BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam melaksanakan pembangunan ada beberapa hal yang sangat perlu
diperhatikan dimulai dari perencanaan yang baik yang berhubungan dengan
spesifikasi yang telah disepakati. Selanjutnya dalam proses pelaksanaan
sesuai dengan spesifikasi yang ada dan harus diimbangi dengan pengawasan
yang baik agar tidak terjadi keterlambatan dan penyimpangan kualitas
pekerjaan. Dalam laporan ini menjelaskan mengenai pelaksanaan pekerjaan
yang dilaksanakan pada Proyek Pembangunan Stadion Parasamya Tomohon,
Tomohon.
Selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan, mahasiswa dibimbing untuk
mengamati dan melihat pekerjaan teknis dan non-teknis dilapangan,
mendokumentasikan pekerjaan konstruksi nyata yang sedang berlangsung di
lapangan, membandingkan dengan teori yang diperoleh pada perkuliahan di
kampus dan menambah wawasan/pengetahuan praktis. Hasil dari
dokumentasi dan pengamatan pada proyek Pembangunan Stadion Parasamya
Tomohon, ditulis dalam bentuk sebuah laporan Praktek Kerja Lapangan
(PKL).
Selain sebagai salah satu syarat wajib dalam menempuh pendidikan pada
semester VII Diploma 4 - Konstruksi Bangunan Gedung Politeknik Negeri
Manado, Praktik Kerja Lapangan memiliki berbagai manfaat bagi para
pesertanya sebagai calon lulusan Sarjana Terapan Teknik, yaitu memberikan
kesiapan mental dalam memasuki dunia kerja ketika lulus nanti, memberikan
gambaran nyata dinamika pekerjaan di dunia konstruksi, serta mengasah
kemampuan dan pemahaman mahasiswa dalam perencanaan, pelaksanaan
serta pengendalian proyek konstruksi.
1.3 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan laporan praktek kerja lapangan ini adalah:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan.
BAB V PENUTUP
Memuat kesimpulan dan Saran.
3
BAB II
IDENTIFIKASI PROYEK
BAB III
DASAR TEORI
3.2 Proyek
Proyek adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan waktu dan sumber daya
terbatas untuk mencapai hasil akhir yang ditentukan. Dalam mencapai hasil akhir,
kegiatan proyek dibatasi oleh anggaran, jadwal, dan mutu, yang dikenal sebagai tiga
kendala (triple constraint).
3.3 Konstruksi
Kata “Konstruksi” dapat didefinisikan sebagai tatanan/susunan dari elemen-
elemen suatu bangunan yang kedudukan setiap bagian-bagiannya sesuai dengan
fungsinya. Berbicara tentang konstruksi, maka yang terbayangkan adalah gedung
bertingkat, jembatan, bendungan, jalan raya, bangunan irigasi, lapangan terbang dan
lain-lain. Secara umum, konstruksi ada 2 (dua) macam yaitu:
3. Angka kecepatan mulai antara baja dan beton hampir sama yaitu antara 0,000
010- 0,000013 untuk beton per derajat Celcius sedangkan baja 0,000012 per
derajat Celcius.
Pada struktur beton bertulang mempunyai beberapa keunggulan akibat dari penggabu
ngan dua buah bahan komposit/campuran, yaitu beton (PC + aggregat halus + aggreg
at kasar + zat aditif) dan baja sebagai tulangan. Berikut ini kelebihan dari beton seba
gai struktur bangunan diantaranya adalah:
1. Bahan-bahannya mudah didapat.Harga bahan-bahannya lebih ekonomis dan ti
dak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi.
2. Mudah dibentuk sesuai dengan keinginan arsitek.
3. Material beton bertulang mempunyai kekuatan tekan tinggi.
4. Struktur beton bertulang memiliki ketahanan yang lebih tinggi terhadap api/su
hu tinggi, dan air.
5. Beton bertulang dapat dicetak menjadi bentuk yang beragam, mulai dari pelat,
balok, kolom yang sederhana sampai atap kubah dan cangkang besar.
Selain keuntungan di atas, beton bertulang juga mempunyai beberapa kelemaha
n, yakni:
1. Beton bertulang memerlukan bekisting untuk menahan beton agar tetap di
tempatnya sampai beton tersebut mengeras.
2. Beton bertulang memiliki kekuatan per satuan berat yang rendah sehingga
mengakibatkan beton bertulang menjadi berat.
3. Dalam pengerjaan adonan beton bertulang membutuhkan acuan (cetakan)
dan perancah (tiang acuan) selama pekerjaan berlangsung.
4. Beton bertulang memiliki kekuatan per satuan volume yang rendah sehing
ga mengakibatkan beton akan berukuran relatif besar.
5. Sifat-sifat yang dihasilkan dari produksi beton bertulang sangat bervariasi
karena bervariasinya proporsi campuran dan pengadukannya.
6. Proses pembuatan adonan, penuangan dan perawatan beton bertulang tida
k bisa ditangani seteliti seperti yang dilakukan pada proses produksi mate
rial lain seperti baja dan kayu lapis.
9
3.5.1 Beton
Beton merupakan bahan konstruksi komposit yang terdiri dari agregat, se
men, dan air. Ada banyak formulasi, yang memberikan sifat bervariasi. Agreg
at umumnya kerikil kasar atau batuan hancur seperti batu gamping, atau grani
t, bersama dengan agregat halus seperti pasir. Bentuk paling umum dari beton
adalah beton semen Portland, yang terdiri dari agregat mineral (biasanya keri
kil dan pasir), semen dan air, berfungsi sebagai pengikat untuk agregat. Berba
gai bahan campuran kimia (Admixtures) juga ditambahkan untuk mencapai si
fat yang bervariasi. Pertama tama air dicampur dengan komposit kering (Dry
Composite), yang memungkinkan untuk dibentuk (biasanya dituangkan/dicor)
dan kemudian dipadatkan dan mengeras menjadi sekeras batu melalui proses
kimia yang disebut hidrasi. Air bereaksi dengan semen, yang mengikat komp
onen lainnya bersama-sama, akhirnya membuat bahan yang kuat seperti batu.
Membuat beton sebenarnya tidaklah sederhana hanya sekedar mencampur
kan bahan-bahan dasarnya untuk membentuk campuran yang plastis sebagai
mana sering terlihat pada pembuatan bangunan sederhana. Tetapi jika ingin m
embuat beton yang baik, dalam arti memenuhi persyaratan yang lebih ketat k
arena tuntutan yang lebih tinggi, maka harus diperhitungkan dengan seksama
cara-cara memperoleh adukan beton segar yang baik dan menghasilkan beton
keras yang baik pula. Beton segar yang baik ialah beton segar yang dapat dia
duk, dapat diangkut, dapat di tuang, dapat di padatkan, tidak ada kecenderung
an untuk terjadi pemisahan kerikil dari adukan maupun pemisahan air dan se
men dari adukan. Beton keras yang baik adalah beton yang kuat, tahan lama,
kedap air, tahan aus, dan kembang susutnya kecil.
Beton memiliki kuat tekan yang relatif tinggi, tapi kuat tarik yang jauh leb
ih rendah. Untuk alasan ini biasanya diperkuat dengan bahan yang kuat dalam
ketegangan/tension yaitu baja. Beton dapat rusak oleh banyak proses, seperti
air yang terperangkap (dalam beton tersebut) dan membeku (di daerah bermu
sim dingin). Beton secara luas digunakan untuk membuat struktur pekerjaan t
eknik sipil, arsitektur, pondasi, bata/blok dinding, trotoar, jembatan/jalan laya
ng, jalan raya/jalan, landasan pacu, struktur parkir, bendungan, kolam/waduk,
pipa, pondasi untuk gerbang, pagar dan tiang.
10
Dampak lingkungan dari beton adalah campuran kompleks bukan efek sel
uruhnya negatif, sedangkan beton merupakan penyumbang utama emisi gas r
umah kaca, daur ulang beton semakin umum dalam struktur yang telah tua. St
ruktur terbuat dari beton dapat memiliki umur yang panjang. Sebagaimana be
ton memiliki massa termal yang tinggi dan permeabilitas yang sangat rendah,
material ini dapat dipakai untuk pembangunan perumahan hemat energi.
3.5.2 Tulangan Baja
Baja tulangan beton merupakan baja berbentuk silinder batangan yang di
gunakan untuk penulangan beton yang terbuat dari billet dengan proses canai
panas (Hot Rolling). Baja tulangan diperlukan dalam struktur beton untuk me
nambah kekuatan tarik. Hal ini dikarenakan baja memiliki kekuatan tarik ting
gi sedangkan beton memiliki kekuatan tarik yang relatif rendah.
Besi beton di Indonesia dikelompokkan kedalam 2 jenis, yaitu baja tulang
an polos dengan pengkodean BjTP dan baja tulangan sirip dengan pengkodea
n BjTS. Sebelumnya, standarisasi baja tulangan beton untuk industri baja Ind
onesia diatur dalam SII 138-1984 tentang Mutu dan Cara Uji Baja Tulangan
Beton. Pada tahun 2002, dilakukan beberapa revisi dan diubah menjadi SNI 0
7-2052-2002 mengenai Baja Tulangan Beton. Standarisasi ini merujuk pada r
eferensi yang diambil dari besi baja berstandar Jepang atau JIS (Japanese Ind
ustrial Standars). Badan Standarisasi Nasional (BSN) adalah lembaga yang b
ertanggung jawab dalam pembuatan standarisasi tersebut. Oleh sebab itu, besi
beton yang yang memenuhi standarisasi tersebut disebut sebagai besi beton S
NI.
Dalam standarisasi yang ditetapkan, BSN mengatur kriteria-kriteria dan d
efinisi dari istilah yang digunakan. Fisik besi beton dijelaskan oleh BSN dalam b
eberapa istilah, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Ukuran Nominal, merupakan ukuran sesuai yang ditetapkan.
2. Toleransi, merupakan besarnya penyimpangan yang diizinkan dari
ukuran nominal.
3. Diameter Dalam, merupakan ukuran diameter tanpa sirip pada baja
tulangan beton sirip.
11
Meminimalisir Galian
14
Tak dapat dipungkiri, tiang pancang akan membutuhkan biaya yang relatif
lebih mahal dibandingkan dengan menggunakan pondasi konvensional.
Hal tersebut diakibatkan proses dari mulai pembuatan hingga pemasangannya
yang lebih rumit dari biasanya.
3.6.2 Pile Cap
Pile cap merupakan suatu cara untuk mengikat pondasi sebelum
didirikan kolom di bab atasnya. Pile cap tersusun atas tulangan baja
berdiameter 16mm, 19mm dan 25mm yang membentuk suatu bidang dengan
ketebalan 50 mm dan lebar yang berbeda-beda tergantung dari jumlah tiang
yang tertanam.
Fungsi dari pile cap yaitu untuk mendapatkan beban dari kolom yang lalu aka
n terus disebarkan ke tiang pancang dimana masing-masing pile mendapatkan
1/N dari beban oleh kolom dan harus ≤ daya dukung yang diijinkan (Y ton)
(N= jumlah kelompok pile). Makara beban maksimum yang sanggup diterima
oleh pile cap dari suatu kolom yaitu sebesar N x (Y ton).
Pile cap ini bertujuan semoga lokasi kolom benar-benar berada dititik sentra p
ondasi sehingga tidak menyebabkan eksentrisitas yang sanggup menyebabkan
beban embel-embel pada pondasi. Selain itu, menyerupai halnya kepala kolo
m, pile cap juga berfungsi untuk menahan gaya geser dari pembebanan yang
ada. Bentuk dari pile cap juga bervariasi dengan bentuk segitiga dan persegi p
anjang. Jumlah kolom yang diikat pada tiap pile cap pun berbeda tergantung
kebutuhan atas beban yang akan diterimanya. Terdapat pile cap dengan ponda
si tunggal, ada yang mengikat 2 dan 4 buah pondasi yang diikat menjadi satu.
Untuk langkah kerja pelaksanaan pile cap yaitu sebagai berikut :
1. Setelah galian tanah mencapai elevasi yang ditentukan, maka tiang pile
atau pancang dipotong dan dan dilebihkan besi stek untuk pengikatan
struktural dan disisakan beton setinggi 7,5 cm untuk selimut beton.
2. Pembuatan lantai kerja setebal 5 cm.
3. Meletakkan pembesian pile cap yang telah dipabrikasi.
4. Memasang bekisting untuk memberi bentuk pile cap dan memisahkan
beton dengan tanah.
5. Merangkai dengan pembesian tie biem dan slab semoga menjadi satu
kesatuan.
16
6. Pengecoran yang dilakukan bersamaan antara tie biem dengan pile cap.
3.6.3 Sloof
Sloof merupakan struktur bangunan yang terletak di atas pondasi
bangunan yang terbuat dari beton bertulang. Sloof berfungsi mendistribusikan
beban dari bangunan atas ke pondasi, sehingga beban yang tersalurkan setiap
titik di pondasi tersebar merata. Selain itu sloof juga berfungsi sebagai
pengunci dinding dan kolom agar tidak roboh apabila terjadi pergerakan
tanah. Pada bangunan yang relatif besar, penurunan pondasi harus
diperhitungkan dalam menentukan penulangan struktur sloof ini.
Sloof dapat dikatakan sebagai struktur bawah karena letaknya di bawah
permukaan tanah atau bersentuhan dengan tanah. Sloof sama halnya juga
dengan balok tetapi sloof merupakan balok yang letaknya paling bawah dari
semua balok pada sebuah struktur bangunan.
Sloof memiliki fungsi seperti halnya struktur bangunan lainnya.
Beberapa fungsi sloof yaitu sebagai berikut :
1. Menerima beban dari bangunan diatasnya, seperti pasangan dinding,
pintu, jendela, dan sejenisnya.
2. Meratakan beban yang diterima dari bangunan di atasnya untuk
kemudian disalurkan menuju pondasi.
3. Sebagai pengikat antar kolom sehingga struktur bangunan menjadi
kaku dan aman terhadap goncangan akibat angin, gempa, dan lain-
lain.
4. Sebagai dinding penahan material urugan tanah, pasangan keramik
dan berbagai macam pekerjaan lantai bangunan agar bisa tetap berada
pada posisi yang direncanakan.
5. Bila ada penurunan tanah pada bagian bangunan, dengan adanya sloof
maka penurunan tanahnya akan sama.
3.6.4 Kolom
Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan p
enting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupaka
n kondisi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (Collapse) lantai yang be
17
rsangkutan dan juga dapat menyebabkan keruntuhan total (Total Collapse) sel
uruh struktur (Sudarmoko, 1996).
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi.
Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastika
n sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruska
n berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-bar
ang), serta beban hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting agar bang
unan tidak mudah roboh.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan g
abungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material
yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. Gab
ungan kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau ba
gian struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya
tarik pada bangunan.
Elemen struktur kolom yang mempunyai nilai perbandingan antara panjan
g dan dimensi penampang melintangnya relatif kecil disebut kolom pendek.
Kapasitas pikul-beban kolom pendek tidak tergantung pada panjang kolom da
n bila mengalami beban berlebihan, maka kolom pendek pada umumnya akan
gagal karena hancurnya material. Dengan demikian, kapasitas pikul-beban bat
as tergantung pada kekuatan material yang digunakan. Semakin panjang suatu
elemen tekan, proporsi relatif elemen akan berubah hingga mencapai keadaan
yang disebut elemen langsing. Perilaku elemen langsing sangat berbeda deng
an elemen tekan pendek. Perilaku elemen tekan panjang terhadap beban tekan
adalah apabila bebannya kecil, elemen masih dapat mempertahankan bentuk l
iniernya, begitu pula apabila bebannya bertambah. Pada saat beban mencapai
nilai tertentu, elemen tersebut tiba-tiba tidak stabil, dan berubah bentuk.
Hal inilah yang dibuat fenomena tekuk (Buckling) apabila suatu elemen st
ruktur (dalam hal ini adalah kolom) telah menekuk, maka kolom tersebut tida
k mempunyai kemampuan lagi untuk menerima beban tambahan. Sedikit saja
penambahan beban akan menyebabkan elemen struktur tersebut runtuh. Deng
an demikian, kapasitas pikul-beban untuk elemen struktur kolom itu adalah b
esar beban yang menyebabkan kolom tersebut mengalami tekuk awal. Struktu
r yang sudah mengalami tekuk tidak mempunyai kemampuan layan lagi. Fen
18
omena tekuk adalah suatu ragam kegagalan yang diakibatkan oleh ketidaksta
bilan suatu elemen struktur yang dipengaruhi oleh aksi beban. Kegagalan yan
g diakibatkan oleh ketidakstabilan dapat terjadi pada berbagai material. Pada
saat tekuk terjadi, taraf gaya internal bisa sangat rendah. Fenomena tekuk ber
kaitan dengan kekakuan elemen struktur. Suatu elemen yang mempunyai kek
akukan kecil lebih mudah mengalami tekuk dibandingkan dengan yang memp
unyai kekakuan besar. Semakin panjang suatu elemen struktur, semakin kecil
kekakuannya.
3.6.5 Balok
Balok merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Balok merupakan
bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai (pelat) dan pengikat k
olom lantai atas. Fungsinya adalah sebagai rangka penguat horizontal bangun
an akan beban-beban.
Variabel utama dalam mendesain balok meliputi; bentang, jarak balok, jen
is dan besar beban, jenis material, ukuran dan bentuk penampang, serta cara p
enggabungan atau fabrikasi. Semakin banyak batasan desain, maka semakin
mudah desain dilakukan. Setiap desain harus memenuhi kriteria kekuatan dan
kekakuan untuk masalah keamanan dan kemampuan layan. Pendekatan desai
n untuk memenuhi kriteria ini sangat bergantung pada material yang dipilih, a
pakah menggunakan balok kayu, baja atau beton bertulang.
Beberapa faktor yang merupakan prinsip-prinsip desain umum dalam pere
ncanaan balok, yaitu :
1. Kontrol kekuatan dan kekakuan.
2. Variasi besaran material.
3. Variasi bentuk balok pada seluruh panjangnya.
4. Variasi kondisi tumpuan dan kondisi batas.
Prinsip desain praktis balok kayu dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah
satunya adalah sifat kayu yang mempunyai kemampuan untuk memikul tegan
gan besar dalam waktu singkat. Pada kondisi beban permanen, tegangan ijin p
erlu di reduksi dengan faktor 0,90. Faktor beban untuk angin adalah 1,33. Sed
angkan beban normal mempunyai faktor 1,0.
Desain balok baja umumnya di desain berdasarkan beban kerja dan tegang
an ijin. Balok yang digunakan bisa berupa penampang gilas (Wide Flange), k
19
anal, atau tersusun atas elemen-elemen (pelat atau siku). Untuk bentang atau
beban yang sangat besar, penampang girder pelat yang tersusun dari elemen s
iku dan plat sering digunakan. Pada balok baja, apabila material balok mulai l
eleh pada saat dibebani, maka distribusi tegangan yang ada mulai berubah. Ba
lok masih dapat menerima tambahan momen sampai semua bagian penampan
g telah meleleh.
Desain balok beton tidak dapat digunakan sendiri pada balok karena sanga
t kecilnya kekuatan tarik, dan karena sifat getasnya (Brittle). Retak - retak ya
ng timbul dapat berakibat gagalnya struktur, dimana hal ini dapat terjadi ketik
a balok beton mengalami lentur. Penambahan baja di dalam daerah tarik mem
bentuk balok beton bertulang dapat meningkatkan kekuatan sekaligus daktilit
asnya. Elemen struktur beton bertulang menggabungkan sifat yang dimiliki b
eton dan baja.
3.6.6 Pelat
Pelat beton bertulang merupakan sebuah struktur yang dibuat untuk keperl
uan seperti lantai bangunan, atap dan sebagainya dengan bidang permukaan y
ang arahnya horizontal. Pada struktur pelat ini beban bekerja secara tegak lur
us dan disalurkan pada dinding, balok, kolom, atau tanah karena letaknya yan
g dapat di tumpu oleh dinding, balok, kolom, atau dapat juga terletak langsun
g di atas tanah (Slab On Ground). Ketebalan bidang (h) untuk pelat beton bert
ulang ini sendiri relatif sangat kecil bila dibandingkan dengan bentang panjan
g/lebarnya. Pelat beton bertulang dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan perb
andingan panjang antara bentang panjang (lx) terhadap bentang pendek (ly).
Apabila nilai perbandingan bentang panjang terhadap bentang pendek adalah
lebih atau sama dengan dua maka pelat tersebut di kategorikan sebagai pelat s
atu arah dan apabila kurang dianggap sebagai pelat dua arah. Ketebalan pelat
lantai ditentukan oleh :
1. Besar lendutan yang diijinkan.
2. Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung.
3. Bahan konstruksi dan plat lantai.
Berdasarkan aksi strukturalnya, pelat dibedakan menjadi empat (Szilard, 197
4) yaitu :
1. Pelat kaku
20
Pelat kaku merupakan pelat tipis yang memiliki ketegaran lentur (Flex
ural Rigidity), dan memikul beban dengan aksi dua dimensi, terutama d
engan momen dalam (lentur dan puntir) dan gaya geser transversal, yan
g umumnya sama dengan balok. Pelat yang dimaksud dalam bidang tek
nik adalah pelat kaku, kecuali jika dinyatakan lain.
2. Membran
Membran merupakan pelat tipis tanpa ketegaran lentur dan memikul be
ban lateral dengan gaya geser aksial dan gaya geser terpusat. Aksi pem
ikul beban ini dapat didekati dengan jaringan kabel yang tegang karena
ketebalannya yang sangat tipis membuat daya tahan momennya dapat
diabaikan.
3. Pelat Flexibel
Pelat flexibel merupakan gabungan pelat kaku dan membran dan mem
ikul beban luar dengan gabungan aksi momen dalam, gaya geser trans
versal dan gaya geser terpusat, serta gaya aksial. Struktur ini sering di
pakai dalam industri ruang angkasa karena perbandingan berat dengan
bebannya menguntungkan.
4. Pelat tebal
Pelat tebal merupakan pelat yang kondisi tegangan dalamnya menyeru
pai kondisi kontinu tiga dimensi.
3.6.7 Rangka Atap Baja Galvanis
Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai penutup
seluruh ruangan yang ada dibawahnya dari pengaruh panas, hujan, angin,
debu, termasuk juga untuk keperluan perlindungan, yang terdiri dari dua
komponen yaitu konstruksi rangka atap (kudakuda) dan konstruksi
penutup. Dimana material yang digunakan untuk konstruksi menentukan
kenyamanan bagi penghuninya.
Konstruksi atap adalah konstruksi yang terdiri dari balok melintang (yang
menerima gaya tarik), balok sebagai penopang atau tiang (yang menerima
gaya tekan) guna menyangga dari gording dan kasau serta pelapis atap.
Bentuk atap berpengaruh terhadap keindahan suatu bangunan dan
pemilihan tipe atap hendaknya disesuaikan dengan iklim setempat, tampak
21
yang dikehendaki oleh arsitek, biaya yang tersedia, dan material yang
mudah didapat.
Konstruksi rangka atap yang sering digunakan adalah rangka atap
kuda-kuda. Rangka atap atau kuda–kuda adalah suatu susunan rangka
batang yang berfungsi untuk mendukung beban atap termasuk juga berat
sendiri dan sekaligus memberikan bentuk pada atap. Pada dasarnya
konstruksi kuda–kuda terdiri dari rangkaian batang yang membentuk
segitiga. Dengan mempertimbangkan berat atap serta bahan penutup atap,
maka konstruksi kuda–kuda akan berbeda satu sama lain. Setiap susunan
rangka batang haruslah merupakan satu kesatuan bentuk yang kokoh yang
nantinya mampu memikul beban yang bekerja padanya tanpa mengalami
perubahan. Kuda-kuda diletakkan diatas dua tembok selaku tumpuannya.
Perlu diperhatikan bahwa tembok diusahakan tidak menerima gaya
horisontal maupun momen, karena tembok hanya mampu menerima beban
vertikal saja. Kuda-kuda diperhitungkan mampu mendukung beban-beban
atap dalam satu luasan atap tertentu. Beban-beban yang dihitung adalah
beban mati (yaitu berat penutup atap, reng, usuk, gording, kuda-kuda) dan
beban hidup (angin, air hujan, orang pada saat memasang/memperbaiki
atap).
Dalam sebuah proyek konstruksi, banyak material yang digunakan,
salah satunya yaitu material baja. Harga per meter baja ringan murah
namun memiliki banyak kelebihan. Baja sendiri merupakan jenis metal
yang kuat dan kokoh serta tahan lama.Hanya saja, baja juga dapat rusak
dan terkena korosi sebab pengaruh lingkungan atau perubahan cuaca. Baja
yang rusak, tentu saja juga berpengaruh pada kualitas konstruksi
bangunannya. Namun seiring perkembangan teknologi, pengembangan
pada baja juga meningkat dimana kini sudah terdapat beberapa metode
yang berguna untuk menghindarkan baja dari resiko korosi. Metode
tersebut yaitu penyemburan metal zinc, zinc rich paint dan hot dip
galvanis. Metode galvanis merupakan salah satu jenis metode populer.
Galvanis dilakukan dengan coating atau pelapisan pada baja dengan
demikian baja bersifat leboih tahan pada korosi. Metode ini cukup efisien
pada berbagai kondisi cuaca ataupun lingkungan. Hal inilah yang
22
1. Pekerjaan persiapan.
2. Pekerjaan pabrikasi besi.
3. Pekerjaan pembesian pada lokasi pekerjaan.
4. Pekerjaan bekisting.
5. Pekerjaan pengecoran/beton.
BAB IV
PEMBAHASAN
Oleh karena itu demi menunjang pekerjaan konstruksi pada proyek ini
digunakan alat-alat sebagai berikut:
28
4.2.4 Vibrator
Vibrator adalah alat yang digunakan untuk memadatkan beton pada saat
pelaksanaan pengecoran. Tujuannya agar udara yang berada di dalam adonan
beton bisa keluar sehingga tidak menimbulkan rongga. Apabila rongga
jumlahnya terlalu banyak dan berukuran besar kualitas dari beton akan
berkurang. Cara kerja dari alat ini, yaitu ketika beton akan dituangkan, alat ini
diletakkan pada area pengecoran. Posisinya harus dijaga agar selangnya selalu
berdekatan dengan daerah yang akan digetarkan. Ketika beton dituangkan
mesin vibrator dihidupkan lalu selangnya diarahkan pada beton kemudian
kepala vibrator dimasukkan ke dalam adonan dan digetarkan di sekitar area
tersebut selama kurang lebih 10 detik. Yang perlu diperhatikan kepala vibrator
tidak boleh bersentuhan langsung dengan bekisting dan posisinya harus
mengambang di dalam adonan beton. Vibrator dapat dilihat pada gambar 4.4.
31
4.3.7 Air
Air sangat penting dalam pekerjaan konstruksi yang berfungsi untuk
menyatukan material-material untuk pembuatan plesteran, acian, dan juga
untuk perawatan beton. Dalam pembuatan konstruksi beton harus digunakan
air bersih yang tidak mengandung lumpur, minyak, garam, dan senyawa-
senyawa lainnya. Air dapat dilihat pada gambar 4.14
4.3.10 Bambu
Bambu termasuk bahan bangunan tertua dan sangat serba guna
dengan banyak aplikasi dibidang konstruksi bangunan, karena merupakan
material kuat dan ringan yang digunakan tanpa pengolahan atau finishing.
Penggunaan material bambu pada proyek ini adalah sebagai perancah untuk
menopang bekisting balok dan pelat.
39
diijinkan (Y ton) (N= jumlah kelompok pile). Makara beban maksimum yang
sanggup diterima oleh pile cap dari suatu kolom yaitu sebesar N x (Y ton).
Gambar 4.24
Pembesian Kolom Balok dan Plat
Sumber : Gambar Lapangan
\
48
5.1 Kesimpulan
Dari hasil laporan PKL yang telah diuraikan di atas, dapat diambil
kesimpulan seperti berikut :
1. Penerapan metode pelaksanaan yang benar itu sangat diperlukan agar
supaya hasil dari pekerjaan yang dilakukan itu bisa sesuai dengan
spesifikasi atau mutu yang diinginkan.
2. Pemecahan masalah dalam proyek secara cepat dan tepat sangat
diperlukan dalam menghadapi permasalahan yang terjadi, agar supaya
pekerjaan yang akan dilakukan tidak mengalami keterlambatan atau
bahkan tidak terlaksana.
50
5.2 Rekomendasi
Pada pekerjaan pembangunan Stadion Parasamya Tomohon harus mengikuti
aturan dan standard yang sudah ada seperti : tidak melakukan penambahan air
yang berlebihan, pembuatan bekisting harus benar-benar kuat, mengantisipasi
ketika pada lokasi kerja keluar air tanah, dan memperhatikan beban pada
perancah.
DAFTAR PUSTAKA