Mencampur

Dengan dasar volume:


80

a) Kepadatan waktu menakar pasir mempengaruhi perbandingan

81

b) Ketepatan pengukuran

Dengan dasar berat


82

a) Kadar air agregat

83

b) Ketepatan pengukuran

Perlu diperhatikan bahan-bahan yang terbuang sewaktu dimasukkan ke dalam mesin


pecampur dan Effisiensi dari mesin pecampur (molen)

10

Cara pelaksanaan pekerjaan

Pemadatan: Rongga-rongga udara mengurangi kekuatan

Perawatan: Perlu untuk meningkatkan kekuatan dan menyempurnakan sifat-sifat lain

Keadaan cuaca selama mencetak dan merawat beton

Campuran Beton : perbandingan antara semen : pasir : kerikil ; misalnya campuran 1 : 2 : 3

Kekentalan : disesuaikan dengan cara transport, cara pemadatan, jenis konstruksi, dan
kerapatan dari tulangan

Cetakan dan Acuan : harus menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran
dan batas-batas yang dengan gambar kerja.

Pemasangan Tulangan : tulangan harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan
sesudah pengecoran agar tidak berubah bentuk.

11

Semen (Portland Cement)


84 Semen didefinisikan sebagai campuran antara batu kapur/gamping (bahan utama) dan
lempung / tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk
bubuk, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air.
85 Bahan :

86 - batu kapur atau kapur dari kapur tulis atau marl menghasilkan kalsium karbonat - tanah liat
atau batu tulis menghasilkan alumina dan silikat
87 Proses pembuatan semen

Proses Basah (wet process)

Proses Kering (dry process)


88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103 Gambar 2. Proses Pembuatan Semen
104
105 Semen merupakan bahan perekat dalam campuran beton
106 Macam-macam semen :

Semen PC, Portland Cement

Semen PPC, Pozzoland Portland Cement

Semen tahan sulfat, biasanya digunakan pada bangunan tepian air seperti
pelabuhan atau dermaga.Semen tersebut membuat agar beton yang sudah jadi menjadi tidak
mudah terkikis.
Semen tahan panas tinggi, biasanya digunakan untuk wadah mengolah biji besi

panas.

Semen daya kering cepat, biasanya digunakan untuk membuat pondasi jembatan.
107 Komposisi Kimia dari Semen

108

109

110

111

112

113

114

115

116

117

119

120

121

122

124

125

126

127

129

130

131

132

118
Si

123
Al

128
B
133

Kapur: berlebihan, menyebabkan perpecahan semen setelah timbul ikatan. Tinggi tapi tak
berlebihan memperlambat pengikatan dan menghasilkan kekuatan awal yang tinggi.
Kekurangan mengakibatkan semen yang lemah. Kurang sempurna pembakaran menyebabkan
ikatan yang cepat.

Silika + Alumina: silika tinggi dan alumina rendah menghasilkan semen dengan ikatan
lambat, berkekuatan tinggi dan meningkatkan ketahanan terhadap agresi kimia.

Silika + Alumina: silika rendah dan alumina tinggi menghasilkan semen dengan ikatan cepat,
berkekuatan tinggi.

Besi Oksida: memberi warna abu-abu pada semen, dan mempunyai sifat yang seperti
alumina.

Komposisi kecil dari magnesium (MgO), dibatasi samapi 4 %, dan belerang (SO3), dibatasi
antara 2,5 dan 3 %. Jumlah yang berlebihan, kurang baik.

Komposisi kecil dari alkali (Na2O dan K2O) dapat bereaksi dengan beberapa jenis agregat
mengakibatkan perpecahan semen dan pengurangan kekuatan.

12

Agregat Halus (Pasir)

Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami batuan atau
pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukurna
butir terbesar 5,0 mm; Pasir pada campuran semen berfungsi sebagai
pengeras sehingga beton dapat menjadi sekeras batu.
134

Ciri-ciri pasir yang baik :

135 1. Berwarna abu-abu kalau dalam keaadan kering. bewarna hitam kalau dalam keadaan
basah.
136 2. Tidak tercampur tanah, karena jika tercampur tanah akan mengganggu kerekatan.
13

Agregat Kasar (Kerikil/Batu Pecah)

Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau
berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir antara 5-40 mm. Kerikil pada campuran beton berfungsi sebagai
8

struktur pengeras agar kokoh. Kerikil yang baik adalah yang bentuknya tidak
rata agar setiap permukaan kerikil dapat terkena cairan beton. Sehingga dapat
membuat cairan beton menjadi tidak berongga.
14 Air
137

Air pada beton mempunyai fungsi sebagai pengencer dan bereaksi dengan semen.

Agar cairan beton dapat padat dan mengisi ruang-ruang sehingga membentuk cetakan.
138

Ciri-ciri air yang baik : tidak bewarna, tidak berbau dan tidak berasa.
139 Kriteria beton yang baik :
140 Beton yang baik memiliki takaran yang sesuai sehingga tidak terlalu
encer. Campuran antara semen, pasir, krikil dan air dapat tercampur
rata. Campuran beton tersebut dapat mengalir sehingga dapat mengisi
ruang-ruang dan dapat dibentuk seperti yang kita inginkan. Ciri yang
terakhir adalah tidak getas (brittle), tidak berongga, padat, dan kering
tidak mengandung air. Beton pada umumnya dibiarkan mengeras
dalam 28 hari (kecuali dengan perlakuan khusus).

15

Baja Tulangan Beton


141Baja Tulangan Beton didefinisikan sebagai baja berbentuk batang berpenampang bundar
yang digunakan untuk penulangan beton, yang diproduksi dari bahan baku billet baja (sesuai
Standar Nasional Indonesia) dengan cara canai panas (hot rolling)
142Jenis Baja tulangan :
143Berdasarkan bentuknya, baja tulangan beton dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu:
1441. Baja tulangan beton polos
145

Baja tulangan beton polos adalah baja tulangan beton berpenampang bundar dengan

permukaan rata tidak bersirip, disingkat BjTP.


146
147

2. Baja tulangan beton sirip (Deform/ulir)


Baja tulangan beton sirip adalah baja tulangan beton dengan bentuk khusus yang

permukaannya memiliki sirip melintang dan rusuk memanjang yang dimaksudkan untuk
rneningkatkan daya lekat dan guna menahan gerakan membujur dari batang secara relatif
terhadap beton, disingkat BjTS.
148
149
150
151
152
153
154
155

156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
Gambar 2. Beberapa jenis baja tulangan
beton sirip

10

16

Syarat Mutu Baja Tulangan Beton


166

Baja tulangan beton tidak boleh mengandung serpihan, lipatan, retakan, gelombang,

cerna (luka pada permukaan) yang dalam dan hanya diperkenankan berkarat ringan pada
permukaan
167

Bentuk permukaan batang baja tulangan beton polos harus rata tidak bersirip.

Sedangkan bentuk permukaan batang baja tulangan beton sirip harus bersirip teratur. Setiap
batang diperkenankan mempunyai rusuk memanjang yang searah dan sejajar dengan sumbu
batang, serta sirip-sirip lain dengan arah melintang sumbu batang. Sirip-sirip melintang
sepanjang batang baja tulangan beton harus terletak pada jarak yang teratur. Serta
mempunyai bentuk dan ukuran yang sama. Bila diperlukan tanda angka-angka atau hurufhuruf pada permukaan baja tulangan beton, maka sirip melintang pada posisi di mana angka
atau huruf dapat ditiadakan. Sirip melintang tidak boleh membentuk sudut kurang dari 45
terhadap sumbu batang, apabila membentuk sudut antara 45 sampai 70, arah sirip
melintang pada satu sisi, atau kedua sisi dibuat berlawanan. Bila sudutnya diatas 70 arah
yang berlawanan tidak diperlukan.

168

Tabel. 1. Ukuran Baja tulangan beton Polos


172
173

171

170

177
175

176

180

181

11

182

178

183

187
185

186

190

191

195

196

200

201

205

206

210

188

192

193

197

198

202

203

207

208

212

213

217

218

222

223

227

228

211

215

216

220

221

225

226

12

229

Tabel 2 Ukuran baja tulangan beton Sirip


(Deform/Ulir)

232

234

235
236

237

230

259
269
279
289
299
309
319
329
339
349
359
369
379
389

390 CATATAN : Cara menghitung luas penampang nomnal, keliling


nominal, berat nominal dan ukuran sirip adalah sebagai berikut:
391 a) Luas penampang nominal (L)
392
393

0,7854 x d2
L=

(cm2)

dibulatkan sampai 4 angka

berarti
394
396

100
395 b) Keliling nominal (K)

K = 0,3142 x d (mm)

dibulatkan sampai 1 angka desimal

397 c) Berat = 0,785 x L (kg/m)

dibulatkan sampai

3 angka berarti
398 d) Jarak sirip melintang maksimum = 0,70 d dibulatkan sampai
1 angka desimal
399 e) Tinggi sirip minimum = 0,05 d

dibulatkan sampai

1 angka desimal
400 Tinggi sirip maksimum = 0,10 d

dibulatkan sampai 1 angka desimal

401 f) Jumlah berat rusuk maksimum = 0,25 K


1 angka desimal

402

13

dibulatkan sampai

403
404
406

Tabel 3. Sifat Mekanis Baja Tulangan Beton

408

409

419

420

433

Uji
Tarik

415

416

410
Uji
L
e
n
g
k
u
n
g
417

413

414

422
423

424
425

430
431

436
437

438
439

444
445

446

451
452

448

453
454

450

459
460

461

14

466
467

463

468
469

474

475
465
476

478

481
482

483
484

489
490

495
496

497
498

503
504

480

492
493
494

505

506

507

1. Hasil uji lengkung tidak boleh terletak pada


sisi luar lengkungan

508

509

2. Untuk baja tulangan sirip > S.32 nilai


renggang dikurangi 2 %
510 511 Untuk baja tulangan sirip S.40 dan S.50 dikurangi 4 % dari nilai yang
tercantum pada tabel di atas.
512
513
3. 1 kgf/mm2 = 9,81 N/mm2
17

Pengujian Beton dan Baja


514

A. Uji Tekan Beton

515

Benda Uji Beton dapat berupa kubus (15x15x15 cm) atau Silinder (diameter 15 cm,
P

tinggi 30 cm)
517

516

Pembuatan
15alok dan pengujian benda uji mengacu pada standar yang telah ditetapkan

15alok

15alok

30alok

15
15 cm

l1

lo

(lihat mata kuliah Teknologi Bahan dan Bahan Bangunan).


518 Hubungan Tegangan

(Stress) dan Regangan (Strain) pada Uji

Tekan Beton
519
520
fc

Ultimate strenght

1 MPa = 1 N/mm2

521
522

hancur

N/mm

fc

20 MPa

= 20

523
524
525
0,002 0,003

Untuk beton normal Modulus Elastisitas Beton Ec dapat diambil sebesar

526
527 B. Uji Tarik Baja

(mengacu pada SNI 07-2052-2002)

528 Benda Uji berupa baja tulangan yang dikecilkan pada diamater
tengahnya (sehingga putusnya baja terjadi di titik tersebut). Kemudian
ditarik dengan mesin uji tarik dan diukur pertambahan panjang (l)
pada setiap gaya yang diberikan (P)
529
P

530

531
lo

l1

532
533
534 Hubungan Tegangan (Stress) dan Regangan (Strain) pada Uji Tarik
Baja
535
536

Ultimate strenght

537
538

putus

fy

16

539
540
541
542
543 Modulus Elastisitas (E)

544
545 Besar Modulus Elastisitas Baja normal Es = 2.1 x 106 kg/cm2

546

547

Cara pengambilan contoh (sample) benda uji

Pengambilan contoh dilakukan oleh petugas yang berwenang

Petugas pengambil contoh harus diberi keleluasaan oleh pihak produsen atau penjual
untuk melakukan tugasnya

Pengambilan contoh dilakukan secara acak (random)

Jumlah contoh uji


548 Setiap kelompok yang terdiri dari nomor leburan dan ukuran yang sama diambil satu
contoh uji. Setiap kelompok yang terdiri lebih dari satu nomor leburan (campuran) dari
satu ukuran dan satu kelas baja yang sama, diambil 1 (satu) contoh uji setiap 25 (dua
puluh lima) ton sebanyak-banyaknya 5 (lima) contoh uji. Contoh untuk uji sifat mekanis
diambil sesuai dengan kebutuhan yang dipotong dari salah satu ujung batang baja
tulangan beton dan tidak boleh dengan cara panas.
549 Cara Pengujian Baja Tulangan
550 Uji sifat tampak dilakukan secara visual tanpa bantuan alat untuk
memeriksa adanya cacat-cacat. Kemudian untuk uji ukuran, berat dan
bentuk :
551 A. Baja tulangan beton polos

Baja tulangan beton polos diukur pada satu tempat untuk menentukan
diameter minimum dan maksirnum.

Pengukuran dilakukan pada 3 (tiga) tempat yang berbeda dalam 1 (satu)


contoh uji dan dihitung nilai rata-ratanya.

Penentuan

berat

ditetapkan berdasarkan

berat

nyata

(aktual) yang

diperhitungkan dengan panjang contoh uji.


552 B. Baja tulangan beton sirip

Baja tulangan beton sirip diukur jarak sirip, tinggi sirip, Iebar rusuk, diameter
dalam dan sudut sirip.

17

Pengukuran jarak sirip dilakukan dengan cara mengukur 10 (sepuluh) jarak sirip

yang berderet kemudian dihitung nilai rata-ratanya.


Pengukuran tinggi sirip dilakukan terhadap 3 (tiga) kali buah sirip dan

dihitung nilai rata-ratanya.


Pengukuran terhadap lebar rusuk dilakukan dengan mengukur lebar semua

rusuk atau celah kemudian hasil pengukuran lebar masing-masing rusuk dijumlahkan.
Diameter dalam diukur sekurang-kurangnya 3 (tiga) pada tempat yang

berbeda dalam jumlah contoh uji.


Pengukuran sudut sirip melintang dilakukan dengan membuat gambar yang

diperoleh dengan cara mengelindingkan potongan uji di atas permukaan lempengan lilin atau
tanah liat, kemudian dilakukan pengukuran sudut sirip pada gambar lempengan tersebut
553 Uji sifat mekanis
554 Batang uji tarik dan lengkung harus lurus dan kulit canai (luka pada permukaan) tidak boleh
dikerjakan (dihilangkan). Uji tarik dan lengkung dilakukan masing-masing 1(satu) kali percobaan
dari masing-masing potongan contoh uji
555 Pelaksanaan uji
556 1. Uji tarik
557 Uji tarik dilakukan sesuai SNI 07-0408-1989, Cara uji tarik untuk logam, dengan batang uji
sesuai SNI 07-0371-1998, Batang uji tarik untuk bahan logam (batang uji tarik no. 2 untuk
diameter < 25 mm dan batang uji tarik no. 3 untuk diameter 25 mm). untuk menghitung batas
ulur dan kuat tarik baja tulangan beton polos dan sirip digunakan nilai luas penampang yang
dihitung dari diameter nominal contoh uji.
558 2. Uji Iengkung
559 Uji lengkung dilakukan sesuai SNI 07-0410-1989, Cara uji lengkung tekan.
560
561 Syarat lulus uji
562 Kelompok dinyatakan lulus uji apabila contoh yang diambil dari
kelompok tersebut memenuhi Syarat mutu. Apabila sebagian syaratsyarat tidak dipenuhi, dapat dilakukan uji ulang dengan contoh uji
sebanyak 2 (dua) kali jumlah contoh uji yang pertama yang berasal
dari kelompok yang sama. Apabila hasil kedua uji ulang semua syaratsyarat terpenuhi, kelompok dinyatakan lulus uji. Kelompok dinyatakan
tidak lulus uji kalau salah satu syarat pada uji ulang tidak dipenuhi.
563
564 Beberapa Grafik hasil pengujian Beton Bertulang
565

1. Hubungan umur dan kekuatan beton

fc
(MPa) 566

18

14

21

28

Umur (hari)

567
568
569
570
571
572
573
574

19

575
576

2. Hubungan antara FAS dan kekuatan


577

fc
(MPa)

578
579
580
581
582
583

584

fas

0,30 0,40

585
586
587

FAS = Faktor Air Semen


( Water Content Ratio = w.c.r )

588
589
590
591
592

20

2.

PERILAKU BALOK BETON


BERTULANG AKIBAT PEMBEBANAN
593

2.1 Pembebanan
594 Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung tahun 1983 (PPIUG
1983) mengatur tentang semua pembebanan pada bagian gedung
meliputi :
1.

Beban Mati atau Dead Load (D) ialah berat dari semua bagian dari suatu gedung
termasuk berat sendiri yang bersifat tetap, dan segala unsur tambahan yang merupakan
bagian tak terpisahkan dari gedung misalnya untuk rangka kuda-kuda, penutup atap (untuk
genteng, reng dan usuk = 50 kg / cm 2), beban dari plafond, gording, penggantung gording
dan ikatan angin. Sedangkan untuk portal meliputi berat sendiri balok, kolom, pelat, spesi,
penutup lantai, dinding dan sebaginya.

2.

Beban Hidup atau Live Load (L) adalah semua beban yang terjadi akibat pemakaian dan
penghunian suatu gedung, termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barangbarang yang dapat dipindahkandan atau beban akibat air hujan pada atap; semua beban
yang dapat dipindah seperti beban pekerja (minimum sebesar 100 kg / cm 2) dan beban
yang diakibatkan air hujan maksimal diambil 20 kg / m 2 Besarnya beban hidup tergantung
dari fungsi bangunan

3.

Beban Angin atau Wind Load (W) ialah semua beban yang bekerja pada gedung atau
bagian yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan baik itu hisapan mampu tekanan.

4.

Beban Lateral/Kejut atau Horisontal Load (H) adalah semua beban kea rah horizontal
gedung akibat kejut atau hentakan.

5.

Beban Gempa atau Earthquake Load (E) adalah semua beban yang diakibatkan oleh
getaran gempa bumi.

6.

Beban Perubahan Suhu atau Temperature Load (T) adalah beban khusus yang
diakibatkan oleh perubahan temperatur atau suhu.
595

2.2 Perilaku Balok Beton Bertulang

BEBAN

21

Tumpuan

596
597
598
598

Lapangan
599
600
601
602
603

Daerah Tumpuan :
604

Tarik

diserat atas

605

Tekan

diserat bawah

606

Daerah Lapangan :

Tulangan yang

dominan berada

607

Tarik

diserat bawah

di atas
Tulangan yang

dominan berada
608

Tekan

diserat atas

di bawah

609
610

Beton yang diandalkan adalah kekuatan TEKAN

611

Baja Tulangan yang diandalkan adalah kekuatan

TARIK
612
613

Garis netral ialah : garis dimana tidak terjadi tarik maupun tekan atau sama
dengan nol.
A

614
615

Garis netral

616
A

617
618

619

620

22

621
622
2.3 Analisis Statika
623

Suatu struktur yang menerima beban/gaya luar

akan mengalami gaya dalam (Fx, Fy, Fz, Mx, My, Mz)
yang umumnya secara sederhana untuk 2 (dua) dimensi

dikelompokkan menjadi 3 :

Bid. D

+L
-

Gaya Normal (N) identik dengan Aksial Fx

Gaya Lintang/geser (D) identik dengan Fy

Momen lentur (M) identik dengan Mz


624

Bid. M

Sedangkan Fz, Mx dan My bekerja pada

struktur 3 (tiga) dimensi


625

+L Mmax

626
627
628
629
630

631 Akibat gaya-gaya dalam tersebut, maka struktur harus mampu menahannya.
632

Pada beton bertulang cara menahannya adalah :

633

Beton

menahan tekan

Baja dan beton menahan lentur dan geser

634

Baja

menahan tarik

635

Beton dan baja bekerja bersama-sama dan tidak bisa dipisahkan :

636

Beton runtuh

637

Baja leleh/putus

Struktur (sesara keseluruhan)


akan hancur

2.4 Pengaturan Beban Hidup

638

Beban hidup yang bekerja pada komponen struktur, diatur menurut

ketentuan berikut:
1

Beban hidup dapat dianggap hanya bekerja pada lantai atau atap yang sedang
ditinjau, dan ujung-ujung terjauh kolom dapat dianggap terjepit, selama
ujung-ujung tersebut menyatu (monolit) dengan komponen struktur lainnya.

1)

Pengaturan beban hidup dapat dilakukan dengan kombinasi berikut:

23

a.

Beban mati terfaktor pada semua bentang dengan


beban hidup penuh terfaktor yang bekerja pada dua bentang yang
berdekatan.

b.

Beban mati terfaktor pada semua bentang dengan


beban hidup penuh terfaktor pada bentang yang berselang-seling.
639 2.5 Illustrasi Perilaku Balok Beton

640

Secara sederhana balok beton yang menahan gaya luar akan cenderung melentur

mengikuti arah bidang momen, sehingga pada serat bagian atas balok akan tertekan (dipikul
oleh beton) dan pada bagian serat bawah akan tertarik (dipikul oleh baja tulangan), apabila
tidak diberi tulangan atau kekurangan tulangan balok akan retak (crack) mengikuti arah
vertikal.
641
642

643 3. DASAR-DASAR PERENCANAAN


644
1

Metode Perencanaan
645 3.1.1 Metode Tegagan Kerja
646

Metode Tegangan Kerja (working stress method) terpusat pada keadaan beban layan.

Didalam metode ini, suatu unsur struktur direncanakan sedemikian hingga tegangan yang
diakibatkan oleh aksi beban kerja (service load) dan yang dihitung secara mekanika dari unsurunsur yang elastis tidak melampaui suatu harga ijin yang ditetapkan. Beban kerja adalah beban
yang benar-benar terjadi pada masa kerja dari struktur. Didalam metode tegangan kerja,

24

tegangan yang dihitung secara elastis harus lebih kecil atau sama dengan tegangan yang
diijinkan, atau:
647
648

f fijin

atau dengan kata lain tegangan yang terjadi tidak boleh melampaui tegangan yang

diijinkan

649
650 Ket : : tegangan yang terjadi
651

: tegangan yang diijinkan


652

653

Metode ini lebih dikenal dengan METODE ELASTIS dan mengacu pada Pedoman

Beton tahun 1971 (PBI 71), dan tidak dibahas pada buku ajar ini.
654 3.1.2 Metode Kekuatan Batas
655

Didalam metode Kekuatan Batas atau Metode Rencana Kekuatan (ultimate strength

method or strength design method) terpusat pada keadaan pembebanan yang melampaui beban
kerja pada saat struktur terancam keruntuhan, beban kerja dinaikkan secukupnya dengan suatu
faktor untuk mendapatkan beban pada mana keruntuhan dinyatakan telah diambang pintu.
Beban ini dinamakan beban berfaktor. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa kekuatan yang
tersedia lebih kecil atau sama dengan kekuatan yang diperlukan untuk memikul beban
berfaktor.

656

Struktur dan unsur-unsurnya harus direncanakan untuk memikul

beban cadangan di atas beban yang diharapkan bekerja dibawah keadaan


normal. Kapasitas cadangan yang demikian disediakan untuk memperhitungkan
dua faktor, yaitu faktor yang berhubungan dengan pelampauan beban dan faktor
yang berhubungan dengan kekurangan kekurangan. Pelampauan beban dapat
terjadi akibat perubahan pengguanaan unsur struktur yang direncanakan,
sedangkan kekurangan kekuatan dapat diakibatkan oleh kesalahan pengerjaan,
dimensi ataupun tingkat pengawasan pada saat pengawasan. Dengan mengacu
pada SK SNI T-15-1991-03 metode perencanaan ini dikatakan aman apabila
pada komponen struktur terpenuhi :
657

Kekuatan rencana > Kekuatan perlu


658

Rn > Ru
25

659

Kekuatan rencana yang tersedia pada suatu komponen struktur SK

SNI pasal 3.2.3 adalah kekuatan nominal (Rn) dikalikan faktor reduksi
kekuatan ( ). Sedangkan kekuatan perlu pada suatu komponen struktur
menurut SK SNI 1991 pasal 3.2.2 adalah kekuatan yang terjadi akibat beban
(Ru) dikalikan faktor beban ( ).
2

Provisi Keamanan
660

Nilai Faktor reduksi kekuatan

merupakan angka keamanan yang

memperhitungkan penyimpangan terhadap kuat bahan, pengerjaan, ukuran dan


pelaksanaan. Menurut SK SNI 1991 pasal 3-2-3 besarnya faktor reduksi kekuatan
adalah sebagai berikut :
661

26

662

Tabel 4. Faktor Reduksi Kekuatan

663

665

N
o
666

664

667

1.
669 670

Gaya
668

Lentur, tanpa beban aksial

0,80
Aksial tarik dan aksial tarik dengan 671

2. lentur
0,80
672
674
673
Geser dan torsi
3.
0,60
676
Aksi tekan dan aksial tekan dengan
lentur
675
4.

677

4.1. Unsur tekan, dengan tulangan

spiral
678

4.2. Unsur tekan, dengan tulangan

pengikat
682
5.
685
686

679

(sengkang)

683

Tumpuan pada beton

Sedangkan nilai faktor beban

680
0,70
681
0,65

684
0,70

merupakan angka keamanan yang

memperhitungkan kelebihan beban akibat penggunaan fungsi bangunan.


Menurut SK SNI 1991 pasal 3-2-2 besarnya kekuatan perlu (U) adalah
sebagai berikut :
687
688 689

Tabel 5. Kombinasi Beban


Kombina

No
si Beban
691 692
D+L

690
693

1,2 D + 1,6 L

1.
694 695

D + L + 696

0,75 (1,2 D + 1,6 L + 1,6 W)

2.
W
697 698

D+W

0,90 D + 1,3 W

699

3.
27

700 701

D+L+H

702

1,2 D + 1,6 H atau 0,9 D + 1,6 H

4.
703 704

D+L+T

705

0,75 (1,2 D + 1,6 L + 1,2 T) atau (1,2 D +

5.
706 707

1,2 T )
D + LR + 708
1,05 (D + LR (E)) atau 0,9 (D + E)

6.

709
710

Keterangan :

= Kuat perlu untuk menahan beban yang talah

711

dikalikan faktor beban.

712

719

LR

= Live Load Reduction (Beban Hidup tereduksi)

713

= Dead Load (Beban Mati)

714

= Live Load (Beban Hidup)

715

= Wind Load (Beban Angin)

716

= Earthquake Load (Beban Gempa)

717

= Temperature Load (Beban Perubahan Suhu)

718

= Horizontal Load (Beban Lateral/Kejut)

Jika momen kecil maka tulangan yang dibutuhkan juga kecil, tetapi

seharusnya untuk menghindari retak pada beton, maka harus diberi luasan
tulangan minimum yang besarnya sesuai SK SNI 1991 pasal 3.5.5. Karena
beban memiliki sifat kehancuran mendadak, maka untuk menghindari
penurunan yang berlebihan sebelum runtuh perlu pembatasan tulangan
minimum yaitu :

720
721

min

Untuk menghindari keruntuhan tiba-tiba dalam SK SNI 1991 pasal 3-

5-5 butir 2 yang berisi batasan luasan tulangan tarik maksimum sebesar :
722

max

723

= 0,75

dimana

bal

bal

= 0,85

724 Dimana harga 1 adalah:

28

= 0,85 . untuk fc 30 MPa

1= 0,85 0.008 (fc-30 Mpa) atau 1 direduksi 0,008 untuk setiap kelebihan 1
Mpa untuk 30 MPa < fc< 55 MPa

1 = 0,65 untuk fc 55 MPa


725
726 adalah Rasio atau perbandingan antara Luas Tulangan dan
Luas Beton
727 = As / (b . d)
728 dimana :
729 fc = Mutu Beton (MPa) adalah kuat hancur tekan beton
730 fy = Mutu Baja (MPa) adalah kuat tarik leleh baja tulangan
731 min = minimum
732 max = maximum
733 bal = balance (imbang) yaitu kondisi beton hancur bersamaan dengan
baja leleh
734

29

735
3

Analisis Balok Persegi Melentur Murni

736

737
738
739
740
741
742
743
744
745
746
747
748
749
750
751
752
753

30

754
755
756
757
758
759
760
761
762
763
764
765
766
767
768
769
770
771

Keterangan
d =
d =
h =
c =
s =
y =
fc =
fy =
As =
c =
a =
Cc =
T =
Mn =
772
773

:b
=
lebar balok
tinggi efektif balok
tebal selimut beton
tinggi balok
regangan beton (concrete)
regangan baja (steel)
regangan leleh baja (steel)
mutu beton
mutu baja
luas ulangan
jarak garis netral ke serat atas
tinggi blok tegangan
gaya tekan beton
gaya tekan baja
Momen Nominal

31

774
775

Dimana :
776
1 = 0,85 umur fc < 30 MPa

777
778

Jika >30 MPa

779

1 = 0,85 0,008x (fc

Untuk 30 < fc< 55 MPa

30)
1 = 0,85

782

780
Untuk fc> 55 MPa
781
Keseimbangan kondisi balance :

783

Cc = T

784

0,85 . fc . a . b = As . fy

785

Momen nominal yang mampu ditahan :

786

Mn = Cc . z

787

788

Rasio/perbandingan antara luas tulangan dan luas beton

atau

= T.z

789
790

syarat :

791
792
793

Ada 3 (tiga) kemungkinan kondisi regangan :

Under Reinforced ( kekurangan tulangan ) s > y

Balanced ( Imbang )

Over Reinforced (kelebihan tulangan)

s = y
s < y

794

795
796

> y s=y < y


Kondisi Imbang (Balance) :

32

c = 0,003

797

798
799
800

s = y

801

802
803
804

Balanced

805

Cc = T

806

0,85 . fc . a . b = As.fy

807

0,85 . fc . (1 . c) . b = As.fy

808

0,85 . fc . 1

. b = (bal . b . d) fy

33

809

Dimana :

810

811

34

8124. ANALISIS DAN DESAIN


BALOK
813
814
815

Bentuk umum distribusi tegangan regangan dari balok yang mencapai kekuatan nominalnya adalah
sebagai berikut :
816
817
818
819
820
821
822
823
824

= ketinggian efektif dari permukaan tekan ke titik berat tulangan tarik.


825 Kekuatan nominal dimisalkan tercapai bila regangan didalam serat
tekan ekstrim sama dengan regangan runtuh beton

cu

. Sewaktu beton

runtuh, biasanya dengan tiba-tiba, regangan didalam tulangan tarik As


kemungkinan lebih besar atau lebih kecil dari regangan y = fy / Es pada
saat leleh pertama, tergantung kepada perbandingan relatif dari
tulangan terhadap beton. Jika jumlah tulangan cukup sedikit, maka

35

tulangan akan meleleh sebelum beton hancur, yang menghasilkan


suatu ragam keruntuhan yang daktail dengan deformasi yang besar.
Sedangkan

bila

jumlah

tulangan

cukup

banyak

untuk

memperkenankan tulangan tetap berada dalam keadaan elastis pada


saat kehancuran beton, akan menghasilkan ragam keruntuhan yang
tiba-tiba atau getas (brittle). Peraturan ACI menetapkan regangan
maksimum beton

cu

sebesar 0,003.

826

827
828
829
830
831
832
833
834 Diagram tegangan beton diidealisasikan oleh Whitney menjadi
penampang persegi dengan harga a = 1 . c.
835

Pada keadaan regangan berimbang, regangan maksimum

cu

pada serat tekan

maksimum betyon tepat mencapai harga 0,003 bersamaan dengan dicapainya regangan tulngan tarik
sebesar y = fy / Es. Sejumlah luas tulangan tarik Asb akan memberikan jarak garis netral cb untuk
keadaan regangan berimbang ini. Jika sekiranaya As yang ada lebih besar dari As b maka
keseimbangan dari gaya-gaya dalam (C = T) akan mengakibatkan kenaikan di dalam tinggi a dari

36

diagram regangan dan tegangan tekan (sehingga c melampaui c b) dengan demikian regangan
menjadi lebih kecil dari

untuk

cu

akan

= 0,003. Keruntuhan dari balok ini akan terjadi dengan tiba-tiba

pada saat regangan beton mencapai 0,003 sekalipun balok mengalami deformasi yang masih kecil
(tulangan belum leleh) sehingga memberi aba-abab yang cukup untuk keruntuhan.
836 Dipihak lain bila As yang ada lebih kecil dari As b, gaya tarik akan
mengecil, sehingga keseimbangan gaya dalam akan mengurangi
ketinggian a dari blok tegangan tekan (c lebih kecil dari c b) dan
melebihi

.
Y

Dalam hal ini dengan tulangan meleleh, balok akan

memperlihatkan lendutan yang dapat terlihat sebelum beton mencapai


regangan runtuh sebesar 0,003. Dengan demikian jumlah tulangan
tarik yang dibandingkan relatif terhadap luas tulangan pada keadaan
regangan berimbang akan sangat mempengaruhi keruntuhan.
837

838
839
840
841
842
843
844

37

845 Perbandingan tulangan =


846
847 Untuk kondisi regangan berimbang :

848

849
850 Es = modulus elastisitas baja = 200000 Mpa

851
852 Gaya tekan Cc = 0,85 . fc . b . 1 . cb
853 Gaya tarik Ts = Asb . fy = b . b . d . fy
854

855

Pada keadaan seimbang Cc = Ts

0,85 . fc . b . 1 . cb = b . b . d . fy

856 b

857

858

859 Untuk menjamin pola keruntuhan yang daktail di dalam lentur, maka
disyaratkan jumlah tulangan tarik tidak melebihi 75% dari tulangan
pada kondisi berimbang, atau:
860

max

= 0,75 b

861 Bila baja tulangan di dalam suatu unsur yang mengalami lentur dengan
Mu yang kecil hanya sedikit jumlahnya, balok kemungkinan akan
berfungsi di dalam keadaan yang tidak retak. Akan tetapi metode yang

38

dipakai untuk menghilangkan kekuatan lentur didasarkan pada


anggapan bahwa beton tarik telah mengalami retak. Dengan demikian
maka ada kemungkinan bahwa kekuatan nominal Mn yang dihitung
dengan anggapan penampang yang retak dan tulangan yang sedikit,
mempunyai harga yang lebih kecil daripada momen yang dihitung
berdasarkan beton polos (tanpa tulangan) untuk penampang yang
sama.

Persyaratan

keruntuhan

minimum

yang

mengharuskan

digunakannya tulangan minimum yang menghasilakn kekuatan yang


sama dengan balok tanpa tulangan.

862

min

, bila fy dalam Mpa

863 Untuk balok yang bertulangan rangkap disyaratkan :


864
1

- 0,5 . b

Balok Tulangan Tunggal

Menghitung Kapasitas Momen dan Beban


865

Langkah-langkah menghitung kapasitas momen dan beban yang dapat ditahan

oleh balok tulangan tunggal adalah sebagai berikut :


1

Diketahui pembebanan balok, dimensi balok, ukuran bentang, mutu baja dan mutu beton
serta penulangan balok.

Hitung momen maksimum yang terjadi dengan analisis statika

Hitung Luas tulangan

Gambarkan dan analisis balok yang melentur

Dengan prinsip kesetimbangan, hitung kapasitas momen yang mampu dipikul.

Hitung beban yang mampu ditahan

866
867
1

Contoh Soal :
Hitung Kapasitas Momen Berfaktor (Mu) dan Beban Berfaktor (qu) dari balok ukuran 25/45
sebagai berikut :

868
869
870
871
872

fc = 20 MPa

fy = 250 MPa.

L =7m

873
874
875

+L Mmax

potongan A A

39

876
877
878

Penyelesaian :

879

Akibat Gaya Luar :

880
881
882
883
884
885
886

Analisis Penampang persegi

887
888
889
890
891
892

40

893
894

Luas Tulangan

895

As = 5 . (1/4 . 1,62 )

896

= 10,053 cm2

897
898
Lihat Gambar Analisis Penampang Persegi

899
900

Cc = T = As.fy

905

fy = 250 MPa

901

= 10,053 . (2500)

906

902

= 25132,5 kg.

907

903

Cc = 0,85 . fc . a . b

908

904

25132,5

0,85 . 200 . a .

909

25
911

910
Momen Yang Mampu Ditahan (Mn)

912

Mn =

T.z

913

T . (d a/2 )

914

25132,5

915

930983,2 kg.cm

916

9309,832 kg.m

917

Mu =

918

. Mn
0,8 . 9309,832 = 7447,865 kg.m

919

Beban Yang Mampu Ditahan

920

Mu =

921

qu =

922

41

= 5,914 cm.

= 2500 kg/cm2
fc = 20 MPa
= 200 kg/cm2

923
2

Contoh Soal
Hitung kapasitas momen berfaktor (Mu) & beban berfaktor (P) dari balok

924
fc = 32 MPa
925

fy = 280 MPa.

926
927
928

929
930
931
932
933
934
935
936
937

Penyelesaian :

938

Luas Tulangan

939

As = 6 . (1/4 . 22 )

940

= 18,85 cm2

42

941

942
943
944
945
946

Lihat Analisis Penampang Persegi


Cc = T = As.fy

947

= 18,85 . (2800)

948

= 52.780 kg.

949

Cc = 0,85 . fc . a . b

950

52.780

= 0,85 . 320 . a . 30

951

952

fy = 280 MPa

= 6,468 cm.

= 2800 kg/cm2

953
954

fc = 32 MPa
= 320 kg/cm2

955
956

0,85.fc'

957
958
959
960
961

Cc

45 cm

z = (d-a/2)
As

962
30 cm

T = As.fy

43

Mn

963
964

Momen Yang Mampu Ditahan (Mn)

965

Mn =

T.z

966

T . (d a/2 )

967

52.780

968

2204409,48 kg.cm

969

22044,0948 kg.m

970

Mu =

971

. Mn
0,8 . 22044,0948 = 17635,27584 kg.m

972

Beban Yang Mampu Ditahan

973

Mu =

974

P =

8817,63792 kg.

Desain Balok Tulangan Tunggal


975

Langkah langkah penyelesaian Desain Balok Tulangan Tunggal :


Taksir harga yang memenuhi :
2

Hitung besar momen yang terjadi (Mu) akibat gaya luar

sesuai jenis dan besar

pembebanannya (analisis statika), kemudian hitung :


3

Untuk merencanakan ukuran balok yang diperlukan gunakan rumus :

976
977

Dimana :

978

m=

Rn

. fy (1 . m)

Tentukan ukuran balok yang dipakai dengan syarat :

Kontrol harga baru dengan rumus :

44

979
6

Rencanakan jumlah & diameter tulangan

980

Dimana

981 Kemudian pakai tulangan, sehingga :


7

Gambar penulangan.

982
983
1

Contoh Soal
Rencanakan ukuran balok (b dan d) dengan tulangan tunggal (As) yang memikul beban
seperti berikut :
984
qL = 800 kg/m1

985
986

qD = 1200 kg/m1

987
988
989

L = 10 m

Apabila diketahui : fc = 20 MPa

990

fy = 300 MPa.

991
992

Penyelesaian :

a Menaksir harga :
993
994

995

996

45

997
b

Analisis statika
998

999
1000
1001

Momen nominal yang diperlukan :

1002
1003
1004

46

Hitung ukuran balok yang diperlukan :

1005 m =
1006
1007 Rn =

. fy (1 . m)

1008

0,02 . 300 . (1 .0,02 . 17,647)

1009

4,941 MPa

1010

49,41 kg/cm2

1011
d

Merencanakan ukuran balok


1012 Misalkan :

= 35 cm

1013

d = 50 cm.

1014 Maka
e

Kontrol harga baru :

1015
f

Luas tulangan yang diperlukan

1016
1017 Misal dipakai : 6 28

1018
1019
1020
g

Gambar Potongan

47

1021
1022
1023
1024
1025
1026
1027
1028
1029
1030
1031
1032
1033
1034
1035
1036
1037
2

Contoh Soal

Jika diketahui Balok Miring dengan pembebanan sebagai berikut, rencanakan balok tersebut
:

1038
1039

fc = 35 Mpa

1040

fy = 240 MPa

1041
1042
1043

48

1044
1045
1046
1047
1048
1049
1050
1051
1052
1053
1054
1055
1056
1057
1058
1059

49

1060

Penyelesaian :
1061

1062

1063
b

Analisis Statika

1064

MB = 0

1065

1066

MA = 0

1067

50

1068
1069
1070
1071
1072
1073
1074
1075
1076
1077

Momen nominal yang diperlukan :

1078
c

Hitung ukuran balok yang diperlukan :

1079 m =
1080
1081 Rn =

. fy (1 . m)

1082

0,05 . 240 . (1 .0,05 . 8,0672)

1083

9,57984 MPa

1084

95,7984 kg/cm2

1085
d

Merencanakan ukuran balok


1086 Misalkan :

1087

= 10 cm
d = 18 cm.

1088 Maka
e

Kontrol harga baru :

51

1089
f

Luas tulangan yang diperlukan

1090
1091 Misal dipakai : 8 12

1092
1093
1094
1095
1096
1097

Contoh Soal

3 Diketahui Balok dengan pembebanan sebagai berikut. Rencanakanlah dimensi balok dan
penulangan tunggal balok tersebut .
1098
1099
1100

1101
1102

Pu1 = 500 kg.

1103

Pu2 = 500 kg.

1104

fc = 500 kg.

1105

52

qu = 500 kg.

1106
1107
1108
1109

1110

1111
1112
1113

Penyelesaian :

1114

1115
b

Analisis Statika

1116

Mu = VA . 5,75 P1 4,25 q . 2,25 1,125

1117

= 936,719 . 5,75 500 4,25 350 . 2,25 1,125

1118

= 2375,197 kg.m

1119
1120

Momen nominal yang diperlukan :

53

fy = 500 kg.

1121
c

Hitung ukuran balok yang diperlukan :

1122 m =
1123
1124 Rn =

. fy (1 . m)

1125

0,05 . 240 . (1 .0,05 . 8,0672)

1126

9,57984 MPa

1127

95,7984 kg/cm2

1128
d

Merencanakan ukuran balok


1129 Misalkan :

1130

= 11 cm
d = 17 cm.

1131 Maka
e

Kontrol harga baru :

1132
1133
1134
f

Luas tulangan yang diperlukan

1135
1136 Misal dipakai : 3 20

54

1137

55

Balok Tulangan Rangkap (Ganda)


1138

Balok disebut balok tulangan rangkap (ganda) apabila didaerah tekan diberi

tulangan tekan.

1139

Misal :

1140

As = Luas tulangan

tekan
1141

As = Luas tulangan

tarik
1142
1143
1144
1145
1146

Ada dua kemungkinan keadaan yang terjadi :

1147

1. Tulangan tekan dan tarik

sama sama leleh.

1148

2. Tulangan tekan dan tarik

sama sama tidak leleh.

1149

2. Tulangan tekan dan tarik

salah satu leleh.

1150

Pada analisis awal dianggap :

1151

Tulangan tekan dan tarik leleh (kemungkinan 1)

1152

Jika ternyata tulangan tekan tidak leleh maka anggapan dimodifikasi lagi.

1153

Jika tulangan tarik & tulangan tekan leleh :

1154
1155

Dimana :

fs

tegangan tulangan tarik

1156

fs

tegangan tulangan tekan

1157

fy

tegangan leleh baja.

1158

56

1159

Analisis Penampang Balok Tulangan Rangkap/Ganda

1160

Perbedaan Tulangan Tunggal dan Tulangan Rangkap

1161

1162

Tulangan Tunggal

1163 Tulangan hanya dipasang pada daerah


tarik saja
1164

1165

1166
Selain pada daerah tarik, tulangan juga
dipasang pada daerah tekan
1167

1168
tulangan

tunggal

Tulangan Rangkap

baris

(bukan rangkap)

57

1169

Tulangan rangkap 2 baris

1170
1171

c = 0,003

1172
1173
1174
1175
1176
1177
1178
1179

58

1180

Cc = gaya tekan beton

1181

Cs = gaya tekan baja

1182

= gaya tarik beton

1183
1184

c = Regangan tekan beton = 0,003

1185

s = Regangan tekan baja

1186

s = Regangan tarik baja


1187

1188

Kondisi Imbang :

1189

T = Cc + Cs Dimana : Cc = 0,85 . fc . a .b

1190

Cs = As.fy

1191

T = As .fy

1192
1193

Sehingga :
As.fy

T
=

Cc + Cs

0,85 . fc . a . b + As . fy

1194
1195
1196
1197

Mn = Momen nominal yang bisa ditahan.


Maka :

Mn

Cc . (d a/2) + Cs (d d)

0,85 . fc . a . b (d a/2) + As.fy (d d)

1198
1199

Kemudian regangan yang terjadi dikontrol, apakah asumsi awal benar, yaitu jika tulangan

tarik dan tekan leleh harus memenuhi.


1200

Tegangan baja tarik

1201
1202
1203

Tegangan baja tekan

1204
1205
1206

Apabila tulangan tarik dan tekan belum leleh, maka tegangan baja tarik :

1207

Apabila tulangan tarik dan tekan belum leleh, maka tegangan baja tekan :

1208

Sehingga :

1209
1

Menghitung Kapasitas Momen dan Beban


1210

c = 0,003

1211
1212
1213
1214
1215
1216
1217
1218

1219
1220
1221

Keterangan :
a
= Tinggi Blok Teganngan (a = c)
b
= Lebar Balok

1222
1223
1224
1225
1226

c
c
s
s
d

= Tinggi Garis Netral


Regangan Tekan Beton
= Regangan Tarik Baja
= Regangan Tekan Baja
= Tinggi Efektif Balok

1227
1228

Cc
d1

= Gaya Tekan Beton


= Tebal selimut atas

1229
1230

Cs
d2

= Gaya tekan baja


= Tebal selimut bawah

1231
1232

T
As

= Gaya tarik baja


= Luas tulangan tarik

1233
1234
1235
1236

fs
h
fs
fc

= Tegangan tarik baja


= Tinggi total balok
= Tegangan tekan baja
= Mutu beton

1237
1238

fy

= Tegangan leleh baja

1239
1240

Jumlah tegangan tarik (As) > jumlah tulangan tekan (As)

1241

Es

= Modulus Elastisitas Baja


= 2,1 . 106 kg/cm2

1242
1243

Pada Analisis awal, tulangan tekan (As) dan tulangan tarik (As) diasumsi

sudah leleh sehingga :


1244

fs

= fs= fy

1245

Kemudian di kontrol apakah asumsi ini sesuai apa tidak.

1246

Jika tidak maka anggapan dimodifikasi lagi.

1247

Perhatikan illustrasi berikut :

1248

Sebuah Balok 2 tumpuan diberi

tulangan rangkap :
1249
1250
1251

c = 0,003

1252
d

Cs
1253

c
1254

a
s

Cc

Mn
1255
d

T
Tegangan

Regangan

1256
1257
1258

Rumus rumus yang digunakan :

1259 Cc

= 0,85 . fc . a . b

1260 Cs`

= As . fs

pada kondisi leleh Cs

= As . fy

1261 T

= As . fs

pada kondisi leleh T

= As . fy

1262
1263 T

= Cc + Cs
1264

1265 Mn

Pada kondisi imbang


Besar Momen Nominal yang mampu ditahan (Mn)

= Cc . (d d/2) + Cs (d d)
1266

Untuk mengetahui dan mengontrol apakah sesuai asumsi sudah leleh apa

belum gunakan perbandingan segitiga.


1267

c =0,003

1268

s'

1269

Tekan

1271

1270

1272
1273
1274
1275

Tarik

1276
1277

Baja Tarik As

1278
1279 fs = s.Es

jika
1280

fs > fy (sudah leleh)


fs < fy (belum leleh)

1281
1282

1283

Tegangan

Tegangan Baja Tekan (As)

1284 fs = s.Es

jika

fs > fy (sudah leleh)

1285

fs < fy (belum leleh)

1286

Jika asumsi sudah sesuai fs

1287

Lanjutkan ke perhitungan momen (Mn dan Mu)

1288

Jika tidak sesuai fs

1289

Ganti besaran Cs = As . fs

1290

> fy atau fs

< fy atau fs

< fy

> fy

1291

Contoh Soal :

1 Diketahui balok tulangan rangkap 30/55 dengan pembebanan sebagai berikut :

1292
1293
1294
1295
1296
1297
1298
1299

Berapa besar qu jika

1300

Potongan A-A :

1301
1302

c = 0,003
s

1303
1304

fc = 20 MPa = 200 kg/cm2

1305

fy = 300 MPa = 3000 kg/cm2

1306
1307
1308

Penyelesaian

1309

a. Gaya tekan beton

1310

Cc

= 0,85 . fc . a .b

1311

0,85 . 200 . a . 30

1312

5100 a kg/cm

1313

b. Gaya tekan baja

1314

Cs

= As.fy

1315

6,284 . 3000

1316

18852 kg

1317

c. Gaya tarik baja

1318

T=

1319

24,128 . 3000

1320

72384 kg.

As .fy

1321

d. Keseimbangan

1322

T=

1323

72384

5100 a + 18852

1324

10,496 cm.

1325

1326
1327

Cc + Cs

Atau gunakan rumus :

1328

1329

1330
1331
1332

Momen Nominal

1333 Mn = Cc . (d a/2) + Cs (d d)
1334

= 53529,6 . (50 10,496/2) + 18852 (50 5)

1335

= 3243896,659 kg.cm

1336

= 32438,96659 kg.m

1337
1338

Momen Berfaktor (Mu)

1339 Mu = . Mn
1340

= 0,8 . 32438,96659 = 25951,17327 kg.m

1341
1342 Kontrol Tulangan
1343 fc = 20 MPa < 30 MPa
1344
1345 Tinggi garis netral

1346
1347
1348 Tegangan tekan

1 = 0,85

1349
1350
1351 Tegangan tekan baja
1352 fs = s . Es
1353

= 0,001785 . 200.000

1354

= 357,05 MPa > fy = 300 MPa (SUDAH LELEH)

1355
1356 Regangan tarik

1357 s = 0,003 .

1358

= 0,003 .

1359
1360 Tegangan tarik baja
1361 fs = s . Es
1362

= 0,0091477 . 200.000

1363

= 1829,543 MPa > fy = 300 MPa. (SUDAH LELEH)

1364
KONTROL

1366

1367

1368
1369 Besar qu yang bisa ditahan :
1370 Mu = 1/8 . qu. L2

1371 qu=

1372

1373

1374

1375

1376 Contoh Soal

Diketahui

balok

tulangan rangkap 30/55 dengan pembebanan sebagai berikut:


1377
1378
1379
1380
1381

1382

Berapa besar qu, jika potongan di tengah

bentang :
1383
1384
1385
1386
1387
1388
1389
1390

fc = 28 MPa = 280 kg/cm2

1391

fy = 200 MPa = 2000 kg/cm2

1392
1393
1394 Penyelesaian :
1395 Analisis statika :

1396

MB = 0

1397
1398

V = 0

1399
1400

mencari x

1401
1402 Mmax = VA (x) q (x)2
1403

= 2,357 qu (2,357) qu (2,357)2

1404

= 2,778 qu
1405

c = 0,003
s

1406
1407
1408
1409
1410

1411
1412
1413
1414
1415
1416
1417
1418
1419
1420
1421
1422
1423
1424
1425
1426
1427
1428
1429
1430
1431
1432
1433
1434

Dianggap Tulangan tekan dan tarik leleh

1435

Gaya tekan beton

1436

Cc

= 0,85 . fc . a .b

1437

0,85 . 280 . a . 30

1438

7140 a kg/cm

1439

Gaya tekan baja

1440

Cs

= As.fy

1441

2,262 . 2000

1442

4524 kg

1443

Gaya tarik baja

1444

T=

1445

12,064 . 2000

1446

24128 kg.

1447

As . fy

Keseimbangan

1448

T=

Cc + Cs

1449

24128

7140 a + 4524

1450

2,746 cm.

1451
1452

Atau gunakan rumus :

1453
1454
1455

Momen Nominal

1456 Mn = Cc . (d a/2) + Cs (d d)
1457

= 19606,44 . ((h d1) a/2) + Cs ((h d1) d2)

1458

= 19606,44 . ((55 5) 2,746/2) + 4524 ((55 5) 3)

1459

= 1166030,358 kg.cm

1460

= 11.660,30358 kg.m

1461
1462
1463
1464

Momen Berfaktor (Mu)

1465 Mu = . Mn
1466

= 0,8 . 11.660,30358 = 9328,243 kg.m

1467
1468 Kontrol Tulangan
1469 fc = 28 MPa < 30 MPa
1470
1471 Tinggi garis netral

1472
1473
1474 Tegangan tekan

1475

1 = 0,85

1476
1477 Tegangan tekan baja
1478 fs = s . Es
1479

= 2,141 . 10-4 . 200.000

1480

= 42.897 MPa < fy = 200 MPa ( BELUM LELEH, Not Ok !!)

1481

= 428,97 kg/cm2

1482
1483 Regangan tarik

1484 s = 0,003 .

1485

= 0,003 .

1486 Tegangan tarik baja


1487 fs = s . Es
1488

= 0,0434 . 200.000

1489

= 8680 MPa > fy = 200 MPa. (SUDAH LELEH) Ok!!


1490

1491 Karena tegangan tekan baja tidak memenuhi maka :

1492
1493

1494
1495 Tinggi garis netral

1496
1497

Kontrol

1499

1500

1501
1502
1503
1504
1505
1506
1507 Momen yang mampu ditahan :
1508 Mu = Mn
1509

1510

1511

1512 qu =

1513

1514

1515

1516
1517

1518
3 Diketahui balok tulangan rangkap :

Contoh Soal :

1519
1520
1521

1522
1523
1524
1525
1526
1527
1528
1529
1530
1531

Hitung beban qu yang mampu dipikul oleh balok tersebut ?

1532 fc = 30 MPa
1533 fy = 240 MPa
1534
1535 Penyelesaian :

= 300 kg/cm2
= 2400 kg/cm2

1536

Analisis statika :

1537 MB = 0
1538

VA . 7 qu . 3,215 = 0

1539

VA=

= 1.071 qu

1540
1541

1542

1.071 qu + VB = 3qu

1543

1544

1549
1550

= 0
VB = 1,929 qu

1545

1,071(3-x) = 1,929x

1546

3,213 1,071x = 1,929 x

1547

3.213 = 3x

1548

x = 1.071 m

1551
1552 Mmax

= VA (4,071) qu (1,071)2

1553

= 1,071 qu (4.071) 0,574 qu

1554

= 4,360 qu 0,547 qu

1555

= 3,786 qu

1556

qu

1557 Analisis Tulangan Rangkap


1558 Dianggap tulangan tekan dan tarik leleh
1559 Gaya tekan beton

1560 Cc = 0,85 . fc . a . b
1561

= 0,85 . 300 . a . 23

1562

= 5865 a kg/cm

1563 Gaya tekan baja :


1564 Cs = As . fy
1565

= 2,365 . 2400

1566

= 5645,4 kg

1567 Gaya tarik baja

1568 T = As . fy
1569

= 10,780 . 2400

1570

= 25872 kg

1571
1572 Keseimbangan

1573 a =

1574

1575

1576
1577
1578 Momen Nominal
1579 Mn =

= 3,447 cm

1580

1581

= 983035.5951 kg.cm

1582

= 9830.35591 kg.m

1583
1584 Momen berfaktor (Mu)
1585 Mu =
1586

1587

= 7864,584761 kg.m

1588
1589 Kontrol tulangan
1590 fc = 30 mpa 30 mpa 1 = 0,.85
1591 Tinggi garis netral

1592 C =

= 4,055

1593 Tegangan tekan

1594

1595 s =
1596

= 7,.805.10-4

1597 Tegangan tekan baja


1598 fs = s.Es
1599

= 7,805.10-4 . 200000

1600

= 156,1036 mpa < fy = 240 mpa (tidak memenuhi)

1601

= 1561,036 kg/cm2
1602

1603
1604
1605
1606 Regangan tarik

1607 s = 0,003

1608

= 0,003

1609

= 0,026593

1610
1611 Tegangan tarik baja
1612 fs = s Es
1613

= 0,026593 200000

1614

= 5318,618989 mpa > 240 mpa (ok)

1615

= 53186,1898 kg/cm2
1616

1617 min =

= 5,8.10-3 = 0,006

1618 ada =

= 0,0117

1619 max = 0,75 . 0,851

1620

= 0,75 0,85 1

1621

= 0,04838

1622 0,006 < 0,0117 < 0,04838 (Ok)


1623
1624 Karena tegangan tekan baja tidak memenuhi maka :

1625 a =

1626

= 3,784
1627

1628

1629
1630 Mn = 0,85.fc.a.b (d-a/2) + As.fs(d-d1)
1631

= 0,85 . 300 . 3,784 . 23(40-1,592) + 2,356 . 1561,036(340-3)

1632

= 981815,5715 kg.cm

1633

= 9818,155715 kg.m

1634

1635 C =

= 4,451 cm
1636

1637 Tegangan tekan baja


1638 fs = s * Es
1639

= 9,78.10-4 . 200000

1640

= 195,665 mpa fy = 240 mpa.Ok


1641

1642 Mu =
1643

1644

= 7854.5246 kg.m
1645

1646 qu =

=
1647
1648

1649

= 2074,4635 = 2,074 t/m1

Desain Balok Tulangan Rangkap


1650

Jika pada penulangan tunggal

: min < ada < max

1651

Syarat

1652

Tetapi pada penulangan rangkap

1653

Syarat

min

1654

Dimana :

min

< ada <

max

1656

1657

max

= 0.85 . 1 .

1655

= 0,75 . bal +

1658
Untuk perencanaan diambil - < 0.5 bal

1659
1660
1661
1662
1663
1664

Keterangan
min
max
bal

1665

min

1666
1667
1668
1669

max

As
As
d
1670
1671
1672

:
= rasio luas tulangan minimum dan luas beton untuk tulangan tunggal
= rasio luas tulangan maksimum dan luas beton untuk tulangan tunggal
= rasio luas tulangan maksimum dan luas beton kondisi imbang
= rasio luas tulangan minimum dan luas beton untuk tulangan ganda
= rasio luas tulangan maksimum dan luas beton untuk tulangan ganda
= luas tulangan tekan
= luas tulangan tarik
= tebal selimut beton

1673
1

Contoh Soal :

Rencanakan balok dengan pembebanan berikut dengan tulangan rangkap :


1674

fc = 20 MPa
1675
1676
1677
1678

Penyelesaian :

1679

Analisa Statika

1680
1681
1682
1683
1684
1685
1686
1687 qu = 1,2 qd + 1,6 ql
1688

= 1,2(1200) +1,6(800)

1689

= 2720 kg/m

1690 Mu = qu L2
1691

= 2720.100

1692

= 34000 kg.m

fy = 300 MPa

1693 Mn =

1694

= 42500 kg.m = 4250000 kg.cm

1695
1696 Menetukan ukuran balok perhitungannya sama dengan tulangan tunggal

1697 min =

1698 max

= 0,00467

= 0,75

1699

= 0,.75

1700

= 0,02408
1701

1702

taksir harga = 0.02 (berada diantara min dan max) maka kemudian hitung

1703 m =

1704

= 17,647

1705 Rn = .fy (1 0.02*17.647)


1706

= 4,94118 = 49.4118 kg/cm2


1707

1708 ukuran balok yang diperlukan :

1709 b.d2perlu

= 86011,8432 cm2

1710 Misalkan dipakai ukuran balok :


1711

1712

d = 50

1713

= 35

b.d2ada = 35.502
= 87500
b.d2perlu

1714
1715

1716
1717
1718
1719 Tebal selimut atas dan bawah = 4 cm
1720 Kontrol baru
1721 Perhitungan tulangan rangkap
1722 - = 0.5 bal

1723

= 0,5

1724

= 0,5

1725

= 0,01606

1726 (As As) = 28,0972 cm2


1727
1728 Dari kesimbangan T = Cc + Cs
1729 dengan asumsi tulangan tekan dan tulangna tarik sama-sama leleh diperoleh besar tinggi blok
tegangan (a) :

1730 a =

1731

1732

= 14,1667 cm
1733

1734 Kontrol baru

1735

1736

= 0,02

1737
1738 untuk mencari luas tulangan tekan (As) :
1739 gunakan,
1740 Mn

= Cc (d - a/2) + Cs (d d1)

1741 4250000= 0,85.fc.a.b (d - a/2) + As.fy (d d1)


1742 4250000= 0,85.200.14,1667.35 (50 -14,1667/2) + As.300 (50 4)
1743 As

= 4,5832 cm2

1744 Karena As-As

= 28,0972

1745 Maka As 4.5832

= 28,0972

1746

As

= 32,6803 cm2

1747
1748 Misalkan dipakai :
1749 As pakai

= 314

= 4,620 cm2

1750 As pakai

= 529

= 33,026 cm2

1751
1752 Kontrol tulangan terpasang

1753 min = 0,85 1

1754

1755

1756

= 0,010347

1757 max

= 0,75 bal +

1758

= 0,02408 + 0.00264

1759

= 0,02672

1760 ada =

= 0,018872

1761
1762

Ternyata : min< ada < max


1763

0,010347 < 0,02672 < 0,018872 (Ok)

1764

1765
1766
1767
1768
1769

1770
1771
1772
1773
1774

Contoh Soal

Rencanakan
penulangan rangkapnya !
1775

1776
1777
1778
1779
1780 Penyelesaian !!!
1781 MB

= 0

1782 RAV.6 Q 1/3.6 = 0

1783 RAV =
1784 RAV = 3t

1785 DX

1786

= RAV -

=
= 36 x2 = 12

1787 3x2
1788

x = 3.404 m

1789 Mmax

= Mu = RAV.x-

1790

1791

= 6,928203 tm

ukuran

beton

dan

1792

= 6928,203 kg.m
1793

1794 Mn =

1795

= 8660,254 kg.m

= 866025,4027 kg.cm

1796 Menentukan ukuran balok

1797 min =

1798 max

= 0.005

= 0,75

1799

= 0,75

1800

= 0,033

1801 taksir harga =0.03, maka

1802 m =

1803

= 13.176

1804 Rn = .fy (1 .m)


1805

= 0,03.280(1-1/2.0,03.13,176)

1806

= 6,739824 mpa

1807

= 67,39824 kg/cm2
1808

1809 ukuran balok yang diperlukan :

1810 b.d2perlu=

= 12849,6135 cm2

1811 Misalkan dipakai ukuran balok :


1812

= 15

1813

= 30

1814

b.d2ada

= 15.302
= 13500

b.d2perlu ok

1815

1816 Kontrol baru

1817

1818

= 0,03

Ok

1819
1820 Tebal selimut atas dan bawah
1821 d = 5 cm
1822 Perhitungan tulangan rangkap :
1823 - = 0,5 bal

1824

= 0,5

1825

= 0,5

1826

= 0,021992

1827 (As As) = 9,896 cm2


1828
1829 tulangan tarik dan tulangan tekan sama-sama leleh T = Cc + Cs

1830

a=

1831

1832

= 8,693 cm
1833

1834 untuk mencari luas tulangan tekan (As) gunakan :


1835

Mn

= Cc (d - a/2) + Cs (d d1)

1836 866025,4027 = 0,85.fc.a.b (d - a/2) + As.fy (d d1)

1837 866025,4027 = 0,85.250.8,693.15 (55 -8,693/2) + As.2800 (30-5)


1838 866025,4027 = 710831,228 + As.70000
1839

As

= 2,217 cm2

1840

As

= As + 9,896

1841

= 2,217 + 9,896

1842

= 12,113 cm2
1843

1844 Misalkan dipakai :


1845 As pakai

= 212

= 2,262 cm2

1846 As pakai

= 814

= 12,320 cm2

1847
1848 Kontrol tulangan terpasang

1849 min

= 0,85 1

1850

1851

1852

= 0,0252

1853 max

= 0,75 bal +

1854

= 0,03299 + 0,005027

1855

= 0,03802

1856 ada

=
1857

= 0.0274

Ternyata : min< ada < max

1858
1859
1860 Gambar Potongan :
1861
1862
3

Penulangan Sengkang (Geser)


1863

Sengkang untuk menahan gaya geser horizontal

diagram bidang M digunakan untuk merencanakan tulangan utama (tarik dan


tekan).

diagram bidang D digunakan untuk merencanakan tulangan geser (sengkang)


1864

1865

Perhatikan illustrasi berikut :


1866
1867

1868
1869
1870
1871

Gambar kiri: balok yang disusun dari papan-papan tanpa ikatan


pada bagian permukaan dari papan tersebut terjadi gaya geser
untuk mengantisipasi agar tidak bergeser diberi paku/pasak

1872

Gambar kanan: balok utuh terbuat dari beton


apabila beton tidak cukup mampu menahan gaya geser horizontal perlu diberi
sengkang
1873

1874

Diagram bidang lintang D pada balok dengan beban merata

1875
1876
1877
1878
1879
1880
1881

Sengkang ada 2

1882

1) sengkang vertikal

:
2) sengkang miring

1883
1884
1885

Keruntuhan :
akibat lentur (momen)

akibat geser (lintang)

1886

1887

1888

1889
1890
1891
1892

1893

Perhitungan

Tulangan

Geser

Sengkang
1894

Rumus-rumus yang digunakan :

1895

Vn = Vc + Vs

1896

1897

Vn =

dimana

1898

Vc =

1899

Untuk sengkang vertikal

1900

Vs =

1901

Untuk sengkang miring

1902

Vs =

1903

Dimana besar Vs harus

1904

Vs 2/3
1905

1906

Vu < Vc

Apabila :
tidak perlu tulangan geser, cukup pakai tulangan sengkang praktis saja

(diameter 6 jarak antar sengkang = maximum)


1907

Vu >Vc

1908

Vu >0,5 Vc

perlu tulangan geser (sesuai perhitungan)


perlu tulangan geser minimum

1909 Dimana besar tulangan geser minimum :

1910 Av =

1911 Besar spasi/ jarak antar sengkang (s)

Bila
1912 Jarak max = d/2 atau 60 cm (pilih yang terkecil)

Bila
1913 Jarak max = d/4 atau 30 cm (pilih yang terkecil)

1914

Keterangan
1915
1916
1917
1918
1919
1920
1921
1922
1923
1924
1925
1926

:
Vn
Vu
Vc
Vs

bw
d
Av
S
fc
fy

=
=
=

Gaya geser nominal akibat gaya luar


gaya geser berfaktor akibat gaya luar
Gaya geser yang dipikul oleh beton
=
Gaya geser yang dipikul oleh baja tulangan

Faktor reduksi, untuk geser = 0,6


=
Lebar balok
=
Tinggi efektif balok
=
Luas Tulangan sengkang
=
spasi/ jarak antar sengkang
=
Mutu beton (dalam Mpa)
=
Mutu baja (dalam Mpa)
=
sudut kemiringan sengkang miring

1928

Fungsi sengkang :

1929

Selain menahan gaya geser horizontal, sengkang juga berfungsi menahan

1927

dan mengikat tulangan utama agar posisi tulangan tersebut tetap lurus.
1930
-

Pemasangan Sengkang

Pada daerah tumpuan LEBIH RAPAT dari pada daerah lapangan, karena gaya lintang
maximum terletak pada tumpuan

Dapat dibuat persegmen sesuai keinginan perencana misal diagram gaya lintang, sbb :

Vu1

Vu2

II

Vu3

III

1931
1932
1933
1934
1935
1936
1937
1938

Dibuat 3 segmen (I, II, III)

1939

Pada daerah I

Vu1

1940

Pada daerah II

Vu2

1941

Pada daerah III

1942

Vu3

(Semakin besar harga Vu maka jarak atau spasi antar sengkang semakin

rapat)
1943
1944
1945
1946
1947
1948
1949
1950
1951
1952

1953
1954
1955
1956

1957
1958
1959
1960
1961
1962
1963
1964
1965
1966
1967
1968

Diagram Bidang Lintang (D)

Digunakan untuk merencanakan tulangan geser (sengkang)


1969

Diagram Bidang Momen (M)


RA
RB tekan)
Digunakan
untuk merencanakan tulangan utama (tarik/
1970
1971

Sengkang ada 2 macam :

Sengkang Vertikal
1972

2 . Sengkang

Miring

1973
1974
1975
1976

Tulangan utama yang dibengkokkan

1977
1

Keruntuhan Balok

Akibat Lentur (Momen)

2 . Akibat Geser
1978

1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
-

Jarak bentang terlalu besar

- Jarak antar tumpuan terlalu pendek

Momen yang terjadi sangat besar

- Beban Besar

Beban terlalu besar


1987
1988
1989

Sengkang Pada kolom

- Ukuran balok terlalu tinggi

1990

Contoh Soal :

d1 = 3 cm

qL

1991

1.
Diketahui sebuah balok dengan pembebanan sebagai berikut :
1992
1993
qD

1994
1996

L=9m

h =50 cm
d2 = 3 cm

1995
1997

Diketahui :

1998

qL

800 kg/m

1999

qD

1200 kg/m

2000

fc

24 Mpa

2001

fy

240 Mpa

2002

As dan As diperoleh dari perhitungan sebelumnya

2003

Ditanya :

2004

Rencanakan besar tulangan sengkang dan jaraknya?

bw = 28 cm

2005
2006

PENYELESAIAN :

2007
Analisa Statika:
qu = 1,2 qD +1,6 qL
2008

2009
2010
2011

Beban Berfaktor (qu)

2012

qu

= 1,2 qD + 1,6 qL

2013

= 1,2 (1200) + 1,6 (800)

2014

= 2720 kg/m

2015
2016

RB

2017
2018
2019
2020
2021

Besar reaksi tumpuan = RA = RB

2022

RA = RB = (1/2) . qu . L

2023

= (1/2) . 2720 . 9

2024

= 12240

kg

2025

Sehingga gaya geser D ditumpuan = 12240 kg

2026

Maka Gaya Geser Nominal yang bekerja :

2027
2028

2029

Gaya geser yang dipikul oleh beton :

Vc

1Mpa = 1 N/mm2

2030

1N

= 0,1 kg
2031

= 107450,95 N

2032

= 10745,095

kg

2033

Vc =0,6 . 10745,095 = 6447,057 kg

2034

Vc =0,5 . 0,6 . 10745,095 = 3223,528 kg

2035

Karena Vu = 12240 kg > Vc = 6447,057 kg

2036

> 0.5 Vc = 3223,528 kg

2037

Maka perlu tulangan GESER

2038

Besar gaya geser yang bisa diterima baja

tulangan :
2039

Vs = Vn Vc

2040

= 20400 10745,095

2041

= 9654,905 kg

Vn < Vc + Vs

2042
2043

Misalkan dicoba dipakai tulangan sengkang

diameter 8 mm

2044

Luas tulangan A = (1/4) . . D2


(1/4) . . 0,82

2045

2046

= 1,0053 cm2

2047

Jarak tulangan sengkang/ spasi yang diperlukan :

2048
2049

Kemudian dikontrol :

2050

2051

= 214901,9 N

2052

= 21490,19 kg

2053

Karena Vs = 9654,905 kg <

2054

Jarak Smax = d/2 = 47/2 = 23,5 cm atau 60 cm (diambil nilai terkecil)

2055

Jadi jarak perlu yang terkecil = 11,745 cm dibulatkan = 11 cm

2056

Dipakai 8 11 cm

2057

2058
2059
2060
2061
2062
2063
2064
2065
2066 Misal pada jarak 1,5 m dari tumpuan A
2067
2068

= 21490,19 kg

2069

TUGAS :

2070

Lanjutkan soal diatas, misal bentangan balok dibagi menjadi 3 segmen

(1/2 bentang )

2071

2072

Vu = 12240 kg

2073

Vu1

Vu2

2074
2075
2076
2077

1,5

1,5

1,5

4,5

2078
L=9m
2079

Identik dengan bentang sebelah kiri

2080

Jika pada contoh soal diatas kita menyelesaikan pada daerah I, sekarang

hitung jarak sengkan pada daerah II dan III


2081

2082

Besar Vu2 dan Vu3 dihitung menggunakan perbandingan segitiga

2083
1

Contoh soal

Diketahui : fc = 24 MPa; fy = 280 MPa


2084

2085
2086

Diminta : rencanakan besar tulangan sengkang dan jaraknya ?

2087

Penyelesaian :

2088
2089
2090

MB

= 0

RA.7-qu (9) (4,5)

2091

RA

= 0

= 19035 kg

2092
2093

= 0

2094

RA + RB

= qu

2095

19035 + RB = 3290

2096

RB

= 10575 kg ()
2097

2098

Besar gaya geser max

2099

Vu = 12455 kg

2100

Maka gaya geser nominal

2101

Vn =

2102

Gaya geser yang dipikul beton

2103

Vc =

2104

= 20759.33 kg

= 3972,99 kg

2105

.Vc = 0,6.3872,98

2106

0,5. .Vc

2107

karena : Vu

= 2323,788 kg

= 0,5.0,6.3872,98
= 12455 kg

= 1161,894 kg
> .Vc = 2323,788 kg
> 0,5. .Vc

2108
2109

maka perlu tulangan geser

2110

besar gaya geser yang harus diterima baja

2111

Vs = Vn Vc

2112

= 20758,33 - 3872,98

= 16885,35 kg

2113

misalkan dicoba tulangan diameter 1 cm= 10 mm

2114

masing-masing

2115

A =

2116

Karena kanan kiri

2117

Av = 2 . A

= 0.785 cm2

= 1161,894 kg

2118

= 2(0,785)

2119

= 1,571 cm2
2120

2121

jarak sengkang atau spasi yang diperlukan

2122

Sperlu =

2123

Kemudian dikontrol

2124

1/3

2125

karena :

2126

Vs = 16885,35kg > 1/3

2127

Maka jarak sengkang yang dipakai

2128

S =

2129

Jadi gunakan 10 -12 cm

= = 13,024 cm

= 7745,96 kg

= 7745,96 kg

= 12,5 cm atau 30 cm (pilih yang terkecil)

2130

Tentukan dan jarak sengkang

3
1

Jarak 0-3 m dari B

Jarak 3-5 m dari B

2131

Penyelesaian :

2132

Jarak 0-3 m dari B

2133

D max = 10575 Kg = Vu

2134

Vn = Vu = 10575 = 17625 Kg

2135

= 0,6

2136

Vc = 1/6 fc bw d = 1/6 240 . 30.50 = 3872,983 Kg

2137

Syarat ;

2138

Vc = 0,6 . 3872, 983 = 2323, 790 Kg

2139

0.5Vc = 0,5 . 2323,790 = 1161,895 Kg

2140

Vu > Vc dan 0,5Vc maka erlu tul eser

2141

Besar gaya geser yang dipikul baja

2142

Vs = Vn Vc

2143

= 17625-3872,983

2144

= 13752,817 Kg

2145

Dipakai = 1 cm

2146

As = 0,785 cm2

2147

Au = 2 . 0,785 = 1,571cm2

2148
2149
2150
2151
2152

Jarak yang diperlukan


S perlu = Au.fg.d = 1,571.2800.50 = 15,983 cm
Vs

= 13762,017

Kontrol : 1/3 fc . bw . d = 1/3 240 . 30.50 = 7745,96 Kg


1/5 > 1/3 fc . bw.d

2153
2154
2155

Maka jarak sengkang


S = d = 12,5 atau 30cm ; d 10 125 mm
2156

2157

2158

2159

= 704,125 kg

2162

2163

= 5875,497 kg (max)

2160

2161

2164
2165

2166

Jarak 3-5 m dari B

2167

Dmax. =Vu = 5875, 497 Kg

2168

Vn

= 9792,495 Kg

2169
2170
2171
2172

Gaya geser yang dipikul beton


Vc = 1/6 fc. bw. d = 1/6 240 . 30.50 = 3872,983
Syarat :

2173

Vc = 0,6 . 3872,983 = 2323,790 Kg

2174

0,5 Vc = 0,5. 2323,790 = 1161,895 Kg

2175

Vu > Vc dan 0,5 Vc perlu digeser

2176
2177

Besar gaya yang harus dipikul baja


Vs = Vn Vc

2178

= 9792,495 3872,983

2179

= 5979,512 Kg

2180

yang dipakai = 1 cm

2181

As = 0,785 cm2

2182

Au = 2. 0,785 = 1,570 cm2

2183

Jarak yang diperukan

2184
2185

S = Au.fg.d / Vs
= 1,571.2800.50

2186

5979,512

2187

= 37,155 cm

2188

Kontrol : 1/3 fc bw . d = 1/3 240 . 30 . 50 = 7745,90 Kg

2189

Karena Vs , 1/3 fc. bw . d

2190

Maka S = d/2 = 50/2 = 25 atau 60 cm

2191

jadi yang digunakan adalah d 10 250 mm


2192
2193
2194
2195

Balok T dan Balok L


2196

2197

Suatu balok dianalisis dengan balok T murni apabila garis netral terletak di badan (web) balok.

Pada balok T murni ada tambahan gaya tekan seluas sayap (flens)
2198

Penentuan lebar efektif (beff) dan sayap (flens)

2199

Balok T : diambil harga terkecil dari ;

2200

beff = bw + 16 hf

beff = . L

beff = bk

Balok L : dipilih harga terkecil


1

beff = 6 hf

dimana :
hf : Tebal flens
L : Lebar badan balok
bk : Jarak antar balok

2201

beff = 1/12 L

beff = bk

Ada 2 kemungkinan letak garis normal

1 Garis netral terletak di flens (c< hf)


2202

Pada kasus ini dianalisis dengan balok persegi biasa bukan T (beff = bw)

2 Garis netral terletak di web (c>hf)


2203

Harus dianalisis dengan balok T atau L , dimana lebar efektif (beff) berpengaruh

2204

Jika kemungkinan (1) sama dengan perhitungan bab sebelumnya

2205

Jika kemungkinan (2) dihitung sebagai balok T

Tulangan Tunggal
2206

2207 T = As.fy
2208 Cc1= 0,85.fc.a.bw
2209 Cc2= 0,85.fc.hf (beff-bw)
2210 Besar Moment yang mampu di tahan : Mn = Cc1(d-a/2) + Cc2 (d-hf/2)
2211
2212
2213
2214
2

Tulangan Rangkap
2215
2216
2217

Cs = As . fy

2218

Cc1 = 0,85.fc.a.bw

2219

Cc2 = 0,85.fc.hf (beff-bw)

T = As.fy

2220

Momen nominal : Mn = Cc1(d-a/2) + Cc2 (d-hf/2) + Cs (d d)

2221

Prosedur Perencanaan Balok T


2222

Prosedur perencanaan balok adalah sebagai berikut :

Menghitung momen rencana Mu

Menetapkan tinggi efektif ( d effektif)


2223

d = h d . D utama

2224

dimana : D utama dan

s diperkirakan dahulu.

Menetapkan lebar flens efektif menggunakan ketentuan SK SNI T-15-1991


pasal 3.1.10

Menghitung momen tahanan Mr dengan anggapan bahwa seluruh daerah flens


efektif untuk tekan.

2225
5

MR =

(0,85 fc) beff hf (d-

Apabila Mr > Mu balok akan berperilaku sebagai balok T persegi dengan lebar
beff, dan apabila Mr < Mu balok berperilaku sebagai balok T murni.
2226

Apabila dihitung sebagai balok T persegi langkah selanjutnya adalah

sebagai berikut :
2227

Dalam laporan ini akan dibahas prosedur penulangan balok T Persegi pada

khususnya. Merencanakan

balok T Persegi dengan nilai beff dan d effektif yang sudah

diketahui, kemudian menghitung :

Mn =

min =

bal =

max = 0,75

bal

m=

Rn perlu =

2228

perlu =

min

min >

perlu

Gunakan

min

min <

perlu

Gunakan

perlu

<

perlu <

max

Menghitung

As perlu

As perlu

= 20 % As perlu

bw

Pemilihan diameter tulangan

Kontrol tulangan tarik minimum

2229
9

Kontrol lebar balok


2230

((n-1) jarakantara)< bw

10 Distribusi tulangan untuk membatasi lebar retak


2231

dc

2232

2233

2234

2235

dimana :

d + D utama +

0,6

sengkang

2236

dc

2237

= Jarak antara titik berat tulangan utama sampai ke serat tarik


ke luar

2238

A = Penampang potongan tarik efektif berada di sekeliling

2239

tulangan, dimana letak dari tulangan sentries terhadap

2240

penampang tersebut.

2241
2242

= Tegangan pada tulangan boleh diambil sebesar


z

= Batas lebar retak

= 0,6

2243

2244

30 MN/m untuk struktur di dalam ruangan

2245

25 MN/m untuk struktur yang dipengaruhi

2246

cuaca

11 Menghitung penulangan geser/sengkang

Menghitung gaya geser (Vu)

Menentukan gaya geser nominal

2247

Menghitung gaya geser yang dipikul beton


2248

Vn

Vc

Menentukan apakah memerlukan tulangan geser atau tidak dengan cara


2249

Vu

<

Vc

2250

0,5

Vc

2251

maka tidak memerlukan tulngan geser


2252

Sehingga digunakan sengkang praktis.

2253

Bila jarak sengkang tidak ditentukan oleh besarnya gaya lintang, maka dianjurkan

agar jarak antara sengkang yang terdiri dari batang polos tidak lebih dari

250 mm,

sedangkan sengkang yang dibuat dari batang deform jaraknya tidak boleh lebih dari 300
mm. ( Dasar Dasar Perencanaan Beton Bertulang, Gideon Kusuma, hal 107)
2254

Vu

>

Vc

2255
2256

Vc

maka memerlukan tulngan geser

Jika memerlukan tulangan geser maka langkah selanjutnya yaitu dengan rumus
2257

0,5

Vs

= Vn Vc

Kemudian menentukan luas tulangan dengan mengamsumsi tulangan sengakang yang


digunakan
A

2259

Karena kanan-kiri

2260

Av

2261

=Z

=2

Menentukan jarak sengkang/spasi yang diperlukan

2262

d2

2258

s perlu =

Setelah itu dikontrol dengan rumus :

2263

2264

Jika Vs <

maka jarak spasi/sengkang yang


2265

2266

Vs <

maka jarak spasi/sengkang yang


2267

dipakai adalah d/4

Menentukan jarak sengkang yang digunakan dengan membandingkan nilai s perlu dengan
d/2 atau d/4. Gunakan jarak terpendek

dipakai adalah d/2

Gambar sketsa jarak antar sengkang

12 Berikan sketsa rancangan


2268
2269

2270

2271

5. DESAIN PELAT

2272
2273

5.1 Jenis Pelat

2274

Berdasarkan sifat tumpuannya pelat dibedakan menjadi :


a

Pelat satu arah

Pelat dua arah

Lantai cendawan

Lantai berusuk

2275

Pelat satu arah (one way slab) adalah pelat yang tertumpu hanya pada kedua

sisi yang berlawanan dimana keadaan ini aksi structural dari pelat tersebut umumnya
bersifat satu arah atau bisa didefinisikan sebagai pelat yang angka perbandingannya
antara bentang yang panjang dengan bentang yang pendek lebih dari 3

2276
2277
2278
2279

dimana : ly = panjang bentang terpanjang


lx = panjang bentang terpendek

Pelat satu arah melentur hanya pada satu arah yang terjadi akibat beban

yang bekerja di atasnya. Arah lenturan terjadi pada bentang yang terpanjang.
2280
2281
2282
2283
2284
2285
2286

Pelat dua arah (two ways slab) adalah pelat yang tertumpu hanya pada

keempat sisi yang berlawanan dimana pada keadaan ini aksi structural dari pelat
tersebut umumnya bersifat dua arah atau bisa didefinisikan sebagai pelat yang angka
perbandingannya antar bentang yang panjang dengan bentang yang pendek kurang dari
sama dengan 3.

2287
2288
2289
2290

dimana : ly = panjang bentang terpanjang


lx = panjang bentang terpendek

Pelat dua arah melentur pada dua arah yang terjadi akibat beban yang

bekerja diatasnya. Arah lenturan terjadi searah sumbu x dan sumbu y.


2291

2292
2293
2294 5.2 Panjang Bentang Teoritis Pelat
2295

Dalam perhitungan perencanaan pelat beton bertulang digunakan

bentang teoritis yang merupakan bentang bersih L antara kedua bidang permukaan
tumpuan ditambah setengah panjang perletakan a pada setiap ujung.
2296
2297
2298
2299
2300
2301

Dalam hal demikian, panjang bentang teoritis

bergantung pada

lebar balok atau dinding pendukung. Bila lebar perletakan hamper mendekati,
kurang dari dua kali tebal keseluruhan pelat, bentang teoritis dapat dianggap sama
dengan jarak antara pusat pusat ke pusat balok.
2302
2303
2304

2305
2306
2307
2308

Bila lebar balok lebih dari dua kali tebal keseluruhan tebal pelat , dianggap

= L + 100 mm. Jika perletakan pelat beton bertulang, dibuat dari bahan yang lain
dengan beton bertulang , maka bentang teoritis ditentukan dengan bantuan pada
SKSNI Pasal 3.1.7. Dalam pasal tersebut dicantumkan ketentuan untuk bentang =
L + h. Dengan L adalah panjang bersih dan h tebal total pelat. Apabila
2309

(L + h) lebih besar dari jarak pusat ke pusat tumpuan, maka boleh diambil

jarak pusat ke pusat tersebut.


2310
2311
2312
2313
2314
2315
2316
2317 5.3 Tebal Minimum Pelat
2318

Tebal minimum plat (h) disyaratkan pada SKSNI T-15-1991 pasal 3-2-5

butir 2 sebesar :
a

1/20, untuk perletakan sederhana

1/24, untuk satu ujung perletakan menerus

1/28, untuk kedua ujung perletakan menerus

1/10, untuk kantilever

2319 54. Tumpuan Pelat


2320

Plat dapat ditumpu oleh :


a

Gelagar atau balok beton bertulang

Dinding pasangan batu atau dinding bertulang

Batang-batang struktur baja

Secara langsung oleh kolom

Tertumpu menerus oleh tanah

2321
2322

5.5. Prosedur Perencanaan Pelat


2323

Di dalam perencanaan, prosedur perhitungannya dapat mengikuti langkah

berikut:
1

Tentukan ketebalan pelat dengan rumus sesuai dengan ketentuan


2324 SKSNI T-15-1991 pasal 3-2-5

2325

2326

2327
2328 dimana :
2329 Ln = Panjang bersih (L netto) balok

2330

(rasio bentang panjang dan pendek)

2331

m<2

tebal minimum

tebal minimum

pelat lantai 120 mm


2332

pelat atap 90 mm
2

Tentukan mutu beton (fc), mutu baja (fy) serta beban-beban yang bekerja baik
itu beban mati (qd), beban hidup (ql)

Hitung beban berfaktor menurut menurut SK SNI 3.2.2.

Hitung perbandingan antara bentang terpanjang dengan bentang terpendek.

Jika

, berarti pelat dihitung berdasarkan aksi satu arah.

2
5

Jika

, berarti pelat dihitung berdasarkan aksi dua arah.

Hitung besarnya momen berfaktor dari pembebanan di atas

Untuk Pelat Satu Arah


2333

Untuk pelat jenis ini digunakan metode koefisien momen.

2334

Misal :

2335
2336
2337
2338
2339

2340

Momen

2341

Momen

jepit

=
2342
2343
2344
2345
2346

2347

Momen tumpuan tepi

2348

Momen tumpuan tengah

2349

Momen lapangan

2350

Untuk Pelat Dua Arah

=
tak

terduga

2351

Untuk jenis pelat ini digunakan metode amplop

2352

Misal :

2353
qu

Lx2

2354

Maka M = 0,001

2355

Nilai x tergantung harga

di dapat dari Dasar Dasar

Perencanaan Beton Bertulangan, GideonKusuma,halaman 90-91.


6

Hitung besarnya kekuatan nominal

2356

2357
2358
2359
2360

Hitung besarnya rasio tulangan tarik dan tekan

2361

2362

2363
2364
7

Kontrol

min <

Hitung luasan yang diperlukan

perlu <

max

2365

As =

2366

As = 0,002

d (untuk fy = 240)

2367

As = 0,0018

d (untuk fy = 400)

Pilih diameter tulangan.

Gambar sketsa rancangan penulangan.

2368
2369

5.6 Desain Pelat

2370

Pelat adalah Suatu struktur

dimana ukuran ketebalnnya jauh lebih kecil daripada ukuran panjang dan lebarnya
2371
2372
2373
2374
2375
2376
2377
1

Pelat dibagi menjadi 2 :


Pelat satu arah (one way slab)
2378 Jika harga

Ly

/Lx > 3

2379
2380
2381
Lx

2382

melentur 1 arah

2383
2384
2385
2386
2387

Ly

Pelat dua arah ( two ways slab )

2388

Jika harga

Ly

/Lx < 3

2389
2390
2391
2392
2393
2394
2395

Pengertian pelat

Pelat satu arah (one way slab)


2396 Pelat yang tertumpu pada kedua sisi yang berlawanan dimana pada keadaan ini aksi
struktural dari pelat tersebut umumnya bersifat satu arah, beban yang ditahan oleh pelat ini dalam
arah yang tegak lurus terhadap gelagar penunjang
Pelat dua arah ( two ways slab )
2397 Pelat yang tertumpu pada gelagar pada ke 4 sisinya, dan keadaan ini terhadap aksi
struktural dari plat 2 arah , bisa diberi gelagar perantara
2398
2399
2400

5.7 Pembebanan metode amplop

Gambar :
2401
2402
2403
2404
2405
2406
2407
2408
2409

= q.a/ 2

2410

Q = q.b

2411

Ra =Rb = Q

+ Q

2412

= . q. a + q.b.

2413

= q/2 (a+b)

Trapesium
2414 Mc = Ra (L/2) - Q ( 1/3 a + b) Q/2 (b/4)
2415

= q/2 (a+b) (L/2) q.a/2 ( a/3 +b/2) qb2/8

2416

= ql/4 (a+b) (qa2)/6 (qab)/4 qb2/8

2417

=q

2418

L (a + b) _ a2 _ qab _ b2
4

2419
2420
B

Segiempat
2421

Mc = 1/8 . qek . L2 = q

2422

L (a + b) _ a2 _ qab _ b2

2423 Balok Bc ( segi tiga)

2424 Gambar

2425
2426
2427
2428
2429
2430
2431
2432
2433 Segitiga : Mf = Rb (L/2) Q (1/3 . L/2)
2434

= qL/4 (L/2) qL/4 (L/6)

2435

= qL2/8 qL2/24

2436

= qL2/12

2437 Segiempat : Mf = 1/8 .q.ek.L2


2438 Disentrakan : Mf = mf
2439

q L2/12 = q.ek.L/8

2440

qek = 2/3 q
2441

Untuk menghitung Pelat


2442 Gambar :

2443
2444
2445

2446
2447
2448
2449

dimana : D = diameter tuangan

2450

P = tebal selimut

2451

h = tebal pelat

2452

d = tinggi efektif
2453

2454
A

Mencari besar momen :


Pelat satu arah : Metode koefisien momen

2455

misal :
2456
2457
2458

2459 Mtump. A = 1/16. q. u. L2


B

Pelat dua arah : menggunakan tabel


2460 misal :

2461
2462

Mtx : 0,001 . qu.Lx2.x

2463

besar

tergantung besar Ly/Lx

harga

dipilih

2464
1

Contoh Perhitungan h eqivalen (h eq) untuk metode Amplop

Untuk bentuk amplop Segitiga 1

2465
2466
2467
2468
2469
2470
2471
2472
2473
2474
2475
2476
2477

2478

RA

= RB

2479

2480

=
=1m

2481

2482

= 2,667 m

2483

2484
2485

=
MC

= MC

2486
2487

2,667
heq
2488
2489
2490
2491

=
=

1,333 m

2492
2493
2494
2495
2496
2

Untuk bentuk amplop Trapesium 1


2497
2498
2499
2500
2501
2502
2503
2504
2505
2506
2507

2508

2509

0,5 m

2511

2512

1m

2510

2513

RA

= RB

=Q

b
1

=Q

2514

={

2515

= h ( a + b)

2516

= 1 ([

2517

= 1,50 m

2518

2519

MZ trapezium

}+ {h

b}

1 ]+ 1 )
=

MZ segiempat

2520

2521

heq

0,917 m

2522
2523
2524
2525
2526
2527
2528
2529
2530
2531

Untuk perhitungan heq selanjutnya dapat ditabelkan sebagai berikut :


2532

2533

SEGITIGA 1

2538
2540
2542
2544
2546
2548
2550
2551

2539
2541
2543
2545
2547
2549

TRAPESIUM 1
2555
2559
2563
2567
2571
2575

2579
2583
2587
2588
3

Untuk bentuk amplop Segitiga 2


2589
2590
2591
2592
2593
2594
2595
2596
2597
2598
2599
2600
2601

2602

2603

2604

2605

MB = 0

2606

RA

1-Q

2607

RA

1 0,50

2608

=0
0,333

=0

2609
2610

0,5 m

RA = 0,167 m
MA = 0

2611

-RB

1-Q

=0

2612

-RB

1 0,50

0,667

2613

=0

2614

2615

RB = 0,333 m

M max

2616

2617

2618

Dx

=0

2619

0,708 m

2620

2621

M max

2622

2623

2624
2625
2626
2627

Mencari heq

2628

0,059

2629

0,059

2630

heq

0,473 m

2631
4

Untuk bentuk amplop Trapesium 2


2632

0,059 m

2633
2634
2635
2636
2637
2638
2639
2640
2641
2642
2643
2644
2645
2646

2647

2648

2649

2650

0,195 m

2651

2652

0,234 m

2653
2654
2655
2656

MB = 0

2657 RA

1-

2658 RA

1 0,195

2659
2660

=0

=0
RA = 0,109 m

MA = 0

2661 RB

1-

=0

2662 RB

1 0,195

=0

2663

RB

0,271 m

2664 M max

2665

2666

2667 Dx

=0

2668

0,572 m

2669

2670 M max

2671

2672

0,031 m

2673 Mencari heq

2674 0,031

2675 0,031

2676

heq

0,249 m

2677
2678

TRAPESIUM 2

2689
2694
2699

2690
2695

2691
2696

2692
2697

2693
2698

2700

1. CONTOH SOAL PELAT SATU ARAH

2701
2702
2703
2704
2705
2706
2707

2708

mm

2709

Data Perencanaan

2710

Tebal tegel teraso

2711

Tebal spesi

2712

Tebal pasir urug

2713

Tebal pelat

2714

Berat plafond + penggantung

: 11 + 7 = 18 kg/m2

2 cm
:

2 cm
4 cm

2715

fc

: 30 N / mm2

2716

fy

: 240 N / mm2

2717

beton

: 2400 kg/m3

2718

spesi

: 2100 kg/m3

2719

tegel

: 2400 kg/m3

2720

pasir urug

12 cm

: 1600 kg

2721

Analisa Statika
2722

Beban Mati (qd)

2723

- Berat tegel teraso

= 0,02

1m

2400

= 48 kg/m

2724

- Berat spesi

= 0,02

1m

2100

= 42 kg/m

2725

- Berat pasir urug

= 0,04

1m

1600

= 64 kg/m

2726

- Berat sendiri pelat

= 0,12

1m

2400

= 288 kg/m

2727
kg/m +

- Berat plafond + penggantung = 18 kg/m2

1m

18

2728

qd = 460 kg/m

2729

Beban Hidup (ql)

2730

- Beban pekerja ql = 100 kg/m2

1m

2731

ql = 100 kg/m

2732

Beban Berfaktor (qu)

2733

qu

= (1,2

qd) + (1,6

ql)

2734

qu

= (1,2

460) + (1,6

100)

2735

qu

= 712 kg/m

2736

= 100 kg/m+

= 7,12 N/mm

Mencari Besar Momen

2737

Mu

=
2738

=
2739
= 11 857 025 N mm
2740

Momen jepit tak terduga

2741

=
2742
=
2743

3 952 341,667 N mm

2744
p =
2745

30 mm

D
d

h
h

120 mm

D =

10 mm

2746

2747
P

2748
2749

Tinggi efektif (d)

2750

d = tebal plat tebal selimut dimensi

2751

= 120

30

2752

10

= 85 mm

Rasio Tulangan

2753

min =

2754

max = 0,75

2755

= 0,75

2756

= 0,48382

2757
2758

Penulangan Lapangan

2759

Mu

= 11 857 025 N mm (dari analisis statika)

2760

2761

Rn

2762

= 2,051 N / mm2

perlu =

2763

2764

= 0,00892

2765

Karena

perlu >

2766

Jadi As perlu

2767
2768

2769

perlu

= 758,225 mm
Dipakai As pakai

1000

85

Tulangan bagi (As)

= 0,002

= 0,002
= 240 mm
Dipakai As

1000

h
120

8-100 (As = 503 mm2)

2775
2776
2777
2778
2779

2781

( As = 785 mm2)

2773

2780

min

10 - 100 mm

2772

2774

Gunakan

= 0,00892

2770
2771

min

Penulangan Tumpuan

Momen jepit tak terduga

2782

Mu
= 3 952 341,667 N mm(dari analisis statika)

2783

2784

Rn

2785

perlu =

2786

2787

= 0,002889

2788

Karena

2789

perlu

<

Jadi Asti =

2790
2791

2792

min
min

2794

Dipakai As pakai

2800

d
1000

85

10 - 100 mm
( As = 785 mm2)

Tulangan bagi (As)

= 0,002

= 0,002

2796

2799

min

= 495,55 mm2

2795

2797

Gunakan

= 0,00583

2793

2798

= 0,684 N / mm2

= 240 mm
Dipakai As

1000

h
120

8-100 (As = 503 mm2)

2801

2. CONTOH SOAL PELAT DUA ARAH

2802

Contoh soal pelat 2 arah :

2803

2804
2805
2806
2807
2808
2809
2810
2811
2812
2813
2814

Diketahui : Tebal pelat A : 15 cm

2815

Tebal pelat B : 12 cm

2816

Tebal spesi

2817

Tebal keramik : 1 cm

2818

Beban hidup : 300 g/m2

2819

Balok ukuran : 15/30

2820

fc` : 225 Mpa

2821

fy : 240 Mpa

2822

keramik = beton : 2400 kg/m3

2823

: 2 cm

spesi : 2100 kg/m3

Panel A = Ly = Lx = 4 m

Panel B = Ly = 4
Lx = 2

2824

Diminta :
-

- perhitungan penulangan

gambar

2825

Penyelesaian :

2826

Panel A

2827

Analisis Statika :

2828

Beban Mati :

2829

BS pelat

: 0,15 . 2400 . 1 = 360

2830

BS spasi

: 0,02 . 2100 . 1 =

42

2831

BS keramik

: 0,01 . 2400 . 1 =

24

2832

WDL = 426 kg/m


2833

2834
2835
2836
2837

Beban hidup
WLL = 300 . 1 = 300 kg/m
Beban berfaktor
Wu = 1,2 WDL + 1,6 WLL
2838

= 1,2 (426) + 1,6 (300)

2839

= 991,2 kg/m

2840

Momen

2841

Skema II

2842
2843

Mlx

= 0,001 . Wu . Lx2 . x

2844

= 0,001 . 991,2 . 42 . 25

2845

= 396,48 kg.m

2846

Mly

= 0,001 . Wu . Lx2 . x

2847

= 0,001 . 991,2 . 42 . 25

2848

= 396,48 kg.m

2849

Mtx

= - 0,001 . Wu . Lx2 . x

2850

= - 0,001 . 991,2 . 42 . 51

2851

= 808,8192 kg.m

2852

Mty

= - 0,001 . Wu . Lx2 . x

2853

= - 0,001 . 991,2 . 42 . 51

2854

= 808,8192 kg.m

2855

2856

Penulangan Beton
2857
2858
2859
2860

2861

Tinggi efektif : d = h p 1/2D

2862

= 15 2 0.6

2863

= 12,4 cm

1 Lapangan ke arah x
2864

Mu = 398,4 kg.m = 39848 kg.m

2865

Rn =

2866

m =

2867

perlu =

2868

min =

2869

karena perlu < min

2870

maka dipakai min

2871

As perlu = min . b . d

= 0,0058 . 100 . 12,4

2873

= 7,192 cm2

2875

2876

= 12,549

= 0,00136

2872
2874

= 3,239 kg/cm2 = 0,3239 Mpa

As pakai = 12 150
= 7,54 cm2

2877
Mo

2879

2880

2884

2885

2886

2887

2888

2889

2892

2893

2894

2895

2896

2899

2900

2901

2902

2903

2906

2907

2908

2909

2910

Lap

2891
Lap

2898
Tu

2905
Tu
2911
2912
2913
2914
2915

Panel B

2916

Momen

2917

Skema II
2918

2919
2920
2921
2922
2923 Mlx = 0,001 . Wu . Lx2 . x
2924

= 0,001 . 904,8 . 22 . 58

2925

= 209,9136 kg.m

2926 Mly = 0,001 . Wu . Lx2 . x


2927

= 0,001 . 904,8 . 22 . 15

2928

= 54,228 kg.m

2929 Mtx = - 0,001 . Wu . Lx2 . x


2930

= - 0,001 . 904,8 . 22 . 82

2931

= 296,7744 kg.m

2932 Mty = - 0,001 . Wu . Lx2 . x


2933

= - 0,001 . 904,8 . 22 . 53

2934

= 191,8176 kg.m

2935 Penulangan Beton

2936
2937
2938
2939
2940

d = h p 1/2D

2941

= 12 2 0,6

2942

= 9,4
2943

1 Lapangan kearah x
2944

Mu = 209,9136 kg.m = 20991,36 kg.cm

2945

Rn =

2946

m =

2947

perlu =

2948

min =

2949

karena perlu < min

2950

maka dipakai min

2951

As perlu = min . b . d

= 2,97 kg/cm2 = 0,297 Mpa

= 12,549

= 0,0012

2952

= 0,0058 . 100 . 9,4

2953

= 5,452 cm2

2954
2955

As pakai = 12 200
= 5,655 cm2

2956

2957

2958

2960

2961

2966

2967

2968

2969

2970

2973

2974

2975

2976

2977

2980

2981

2982

2983

2984

2987

2988

2989

2990

2991

Mo

2965
Lap

2972
Lap

2979
Tu

2986
Tu

2992
2993
2994
2995
2996
2997

2998
2999
3000
3001
3002
3003
3004 Contoh skema penulangan pelat 2 arah
3005
3006

1/5Lx

3007 12-300

Jalur Lapangan

3008

Lx

12-300

3009
3010
3011

Kolom

3014
3015
3016
3017
3018
3019

12-300

3013
d

12-300

3012

3020 3. CONTOH SOAL PELAT


3021 Diketahui data :
tebal pelat A dan B : 13 cm
tebal spesi 2 cm
tebal ubin 2 cm
beton/ubin : 2400 kg/m2
spesi

: 2100 kg/m2

beban hidup : 250 kg/m2


fc` :

25 Mpa

fy : 240 Mpa
Berat plfond : 50 kg/m2
3022 Diminta :
Rencnakan tulangan pelat A dan B
Gambar
3023 Penyelesian :
3024 Analisa Statika
3025 Beban Mati
3026 BS pelat

: 0,13 . 2400 . 1

= 312 kg/m

3027 BS spasi

: 0,02 . 2100 . 1

3028 BS keramik

: 0,02 . 2400 . 1 =

3029 B plafond

: 50 . 1

3030

48 kg/m
=

WDL
3031

3032 Beban hidup


3033 WLL = 250 . 1 = 250 kg/m
3034 Beban berfaktor
3035 Wu = 1,2 WDL + 1,6 WLL
3036

= 1,2 (452) + 1,6 (250)

3037

= 942,4 kg/m

3038
3039
3040 Panel A
3041
3042
3043
3044

42 kg/m

3m

50 kg/m

= 452 kg/m

3045

5m

3046
3047 Mlx = 0,001 . Wu . Lx2 . x
3048 Nilai x didapat dari interpolasi

3049

3050

x=

3051 Mlx = 0,001 . 942,4 . (3)2 . 50,4


3052

= 427,472 kg.m

3053 Mly = 0,001 . Wu . Lx2 . x


3054 Nilai x didapat dari diinterpolasi :

3055
3056

x = 19

3057

Mly

3058

= 0,001 . Wu . Lx2 . x
= 127,224 kg.m

3059 Mtx = -0,001 . Wu . Lx . x


3060 Nilai x didpat dari interpolaasi :

3061
3062

x = 79,05

3063

Mtx

= - 0,001 . Wu . Lx2 . x
= - 0,001 . 942,4 . 32 . 79,05

3064
3065

= - 670,4705 kg.m
2

3066 Mty = -0,001 . Wu . Lx . x


3067 Nilai x didpat dari interpolaasi :

3068
3069
3070

x = 54
Mtx

= - 0,001 . Wu . Lx2 . x

= - 0,001 . 942,4 . 32 . 54

3071

3072
= 458,0064 kg.m
3073
3074
3075
3076
3077 Tinggi efektif : d = h p 1/2D
3078

= 13 2 .2

3079

= 10,4 cm

3080 Contoh Perhitungan :


1 Lapangan kearah x
3081

Mu = 427,472 kg.m = 42747,2 kg.cm

3082

Rn =

3083

m =

3084

perlu =

3085

min =

3086

mx = 0,75 .

3087

karena perlu < min

3088

maka dipakai min

3089

As perlu = min . b . d

3090

= 4,9403 kg/cm2 = 0,49403 Mpa

= 11,294

= 0,0058 . 100 . 10,4

= 0,002083

= 0,0403

= 6,06632 cm2 = 606,632 mm2

3091
3092

As pakai = 14 - 250
= 615,8 mm2

3093

3094

3095

3098

3099

3102

3104

3105

3106

3107

3108

3109

3110

3111

3113

3114

3115

3116

3117

3118

3119

3120

3122

3123

3124

3125

3126

3127

3128

3129

3131

3132

3133

3134

3135

3136

3137

3138

3139
3140

Panel B

3141

3142

2m

3143
3144
3145
3146
3147

3148

5m

3149

3152

3153

3156

3158

3159

3160

3161

3162

3163

3164

3165

3167

3168

3169

3170

3171

3172

3173

3174

3176

3177

3178

3179

3180

3181

3182

3183

3185

3186

3187

3188

3189

3190

3191

3192

3193

3194

3195 DAFTAR PUSTAKA


3196
3197

Anonym, 1983, American Concrete Institute, Committee 318, Building

Code Requirements for Reinforced Concrete, America.


3198

Anonym, 1983, American Concrete Institute, Committee 318, Comentary

on Building Code Requirements for Reinforced Concrete, America.


3199

Anonym, 1989, Pedoman Beton 1989, Badan Penelitian dan Pengembangan

PU, Jakarta
3200

ASTM A615-99, Standard spesification for deformed and plain billet bars for concrete

Reinforcement
3201
3202

Departemen Pekerjaan Umum. 1991. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan
Gedung. Jakarta.
Ferguson, A. M., (terjemahan: B. Susanto dan K. Setianto), 1986, Dasar-

dasar Beton Bertulang, Edisi 4, Erlangga, Jakarta.


3203
3204

Gideon Kusuma. W. C. Vis, 1993. Dasar Dasar Perencanaan Beton Bertulang. Erlangga. Jakarta.
Harwanto, 1991, Analisis Kolom Beton Biaksial Pada Kolom Pendek,

Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.


3205

Istimawan Dipohusodo. 1993. Struktur Beton Bertulang, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
3206
JIS G 3112-91, Steel bar for concrete reinforcement,

3207

Kusuma, G., Vis, W.C., 1993, Grafik dan Tabel Perhitungan Beton

Bertulang, Seri 4, Erlangga, Jakarta.


3208

Nawy, E. G., (terjemahan: Bambang Suryoatmono), 1990, Beton Bertulang

Suatu Pendekatan Dasar, Edisi 1, Eresco, Bandung.


3209

Park, R., Paulay, T., 1974, Reinforced Concrete Structure, John Wiley &

Sons. Inc.,NewYork.
3210

Wang, C.K., Salmon, C.G., (terjemahan: Binsar Hariandja), 1986, Desain

Beton Bertulang, Jilid 1 & 2, Edisi 4, Erlangga, Jakarta.


3211

3212

3213

3214
3215
3216
3217
3218
3219
3220
3221
3222
3223

3224

LAMPIRAN

3225
1

SISTEM INTERNASIONAL (SI /METRIC)

SISTEM INGGRIS (IMPERIAL)

SISTEM SATUAN

3226
3227

SATUAN DASAR (Basic Units)

3228 DIMENSION
SYMBOL
3229 Length
m
3230 Mass
kg
3231 Time
s
3232 Electric current
A
3233 Temperature, thermodynamic
K
3234 Amount of matter
mol
3235 Angle
rad
3236 Solid angle
sr
3237 Luminous intensity
cd

UNIT
meter
kilogram
second
ampere
kelvin

3238
3239
3241
3243
3245
3247
3249
3251
3253
3255
3257
3259
3261
3263

SATUAN TURUNAN (Derived Units)

3240 Frequency
hertz: Hz = 1/s
3242
Force
newton: N = m kg/s2
3244
Pressure, stress
pascal: Pa = N/m2 = kg/m s2
3246
Energy, work, quantity of heat
joule: J = N m = m2 kg/s2
3248
Power, radiant flux
watt: W = J/s = m2 kg/s3
3250
Quantity of electricity, electric charge
coulomb: C = s A
3252
Electric potential
volt: V = W/A = m2 kg/s3 A
3254
Capacitance
farad: F = C/V = s4 A2/m2 kg
3256
Electric resistance
ohm: Omega = V/A = m2 kg/s3 A2
3258
Conductance
siemens: S = A/V = s3 A2/m2 kg
3260
Magnetic flux
weber: Wb = V s = m2 kg/s2 A
3262
Magnetic flux density, magnetic induction
tesla: T = Wb/m2 = kg/s2 A
L-1

mole
radian
steradian
candela

3265
3267
3269
3271
3273
3275
3277
3279
3281
3283
3285
3287
3289
3291
3293
3295
3297
3299
3301
3303
3305
3307
3309

3264
Inductance
henry: H = Wb/A = m2 kg/s2 A2
3266
Luminous flux
lumen: lm = cd sr
3268
Illuminance
lux: lx = lm/m2 = cd sr/m2
3270
Activity (ionizing radiations)
becquerel: Bq = 1/s
3272
Absorbed dose
gray: Gy = J/kg = m2/s2
3274
Dynamic viscosity
pascal second: Pa s = kg/m s
3276
Moment of force
metre newton: N m = m2 kg/s2
3278
Surface tension
newton per metre: N/m = kg/s2
3280
Heat flux density, irradiance
watt per square metre: W/m2 = kg/s3
3282
Heat capacity, entropy
joule per kelvin: J/K = m2 kg/s2 K
3284
Specific heat capacity, specific entropy
joule per kilogram kelvin: J/kg K = m2/s2 K
3286
Specific energy
joule per kilogram: J/kg = m2/s2
3288
Thermal conductivity
watt per metre kelvin: W/m K = m kg/s3 K
3290
Energy density
joule per cubic metre: J/m3 = kg/m s2
3292
Electric field strength
volt per metre: V/m = m kg/s3 A
3294
Electric charge density
coulomb per cubic metre: C/m3 = s A/m3
3296
Electric displacement, electric flux density
coulomb per square metre: C/m2 = s A/m2
3298
Permittivity
farad per metre: F/m = s4 A2/m3 kg
3300
Permeability
henry per metre: H/m = m kg/s2 A2
3302
Molar energy
joule per mole: J/mol = m2 kg/s2 mol
3304
Molar entropy, molar heat capacity
joule per mole kelvin: J/mol K = m2 kg/s2 K mol
3306
Exposure (ionizing radiations)
coulomb per kilogram: C/kg = s A/kg
3308
Absorbed dose rate
gray per second: Gy/s = m2/s3

3310
3311 cgs Units
3313
3315
3317

3312
erg
1 erg = 10-7 J
3314
dyne
1 dyn = 10-5 N
3316
poise
1 P = 1 dyn s/cm2 = 0.1 Pa s
3318
stokes

L-2

3319
3321
3323
3325
3327
3329

1 St = 1 cm2/s = 10-4 m2/s


3320
gauss
1 G = 10-4 T
3322
oersted
1 Oe = (1000/(4 pi)) A/m
3324
maxwell
1 Mx = 10-8 Wb
3326
stilb
1 sb = 1 cd/cm2 = 104 cd/m2
3328
phot
1 ph = 104 lx

L-3

3330

HURUF YUNANI
3331

3336
3334
3332

3333

3335
B

Penguc
ap
an
Da
la
m

3337
Bhs.
Yu
na
ni

3338

3339

3342

3343

3346

3347

3350

3351

3354

3355

3358

3359

3362

3363

3366

3367

3370

3371

3374

3375

3378

3379

3340
a

3344
b

3348
g

3352
d

alfa

3345
veeta

3349
gham
ma

3353
dhelta

3356

3357

epsilo
n

3360
z

3364
e

3368
t

3372
i

3376
k

L-4

3341

3361
zeeta

3365
eeta

3369
theeta

3373
yotta

3377
kappa

3380

3381

lamdh
a

3382

3383

3386

3387

3390

3391

3394

3395

3398

3399

3402

3403

3406

3407

3410

3411

3414

3415

3418

3419

3422

3423

3426

3427

3430

3431

3384
m

3388
n

3392
x

3393
ksee
omicro
n

3408
s

3412
t

3401
pee

3405
ro

3409
sighma

3413
taf

3416

3417

eepsil
on

3420
p

3424
c

3428
p

L-5

nee

3397

3404

3436

3389

3435

mee

3396
3400

3434

3385

3421
fee

3425
khee

3429
psee

3432

3433

omegh
a

3437

ANGKA ROMAWI

3438
3439
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
25
3440
3441
3442
3443
3444
3445
3446
3447
3448
3449
3450
3451
3452
3453
3454
3455
3456
3457
3458
3459
3460

I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XVI
XVII
XVIII
XIX
XX
XXI
XXV
29
30
40
50
59
60
65
70
79
80
84
90
92
95
98
99
100
200
300
301
400

3461
500
D
3462
600
DC
3463
700
DCC
3464
800
DCCC
3465
900
CM
3466
1000
M
3467
1100
MC
3468
1400
MCD
3469
1500
MD
3470
1600
MDC
3471
1666
MDCLXVI
3472
1888
MDCCCLXXXVIII
3473
1899
MDCCCXCIX
3474
1900
MCM
3475
1976
MCMLXXVI
3476
2000
MM
3477
2080
MMXXC
3478
2110
MMCX
3479
2140
MMCXL
3480
2160
MMCLX
3481
2200
MMCC
3482
2300
MMCCC
3483
2600
MMDC
3484
2888
MMDCCCLXXXVIII
3485
2899
MMDCCCXCIX
3486
2978
MMCMLXXVIII
3487
3000
MMM
3488
3100
MMMC
3489
3500
MMMD
3490
Dan seterusnya
3491
3492
3493

XXIX
XXX
XL
L
LIX
LX
LXV
LXX
LXXIX
LXXX
LXXXIV
XC
XCII
XCV
XCVIII
IC

3494
3495
3496

C
CC
CCC
CCCI
CD

3497
3498
3499

L-6

3500

EKSPONEN BASIS 10
3501

3502 Exponent (base 10) of decimal numbers: E n =


10n
3503
Symbol
3504
3505
3506
3507
3508
3509
3510
3511
3512
3513
3514
3515
3516
3517
3518
3519
3520
3521
3522
3523

Factor
1024
1021
1018
1015
1012
109
106
103
102
101
10-1
10-2
10-3
10-6
10-9
10-12
10-15
10-18
10-21
10-24

Prefix
E 24
E 21
E 18
E 15
E 12
E 9
E 6
E 3
E 2
E 1
E -1
E -2
E -3
E -6
E -9
E-12
E-15
E-18
E-21
E-24

yotta
zetta
exa
peta
tera
giga
mega
kilo
hecto
deca
deci
centi
milli
micro
nano
pico
femto
atto
zepto
yocto

Y
Z
E
P
T
G
M
k
h
da
d
c
m

n
p
f
a
z
y

3524 KONVERSI SATUAN


3525 Acceleration
3526 foot/second2, meter/second2, gal, galileo, inch/second2

1 m/s2 = 3.28084 ft/s2 = 100 cm/s2 = 39.37 inch per second squared (inch/s 2)

1 ft/s2 = 0.3048 m/s2 = 30.48 cm/s2

1 g = 9.80665 m/s2 = 32.17405 ft/s2

3527 Area
3528 acre, are, barn, sq.ft., sq.in., foot2, hectare, inch2, mile2, section, meter2,
township, yard2, hectares

1 m2 = 1550 in2 = 10.764 ft2 = 1.1968 yd2 = 3.861x10-7 mile2

1 ft2 = 0.0929 m2 = 144 in2 = 0,1111 yd2 = 3.587x10-8 mile2

1 in2 = 6.452 cm2 = 6.452x10-4 m2 = 6.944x10-3 ft2 = 7.716x10-4 yd2 = 2.491x10-10 mile2

1 yd2 = 0.8361 m2 = 1,296 in2 = 9 ft2 = 0.3228x10-6 mile2

1 mile2 = 2.590x106 m2 = 0.4015x1010 in2 = 2.788x107 ft2 = 3.098x106 yd2=640 Acres

1 acre = 1/640 mile2 = 0.404686 ha (Hectares) = 4,046.86 m2 =43,560 Sq.Ft. = 4840 Sq.Yds.

1 km2 = 102 ha2 = 106 m2 = 1010 cm2 = 1012 mm2

1 ha (Hectare) = 104 m2 = 108 cm2 = 1010 mm2 = 2.471 Acres

1 cm2 = 10-4 m2 = 0.155 in2

1 mm2 = 1.55x10-3in2

1 township = 9.323957 107 m2

1 section = 2.589 106 m2

3529 Density
3530 kg/cubic meter, gram/centimeter3, lmb/cubic inch, lbm/cubic foot, slug/cubic
foot, kilogram/cubic meter, lbm/gallon (US liq)

Density Water 1,000 kg/m3 = 62.43 Lbs./Cu.Ft = 8.33 Lbs./Gal. = 0.1337 Cu.Ft./Gal.

1 lb/ft3 = 16.018 kg/m3 = 0.016 g/cm3 = 0.00926 oz/in3 = 2.57 oz/gal (Imperial) = 2.139 oz/gal (U.S.)
= 0.0005787 lb/in3 = 27 lb/yd3 = 0.161 lb/gal (Imperial) = 0.134 lb/gal (U.S) = 0.0121 ton/yd 3

1 slug/ft3 = 515.379 kg/m3

1 kg/l = 62.43 lb/ft3

1 kg/m3 = 0.001 g/cm3 = 0.0005780 oz/in3 = 0.16036 oz/gal (Imperial) = 0.1335 oz/gal (U.S.) =
0.0624 lb/ft3 = 0.000036127 lb/in3 = 1.6856 lb/yd3 = 0.010022 lb/gal (Imperial) = 0.008345 lb/gal (U.S) =
0.0007525 ton/yd3

3531 Energy
3532 British Thermal Unit (Btu), calorie, joule, kilojoule, electron volt, erg, foot
lbf, foot poundal, kilocalorie, kilowatt hour, watt hour,

1 J (Joule) = 0,1020 kpm = 2.778x10-7 kWh = 2.389x10-4 kcal = 0.7376 ft lbf = 1 (kg m2)/s2 = 1 watt
second = 1 Nm = 1 ft lb = 9.478x10-4 Btu

1 kpm = 9.80665 J = 2.724x10-6 kWh = 2.342x10-3 kcal = 7.233 ft lbf = 9.295x10-3 Btu

1 kWh = 3.6x106 J = 3.671x105 kpm = 859.9 kcal = 2.656x106 ft lbf = 3.412x103 Btu

1 kJ = 1 kNm = 1kWs = 103 J = 0.947813 Btu = 737.6 ft lbf = 0.23884 kcal

1 Btu (British thermal unit) = 1,055.06 J = 107.6 kpm = 2.931x10 -4 kWh = 0.252 kcal = 778.16 ft lbf
= 1.055x1010 ergs = 252 cal = 0.293 watt hour

1 cal = 4.186 J

1 kcal = 4186,8 J = 426,9 kp m = 1.163x10-3 kWh = 3.088 ft lbf = 3.9683 Btu = 1,000 cal

1 ft lbf (foot pound force) = 1.3558 J = 0.1383 kp m = 3.766x10 -7 kWh = 3.238x10-4 kcal =
1.285x10-3 Btu

1 hp h (horse power hour) = 2.6846x106 J = 0.7457 kWh

1 erg = 1 (g cm2)/s2 = 10-7 J

1 eV = 1.602x10-19 J

1 Q = 1018 Btu = 1.055x1021 J

1 Quad = 1015 Btu

1 kg m = 7.233 ft lb = 0.00929 Btu = 9.806 Joule

3533 Energy per unit mass

1 kJ/kg = 1 J/g = 0.4299 Btu/ lbm = 0.23884 kcal/kg

3534 Flow - see Volume flow


3535 Force
3536 dyne, kilogram force (kgf), kilopound force, kip, lbf (pound force), ounce
force (avoirdupois), poundal, newton

1 N (Newton) = 0.1020 kp = 7.233 pdl = 7.233/32.174 lbf = 0.2248 lbf = 1 (kg m)/s2 = 105 dyn =
1/9.80665 kgf

1 lbf (Pound force) = 4.44822 N = 0.4536 kp = 32.17 pdl = 4.448x10 5 dyn

1 dyn = 1 (g cm)/s2

1 kg has a weight of 1 kp

1 kp (Kilopond) = 9.80665 N = 2.205 lbf = 70.93 pdl

1 pdl (Poundal) = 0.13826 N = 0.01409 kp = 0.03108 lb f

3537 Heat flow rate

1 Btu/sec = 1,055.1 W

1 kW (kJ/s) = 102.0 kpm/s = 859.9 kcal/h = 3,413 Btu/h = 1.360 hk = 1.341 hp = 738 ft lb/s = 1,000
J/s = 3.6x106 J/h

1 kpm/s = 9.8067x10-3 kW = 8.432 kcal/h = 32.47 Btu/h = 0.01333 hk = 0.01316 hp = 7.237 ft lb/s

1 kcal/h = 1.163x10-3 kW = 0.1186 kpm/s = 3.969 Btu/h = 1.582x10-3 hk = 1.560x10-3 hp = 0.8583 ft


lb/s

1 Btu/h = 2.931x10-4 kW = 0.0299 kpm/s = 0.252 kcal/h = 3.986x10-4 hk = 3.939x10-4 hp = 0.2163 ft


lb/s

1 kcal/h = 1.16x10-3 kW

1 hk (metric horse power) = 0.735499 kW = 75.00 kpm/s = 632.5 kcal/h = 2,510 Btu/h = 0.9863 hp
= 542.8 ft lb/s

1 hp = 0.74570 kW = 76.04 kpm/s = 641.2 kcal/h = 2,545 Btu/h = 1.014 hk = 550.3 ft lb/s

1 ft lb/s = 1.35501 kW = 0.1382 kpm/s = 1.165 kcal/h = 4.625 Btu/h = 1.843x10 -3 hk = 1.817x10-3
hp

3538 Heat flux

1 Btu/ft2 = 2.713 kcal/m2 = 2.043x104 J/m2K

1 Btu/ ft2 h = 3.1525 W/m2

1 Btu/ft2 oF = 4.88 kcal/m2K = 2.043x104 J/m2K

1 kcal/m2 = 0.369 Btu/ft2

1 kcal/m2K = 0.205 Btu/ft2oF

3539 Heat generation per unit volume

1 Btu/ft = 8.9 kcal/m3 = 3.73x104 J/m3

1 Btu/ft3 h = 10.343 W/m3

1 kcal/m3 = 0.112 Btu/ft3

3540 Heat generation per unit mass

1 Btu/lb = 0.556 kcal/kg = 2,326 J/kg

1 kcal/kg = 1.800 Btu/lb

3541 Heat transfer coefficient

1 Btu/ft2 h oF = 5.678 W/m2 K = 4.882 kcal/h m2 oC

1 W/m2K = 0.85984 kcal/h m2 oC = 0.1761 Btu/ ft2 h oF

1 kcal/h m2 oC = 1.163 W/m2K = 0.205 Btu/ ft2 h oF

3542 Hydraulic Gradients

1 ftH2O/100 ft = 0.44 psi/100 ft = 9.8 kPa/100 m = 1000 mmH2O/100 m

1 psi/100 ft = 2.3 ftH2O/100 ft = 2288 mmH2O/100 ft = 22.46 kPa/100 m

3543 Length
3544 feet, meters, centimeters, kilometers, miles, furlongs, yards, micrometers,
inches,angstrom, cubit, fathom, foot, hand, league, light year, micron, mil,
nautical mile, rod,

1 m (meter) = 3.2808 ft = 39.37 in = 1.0936 yd = 6.214x10-4 mile

1 km = 0.6214 mile = 3281 ft = 1094 yds

1 in (inch) = 25.4 mm = 2.54 cm = 0.0254 m = 0.08333 ft = 0.02778 yd = 1.578x10 -5 mile

1 ft (foot) = 0.3048 m = 12 in = 0.3333 yd = 1.894x10 -4 mile = 30.48 cm = 304.8 mm

1 mm = 10-3 m

1 cm = 10-2 m = 0.3937 in = 0.0328 ft

1 mm = 0.03937 in

1 (ngstrm) = 10-10 m

1 mile = 1.6093 km = 1,609.3 m = 63,346 in = 5,280 ft = 1,760 yd

1 mil (Norway and Sweden) = 10 kilometres

1 nm (nautical mile) = 1,852 metres = 1.151 mile = 6076.1 feet

1 yd (yard) = 0.9144 m = 36 in = 3 ft = 5.682x10-4 mile

1 Furlong = 660 feet = 40 rods = 1/8 mile

1 rod = 5.5 yards

1 land league = 3 miles

1 Fathom = 6 feet = 1.828804 meters

3545 Mass, weight


3546 pounds, kilograms, grams, ounces, grains, tons (long), tons (short), tons
(metric), carat, grain, ounce mass, pound mass (lbm), slug, tonne

1 kg = 1,000 g = 2.2046 lb = 6.8521x10-2 slug

1 lb = 16 oz = 0.4536 kg = 453.6 g = 7000 grains = 0.03108 slug

1 slug = 14.594 kg = 32.174 lbm

1 grain = 0.000143 lb = 0.0648 g

1 g = 15.43 grains = 0.0353 oz = 0.002205 lb

1 tonne = 103 kg = 106 g = 109 mg = 0.984 tons

1 qt = 0.9464 liters

1 Ton = 2000 Lbs. = 907 kg

1 long ton = 2240 pounds

1 oz (ounce) = 28.35 g = 437.5 grains

1 troy pound = 12 troy ounces

1 scruple = 20 grains

1 dram = 3 scruples

1 apothecary ounce = 8 drams

1 apothecary pound = 12 apothecary ounces

1 pennyweight = 24 grains

1 Gal. H2O = 8.33 Lbs. H2O

Density, Specific Weight and Specific Gravity - An introduction and definition of density, specific
weight and specific gravity. Formulas with examples.

3547 Mass flow rate

1 lb/h = 1.26x10 kg/s

1 lb/s = 0.4536 kg/s

1 lb/min = 7.56x10-3 kg/s = 27.216 kg/s

1 kg/s = 3,600 kg/h = 132.28 lb/min

1 kg/h = 2.778x10-4 kg/s = 3.67x10-2 lb/min

-4

3548 Moment of Inertia

1 kg m2 = 10000 kg cm2 = 54675 ounce in2 = 3417.2 lb in2 = 23.73 lb ft2

3549 Power
3550 horsepower, kilowatt, watt,btu/second, calorie/second, foot lbf/second,
kilocalorie/second

1 W = 1 kg m /s = 1 Nm/s = 1 J/s

1 kW = 1,000 Watts = 3,412 Btu/h = 737.6/550 British hp = 1.341 British hp = 10 3/9.80665 kgf m/s

= 737.6 ft lbf/s = 103/(9.80665 75) metric hp

1 hp (English horse power) = 745.7 W = 0.746 kW = 550 ft lb/s = 2,545 Btu/h = 33.000 ft lb/m =
1.0139 metric horse power ~= 1.0 KVA

1 metric horse power = 736 W = 75 kg m/s = 0.986 English horse power

1 refrigeration Ton = 12,000 Btu/h cooling = 3.516 kW = 3,025.9 k Calories/h

1 cooling tower Ton = 15,000 Btu/h = 3,782 k Calories/h

1 Therm = 100,000 Btu/h

1 ft lb/s = 1.3558 W

1 Btu/s = 1055.1 W

1 Btu/h = 1 Btuh = 0.293 W = 0.001 MBH

3551 Power per unit area

1 W/m2 = 0.3170 Btu/(h ft2) = 0.85984 kcal/(h m2)

3552 Pressure
3553 atmosphere, centimeters of mercury, foot of water, bar, barye, centimeter
of water, dyne/centimeter2, inch of mercury, inch of water, kgf/centimeter2,
kgf/meter2, lbf/foot2, lbf/inch2 (psi), millibar, millimeter of mercury, pascal, torr,
newton/meter2

Standard Atmospheric Pressure 1 atm = 101.325 kN/m2 = 101.325 kPa = 14.7 psia = 0 psig =
29.92 in Hg = 760 torr = 33.95 Ft.H2O = 407.2 In.W.G (Water Gauge) = 2116.8 Lbs./Sq.Ft.

1 N/m2 = 1 Pa = 1.4504x10-4 lb/in2 = 1x10-5 bar = 4.03x10-3 in water = 0.336x10-3 ft water = 0.1024
mm water = 0.295x10-3 in mercury = 7.55x10-3 mm mercury = 0.1024 kg/m2 = 0.993x10-5 atm

1 Pa = 10-6 N/mm2 = 10-5 bar = 0.1020 kp/m2 = 1.02x10-4 m H2O = 9.869x10-6 atm = 1.45x10-4 psi
(lbf/in2)

1 N/mm2 = 106 Pa = 10 bar = 1.020x105 kp/m2 = 102.0 m H2O = 9.869 atm = 145.0 psi (lbf/in2)

1 mmHg = 1 torr = 0.01934 lb/in2

1 atm = 101,325 Pa (N/m2) = 1.013x102 kN/m2 = 1.033x104 kp/m2 = 1.033 kp/cm2 = 1.013 bar =
14.696 psi (lb/in2) = 407.1 in H2O at 62 0F (16.7 oC) = 33.9 ft H2O at 62 0F (16.7 oC) = 10.33 m H2O at
62 0F (16.7 oC) = 29.92 in mercury at 62 0F (16.7 oC) = 760 mm mercury at 62 0F (16.7 oC) = 760 torr

1 bar = 105 Pa (N/m2) = 0.1 N/mm2 = 10,197 kp/m2 = 10.20 m H2O = 0.9869 atm = 14.50 psi (lbf/in2)
= 106 dyn/cm2 = 750 mmHg

1 kp/m2 = 9.81 Pa (N/m2) = 9.807x10-6 N/mm2 = 10-3 m H2O = 1 mm H2O = 0.9681x10-4 atm =
1.422x10-3 psi (lb/in2) = 0.0394 in H2O = 0.0736 mm mercury

1 psi (lb/in2) = 144 psf (lbf/ft2) = 6,894.8 Pa (N/m2) = 6.895x10-3 N/mm2 = 6.895x10-2 bar = 27.71 in
H2O at 62oF (16.7oC) = 703.1 mm H2O at 62oF (16.7oC) = 2.0416 in mercury at 62oF (16.7oC) = 51.8
mm mercury at 62oF (16.7oC) = 703.6 kg/m2 = 0.06895 atm = 2.307 Ft. H2O = 16 ounces

1 psf (lbf/ft2) = 47.88 N/m2 (Pa) = 0.006944 lbf/in2 (psi)

1 dyn/cm2 = 145.04x10-7 lbf/in2

1 in mercury (Hg) = 3,376.8 N/m2= 0.49 lb/in2 = 12.8 in water

1 Ounce = 1.73 In.W.C.

1 Ft.H2O = 0.4335 psi = 62.43 Lbs./Sq.Ft.

1 in water = 248.8 N/m2= 0.0361 lb/in2 = 25.4 kg/m2 = 0.0739 in mercury

1 m H2O = 9806.7 Pa = 9.807x10-3 N/mm2 = 0.0987 bar = 1,000 kp/m2 = 0.09678 atm = 1.422 psi
(lbf/in2)

1 mm water = 9.81 Pa (N/m2) = 1 kg/m2 = 0.0736 mm mercury = 0.9677x10-4 atm

1 mm mercury = 0.0193 lb/in2 = 133 N/m2 = 12.8 mm water

3554 Rotation
3555 revolutions,

1 r/min (rpm) = 0.01667 r/s = 0.105 rad/s

1 r/s = 60 r/min = 6.28 rad/s

1 rad/s = 9.55 r/min (rpm) = 0.159 r/s (rps)

3556 Specific energy, enthalpy, entropy

1 Btu/lbm = 2,326.1 J/kg = 0.55556 kcal/kg = 778.2 ft lbf / lbm = 3.9 10-4 hp hr / lbm = 5.4 lbf/in2 /
lbm/ft3 = 0.237 kp m / g = 5.56 10-4 kcal/g = 2.326 kJ/kg

1 J/kg = 4.299x10-4 Btu/lbm = 2.388x10-4 kcal/kg

1 kcal/kg = 1.80 Btu/lbm = 4,187 J/kg

3557 Specific heat capacity

1 J/(kg K) = 2.389x10-4 kcal/(kg oC) = 2.389x10-4 Btu/(lbm oF)

1 kJ/(kg K) = 0.2389 kcal/(kg oC) = 0.2389 Btu/(lbm oF)

1 Btu/(lbm oF) = 4,186.8 J/ (kg K) = 1 kcal/(kg oC)

1 kcal/(kg oC) = 4,186.8 J/ (kg K) = 1 Btu/(lbm oF)

3558 Specific Volume

1 m3/kg = 16.02 ft3/lbm = 27680 in3/lbm = 119.8 US gal/lbm = 1000 liter/kg

1 liter/kg = 0.016 ft3/lbm = 27.7 in3/lbm = 0.12 US gal/lbm = 0.001 m3/kg

1 ft3/lbm = 1728 in3/lbm = 7.48 US gal/lbm = 62.43 liter/kg = 0.062 m3/kg

1 in3/lbm = 0.00058 ft3/lbm = 0.0043 US gal/lbm = 0.036 liter/kg = 0.000036 m3/kg

1 US gal/lbm = 0.134 ft3/lbm = 231 in3/lbm = 8.35 liter/kg = 0.0083 m3/kg

3559 Temperature
3560 celsius, rankine, kelvin, centigrade, fahrenheit,

1 C = 1.8 F

1 oF = 0.555 oC

0 oC corresponds to 32 oF, 273.16 K and 491.69 R

T(oR) = (9/5)T(K)

T(oF) = [T(oC)](9/5) + 32

T(oF) = [T(K) - 273.15](9/5) + 32

T(oC) = 5/9[T(oF) - 32]

3561 Thermal conductivity

1 W/(m K) = 0.85984 kcal/(h m oC) = 0.5779 Btu/(ft h oF)

1 Btu/(ft h oF) = 1.731 W/(m K) = 1.488 kcal/(h m oC)

1 kcal/(h m oC) = 1.163 W/(m K) = 0.6720 Btu/(ft h oF)

3562 Thermal diffusivity

1 ft2 /s = 0.0929 m2/s

1 ft2 /h = 2.581x10-5 m2/s

3563 Thermal resistance

1 (h oF)/Btu = 1.8958 K/W

3564 Time
3565 year, month, day, hour, minute, second, millisecond

1 h = 3,600 s = 60 min

1 ms (millisecond) = 10-3 s

1 s (microsecond) = 10-6 s

1 ns (nanosecond) = 10-9 s

3566 Torque, Moment


3567 foot-pound torque, newton-meter

1 ft lb = 1.356 Nm

3568 Velocity, speed


3569 foot/second, inch/second, meter/second, kilometer/hour, knot,
mile/hour,nautical mile per hour

1 ft/s = 0.3048 m/s

1 ft/min = 5.08x10-3 m/s = 0.0183 km/h = 0.0114 mph

1 mph = 0.44703 m/s = 1.609 km/h = 88 ft/min = 5280 ft/hr = 1.467 Ft./sec. = 0.8684 knots

1 m/s = 3.6 km/h = 196.85 ft/min = 2.237 mph

1 km/h = 0.2778 m/s = 54.68 ft/min = 0.6214 mph = 0.5396 knot

1 knot (nautical mile per hour)= 0.514444444 m/s = 1.852 kilometers per hour = 1.1515 miles per
hour= 1 nautical miles per hour

1 League = 3.0 Miles

3570 Viscosity dynamic

1 lb/(ft s) = 1.4879 Pa s = 14.88 P = 1,488 cP = 0.1517 kp s/m 2

1 cP (Centipoise) = 10-3 Pa s = 0.01 P = 1.020x10-4 kp s/m2 = 6.721x10-4 lb/(ft s) = 0.00100 (N


s)/m2

1 kg/(m s ) = 1 (N s)/m2 = 0.6720 lbm/(ft s) = 10 Poise

1 P (Poise) = 0.1 Pa s = 100 cP = 1.020x10-2 kp s/m2 = 6.721x10-2 lb/(ft s) = 0.1 kg/ms

1 Pa s (N s/m2) = 10 P (Poise) = 103 cP = 0.1020 kp s/m2 = 0.6721 lb/(ft s)

1 kp s/m2 = 9.80665 Pa s = 98.07 P = 9,807 cP = 6.591 lb/(ft s)

1 reyns = 1 1bf s/in2 = 6894.76 Pa s

Dynamic, Absolute and Kinematic Viscosity - An introduction to dynamic, absolute and kinematic
viscosity and how to convert between CentiStokes (cSt), CentiPoises (cP), Saybolt Universal Seconds
(SSU) and degree Engler.

3571 Viscosity kinematic

1 ft2/s = 0.0929 m2/s

1 ft2/ h = 2.581x10-5m2/s

1 St (Stokes) = 1x10-4 m2/s = 100 cSt = 1.076x10-3 ft2/s

1 m2/s = 104 St = 106 cSt = 10.764 ft2/s= 38750 ft2/h

1 cSt (Centistokes) = 10-6 m2/s = 0.01 St = 1.076x10-5 ft2/s

3572 Volume
3573 barrel, gallon, cubic centimeter (cm3), cubic feet (foot3), cubic inch (inch3),
cubic meter (meter3), cubic yard (yard3), quarts, liters, acre foot, board foot,
bushel, cord, cup, dram, fluid ounce, peck, pint, quart, tablespoon, teaspoon,

1 ft = 0.02832 m = 28.32 dm3 = 0.03704 yd3 = 6.229 Imp. gal (UK) = 7.481 gal (US) = 1,728 Cu.In.

1 in3 = 1.6387x10-5 m3 = 1.639x10-2 dm3 (liter) = 16.39 cm3 = 16390 mm3 = 0.000579 ft3

1 Gallon (U.S.) = 3.785x10-3 m3 = 3.785 dm3 (liter) = 0.13368 ft3 = 4.951x10-3 yd3 = 0.8327 Imp. gal

(UK) = 4 Quarts = 8 Pints

1 Imp. gal (UK) = 4.546x10-3 m3 = 4.546 dm3 = 0.1605 ft3 = 5.946x10-3 yd3 = 1.201 gal (US)

1 dm3 (Liter) = 10-3 m3 = 0.03532 ft3 = 1.308x10-3 yd3 = 0.220 Imp gal (UK) = 0.2642 Gallons (US) =
1.057 Quarts = 2.113 Pints

1 yd3 = 0.7646 m3 = 764.6 dm3 = 27 ft3 = 168.2 Imp. gal (UK) = 202.0 gal (US) = 46,656 Cu.In. =
1616 Pints = 807.9 Quarts = 764.6 Liters

1 pint (pt) = 0.568 dm3 (liter) = 16 fl. oz. (fluid ounce) = 28.88 in3

1 km3 = 109 m3 = 1012 dm3 (liter) = 1015 cm3 = 1018 mm3

1 cm3 = 0.061 in3

1 m3 = 103 dm3 (liter) = 35.31 ft3 = 1.3093 yd3 = 220.0 Imp. gal (UK) = 264.2 gal (US) = 61,023
Cu.In. = 0.02832 Cu.Ft

1 Hogshead = 63 Gallon = 8.42184 Cu.Ft

1 Barrel liquid = 31.0 Gallons liquid

1 Barrel beer = 31.5 Gallons beer

1 Barrel oil (petroleum) = 42 Gallons oil

1 Bushel = 1.2445 Cu.Ft. = 32 Quarts (Dry) = 64 Pints (dry) = 4 Pecks

1 quart (qt) = 2 pints = 57.75 in3 = 1/8 dry quarts

1 fluid ounce (fl. oz.) = 2 tablespoons = 1.805 in3 = 29.574 milliliters

1 cord = 128 ft3

1 peck = 8 dry quarts

1 cup = 8 fl.oz. (fluid ounce)

one board foot = piece of lumber 1 foot wide x 1 foot long x 1 inch thick

3574 Volume flow

1 dm3/s (kg/s water) = 13.20 Imp. gal (UK)/min

1 m3/s = 3,600 m3/h = 1,000 dm3(liter)/s = 35.32 ft3/s = 2,118.9 ft3/min = 13,200 Imp.gal (UK)/min =
15,852 gal (US)/min

1 m3/h = 2.7778x10-4 m3/s = 0.2778 dm3(litre)/s = 9.810x10-3 ft3/s = 0.5886 ft3/min (cfm) = 3.667
Imp.gal (UK)/min = 4.403 gal (US)/min

1 m3/h = 103 dm3(litre)/h = 16.67 dm3(litre)/min = 0.27878 dm3(litre)/s

1 ft3/min = 1.7 m3/h = 0.47 l/s = 62.43 Lbs.H2O/Min.

1 dm3(litre)/s = 10-3 m3/s = 3.6 m3/h = 0.03532 ft3/s = 2.1189 ft3/min (cfm) = 13.200 Imp.gal
(UK)/min = 15.852 gal (US)/min = 792 Imp. gal (UK)/h

1 dm3(litre)/s = 60 litre/min = 3,600 litre/h

1 ft3/s = 0.0283168 m3/s = 101.9 m3/h = 28.32 dm3(litre)/s = 60 ft3/min = 373.7 Imp.gal (UK)/min =
448.9 gal (US)/min

1 Imp.gal (UK)/min = 7.57682x10-5 m3/s = 0.0273 m3/h = 0.0758 dm3(litre)/s = 2.675x10-3 ft3/s =
0.1605 ft3/min = 1,201 gal (US)/min

1 gal (US)/min =6.30888x10-5 m3/s = 0.227 m3/h = 0.06309 dm3(litre)/s = 2.228x10-3 ft3/s = 0.1337
ft3/min = 0.8327 Imperial gal (UK)/min

3575
3576

Anda mungkin juga menyukai