Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi dengan
tingkat kemajuan pembangunan yang pesat. Yogyakarta dikenal sebagai kota
pendidikan dan kota pariwisata. Warisan budaya yang kental menarik wisatawan baik
lokal maupun mancanegara. Sehingga Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan
provinsi terpadat kedua setelah DKI Jakarta. Padatnya penduduk di DIY tentu
berbanding lurus dengan kebutuhan yang semakin meningkat. Salah satu kebutuhan
penduduk DIY adalah kebutuhan papan.
Kebutuhan papan merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan tempat tinggal.
Lahan yang semakin sempit membuat penduduk menjadi susah untuk mendapatkan
lahan untuk dijadikan tempat tinggal. Kondisi dewasa ini membuat beberapa investor
tertarik untuk membangun apartemen di Yogyakarta. Salah satu apartemen yang
sedang dalam proses pembangunan adalah Jogja Apartemen.
Pembangunan Jogja Apartemen merupakan salah satu langkah untuk memenuhi
kebutuhan penduduk provinsi Yogyakarta. Jogja Apartemen berlokasi di Jl. Lowano
No 54 Sorosutan, Yogyakarta. Penulis memilih proyek ini untuk dijadikan bahan
Praktik Kerja karena saya mempertimbangkan kriteria-kriteria yang ada pada buku
Pedoman Praktik Kerja. Pembangunan Jogja Aprtemen ini dibangun degan biaya
Rp.150.000.000.000. dan dengan bangunan 14 lantai. Proyek ini membutuhkan waktu
penyelesaian selama 2,5 tahun. Kondisi proyek saat ini sudah berjalan 26%, dimana
tahap pembangunan yang sudah dilakukan adalah tahap pekerjaan struktur pondasi,
kolom, drop panel, balok, dan plat lantai 1.

1
2

1.2. TUJUAN PEMBANGUNAN PROYEK

Tujuan pembangunan Jogja Apartemen antara lain:

1. Sebagai investasi yang menjajikan bagi P.T Surya Argon sebagai owner dari
proyek pembangunan Jogja Apartemen
2. Menyediakan hunian yang nyaman di tengah padatnya pemukiman dan
susahnya mencari lahan
3. Menyerap tenaga kerja lokal daerah Jogja khususnya

1.3. LOKASI PROYEK

Lokasi proyek pembangunan Jogja Apartemen terletak di Jl. Lowano No 54


Sorosutan, Yogyakarta. Untuk lebih jelasnya lokasi proyek dapat dilihat pada
Gambar1.1

Gambar 1.1 Lokasi Proyek Pratik Kerja


(Sumber: Google Earth)
3

1.4 DATA UMUM PROYEK

Adapun data umum dari proyek Pembangunan Jogja Apartemen ini :


1. Nama proyek : Jogja Apartemen
2. Jenis pekerjaan : Pembangunan Jogja Apartemen
3. Lokasi proyek : Jl. Lowano No 54 Sorosutan, Yogyakarta,
4. Struktur utama : Beton bertulang yang menggunakan sistem
pelat, balok, drop panel dan kolom (Cor ditempat)
5. Jumlah lantai : 12 lantai dan 2 basement
6. Luas lahan : 4680 mm2
7. Luas bangunan : 3190 mm2
8. Waktu pelaksanaan : Direncanakan ± 2,5 tahun
9. Pemilik proyek : PT. SURYA ARGON JAYA
10. Pelaksana : PT. ARTHA BETH JAYA ABADI
11. Perencana : PT. MULTI CONSTRUCTION INDONESIA
12. Pengawas : In House
13. Biaya pembangunan : Diperkirakan akan menghabiskan dana
sebesar Rp. ± 150 Milyar
12. Sumber dana : PT. SURYA ARGON JAYA

1.5 METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang akan dilakukan pada pelaksanaan Praktik Kerja
ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pengamatan langsung dalam pelaksanaan proyek dilapangan.


2. Mengumpulkan data dan penelitian lanjut, sehingga data yang didapatkan
dicocokan dengan data yang direncanakan baik berupa gambar kerja, dokumen
dan data lainnya.
3. Melakukan wawancara secara langsung dengan pimpinan, kepala bagian serta
orang yang terlibat dalam proyek tersebut.
4

4. Mendokumentasikan langsung pekerjaan pekerjaan proyek dilapangan untuk


menambah wawasan ilmu pengetahuan dan proses penyusunan laporan

1.6 PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA

Dalam pelaksanaan praktik kerja ini kami mengumpulkan data-data yang


berhubungan dengan proyek ini, kami dibimbing oleh pegawas lapangan yang
memberikan pengarahan tentang bagian pekerjaan yang harus dipelajari dan dicermati.
Kami mengambil langkah-langkah pelaksanaan praktik kerja sebagai berikut.

1. Peninjauan kelapangan untuk mencari data dan melihat secara langsung tentang
pelaksanaan pekerjaan proyek tersebut.
2. Menghitung kebutuhan scaffolding.
3. Menghitung volume kolom dan balok.
4. Mengadakan konsultasi dengan para staf Teknik yang berada dilapangan untuk
mengetahui prinsip dan cara kerja yang mereka terapkan pada proyek tersebut.

1.7 PEKERJAAN YANG DIAMATI

Pada pelaksanaan praktik kerja dilapangan penulis akan menempuh kegiatan


pembelajaran yang akan dilakukan pada hari selasa, jumat, sabtu, minggu. Selama
masa pembelajaran dilapangan diharapkan penulis dapat mengerti tantang pekerjaan
pelat lantai, kolom, balok serta masalah-masalah yang mungkin timbul saat proses
pembangunan.

Kegiatan praktik kerja dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:

1. Tahap persiapan.
2. Tahap pelaksanaan.
3. Tahap penyusunan laporan
BAB II

PELAKSANAAN PEKERJAAN

2.1 TINJAUAN UMUM


Tahap perencanaan suatu pembangunan merupakan langkah awal berupa
penuangan ide dan keinginan dari owner yang dijadikan pedoman pelaksanaan agar
diperoleh hasil yang sesuai dengan keinginan. Sebelum dilaksanakan suatu
pembangunan diperlukan perencanaan dalam segala aspek dengan baik. Maka dari itu,
diperlukan informasi yang tepat dan dapat membantu proses pembangunan nantinya.
Informasi tersebut dapat diperoleh dengan melakukan survey lapangan, penelitian, dan
sebagainya. Hasil yang diperoleh berupa informasi data teknis dan standar perencanaan
yang nantinya akan dipakai saat proses pelaksanaan.
Perencanaan bangunan dilakukan oleh konsultan perencana. Pada proyek
pembangunan Jogja Apartemen ini, yang bertindak sebagai konsultan perencana adalah
PT. Multi Construction Indonesia. PT. Multi Constructuon Indonesia merupakan salah
satu perusahaan penyedia jasa konstruksi Indonesia.
Adapun kontraktor atau pelaksana pembangunan Jogja Apartemen adalah PT.
Artha Beth Jaya Abadi dan bertanggung jawab secara langsung kepada pemilik proyek
serta dalam pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan desain perencanaan. Kontraktor
pelaksana dalam pelaksanaannya harus mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi
metode pembangunan yang akan digunakan. Sebagai pelaksana proyek tentunya
memiliki tugas dan tanggung jawab dalam menjalankan fungsinya adalah sebagai
berikut.
1. Melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan peraturan dan spesifikasi
yang telah direncanakan dan ditetapkan didalam kontrak.
2. Memberikan laporan kemajuan proyek.

5
6

3. Menyediakan tenaga kerja, bahan material, tempat kerja, peralatan, dan alat
pendukung lain yang digunakan mengaci dari spesifikasi dan gambar yang
telah ditentukan dengan memperhatikan waktu, biaya, kualitas dan
kemananan kerja.
4. Bertanggung jawab sepenuhnya atas kegiatan konstruksi dan metode
pelaksanaan pekerjaan dilapangan.
5. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati.
6. Kontraktor mempunyai hak untuk meminta kepada pemilik prpyek
sehubungan dengan pengunduran waktu penyelesaian pembangunan dengan
memberikan alas an yang logis dan sesuai dengan kenyataan dilapangan yang
memerlukan tambahan waktu.

Seluruh pekerjaan konstruksi Jogja Apartemen diawasi oleh tiga pengawas, dalam
hal ini ialah PT. Eskapindo Matra (JO), PT. Widha Konsultan, dan PT. Sarana Budi
Prakarsaripta. Sebagai konsultan pengawas bertugas mengawasi secara rutin dalam
perjalanan pelaksanaan proyek dan memiliki wewenang untuk memperingatkan atau
menegur pihak pelaksana pekerjaan jika terjadi penyimpangan terhadap kontrak kerja.

2.2 SISTEM PENGADAAN BARANG


Tahap pengadaan konstruksi atau yang biasa disebut procurement dilakukan
setelah tahap perencanaan diselesaikan oleh konsultan perencana. Dalam
melaksanakan proses pengadaan trsebut, PT. Atha Beth Jaya Abadi selaku kontraktor
pembangunan Jogja Apartemen melaksanakan system pengadaan barang dan jasa agar
dapat dilakukan dengan tepat, cepat, dan harnya sesuai dengan Anggaran Pelaksanaan
Proyek (APR).

2.3 PERALATAN
Pada umumnya suatu pekerjaan proyek konstruksi membutuhkan bantuan alat-
alat kerja untuk memperlancar pekerjaan. Saat ini alat-alat kerja merupakan factor yang
sangat penting dalam proyek konstuksi berskala besar. Tujuan dari penggunaan
7

peralatan tersebut adalah untuk mempermudah kerja manusia dalam mengerjakan


pekerjaan yang diharapkan dapar memepercepat pelaksanaan sehingga dapat
menghemat waktu dan tenaga manusia. Penggunaan peralatan yang kurang tepat pada
kondisi dan situasi lapangan pekerjaan akan berpengaruh pada produktifitas pekerjaan,
waktu pelaksanaan dan biaya yang akan digunakkan tidak sesuai dengan perencanaan.
Pengadaan alat-alat kerja yang digunakan untuk menaikkan efisiensi tenaga kerja
juga harus menimbang pada besar nilai proyek yang ditangani, besar biaya yang
tersedia, jenis pekerjaan, waktu penyelesaian dan kondisi kebutuhan lapangan.
Peralatan yang digunakan ada yang beruapa inventaris dari PT. Artha Beth Jaya Abadi,
artinya peralatan tersbut milik perusahaan dan terdaftar di database pusat. Peralatan-
peralatan yang digunakan dalam proyek Pembangunan Jogja Apartemen diantaranya
adalah sebagai berikut.

2.3.1 Tower Crane


Tower crane merupakan pesawat pengangkat material/mesin yang biasa
digunakan pada proyek konstruksi. Tower crane terdiri dari beberapa bagian yang
dapat dibongkar pasang ketika digunakan sehingga mudah untuk dibawa kemana saja.
Tower crane biasanya diangkut secara terpisah menggunakan trailer ke tempat proyek
kemudian dipasang kembali di tempat proyek. Pemasangan tower crane termasuk
cukup lama karena banyak bagian yang harus dipasang termasuk pembuatan pondasi
tower crane. Tower crane dapat dilihat pada Gambar 2.1.
8

Gambar 2.1. Tower Crane


2.3.2 Concrete Mixer Truck
Concrete mixer truck digunakan untuk mengangkut beton ready mix dari pabrik
batching plan menuju lokasi proyek. Truk ini berbentuk seperti truk pada umumnya
yang bagian belakangnya dilengkapi dengan molen berukuran besar yang berfungsi
untuk mengaduk campuran beton agar tetap cair dan tidak mengeras dalam perjalanan.
Pada proyek ini terdapat concrete mixer truck dari pabrik bathcing plan Armada Ready
Mix Yogyakarta. Concrete mixer truck dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Concrete Mixer Truck


9

2.3.3 Concrete Pump


Concrete pump digunakan untuk memompa beton ready mix yang
ditansportasikan oleh concrete mixer truck menuju bagian struktur bangunan yang akan
dicor. Concrete pump yang dipakai pada proyek vini adalah model perakitan dengan
menggunakan pipa-pipa yang disambungkan dari concrete pump truck menuju bagian
struktur bangunan yang akan dicor. Concrete pump dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Concrete Pump

2.3.4 Vibrator
Vibrator merupakan alat penggetar mekanik yang digunakan untuk
menggetarkan adukan beton yang belum mengeras agar menghilangkan rongga-rongga
udara, sehingga beton menjadi lebih padat. Cara operasionalnya dengan cara
memasukkan selang penggetar kedalam adukkan beton yang telah dituang kedalam
bekisting.
10

Gambar 2.4. Vibrator

2.3.5 Scaffolding
Scaffolding merupakan suatu struktur sementara yang dibangun untuk menahan
struktur permanen hingga struktur tersebut dapat menahan beratnya sendiri. Struktur
ini digunakan bersama-sama dengan bekisting untuk menahan balok, plat lantai, plat
atap dan bagian-bagian bangunan lainnya. Struktur ini juga digunakan sebagai akses
atau tempat pijakan sementara bagi para pekerja bangunan sehingga bisa bekerja diatas
ketinggian. Scaffolding dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Scaffolding


11

2.3.6 Bar Cutter


Baja tulangan yang tersedia perlu dipotong agar diperoleh baja tulangan dengan
ukuran yang sesuai dengan perencanaan. Pemotongan baja tulangan dilakukan dengan
alat bar cutter. Keuntungan dari alat bar cutter listrik dengan bar cutter manual adalah
bar cutter listrik dapat memotong besi tulangan dengan diameter besar dan dengan
mutu baja tinggi, disamping itu juga dapat mempersingkat waktu pengerjaan.
Alat ini terdiri dari padangan mata pisau dan tangkai gerak. Apanila tangkai
gerak digerakan ke bawah bersamaan dengan menghidupkan tombol penggerak, maka
mata pisau akan menkan baja tulangan yang ada dibawahnya sehingga baja tulangan
akan terpotong. Bar cutter dapat dilihat pada gambar 2.6

Gambar 2.6. Bar Cutter

2.3.7 Bar Bender


Bar Bender digunakan untuk membengkokkan besi tulangan ulir dan besi
tulangan yang berdiameter besar. Bar Bender berfungsi untuk membuat berbagai
12

macam bentuk untuk membuat tulangan sengkang dan tulangan pokok sesuai ukuran
yang diinginkan. Alat ini inventaris milik PT. Artha Beth Jaya Abadi. Bar bender dapat
dilihat pada Gambar 2.7

Gambar 2.7. Bar Bender


2.3.8 Bucket
Bucket adalah tempat yang digunakan pada saat akan melakukan pengecoran
yang dilakukan dalam lingkup kecil. Bucket merupakan penampung ready mix beton
yang berasal dari mixer truck kemudian di angkat menggunakan tower crane untuk
pengangkutan.
Kapasitas tampungan bucket sendiri dapat mencapai ±1 m3 beton segar.Bucket
ini bekerja secara manual dengan katup berada dibawah yang disambungkan dengan
pipa tremi untuk mengontrol tinggi jatuh beton segar.Katup tersebut dapat dibuka tutup
secara manual dari operator yang berada di bucket tersebut pada saat proses
pengecoran. Bucket dapat dilihat pada Gambar 2.8
13

Gambar 2.8. Bucket


2.3.9 Concrete Trowel Machine
Concrete trowel machine atau concrete power trowel adalah alat atau mesin
yang digunakan untuk meratakan dan menghaluskan permukaan beton yang masih
dalam proses pengerasan.
Mesin trowel mempunyai dasar yang terdiri dari beberapa daun pelat baja yang
dapat berputar dan menghaluskan permukaan beton. Permukaan yang diselesaikan
dengan mesin trowel lebih kuat dan awet dibandingkan dengan pekerjaan tangan.
Mesin trowel ini juga digunakan untuk meratakan/ mengamplas/ menghaluskan
permukaan lantai andhesit atau batuan keras lainnya. Concrete trowel machine dapat
dilihat pada Gambar 2.9.
14

Gambar 2.9. Concrete Trowel Machine

2.3.10 Excavator
Excavator adalah salah satu alat berat yang terdiri dari mesin di atas roda khusus
yang dilengkapi dengan lengan (arm), alat pengeruk (bucket). Excavator mempunyai
fungsi utama yaitu sebagai alat untuk menggali. Alat ini biasa dipakai untuk memuat
langsung dari tempat alat menggali. Excavator dapat dilihat pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10. Excavator


15

2.3.11 Waterpass dan Theodolite


Waterpass merupakan alat survey yang lebih simpel dibandingkan dengan
theodolite. Kekurangan dari waterpass ini tidak bisa untuk mengukur dengan sudut
horizontal maupun vertikal. Sehingga alat ini tidak bisa digunakan untuk menentukan
koordinat suatu titik. hanya elevasi yang mampu dibaca. Sedangkan kelebihan alat ini
lebih simpel, kecil, ringan, dan cepat untuk setting alatnya karena pada instrument ini
tidak terdapat nivo tabung. hanya ada nivo kotak saja. Waterpass dan theodolite dapat
dilihat pada Gambar 2.11 dan Gambar 2.12

Gambar 2.11 Waterpass


16

Gambar 2.12 Theodolite

2.3.12 Peralatan Pembantu


Peralatan pembantu merupakan peralatan yang umum digunakan untuk
mengerjakan suatu pekerjaan yang kecil. Berikut adalah alat bantu yang digunakan:
1. Sekop
2. Cangkul
3. Meteran
4. Ember
5. Gerobak dorong
6. Gergaji
17

7. Palu
8. Paku

2.4 MATERIAL KONSTRUKSI

Bahan bangunan merupakan faktor yang sengat penting untuk pembangunan


gedung. Agar pekerjaan pembangunan pada suatu proyek dapat sesuai dengan yang
direncanakan, maka bahan bangunan yang digunakan harus memenuhi persyaratan
yang ditentukan dan berkualitas baik. Selain pengawasan mutu bahan, juga perlu
diperhitungkan penempatan, penyimpanan, dan penyediaan bahan secukupnya. Hal ini
untuk menghindari penurunan mutu bahan akibat disimpan terlalu lama dan juga untuk
menghindari penempatan bahan yang mengganggu pekerjaan.

Semua bahan yang akan digunakan pada proyek ini harus mendapatkan
persetujuan atau pengesahan dari konsultan Manajemen Konstruksi (MK). Sebelum
membeli atau memesan suatu bahan terlebih dahulu pelaksana harus meminta
persetujuan MK sekaligus menyertakan contoh bahan yang akan digunakan. Pihak
konsultan MK memeriksa bahan/material yang datang secara langsung, apakah bahan
itu sesuai dengan contoh atau tidak. Jika disetujui, maka pekerjaan dapat dilanjutkan.
Namun jika tidak, maka diganti sesuai dengan permintaan konsultan MK atau sesuai
dengan RKS.

2.4.1 S emen Portland (Portland Cement, PC)


Portland Cement (PC) merupakan bahan perekat/pengikat hidraulis yang setelah
tercampur air menjadi pasta semen dan mempunyai kekuatan tinggi setelah mengeras.
Pasta semen menyelimuti seluruh permukaan butiran agregat dan menjadi perekat antar
butiran. Pada umumnya semen yang digunakan untuk bahan bangunan adalah Semen
Portland. Semen ini diperoleh dari menghaluskan silikat kalsium yang bersifat hidraulis
dan dicampur dengan gips.
18

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan dan penyimpanan semen


adalah:
1) Semua semen yang akan dipakai harus dalam satu merk yang sama (tidak
diperkenankan menggunakan bermacam-macam jenis/merk semen untuk suatu
konstruksi/struktur yang sama), dalam keadaan baru dan asli, dikirim dalam
kantong-kantong semen yang masih disegel dan tidak pecah,
2) Semen harus terlindung dari kelembaban atau keadaan cuaca lain yang dapat
merusak kualitas semen,
3) Setiap pengiriman baru harus ditandai dan dipisahkan, dengan maksud agar
pemakaian semen dilakukan menurut urutan pengirimannya,
4) Semen diletakkan di atas tumpuan dapat berupa papan kayu dengan ketinggian
±30 cm dari lantai gudang untuk menghindari kelembaban,
5) Untuk semen yang diragukan mutunya dan terdapat kerusakan akibat salah
penyimpanan, dianggap rusak, sudah mulai membatu, dapat ditolak
penggunaannya tanpa harus melalui tes lagi,
6) Semen ditumpuk tanpa menyinggung dinding dengan ruang bebas ±30 cm dari
sisi dinding,
7) Tiap tumpukan tidak boleh lebih dari 10 kantong/ 2 m untuk menghindari
pengerasan pada semen karena tekanan yang terlalu besar,
8) Gudang penyimpanan semen harus terlindung dari cuaca, memiliki ventilasi dan
cukup lapang untuk memuat semen dalam jumlah cukup besar.
Contoh portland cement bisa dilihat pada Gambar 2.13 di bawah ini.
19

Gambar 2.13 Portland Cement

2.4.2 Agregat
Agregat halus/pasir berukuran < 5 mm dan agregat kasar/kerikil dengan ukuran
5-40 mm, baik alami ataupun buatan disebut sebagai bahan susun kasar/bahan pengisi
dan merupakan komponen utama beton (volume ±70%). Kualitas agregat, baik
kekuatan, daya tahan, bentuk permukaan, kebersihan, dan gradasinya sangat
berpengaruh terhadap kualitas beton yang dihasilkan.
1) Agregat halus (pasir)
Agregat halus (pasir) dapat digunakan sebagai campuran adukan beton,
campuran untuk pasangan bata, dan plesteran. Agregat halus (pasir) adalah bahan
batuan yang berukuran kecil, yang lolos ayakan 5 mm dan tertinggal pada ayakan
0,075 mm (saringan no.200).
Kualitas pasir yang digunakan untuk campuran adukan beton harus memenuhi
syarat tertentu menurut PBI 1971, yaitu:
a. Pasir yang digunakan harus dari butir-butir yang tajam dan keras,
b. Tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak,
20

c. Butir-butir pasir harus bersifat kekal, dalam arti tidak hancur atau pecah oleh
pengaruh cuaca, misalnya oleh pengaruh kelembaban, hujan, dan terik
matahari,
d. Pasir tidak mengandung lumpur lebih dari 5% dan apabila lebih dari itu maka
pasir harus dicuci,
e. Pasir laut tidak boleh digunakan untuk semua mutu beton, kecuali dengan
petunjuk lembaga pemeriksa bahan yang diakui.
Pasir yang digunakan pada pelaksanaan pembangunan proyek ini adalah pasir
pasang atau ekstra beton yang bebas dari kotoran, lumpur serta bahan organik. Pasir
mempunyai kadar lumpur tidak lebih dari 5% (berat) dan tidak lebih dari 15% yang
tertahan pada sieve ukuran 2,3 mm.
Contoh pasir yang digunakan pada proyek ini bisa dilihat pada Gambar 2.14
berikut ini.

Gambar 2.14 Agregat Halus


21

2.4.3 Air
Air merupakan salah satu bahan bangunan yang sangat penting dalam pekerjaan
suatu proyek. Selain sebagai bahan campuran untuk membuat beton dan plesteran, air
juga dipakai untuk mencuci bahan bangunan seperti pasir dan kerikil dan juga untuk
perawatan beton setelah pengecoran.
Air yang digunakan pada proyek ini dalam campuran pasangan/campuran beton
harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam PBI 1971 antara lain, air tidak
mengandung minyak, asam alkali, garam-garaman, bahan-bahan organis, atau bahan-
bahan lain yang dapat merusak atau menurunkan mutu pekerjaan (merusak beton atau
baja tulangan).
Dalam adukan beton, air berpengaruh pada keadaan sebagai berikut.
1) Pembentukan pasta semen, yang berpengaruh pada sifat adukan beton yang dapat
dikerjakan, kekuatan susut dan keawetan beton,
2) Kelangsungan reaksi dengan portland cement sehingga dihasilkan kekerasan dan
kekuatan selang beberapa waktu,
3) Perawatan keras adukan beton guna menjamin pengerasan yang sempurna,
4) Untuk pekerjaan pembersihan alat-alat pengaduk beton agar tidak cepat berkarat,
dan
5) Untuk membersihkan lumpur yang menempel pada agregat halus dan agregat
kasar.
Air yang digunakan tidak mengandung lumpur, minyak, lemak dan benda
terapung lainnya yang dapat dilihat secara visual. Di samping itu air yang digunakan
tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/liter dan tidak
mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton (asam-asam, zat
organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter. Air yang mengandung garam (air
laut) tidak diperkenankan untuk dipakai.
22

2.4.4 Baja Tulangan

Baja tulangan merupakan material penting bagi struktur berfungsi sebagai bahan
yang tahan terhadap tegangan tarik yang akan dipadukan dengan beton yang mana
tahan tegangan terhadap desak sehingga menghasilkan konstruksi beton bertulang yang
kokoh.

Baja tulangan yang digunakan dalam proyek ini adalah baja tulangan ulir
(deform).Baja tulangan ulir (deform) yang digunakan di proyek ini terbuat dari baja
mutu fy 400 MPa untuk diameter tulangan lebih dari 10 mm.

Baja tulangan yang digunakan pada proyek pembangunan gedung ini adalah
sebagai berikut :

1. Tulangan Utama : D25 (BJTD)

D16 (BJTD)

2. Tulangan Sengkang : P13 (BJTD)

Gambar besi tulangan proyek bisa dilihat pada Gambar 2.15 dan 2.16 berikut ini.

Gambar 2.15 Baja Tulangan


23

Gambar 2.16 Tulangan Sengkang

2.4.5 Beton Ready Mix

Beton ready mix adalah adukan beton siap pakai yang dibuat dan diolah sesuai
dengan mutu pesanan dan dapat langsung digunakan untuk pengecoran. Untuk
mengendalikan waktu pengerjaan bangunan gedung yang cukup besar, maka
digunakan beton ready mix ini. Pada proyek ini beton ready mix digunakan untuk
hampir seluruh pekerjaan struktur. Beton ready mix mulai dari pencampuran pada
batching plan sehingga proses penuangan di lapangan tidak boleh lebih dari 4 jam. Hal
ini untuk menghindari pengerasan sebelum penuangan yang akan mempengaruhi
kualitas beton itu sendiri.

Sebelum beton ready mix ini digunakan untuk mengecor maka akan dilakukan
uji slump dan pengambilan contoh beton. Slump yang digunakan adalah 10±2 cm. Uji
slump ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keenceran campuran pada adukan beton.
Pada saat pengambilan contoh beton dibuat beberapa silinder beton uji pada umur 7
hari dan 28 hari. Beton yang dipakai adalah sesuai dengan spesifikasi kekuatan
24

karakteristik (mutu beton) dari PBI 1971 tentang spesifikasi kuat beton. Beton yang
digunakan pada proyek ini adalah mutu beton K300. Beton ready mix yang digunakan
diproduksi oleh PT. Merak Jaya.

Pengerjaan uji slump dapat dilihat pada Gambar 2.17 berikut ini.

Gambar 2.17 Uji Slump

2.4.6 Kayu

Kayu atau sering disebut tripleks adalah sejenis papan pabrikan yang terdiri dari
lapisan kayu (veneer kayu) yang direkatkan bersama-sama. Kayu lapis merupakan
salah satu produk kayu yang paling sering digunakan. Kayu lapis bersifat fleksibel,
murah, dapat dibentuk, dapat didaur ulang, dan tidak memiliki teknik pembuatan yang
rumit. Kayu lapis biasanya digunakan untuk menggunakan kayu solid karena lebih
tahan retak, susut, atau bengkok.
25

Kayu digunakan sebagai perkuatan dan pengaku pada bekisting. Penguat atau
pengaku ini digunakan untuk mencegah lendutan plywood akibat pembebanan selama
pengecoran agar didapat hasil pengecoran yang sempurna. Kayu merupakan bahan
bangunan yang cukup penting di Indonesia, karena hampir semua jenis kayu yang
dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan.

Kayu pada proyek ini digunakan untuk pembuatan bekisting drop panel, pelat
lantai, kolom, dan masih banyak lagi. Kayu yang dipakai tersebut harus lurus, bebas
dari cacat (retak-retak, terpuntir, adanya mata kayu), kering, dan telah diawetkan.

Selain kayu, dalam pembuatan bekisting menggunakan papan multiplex yang


mempunyai ketebalan 15 mm. Dalam pelaksanaannya kayu dan papan multiplex yang
digunakan harus dihemat sebisa mungkin karena penggunaan kayu sangat banyak.
Kayu dan papan yang sudah digunakan untuk bekisting bisa digunakan untuk beberapa
kali dengan ukuran penggunaan 7 kali dan apabila sudah rusak bekisting dapat diservis
oleh tukang kayu.

Multiplex dapat dilihat pada Gambar 2.18 dan 2.19 berikut ini.

Gambar 2.18 Kayu yang digunakan untuk bekisting kolom


26

Gambar 2.19 Kayu yang digunakan untuk bekisting pelat dan drop pannel

2.4.7 Kawan Bendrat


Kawat bendrat merupakan kawat yang terbuat dari baja lunak berdiameter ±1mm
yang memiliki fungsi untuk mengikat rangkaian baja tulangan agar kedudukannya
tidak berubah. Kawat ini juga berfungsi memperkuat hubungan antarsambungan
tulangan sehingga sambungan dapat bekerja sama menahan beban yang bekerja. Agar
sambungan dapat mengikat dengan kuat, maka kawat bendrat yang digunakan harus
kuat dan tidak mudah putus.
Gambar kawat bendrat dapat dilihat pada Gambar 2.12 berikut ini.

Gambar 2.20 Kawat Bendrat


27

2.4.8 Beton Tahu (Decking)

Beton tahu merupakan beton yang dicetak setebal selimut beton pada drop
pannel, kolom, dan pelat yang berfungsi sebagai penjaga jarak antara tulangan dan
penjaga jarak antara tulangan dengan bekisting dengan acuan pada saat pengecoran
agar tulangan dapat dicor dengan benar. Gambar beton tahu dapat dilihat pada Gambar
2.21 berikut.

Gambar 2.21 Beton Tahu

2.4.9 Paku
Paku digunakan sebagai penyambung, maka paku yang dipakai harus memenuhi
persyaratan yang tercantum dalam SII.0194-84. Ukuran paku yang dipakai harus
memenuhi persyaratan yang tercantum dalam pasal 15 PKKI 1961. Paku yang
digunakan pada proyek ini dapat dilihat pada Gambar 2.22 berikut.
28

Gambar 2.22 Paku

2.4.10 Besi Holo

Besi holo adalah besi yang berbentuk pipa kotak. Keunggulan besi holo adalah
tahan api, anti rayap, anti karat, proses pemasangan yang cepat, dan harganya cukup
terjangkau. Dengan berbagai kekurangan metode bekisting konvensional, maka
direncanakanlah sistem bekisting knock down yang terbuat dari plat baja dan besi
holo. Gambar besi holo dapat dilihat pada Gambar 2.23.

Gambar 2.23 Besi Holo


29

2.5 TATA CARA PELAKSANAAN PROYEK JOGJA APARTEMEN


Pelaksanaan pekerjaan merupakan tahapan selanjutnya dari perencanaan yang
dirancang oleh perencana sesuai dengan keinginan dari pemberi tugas pada tahap
pertama. Pada tahap ini diperlukan kerjasama dan koordinasi dari semua pihak yang
terkait, baik perencana, pemberi tugas, pengawas maupun kontraktor sampai kepada
para pekerja. Kerja sama yang baik dalam proyek dapat menciptakan suasana yang
nyaman dan dapat mencapai hasil yang memuaskan.
Pada tahap pelaksanaan pekerjaan merupakan pekerjaan yang memerlukan
tenaga ekstra. Dalam pelaksanaan pekerjaan terdapat syarat-syarat yang harus dipatuhi
dalam pelaksanaan, sehingga dapat dihasilkan bangunan sesuai dengan rencana agar
nanti dapat dipertanggungjawabkan.
Adapun pelaksanaan pekerjaan yang diamati selama dalam masa Praktik Kerja
proyek pembangunan Jogja Apartement sebagai berikut.
1) Pekerjaan struktur atas meliputi
a. Pekerjaan kolom
b. Pekerjaan shear wall
c. Pekerjaan drop pannel
c. Pekerjaan balok dan pelat lantai
2.5.1 Pekerjaan Struktur Atas
1. Pekerjaan Cast In Place Kolom
Pekerjaan kolom adalah proses pembuatan kolom di lapangan yang telah diamati
cara pelaksanaannya, dimana proses pelaksanaannya saya tampilkan dalam bentuk
flowchart berikut ini :
30
31
32
33

Cek tinggi hasil


Perbaiki
pengecoran kolom
Tidak

Sesuai

Finish

a. Hal yang perlu dilakukan pertama kali dalam pengerjaan kolom ialah
pembesian di tempat fabrikasi kolom. Pada tahap ini sebelum besi dirakit
menjadi tulangan kolom , besi harus terlebih dahulu diuji mutu dan
kekuatanya. Apabila besi lolos uji maka proses dilanjutkan ke proses
pemotongan, pembengkokan (bending) dan perakitan (precast) , tetapi apabila
besi tidak lulus uji mutu dan kekuatanya maka besi harus dikembalikan
kepada supplier. Pada tahap pelaksanaan selanjutnya yaitu pada pemotongan,
pembengkokan dan perakitan harus sesuai dengan gambar shop drawing yang
sudah dibuat oleh perencana.Setelah perakitan, dilakukan pengecekan hasil
penulangan kolom, apabila sudah sesuai kemudian dilanjutkan ke proses
erection yaitu pengangkatan precast ke bagian atas Gedung untuk dilakukan
proses peng install an dengan menggunakan tower crane. Saat kegiatan
erection berlangsung, sudah ada pekerja yang telah siap dilokasi pekerjaan.
Kemudian, proses install yaitu pemasangan rakitan tulangan ke stek kolom.
34

Pada sisi kolom di pasang sepatu kolom dengan cara dilakukan pengeboran
pada letak sepatu kolom (lihat Gambar 2.17).

Gambar 2.24 Pemasangan Tulangan Kolom dan Sepatu Kolom

b. Tahap yang kedua adalah pemasangan bekisting kolom. Bekisting kolom ini
sudah dirancang sesuai dengan ukuran kolom yang ada di proyek tersebut.
Bekisting tersebut merupakan semi sistem yang dapat diganti plywood nya
sehingga dapat digunakan maksimal 3 - 5 kali pengecoran agar tidak
mengurangi kualitas. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan saat
pemasangan beskisting :
1) Memastikan sudah melumuri mold oil pada bekisting yang ingin digunakan
dan tidak ada sisa beton
2) Menggunakan tower crane untuk pengangkutan bekisting kolom ke lokasi.
3) Kemudian memposisikan bekisting dengan benar dan sesuai tempatnya.
(lihat Gambar 2.18)
4) Sudah terpasang beton decking agar terbentuk selimut beton sesuai yang
diinginkan.
35

5) Menggunakan air compressor untuk pembersihan area persiapan


pengecoran.

Gambar 2.25 Pemasangan Bekisting Kolom

c. Tahap yang ketiga dari pekerjaan kolom adalah pengecoran kolom yang mana
sebelum pengecoran kolom harus dipasang bekisting dan sudah diperkuat.
Setiap pekerjaan pengecoran menggunakan beton ready mix sesuai dengan
mutu yang sudah ditentukan dalam hal ini pada pengecoran kolom digunakan
beton ready mix dengan mutu K-450. Pada proses pengecoran kolom
menggunakan tower crane. Berikut ini proses pengecoran kolam antara lain :
1) Menyiapkan bucket dan tower crane untuk melakuakan pengangkutan
beton ready mix.
2) Melakukan pengangkutan beton ready mix dengan menggunakan tower
crane dan kemudian di arahkan ke titik kolom yang akan di cor..
3) Mengarahkan ujung bucket ke kolom yang akan di cor dan menuangkan
beton ready mix ke dalam bekisting.
4) Kemudian memadatkan beton dengan menggunakan vibrator.
36

Gambar 2.26 Pengecoran Kolom

d. Tahap yang keempat adalah pekerjaan pembongkaran bekisting.


Pembongkaran bekisting ini dilakukan bila sudah ± 1 hari setelah pekerjaan
pengecoran selesai (sesuai dengan metode kerja pelaksanaan). Pembongkaran
dilakukan dengan cara:
1) Mengendurkan dan melepaskan penyangga bekisting.
2) Melepas panel-panel bekisting yang sudah dikendurkan.
3) Melakukan pembersihan sisa beton yang menempel pada permukaan
plywood.
4) Memindahkan bekisting ke tempat penyimpanan bekisting atau ke lokasi
kolom yang lain yang akan dipasang bekisting dengan menggunakan
tower crane.
e. Tahap yang terakhir adalah perawatan beton (Curing). Curing beton bertujuan
untuk melindungi beton selama proses pengeringan dengan cara
37

mempertahankan kondisi agar tetap konstan dalam jangka waktu yang


diperlukan.

2. Pekerjaan Cast in place Shear Wall


Pekerjaan shear wall adalah proses pembuatan shear wall di lapangan yang telah
diamati cara pelaksanaannya, dimana proses pelaksanaannya adalah sebagai berikut
a. “Pada tahap pelaksanaan ini yaitu pada pemotongan, pembengkokan dan
perakitan harus sesuai dengan gambar shop drawing yang sudah dibuat oleh
perencana.Setelah perakitan, dilakukan pengecekan hasil penulangan shear
wall, apabila sudah sesuai kemudian dilanjutkan ke proses erection yaitu
pengangkatan precast ke bagian atas Gedung untuk dilakukan proses peng
install an dengan menggunakan tower crane. Saat kegiatan erection
berlangsung, sudah ada pekerja yang telah siap dilokasi pekerjaan. Kemudian,
proses install yaitu pemasangan rakitan tulangan ke stek shear wall. Pada sisi
shear wall di pasang pembatas bekisting dengan cara dilakukan pengeboran
pada letak pembatas bekisting shear wall (lihat Gambar 2.20).”
38

Gambar 2.27 Pemasangan tulangan shearwall

b. Tahap yang kedua adalah pemasangan bekisting shear wall. Bekisting ini
sudah disesuaikan dengan ukuran shearwall yang ada di proyek tersebut.
Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan saat pemasangan beskisting
1) Memastikan sudah melumuri mold oil pada bekisting yang ingin
digunakan dan tidak ada sisa beton
2) Menggunakan tower crane untuk pengangkutan bekisting shearwall ke
lokasi.
3) Kemudian memposisikan bekisting dengan benar dan sesuai tempatnya.
(lihat Gambar 2.20)
4) Sudah terpasang beton decking agar terbentuk selimut beton sesuai yang
diinginkan.
39

5) Menggunakan air compressor untuk pembersihan area persiapan


pengecoran.

Gambar 2.28 Pemasangan bekisting shearwall

c. Tahap yang ketiga dari pekerjaan shearwall adalah pengecoran kolom yang
mana sebelum pengecoran kolom harus dipasang bekisting dan sudah
diperkuat. Setiap pekerjaan pengecoran menggunakan beton ready mix sesuai
dengan mutu yang sudah ditentukan dalam hal ini yang digunakan pada shear
wall adalah beton ready mix dengan mutu K-450. Pada proses pengecoran
kolom menggunakan tower crane. Berikut ini proses pengecoran kolam
antara lain :
1) Menyiapkan bucket dan tower crane untuk melakuakan pengangkutan
beton ready mix.
2) Melakuakan pengangkutan beton ready mix dengan menggunakan tower
crane dan kemudian di arahkan ke titik kolom yang akan di cor..
40

3) Mengarahkan ujung bucket ke kolom yang akan di cor dan menuangkan


beton ready mix ke dalam bekisting.
4) Kemudian memadatkan beton dengan menggunakan vibrator.

Gambar 2.29 Pengecoran shearwall

d. Tahap yang keempat adalah pekerjaan pembongkaran bekisting.


Pembongkaran bekisting ini dilakukan bila sudah ± 1 hari setelah pekerjaan
pengecoran selesai (sesuai dengan metode kerja pelaksanaan).
Pembongkaran dilakukan dengan cara:
1) Mengendurkan dan melepaskan penyangga bekisting.
2) Melepas panel-panel bekisting yang sudah dikendurkan.
3) Melakukan pembersihan sisa beton yang menempel pada permukaan
plywood.
4) Memindahkan bekisting ke tempat penyimpanan bekisting atau ke lokasi
kolom yang lain yang akan dipasang bekisting dengan menggunakan
tower crane.
e. Tahap yang terakhir adalah perawatan beton (Curing). Curing beton
bertujuan untuk melindungi beton selama proses pengeringan dengan cara
mempertahankan kondisi agar tetap konstan dalam jangka waktu yang
diperlukan.
41

3. Pekerjaan cast in place drop pannel


Pekerjaan cast in place droppannel yang dimasksud adalah pembuatan atau
pencetakan drop pannel pada struktur utama gedung ini. Pekerjaan drop panel
dilakukan setelah pekerjaan kolom pada lantai bawah selesai. Berikut adalah pekerjaan
drop pannel.
1) Persiapan
Pemilihan besi tulangan merupakan langkah awal dari persiapan. Persiapan
tulangan juga meliputi pemotongan dan pembongkaran besi tulangan.
2) Penulangan drop pannel
a. Baja tulangan yang telah disusun berdasarkan dimensi tulangan yang
direncanakan dibawa ke lokasi pekerjaan penulangan.
b. Di lokasi pekerjaan penulangan, tulangan tersebut disusun sesuai gambar
rencana yang telah dibuat. Setiap penyusunan tulangan, tulangan diikat
dengan kawat bendrat agar susunannya tidak berubah.
c. Pastikan tahu beton sudah terpasang pada bagian cawan sebagai selimut beton
agar tulangan tidak keluar.

Gambar 2.30 Penulangan Drop Panel


42

3) Pemasangan bekisting
a. Menentukan ukuran drop pannl sesuai dengan perancangan.
b. Papan kayu multiplex plywood film dengan ketebalan 15 mm dipotong secara
seragam sesuai dengan ukuran drop pannel pada gambar rencana, lalu disusun
sejajar sisi panjang sama dengan tinggi sisi drop pannel.
c. Tulangan drop pannel dirakit di dalam bekisting yang sudah dipasang
sebelumnya tanpa menutup bagian atas bekisting agar pekerjaan penulangan
bisa dilakukan. Cara menjaga agar jarak tulangan dengan bekisting tetap maka
digunakan tahu beton (decking block) yang dipasang pada tulangan terluar.
d. Penyangga menggunakan perkuatan drop pannel dan scaffolding.
4) Pengecoran
Proses pengecoran dilakukan setelah kedudukandrop pannel sesuai dengan
gambar rencana. Beton yang digunakan adalah jenis ready mix dengan mutu
beton K-300. Campuran beton langsung dituangkan ke dalamdrop pannel
menggunakan mixer truck dan disalurkan menggunakan concrete pump. Setelah
beton tertuang ke dalamdrop pannel kemudian digetarkan menggunakan vibrator
agar tidak terjadi segregasi.

Gambar 2.31 Drop Panel


43

4. Pekerjaan Cast in Place Pelat Lantai dan Balok


Pekerjaan balok adalah proses pembuatan balok di lapangan yang telah diamati
cara pelaksanaannya, dimana proses pelaksanaannya adalah sebagai berikut
a. Tahap pelaksanaan yang pertama adalah pemasangan perancah (lihat Gambar
2.22). Perancah yang digunakan adalah PCH untuk memudahkan pemasangan
dan agar dapat disesuaikan ketinggianya.

Gambar 2.32 Pemasangan Perancah

b. Setelah pemasangan perancah maka selanjutnya adalah pemasangan bekisting


balok dan pelat. Pemasangan bekisting harus sesuai dengan bentuk, ukuran
dan posisi yang ada pada shop drawing. Pembuatan bekisting balok dan pelat
lantai dikerjakan oleh tukang kayu, serta pemotongan plywood harus sesuai
dengan luas sisi balok dan pelat lantai yang ada pada shop drawing.
44

Gambar 2.33 Pemasangan Bekisting Balok dan Pelat

c. Tahap selanjutnya ialah pemasangan tulangan pada balok dan juga pelat.
Pemasangan tulangan balok dan pelat ini harus sangat di perhatikan selimut
beton nya yaitu 2 cm untuk pelat dan 4 cm untuk balok. Pada balok ujung
pemasangan tulangan harus menjangkar kepada kolom dan untuk pelat ujung
penulanganya juga harus menjangkar pada balok ataupun cendawan yang
mendukungnya. Pemasangan tulangan pelat dan balok ini harus diperhatikan
dan dicek kembali karena rawan jumlah tulangan ataupun jarak antar tulangan
yang tidak sesuai.
45

Gambar 2.34 Penulangan Balok

Gambar 2.35 Penulangan Pelat Lantai

c. Tahap selanjutnya dari pekerjaan balok dan pelat adalah pengecoran balok dan
pelat yang mana sebelum pengecoran balok harus dipasangkan bekisting dan
sudah diperkuat. Setelah itu dilakukan pengecoran dengan menggunakan
beton ready mix. Mortar beton yang digunakan untuk pengecoran dituangkan
secara langsung dari truck mixer dengan bantuan placing boom dan concrete
46

pump. Untuk pemadatannya dilakukan dengan bantuan alat vibrator yang


bertujuan untuk mencegah adanya pori-pori pada beton.

Gambar 2.36 Pengecoran Balok dan Pelat Lantai

d. Tahap berikutnya adalah pembongkaran bekisting. Pembongkaran bekisting


dilakukan dengan waktu tertentu, karena dilihat dari kondisi beton yang sudah
mengeras. Untuk bekisting pada dinding balok (sisi vertikal balok) dapat
dibongkar setelah 48 jam (hari ke-2). Pada hari ke-14 diberi support dari
perancah sudah dikendurkan untuk menurunkan besi dan plywood. Pada hari
ke-28 pembongkaran secara keluruhan.

e. Tahap yang terakhir adalah perawatan beton (curing). Curing beton bertujuan
untuk melindungi beton selama proses pengeringan, dengan cara
mempertahankan kondisi agar tetap konstan dalam jangka waktu yang
diperlukan. Pengaplikasian Curing pada balok dan plat lantai dengan
menggunakan air. Untuk mencegah terjadinya kekurangan air yang diperlukan
untuk pengerasan beton permukaan beton harus disiram air. Proses Curing
47

beton plat lantai dan balok dilaksanakan secara teratur dengan cara
penyiraman air compon dipermukaan beton selama 2 hari . Jika terjadi hujan
maka tidak perlu dilakukan pekerjaan penyiraman beton plat dan balok.

Gambar 2.37 Proses Curing Pada Balok dan Pelat Lantai

Gambar 2.38 Proses Penghalusan Pelat Lantai


48

2.6 METODE PENGENDALIAN KUALITAS

Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang
diharapkan. Hasil yang diharapkan yaitu berupa kualitas konstruksi sesuai dengan yang
disyaratkan, biaya sesuai dengan yang direncanakan dan dalam waktu yang
dijadwalkan. Strategi tersebut dimanifestasikan dalam bentuk pengawasan dan
pengendalian proyek.

Dalam pelaksanaan suatu proyek, suatu ketika dapat menyimpang dari rencana,
maka pengawasan dan pengendalian proyek sangat diperlukan agar kejadian-kejadian
yang menghambat tercapainya tujuan proyek dapat segera diselesaikan dengan baik.

Pengawasan proyek adalah suatu proses pengevaluasian atau perbaikan terhadap


pelaksanaan kegiatan dengan pedoman pada standar dan peraturan yang berlaku
dengan tujuan agar hasil dari kegiatan tersebut sesuai dengan perencanaan proyek.

Pengendalian proyek adalah suatu proses kegiatan dari awal sampai akhir pada
suatu proyek yang bersifat menjamin adanya kesesuaian antara rencana dan hasil kerja
serta melakukan tindakan-tindakan terhadap penyimpangan yang dijumpai di lapangan
atau selama pelaksanaan, baik mengenai mutu, biaya, waktu, dan tenaga kerja. Dalam
hal ini yang berhubungan dengan proses pengendalian adalah pengontrolan dan
pengevaluasian.

Tujuan pengendalian dan pengawasan proyek antara lain :

1) Agar hasil dari pelaksanaan proyek dapat sesuai dengan gambar rencana proyek
dan spesifikasi yang telah ditentukan
2) Dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
3) Menekan biaya pelaksanaan seefisien mungkin.
4) Bertanggung jawab dan menjaga kualitas pekerjaan.

Beberapa hal yang ditinjau dalam pengawasan dan pengendalian proyek adalah:
49

1) Pengendalian mutu bahan


2) Pengendalian waktu
3) Pengendalian biaya
4) Pengendalian tenaga kerja

2.6.1 Pengawasan dan Pengendalian Mutu Bahan


Pengendalian mutu bahan dilakukan untuk mencapai kualitas bahan yang
direncanakan serta untuk memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Oleh karena itu,
setiap bahan yang akan dipergunakan pada proyek ini harus diteliti dengan cermat.
Pengendalian mutu bahan di lapangan meliputi inspeksi dan tes, pengendalian
produk yang tidak sesuai, serta pengendalian catatan mutu. Bahan-bahan yang diuji
pada proyek ini adalah :
1) Semen portland
Adapun semen portland yang digunakan haruslah memenuhi kriteria sebagai
berikut :
a. Butiran-butiran semen tidak boleh menggumpal keras.
b. Semen harus diletakkan dalam gudang yang terlindungi untuk mencegah
terjadinya kerusakan.
c. Semen sudah membeku tidak boleh digunakan.
d. Kantong pembungkus tidak boleh rusak jahitannya sebelum sampai di tempat
pekerjaan.
e. Untuk menghindari terjadinya semen membatu, maka kontraktor diwajibkan
menjaga stok semen jangan sampai melebihi kapasitas penggunaan.
2) Agregat
Untuk agregat digunakan untuk bahan adukan beton disediakan dari pihak plant
yang dilakukan uji laboraturium apakah memenuhi syarat atau tidak dan dari
pihak pelaksana akan meminta hasil tes tersebut. Jika dilakukan secara kasat
mata, untuk mengetahui pasir tersebut bagus dengan cara menggenggam jika
menggumpal berarti pasir tersebut tidak bagus.
50

3) Baja tulangan
Baja tulangan merupakan material yang sangat penting dalam beton bertulang,
sehingga perlu dijaga mutu dan kualitasnya. Untuk mengetahui mutu besi baik
maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Bebas dari kototan-kotoran, lapisan minyak, karat, dan tidak retak atau
mengelupas.
b. Mempunyai penampang yang sama rata.
c. Ukuran disesuaikan dengan shop drawing.
d. Untuk tempat penyimpanan sebaiknya diberi bantalan kayu dan tempat kering
untuk menghindari karat.
4) Beton
Untuk pengujian mutu beton dilakukan dengan cara slump tes untuk pengujian
di lapangan dan uji kuat tekan untuk pengujian di laboraturium
a. Uji slump
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air beton yang berhubungan
dengan mutu beton. Dalam proyek pembangunan Jogja apartement ini
spesifikasi nilai slump yang digunakan adalah 10 ± 2 cm. Pengujiaan dengan
menggunakan kerucut abrams, adapun prosedur pengerjaannya sebagai
berikut :
1. Menyiapkan kerucut abrams dengan diameter atas 10 cm, bawah 20 cm,
dan tinggi 30 cm yang diletakkan pada bidang datar namun tidak
menyerap air.
2. Adukan beton yang akan diuji dimasukkan dalam tiga lapis sambil
ditusuk 25 kali dengan tongkat baja agar adukan menjadi padat.
3. Setelah kerucut penuh, kemudian kerucut dibuka.
4. Setelah itu diukur berapa jarak jatuhnya beton pada 3 tempat kemudian
diambil rata-rata.
Jika hasil slump tidak memenuhi syarat maka beton akan dikembalikan karena
tidak sesuai dengan standar persyaratan yang telah ditentukan.
51

Gambar 2.39 Pengujian Uji Slump


b. Uji kuat tekan (crushing test)
Tes uji kuat tekan ini bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton
karakteristik (kuat tekan maksimum yang dapat diterima oleh beton sampai
beton mengalami kehancuran). Cara pengujiannya sebagai berikut.
1. Menyiapkan silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm yang telah
diolesi pelumas pada bagian dalam.
2. Kemudian adukan beton dimasukkan ke silinder dalam tiga lapis sambil
ditusuk-tusuk hingga 30 kali.
3. Cetakan yang telah diberi kode itu kemudian didiamkan selama 24 jam
dan direndam dalam air (curing) selama 7 hari. Setelah itu barulah diuji
dengan crushing test.
52

Gambar 2.40 Sampel Beton

5) Air
Air digunakan sebagai bahan campuran adukan beton yang berfungsi sebagai
bahan pengikat sehingga air dapat mengeras. Persyaratan air yang digunakan
untuk pembuatan dan perawatan beton adalah tidak mengandung minyak, tidak
asam, tidak bersifat alkali, tidak mengandung garam dan tidak mengandung
bahan organik yang dapat mengurangi atau merusak mutu beton. Sebaiknya air
yang digunakan jernih, tawar, tidak berbau, dan dapat dikonsumsi. Air yang
digunakan dalam pembangunan ini telah memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan.

2.6.2 Pengawasan dan Pengendalian Waktu

Untuk menghindari adanya keterlambatan pelaksanaan maka perlunya


pengendalian waktu yang berdasarkan pada time schedule pekerjaan. Keterlamabatan
pekerjaan suatu proyek akan berpengaruh pada cost. Maka untuk mempermudah
pelaksanaan di lapangan, manager sebaiknya membuat schedule yang lebih sederhana
akan tetapi tetap mengacu pada time schedule yang dikeluarkan oleh engineering sebab
tidak semua paham akan pembacaan master schedule. Agar dapat berlangsung dengan
53

tepat waktu, maka time schedule digunakan sebagai kontrol untuk mengatur tingkat
prestasi pekerjaan dengan lama pelaksanaannya. Sehingga pekerjaan apa yang harus
dikerjakan lebih dahulu dan kapan harus dimulai dapat terjadwal dengan baik, sehingga
kemungkinan keterlambatan dapat diperkecil.

Manfaat dari time schedule antara lain :

1) Sebagai pedoman kerja bagi pelaksana terutama menyangkut batasan waktu


pelaksanaan tiap pekerjaan yang dilaksanakan.
2) Sebagai koordinasi bagi pimpinan proyek terhadap semua pelaksanaan proyek.
3) Sebagai tolak ukur kemajuan pekerjaan di setiap harinya, sehingga progress
report setiap waktu dapat dilihat
4) Sebagai evaluasi tahap akhir dari setiap pelaksanaan pekerjaan.

2.6.3 Pengawasan dan Pengendalian Biaya


Perlunya pengendalian biaya adalah untuk dapat mengetahui jumlah biaya
dengan realisasi pekerjaan. Fungsi pengendalian biaya agar dari Rencana Anggaran
Biaya (RAB) tidak membengkak dalam pelaksanaannya. Jikapun adanya
pembengkakan maka perlunya evaluasi biaya.
Salah satu penyebab terjadinya pembengkakan biaya adalah adanya kesalahan
dalam pelaksanaan di lapangan sehingga membutuhkan perbaikan yang tentu saja
menambah biaya dari segi biaya material maupun tenaga kerja, maka untuk
menghindari adanya pembengkakan biaya yaitu dengan cara melakukan pelaksanaan
di lapangan dengan baik dan hati-hati.
Pengendalian biaya ini biasanya dilakukan dengan membuat rekapitulasi biaya
yang telah dikeluarkan. Setiap dilakukan pembelian material, bagian logistik mencatat
jumlah material yang dibeli dan besarnya biaya yang dikeluarkan. Sedangkan
pengendalian biaya tenaga kerja dilakukan dengan memeriksa daftar presensi pekerja
setiap satu minggu dan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji pekerja. Besar
total biaya ini yang akan selalu dikontrol dan dievaluasi sebagai pengendalian biaya.
54

Selain itu, total biaya yang telah dikeluarkan ini juga dapat digunakan untuk
mengestimasi persentase pekerjaan proyek yang telah dicapai.

2.6.4 Pengendalian Tenaga Kerja


Tenaga kerja dalam suatu proyek meruapakan hal yang mutlak. Penempatan
tenaga kerja yang sesuai dengan jumlah dan kemampuannya dapat menunjang
tercapainya efisiensi dalam suatu pekerjaan proyek, oleh karena itu diperlukan suatu
pengendalian mutu tenaga kerja.
Pemilihan mandor untuk melaksanakan pekerjaan secara borongan haruslah
tepat. Maka tim pelaksanaan harus hati-hati dalam pemilihan mandor, sebab akan
menentukan mutu ketepatan waktu selesai proyek.
Setiap tenaga kerja yang dibawa oleh para mandor haruslah sudah mempunyai
pengalaman yang sesuai dengan keahliannya, seperti pembesian, pembobokan,
bekisting hingga pengecoran.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 PERENCANAAN PROYEK


Dalam perencanaan proyek Jogja Apartemen terdapat beberapa hal yang dapat
dibahas yaitu organisasi proyek, administrasi proyek, pelaksanaan pekerjaan, peralatan
konstruksi, dan keselamatan tenaga kerja, dimana kelima aspek tersebut sangat
diperlukan dalam perencanaan proyek.
Organisasi proyek merupakan suatu struktur yang mengatur sumber daya yang
dimiliki agar dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang sinkron sehingga tujuan proyek
bisa tercapai. Organisasi proyek juga dibutuhkan untuk memastikan bahwa pekerjaan
dapat diselesaikan dengan cara yang efisien, tepat waktu dan sesuai dengan kualitas
yang diharapkan.
Dalam pelaksanaan perancangan dan pelaksanaan diperlukan suatu susunan
perencanaan administrasi yang baik agar tidak terjadi klaim antar setiap stakeholder
yang berkaitan. Selain itu administrasi proyek berkaitan dengan pembuatan laporan
berkala. Dimana laporan berkala bertujuan untuk membantu semua pihak dalam upaya
memantau dan mengendalikan secara terus menerus dan berkesinambungan atas
berbagai aspek penyelenggaraan proyek sampai dengan saat pelaporan.
Pelaporan pelaksanaan proyek berdasarkan pada metode pelaksanaan yang sudah
direncanakan. Metode pelaksanaan pekerjaan proyek berkaitan dengan peralatan
konstruksi dan keselamatan kerja. dimana peralatan yang digunakan memiliki standar
sesuai dengan peraturan yang ada dan mempertimbangkan keselamatan kerja selama
proyek berlangsung.

3.1.1 Organisasi Proyek


Struktur organisasi dalam proyek pembangunan Apartemen Jogja Apartment
sudah terbentuk dengan baik. Pihak pelaksana atau kontraktor adalah dari PT. Artha

55
56

Beth Jaya Abadi, sedangkan untuk pihak pengawas adalah PT. Multi Construct
Indonesia. Struktur organisasi bertujuan untuk mengawasi, memantau, dan
mengendalikan pekerjaan kontraktor melalui konsultan manajemen konstruksi. Berikut
ini merupakan susunan struktur organisasi owner pada proyek pembangunan
apartemen Jogja Apartment.

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Owner Pembangunan Apartemen Jogja


Apartment
(Sumber: Dokumen PT. Artha Beth Jaya Abadi)

Berikut merupakan penjelasan tugas dari masing-masing pekerjaan dalam


struktur organisasi pada Gambar 3.1 :
1. Project Manager (PM)
Project Manager bertugas untuk membuat keputusan yang berhubungan dengan
proyek serta mengesahkan atau menyetujui dokumen dan pekerjaan di proyek.
2. Site Manager
Site manager bertugas memberi wewenang dan bertanggung jawab untuk
menangani, mengatur, mengkoordirnir pekerjaan di suatu tempat konstruksi atau
lapangan.
3. Quality Control (QC)
Quality Control diberi wewenang dan tanggung jawab untuk menangani, mengatur,
mengkoordirnir pekerjaan disuatu tempat konstruksi atau lapangan.
4. Site Engineering
57

Site Engineering diberi wewenang dan tanggung jawab untuk menangani hal-hal
teknis pekerjaan disuatu tempat konstruksi atau lapangan.
5. Supervisor
Supervisor adalah pihak atau orang yang ditingkat pelaksanaan suatu proyek, yang
bertugas untuk bertanggung jawab atas pekerjaan karyawan secara tepat dan efisien
sesuai dengan tugas yang ditentukan oleh atasannya. Dibawah supervisor ini dapat
berupa subkontraktor pekerjaan tertentu atau juga mandor. Supervisor ini
mempunyai hubungan kerja yang tetap dengan kontraktor.

3.2 PENGENDALIAN TEKNIK


Pengendalian teknik ini dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan dan
permasalahan pada pelaksanaan proyek melalui laporan kemajuan dan koordinasi antar
pihak proyek. Laporan dibuat dalam bentuk harian, mingguan, dan bulanan. Sedangkan
untuk koordinasi dilakukan melalui rapat koordinasi antara pihak proyek.
Pengendalian teknik pada pembangunan apartemen Jogja Apartment sebagai
berikut.
1. Laporan Harian
Laporan harian adalah laporan yang dibuat oleh pelaksana/kontraktor lapangan yang
kemudian diolah oleh bagian teknik. Berikut ini contoh laporan harian pada proyek
Jogja Apartment.
2. Laporan Mingguan
Laporan mingguan adalah laporan tentang kegiatan yang dilakukan selama satu
minggu yang meliputi catatan prestasi kerja, jumlah tenaga kerja dan perlatan serta
bahan yang digunakan.
3. Laporan Bulanan
Laporan bulanan adalah laporan yang dibuat setiap bulan dari hasil rekap laporan
mingguan syang berisi beberapa hal sebagai berikut.
a. Catatan jenis pekerjaan selama satu bulan.
58

b. Persentase pekerjaan selama satu bulan serta kemajuan proyek yang dicapai
sampai saat laporan itu dibuat.
c. Nilai pekerjaan yang telah dilakukan selama satu bulan.
d. Catatan-catatan penting lainnya.
Laporan bulanan ini harus disahkan dahulu oleh pengawas dan ditandatangani oleh
pimpinan proyek sebagai bukti nilai pekerjaan yang telah dilakukan selama satu
bulan.
4. Rapat Koordinasi
Dalam pelaksanaan pembangunan proyek masalah-masalah yang tidak terduga dan
tidak dapat diatas oleh satu pihak bisa saja terjadi. Untuk itu diperlukan rapat
koordinasi untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah secara bersama. Pada
proyek pembangunan apartemen Jogja Apartment, rapat koordinasi biasanya
dilakukan pada hari rabu di setiap minggu.

3.3 METODE PENANGANAN PEKERJAAN


Metode penanganan dalam melaksanakan proyek konstruksi penting untuk
diperhatikan. Karena ketepatan dalam memilih metode akan berpengaruh pada waktu
penyelesaian dan biaya proyek. Penanganan pekerjaan di proyek pembangunan
apartemen Jogja Apartment sebagai berikut.
1. Keterlambatan Dalam Supply Beton Ready Mix
Keterlambatan tersebut akibat ada beberapa kendala dari mixer truck PT. Merak
Jaya Beton sebagai supplier beton ready mix. Keterlambatan tersebut
mempengaruhi waktu dalam pengecoran, sehingga terjadi keterlambatan dan
mempengaruhi pekerjaan lain karena harus menunggu pekerjaan pengecoran
selesai. Pengecoran yang biasanya dilalukan pukul 09:00 pagi hingga sore hari,
akibat keterlambatan tersebut pengecoran dilakukan pukul 11:00 siang. Frekuensi
keterlambatan tersebut selama 3 hari yang diakibatkan keterbatasan mixer truck
yang siap untuk digunakan dalam pengiriman beton ready mix. Solusi untuk
permasalahan ini adalah dengan membahas dalam rapat koordinasi dengan pihak
59

PT. Merak Jaya Beton. Akibat keterlambatan tersebut pihak owner memberi teguran
kepada pihak supplier beton ready mix dan mencari solusi untuk mensiasati
keterlambatan tersebut.
2. Kerusakan Pada Concrete Pump
Kendala ini terjadi pada saat pengecoran pelat lantai 8. Pada saat proses pengecoran,
terjadi permasalahan pada concrete pump sehingga tidak dapat berfungsi
semestinya. Pipa dari concrete pump tersebut terlepas sehingga menghambat beton
segar untuk dialirkan dalam pipa concrete pump. Akibat dari kendala tersebut
dibutuhkan waktu untuk perbaikan pada pipa concrete pump. Solusi dari
permasalahan ini dengan menggunakan cara lain untuk proses pengecoran yaitu
dengan concrete bucket dengan bantuan tower crane. Selain itu, dilakukan
maintenance pada pipa concrete pump secara berkala dan tidak pernah lupa untuk
memberi cairan mortar untuk mengatasi kendala beton yang mengeras pada pipa
concrete pump.

Gambar 3.2 Pipa Concrete Pump Lepas


60

3.4 PENERAPAN STANDAR DAN PERATURAN


Dalam melaksanakan pembangunan proyek konstruksi diperlukan dasar
pelaksanaan sebagai pedoman administrasi maupun teknis bagi kontraktor dalam
membangun maupun konsultan manajemen konstruksi atau owner dalam mengawal
pelaksanaan pembangunan. Berikut standar dan peraturan yang digunakan pada
pembangunan proyek Jogja Apartment.
3.4.1 Mutu Material
Material yang digunakan pada proyek pembangunan apartemen Jogja Apartment
merupakan material terpilih yang dilihat dari kualitas uji bahannya. Ada beberapa
material yang perlu dibahas pada laporan ini antara lain sebagai berikut.
1. Beton Ready Mix
Beton ready mix pada proyek pembangunan apartemen Jogja Apartment berasal dari
PT. Merak Jaya Beton. Standar mutu yang diterapkan oleh produsen termasuk baik
karena beton yang diproduksi sesuai dengan permintaan. Pengujian slump dan
pembuatan sampel beton dilakukan sebelum beton mulai dituangkan untuk
pengecoran. Sedangkan untuk pengujian kuat tekan beton dilakukan di laboratorium
struktur dan bahan bangunan Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Hasil uji kuat tekan
beton disajikan pada Gambar 3.4.
61

Gambar 3.3 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Proyek Jogja Apartment
(Sumber: Dokumen PT. Artha Beth Jaya Abadi)
2. Baja Tulangan
Baja tulangan merupakan bahan utama untuk memikul gaya tarik yang terjadi pada
beton konstruksi. Pada proyek pembangunan apartemen Jogja Apartment dilakukan
pengujian kuat tarik terhadap baja tulangan, sehingga mutu dari baja tulangan ini dapat
diketahui. Penyimpanan baja tulangan pada proyek pembangunan apartemen Jogja
Apartment sangat rapih dan tertata, namun banyak tulangan mengalami korosi karena
terkena sinar matahari dan hujan karena ditempatkan di tempat yang terbuka sehingga
akan berdampak pada mutu baja itu sendiri.

3. Semen Portland (Portland Cemen, PC)

Pada pembangunan jogja Apartement menggunakan satu merek semen Portland


yaitu merek Holcim, semen yang dibeli dalam keadaan baik, dikirim dalam kantong-
kantong semen yang masih tersegel dan tidak pecah. Akan tetapi dalam penyimpanan
semen terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan prosedur yaitu kantong semen
langsung diletakan pada lantai gudang, sedangkan didalam prosedur seharusnya semen
62

diletakan diatas tumpuan kayu setinggi kurang lebih 30 cm untuk menghindari


kelembaban.

Gudang penyimpanan semen sudah memenuhi syarat yaitu terlindung dari


cuaca diluar, memiliki ventelasi dan cukup luas untuk menyimpan semen dengan
jumlah yang banyak. Untuk semen yang sudah tidak layak pakai tidak akan dipakai
sebagai bahan material bangunan.

4. Agregat

Agregat halus (pasir) yang digunakan pada proyek ini adalah pasir pasang atau
ekstra beton yang bebas dari kotoran, lumpur serta bahan organik. Penyimpanan pasir
dengan cara ditutup menggunakan terpal agar tidak terkena sinar matahari terus
menerus dan terkena hujan, akan tetapi pada perletakan tumpukan pasir diletakan diatas
tanah padat dan berada didekat jalur kendaraan proyek yang mengakibatkan pasir
terlindas oleh ban kendaraan proyek dan mengalami pemadatan.

5. Air

Air yang digunakan pada proyek ini merupakan air bersih tidak mengandung bahan
kimia, lumpur maupun minyak. Air yang digunakan untuk mengaduk campuran semen
juga digunakan untuk keperluan mandi dan bersih-bersih pekerja proyek sehingga
dapat dibuktikan bahwa air yang digunakan bersih.

3.4.2 Peralatan Konstruksi


Peralatan yang digunakan pada proyek pembangunan apartemen Jogja
Apartment cukup memadai dalam pelaksanaan proyek. Peralatan yang digunakan ada
yang merupakan inventaris sendiri dari PT. Artha Beth Jaya Abadi. Pada proyek
pembangunan apartemen Jogja Apartment menggunakan tower crane. Pemeliharaan
peralatan pada proyek pembangunan ini sangat baik dan kerusakan yang terjadi pada
alat konstruksi segera diperbaiki oleh bagian mekanik agar tidak mengganggu jalannya
pelaksanaan proyek.
63

3.4.3 Waktu
Untuk menghindari adanya keterlambatan pelaksanaan maka perlunya pengendalian
waktu yang berdasarkan pada time schedule pekerjaan. Time schedule proyek
pembangunan apartemen Jogja Apartment dapat dilihat pada Lampiran.
Pada proyek pembangunan apartemen Jogja Apartment ini time schedule sudah
dibuat dengan rapih sehingga untuk mengontrol keterlambatan mudah. Kontraktor pun
membuat laporan mingguan sehingga mudah untuk mengontrol waktu pekerjaan.

3.4.4 Biaya
Perlunya pengendalian biaya adalah untuk dapat mengetahui jumlah biaya
dengan realisasi pekerjaan. Fungsi pengendalian biaya supaya Rencana Anggaran
Biaya (RAB) tidak membengkak dalam pelaksanaannya. Jikapun adanya
pembengkakan maka perlunya evaluasi biaya.
Salah satu penyebab terjadinya pembangkakan biaya adalah adanya kesalahan
dalam pelaksanaan dilapangan sehingga membutuhkan perbaikan yang tentu saja
menambah biaya dari segi biaya material maupun tenaga kerja, maka untuk
menghindari adanya pembengkakan biaya yaitu dengan cara melakukan pelaksanaan
dilapangan dengan baik dan hati-hati.
Pengendalian biaya ini biasanya dilakukan dengan membuat rekapitulasi biaya
yang telah dikeluarkan. Setiap dilakukan pembelian material, bagian logistik mencatat
jumlah material yang dibeli dan besarnya biaya yang dikeluarkan, sedangkan
pengendalian biaya tenaga kerja dilakukan dengan memeriksa daftar presensi pekerja
setiap sat minggu dan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji pekerja. Besar total
biaya ini yang akan selalu dikontrol dan dievaluasi sebagai pengendalian biaya.
Pada proyek pembangunan apartemen Jogja Apartment ini, RAB yang sudah
dikeluarkan dapat dilihat dengan mudah karena setiap pembelian selalu disimpan nota
pembeliannya.
64

3.4.5 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Permasalahan pada proyek yang menyebabkan kecelakaan sangatlah berapa,
seperti terjatuh, tertimpa, tertabrak, dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan oleh
banyak faktor seperti kelalaian pekerja, sistem jalannya pekerjaan, ataupun hal yang
lain. Pada proyek pembagunan gedung berlantai, para pekerja seharusnya diwajibkan
menggunakan kelengkapan keselamatan kerja yang dapat berupa rompi, masker,
sarung tangan, helm proyek, sepatu boot, atau peralatan pelindung lainnya. Dari hasil
pengamatan dilapangan, tidak semua ketentuan keselamatan kerja diterapkan, misalnya
seperti pekerja tidak semua memakai rompi, masker, sarung tangan, helm proyek, dan
sepatu boot.
Implementasi K3 diberlakukan di tempat kerja yang menggunakan peralatan
berbahaya, bahan B3 (bahan beracun dan berbahaya), pekerjaan konstruksi, perawatan
bangunan, dan berbagai sektor pekerjaan lainnya yang diidentifikasi memiliki sumber
bahaya (Striaji, 2009). Dasar Hukum K3 sendiri berdasar pada Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang menimbang bahwa setiap tenaga kerja
berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. Menurut
Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) PER.05/MEN/1996 Bab I, salah satu
upaya dalam mengimplementasikan K3 adalah SMK3 (Sistem Manajemen Kesehatan
dan Keselamatan Kerja). Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja meliputi
struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab pelaksanaan, prosedur, proses dana
sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian,
dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien, dan produktif penerapan. Keselamatan kerja menyangkut
segenap proses produksi distribusi baik barang maupun jasa. Biasanya penyebab
kecelakaan kerja pada proyek dapat ditinjau dari 3 faktor, yaitu:
1. Manusia
2. Lingkungan dan alat kerja
65

3. Peralatan keselamatan kerja


Tujuan penerapan K3 adalah sebagai berikut:
1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat
kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas.
Pada proyek pembangunan apartemen Jogja Apartment sudah menerapkan
sistem K3 yang memang sangat penting untuk keselamatan suatu pekerjaan konstruksi
karena adanya kesadaran dari para pekerja itu sendiri akan pentingnya keselamatan dan
juga dari PT. Artha Beth Jaya Abadi sendiri sudah menerapkan sistem K3 kepada para
pekerja pekerjanya sehingga dalam hal ini dapat mengurangi resiko adanya kecelakaan
kerja hingga menyebabkan kehilangan nyawa dan juga bisa meningkatkan
kesejahteraan dan produktivitas. Dan juga pada proyek pembangunan apartemen Jogja
Apartment ini mempunya inovasi baru dalam keamanan dan keselamatan pekerjanya
yaitu dengan pemasangan tali sementara yang berfungsi untuk kemanan pekerja akar
tidak terjadi kecelakaan yang dipasang di lantai bangunan yang sedang dikerjakan. Dari
penerapan sistem K3 yang sudah berjalan dengan baik pada proyek ini, ada beberapa
pekerja yang terlihat tidak memakai APD pada saat pekerja seperti penggunaan helm
proyek (lihat Gambar 3.6) dan juga tidak memakai kacamata pelindung saat melakukan
pengelasan kaki kolom namun hal ini dapat diatasi dengan memberikan peringatan
langsung dan memberikan motivasi.
66

Gambar 3.4 Pekerja Dengan Alat Pelindung Diri Lengkap


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan data dan pengamatan dilapangan yang didapatkan pada praktik


kerja magang selama ± 3 bulan sejak 02 April 2018 sampai 02 Juni 2018 pada proyek
pembangunan Jogja Apartemen, dapat diambil kesimpulan mengenai pengalaman dari
Penulis yaitu sebagai berikut:

1. Pengawasan terhadap setiap tahap proyek dilakukan dengan baik, hal ini
dibuktikan dengan minimnya kesalahan yang terjadi dilapangan
2. Pemilihan material yang digunakan sebagai bahan baku konstruksi dapat
dikategorikan baik. Hal di buktikan dengan uji material di laboratorium yang
sudah sesuai dengan standard yang di syaratkan.
3. Terdapat kekurangan dalam mengendalikan mutu material konstruksi dalam hal
ini besi yang tidak terlindung dari hujan dan tidak ada penutupnya sehingga
besi rentan terhadap korosi.
4. Pada saat pemasangan sengkang pada kolom terdapat sengkang yang jaraknya
tidak sesuai dengan gambar tetapi masih dapat di toleransi.
5. Pada saat pengecoran sudut sudut kolom sulit di jangkau hingga memperlambat
pengecoran.
6. Kurangnya jumlah pekerja (man power) sehingga tidak ada pekerja yang
melakukan perawatan (curing) pada beton yang sudah dilepas bekistingnya
sehingga sedikit banyak akan mempengaruhi mutu beton .

67
68

4.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan untuk menangani permasalahan


sehingga dapat menjadi kajian agar lebih baik kedepannya adalah sebagai berikut:

1. Untuk K3 sudah cukup baik tapi tetap masih perlu ditingkatkan seperti tidak
semua pekerja mengenakan alat perlindungan diri (APD) dan tidak disemua
kegiatan yang terletak pada ketinggian pekerja menggunakan tali pengikat.
2. Meningkatkan kesadaran pekerja akan pentingnya K3.
3. Memberikan perlindungan pada material dalam hal ini besi dengan
menggunakan terpal untuk melindungi dari hujan atau meletakanya di tempat
yang terlindung dari hujan.
4. Untuk mahasiswa selanjutnya yang akan melakukan kegiatan praktek kerja
haruslah aktif dilapangan, gunakan kesempatan praktik kerja ini untuk
menggali ilmu sebanyak banyaknya dengan cara bertanya kepada kontraktor
ataupun konsultan yang berada dilapangan agar praktek kerja kita menjadi
bermanfaat dan bias menjadi bekal dikemudian hari.
69

DAFTAR PUSTAKA

Asiyanto. 2012. Metode Konstruksi Gedung Bertingkat. Penerbit Universitas


Indonesia. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional . (2002). SNI 03-2847-2002 Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. Bandung: Badan Standarisasi
Nasional.
Badan Standarisasi Nasional. (2002). SNI 02-2052-2002 Baja Tulangan Beton.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Anda mungkin juga menyukai