Anda di halaman 1dari 19

Extrapolasi Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya

Juni 2012, Vol. 05, No. 01, hal 61 - 79

ANALISIS PERPANJANGAN LANDAS PACU (RUNWAY)


DAN KOMPARASI BIAYA TEBAL PERKERASAN
(Studi Kasus pada Bandar Udara Abdulrachman Saleh Malang)

Hary Moetriono1, Suharno2


1Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustustus 1945 Surabaya
email: hary_moetriono@yahoo.com
2Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustustus 1945 Surabaya

Abstrak
Runway merupakan elemen kunci infrastruktur bandar udara. Oleh karena itu perlu dilakukan
perencanaan yang matang untuk mempertahankan fungsi dari fasilitas bandara tersebut selama umur rencana.
Beberapa metode perencanaan perkerasan struktural yang paling banyak digunakan meliputi metode US
Corporation Of Engineer yang lebih dikenal dengan metode CBR, metode FAA (Federal Aviation
Administration), metode LCN dari Inggris, metode Asphalt Institute dan metode Canadian Departement Of
Transportation. Akan tetapi tidak semua metode yang ada layak digunakan untuk setiap kondisi, karena itu
perlu dilakukan analisa dan kajian yang seksama mengenai biaya yang berpengaruh pada keuntungan dan
kerugian atau akurasi dari masing-masing metode tersebut sesuai dengan kondisi Indonesia. tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) mengetahui panjang runway optimal yang dibutuhkan pada
perencanaan Bandara Abdulrachman Saleh Malang .2) mengetahui tebal perkerasan perpanjangan runway
yang dibutuhkan dengan menggunakan metode CBR,FAA dan LCN 3) mengetahui biaya yang dibutuhkan
untuk membangun perpanjangan runway. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi
analisis. Dari penelitian ini diperoleh beberapa kesimpulan 1) Panjang runway pesawat kritis Air Bus A319
setelah dikoreksi terhadap elevasi, suhu, dan slope berdasarkan Aeroplane Reference Field Length (ARFL)
adalah 2528 m, 2) Tebal perkerasan struktural total runway yang dihasilkan dari metode CBR adalah 68 cm,
metode FAA adalah 68 cm sedangkan metode LCN adalah 73 cm karena perbedaan dari metode CBR, FAA
dan LCN adalah tebal perkerasan yang berbeda karena dari segi parameter yang digunakan dimana metode
CBR, dan LCN hanya berdasarkan pesawat rencana saja sedangkan metode FAA berdasarkan lalu lintas
pesawat campuran. 3) Estimasi biaya pembangunan perpanjangan runway dari hasil perhitungan perkerasan
lentur dengan metode CBR, FAA dan LCN diperoleh biaya terendah memakai metode perkerasan lentur
FAA yaitu Rp. 4.212.004.400 rupiah

Kata kunci : Runway, Perkerasan, Biaya

I. PENDAHULUAN sekitar dan pertumbuhan kota tersebut.


Oleh karena itu diperlukan bandara baru
1.1. Latar Belakang yang tidak menggangu pertumbuhan kota
Indonesia adalah salah satu negara Malang. Dengan kondisi Pesawat terbang
berkembang di dunia yang kurang lebih merupakan alat transportasi yang paling
wilayahnya merupakan perairan. Oleh modern pada saat ini dibandingkan dengan
karena itu bandara udara merupakan sarana moda transportasi lainya, dalam meren-
terpenting dalam transportasi udara untuk canakan lapangan terbang harus memper-
kepentingan perhubungan baik antar hitungkan perkembangan ukuran pesawat
pulau maupun antar negara. Jenis terbang dikarenakan teknologi pesawat
transportasi yang sangat memadai untuk terbang yang selalu berkembang Runway
jarak jauh, antar pulau ataupun antar daerah merupakan elemen kunci infrastruktur
adalah transpotasi udara dan taransportasi bandar udara. Oleh karena itu perlu
laut. dilakukan perencanaan yang matang untuk
Bandara Abdurachman Saleh Malang mempertahankan fungsi dari fasilitas
merupakan bandara yang berada ditengah bandara tersebut selama umur rencana.
kota, karena keberadaannya ditengah kota, Dalam perencanaan runway pada bandar
maka sangat mengganggu masyarakat di udara, dibutuhkan data-data mengenai

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya


61
Extrapolasi Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya
Juni 2012, Vol. 05, No. 01, hal 61 - 79

karakteristik suatu pesawat yang akan 2. Mengetahui tebal perkerasan perpan-


beroperasi di bandar udara itu, data jangan runway yang dibutuhkan
pergerakan lalu-lintas pesawat dan kondisi dengan menggunakan metode CBR,
alam serta geografis lokasi bandar udara. FAA dan LCN
Beberapa metode perencanaan perkerasan 3. Mengetahui biaya termurah yang
struktural yang paling banyak digunakan dibutuhkan untuk membangun perpan-
meliputi metode US Corporation Of jangan runway tersebut dari metode
Engineer yang lebih dikenal dengan metode CBR,FAA dan LCN.
CBR, metode FAA (Federal Aviation
Administration), metode LCN dari Inggris,
metode Asphalt Institute dan metode II. KAJIAN PUSTAKA
Canadian Departement Of Transportation.
Akan tetapi tidak semua metode yang ada 2.1 Penelitian Terdahulu
layak digunakan untuk setiap kondisi, Aditya Imam,2004. Karya ilmiahnya
karena itu perlu dilakukan analisa dan Perencanaan tebal perkerasan Runway dan
kajian yang seksama mengenai keuntungan Taxiway bandara Kuala Namu, Deli
dan kerugian atau akurasi dari masing- Serdang Sumatera Utara. Bandara udara
masing metode tersebut sesuai dengan merupakan faktor pendukung bagi per-
kondisi Indonesia ( Basuki, 1986 ). kembangan dalam segi ekonomi, sosial,
Saat ini Bandara Abdulrachman Saleh budaya, dan industri. Sedangkan bandara
Malang memiliki panjang runway sekitar yang ada saat ini di kota Medan
2.250 m. Kondisi ini mengharuskan pihak sungguh tidak memadai untuk
manajemen bandara melalui Pemerintah perkembangan kota serta infrastrukturnya,
Provinsi Jawa Timur untuk menambah dikarenakan bandara Polonia Medan
panjang runway tersebut apabila akan berada di tengah kota. Oleh karena itu
menggunakan bandara tersebut sebagai kota Medan membutuhkan pembangunan
bandara international. Melalui penelitian bandara baru yang bertaraf kelas inter-
analisis perpanjangan runway pada Bandar nasional, sehingga dapat menunjang
Udara Abdulracman Saleh ini diharapkan pertumbuhan perekonomian kota medan
masalah perpanjangan runway yang sehingga bisa berkembang dan mengu-
dibutuhkan akan diketahui. rangi kebisingan, dan dengan kondisi
bandara yang bertaraf kelas internasional
1.2.Rumusan Masalah ini pesawat ukuran besar seperti B-747-400
1. Berapakah panjang runway optimal dapat mengangkut beban penuh. Dimana
yang dibutuhkan pada perencanaan bandara baru ini akan dibangun didaerah
Bandara Abdulrachman Saleh Malang? Deli Serdang Sumatra Utara yaitu
2. Berapakah tebal perkerasan perpan- Bandara Kuala Namu. Perencanaan tebal
jangan runway yang dibutuhkan perkerasan runway dan taxiway Bandara
dengan menggunakan metode CBR, Kuala Namu, Deli Serdang-Sumatra
FAA dan LCN ? Utara menggunakan metode Federal
3. Manakah biaya termurah yang dibutuh- Aviation Administration (FAA), mengana-
kan untuk membangun perpanjangan lisa arah runway, dan merencanakan daya
runway tersebut dari metode CBR,FAA dukun tanah dengan menggunakan PVD.
dan LCN? Dengan analisa yang dilakukan
didapatkan bahwa perencanaan tebal
1.3. Tujuan Penelitian perkerasan runway dan taxiway dengan
1. Mengetahui panjang runway optimal metode FAA didapat tebal kritis = 109,63
yang dibutuhkan pada perencanaan cm dan non kritis = 97,65cm. Untuk
Bandara Abdulrachman Saleh Malang analisa arah runway pada bandara Kuala

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya


62
Extrapolasi Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya
Juni 2012, Vol. 05, No. 01, hal 61 - 79

Namu, arah runway yang yang menen- utama dari bandara yang terdiri dari;
tukan dengan angin dominan mengarah runway, taxiway dan apron. Terminal area
ke arah timur laut. Dan untuk daya adalah merupakan suatu areal utama yang
dukung tanah, penggunaan PVD mempunyai interface antara lapangan
menggunakan pola segi empat dengan udara dan bagian-bagian dari bandara yang
dimensi 10 x 0,3cm2 lain. Sehingga dalam hal ini mencakup
Dari hasil penelitian terdahulu fasilitas-fasilitas pelayanan penumpang
ditemukan persamaan dan perbedaan (passenger handling system), penanganan
terutama pada model yang dipergunakan. barang kiriman (cargo handling), pera-
Pada penelitian terdahulu diatas semua watan dan administrasi, Terminal traffic
menggunakan metode FAA saja, sedangkan control merupakan fasilitas pengatur lalu
penggunaan metode dalam penelitian ini lintas udara dengan berbagai peralatannya
adalah metode CBR, FAA dan LCN. seperti sistem radar dan navigasi.
Perbedaan yang lain adalah lokasi Penyelenggaaraan Penerbangan memerlu-
penelitian dan bahasan mengenai analisa kan berbagai macam prasarana penunjang
rancangan biaya. Untuk metode penelitian di darat, berupa fasilitas bandar udara yang
sama-sama menggunakan analisa deskriptif mencakup fasilitas pokok, utilitis dan
kuantitatif, jadi penelitian ini layak penunjang, fasilitas pokok bandar udara
dilaksanakan. terdiri dari : Fasilitas sisi udara (air side),
Fasilitas sisi darat (land side), Fasilitas
2.2 Definisi Bandara Udara komunikasi penerbangan, Fasilitas navigasi
Bandar udara atau bandara penerbangan dan Fasilitas alat bantu
merupakan sebuah fasilitas tempat navigasi visual,
pesawat terbang dapat lepas landas dan Disamping Fasilitas pokok Bandar
mendarat. Bandar udara yang paling udara diperlukan fasilitas utility dan
sederhana minimal memiliki sebuah landas fasilitas penunjang operasiona suatu Bandar
pacu namun bandar udara besar biasanya udara yang terdiri dari : Fasilitas
dilengkapi berbagai fasilitas lain, baik pembangkit tenaga listrik; Fasilitas telepon;
untuk operator layanan penerbangan Penyediaan air bersih; Tempat pengolahan
maupun bagi penggunanya. limbah dan sampah; Hotel; Toko dan
Restauran; Parkir Kendaraan; dan Fasilitas
2.3. Organisasi Penerbangan umum yang lainya.
Lembaga yang mengatur transportasi
udara di indonesia adalah Direktorat 2.5 Kawasan Keselamatan Operasi
Jendral Perhubungan Udara, Departemen Penerbangan
Perhubungan Udara juga menyeleng- Keselamatan hal yang wajib dan
garakan hubungan antar negara maka utama dalam pembangunan suatu bandar
diperlukan kesamaan pengaturan dalam udara maka perlu diadakan dan ditetapkan
penyelengaraan tersebut. Indonesia telah suatu kawasan yang disebut dengan
menjadi anggota International Civil Kawasan Keselamatan Operasi Pener-
Aviation Organization (ICAO) dan bangan (obstacle limitation surface Icao
Federal Aviation Administration (FAA) . annex 14 aerodromes) sangat penting
diperlukan untuk mendukung operasi
2.4. Fasilitas Bandar Udara penerbangan yang berfungsi untuk : a)
Secara umum fasilitas pada suatu Menjamin Keselamatan dan Keamanan
bandara terbagi dalam 3 bagian yaitu; Penerbangan. b) Melindungi masyarakat di
Landing Movement (LM), Terminal Area, sekitar bandar udara terhadap kemungkinan
dan Terminal Traffic Control (TCC). bahaya kecelakaan pesawat udara.
Landing movement merupakan suatu areal

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya


63
Extrapolasi Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya
Juni 2012, Vol. 05, No. 01, hal 61 - 79

2.6 Fasilitas Pendukung Bandar terhadap landasan pacu.


Udara
Berikut adalah gambar fasilitas 2.9 Landasan Pacu (Runway)
pendukung sistem penerbangan pada Runway adalah jalur perkerasan
bandar udara: yang dipergunakan oleh pesawat terbang
untuk mendarat (landing) dan melakukan
lepas landas (take off). Menurut Horonjeff
(1994), sistem runway terdiri dari terdiri
dari perkerasan struktur, bahu landasan
(shoulder), bantal hembusan (blast pad),
dan daerah aman runway (runway end
safety area ) diatur sedemikian rupa untuk :
1. Memenuhi persyaratan pemisahan lalu
lintas udara.
(sumber basuki 1984)
2. Meminimalisasi gangguan akibat
operasional suatu pesawat dengan
Gambar 2.1. Sistem penerbangan pesawat lainnya, serta akibat
penundaan pendaratan.
Beberapa istilah kebandarudaraan 3. Memberikan jarak landas hubung
yang perlu diketahui menurut Basuki, yang sependek mungkin dari daerah
1996; Sartono, 1996 dan PP No. 70 thn terminal menuju landasan pacu.
2001 adalah sebagai berikut: Airport, 4. Memberikan jumlah landasan hubung
Building, Airfield, Aerodrom, Aerodrom yang cukup sehingga pesawat yang
reference point, Landing area, Landing mendarat dapat meninggalkan lan-
strip, Runway (r/w), Taxiway (t/w), Apron, dasan pacu yang secepat mungkin
Holding apron, Holding bay, Terminal dan mengikuti rute yang paling pendek
Building, Turning area, Over run (o/r), ke daerah terminal.
Fillet, dan Shoulder., Konfigurasi runway ada bermacam
macam, dan konfigurasi itu biasanya
2.7 Fasilitas Navigasi Penerbangan
merupakan kombinasi dari beberapa
Fasilitas ini merupakan suatu instalasi
macam konfigurasi dasar (basic
peralatan elektronika di darat, yang akan
configuration). Konfigurasi dasar itu adalah
memberikan pelayanan kepada penerbang
: 1) Landasan Pacu Tunggal 2) Landasan
untuk mengetahui posisi terbangnya.
Pacu Paralel 3) Landasan Pacu Dua Jalur 4)
Dengan tujuan untuk mencapai tingkat
Landasan Pacu yang Berpotongan 5)
keamanan dan keselamatan penerbangan
Landasan Pacu V-terbuka
yang tinggi, beberapa peralatan navigasi
udara yang tersedia di Indonesia ada, yaitu :
a. Non Directional Beacon (NDB), b. Very
High Frequency Omni Range (VOR), c.
Distance Measuring Equipment (DME), d. (Sumber : Sandhyavitri dan Taufik, ( 2005 )
Instrument Landing System (ILS), e. Radio
Gambar 2.2. Sistem Runway
Detecting and Ranging (RADAR), f.
Runway Visual Range (RVR).
2.10 Landasan Hubung (Taxiway)
2.8 Konfigurasi Lapangan Terbang Fungsi utama dari landasan hubung
Konfigurasi lapangan terbang adalah (taxiway) adalah untuk memberikan jalan
jumlah dan arah orientasi dari landasan masuk dari landasan pacu ke daerah
serta penempatan bangunan terminal terminal dan hanggar pemeliharaan atau
termasuk lapangan parkirnya yang relatif sebaliknya.

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya


64
Extrapolasi Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya
Juni 2012, Vol. 05, No. 01, hal 61 - 79

Landasan hubung diatur sedemikian untuk merencanakan prasarananya. Pesawat


rupa sehingga pesawat yang baru mendarat yang digunakan untuk operasional
tidak mengganggu gerakan pesawat yang penerbangan mempunyai kapasitas
sedang bergerak perlahan untuk lepas bervariasi mulai dari 10 hingga 1000
landas. Pada bandar udara yang sibuk penumpang. Pesawat terbang General
dimana pesawat yang akan menuju Aviation dikategorikan sebagai pesawat-
landasan pacu diduga akan bergerak pesawat terbang berukuran kecil jika
serentak dalam dua arah, harus disediakan memiliki daya angkut berkisar 50 orang.
landasan hubung yang sejajar satu sama Beberapa karakteristik dari pener-
lain. Pada bandar udara yang sibuk, bangan umum tipikal maupun pesawat
landasan hubung harus terletak di berbagai terbang komuter (commuter) jarak pendek,
tempat di sepanjang landasan pacu, termasuk yang digunakan pada kepentingan
sehingga pesawat yang baru mendarat perusahaan. Untuk menyadari bahwa
dapat meninggalkan landasan pacu secepat karakter-karakter tersebut, seperti berat
mungkin sehingga landasan pacu dapat kosong, kapasitas penumpang, dan panjang
digunakan oleh pesawat yang lain. landasan pacu tidak dapat dibuat secara
tepat dalam pembuatan tabel tersebut
2.11 Apron Tunggu (Holding Apron) karena terdapat banyak faktor yang dapat
Apron tunggu yaitu bagian dari mengubah nilai nilai didalamnya. Ukuran
bandar udara yang berada didekat ujung roda pendaratan utama dan tekanan udara
landasan yang dipergunakan oleh pilot pada ban tipikal untuk beberapa pesawat
untuk pengecekan terakhir dari semua terbang juga harus diperhitungkan guna
instrumen dan mesin pesawat sebelum perencanaan lanjut. Karakter yang
take off. Dipergunakan juga untuk tempat dijelaskan di atas adalah perlu untuk
menunggu sebelum take off, Apron tunggu perencanaan bandar udara. Berat pesawat
harus dibuat ditempat yang sangat dekat terbang memiliki peran penting untuk
dengan ujung landasan pacu agar dapat menentukan tebal perkerasan landasan
mengadakan pemeriksaan akhir sebelum pacu, landas hubung, taxiway, dan
pesawat lepas- landas. Apron harus cukup perkerasan appron.
luas, diperhitungkan agar mampu dipakai
untuk dua pesawat terbang yang bisa 2.13 Geometrik Landasan Pacu
saling bersimpangan, sehingga apabila International Civil Aviation
pesawat tidak dapat lepas landas karena Organization (ICAO), dan Federal
adanya kerusakan mesin, maka pesawat Aviation Administration (FAA) telah
lainnya yang siap lepas landas dapat memberikan ketentuan dan kriteria-kriteria
mendahuluinya. Juga dimungkinkan untuk dalam membuat perancangan bandar udara
melakukan perbaikan perbaikan kecil pada yang meliputi fasilitas-fasilitas yang
pesawat yang akan lepas landas. Apron tersedia, lebar, kemiringan (gradien), jarak
tunggu harus dirancang untuk dapat pisah landasan pacu, landasan hubung, dan
menampung dua atau bahkan empat hal-hal lainnya yang berhubungan dengan
pesawat sekaligus dan menyediakan tempat daerah pendaratan yang dipengaruhi oleh
yang cukup sehingga pesawat dapat saling variasi prestasi pesawat, cara penerbang,
mendahului. dan kondisi cuaca. Ketentuan yang
diberikan oleh FAA hampir sama dengan
2.12 Karakteristik Pesawat Terbang ketentuan yang diberikan oleh ICAO, yang
Sebelum kita merancang sebuah memberikan keseragaman fasilitas-fasilitas
bandar udara lengkap dengan fasilitasnya, bandar udara yang ada di Amerika Serikat,
dibutuhkan pengetahuan tentang dan memberikan pedoman bagi para
spesifikasi pesawat terbang secara umum perencana bandar udara dan operator

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya


65
Extrapolasi Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya
Juni 2012, Vol. 05, No. 01, hal 61 - 79

pesawat terbang mengenai fasilitas-fasilitas 3. Faktor koreksi gradient (kemiringan


yang harus disediakan pada masa yag akan memanjang).
datang. Klasifikasi pelabuhan udara oleh 4. Faktor koreksi angin (Surface wind).
ICAO untuk mengadakan penyeragaman 5. Faktor koreksi kondisi permukaan
itu ditunjukkan dengan kode A, B, C, D, landasan.
dan E. Dasar dari pembagian kelas-kelas ini
adalah didasarkan pada pengelompokan 2.14 Perencanaan Panjang Landasan
panjang runway (landasan pacu) bandara Pacu
tersebut saja, tidak berdasarkan pada fungsi 2.14.1 Penentuan Panjang Runway
dari bandara tersebut. Berdasarkan ARFL
Tabel 2.1 Klasifikasi Bandar Udara oleh ICAO Dalam penentuan panjang runway ada
Tanda Panjang Panjang Runway tiga kasus yang perlu ditinjau, yaitu kasus
Kode Runway (ft) (m) landing, kasus take-off normal dan kasus
A >7.000 >2.133
take-off mesin pesawat gagal Dari ketiga
B 5.000-7.000 1.524-2.133
C 3.000-5.000 914-1.524 kasus diatas terdapat hubungan antara V1
D 2.500-3.000 762-914 dengan komponen-komponen runway yang
E 2.000-2.500 610-762 dapat dipakai untuk mengetahui panjang
Sumber : Basuki, ( 1986 ). full strength pavement, panjang stopway
atau clearway yang dibutuhkan.
Dimensi pesawat adalah dasar utama Berdasarkan dengan aturan aturan
dalam perencanaan geometrik bandar yang ada harus memperhatikan beberapa
udara. Untuk dimensi yang berhubungan aspek sebagai berikut :
dengan perencanaan runway, pesawat a. Klasifikasi Airport
dikelompokkan berdasarkan dimensinya b. Aturan ICAO no.14 tentang
masing-masing menjadi 4 kelas. Kelas- Aerodrome, 1983 dan 1990
kelas ini berdasarkan pada dimensi wings- c. Persyaratan Panjang Landasan Elemen
pan (lebar sayap), under carriage width yang diperlukan untuk merancang
(lebar bagian bawah), wheel-treat atau runway
wheel-base (jarak antara kepala dengan d. Koreksi Penyesuaian untuk Ketinggian
roda dan roda dengan badan). Masing- e. Koreksi Penyesuaian untuk Temperatur
masing kelas itu dapat dilihat pada tabel 2.2 f. Koreksi Penyesuaian untuk
berikut: Gradient/Kemiringan
g. Koreksi angin permukaan (surface
Tabel 2.2 Hubungan Kelas Pesawat Dengan
wind)
Perencanaan Geometrik
h. Kondisi permukaan runway
Group Jenis-jenis pesawat

I B 727-100, B737-100, B 737-200, DC 9-30, DC 9-40


2.14.2 Kurva Kebutuhan Panjang
Runway Berdasarkan Grafik
II BAC 111 (kebanyakan pesawat-pesawat bermesin 2 dan 3)
F.A.R.
III DC 8S, B 720, B 727-200, DC 10, L 10H
Kebutuhan panjang runway untuk
IV jenis pesawat yang lebih besar dari group III lepas landas dan Kebutuhan Panjang
Sumber : Basuki, ( 1986 ). Runway untuk Pendaratan yang berdasar-
kan kurva kurva menurut karakteristik
Menurut ICAO, ada 5 faktor koreksi pesawat rencana dan berdasarkan rute
yang mempengaruhi perencanaan panjang terjauh.
runway, yaitu :
1. Faktor koreksi ketinggian dari muka air 2.15 Struktur Perkerasan Landasan
laut ( Altitude of the Airport). Pacu
2. Faktor koreksi temperatur. Perkerasan didefenisikan sebagai

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya


66
Extrapolasi Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya
Juni 2012, Vol. 05, No. 01, hal 61 - 79

struktur yang terdiri dari satu atau lebih berikut: a. Metode California Division of
lapisan perkerasan yang dibuat dari bahan Highway (CBR) dengan pengujiannya
terpilih. Perkerasan dapat berupa agregat adalah Tanah dasar, Menentukan
bermutu tinggi yang diikat dengan aspal Equivalent Single Wheel Load ( ESWL),
yang disebut perkerasan lentur, atau dapat Menentukan Pesawat Rencana, Menen-
juga plat beton yang disebut perkerasan tukan Lalu-Lintas Pesawat, Menentukan
kaku/rigid. Perkerasan dimaksudkan untuk Tebal Perkerasan, Syarat Tebal Minimum
memberikan permukaan yang halus dan Untuk Lapisan Pondasi dan Permukaan ; b.
aman pada segala kondisi cuaca, serta Metode Federal Aviation Administration
tebal dari setap lapisan harus cukup aman (FAA, 2009) dengan pengujiannya adalah
untuk menjamin bahwa beban pesawat yang Klasifikasi tanah, Menentukan Tipe Roda
bekerja tidak merusak lapisan dibawahnya. Pendaratan Utama, Menentukan Pesawat
Perkerasan lentur dapat terdiri dari satu rencana, Menentukan Beban Roda
lapisan atau lebih yang digolongkan Pendaratan Utama Pesawat (W2), Nilai
sebagai permukaan (surface course), Ekivalen Keberangkatan Tahunan Pesawat
lapisan pondasi atas (base course), dan Rencana, Menentukan Tebal Perkerasan
lapisan pondasi bawah (subbase course) Total, Kurva-kurva Perencanaan Tebal
yang terletak di antara pondasi atas dan Perkerasan, Material yang Digunakan untuk
lapisan tanah dasar (subgrade) yang telah Perkerasan Berdasarkan FAA; Metode
dipersiapkan. Struktur perkerasan sendiri Perkerasan Load Clasification Number
terdiri dari : Struktur perkerasan lentur (LCN) dengan pengujiannya adalah
(flexible pavement) dan Struktur perkerasan Menentukan Equivalent Single Wheel Load
kaku (rigid pavement) ( ESWL), Menentukan Garis Kontak Area
Pesawat, Menentukan Tebal Perkerasan
2.16 Metode-Metode Perencanaan
Perkerasan 2.17. Pengertian Biaya Dan Volume
Dalam merencanakan perkerasa Menurut Polimeni (1991 : 22)
suatu landasan pacu, terdapat berbagai mengatakan bahwa Biaya merupakan
metode metode yang digunakan untuk manfaat yang dikorbankan untuk mempero-
mendesain perkerasannya. Pola penyele- leh barang dan jasa. Selanjutnya mereka
saiannya pun berbeda-beda pula, namun menjelaskan bahwa biaya (cost) menjadi
semuanya sama-sama bertujuan untuk beban (expense) ketika biaya tersebut
menghasilkan desain perkerasan yang aman telah memberi manfaat dan sekarang telah
dan terjamin. Beberapa pertimbangan dalam habis .
desain perkerasan landasan pacu meliputi : Kemudian menurut Kamaruddin
1. Prosedur pengujian bahan untuk sub- (1996 : 34) mengemukakan bahwa:
grade dan komponen-komponen lain- Pengertian biaya adalah pengeluaran yang
ya harus akurat dan teliti. diukur dalam moneter yang telah
2. Metode yang dipakai harus sudah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tertentu.
dapat diterima umum dan sudah Dapat disimpulkan bahwa biaya adalah
terbukti telah menghasilkan desain segala sesuatu yang berbentuk satuan
perkerasan yang memuaskan hitung yang dikeluarkan untuk menghasil-
3. Dapat dipakai untuk mengatasi kan sesuatu untuk lebih berguna.
persoalan-persoalan perkerasan lan- Dalam dunia kontruksi, biaya selalu
dasan pacu dalam waktu yang relatif berkaitan dengan volume. Jika mendengar
singkat. istilah volume, maka yang terbayang
Adapun beberapa metode yang adalah kata jumlah. Menurut Sudarsono
digunakan untuk merencanakan suatu (2001 : 253) bahwa volume merupakan
perkerasan landasan pacu adalah sebagai tingkat kegiatan suatu perusahaan dalam

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya


67
Extrapolasi Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya
Juni 2012, Vol. 05, No. 01, hal 61 - 79

bidang produksi serta penjulaan berapa terpilih. Perkerasan dibuat dengan tujuan
banyaknya satuan. untuk memberikan permukaan yang halus
Sedangkan menurut Tunggal (1995 : dan aman pada segala kondisi cuaca, serta
140) bahwa volume adalah ukuran fisik ketebalan dari setiap lapisan harus cukup
unit atau rupiah dari pendapatan penjulaan aman untuk menjamin bahwa beban
(sales revenue). Fisik unit dapat berupa pesawat yang bekerja tidak merusak per-
unit keluaran atau unit yang dijual. kerasan lapisan di bawahnya. Perkerasan
Sehingga dapat disimpulkan bahwa volume flexible adalah suatu perkerasan yang
yaitu banyaknya unit yang terjual sesuai mempunyai sifat elastis, maksudnya
dengan keperluan analisis cost-volume- adalah perkerasan akan melendut saat
profit. diberi pembebanan. ( Basuki, 1986 ).
Di dalam penelitian ini perkerasan
rencana yang akan dihitung dan dianalisis
III. METODE PENELITIAN adalah menggunakan metode California
Bearing ratio (CBR) , Metode Federation
3.1. Rancangan Penelitian Aviation Administration (FAA) dan Load
Bandar udara atau bandara merupa- Clacification Number (LCN). Kemudian
kan sebuah fasilitas tempat pesawat dari masingmasing analisis perkerasan
terbang dapat lepas landas dan mendarat. dengan metode tersebut diatas lalu ditentu-
Bandar udara yang paling sederhana kan biaya yang mana kiranya yang paling
minimal memiliki sebuah landasan pacu terendah (termurah)
(runway). Runway adalah jalur perkerasan
yang dipergunakan oleh pesawat terbang 3.2. Lokasi Dan Waktu
untuk mendarat (landing) dan melakukan Lokasi penelitian adalah Bandar
lepas landas (take off). Udara Abdurachman Saleh terletak di
Dalam perencanaan runway berat dalam lingkungan lapangan udara TNI
pesawat terbang memiliki peran penting angkatan Udara kecamatan Pakis Kabu-
untuk menentukan tebal perkerasan lan- paten Malang Provinsi Jawa timur.
dasan pacu. Selanjutnya untuk semua Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan
perhitungan panjang landasan pacu dipa- antara bulan Januari Juni tahun 2012.
kai standar yang disebut ARFL
(Aeroplane Reference Field Length), yaitu 3.3 Prosedur Pengumpulan Data
landasan pacu minimum yang dibutuhkan 3.3.1. Jenis dan Metode Pengumpulan
untuk lepas landas, pada kondisi berat Data
landas maksimum (maximum take off Dalam menyusun penelitian ini
weight), elevasi muka laut, kondisi diperlukan data berupa bahan-bahan
atmosfer normal, keadaan tanpa ada angin yang ada hubungannya dengan materi
yang bertiup landasan pacu tanpa penelitian, guna mendapatkan data yang
kemiringan (kemiringan = 0 ). lengkap, maka dari itu diperlukan suatu
Grafik F.A.R adalah kurva untuk tehnik pengumpulan data yang bertujuan
melihat kebutuhan panjang runway untuk untuk mempermudah pelaksanaan pene-
lepas landas dan Kebutuhan Panjang litian agar terarah dan tidak menyimpang
Runway untuk Pendaratan yang berdasar- dari tujuan semula. Adapun jenis data disini
kan kurva kurva menurut karakteristik adalah data primer dan data sekunder.
pesawat rencana dan berdasarkan rute Adapun untuk metode pengumpulan data
terjauh. adalah sebagai berikut : 1. Studi lapangan;
Perkerasan didefenisikan sebagai 2. Observasi; 3. Studi Literatur.
struktur yang terdiri dari satu atau lebih
lapisan perkerasan yang dibuat dari bahan 3.4 Teknik Analisa Data

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya


68
Extrapolasi Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya
Juni 2012, Vol. 05, No. 01, hal 61 - 79

Pada penelitian ini teknik analisa W2 = Beban roda pendaratan


data yang dipergunakan adalah ; MSTOW = Berat kotor pesawat saat lepas landas
3.4.1 Perencanaan Panjang Runway A = Jumlah konfigurasi roda
B = Jumlah roda per satu konfigurasi
Optimal
1. Faktor Koreksi Panjang Runway e. Menghitung Keberangkatan
2. Koreksi terhadap elevasi runway (Fe) Tahunan Equivalent

3. Koreksi terhadap temperatur (Ft) Dimana :


R1 = Keberangkatan tahunan ekivalen oleh
pesawat rencana
R2 = Jumlah keberangkatan tahunan oleh
pesawat berkenaan dengan
konfigurasi roda pendaratan rencana
4. Koreksi terhadap kemiringan runway W1 = Beban roda pesawat rencana ( pound )
(Fg) W2 = Beban roda pesawat yang harus diubah
f. Menghitung Tebal Perkerasan
5. Kebutuhan Panjang Runway di ARFL 3. Metode Perencanaan Perkerasan Lentur
Load Clasification Number .
3.4.2 Perencanaan Perkerasan Lentur a. Menentukan Equivalent Single
1. Perencanaan Perkerasan Lentur Metode Wheel Load ( ESWL)
CBR b. Menentukan Garis Kontak Area
a. Menentukan Equivalent Single Pesawat
Wheel Load ( ESWL) Garis kontak area Pesawat dapat
dihitung dengan menggunakan
persamaan

P = Beban yang diterima oleh roda Dimana :


D = Jarak sisi terdekat antara kedua roda K = Kontak area pesawat (lbs/psi)
z = Jarak antara roda depan dan W = Beban pesawat yang dipikul roda
belakang (lbs)
b. Menentukan Tebal Perkerasan P = Tekanan udara pada roda (psi)
c. Menentukan Ketebalan Perkerasan
dimana :
3.4.3 Analisa Biaya Perpanjangan
t = Tebal perkerasan yang dibutuhkan Runway
(inci) Pada analisa perhitungan biaya
P = Beban pesawat yang dipikul roda perpanjangan runway, setelah diketahui
( pound) volume rencana maka selanjutnya masalah
p = Tekanan udara pada roda (psi) harga satuan mengacu pada Peraturan
2. Perencanaan Perkerasan Lentur Metode Menteri Nomor 83 Tahun 2011 Tentang
FAA Standart Biaya Tahun 2012 dilingkungan
a. Menentukan Jumlah Keberangkatan Kementrian Perhubungan. Kemudian
Pesawat besaran biaya dari hasil perhitungan
b. Menentukan Pesawat Rencana selanjutnya dipilih yang mana diantara hasil
c. Menetukan Single Gear Depacture ketiga metode CBR, FAA dan LCN diatas
(R2) yang paling ekonomis.
d. Menentukan Beban Roda setiap
Pesawat (W2)
IV. ANALISA DATA DAN
Dimana : PEMBAHASAN

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya


69
Extrapolasi Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya
Juni 2012, Vol. 05, No. 01, hal 61 - 79

Dengan runway yang ada di


4.1. Profil Bandar Udara Abdulrachman Saleh yang sekarang
Abdulrachman Saleh panjangnya masih 2.250 meter. Pemprov
Bandara Abdulrachman Saleh memi- Jatim melalui Dishub dan LLAJ akan
liki dua landasan pacu yang pertama untuk mengusulkan kepada Kementerian
pesawat-pesawat kecil seperti Hercules C- Perhubungan agar menambah panjang run
130 dengan panjang 1.500 m, dan yang way lagi. Menurut Kepala Dishub Provin si
kedua untuk jenis pesawat besar seperti Jatim, Bandara Abdulrachman Saleh
Boeing 737 dengan panjang 1.980m, dan Malang masih memungkinkan untuk
menurut catatan terakhir, oleh Pemprov dilakukan penambahan run way, karena
Jatim sudah diperpanjang lagi landasan luas lahan yang dimiliki Pangkalan Udara
pacu 270 m sehingga saat ini menjadi 2.250 TNI AU masih cukup luas. Keberadaan
m. bandara sipil tersebut sejauh ini berada di
Setelah enam tahun sejak 5 Mei 2005 dalam kawasan TNI AU. Namun
menggunakan terminal di dalam Base ops pemerintah pusat melalui Markas Besar
Lanud Abdulrachman Saleh. Dua hari TNI AU memberikan izin kepada Pemprov
sebelum pergantian tahun baru 2012, pada Jatim untuk mengelola penerbangan sipil di
tanggal 30 Desember 2011 penerbangan Lanud Abdulrachman Saleh.
sipil di Abdulrachman Saleh menggunakan
bandar udara enlcave sipil yang terpisah 4.2. Perencanaan runway
dari base ops Lanud Abdulrachman Saleh. 4.2.1. Data Perencanaan Geometrik
Bandar udara ini dibangun dengan biaya Dalam perencanaan geometrik
mencapai Rp 139 miliar. Seperti diketahui, lapangan terbang diperlukakan data
penerbangan sipil di bandara ini mulai perkiraan penumpang tahunan serta
dibuka sejak 1994 lalu. Tapi hanya bertahan kebutuhan pesawat terbang sehingga
hingga 1997 saat krisis moneter terjadi, kapasitas bandara tersebut dapat memenuhi
Merpati Nusantara Airlines yang melayani kebutuhan akan jasa permintaan.
penerbangan tidak mampu bertahan dan Adapun pola dan pergerakan pesawat
menutup penerbangannya. dan penumpang Tahunan hasil proyeksi
Untuk penerbangan sipil melayani yang didapat dari laporan akhir bandara
rute Malang-Jakarta dilayani oleh maskapai Abdulrachman Saleh Malang untuk
Sriwijaya Air, Garuda Indonesia, dan pesawat Boeing 737-200 dapat dilihat pada
Batavia Air. Sedangkan untuk rute Malang- tabel 4.2 Frekuensi yang disajikan adalah
Denpasar dilayani oleh Wings Air anak frekuensi setiap pekan. Untuk penentuan
perusahaan dari Lion Air menggunakan pergerakan pesawat mingguan diasumsikan
pesawat Avions De Trasnport Regional, frekuensi penerbangan didistribusikan
nama kepanjangan dari ATR 72 seri 500. serata mungkin setiap minggunya. Jika
Sebelumnya Bandara Abdulrachman Saleh tidak bisa didistribusikan dengan merata
pada tahun 2007 sampai dengan 2008 sepenuhnya, maka yang diperhitungkan
pernah melayani tiga rute penerbangan adalah yang terbesar.
sekaligus yaitu Malang-Jakarta, Malang- Adapun arah runway existing di
Balikpapan-Tarakan, dan Malang- bandara Abdulrachman Saleh Malang dapat
Denpasar. Nama bandara ini diambil dari dilihat pada gambar 4.1 diagram wind rose
salah satu pahlawan nasional Indonesia: dimana lahan untuk runway Pangkalan
Abdulrachman Saleh dan bandara yang Udara Abdulrachmana Saleh Malang
berada di Kecamatan Pakis, Kabupaten membujur arah Utara Selatan, dengan
Malang ini berpotensi menjadi bandara perincian arah runway terhadap mata angin
internasional. adalah 170o-350o .
Dalam perencanaan runway,

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya


70
Extrapolasi Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya
Juni 2012, Vol. 05, No. 01, hal 61 - 79

digunakan pesawat rencana yang terkoreksi adalah panjang ARFL pesawat


mempunyai nilai MTOW terbesar. Dalam kritis yang dikoreksi terhadap elevasi,
perencanaan runway, diguna-kan pesawat temperatur, dan slope.
rencana yang mempunyai nilai MTOW 4.3. Perencanaan Perkerasan Lentur
terbesar. Pesawat rencana yang Metode CBR
mempunyai MTOW terbesar adalah Pesawat rencana yang digunakan
Airbus A319. dalam penelitian ini adalah pesawat airbus
A319 tingkat keberangkatan pada data
4.2.2. Konfigurasi Runway Existing adalah 66 kali dalam seminggu dan 3432
Konfigurasi runway eksisting adalah untuk kedatangan dan keberangkatan dalam
runway single dan dianggap konfigurasi ini satu tahun dengan umur rencana 10 tahun.
masih layak untuk digunakan kurang lebih Maka lintasan (c) dengan umur rencana 10
25 tahun mendatang mengingat layanan tahun adalah 10 x 3432 = 34320 lintasan.
kapasitas per jam masih dibawah 100
apabila pada kondisi VFR atau dibawah 4C 4.3.1. Kondisi Tanah Dasar
pada kondisi IFR. Adapun fungsi utama 4.3.1.1. Kondisi Topografi (tanah asli)
Runway adalah sebagai tempat tinggal Ketinggian bandara terhadap
landas pesawat terbang, adapun Pesawat permukaan air laut rata-rata (MSL) adalah
rencana yang akan digunakan meliputi 526 meter. Muka tanah asli mempunyai
kelas yang terbesar hingga yang terkecil. elevasi tertinggi adalah +520 m terhadap
Contoh pesawat pesawat rencana yang MSL. Dan secara umum kondisi topografi
akan beroperasi sesuai dengan kelasnya di daerah lokasi bandara udara abdulracman
telah disebutkan pada data dalam perenca- saleh perbukitan. Data ini digunakan untuk
naan panjang runway digunakan pesawat menghitung besar pekerjaan galian maupun
yang memiliki MTOW besar yaitu pesawat timbunan serta acuan untuk menentukan
Airbus A319 dengan data sebagai berikut : besarnya kemiringan landasan pacu. Selain
ARFL : 3.100 m itu, data topografi juga di gunakan dalam
Wingspan : 34.10 m perencanaan system drainase Bandar udara
Outer main untuk menghindari genangan air yang dapat
gear wheel span : 11,04 m mengganggu kegiatan di Bandar udara.
Overall length : 33,84 m
MTOW : 64.000 kg 4.3.1.2. Daya Dukung Tanah Dasar
Kondisi tanah dibagian atas umumnya
4.2.3. Panjang Runway berupa tanah merah dengan kedalaman
Panjang runway awal pada kondisi berkisar 0 0,20 m. setelah itu ditemukan
ideal adalah panjang runway berdasarkan pasir lepas warna putih abu abu kecoklatan
referensi panjang runway yang digunakan hingga kemuka air tanah kemudian pasir
oleh pesawat terbesar yang mendarat pada sedang halus bersifat lepas dengan
bandara tersebut pada kondisi ideal, yaitu kedalaman 2,0-2,40 m, pada kedalaman 2,0
pada elevasi + 0.0 suhu udara standar dan m 4,0 m terdapat lempung hitam keabu-
tekanan 1 atmosfer. Pada perencanaan abuan atau hitam kecoklatan. Sedangkan
panjang runway bandar udara pada deskripsi tanah dengan kedalaman
Abdulrachman Saleh ini, ada dua tahapan rata-rata 2 meter sampai 5 meter kondisi
panjang runway yang dikehendaki tanah lempung, denga kadar air rata-rata
berdasarkan pada hasil peramalan jumlah 63,28 % dan pengujian CBR lapangaan
penumpang per tahun yang berujung pada Menunjukan hasil yang cukup bervariasi
penggunaan pesawat jenis terbesar yaitu dengan CBR terendah 8,885 % sampai yang
jenis Air Bus A319 (kategori pesawat M- tertinggi sekitar 22,3 %.
125) sebagai acuan desain. Panjang runway

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya


71
Extrapolasi Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya
Juni 2012, Vol. 05, No. 01, hal 61 - 79

% Sumbu utama = 91,6


Beban Roda (p) =
= 14656 Kg 33220 lbs
Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Test CBR Lapangan
Test Subgrade Lapangan
% Of San % Of
Tanggal Tes No tes
Cone CBR
2 Agustus 2009 1 95.02 11.985
2 95.08 8.885
3 95.02 22.3 ESWL = 105,0329 = 107869,83 lbs
Test Sub Base Lapangan

% Of San % Of 4.3.3. Menghitung Tebal Perkerasan


Tanggal Tes No tes
Cone CBR Untuk menghitung tebal perkerasan
5 Agustus 2009 1 98.55 37.83 dapat dihitung dengan menggunakan
2 99.66 41.13 persamaan :
3 99.90 26.67
Tes Base Course lapangan
% Of San % Of
Tanggal Tes No tes
Cone CBR
29 Agustus 2009 1 98.120 95.47
2 98.465 92.11 Maka :
3 98.713 98.69 t = 41,44 inc 103,60 cm
Sumber : Data Koleksi Bandara
Selanjutnya untuk membedakan
Secara Analisis nilai Nilai R untuk 3 lapisan lapisan perkerasan dipakai faktor
segmen adalah 1,95 maka : equivalent dari AASHTO:
diketahui Koefisien Beton Asphal (AC) = 0,017
Beton pecah (crushed stone base) = 0,005
Cemen treated base (CTB) = 0,091
Perbandingan AC/CSB = 0,017/0,005 = 3
Perbandingan CTB/CSB = 0,091/0,005 =
1,65
Tebal perkerasan minimum 5 inch = 3 x 5 = 15 in
% Tebal base minimum 6 inch = 1,65 x 6 = 9,9 in
Tebal lapisan permukaan (AC) adalah = 5 in 12 cm
Tebal Lapisan Pondasi (base course) = 6 in 15 cm
4.3.2. Menentukan Equivalent Single Tebal Sub base course (CSB) = 41,44 - 15 9,9
Wheel Load ( ESWL) = 16,54 in 41,35 cm
Pesawat Airbus A319 memiliki
konfigurasi roda pendaratan roda ganda Tabel 4.10 Hasil desain perkerasan dengan metode
dapat dilihat pada data berikut yang CBR
memikul 91.6% berat total pesawat, Lapisan Bahan yang Tebal (cm)
terbagi menjadi 2 bagian konfigurasi roda, digunakan
dianggap tiap roda memiliki tekanan roda Surface course Aspal beton (AC) 12 cm
(contact pressure) yang sama besar. Base course Batu pecah (CTB) 15 cm
Untuk merencanakan roda pesawat Subbase course Agregat Alam 41 cm
tunggal terlebih dahulu harus menghitung Jumlah 68 cm
Equivalent Single Wheel Load (ESWL)
pesawat menggunakan persamaan berikut:

Diketahui :
MTOW = 64000 kg
Tekanan Ban = 1,28 x 145 = 185,6 Psi
Jumlah roda per kaki = 2
Jumlah roda persumbu utama = 4

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya


72
Extrapolasi Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya
Juni 2012, Vol. 05, No. 01, hal 61 - 79

4.4.2. Menentukan Pesawat Rencana


12cm Surface Pesawat Rencana yang digunakan
15cm adalah
Base Course pesawat Airbus A319 yang
mempunyai berat kotor lepas landas paling
besar yang mana berat kotor lepas landas
36cm
adalah
Sub Base 64000 Kg dan memiliki lintasan
tahunan sebanyak 3432 lintasan
Sub Grade 7%

4.4.2.1. Menentukan Single Gear


Gambar 4.3. Tebal Perkerasan Metode CBR Depacture (R2)
Tujuan dari equivalent annual
4.4. Perencanaan Perkerasan Lentur
depacture adalah untuk mengkonversikan
Metode FAA
pesawat campuran kedalam pesawat
Parameter yang digunakan untuk
rencana, di karenakan setiap jenis pesawat
perencanaan perkerasan meliputi berat
mempunyai tipe roda pendaratan yang
kotor lepas landas pesawat, konfigurasi dan
berbeda beda, berdasarkan hasil analisis
ukuran roda pendaratan, bidang kontak dan
untuk pesawat Boeing 737 200 setelah
tekanan ban. Perhitungan tiap tiap lapis
dikalikan dengan faktor konversi adalah
perkerasan berdasarkan grafik-grafik yang
4160 x 0,6 = 2496 sedangkan untuk
digunakan untuk menghitung berat pesawat
Pesawat rencana 3432 x 0,6 adalah 2059
kotor, didalam menentukan ketebalan
perkerasan terlebih dahulu harus ditentukan
4.4.2.2. Menentukan Beban Roda setiap
pesawat rencana yang bebanya meng-
Pesawat (W2)
hasilkan ketebalan perkerasan paling besar,
Pendaratan (landing) maupun lepas
perkerasan harus melayani berbagai macam
landas (take off) pesawat sangat bertumpu
jenis pesawat yang harus dikonversikan
pada roda pendaratan belakang sehingga
kepesawat rencana di karenakan masing
roda belakang benar-benar direncanakan
masing pesawat mempunyai jenis roda
harus mampu mendukung seluruh beban
pendaratan yang berbeda. Perencanaan
pesawat saat beroperasi. Roda depan
perkerasan dimulai dengan perencanaan
hanya berfungsi penyeimbang gerakan
distribusi penumpang tahunan ke pesawat
pesawat pada saat bergerak. Dengan
tahunan tipikal. Data penumpang tahunan
demikian dapat dihitung wheel load dari
untuk tahun tahun rencana operasi telah
setiap jenis pesawat yang direncanakan.
ditampilkan dalam Tabel 4.5.
Perhitungan ini dilakukan dengan
persamaan 3.7 sebagai berikut :
4.4.1 Menentukan Jumlah
Keberangkatan Pesawat
Data lalu lintas pesawat keberang- W2 = Beban roda pendaratan dari masing-masing
katan tahunan pesawat dapat dilihat pada jenis pesawat
tabel 4.11. MSTOW = Berat kotor pesawat saat lepas landas
Tabel 4.11 Data Proyeksi Lalu-lintas Pesawat A = Jumlah konfigurasi roda
Ting
Berat kotor B = Jumlah roda per satu konfigurasi
Jenis kat
No. lepas landas kebe
pesawat
(Kg) rang
1. B737200 52616 kata
4160
n 13167,154 lbs
2. Airbus 64000 3432
tahu
A319 nan
Jumlah 7592
= 16121,6 lbs
Sumber : Hasil Analisa

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya


73
Extrapolasi Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya
Juni 2012, Vol. 05, No. 01, hal 61 - 79

4.4.2.3. Menghitung Keberangkatan b. Ketebalan base course daerah kritis = 11


Tahunan Equivalent in 4 in = 6 in 15 Cm
Untuk menghitung keberangkatan c. Tebal Surface course adalah = 5 in 13
tahunan equivalen digunakan persamaan cm
3.9 sebagai berikut
Tabel 4.12 Hasil desain perkerasan dengan
metode FAA
Dimana : Lapisan Bahan yang Tebal (cm)
R1 = Keberangkatan tahunan ekivalen digunakan
oleh pesawat rencana ( pound ) Surface Aspal beton 13 cm
R2 = Jumlah keberangkatan tahunan course (AC)
oleh pesawat berkenaan dengan Base course Batu pecah 15 cm
konfigurasi roda pendaratan rencana (CTB)
W1 = Beban roda pesawat rencana ( Subbase Agregat Alam 40 cm
pound ) course
W2 = Beban roda pesawat yang harus
68 cm
diubah
Jumlah
Sumber : Hasil Analisis

Total equivalent annual depacture =


3331,5359643332
Gambar 4.4 Tebal Perkerasan Metode FAA
4.4.3. Menghitung Tebal Perkerasan
Diketahui CBR tanah dasar adalah 4.5. Metode Load Clasification Number
7% dan berat kotor pesawat lepas landas (LCN)
adalah 64.000 Kg dan keberangkatan Metode LCN atau juga disebut
tahunan pesawat equivalent adalah 3332. bilangan pengolongan beban, dalam metode
Maka dari data atas dapat ditentukan tebal ini kapasitas daya dukung perkerasan yang
perkerasan menggunakan grafik, Berikut dinyatakan dengan LCN, demikian juga
analisis penentuan tebal perkerasan dengan ESWL dari setiap pesawat
landasan menggunakan grafik Flexible dinyatakan dengan LCN, yang tergantung
Pavement Requirements FAA Design pada geometri roda, tekanan ban, komposisi
Method. serta tebal perkerasannya, jadi LCN dari
Berdasarkan analisis penentuan tebal perkerasan lapangan udara harus lebih besar
perkerasan landasan menggunakan grafik dari LCN pesawat.
Flexible Pavement Requirements US.
Army Corps and Engineers Design Method 4.5.1. Menentukan Equivalent Single
(S-77-1) and FAA Design Method total Wheel Load ( ESWL)
tebal perkerasan lentur = 27 in 68,58 Cm, Untuk merencanakan roda pesawat
maka desain perkerasannya adalah : tunggal terlebih dahulu harus menghitung
a. Tebal perkerasan sub base adalah = 27 in Equivalent Single Wheel Load (ESWL)
11 in = 16 in 40 Cm pesawat menggunakan persamaan :

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya


74
Extrapolasi Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya
Juni 2012, Vol. 05, No. 01, hal 61 - 79

Maka tebal Subase adalah 29 in 13 in = 16


inc 40 Cm
Tebal Base course dengan Cbr 80 dan LCN
Diketahui : 60 adalah = 7 in
MTOW = 64000 kg Maka tebal Base course = 13 in 7 in = 6 in
Tekanan Ban = 1,28 x 145 = 185,6 Psi 15 Cm
Jumlah roda per kaki = 2 Tebal Surface = 7 in 18 Cm
Jumlah roda persumbu utama = 4
% Sumbuu utama = 91,6 Tabel 4.13 Hasil Desain Perkerasan Dengan Metode
LCN
Beban Roda (p) = = 14656 Lapisan Bahan yang digunakan Tebal (cm)

32243,2 lbs Surface course Aspal beton (AC) 18 cm


Base course Batu pecah (CTB) 15 cm
Subbase course Agregat Alam 40 cm
Jumlah 73 cm
ESWL = 105,0329 = 107869,83 Sumber : Hasil perhitungan
lbs

4.5.2. Menentukan Garis Kontak Area 18cm


Surface
Pesawat
Untuk menentukan garis kontak area 15cm Base Course

pesawat maka harus diketahui :


Tekanan Roda Pesawat = 1,28 Mpa
185,6 Psi 40cm
Sub Base

ESWL = 107869,83 lbs


Garis kontak area Pesawat dapat Sub Grade 7%
dihitung dengan menggunakan persamaan :
Gambar 4.5. Tebal Perkerasan Metode LCN
Tebal Lapis Perkerasan Metode LCN
Dimana : 4.6 Analisa Biaya Pembangunan
K = Kontak area pesawat (lbs/psi) Perpanjangan Runway
W = Beban pesawat yang dipikul
roda (lbs) 4.6.1 Volume Pekerjaan
P = Tekanan udara pada roda (psi) a). Lebar Efektif
Maka diperoleh : Rencana pembangunan runway
Bandar Udara Abdulrachman Saleh Malang
merupakan pekerjaan perpanjangan
runway, maka untuk lebar runway masih
4.5.3. Menentukan Ketebalan Perkerasan mengikuti pola yang lama yaitu dengan
Data yang digunaka untuk menghi- lebar 40 m, sehingga lebar antara runway
tung tebal perkerasan adalah data yang lama dan yang baru adalah sama. Oleh
dihasilkan dari perhitungan Equivalent sebab itu, ditetapkan untuk masing
Single Wheel Load dan garis kontak area masing jenis pekerjaan agregat lebar
pesawat yang dapat dilihat pada gambar 4.2 efektifnya adalah 40 m.
untuk menentukan tipe tekanan roda b). Panjang Efektif
pendaratan pesawat dan tabel untuk Setelah mengetahui panjang optimal
menetukan ketebalan perkerasaan. (lihat runway dari hasil perhitungan diatas, bahwa
Lampiran). Berdasarkan grafik maka : runway minimal yang layak digunakan
Tebal total CBR 7 dengan LCN 60 = 29 in adalah kebutuhan panjang Runway di
Tebal subbase CBR 26 dengan LCN 60 = 13 ARFL sebesar 2528 m dan dibulatkan
in menjadi 2500m karena keterbatasan biaya,

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya


75
Extrapolasi Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya
Juni 2012, Vol. 05, No. 01, hal 61 - 79

maka pembangunan perpanjangan runway Tabel 4.15. Volume Konstruksi Perpanjangan


Bandar Udara Abdulrachman Saleh Malang Runway
Rincian Volume Total Volume
dikerjakan pada sta.2+250 s/d sta.2+500 No. Jenis Pekerjaan
L P CBR FAA LCN
sehingga panjang penambahan efektif (m) (m) (m) (m) (m) CBR FAA LCN

pekerjaan runway ditetapkan 250 m A


Pekerjaan Pendahuluan

c) Volume Pekerjaan Direksi Keet 40 250


Ls Ls Ls

Dalam menghitung volume peker- Mobilisasi Demobilisasi 40 250


Ls Ls Ls

jaan, terlebih dahulu harus diketahui pan- Pembersihan (m) 40 250


20.000 20.000 20.000
jang, lebar dan tebal dari masing-masing
Pengukuran (m) 40 250 20.000
perkerasan. Diketahui data yang ada B
20.000 20.000
Perpanjangan Runway 250 m (perkerasan baru )
sebagai berikut : 1 Sirtu padat >25% 4100 4000 4000
a) Lebar = 40 m ( Subbase Course) (m)
40 250 0,41 0,40 0,40

2 Lapisan base padat > 80% 1500 1500 1500


b) Panjang = 250 m (Base Course) (m)
40 250 0,15 0,15 0,15

40 m 3 Lapisan aspalt beton (AC) padat


40 250 0,12 0,13 0,18
1200 1300 1800
(Surface Course) (m)
4 10.000 10.000 10.000
Prime Coating ac 60/70 (m) 40 250
5 Lapisan aspalt treated base (ATB) 10.000 10.000 10.000
40 250
80 m Runway existing = 2170 12cm padat (m)

m Tambahan 250m 6
Tack coating ac 60/70 (m) 40 250
10.000 10.000 10.000

7 Urugan dan pemadatan subgrade 10.000 10.000 10.000


40 250
Total Runway rencana = 2500 m (m)

Gambar 4.6 Panjang Runway rencana Sumber : Data hasil perhitungan

4.6.2 Analisis Harga Satuan


c) Rincian Tebal lapisan dapat dilihat pada
Pada analisis harga satuan antara lain
tabel 4.14 dibawah.
menganalisis : Kebutuhan Tenaga,
Tabel 4.14. Rincian Volume Tebal Perkerasan Kebutuhan Bahan, Kebutuhan Peralatan,
Metode BCR, FAA dan LCN adapun hasil analisis harga satuan untuk
Rincian Volume Total Volume perencanaan runway, disajikan pada tabel
No. Jenis
Pekerjaan L P CBR FAA LCN CBR FAA LCN 4.16
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
Tabel 4.16. Jenis pekerjaan dan harga satuan
Perpanjangan Runway 250 m (perkerasan baru )
No. Jenis Pekerjaan Sat Harga
1 Sirtu padat Satuan
>25%
40 250 0,41 0,40 0,40 4100 4000 4000 (Rupiah)
( Subbase
Course) (m) 1 Pekerjaan
2 Lapisan Pendahuluan
base padat >
80% 40 250 0,15 0,15 0,15 1500 1500 1500
Direksi keet Ls
(Base Mobilisasi dan
Course) (m) demobilisasi Ls 4.100
3 Lapisan Pembersihan m 1.400
aspalt beton
(AC) padat 40 250 0,12 0,13 0,18 1200 1300 1800 Pengukuran m
(Surface 2 Pekerjaan Kontruksi
Course) (m) Perkerasan Baru
Sumber : Hasil Perhitungan Urugan dan pemadatan
subgrade m 65.300
Berdasarkan uraian diatas maka dapat Sirtu padat
diketahui volume kontruksi perencanaan CBR>25%(sub base) m 190.400
runway seluruhnya adalah sebagai berikut : Lapisan base padat
CBR> 80% t =25cm m 53.700
Prime coating ac 60/70 m 28.700
Lapisan aspalt Treated
Base (ATB) m 201.700
Tack coating ac 60/70 m 22.700
Lapisan aspalt beton
m 508.500
(AC) 7,5 cm padat

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya


76
Extrapolasi Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya
Juni 2012, Vol. 05, No. 01, hal 61 - 79

Lapisan aspalt beton pembangunannya maka perpanjangan


(AC) 5 cm padat m 490.100 runway hanya dilaksanakan perpanjangan
sepanjang 2500 m saja. Hal itu berarti
Sumber : PM.83 Tahun 2011 ( Standart Biaya Th.
2012 dilingkungan Kemehub) kebutuhan runway dibandara
Abdulrachman Saleh Malang hanya butuh
4.6.3 Analisis Estimasi Biaya penambahan perpanjangan sepanjang 250
Perpanjangan Runway m saja dan menurut pihak bandara masih
Untuk analisis biaya perpanjangan dapat dikategorikan dapat digunakan.
konstruksi runway rencana pada Bandar
udara Abdulrachman Saleh Malang, 4.7.2. Tebal Perkerasan
perhitungan didasarkan pada analisa harga Tebal perkerasan struktural total
satuan menurut Peraturan Menteri No. 83 runway yang dihasilkan dari analisa
tahun 2011 tentang Standart Biaya Tahun California Division of Highway (BCR),
2012 di lingkungan Kementrian Perhu- Federation Aviation Administration (FAA)
bungan. dan Load Classifications Number (LCN),
Dari hasil analisa perhitungan biaya dalam penelitian diperoleh metode CBR
perpanjangan Runway dengan panjang 250 adalah 68 cm, dengan metode FAA adalah
m dan lebar 40 m diperoleh bahwa dengan 68 cm sedangkan metode LCN adalah 73
metode BCR Rp. 4.223.055.600, dengan cm. Dimana perbedaan dari metode CBR,
metode FAA diperoleh hasil Rp. FAA dan LCN adalah tebal perkerasan
4.212.004.400 dan metode LCN diperoleh yang berbeda karena dari segi parameter
hasil Rp. 4.251.948.400. Dengan hasil yang digunakan dimana metode CBR, dan
perhitungan biaya di atas maka yang paling LCN hanya berdasarkan pesawat rencana
murah biayanya adalah dengan metode saja sedangkan metode FAA berdasarkan
FAA yaitu Rp. 4.212.004.400 lalu lintas pesawat campuran.

4.7 Pembahasan 4.7.3. Biaya Runway


4.7.1. Panjang Runway Dari tabel analisa estimasi biaya
Berdasarkan hasil Analisa di perpanjangan runway diatas yang masing
dapatkan bahwa panjang runway terkoreksi masing berdasarkan perhitungan perkerasan
adalah panjang runway pesawat kritis yang model California Division of Highway
dikoreksi terhadap elevasi, temperatur, dan (BCR), Federation Aviation Administration
slope. Panjang runway yang dibutuhkan (FAA) dan Load Classifications Number
adalah yang terbesar antara panjang runway (LCN), diperoleh harga memakai
untuk pendaratan dan untuk lepas landas. perhitungan CBR sebesar Rp.
Selanjutnya bahwa untuk pemakaian 4.223.055.600 rupiah, sedangkan untuk
perkerasan lentur pada runway Bandar metode perhitungan perkerasan FAA
Udara Abdulrachman Saleh di Kota Malang diperoleh harga Rp. 4.212.004.400 rupiah
dari hasil perhitungan diperoleh bahwa dan selanjutnya perhitungan perkerasan
perpanjangan runway yang disyaratkan model LCN sebesar Rp. 4.251.948.400
adalah 2528 m sesuai dengan panjang rupiah. Dari analisa estimasi biaya
runway kebutuhan di ARFL. Sedangkan pembangunan perpanjangan kontruksi
seperti diketahui sebelumnya bahwa runway pada Bandar Udara Abdul
panjang runway yang ada/existing adalah Rachman Saleh Kota Malang dengan
2.250 m, maka diperlukan perpanjangan spesifikasi panjang = 250 m serta lebar =
runway sepanjang 278 m lagi untuk 40 m untuk biaya yang paling rendah
mencapai batas perpanjangan minimum adalah dengan menggunakan perkerasan
runway. Tetapi dengan keterbatasan lahan lentur metode FAA diperoleh hasil Rp.
serta biaya yang ada dalam rencana 4.212.004.400.

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya


77
Extrapolasi Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya
Juni 2012, Vol. 05, No. 01, hal 61 - 79

V. KESIMPULAN DAN SARAN runway existing yang ada 2.250m.


Tetapi tidak menutup kemungkinan
5.1. Kesimpulan bila harus diperpanjang lagi sesuai
Berdasarkan hasil analisis perenca- dengan kebutuhkan bandara apabila
naan perpanjangan runway dan perkerasan kondisi lahan dan biaya telah tersedia.
struktural dapat ditarik kesimpulan adalah 2. Pemilihan Metode diharapkan menjadi
sebagai berikut : pertimbangan yang matang dalam
1. Panjang runway pesawat kritis Air Bus perencanaan desain perkerasan runway
A219 setelah dikoreksi terhadap termasuk dengan memperhitungkan
elevasi, suhu, dan slope berdasarkan temperatur dan iklim yang berpengaruh
Aeroplane Reference Field Length terhadap kekuatan bahan yang
(ARFL) adalah 2528 m. digunakan serta rencana anggaran
2. Tebal perkerasan struktural total biaya yang digunakan.
runway yang dihasilkan dari metode 3. Untuk rencana perpanjangan runway
CBR adalah 68 cm, metode FAA sebaiknya jangan memilih pada biaya
adalah 68 cm sedangkan metode LCN termurah, tetapi harus dikaji juga
adalah 73 cm. Dimana perbedaan dari masalah mutunya. Untuk itu kedepan
metode CBR, FAA dan LCN adalah disarankan ada penelitian lebih lanjut
tebal perkerasan yang berbeda karena yang membahas masalah ini..
dari segi parameter yang digunakan
dimana metode CBR, dan LCN hanya
berdasarkan pesawat rencana saja DAFTAR PUSTAKA
sedangkan metode FAA berdasarkan
Aditya Imam,2004. Perencanaan tebal
lalu lintas pesawat campuran.
perkerasan Runway dan Taxiway
3. Estimasi biaya pembangunan perpan-
bandara Kuala Namu, Deli Serdang
jangan runway dari hasil perhitungan
Sumatera Utara. Universitas
perkerasan lentur dengan model CBR,
Sumatera Utara
FAA dan LCN diperoleh biaya
Alik Ansyori Alaamsyah. 2006. Rekayasa
terendah memakai metode perkerasan
Jalan Raya. Penerbitan Universitas
lentur metode FAA yaitu Rp.
Muhamadiyah Malang
4.212.004.400 rupiah
Basuki, Ir. Heru. 1984.Merancang,
Merencana Lapangan Terbang.
5.2. Saran
Penerbit Alumni Bandung
Berdasarkan hasil analisis peren-
Dirjen Perhubungan Udara, Standarisasi
canaan perpanjangan runway dan per-
Teknik Bandar Udara Kelas
kerasan lentur dapat diajukan beberapa
III,IV,V.Katalog Kerusakan
saran adalah sebagai berikut :
Perkerasan, Jakarta 1986
1. Sebaiknya pembangunan perpanjangan
Dr. Ari Sandhyavitri & Hendra Taufik, ST,
runway harus memenuhi kriteria yang
Msc. Teknik Lapangan Terbang 1
telah disyaratkan yaitu 2528 m, akan
Fakultas Teknik, Universitas Riau
tetapi karena kondisi lahan dan biaya
Pekanbaru, 2005
yang dimiliki Bandara Abdulrahman
Horonjeff, Robert & McKelvey F.X. 1975.
Saleh terbatas, maka rencana
Perencanaan dan Perancangan
pembangunan runway dengan panjang
Bandar Udara Jilid I. Penerbit
yang disyaratkan yaitu 2528 m, hanya
Erlangga Surabaya.
bisa direalisasikan sepanjang 2500m
Horonjeff, Robert & McKelvey F.X. 1975.
saja. Sehingga dalam hal ini
Perencanaan dan Perancangan
pemerintah Kota Malang hanya kurang
Bandar Udara Jilid 2. Penerbit
menambah panjang runway 250 m dari
Erlangga Surabaya

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya


78
Extrapolasi Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya
Juni 2012, Vol. 05, No. 01, hal 61 - 79

ICAO. 1983. Aerodrome Design Manual, Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan


Part 3: Pavement, Second edition. Udara No 77 Tahun 2005.
ICAO. 1984. Aerodrome Design Manual, Persayartan Teknis Pengoperasian
Part 1: Runways, Second Edition. Fasilitas Teknik Bandar Udara:
ICAO. 1984. Airplane Performance, 737- Dirjen Perhubungan Udara
400, Second Edition USA. ICAO. 1983. Aerodromes; Annex
Keputusan Menteri Perhubungan No KM 44 14 to The Convention on
Tahun 2002, Tatanan Kebandar- International Civil Aviation, Eighth
udaraan Nasional. Jakarta: Sekertaris Edition.
Negara Republik Indonesia M. Noval, 2011 Study Foundation Coating
Laporan Akhir Master Plan Bandara Pavement of Pacu Adisutjipto Airport
Abdulrachman Saleh Malang. Dinas on Special Regional Yogyakarta.
Perhubungan Pemerintah Propinsi Universitas Guna Dharma, Jakarta
Jawa Timur. 2005.
Laporan Hasil Test Pematangan Lahan
Perpanjangan Landasan Tahap I
Bandara Abdulrachman Malan. PT
Dharma Perdana Muda. 2009

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya


79

Anda mungkin juga menyukai