Ringkasan : Dua orang sahabat yaitu Hanafi dan Corrie sedang duduksantai di tempat bermain tennis, mereka saling mengeluarkan pendapat tentang pergaulan anak Barat dan Bumiputera. Menurut Corrie dinegaranya yaitu bangsa Eropa sangat longgar dalam pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan di Sumatera lain keadaannya dalam pergaulan perempuan lain dengan ahlinya yang paling karib sekalipun dengan adik atau kakaknya sendiri sudah janggal, apabila ia bergaul atau duduk bersenda gurau bahkan berjalan berdua-dua dan buat bersinggungan kulit dengan perempuan lain sudah haram. Setelah mereka selesai berbincang, mereka bermain tennis berpasangan dan Hanafi menyuruh Corrie datang ke rumhnya dan Corrie mengiyakannya. BAB II : AYAH DENGAN ANAK Ringkasan : Tuan du Bussee, ayah Corrie seorang Prancis. Hidupnya hanya untuk Corrie saja. Pada saat itu Corrie baru berumur 19 tahun, tapi sudah banyak kaum pria yang jatuh hati pada paras Corrie yang cantik. Begitu banyak surat datang kepada Corrie setiap harinya. Corrie lalu bertanya kepada papanya, apakah rintangan yang ditimbulkan akibat perkawinan campuran. Lalu ayah menjelaskan secara detail kepada Corrie. Lalu Corrie mengumpamakan ada seorang anak lelaki Bumiputera yang baik budinya seperti mamanya, tetapi papanya tetap tidak merestui dan ayahnya memberi pedoman seperti Timur tinggal Timur, Barat tinggal Barat dan tidaklah keduanya akan menjadi satu. BAB III : BUKAN BUNDA SALAH MENGANDUNG Ringkasan : Dari kecil, Hanafi bersekolah di Betawi dan tinggal di rumah orang Belanda. Ibunya sangat bertanggung jawab. Setelah tamat, Hanafi pulang ke Solok, seluruh ruangan rumahnya diatur bergaya rumah Belanda dan Hanafi mengatakan orang yang tidak pandai bahasa Belanda tidak masuk bilangan, berhubungan dengan Melayu dicatat dan dicemoohkan. Adat lembaga orang Melayu dan agama Islam tidak mendapat perindahan serambut, agama Islam takhayul. Ibunya menjelaskan bahwa Hanafi berutang budi kepada keluarganya. Ibunya lalu mengatakan peribahasa utang emas dibayar emas, utang uang dibayar uang, utang budi dibayar dengan budi. Ibunya mengatakan bahwa pamannya sudah menunggu jawaban dari pihak Hanafi tentang perjodohan dengan anaknya, bukannya didengar Hanafi melainkan Hanafi membuat ibunya menangis dan tangisan itu sudah dua tiga kali terjadi. BAB IV : DALAM KEBIMBANGAN Ringkasan : Semalaman Corrie tidak dapat tidur, dia bertanya dalam hatinya, cintakah ia pada Hanafi. Corrie mengenang masa kecil semasa dengan Hanafi. Corrie sudah menganggap Hanafi sebagai saudara. Baru bersama Hanafi dia merasa ada sesuatu perasaan yang tumbuh di luar kendalinya. Corrie berkata pada dirinya sendiri tidak mungkin Bumiputera dan Belanda bisa bersatu, lalu dia mulai menebak perasaannya sendiri dengan kata-kata cinta – tidak - cinta – tidak – cinta ternyata dia cinta dengan Hanafi. Tiba dia dengan histeris sehingga papanya masuk ke dalam kamar Corrie dan bertanya ada apa? Corrie menjawab dia hanya kegirangan sewaktu bermain tennis. Ketika waktu sudah menunjukkan pukul lima keesokan harinya, Corrie sudah menyiapkan kata-kata yang hendak disampaikan kepada Hanafi yaitu buat menyurutkan hatinya jangan sampai berharap-harap. BAB V : DALAM GELOMBANG PERASAAN Ringkasan : Dalam pertemuan dengan Hanafi, hati Corrie selalu berdebar-debar. Ketika Hanafi membawa Corrie untuk duduk di kursi rotan, Hanafi mengetam jari Corrie, sesaat lamanya dengan perasaan malu Corrie menundukkan kepala, muka sampai kedua belah telinganya berwarna merah jambu, tubuhnya gemetar. Lalu Corrie bertanya pada Hanafi kabar penting yang hendak kau ceritakan. Hanafi tidak menjawab, melainkan ia memandang dengan sedih hati sesaat lamanya kepada Corrie, lalu membuang mata berjalan kaky Hanafi pergi ke ruang kerjanya tidak berapa lama kemudian Corrie datang. Ketika Corrie memandang bunga yang kering itu dan tidak sengaja Hanafi memeluk pinggang Corrie sambil menekan dada gadis itu ke dadanya, diciumlah Corrie berkali-kali, matanya pada kening dan pipinya dan tidak disengaja tukang pos datang lalu mereka sadar atas perbuatannya. Seketika itu Corrie lari meninggalkan Hanafi tanpa permisi lagi. BAB VI : TERBANG MEMBUMBUNG KE LANGIT HUJAN Ringkasan : Corrie merasa geli karena dipeluk dan dicium Hanafi, dalam berbaring hebatlah peramukan pikiran dan perasaan Corrie, berasalah sekarang cinta Hanafi tidak dapat ditolak, tapi Corrie tidak suka akan menjadi istrinya karena tidak boleh. Lalu Corrie menulis surat untuk Hanafi. Sepeninggalan Corrie, Hanafi seperti kehilangan hidup dan semangatnya. Ibunya Hanafi merasa kasihan pada anaknya itu karena itu merasakan bahwa Corrie sudah mempermainkan hati Hanafi, pikiran Hanafi, hanya untuk Corrie saja. BAB VII : IBU DENGAN ANAK Ringkasan : Dengan kepergian Corrie, Hanafi jatuh sakit 14 hari lamanya ia demam panas lalu ibunya memanggil dokter untuk mengobati anaknya. Lalu ibunya meminta bantuan dukun karena ibunya orang kampung masih percaya dengan hal-hal seperti itu. Setelah Hanafi sembuh seperti semula, ibunya berkata pada Hanafi untuk menikahi Rafiah sebagai istrinya. Hanafi tak mungkin lagi mencintai orang kecuali Corrie maka berpikirlah Hanafi akan utang pada mamaknyatentang utang mengutang budi Hanafi bermenung pula, sabar, tahu diri, itulah saja yang dikehendakinya. Jika tidak ada hal utang budi, dia tidak akan memperistri Rafiah, tetapi dengan itu walaupun Hanafi menerima Rafiah, tidak berarti hatinya sudah luntur untuk Corrie. BAB VIII : ISTRI PEMBERIAN IBU Ringkasan : Dua tahun berjalan Hanafi dengan ibu dalam perundingan tentang beristri itu Hanafi sudah dinikahkan dengan Rafiah. Baju adat yang dipakai Hanafi dikatakannya anak kemudi stambul dia hanya may memakai smolong yaitu jas hitam. Hanafi lalu menolak menutup kepala karena lebih gila dari komdi. Lalu dia menyampaikan ke pihak perempuan untuk tidak memakai pakaian adat yang kuno. Sesampai di rumah pengantin perempuan, mempelai sudah membantah untuk bersanding dua dinamakannya “mempekongkan diri” dalam 2 tahun. Rapiah hidup tersiksa bersama Hanafi. Hanafi tidak menganggap istri itu ada. Dia selalu sibuk dengan urusan kepada tamu-tamunya, ibunya pun makan hati melihat tingkah laku Hanafi kepada istri dan cucunya. BAB IX : DURHAKA KEPADA IBU Ringkasan : Matahari sudah rendah, teman-teman Hanafi datang bertamu, lalu Hanafi menyuruh Rafiah untuk mengantarkan minuman kepada tamunya. Hanafi memarahi Rafiah di depan teman-temannya karena Hanafi menumpahkan seluruh kesalahan kepada Rafiah diwaktu itu ibu Hanafi melihat Rafiah dimarahi lalu menangislah ibunya, ketika ibunya menasehati Hanafi, tiba-tiba datang anjing menggigit tangan Hanafi. Hanafi tidak berkata sepatahpun dengan pucat ia memandang pada lukanya. Lalu dipanggil dokter, dokterpun mengatakan untuk berobat ke Betawi, keesokan harinya Hanafi pergi. BAB X : BERTEMU KEMBALI Ringkasan : Di dalam 2 tahun Corrie pun sudah berubah. Belum setahun ayahnya sudah meninggal. Semula ia ingin pulang ke Solok tapi dia membatalkan niatnya karena nanti Corrie akan bertemu Hanafi. Di saat bersekolah Corrie sudah malas dengan peraturan, sekolah, asrama dan merasa terkekang. Dia ingin cepat-cepat melepaskan diri dari kongkongan. Corrie ingin bebas. Seketika itu sepeda angin yang dibawa Corrie jatuh ke tanah karena bertabrakan dengan sepeda pemuda bangsa Betawi. Corrie dan Hanafi bertemu lagi. Corrie menceritakan kehidupannya, demikian sebaliknya Hanafi. Hanafi mengantarkan Corrie ke asrama lalu mereka akan bertemu keesokan harinya karena Corrie libur. BAB XI : PERTEMUAN JODOH Ringkasan : Sudah seperempat jam Hanafi menanti Corrie di pintu air, tidak lama antaranya datanglah Corrie lalu mereka berjalan berdua manikmati malam itu, lalu Corrie berkata pada Hanafi Alangkah sunyi kehidupanku bila engkau kembali ke Sumatera Barat. Tanpa sepengetahuan Corrie, Hanafi sudah pindah kerja ke Departemen BB. Lalu Corrie bertanya tentang istri, anak dan ibu Hanafi, akankah mereka datang. Hanafi menjawab, tidak, mereka tinggal di Solok aja. Pada suatu hari Corrie sudah berkata, Hanafi hari Kamis umurku 21 tahun, dia mengundang Hanafi. Hanafi memberikan cincin kepada Corrie. Hanafi sangat mencintai Corrie. Corrie pun begitu perasaannya bukan sekedar saudara lagi. Hanafi meminta kepada Corrie jika haknya dengan Corrie sudah bersamaan. BAB XII : ISTRI PEMBERIAN IBUNYA Ringkasan : Rafiah dan ibu yang ditinggalkan Hanafi di Solok sangat merisaukan Hanafi. Mereka sangat takut jika terjadi sesuatu pada Hanafi. Rafiah berpuasa untuk keselamatan suaminya. Safei menangis dalam tidurnya. Mereka menunggu surat dari Betawi, surat itu beralamat ke ibunya Hanafi bukan sitrinya. Rafiah merasa tidak dihargai oleh Hanafi sebagai istri. Ibunya menasehati menantunya untuk tidak berpikiran yang buruk, ibu dan Rafiah menerka-nerka isi dari surat Hanafi, mengapa harus esok harinya boleh diambil. Syafei menangis entah apa penyebabnya. Setelah neneknya bersamanya tidur barulah Syafei tidur. BAB XIII : MELEPASKAN KONGKONGAN Ringkasan : Keesokan harinya Rafiah berserta mertuanya pergi ke kantor pos mengambil surat. Mereka tergesa-gesa pulang untuk segera membaca surat Hanafi. Ibunya menyuruh Rafiah untuk membaca surat karena ibunya tidak tahu membaca. Dalam inti surat itu Hanafi mengatakan dia sudah pindah kerja, dia sudah berpindah warga negara. Dia ingin meninggalkan Solok bersama orang yang dikenalnya dan Hanafi berkata, Bunda aku tidak akan melupakannya. Hanafi menyuruh Rafiah untuk menikah. Hanafi menyuruh ibunya untuk mengirim barang-barangnya ke Betawi. Ibu menangis bersama Rafiah. Mereka pindah dari Solok. Ibunya berkata pada Rafiah, bila ibu meletakkan kepala buat poenghabisan sekali ke halang bulu engkaulah yang akan mengkafani ibu. BAB XIV : HIDUP BERSUKARIA Ringkasan : Tiga bulan sudah terlampau setelah corrie merayakan ultahnya. Hampir setiap hari Hanafi dan Corrie bertemu. Setelah Hanafi menjadi bangsa Eropa, namanya diganti menjadi Cristian Han. Suatu hari Hanafi berkata pada Corrie agar mau menerima Hanafi menjadi suaminya. Lalu Corrie menjawab berilah aku berpikir dulu. Dalam penantian itu Corrie pergi ke tempat temannya di pabrik kopi, Gunung Wayang di Jawa Timur. Belum sebulan Hanafi menanti, maka dengan girang hati ia sudah menerima surat dari Corrie. Hanafi disuruh menyusul untuk menemui Corrie. Saudara Corrie tidak merestui pernikahan mereka karena Hanafi anak Bumiputera. Lalu Corrie menyatakan mereka akan kawin diam-diam dengan saksi yang seadanya. BAB XV : SETELAH MENJADI SUAMI ISTRI Ringkasan : Di dalam perjalanan dari Surabaya ke Jakarta, Corrie tidak pernah memperlihatkan raut wajah yang senang melainkan Corrie selalu menutup matanya tanpa mempedulikan orang yang disekelilingnya. Dalam perjalanan itu mereka bertukar pikiran tentang rumah yang ingin dikontrak beserta isinya. Hanafi menyatakan pada Corrie malukah engkau menikah dengan aku. Corrie menjawab tak ada yang aku malukan hanya saja orang lain tidak usah turut mengetahui hal ihwal kita berdua. Corrie memakai pakaian pengantin yang sederhana, Hanafi memakai smooking, mereka memulai hidup baru. BAB XVI : DIDALAM GELOMBANG KEHIDUPAN Ringkasan : Di dalam dua tahun setelah pernikahan itu. Hanafi dan Corrie diasingkan oleh orang skitar. Mereka tidak dianggap. Corrie sebagai istri yang setia pada suaminya. Hanafi sudah terlalu sesak melihatkan perangai istri, maka marahlah ia dengan tidak ketentuan apa yang dikatakannya. Corrie mengangkat kepalanya, menantang suaminya, lalu berkata, apakah yang sudah terjadi atas dirimu, Han? Fiilmu sebagai orang bertukar pikiran. Mereka berantam hebat karena Hanafi menyalahkan Corrie. corrie membalasnya dengan mengatakan mereka menjauhi aku karena aku bersuamikan anak Bumiputera, begitu juga sebaliknya, kita sama- sama dibuang dari negara kita. Lalu mereka menyalahkan keegoisan diri. Air mata Hanafi dan Corrie tidak tertahan lagi, mereka menangis dan Hanafi memeluk istrinya, lalu berkata Oh Corrie istriku yang kubawa sengsara, buah hati mainan mata. Ketahuilah olehmu bahwa cintaku padamu tidak berhingga-hingga meskipun bagaimana laku fiilmu. Berjanjilah aku mulai dari saat ini tiadalah aku akan berkata akasar atau berkata menyakiti hati istriku lagi. BAB XVII : BERCERAI Ringkasan : Diwaktu iyu ada seorang perempuan yang biasa dipanggil Tante Lien. Mereka menceritakan tentang sebelah yang iri pada Corrie. Corrie tidak pernah bergaul kecuali Tante Lien yang bertamu ke rumahnya. Tante itu perokok berat. Tante itu menawari sebuah anting untuk Corrie. Corrie tidak langsung menerimanya. Tapi berpikir-pikir, ketika tante itu pergi Hanafi melihat tanpa bertanya, Hanafi menghakimi Corrie dengan mengatakan Corrie selingkuh, berzinah. Berantamlah kedua manusia itu. Corrie menangis dan mengingat perkataan ayahnya. Keesokan harinya Hanafi pergi ke kantor dan Corrie mengemasi barangnya untuk meninggalkan Hanafi. Corrie sangat berat hati meninggalkan rumah itu karena dari rumah itu meninggalkan kegadisannya sampai suami istri hingga perceraiannya dengan Hanafi. BAB XVIII : MENEMPUH KEHIDUPAN BARU Ringkasan : Corrie mencari tempat untuk tinggal, dia mencari pekerjaan lalu diterima di kantor bank. Tempat dia bekerja ada seorang karyawan yang mengatakan pada Corrie, setiap orang yang dihampiri Tante Lien tentu tenggelam. Corrie sangat sedih mendengar hal itu. Corrie akhirnya keluar dari kantor, tidak berapa lama ia bekerja lagi. Ternyata atasannya kurang berprilaku baik pada Corrie dan sebelumnya tuan itu sudah mendengar cerita tentang Corrie. Corrie tidak terima atas perlakuan yang tidak senonoh itu. Lalu Corrie membatalkan bekerja di kantor itu. Sepulang dari mencari pekerjaan, Corrie menangis dan merenungkan nasibnya yang buruk, tiba- tiba ada seorang perempuan yang empunya rumah kontrakan yang biasa dipanggil nyonya pensiun. Dia sudah mengetahui permasalahan yang dihadapi Corrie tanpa sepengetahuannya. Hanafi sudah datang ke tempat kontrakan itu untuk mengajak Corrie pulang. Nyonya itu sudah mengetahui masalah Corrie dan Hanafi. Nyonya itu memberi tawaran pekerjaan untuk Corrie di Semarang di tempat saudara nyonya. Corrie menerima dan berangkat untuk memulai kehidupan baru dan Hanafi baru sadar akan kesalahannya. Dia menyerahkan nasibnya ke tangan orang yang baru dikenal itu. BAB XIX : MERTUA DAN MENANTU Ringkasan : Fajar menyungsung di sebelah timur matahari naik. Ibu Hanafi dan istrinya Rafiah bersahut-sahutan, mertuanya menyuruh Rafiah untuk mencari pengganti Hanafi. Rafiah menolaknya dan berkata akan tetap setia menunggu Hanafi sampai kapanpun. Rafiah sangat menyayangi anaknya Syafei dia tidak ingin anaknya berprilaku seperti ayahnya. Rafiah selalu mengajari anaknya tentang agama, menghormati orang tua agar Syafei kelak tidak salah asuhan. BAB XX : DARI GELAP KEPADA YANG TERANG Ringkasan : Dengan susah payah Hanafi mendapat tumpangandi rumah suatu famili bangsa Belanda. Kawan sekerja meskipun nyonya rumahnya tidak suka keberadaan Hanafi. Nyonya itu sangat tidak suka dengan Hanafi karena tidak asli orang Belanda. Hanafi terkenang akan ibu, istri anak yang ditinggalkan di Solok. Hanafi membandingkan Corrie dengan Rafiah. Suatu malam sahabatnya Piet datang ke kamar. Hanafi meminta nasehat pada Piet apa salahnya ? Mengapa semua orang membencinya, yaitu karena engkau keturunan Bumiputera dan Corrie Belanda. Tidak menyetujui pernikahan itu sehingga menyisihkan engkau dari pergaulan. Setelah itu baru sadarlah Hanafi pada semua kesalahan yang telah diperbuat. BAB XXI : TALI PERCINTAAN Ringkasan : Semalam itu, Hanafi tidak memicingkan mata sekejappun.pada malam itu Hanafi baru dapat mengulak utangnya pada ibunya yaitu utang yang kira-kira belum akan langsai terbayar meskipun ia memperbuat mahligai tinggi bagi ibunya. Hanafi mengingat istrinya yang baik hati tapi Hanafi sering membuat sakit hati merasa bersalah Hanafi kepada semua orang setelah satu lamanya Hanafi datang ke rumah nyonya untuk menanyakan tentang Corrie. Sesampai disana, nyonya itu menyampaikan bawa Corrie sedang di rawat di rumah sakit. Corrie mengidap penyakit kolepra. Bagai disambar petir Hanafi tidak menyangka wanita yang dicintainya sedang sakit parah. Sesampai di rumah sakit, Hanafi langsung memeluk Corrie, lalu Corrie menyapu-nyapu kepala suaminya dengan telapak tangan yang sebelah lalhu berkata dengan suara yang sayup-sayup, Hanafi kekasihku sudah lama kuampuni dosamu kepadaku. Aku tahu engkau akan datang. Aku menantikan engkau buat memberi selamat tinggal. Setelah itu Corrie menghembuskan nafas terakhir. BAB XXII : BERTAMBAH SEMPIT ALAM RASANYA Ringkasan : 14 hari lamanya Hanafi tinggal terpelihara di rumah sakit Paderi di Semarang. Setelah sembuh Hanafi berziarah ke makam Corrie. Dia meratapi tanah kuburan Corrie. Dia sangat menyesal. Hanafi mendatangi tempat asuhan untuk mengambil sesuatu barang yaitu medahon yang dipakai istrinya. BAB XXIII : SETINGGI-TINGGI MELAMBUNG, JATUHNYA KE TANAH JUA Ringkasan : Hanafi berangkat ke Sumatera Barat sesudah sampai disana tanpa disengaja Hanafi berjalan di pasar malam. Dia melihat seorang anak kecil yang ingin dibelikan balon. Ternyata anak itu dikepong si Buyung yang tak lain pembantunya sangat senanglah hati Hanafi melihat anak itu tidak tahu dimana asalnya. Rafiah datang dan mengambil Syafei di tangan Hanafi dan berlalu meninggalkan Hanafi. BAB XXIV : DI JALAN HENDAK PULANG Ringkasan : Keesokan harinya Hanafi bertemu ibunya di rumah makan Belantung lalu ibunya bertanya tentang Corrie, dan Hanafi menjawab Corrie sudah meninggal. Di perjalanan berhentilah Hanafi pada suatu tempat yang mengingatkan Hanafi pada sosok perempuan yang sangat dia cintai. Hanafi seperti orang yang tak berdaya. Ibunya sangat kasihan melihat keadaan anaknya yang malang. BAB XXV : MEMBAYAR UTANG Ringkasan : Sesampai di Kota sifat dan kelakuan Hanafi jadi tertutup dan pendiam, dia tidak suka melihat keramaian. Hanafi di kamar mengurung diri. Ibunya sangat sedih dan sabar merawat Hanafi. Semua orang mengatakan Hanafi itu gila. Hanafi sudah semakin pucat, matanya cekung. Pada suatu malam. Hanafi menjerit kesakitan dari mulurnya keluar darah. Ibunya memanggil dokter agar memeriksa Hanafi tapi semuanya tidak ada gunanya. Hanafi meminta maaf pada ibunya atas perbuatan yang selalu menyakitkan hati. Hanafi meninggal.
Ringkasan : Hanafi adalah pemuda asli Minangkabau, ia berpendidikan tinggi dan
berpandangan kebarat – baratan, karena sejak kecilnya diasuh dengan cara barat. Hanafi menjadi benci dengan adatnya bahkan merendahkan bangsanya sendiri. Hanafi memiliki seorang sahabat sejak kecil, ia adalah Corrie Du Busse yang merupakan gadis cantik asal Belanda.. Karena selalu bersama-sama akhirnya mereka saling mencintai. Tapi mereka tidak dapat bersatu karena perbedaan bangsa dan juga adat. Jika orang Bumiputera menikah dengan keturunan Belanda, mereka akan dijauhi oleh keluarganya dan akan dikucilkan di masyarakat. Corrie pun akhirnya pergi ke Betawi untuk menghindari Hanafi sekaligus meneruskan sekolahnya. Kemudian ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah yang merupakan sepupu Hanafi. Ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah untuk membalas budi pada ayah Rapiah yang telah membantu membiayai sekolah Hanafi. Awalnya Hanafi tidak mau karenaa ia hanya mencintai Corrie, namun pada akhirnya ia menuruti ibunya dan menikah dengan Rapiah. Karena Hanafi tidak mencintai Rapiah sama sekali,ia hanya memperlakukan Rapiah selayaknya babu. Hanafi pun juga tidak menghiraukan anaknya yang bernama Syafei, ia tidak menganggap Syafei itu sebagai anaknya. Suatu hari saat Hanafi sedang berdebat dengan ibunya, tiba-tiba ia digigit oleh seekor anjing gila, dan mengharuskannya ke Betawi untuk berobat. Di Betawi Hanafi bertemu kembali dengan Corrie. Hanafi pun menceraikan Rapiah melalui surat dan memutuskan untuk tidak kembali ke Solok. Kemudian ia menikah dengan Corrie.Perkawinannya dengan Corrie ternyata tidak berjalan baik, kehidupan mereka tidak bahagia. Suatu hari Hanafi menuduh Corrie berzina dengan orang lain, karena sakit hati mendengar tuduhan suaminya, Corrie pun bercerai kemudian pergi ke Semarang dan menjadi pegawai Panti Asuhan. Hanafi merasa bersalah kepada Corrie. Semalam-malam Hanafi tak dapat tidur memikirkan Corrie. Keesokan harinya, Hanafi pergi ke Semarang untuk menemui Corrie di rumah tumpangan Corrie. Namun, Corrie tengah dirawat di rumah sakit karena penyakit cholera yang di deritanya. Akhirnya Corrie meninggal dunia Selang beberapa waktu Corrie meninggal dunia. Hanafi pun mengetahuinya, ia sangat sedih, merasa bersalah, dan depresi. Kemudian ia memutuskan untuk pulang ke Solok untuk menemui ibunya, suatu hari ia meminum sublimat hingga meninggal dunia. Kesimpulan : Novel Salah Asuhan adalah sebuah karya sastra karya Abdoel Moeis yang diterbitkan pada tahun 1928. Novel ini memberikan cerita yang menarik karena menceritakan tentang peristiwa yang terjadi di saat proses pembuatan novel ini berlangsung. Novel ini bercerita tentang perbedaan adat istiadat antara kedua manusia yang saling mencintai. Yaitu Hanafi orang asli Minangkabau dengan Corrie Du Busse orang Prancis. Kisah cinta mereka mendapat pertentangan akibat perbedaan kedua budaya mereka.