Anda di halaman 1dari 50

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam melaksanakan pembangunan ada beberapa hal yang sangat perlu
diperhatikan dimulai dari perencanaan yang baik yang berhubungan dengan
spesifikasi yang telah disepakati. Selanjutnya dalam proses pelaksanaan
sesuai dengan spesifikasi yang ada dan harus diimbangi dengan pengawasan
yang baik agar tidak terjadi keterlambatan dan penyimpangan kualitas
pekerjaan. Dalam laporan ini menjelaskan mengenai pelaksanaan pekerjaan
yang dilaksanakan pada Proyek Pembangunan Stadion Parasamya Tomohon,
Tomohon.
Selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan, mahasiswa dibimbing untuk
mengamati dan melihat pekerjaan teknis dan non-teknis dilapangan,
mendokumentasikan pekerjaan konstruksi nyata yang sedang berlangsung di
lapangan, membandingkan dengan teori yang diperoleh pada perkuliahan di
kampus dan menambah wawasan/pengetahuan praktis. Hasil dari
dokumentasi dan pengamatan pada proyek Pembangunan Stadion Parasamya
Tomohon, ditulis dalam bentuk sebuah laporan Praktek Kerja Lapangan
(PKL).

1.2 Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dari penulisan laporan praktek kerja lapangan ini adalah:
1. Mengetahui metode pelaksanaan, mengikuti perkembangan proyek,
serta mengasah keterampilan dan kemampuan mahasiswa, terutama
kerja sama, komunikasi lisan dan tulisan melalui keterlibatan
langsung di lapangan.
2. Mengetahui cara menyelesaikan masalah-masalah yang muncul di
lapangan baik yang berkaitan dengan masalah teknis maupun non
teknis.
3. Dapat mengikuti perkembangan proyek dan menjelaskan secara rinci dan
detail mengenai proses-proses yang terjadi dalam suatu proyek,
diantaranya proses perencanaan, proses pembangunan, manajemen
proyek, dan pengadaan jasa konstruksi.
2

Selain sebagai salah satu syarat wajib dalam menempuh pendidikan pada
semester VII Diploma 4 - Konstruksi Bangunan Gedung Politeknik Negeri
Manado, Praktik Kerja Lapangan memiliki berbagai manfaat bagi para
pesertanya sebagai calon lulusan Sarjana Terapan Teknik, yaitu memberikan
kesiapan mental dalam memasuki dunia kerja ketika lulus nanti, memberikan
gambaran nyata dinamika pekerjaan di dunia konstruksi, serta mengasah
kemampuan dan pemahaman mahasiswa dalam perencanaan, pelaksanaan
serta pengendalian proyek konstruksi.
1.3 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan laporan praktek kerja lapangan ini adalah:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan.

BAB II IDENTIFIKASI PROYEK


Berisi nama, serta data-data dari proyek.

BAB III DASAR TEORI


Memuat tentang teori-teori yang menunjang dan digunakan
dalam laporan ini.

BAB IV PEMBAHASAN DAN TUGAS KHUSUS


Berisi tentang Pembahasan pekerjaan pada proyek
Pembangunan stodion lanjutan Parasamya Tomohon.

BAB V PENUTUP
Memuat kesimpulan dan Saran.
3

BAB II
IDENTIFIKASI PROYEK

2.1 Gambaran Umum Proyek


Stadion adalah lapangan olahraga, dengan atau tanpa atap, yang dikelilingi
oleh bangku-bangku sebagai tempat duduk penonton atau biasa disebut tribun. Selain
sebagai tempat berlangsungnya pertandingan-pertandingan olahraga, stadion juga
sering digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain yang memerlukan ruang terbuka luas,
miaslnya upacara, pertunjukan yang bersifat kolosal dan sebagainya. Istilah stadion
barasal dari kata Yunani stadion, yang artinya satuan pengukuran yang setara dengan
186 meter. Stadion kuno biasanya berbentuk segi-empat dan tidak beratap.

Proyek ini merupakan proyek pemerintah, yang sekaligus menyediakan dana


untuk proyek ini. Pihak perusahaan yang memenangkan tender yaitu PT. Anugerah
Dynasty Sakti sebagai menkon. Perusahan yang menjadi subkon yaitu PT. Dayana
Cipta.
Struktur Bangunan Proyek

Gambar 2.1 Gambar Umum Proyek


4

2.1.1 Latar Belakang Proyek


Proyek pemabangunan stadion pada tahun 2020 ini sudah memasuki
tahap ketiga atau merupakan proyek lanjutan dari pembangunan sebelumnya.
Proyek yang adalah milik pemerintah ini dipimpin langsung oleh Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Daerah Kota Tomohon. Pembangunan
lanjutan stadion ini guna menyediakan fasilitas olahraga bahkan untuk
dijadikan tempat pusat olahraga masyarakat kota Tomohon.
2.1.2 Jenis Pekerjaan
Pada proyek pembangunan Stdion ini, jenis pekerjaan yang dilakukan
antara lain adalah penambahan lebar kesamping kiri stadion 5 meter dan
samping kanan stadion 10 meter. Semua pekerjaan yang lakukan berdasarkan
perencanaan awal yang sudah dibuat.
2.1.3 Lokasi Proyek
Stadion Parasamya tomohon yang secara administrasi terletak di Desa
Walian, Kota Tomohon, Sulawesi Utara. Secara geografis lokasi Stadion
terletak pada posisi 1018’43,98” Lintang Utara dan 124050’19,72 Bujur
Timur.

Gambar 2.2 Lokasi Proyek


2.1.4 Sumber Dana
Dana pembangunan Bendungan ini berasal dari APBD (Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah) Kota Tomohon tahun anggaran 2020. Dana
5

untuk pekerjaan pembangunan lanjutan stadion ini sebesar Rp. 4.390.000,00


(empat miliar tiga ratus sembilan puluh juta rupiah)
2.1.5 Data Proyek
Berikut ini data-data pembangunan Stadion Babe Palar Tomohon :
1. Pekerjaan : Pembangunan kawasan Stadion (lanjutan)
2. Lokasi : Tomohon
3. Mulai Proyek : 27 Mei 2020
4. Berakhir Proyek : Desember 2020
5. Tahun Anggaran : 2020
6. Nilai Kontrak : Rp. 4.390.000,00
7. Waktu Pelaksanaan : 210 Hari Kalender
8. Pelaksana : PT. Dayana Cipta

2.2 Identifikasi Masalah


Dari hasil identifikasi yang dilakukan selama berada di lokasi praktek kerja
lapangan pada proyek Pembangunan Lanjutan Stadion Babe Palar Tomohon
diantaranya :
1. Campuran beton yang ditambah air pada pekerjaan pengecoran.
2. Bekisting yang tidak mampu menahan beban campuran beton.
3. Penggunaan besi yang berlebihan
6

BAB III
DASAR TEORI

3.1 Uraian Umum


Perencanaan dan perkembangan konstruksi bangunan gedung bertingkat di In
donesia dengan beton bertulang terus mengalami peningkatan. Hal tersebut merupaka
n cara untuk menanggulangi kelangkaan lahan, kebutuhan terhadap penggunaan ban
gunan penunjang transportasi (Infrastruktur) dan harga lahan yang terus melambung
tinggi terutama di daerah perkotaan untuk menunjang perkembangan ekonomi serta
memberikan kenyamanan terhadap penggunaan fasilitas umum.
Melihat keadaan tersebut di atas dan letak wilayah Indonesia yang berada di d
aerah rawan gempa, karena berada di kawasan Pasific Ring Of Fire yang merupakan
jalur rangkaian gunung berapi aktif di dunia. Kedatangan gempa tidak dapat di predi
ksi secara pasti tempat dan waktunya oleh karena itu perencanaan gedung harus mem
enuhi syarat tahan gempa sehingga dapat memperkecil kerugian dan kecelakaan yang
mungkin timbul akibat terjadinya gempa tersebut. Alasan inilah yang menuntut bang
unan bertingkat memerlukan perencanaan khusus supaya bangunan tersebut mempun
yai kekakuan dan kekuatan yang cukup terhadap beban lateral.

3.2 Proyek
Proyek adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan waktu dan sumber daya
terbatas untuk mencapai hasil akhir yang ditentukan. Dalam mencapai hasil akhir,
kegiatan proyek dibatasi oleh anggaran, jadwal, dan mutu, yang dikenal sebagai tiga
kendala (triple constraint).

3.3 Konstruksi
Kata “Konstruksi” dapat didefinisikan sebagai tatanan/susunan dari elemen-
elemen suatu bangunan yang kedudukan setiap bagian-bagiannya sesuai dengan
fungsinya. Berbicara tentang konstruksi, maka yang terbayangkan adalah gedung
bertingkat, jembatan, bendungan, jalan raya, bangunan irigasi, lapangan terbang dan
lain-lain. Secara umum, konstruksi ada 2 (dua) macam yaitu:

1. Konstruksi Bangunan Gedung, terdiri atas: bangunan gedung, perumahan,


hotel dan lain-lain; dan
7

2. Konstruksi Bangunan Sipil, seperti jembatan, jalan, lapangan terbang,


terowongan, irigasi, bendungan dan lain-lain.

3.4 Pengertian Bangunan Stadion


Stadion adalah lapangan olahraga, dengan atau tanpa atap, yang dikelilingi
oleh bangku-bangku sebagai tempat duduk penonton atau biasa disebut tribun. Selain
sebagai tempat berlangsungnya pertandingan-pertandingan olahraga, stadion juga
sering digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain yang memerlukan ruang terbuka luas,
miaslnya upacara, pertunjukan yang bersifat kolosal dan sebagainya. Istilah stadion
barasal dari kata Yunani stadion, yang artinya satuan pengukuran yang setara dengan
186 meter. Stadion kuno biasanya berbentuk segi-empat dan tidak beratap.

3.5 Struktur Beton Bertulang


Struktur beton bertulang merupakan komponen umum penyusun suatu konstr
uksi bangunan maupun infrastruktur tahan gempa yang menjadi solusi terhadap perm
asalahan terkait keruntuhan suatu struktur. Terdapat banyak penelitian yang bertujua
n untuk menyempurnakan penggunaan besi dan beton secara bersamaan agar memili
ki sifat yang lebih tahan terhadap zat yang mungkin dapat mempengaruhi mutu dari b
ahan itu sendiri serta terkait dengan tingkat ekonomis penggunaan bahan tersebut tan
pa mengurangi kualitasnya.
Adapun komponen umum pembentuk struktur beton bertulang yang secara jel
as dapat terlihat dari penamaan komponen itu sendiri. Beton bertulang (Reinforced C
oncrete) adalah beton yang di kombinasikan dengan tulangan baja dengan luas dan ju
mlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum, yang di syaratkan dengan atau
tanpa prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa batang-batang baja ya
ng ditanamkan di dalam beton dapat memberikan kekuatan tarik yang diperlukan.
Beberapa alasan yang menguatkan bahwa baja tulangan dan beton dapat bekerja
sama dalam menahan beban, yaitu :
1. Kekuatan lekatan (Bond) antara baja dan beton dapat berinteraksi mencegah s
elip pada beton keras;
2. Campuran beton yang baik mempunyai sifat kedap air yang dapat mencegah
korosi pada baja tulangan; dan
8

3. Angka kecepatan mulai antara baja dan beton hampir sama yaitu antara 0,000
010- 0,000013 untuk beton per derajat Celcius sedangkan baja 0,000012 per
derajat Celcius.
Pada struktur beton bertulang mempunyai beberapa keunggulan akibat dari penggabu
ngan dua buah bahan komposit/campuran, yaitu beton (PC + aggregat halus + aggreg
at kasar + zat aditif) dan baja sebagai tulangan. Berikut ini kelebihan dari beton seba
gai struktur bangunan diantaranya adalah:
1. Bahan-bahannya mudah didapat.Harga bahan-bahannya lebih ekonomis dan ti
dak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi.
2. Mudah dibentuk sesuai dengan keinginan arsitek.
3. Material beton bertulang mempunyai kekuatan tekan tinggi.
4. Struktur beton bertulang memiliki ketahanan yang lebih tinggi terhadap api/su
hu tinggi, dan air.
5. Beton bertulang dapat dicetak menjadi bentuk yang beragam, mulai dari pelat,
balok, kolom yang sederhana sampai atap kubah dan cangkang besar.
Selain keuntungan di atas, beton bertulang juga mempunyai beberapa kelemaha
n, yakni:
1. Beton bertulang memerlukan bekisting untuk menahan beton agar tetap di
tempatnya sampai beton tersebut mengeras.
2. Beton bertulang memiliki kekuatan per satuan berat yang rendah sehingga
mengakibatkan beton bertulang menjadi berat.
3. Dalam pengerjaan adonan beton bertulang membutuhkan acuan (cetakan)
dan perancah (tiang acuan) selama pekerjaan berlangsung.
4. Beton bertulang memiliki kekuatan per satuan volume yang rendah sehing
ga mengakibatkan beton akan berukuran relatif besar.
5. Sifat-sifat yang dihasilkan dari produksi beton bertulang sangat bervariasi
karena bervariasinya proporsi campuran dan pengadukannya.
6. Proses pembuatan adonan, penuangan dan perawatan beton bertulang tida
k bisa ditangani seteliti seperti yang dilakukan pada proses produksi mate
rial lain seperti baja dan kayu lapis.
9

3.5.1 Beton
Beton merupakan bahan konstruksi komposit yang terdiri dari agregat, se
men, dan air. Ada banyak formulasi, yang memberikan sifat bervariasi. Agreg
at umumnya kerikil kasar atau batuan hancur seperti batu gamping, atau grani
t, bersama dengan agregat halus seperti pasir. Bentuk paling umum dari beton
adalah beton semen Portland, yang terdiri dari agregat mineral (biasanya keri
kil dan pasir), semen dan air, berfungsi sebagai pengikat untuk agregat. Berba
gai bahan campuran kimia (Admixtures) juga ditambahkan untuk mencapai si
fat yang bervariasi. Pertama tama air dicampur dengan komposit kering (Dry
Composite), yang memungkinkan untuk dibentuk (biasanya dituangkan/dicor)
dan kemudian dipadatkan dan mengeras menjadi sekeras batu melalui proses
kimia yang disebut hidrasi. Air bereaksi dengan semen, yang mengikat komp
onen lainnya bersama-sama, akhirnya membuat bahan yang kuat seperti batu.
Membuat beton sebenarnya tidaklah sederhana hanya sekedar mencampur
kan bahan-bahan dasarnya untuk membentuk campuran yang plastis sebagai
mana sering terlihat pada pembuatan bangunan sederhana. Tetapi jika ingin m
embuat beton yang baik, dalam arti memenuhi persyaratan yang lebih ketat k
arena tuntutan yang lebih tinggi, maka harus diperhitungkan dengan seksama
cara-cara memperoleh adukan beton segar yang baik dan menghasilkan beton
keras yang baik pula. Beton segar yang baik ialah beton segar yang dapat dia
duk, dapat diangkut, dapat di tuang, dapat di padatkan, tidak ada kecenderung
an untuk terjadi pemisahan kerikil dari adukan maupun pemisahan air dan se
men dari adukan. Beton keras yang baik adalah beton yang kuat, tahan lama,
kedap air, tahan aus, dan kembang susutnya kecil.
Beton memiliki kuat tekan yang relatif tinggi, tapi kuat tarik yang jauh leb
ih rendah. Untuk alasan ini biasanya diperkuat dengan bahan yang kuat dalam
ketegangan/tension yaitu baja. Beton dapat rusak oleh banyak proses, seperti
air yang terperangkap (dalam beton tersebut) dan membeku (di daerah bermu
sim dingin). Beton secara luas digunakan untuk membuat struktur pekerjaan t
eknik sipil, arsitektur, pondasi, bata/blok dinding, trotoar, jembatan/jalan laya
ng, jalan raya/jalan, landasan pacu, struktur parkir, bendungan, kolam/waduk,
pipa, pondasi untuk gerbang, pagar dan tiang.
10

Dampak lingkungan dari beton adalah campuran kompleks bukan efek sel
uruhnya negatif, sedangkan beton merupakan penyumbang utama emisi gas r
umah kaca, daur ulang beton semakin umum dalam struktur yang telah tua. St
ruktur terbuat dari beton dapat memiliki umur yang panjang. Sebagaimana be
ton memiliki massa termal yang tinggi dan permeabilitas yang sangat rendah,
material ini dapat dipakai untuk pembangunan perumahan hemat energi.
3.5.2 Tulangan Baja
Baja tulangan beton merupakan baja berbentuk silinder batangan yang di
gunakan untuk penulangan beton yang terbuat dari billet dengan proses canai
panas (Hot Rolling). Baja tulangan diperlukan dalam struktur beton untuk me
nambah kekuatan tarik. Hal ini dikarenakan baja memiliki kekuatan tarik ting
gi sedangkan beton memiliki kekuatan tarik yang relatif rendah.
Besi beton di Indonesia dikelompokkan kedalam 2 jenis, yaitu baja tulang
an polos dengan pengkodean BjTP dan baja tulangan sirip dengan pengkodea
n BjTS. Sebelumnya, standarisasi baja tulangan beton untuk industri baja Ind
onesia diatur dalam SII 138-1984 tentang Mutu dan Cara Uji Baja Tulangan
Beton. Pada tahun 2002, dilakukan beberapa revisi dan diubah menjadi SNI 0
7-2052-2002 mengenai Baja Tulangan Beton. Standarisasi ini merujuk pada r
eferensi yang diambil dari besi baja berstandar Jepang atau JIS (Japanese Ind
ustrial Standars). Badan Standarisasi Nasional (BSN) adalah lembaga yang b
ertanggung jawab dalam pembuatan standarisasi tersebut. Oleh sebab itu, besi
beton yang yang memenuhi standarisasi tersebut disebut sebagai besi beton S
NI.
Dalam standarisasi yang ditetapkan, BSN mengatur kriteria-kriteria dan d
efinisi dari istilah yang digunakan. Fisik besi beton dijelaskan oleh BSN dalam b
eberapa istilah, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Ukuran Nominal, merupakan ukuran sesuai yang ditetapkan.
2. Toleransi, merupakan besarnya penyimpangan yang diizinkan dari
ukuran nominal.
3. Diameter Dalam, merupakan ukuran diameter tanpa sirip pada baja
tulangan beton sirip.
11

4. Sirip Melintang, merupakan setiap sirip yang terdapat pada permukaan


batang baja tulangan beton yang melintang terhadap sudut batang baja t
ulangan beton.
BSN juga mengatur kualifikasi dalam besi beton SNI, diantaranya adalah
sebagai berikut.
1. Ukuran diameter dan toleransinya.
2. Ukuran panjang dan toleransinya.
3. Tingkat kekuatan.
4. Marking warna.
5. Pengkodean.
6. Toleransi berat.
Kelebihan baja sebagai material konstruksi antara lain:
1. Baja mempunyai kuat tarik dan kuat tekan yang tinggi sehingga dengan
material yang sedikit bisa memenuhi kebutuhan struktur.
2. Menghemat tenaga kerja karena besi baja di produksi oleh pabrik, sehin
gga di lapangan tinggal pemasangan saja.  Besi baja mempunyai kualita
s yang seragam dan ketelitian ukuran yang tinggi daripada beton.
3. Bisa di daur ulang , setelah masa kerja besi baja bisa di bongkar dan di
pindahkan ke tempat lain dan di daur ulang diperbaiki dari karat yang
menyebabkan penurunan kekuatan strukturnya agar bisa di gunakan ke
mbali.
4. Untuk jembatan, pemasangan jembatan baja di lapangan lebih cepat di
bandingkan dengan jembatan beton dan memerlukan ruang yang relatif
kecil di lokasi konstruksi. Ini salah satu keuntungan dari jembatan baja
ketika lokasi itu berhubungan dengan lokasi proyek padat dan sempit.
Dengan ukuran yang ramping memperoleh kekuatan yang besar di band
ing beton yang ukurannya lebih besar.
5. Baja bisa di sambung saat pemasangan, jika suatu pemasangan belum s
elesai baja bisa dengan mudah di sambung tanpa tanpa mengurangi kek
uatan strukturnya.
6. Keamanan struktur, besi baja mempunyai keamanan struktur yang pasti
bila dibandingkan dengan beton yang kekuatan strukturnya berubah ber
dasarkan campuran semen dan airnya.
12

7. Dalam hal gempa, baja juga menunjukkan daya tahannya di bandingkan


beton yang mudah rapuh terkena getaran.
Kekurangan baja sebagai material konstruksi antara lain:
1. Bisa  berkarat,  jika sudah sampai masa layan besi bisa berkarat dikaren
akan kondisi alam. Karena itu ada penelitian dan pengembangan baja m
utu tinggi yang tahan korosi yang sangat berguna jika jembatan berada
di daerah laut yang kadar garamnya tinggi.
2. Lebih berisik,  jika sebuah jembatan baja di lewati beban seperti kereta
api. Untuk mengatasi kebisingan maka dikembangkan beton komposit
dengan baja di atas permukaannya sehingga bisa menurunkan tingkat k
ebisingan.
3. Tidak fleksibel, baja tidak mudah di bentuk sendiri atau di potong seper
ti kayu. Pembuatan memerlukan teknologi yang canggih.
4. Lemah terhadap gaya tekan. Jika baja di kenai beban yang berlebih ma
ka baja akan mudah patah.
5. Tidak tahan terhadap api.  Jika baja terkena panas yang tinggi maka baj
a akan memuai dan tidak sesuai bentuk asal. Namun tidak mengurangi
kekuatan dari baja tersebut jika sudah kembali padat.

3.6 Komponen Struktur Bangunan


Struktur bangunan pada umumnya terdiri dari struktur bawah (Lower Structu
re) dan struktur atas (Upper Structure). Struktur bawah (Lower Structure) yang dima
ksud adalah pondasi dan struktur bangunan yang berada di bawah permukaan tanah,
sedangkan yang dimaksud dengan struktur atas (Upper Structure) adalah struktur ban
gunan yang berada di atas permukaan tanah seperti kolom, balok, plat, tangga. Setiap
komponen tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda di dalam sebuah struktur.
Suatu bangunan gedung beton bertulang yang berlantai banyak sangat rawan t
erhadap keruntuhan jika tidak direncanakan dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan
suatu perencanaan struktur yang tepat dan teliti agar dapat memenuhi kriteria kekuata
n (Strenght), kenyamanan (Serviceability), keselamatan (Safety), dan umur rencana b
angunan (Durability).
Beban-beban yang bekerja pada struktur seperti beban mati (Dead Load), beb
an hidup (Live Load), beban gempa (Earthquake Load), dan beban angin (Wind Loa
13

d) menjadi bahan perhitungan awal dalam perencanaan struktur untuk mendapatkan


besar dan arah gaya-gaya yang bekerja pada setiap komponen struktur, kemudian dap
at dilakukan analisis struktur untuk mengetahui besarnya kapasitas penampang dan t
ulangan yang dibutuhkan oleh masing-masing struktur.
Perencanaan struktur atas harus mengacu pada peraturan atau pedoman standa
r yang mengatur perencanaan dan pelaksanaan bangunan beton bertulang maupun ba
ngunan baja, sehingga dapat memenuhi 4 persyaratan umum berikut :
1. Estetika, sebagai dasar keindahan dan keserasian bangunan yang mampu me
mberikan rasa bangga kepada pemiliknya.
2. Fungsional, disesuaikan dengan pemanfaatan dan penggunaannya sehingga da
lam pemakaiannya dapat memberikan kenikmatan dan kenyamanan.
3. Struktural, mempunyai struktur yang kuat dan mantap yang dapat memberika
n kenikmatan dan kenyamanan.
4. Ekonomis, pendimensian elemen bangunan yang proporsional dan penggunaa
n bahan bangunan yang memadai sehingga bangunan awet dan mempunyai u
mur pakai yang panjang.
3.6.1 Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang merupakan salah satu jenis pondasi rumah
yang biasanya terbuat dari beton murni, baja, bahkan kayu. Pada dasarnya,
pondasi tiang pancang berperan untuk membuat bangunan lebih kukuh karena
mampu menyalurkan beban konstruksi ke bagian tanah paling dalam
sehingga lebih stabil. Pondasi tiang pancang ini juga disebut-sebut sebagai
salah satu jenis pondasi yang terbaik untuk membangun rumah yang kuat.
Selain itu, beberapa kelebihan atau keunggulan pondasi tiang pancang adalah:
 Terjamin Kekuatannya
Pondasi tiang pancang terbuat dari beton terbaik sehingga mempunyai
tegangan yang terjamin kekuatannya.
Hal ini bisa menjadi salah satu faktor yang harus dipertimbangkan sebelum
membeli tiang pancang.

 Meminimalisir Galian
14

Penggunaan tiang pancang akan meminimalisir galian pada tanah karena


pengaplikasiannya tidak dipengaruhi tinggi muka air tanah.
 Mirip Seperti Fiction Pile
Tiang pancang atau reinforced concrete pile dapat juga dianggap sebagai
fiction pile atau bearing pile.
 Pondasi Tiang Pancang Tahan Lama
Material tiang pancang dapat awet hingga puluhan tahun.
 Lebih Tahan Korosi
Bila Anda memilih tiang pancang yang terbuat dari beton berkualitas baik,
pasti beton dekkingnya pun tebal.
Hal ini akan membantu melindungi bagian dalam tulang beton dari pengaruh
kontak langsung dengan air ataupun zat kimia korosif.
Dijamin tiang pancang akan awet di segala kondisi.
Beberapa kekurangan yang akan Anda temui ketika memilih pondasi tiang
pancang untuk rumah Anda di antaranya:

 Bobotnya Sangat Berat


Kekurangan pertama adalah soal bobotnya. Produk tiang pancang terutama
dari beton tentu memiliki bobot yang sangat berat.
Selain itu, dimensinya pun rata-rata berukuran besar.
 Memakan Waktu Lama
Kekurangan kedua adalah waktu produksi yang cukup lama.
Hal ini dikarenakan pada saat pembuatannya, kualitas beton harus dipastikan
agar tingkat kekerasannya maksimal, sehingga daya tahan terhadap beban
ketika digunakan pun maksimal.pondasi tiang pancang
 Proses Produksi Rumit
Kekurangan ketiga adalah proses produksi yang cukup rumit.
Hal ini timbul karena proses pembuatan tiang pancang harus dipastikan
sesempurna mungkin tanpa adanya kesalahan seperti soal material serta
ukurannya.

 Biaya Relatif Lebih Mahal


15

Tak dapat dipungkiri, tiang pancang akan membutuhkan biaya yang relatif
lebih mahal dibandingkan dengan menggunakan pondasi konvensional.
Hal tersebut diakibatkan proses dari mulai pembuatan hingga pemasangannya
yang lebih rumit dari biasanya.
3.6.2 Pile Cap
Pile cap merupakan suatu cara untuk mengikat pondasi sebelum
didirikan kolom di bab atasnya. Pile cap tersusun atas tulangan baja
berdiameter 16mm, 19mm dan 25mm yang membentuk suatu bidang dengan
ketebalan 50 mm dan lebar yang berbeda-beda tergantung dari jumlah tiang
yang tertanam.
Fungsi dari pile cap yaitu untuk mendapatkan beban dari kolom yang lalu aka
n terus disebarkan ke tiang pancang dimana masing-masing pile mendapatkan
1/N dari beban oleh kolom dan harus ≤ daya dukung yang diijinkan (Y ton)
(N= jumlah kelompok pile). Makara beban maksimum yang sanggup diterima
oleh pile cap dari suatu kolom yaitu sebesar N x (Y ton).
Pile cap ini bertujuan semoga lokasi kolom benar-benar berada dititik sentra p
ondasi sehingga tidak menyebabkan eksentrisitas yang sanggup menyebabkan
beban embel-embel pada pondasi. Selain itu, menyerupai halnya kepala kolo
m, pile cap juga berfungsi untuk menahan gaya geser dari pembebanan yang
ada. Bentuk dari pile cap juga bervariasi dengan bentuk segitiga dan persegi p
anjang. Jumlah kolom yang diikat pada tiap pile cap pun berbeda tergantung
kebutuhan atas beban yang akan diterimanya. Terdapat pile cap dengan ponda
si tunggal, ada yang mengikat 2 dan 4 buah pondasi yang diikat menjadi satu.
Untuk langkah kerja pelaksanaan pile cap yaitu sebagai berikut :
1. Setelah galian tanah mencapai elevasi yang ditentukan, maka tiang pile
atau pancang dipotong dan dan dilebihkan besi stek untuk pengikatan
struktural dan disisakan beton setinggi 7,5 cm untuk selimut beton.
2. Pembuatan lantai kerja setebal 5 cm.
3. Meletakkan pembesian pile cap yang telah dipabrikasi.
4. Memasang bekisting untuk memberi bentuk pile cap dan memisahkan
beton dengan tanah.
5. Merangkai dengan pembesian tie biem dan slab semoga menjadi satu
kesatuan.
16

6. Pengecoran yang dilakukan bersamaan antara tie biem dengan pile cap.

3.6.3 Sloof
Sloof merupakan struktur bangunan yang terletak di atas pondasi
bangunan yang terbuat dari beton bertulang. Sloof berfungsi mendistribusikan
beban dari bangunan atas ke pondasi, sehingga beban yang tersalurkan setiap
titik di pondasi tersebar merata. Selain itu sloof juga berfungsi sebagai
pengunci dinding dan kolom agar tidak roboh apabila terjadi pergerakan
tanah. Pada bangunan yang relatif besar, penurunan pondasi harus
diperhitungkan dalam menentukan penulangan struktur sloof ini.
Sloof dapat dikatakan sebagai struktur bawah karena letaknya di bawah
permukaan tanah atau bersentuhan dengan tanah. Sloof sama halnya juga
dengan balok tetapi sloof merupakan balok yang letaknya paling bawah dari
semua balok pada sebuah struktur bangunan.
Sloof memiliki fungsi seperti halnya struktur bangunan lainnya.
Beberapa fungsi sloof yaitu sebagai berikut :
1. Menerima beban dari bangunan diatasnya, seperti pasangan dinding,
pintu, jendela, dan sejenisnya.
2. Meratakan beban yang diterima dari bangunan di atasnya untuk
kemudian disalurkan menuju pondasi.
3. Sebagai pengikat antar kolom sehingga struktur bangunan menjadi
kaku dan aman terhadap goncangan akibat angin, gempa, dan lain-
lain.
4. Sebagai dinding penahan material urugan tanah, pasangan keramik
dan berbagai macam pekerjaan lantai bangunan agar bisa tetap berada
pada posisi yang direncanakan.
5. Bila ada penurunan tanah pada bagian bangunan, dengan adanya sloof
maka penurunan tanahnya akan sama.
3.6.4 Kolom
Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan p
enting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupaka
n kondisi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (Collapse) lantai yang be
17

rsangkutan dan juga dapat menyebabkan keruntuhan total (Total Collapse) sel
uruh struktur (Sudarmoko, 1996).
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi.
Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastika
n sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruska
n berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-bar
ang), serta beban hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting agar bang
unan tidak mudah roboh.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan g
abungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material
yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. Gab
ungan kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau ba
gian struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya
tarik pada bangunan.
Elemen struktur kolom yang mempunyai nilai perbandingan antara panjan
g dan dimensi penampang melintangnya relatif kecil disebut kolom pendek.
Kapasitas pikul-beban kolom pendek tidak tergantung pada panjang kolom da
n bila mengalami beban berlebihan, maka kolom pendek pada umumnya akan
gagal karena hancurnya material. Dengan demikian, kapasitas pikul-beban bat
as tergantung pada kekuatan material yang digunakan. Semakin panjang suatu
elemen tekan, proporsi relatif elemen akan berubah hingga mencapai keadaan
yang disebut elemen langsing. Perilaku elemen langsing sangat berbeda deng
an elemen tekan pendek. Perilaku elemen tekan panjang terhadap beban tekan
adalah apabila bebannya kecil, elemen masih dapat mempertahankan bentuk l
iniernya, begitu pula apabila bebannya bertambah. Pada saat beban mencapai
nilai tertentu, elemen tersebut tiba-tiba tidak stabil, dan berubah bentuk.
Hal inilah yang dibuat fenomena tekuk (Buckling) apabila suatu elemen st
ruktur (dalam hal ini adalah kolom) telah menekuk, maka kolom tersebut tida
k mempunyai kemampuan lagi untuk menerima beban tambahan. Sedikit saja
penambahan beban akan menyebabkan elemen struktur tersebut runtuh. Deng
an demikian, kapasitas pikul-beban untuk elemen struktur kolom itu adalah b
esar beban yang menyebabkan kolom tersebut mengalami tekuk awal. Struktu
r yang sudah mengalami tekuk tidak mempunyai kemampuan layan lagi. Fen
18

omena tekuk adalah suatu ragam kegagalan yang diakibatkan oleh ketidaksta
bilan suatu elemen struktur yang dipengaruhi oleh aksi beban. Kegagalan yan
g diakibatkan oleh ketidakstabilan dapat terjadi pada berbagai material. Pada
saat tekuk terjadi, taraf gaya internal bisa sangat rendah. Fenomena tekuk ber
kaitan dengan kekakuan elemen struktur. Suatu elemen yang mempunyai kek
akukan kecil lebih mudah mengalami tekuk dibandingkan dengan yang memp
unyai kekakuan besar. Semakin panjang suatu elemen struktur, semakin kecil
kekakuannya.
3.6.5 Balok
Balok merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Balok merupakan
bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai (pelat) dan pengikat k
olom lantai atas. Fungsinya adalah sebagai rangka penguat horizontal bangun
an akan beban-beban.
Variabel utama dalam mendesain balok meliputi; bentang, jarak balok, jen
is dan besar beban, jenis material, ukuran dan bentuk penampang, serta cara p
enggabungan atau fabrikasi. Semakin banyak batasan desain, maka semakin
mudah desain dilakukan. Setiap desain harus memenuhi kriteria kekuatan dan
kekakuan untuk masalah keamanan dan kemampuan layan. Pendekatan desai
n untuk memenuhi kriteria ini sangat bergantung pada material yang dipilih, a
pakah menggunakan balok kayu, baja atau beton bertulang.
Beberapa faktor yang merupakan prinsip-prinsip desain umum dalam pere
ncanaan balok, yaitu :
1. Kontrol kekuatan dan kekakuan.
2. Variasi besaran material.
3. Variasi bentuk balok pada seluruh panjangnya.
4. Variasi kondisi tumpuan dan kondisi batas.
Prinsip desain praktis balok kayu dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah
satunya adalah sifat kayu yang mempunyai kemampuan untuk memikul tegan
gan besar dalam waktu singkat. Pada kondisi beban permanen, tegangan ijin p
erlu di reduksi dengan faktor 0,90. Faktor beban untuk angin adalah 1,33. Sed
angkan beban normal mempunyai faktor 1,0.
Desain balok baja umumnya di desain berdasarkan beban kerja dan tegang
an ijin. Balok yang digunakan bisa berupa penampang gilas (Wide Flange), k
19

anal, atau tersusun atas elemen-elemen (pelat atau siku). Untuk bentang atau
beban yang sangat besar, penampang girder pelat yang tersusun dari elemen s
iku dan plat sering digunakan. Pada balok baja, apabila material balok mulai l
eleh pada saat dibebani, maka distribusi tegangan yang ada mulai berubah. Ba
lok masih dapat menerima tambahan momen sampai semua bagian penampan
g telah meleleh.
Desain balok beton tidak dapat digunakan sendiri pada balok karena sanga
t kecilnya kekuatan tarik, dan karena sifat getasnya (Brittle). Retak - retak ya
ng timbul dapat berakibat gagalnya struktur, dimana hal ini dapat terjadi ketik
a balok beton mengalami lentur. Penambahan baja di dalam daerah tarik mem
bentuk balok beton bertulang dapat meningkatkan kekuatan sekaligus daktilit
asnya. Elemen struktur beton bertulang menggabungkan sifat yang dimiliki b
eton dan baja.
3.6.6 Pelat
Pelat beton bertulang merupakan sebuah struktur yang dibuat untuk keperl
uan seperti lantai bangunan, atap dan sebagainya dengan bidang permukaan y
ang arahnya horizontal. Pada struktur pelat ini beban bekerja secara tegak lur
us dan disalurkan pada dinding, balok, kolom, atau tanah karena letaknya yan
g dapat di tumpu oleh dinding, balok, kolom, atau dapat juga terletak langsun
g di atas tanah (Slab On Ground). Ketebalan bidang (h) untuk pelat beton bert
ulang ini sendiri relatif sangat kecil bila dibandingkan dengan bentang panjan
g/lebarnya. Pelat beton bertulang dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan perb
andingan panjang antara bentang panjang (lx) terhadap bentang pendek (ly).
Apabila nilai perbandingan bentang panjang terhadap bentang pendek adalah
lebih atau sama dengan dua maka pelat tersebut di kategorikan sebagai pelat s
atu arah dan apabila kurang dianggap sebagai pelat dua arah. Ketebalan pelat
lantai ditentukan oleh :
1. Besar lendutan yang diijinkan.
2. Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung.
3. Bahan konstruksi dan plat lantai.
Berdasarkan aksi strukturalnya, pelat dibedakan menjadi empat (Szilard, 197
4) yaitu :
1. Pelat kaku
20

Pelat kaku merupakan pelat tipis yang memiliki ketegaran lentur (Flex
ural Rigidity), dan memikul beban dengan aksi dua dimensi, terutama d
engan momen dalam (lentur dan puntir) dan gaya geser transversal, yan
g umumnya sama dengan balok. Pelat yang dimaksud dalam bidang tek
nik adalah pelat kaku, kecuali jika dinyatakan lain.
2. Membran
Membran merupakan pelat tipis tanpa ketegaran lentur dan memikul be
ban lateral dengan gaya geser aksial dan gaya geser terpusat. Aksi pem
ikul beban ini dapat didekati dengan jaringan kabel yang tegang karena
ketebalannya yang sangat tipis membuat daya tahan momennya dapat
diabaikan.
3. Pelat Flexibel
Pelat flexibel merupakan gabungan pelat kaku dan membran dan mem
ikul beban luar dengan gabungan aksi momen dalam, gaya geser trans
versal dan gaya geser terpusat, serta gaya aksial. Struktur ini sering di
pakai dalam industri ruang angkasa karena perbandingan berat dengan
bebannya menguntungkan.
4. Pelat tebal
Pelat tebal merupakan pelat yang kondisi tegangan dalamnya menyeru
pai kondisi kontinu tiga dimensi.
3.6.7 Rangka Atap Baja Galvanis
Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai penutup
seluruh ruangan yang ada dibawahnya dari pengaruh panas, hujan, angin,
debu, termasuk juga untuk keperluan perlindungan, yang terdiri dari dua
komponen yaitu konstruksi rangka atap (kudakuda) dan konstruksi
penutup. Dimana material yang digunakan untuk konstruksi menentukan
kenyamanan bagi penghuninya.
Konstruksi atap adalah konstruksi yang terdiri dari balok melintang (yang
menerima gaya tarik), balok sebagai penopang atau tiang (yang menerima
gaya tekan) guna menyangga dari gording dan kasau serta pelapis atap.
Bentuk atap berpengaruh terhadap keindahan suatu bangunan dan
pemilihan tipe atap hendaknya disesuaikan dengan iklim setempat, tampak
21

yang dikehendaki oleh arsitek, biaya yang tersedia, dan material yang
mudah didapat.
Konstruksi rangka atap yang sering digunakan adalah rangka atap
kuda-kuda. Rangka atap atau kuda–kuda adalah suatu susunan rangka
batang yang berfungsi untuk mendukung beban atap termasuk juga berat
sendiri dan sekaligus memberikan bentuk pada atap. Pada dasarnya
konstruksi kuda–kuda terdiri dari rangkaian batang yang membentuk
segitiga. Dengan mempertimbangkan berat atap serta bahan penutup atap,
maka konstruksi kuda–kuda akan berbeda satu sama lain. Setiap susunan
rangka batang haruslah merupakan satu kesatuan bentuk yang kokoh yang
nantinya mampu memikul beban yang bekerja padanya tanpa mengalami
perubahan. Kuda-kuda diletakkan diatas dua tembok selaku tumpuannya.
Perlu diperhatikan bahwa tembok diusahakan tidak menerima gaya
horisontal maupun momen, karena tembok hanya mampu menerima beban
vertikal saja. Kuda-kuda diperhitungkan mampu mendukung beban-beban
atap dalam satu luasan atap tertentu. Beban-beban yang dihitung adalah
beban mati (yaitu berat penutup atap, reng, usuk, gording, kuda-kuda) dan
beban hidup (angin, air hujan, orang pada saat memasang/memperbaiki
atap).
Dalam sebuah proyek konstruksi, banyak material yang digunakan,
salah satunya yaitu material baja. Harga per meter baja ringan murah
namun memiliki banyak kelebihan. Baja sendiri merupakan jenis metal
yang kuat dan kokoh serta tahan lama.Hanya saja, baja juga dapat rusak
dan terkena korosi sebab pengaruh lingkungan atau perubahan cuaca. Baja
yang rusak, tentu saja juga berpengaruh pada kualitas konstruksi
bangunannya. Namun seiring perkembangan teknologi, pengembangan
pada baja juga meningkat dimana kini sudah terdapat beberapa metode
yang berguna untuk menghindarkan baja dari resiko korosi. Metode
tersebut yaitu penyemburan metal zinc, zinc rich paint dan hot dip
galvanis. Metode galvanis merupakan salah satu jenis metode populer.
Galvanis dilakukan dengan coating atau pelapisan pada baja dengan
demikian baja bersifat leboih tahan pada korosi. Metode ini cukup efisien
pada berbagai kondisi cuaca ataupun lingkungan. Hal inilah yang
22

mejadikan metode galvanis banyak dibutuhkan dalam dunia sipil maupun


konstruksi. Harga per meter baja ringan murah dan punya banyak
keuntungan. Beberapa keuntungan menggunakan hot dip galvanis sebagai
berikut.
Kelebihan Rangka Galvanis
 Awet dan tahan lama
Rangka galvanis yang terbuat dari material baja ringan tidak terpengaruh
oleh serangan rayap. Berbeda halnya dengan rangka kayu biasa yang
rentan lapuk akibat dari serangan rayap. Hal ini kemudian menjadikan
rangka galvanis memiliki usia pakai yang relatif lebih lama dari
penggunaan rangka kayu. Selain tahan akan rayap, rangka galvanis juga
tahan akan karat karena rangka baja telah dilapisi oleh aluminium dan
zinc. Anda bisa memberikan finishing lapisan tambahan berupa cat anti
karat agar rangka lebih tahan akan perubahan cuaca dan kelembapan.
 Harga lebih murah dan pemasangan cepat
Rangka galvanis tidak memerlukan pemeliharaan atau perawatan yang
intens sehingga hal ini dapat menghemat biaya perawatan rumah Anda.
Selain tidak mengeluarkan biaya perawatan khusus, proses pemasangan
rangka atap baja ringan jenis ini pun relatif cepat. Rangka ini sudah
tersedia siap pasang sehingga menghemat waktu pengerjaan
pembangunan. Namun hal ini juga tentunya menyesuaikan dengan tingkat
kerumitan dan luasan atap.
 Banyak pilihan ukuran dan model
Anda tidak perlu bingung mencari ukuran ataupun model rangka galvanis,
karena rangka ini sudah banyak dijual di pasaran dengan berbagai ukuran
dan model. Mulai dari bentang berukuran kecil (6-8 meter), ukuran sedang
(8-10 meter) hingga ukuran besar (10-12 meter). Anda tinggal
menyesuaikan dengan kebutuhan. Selain ukuran, rangka galvanis juga
dijual dengan berbagai model. Harga model rangka tersebut menyesuaikan
dengan detail dekorasi tiang, ukuran dan penggunaan materialnya.
Kekurangan Rangka Galvanis
 Membutuhkan keahlian dalam pemasangannya
23

Walaupun pemasangan rangka galvanis terbilang cepat namun


membutuhkan keahlian khusus untuk memasangnya. Tidak semua orang
familiar dan mampu memasang atap rangka galvanis. Diperlukan tenaga
kerja yang benar-benar mengerti dalam pengerjaan rangka ini. Salah
sedikit saja maka akan berakibat pada tidak kokohnya rangka yang
dipasang. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan resiko dan bahaya.
 Cenderung lebih cepat panas
Salah satu kelemahan lainnya dari rangka galvanis adalah cenderung cepat
panas. Dalam pemakaian rangka jenis ini, terutama ketika digunakan
sebagai rangka atap akan lebis cepat panas saat matahari terik di siang
hari. Hal ini tentunya akan mempengaruhi suhu di dalam ruangan atau
rumah Anda. Berbeda dengan rangka kayu yang cenderung menyerap
panas dan tidak menyebabkan suhu ruangan meningkat.

3.7            Metode pekerjaan


Pada pekerjaan suatu proyek, pelaksana perlu mengatur langkah kerja setiap
pekerjaan dari awal hingga akhir pekerjaan. Hal ini berfungsi untuk menentukan
rencana kerja, tenaga kerja dan alat-alat yang digunakan, sehingga menghasilkan
mutu pekerjaan dan waktu pekerjaan sesuai dengan kontrak yang telah ditetapkan.
Pelaksana perlu mengatur volume pekerjaan untuk mengarahkan tenaga kerja dalam
menggunakan peralatan yang diperlukan sehingga pemakaian waktu, bahan dan mutu
sesuai dengan rencana kerja dan syarat-syarat.
Berdasarkan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), ruang lingkup
pekerjaan pada Proyek Pembangunan Bendungan adalah :

1. Pekerjaan persiapan.
2. Pekerjaan pabrikasi besi.
3. Pekerjaan pembesian pada lokasi pekerjaan.
4. Pekerjaan bekisting.
5. Pekerjaan pengecoran/beton.

3.7.1 Pekerjaan Persiapan


Pekerjaan persiapan meliputi semua kegiatan sebelum
dilaksanakannya pekerjaan konstruksi/pekerjaan fisik. Kontraktor
24

diharuskan melaksanakannya guna mendukung kelancaran pekerjaan


sehingga pada saat konstruksi berlangsung, maka tidak akan terjadi
hambatan-hambatan yang dapat mengganggu pelaksanaan proyek.
Pekerjaan persiapan ini meliputi :
1. Koordinasi lapangan
Pekerjaan ini dilakukan pada area pekerjaan untuk mengukur luasan
tanah tempat area pekerjaan akan dilakukan. Koordinasi lapangan
dilakukan dengan cara mengukur koordinat-koordinat batas tanah
dari area pekerjaan agar tidak terjadi sengketa pada waktu yang akan
datang. Koordinasi lapangan ini dilaksanakan dengan menggunakan
theodolite.
2. Pembuatan Papan Proyek
Papan nama proyek diletakan pada tempat yang mudah terlihat dan
mudah dibaca dari jalan umum. Papan nama dibuat sedemikian rupa
dengan ketinggian 2 m dari permukaan tanah.Papan nama proyek
diletakkan pada tempat yang mudah terlihat dan mudah dibaca dari
jalan umum. Pada proyek pembangunan Bendungan papan proyek
berada didepan area pembangunan.
3. Pekerjaan pembersihan lahan
Pembersihan lahan dilakukan pada area pekerjaan dari segala
kotoran atau sampah, pembersihan lahan ini bertujuan untuk
membersihkan area yang akan dipakai sebagai lahan pembangunan.
Pemebersihan lahan yang dilakukan menggunakan tenaga manusia
dan juga peralatan berupa excavator kecil.
4. Pekerjaan pengukuran bowplank
Pemasangan bouwplank dilakukan dengan menggunakan
kayu 5/5 cm dan papan bouwplank. Kayu yang dipasang harus kuat
agar tidak mudah lepas. Pengukuran as-as bangunan yang akan
dilakukan harus siku dan ukurannya harus sesuai dengan gambar
rencana dengan menggunakan theodolite. Pada saat pemasangan
bouwplank harus mendapat persetujuan dari Direksi dan Pengawas
Lapangan dari Konsultan Pengawas.
5. Pembuatan gudang, direksi, dan fasilitas lainnya.
25

Pekerjaan ini dibuat di sekitar bangunan yang akan dikerjakan,


lengkap dengan peralatannya, letak ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
Bahan-bahan yang memerlukan perlindungan disimpan di dalam
gudang demi menjaga mutu bahan yang telah/sudah dibawa ke lokasi
pekerjaan, dan juga bedeng yang berguna sebagai tempat tinggal dari
para pekerja yang akan bekerja pada proyek tersebut.
3.7.2 Pekerjaan pembesian
Pembesian dibuat melalui pabrikasi besi secara manual yang
menggunakan tenaga manusia. Dalam pabrikasi besi yang
dilakukan antara lain; pemotongan dan pembengkokan besi. Besi
yang digunakan adalah besi ulir dengan ukuran D25, D19, D16,
dan D13. Perakitan besi dilakukan dalam lokasi kerja dengan cara
mengikat besi menggunakan kawat/bendrat dan menggunakan
mesin las.
3.7.3 Pekerjaan bekisting
Bekisting atau formwork adalah konstruksi sementara untuk
membantu cetakan dari sebuah struktur bangunan yang sesuai dengan
perencanaan dan bentuk yang diinginkan, serta untuk mendukung dan
melindungi beton segar. Untuk waktu pembukaan bekisting dilakukan
setelah beton sudah mengeras dan dapat menanggung beban sendiri
dari beton tersebut. Pekerjaan bekisting pada proyek pembangunan
Stadion parasamya menggunakan Bekisting Konvensional atau
terbuat dari papan dan balok kayu yang dibuat secara manual dengan
mengikuti gambar kerja yang sudah dibuat. Proses penyambungan
bekisting ini dilakukan dengan cara di paku untuk menyatukan balok
kayu dan papan.
3.7.4 Pekerjaan pengecoran/beton
Pekerjaan ini meliputi kegiatan yaitu balok, kolom, dan plat.
Pekerjaan pengecoran dilakukan dengan menggunakan beton ready
mix. Sebelum pengecoran terlebih dahulu dilakukan pemasangan
bekisting untuk tempat pengecoran sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan dalam gambar. Pengecoran menggunakan mutu beton
K175.
26

3.7.5 Pekerjaan perawatan/finishing


Pekerjaan perawatan dilakukan pada saat beton sudah mulai mengeras
yang bertujuan untuk menjaga agar beton tidak cepat kehilangan air
dan sebagai tindakan menjaga kelembaban/suhu sehingga beton dapat
mencapai mutu beton yang diinginkan. Beton yang sudah mengeras di
aci dan di cat, Pada bagian dinding luar bangunan di pasang
Alumunium Composite Panel (ACP).
27

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Jenis Pekerjaan dalam pembangunan

Proyek Pembangunan Stadion Parasamya Tomohon ini, membutuhkan biaya


sebesar Rp. 4.390.000,000,- (empat miliar tiga ratus sembilan puluh juta rupiah)
dan pada praktik kerja lapangan (PKL) selama ± 4 bulan dapat diamati dan dipela
jari metode pelaksanaan pekerjaan struktur yang berlangsung antara lain :

1. Pekerjaan dan pemasangan lantai kerja pile cap.


2. Pekerjaan pemasangan batu belah dan batu kosong.
3. Pekerjaan pondasi jalur.
4. Pekerjaan sloof.
5. Pekerjaan bekisting balok, kolom dan plat
6. Pekerjaan pembeisan kolom, balok dan plat
7. Pekerjaan pengecoran balok, kolom dan plat
8. Pekerjaan pasangan bata
9. Pekerjaan pemasangan kolom praktis
10. Pekerjaan Atap
11. Pekerjaan Finishing

4.2 Peralatan Yang Digunakan


Peralatan bangunan merupakan hal yang wajib dalam setiap pekerjaan
konstruksi khususnya pada bangunan gedung. Alat-alat yang digunakan dalam
pekerjaan konstruksi sangat bervariasi dan memiliki fungsinya masing-masing.
Tujuan dari penggunaan alat, yaitu untuk memudahkan pekerja dalam mengerjakan
pekerjaan agar lebih efisien sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan
lebih muda dan juga dapat selesai dalam waktu yang lebih singkat.

Oleh karena itu demi menunjang pekerjaan konstruksi pada proyek ini
digunakan alat-alat sebagai berikut:
28

4.2.1 Concrete Mixer Truck


Alat ini merupakan transportasi khusus yang digunakan sebagai
pengangkut adukan beton ready mix dari batching plant. Untuk
mempertahankan stabilitas kekentalan dari beton yang berada di dalam mixer
truck ini melalui proses agitasi atau memutar drum (tangki yang berada di
atas mixer truck) dengan kecepatan 8-12 putaran yang bagian dalam drum
tersebut dilengkapi dengan pisau spiral satu arah rotasi putaran, sebagai
pengaduk material beton cor selama waktu transportasi ke lokasi pengecoran.
Apabila telah sampai di lokasi pengecoran, arah putaran drum dibalikkan
searah dengan jarum jam dan kecepatan putaran diperbesar sehingga adukan
beton akan keluar. Concrete mixer truck dapat dilihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Concrete Mixer Truck


Sumber : Gambar Lapangan

4.2.2 Concrete Pump


Concrete Pump adalah alat yang digunakan untuk menyalurkan
adonan beton segar dari Concrete Mixer Truck ke lokasi pengecoran. Alat ini
biasa digunakan apabila tempat pengecoran sulit untuk dijangkau.
Cara pengerjaannya, yaitu beton dari concrete mixer truck dimasukaan ke
dalam bucket yang ada bagian belakang concrete pump kemudian beton akan
tersedot ke dalam sistem katup kemudian beton akan disuplai melalui pipa
beton untuk ditempatkan di tempat pengecoran. Concrete Pump dapat dilihat
pada gambar 4.2
29

Gambar 4.2 Concrete Pump


Sumber : Gambar Lapangan

4.2.3 Concrete Mixer


Concrete Mixer merupakan alat untuk mengaduk beton namun dalam
volume yang kecil namun dari segi kualitas beton tetap seragam dan sesuai
proporsi material yang telah ditentukan.dalam mix design. Cara kerjanya
bucket akan diisi dengan material-material semen, pasir, agregat dan
kemudian alat akan berputar dan sambil itu air akan ditambahkan sedikit
demi sedikit setelah itu beton akan diaduk hingga tercampur dengan
sempurna. Setelah pengadukan selesai, beton dituangkan ke dalam wadah
yang kemudian akan digunakan untuk pengecoran. Concrete Mixer dapat
dilihat pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 Concrete Mixer


Sumber : Gambar Lapangan
30

4.2.4 Vibrator
Vibrator adalah alat yang digunakan untuk memadatkan beton pada saat
pelaksanaan pengecoran. Tujuannya agar udara yang berada di dalam adonan
beton bisa keluar sehingga tidak menimbulkan rongga. Apabila rongga
jumlahnya terlalu banyak dan berukuran besar kualitas dari beton akan
berkurang. Cara kerja dari alat ini, yaitu ketika beton akan dituangkan, alat ini
diletakkan pada area pengecoran. Posisinya harus dijaga agar selangnya selalu
berdekatan dengan daerah yang akan digetarkan. Ketika beton dituangkan
mesin vibrator dihidupkan lalu selangnya diarahkan pada beton kemudian
kepala vibrator dimasukkan ke dalam adonan dan digetarkan di sekitar area
tersebut selama kurang lebih 10 detik. Yang perlu diperhatikan kepala vibrator
tidak boleh bersentuhan langsung dengan bekisting dan posisinya harus
mengambang di dalam adonan beton. Vibrator dapat dilihat pada gambar 4.4.
31

Gambar 4.4 Vibrator


Sumber : Gambar Lapangan

4.2.6 Mesin Cut-Off


Mesin ini merupakan salah satu alat untuk memotong besi. Cara
penggunaannya, yaitu pastikan terlebih dahulu bahwa mesin telah terhubung
dengan listrik. Kemudian taruh besi yang akan dipotong lalu nyalakan mesin
tersebut dan potong besi yang akan digunakan. Mesin ini juga bisa digunakan
untuk menghaluskan permukaan dari besi. Mesin gerinda dapat dilihat pada
gambar 4.5

Gambar 4.5 Mesin Cut-Off


Sumber : Gambar Lapangan
4.2.7 Pemotong Besi
Alat ini digunakan untuk memotong besi secara manual. Banyak
digunakan oleh tukang besi dalam pekerjaan pembesian. Kunci besi dapat
dilihat pada gambar 4.6
32

Gambar 4.6 Pemotong Besi


Sumber : Gambar Lapangan
4.2.8 Kunci Besi
Alat ini digunakan untuk membengkokkan besi yang dibentuk sesuai
dengan perencanaan. Alat ini terbuat dari besi yang ujungnya dibentuk
setengah lingkaran yang ukurannya disesuaikan dengan diameter dari besi yang
akan dibengkokkan. Kunci besi dapat dilihat pada gambar 4.7

Gambar 4.7 Kunci Besi


Sumber : Gambar Lapangan
4.2.9 Peralatan Lainnya
Di samping alat – alat yang disebutkan diatas, pekerjaan proyek ini juga
tidak lepas dari penggunaan alat – alat konvensional yang biasa digunakan
pekerja pada proyek konstruksi seperti :
Tabel 4.1 Peralatan yang digunakan
Sumber Data proyek
Pekerjaan Peralatan

Galian tanah Pacul, linggis, sekop, ember


dan gerobak
Pembekistingan Palu, treck stang, meteran dan
gergaji
Penulangan Pemotong besi, kunci besi

Pengecoran Sekop, ember, gerobak,


sendok semen
Pengelasan Kawat las, Mesin Las, Kabel
33

las, Palu las.

4.3 Material Yang Digunakan


Material merupakan bahan baku yang digunakan dalam pekerjaan konstruksi.
Bahan bangunan juga merupakan salah satu elemen pokok yang menentukan kualitas
bangunan. Bahan bangunan memegang peranan penting dalam suatu konstruksi
bangunan separti menentukan kekuatan, keamanan, keselamatan, dan keawetan dari
suatu bangunan. Maka dari itu dalam pelaksanaan proyek ini digunakan material-
material sebagai berikut:
4.3.1 Semen Portland
Semen merupakan material yang bersifat perekat yang berfungsi
untuk merekatkan atau mengikat material-material menjadi satu kesatuan
yang kokoh. Bahan ini digunakan untuk pengecoran, digunakan sebagai spesi
untuk pasangan batu bata, plesteran dan juga untuk pembuatan beton decking.
Semen dapat dilihat pada gambar 4.8

Gambar 4.8 Semen Portland


Sumber : Gambar Lapangan
4.3.2 Pasir
Pasir merupakan agregat halus yang terbuat dari kandungan silicon
dioksida serta berasal dari batuan kapur. Pasir digunakan untuk urugan lantai,
pemasangan paving block, dan juga sebagai spesi yang digunakan untuk
pasangan batu bata, plesteran, pekerjaan pengecoran dan untuk membuat
beton decking. Pasir dapat dilihat pada gambar 4.9.
34

Gambar 4.9 Pasir


Sumber : Gambar Lapangan
35

4.3.3 Beton Ready Mix


Beton Ready Mix adalah beton cor yang siap digunakan yang terdiri
dari semen, pasir, batu split, air dan bahan tambah. Beton ini biasanya sudah
diolah terlebih dahulu di batching plant dan dikirim ke lokasi proyek dengan
menggunakan concrete mixer truck. Penggunaan beton ready mix memiliki
beberapa kelebihan, yaitu proses pengecoran lebih cepat, lebih sedikit
menggunakan tenaga, dan tidak perlu menggunakan banyak alat. Beton ready
mix dapat dilihat pada gambar 4.10

Gambar 4.10 Beton Ready Mix


Sumber : Gambar Lapangan
4.3.4 Besi Tulangan
Besi tulangan digunakan untuk penulangan konstruksi beton bertulang
untuk menahan gaya tarik sementara beton berfungsi untuk menahan gaya
tekan. Pada proyek ini, besi tulangan yang digunakan sangat bervariasi.

Gambar 4.11 Besi Tulangan


Sumber : Gambar Lapangan
36

4.3.5 Kawat Bendrat


Kawat bendrat digunakan untuk mengikat rangkaian tulangantulangan
sloof, kolom, balok, dan pelat agar pada saat pekerjaan pengecoran tulangan-
tulangan tersebut tidak bergeser. Kawat bendrat dapat dilihat pada gambar 4.12

Gambar 4.12 Kawat Bendrat


Sumber : Gambar Lapangan

4.3.6 Batu Bata Merah


Batu Bata Merah merupakan bahan bangunan yang terbuat dari tanah liat
yang diproses dengan cara dibakar. Batu bata merah digunakan untuk
pekerjaan pasangan dinding. Bata merah dapat dilihat pada gambar 4.13

Gambar 4.13 Batu Bata Merah


Sumber : Gambar Lapangan
37

4.3.7 Air
Air sangat penting dalam pekerjaan konstruksi yang berfungsi untuk
menyatukan material-material untuk pembuatan plesteran, acian, dan juga
untuk perawatan beton. Dalam pembuatan konstruksi beton harus digunakan
air bersih yang tidak mengandung lumpur, minyak, garam, dan senyawa-
senyawa lainnya. Air dapat dilihat pada gambar 4.14

Gambar 4.14 Pompa Air


Sumber : Gambar Lapangan
4.3.8 Kayu
Kayu merupakan bahan bangunan yang digunakan untuk pembuatan
bekisting yang berfungsi untuk menahan agar supaya beton tidak akan
melendut ketika dicor nanti. Kayu dapat dilihat pada gambar 4.15
38

Gambar 4.15 Kayu


Sumber : Gambar Lapangan
4.3.9 Multiplek
Multipleks merupakan kayu olahan yang digunakan sebagai bekisting.
Dalam pembuatan bekisting digunakan multipleks agar hasil permukaan dari
pengecoran menjadi halus. Pada proyek ini digunakan multipleks dengan tebal
9 mm. Multipleks dapat dilihat pada gambar 4.16

Gambar 4.16 Multiplek


Sumber : Gambar Lapangan

4.3.10 Bambu
Bambu termasuk bahan bangunan tertua dan sangat serba guna
dengan banyak aplikasi dibidang konstruksi bangunan, karena merupakan
material kuat dan ringan yang digunakan tanpa pengolahan atau finishing.
Penggunaan material bambu pada proyek ini adalah sebagai perancah untuk
menopang bekisting balok dan pelat.
39

Gambar 4.17 Bambu


Sumber : Gambar Lapangan

4.4 Tenaga Kerja Pada Pelaksanaan Proyek


Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan proyek
konstruksi. Tenaga kerja mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap biaya dan
waktu pelaksanaan dari proyek konstruksi. Oleh sebab itu penentuan jumlah tenaga
kerja dalam pelaksanaan proyek perlu dilakukan dengan baik.
Dalam pelaksanaan proyek ini memiliki beberapa tenaga kerja dengan kemampuan
dan tingkatannya masing-masing, sebagai berikut:
1. Tenaga Kerja Ahli
Tenaga kerja ahli memiliki peranan yang penting terhadap sistem koordinasi
dan sistem manajemen dengan tenaga kerja lainnya. Meliputi tenaga
pelaksana yang tingkat pendidikannya sarjana, dan memiliki pengalaman
dibidang masing-masing Tenaga kerja ahli yang terlibat dalam proyek ini,
adalah sebagai berikut:
Project Manager : 1 orang
Pengawas Lapangan: 1 orang
Drafter : 1 orang
2. Mandor
Seorang mandor dituntut untuk memiliki pengetahuan teknis dalam taraf
tertentu, misalnya dapat membaca gambar kerja, dapat membuat perhitungan
ringan, dapat membedakan kualitas bahan bangunan yang akan digunakan,
menangani pekerjaan acuan, pembesian, pengecoran, dan mengawasi tenaga
kerja bawahannya. Dalam proyek ini memiliki mandor yang berjumlah 1
orang.
3. Tukang
Tenaga tukang diharuskan ahli dalam bidangnya berdasarkan pengalaman
dan cara kerja yang sederhana. Tenaga tukang yang terlibat dalam proyek ini
adalah sebagai berikut:
Tukang Besi : 3 orang
Tukang Kayu : 1 orang
Tukang Batu : 1 orang
40

Tukang listrik : 1 orang

4.5 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi


4.5.1 Pekerjaan dan pemasangan lantai kerja pile cap
Lantai kerja adalah adukan sebelum pasangan batu kali di atas urugan
pasir dengan ketebalan 3 -5 cm. Bahan adukan lantai kerja ini adalah semen,
pasir, dan split dengan perbandingan 1 : 4 : 5. Satuan perhitungan pekerjaan
lantai kerja ini adalah m3.

Gambar 4.18 Lantai Kerja


Sumber : Gambar Lapangan
Pile cap merupakan suatu cara untuk mengikat pondasi sebelum didirikan
kolom di bab atasnya. Pile cap tersusun atas tulangan baja berdiameter
16mm, 19mm dan 25mm yang membentuk suatu bidang dengan ketebalan 50
mm dan lebar yang berbeda-beda tergantung dari jumlah tiang yang tertanam.

Gambar 4.19 Pile Cap


Sumber : Gambar Lapangan
Fungsi dari pile cap yaitu untuk mendapatkan beban dari kolom yang lalu
akan terus disebarkan ke tiang pancang dimana masing-masing pile
mendapatkan 1/N dari beban oleh kolom dan harus ≤ daya dukung yang
41

diijinkan (Y ton) (N= jumlah kelompok pile). Makara beban maksimum yang
sanggup diterima oleh pile cap dari suatu kolom yaitu sebesar N x (Y ton).

4.5.2 Pekerjaan pemasanganbatu belah dan batu kosong


Batu kosong. Aanstamping merupakan susunan batu-batu di atas
lapisan pasir urug dengan tinggi berkisar 20-25 cm. Dalam susunan batu-
batu tersebut disi pasir ke dalam celah-celahnya sehingga tidak ada rongga
antar batu.

Gambar 4.20 Batu Kosong


Sumber : Gambar Lapangan

Batu belah atau juga ada yang menyebutnya dengan batu split adalah


salah satu jenis batu yang digunakan sebagai bahan material bangunan yang
diperoleh dengan cara membelah atau memecah batu yang berukuran besar
menjadi batu dengan ukuran yang lebih kecil dan beragam
42

Gambar 4.21 Pasangan batu belah


Sumber : Gambar Lapangan
4.5.3 Pekerjaan pondasi jalur
Pondasi jalur/ pondasi memanjang (kadang disebut juga pondasi
menerus) adalah jenis pondasi yang digunakan untuk mendukung beban
memanjang atau beban garis, baik untuk mendukung beban dinding atau
beban kolom  dimana penempatan kolom  dalam jarak yang dekat dan
fungsional kolom tidak terlalu mendukung beban berat sehingga
pondasi tapak tidak terlalu dibutuhkan. Pondasi jalur/ pondasi memanjang
biasanya dapat dibuat dalam bentuk memanjang dengan potongan persegi
ataupun trapesium. Bisanya digunakan untuk pondasi dinding maupun kolom
praktis. Bahan untuk pondasi ini dapat menggunakan pasangan patu pecah,
batu kali, cor beton tanpa tulangan dan dapat juga menggunakan pasangan
batu bata dengan catatan tidak mendukung beban struktural. 

Gambar 4.22 Pondasi Jalur


Sumber : Gambar Lapangan
4.5.4 Pekerjaan Sloof
Sloof adalah suatu elemen struktural dari bangunan yang terletak
diatas pondasi yang mampu menahan beban dari struktur lain yang berada di
atasnya ke struktur pondasi dengan menolak membungkuk
43

Gambar 4.23 Sloof


Sumber : Gambar Lapangan
4.5.5 Pekerjaan pembesian balok, kolom, dan plat
Pekerjaan pembesian merupakan bagian dari suatu  pekerjaan
struktur. Pekerjaan ini memegang peranan yang penting dari aspek kualitas
pelaksanaan karena mengingat fungsi besi tulangan yang sangatlah penting
dalam kekuatan struktur gedung. Berikut adalah metode
pelaksanaan pekerjaan pembesian mulai dari tahap penyimpanan hingga
pemasangan tulangan.

Gambar 4.24
Pembesian Kolom Balok dan Plat
Sumber : Gambar Lapangan

4.5.6 Pekerjaan bekisting balok, kolom, dan plat


Bekisting adalah konstruksi bersifat sementara yang  merupakan
cetakan untuk menentukan bentuk dari konstruksi beton pada saat beton
masih segar.  Menurut Stephens (1985), formwork atau bekisting adalah
cetakan sementara yang digunakan untuk menahan beton selama beton
dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Dikarenakan
44

berfungsi sebagai cetakan sementara, bekisting akan dilepas atau dibongkar


apabila beton yang dituang telah mencapai kekuatan yang cukup.

Gambar 4.25 Pemasangan bekising


Sumber : Gambar Lapangan
Fungsi dan manfaat secara umum pembuatan bekisting adalah sebagai
berikut:
 Menahan beban beton sementara, pada saat pengecoran
 Membentuk beton sesuai dengan keinginan.
 Mempermudah pekerjaan dalam struktur bangunan
 Memikul dengan aman beban yang  ditimbulkan oleh spesi beton serta
beban luar lainya yang menyebabkan perubahan bentuk pada beton.
Namun perubahan ini tidak melampui batas toleransi yang ditetapkan.
 Bekisting harus dapat dengan mudah dipasang, dilepas dan dipindahkan.
Mempermudah proses produksi beton masal dalam ukuran yang sama.
4.5.7 Pekerjaan pengecoran balok, kolom, dan plat
Pekerjaan pengecoran adalah pekerjaan penuangan beton segar ke
dalam cetakan suatu elemen struktur yang telah dipasangi besi tulangan.
Sebelum pekerjaan pengecoran dilakukan, harus dilakukan
inspeksi pekerjaan untuk memastikan bekisting dan tulangan telah terpasang
sesuai rencana.
45

Gambar 4.26 Pengecoran Kolom, Balok, Plat


Sumber : Gambar Lapangan

4.5.8 Pekerjaan pasangan bata


Pasangan batu bata merupakan susunan batu bata yang teratur dan
tertentu dalam arah memanjang/ mendatar direkatkan oleh spesi dengan
perbandingan campuran tertentu. Fungsi Pasangan batu bata utamanya sebagai
dinding penyekat bangunan.

Gambar 4.27 Pekerjaan Pasangan Bata


Sumber : Gambar Lapangan

4.5.9 Pekerjaan pemasangan kolom praktis


46

Sedangkan kolom praktis adalah tiang struktur yang bertugas untuk


membantu kolom utama. Dalam standar bangunan perumahan, biasanya
jarak kolom ini berkisar antara 3 sampai 4 meter. Rangka struktur
dari kolom ini biasanya berada dalam posisi vertikal untuk menopang beban
balok.

Gambar 4.28 Kolom Praktis


Sumber : Gambar Lapangan
4.5.10 Pekerjaan Atap
Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai
penutup seluruh ruangan yang ada di bawahnya terhadap pengaruh panas,
debu, hujan, angin atau untuk keperluan perlindungan.
Bentuk atap berpengaruh terhadap keindahan suatu bangunan dan pemilihan
tipe atap hendaknya disesuaikan dengan iklim setempat, tampak yang
dikehendaki oleh arsitek, biaya yang tersedia, dan material yang mudah
didapat.
47

Gambar 4.29 Pekerjaan Atap


Sumber : Gambar Lapangan
Konstruksi rangka atap yang digunkan adalah rangka atap kuda-kuda.
Rangka atap atau kuda–kuda adalah suatu susunan rangka batang yang
berfungsi untuk mendukung beban atap termasuk juga berat sendiri dan
sekaligus memberikan bentuk pada atap. Pada dasarnya konstruksi kuda–
kuda terdiri dari rangkaian batang yang membentuk segitiga. Dengan
mempertimbangkan berat atap serta bahan penutup atap, maka konstruksi
kuda–kuda akan berbeda satu sama lain. Setiap susunan rangka batang
haruslah merupakan satu kesatuan bentuk yang kokoh yang nantinya mampu
memikul beban yang bekerja padanya tanpa mengalami perubahan.
4.5.11 Pekerjaan Finishing
Pekerjaan finishing adalah upaya untuk menghaluskan dengan menambah
beberapa aksesoris sehingga bangunan tersebut menjadi lebih indah. Dengan
melihat pemahaman tersebut di atas maka dapat disimpulka bahwa rangka
menutupi, melapisi dan memperindah dari sebuah bangunan atau konstruksi
tersebut.

\
48

Gambar 4.30 Pekerjaan Finishing


Sumber : Gambar Lapangan
4.6 Tugas Khusus
Menghitung banyaknya Tulangan yang di pakai Dalam Balok
Perhitungan material merupakan salah satu hal yang sangat penting, dimana
setiap pembangunan konstruksi yang dilaksanakan terlebih dahulu
mengetahui seberapa banyak material yang harus dipenuhi untuk kebutuhan
dilapangan. Berikut adalah perhitungan banyaknya tulangan yang dipakai
dalam balok.
 Jumlah besi arah datar (panjang 10 m)
Berat jenis besi ulir = 7854 kg/m3
 Besi ulir D19
 Volume besi (m3) = luas penampang x panjang besi
 Volume besi (m3) = (1/4 x π x D²)m² x 12m
= (1/4 x π x 0.019²)m² x 12m
 Volume besi (m3) = 0.0034006 m3
 Berat besi D19 = Berat jenis besi x Volume
= 7854 kg/m3 x 0.0034006 m3
 Berat besi D19 = 26,70 kg
 Berat besi x 120 buah ( jumlah besi yang akan dipakai )
26.70 kg x 120 buah = 3204 kg
 Berat total
49

3204 kg x 4 (jumlah lapisan pembesian yang akan dibuat)


12816 kg
Jadi, berat total besi arah datar yang akan digunakan adalah 12816 kg
 Jumlah besi sengkang (panjang 10 m )
Berat jenis besi ulir = 7854 kg/m3
 Besi polos D13
 Volume besi (m3) = luas penampang x panjang besi
Volume besi (m3) = (1/4 x π x D²)m² x 12m
= (1/4 x π x 0.013²)m² x 12m
Volume besi (m3) = 0.0015927 m3
 Berat besi D13 = Berat jenis besi x Volume
= 7854 kg/m3 x 0.0015927 m3
Berat besi D13 = 12.50 kg
 Berat besi x 120 buah ( jumlah besi yang akan dipakai )
12.50 kg x 120 buah = 1500 kg
 Berat total
1500 kg x 4 (jumlah lapisan pembesian yang akan dibuat)
6000 kg
Jadi, berat total besi sengkang yang akan digunakan adalah 6000 kg
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil laporan PKL yang telah diuraikan di atas, dapat diambil
kesimpulan seperti berikut :
1. Penerapan metode pelaksanaan yang benar itu sangat diperlukan agar
supaya hasil dari pekerjaan yang dilakukan itu bisa sesuai dengan
spesifikasi atau mutu yang diinginkan.
2. Pemecahan masalah dalam proyek secara cepat dan tepat sangat
diperlukan dalam menghadapi permasalahan yang terjadi, agar supaya
pekerjaan yang akan dilakukan tidak mengalami keterlambatan atau
bahkan tidak terlaksana.
50

3. Komunikasi yang baik harus selalu dilakukan antara pelaksana,


pengawas, dan juga pekerja yang ada agar supaya tidak terjadi kesalahan
baik dalam pelaksanaan dan juga pengawasan.

5.2 Rekomendasi
Pada pekerjaan pembangunan Stadion Parasamya Tomohon harus mengikuti
aturan dan standard yang sudah ada seperti : tidak melakukan penambahan air
yang berlebihan, pembuatan bekisting harus benar-benar kuat, mengantisipasi
ketika pada lokasi kerja keluar air tanah, dan memperhatikan beban pada
perancah.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. (1991). Tata Cara Perhitungan Struktur Beton


Untuk Bangunan Gedung (SNI T–15–1991-03).Bandung.
Nasution, A. (2010).Analisis dan Desain Struktur Beton Bertulang. Bandung:
ITB Press.
Dipohusodo, Istimawan. (1994). Struktur Beton Bertulang. Jakarta: Gramedia.
Canonica, L. (2013). Memahami Beton Bertulang. Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai