Anda di halaman 1dari 9

SALAH ASUHAN

BAB I : DUA ORANG SAHABAT


Ringkasan : Dua orang sahabat yaitu Hanafi dan Corrie sedang duduksantai di tempat bermain
tennis, mereka saling mengeluarkan pendapat tentang pergaulan anak Barat dan
Bumiputera. Menurut Corrie dinegaranya yaitu bangsa Eropa sangat longgar
dalam pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan di Sumatera lain
keadaannya dalam pergaulan perempuan lain dengan ahlinya yang paling karib
sekalipun dengan adik atau kakaknya sendiri sudah janggal, apabila ia bergaul
atau duduk bersenda gurau bahkan berjalan berdua-dua dan buat bersinggungan
kulit dengan perempuan lain sudah haram. Setelah mereka selesai berbincang,
mereka bermain tennis berpasangan dan Hanafi menyuruh Corrie datang ke
rumhnya dan Corrie mengiyakannya.
BAB II : AYAH DENGAN ANAK
Ringkasan : Tuan du Bussee, ayah Corrie seorang Prancis. Hidupnya hanya untuk Corrie saja.
Pada saat itu Corrie baru berumur 19 tahun, tapi sudah banyak kaum pria yang
jatuh hati pada paras Corrie yang cantik. Begitu banyak surat datang kepada Corrie
setiap harinya.
Corrie lalu bertanya kepada papanya, apakah rintangan yang ditimbulkan akibat
perkawinan campuran. Lalu ayah menjelaskan secara detail kepada Corrie. Lalu
Corrie mengumpamakan ada seorang anak lelaki Bumiputera yang baik budinya
seperti mamanya, tetapi papanya tetap tidak merestui dan ayahnya memberi
pedoman seperti Timur tinggal Timur, Barat tinggal Barat dan tidaklah keduanya
akan menjadi satu.
BAB III : BUKAN BUNDA SALAH MENGANDUNG
Ringkasan : Dari kecil, Hanafi bersekolah di Betawi dan tinggal di rumah orang Belanda.
Ibunya sangat bertanggung jawab. Setelah tamat, Hanafi pulang ke Solok, seluruh
ruangan rumahnya diatur bergaya rumah Belanda dan Hanafi mengatakan orang
yang tidak pandai bahasa Belanda tidak masuk bilangan, berhubungan dengan
Melayu dicatat dan dicemoohkan. Adat lembaga orang Melayu dan agama Islam
tidak mendapat perindahan serambut, agama Islam takhayul. Ibunya menjelaskan
bahwa Hanafi berutang budi kepada keluarganya. Ibunya lalu mengatakan
peribahasa utang emas dibayar emas, utang uang dibayar uang, utang budi
dibayar dengan budi. Ibunya mengatakan bahwa pamannya sudah menunggu
jawaban dari pihak Hanafi tentang perjodohan dengan anaknya, bukannya
didengar Hanafi melainkan Hanafi membuat ibunya menangis dan tangisan itu
sudah dua tiga kali terjadi.
BAB IV : DALAM KEBIMBANGAN
Ringkasan : Semalaman Corrie tidak dapat tidur, dia bertanya dalam hatinya, cintakah ia pada
Hanafi. Corrie mengenang masa kecil semasa dengan Hanafi. Corrie sudah
menganggap Hanafi sebagai saudara. Baru bersama Hanafi dia merasa ada sesuatu
perasaan yang tumbuh di luar kendalinya. Corrie berkata pada dirinya sendiri tidak
mungkin Bumiputera dan Belanda bisa bersatu, lalu dia mulai menebak
perasaannya sendiri dengan kata-kata cinta – tidak - cinta – tidak – cinta ternyata
dia cinta dengan Hanafi. Tiba dia dengan histeris sehingga papanya masuk ke
dalam kamar Corrie dan bertanya ada apa? Corrie menjawab dia hanya kegirangan
sewaktu bermain tennis. Ketika waktu sudah menunjukkan pukul lima keesokan
harinya, Corrie sudah menyiapkan kata-kata yang hendak disampaikan kepada
Hanafi yaitu buat menyurutkan hatinya jangan sampai berharap-harap.
BAB V : DALAM GELOMBANG PERASAAN
Ringkasan : Dalam pertemuan dengan Hanafi, hati Corrie selalu berdebar-debar. Ketika Hanafi
membawa Corrie untuk duduk di kursi rotan, Hanafi mengetam jari Corrie, sesaat
lamanya dengan perasaan malu Corrie menundukkan kepala, muka sampai kedua
belah telinganya berwarna merah jambu, tubuhnya gemetar. Lalu Corrie bertanya
pada Hanafi kabar penting yang hendak kau ceritakan. Hanafi tidak menjawab,
melainkan ia memandang dengan sedih hati sesaat lamanya kepada Corrie, lalu
membuang mata berjalan kaky Hanafi pergi ke ruang kerjanya tidak berapa lama
kemudian Corrie datang. Ketika Corrie memandang bunga yang kering itu dan
tidak sengaja Hanafi memeluk pinggang Corrie sambil menekan dada gadis itu ke
dadanya, diciumlah Corrie berkali-kali, matanya pada kening dan pipinya dan
tidak disengaja tukang pos datang lalu mereka sadar atas perbuatannya. Seketika
itu Corrie lari meninggalkan Hanafi tanpa permisi lagi.
BAB VI : TERBANG MEMBUMBUNG KE LANGIT HUJAN
Ringkasan : Corrie merasa geli karena dipeluk dan dicium Hanafi, dalam berbaring hebatlah
peramukan pikiran dan perasaan Corrie, berasalah sekarang cinta Hanafi tidak
dapat ditolak, tapi Corrie tidak suka akan menjadi istrinya karena tidak boleh. Lalu
Corrie menulis surat untuk Hanafi. Sepeninggalan Corrie, Hanafi seperti
kehilangan hidup dan semangatnya. Ibunya Hanafi merasa kasihan pada anaknya
itu karena itu merasakan bahwa Corrie sudah mempermainkan hati Hanafi, pikiran
Hanafi, hanya untuk Corrie saja.
BAB VII : IBU DENGAN ANAK
Ringkasan : Dengan kepergian Corrie, Hanafi jatuh sakit 14 hari lamanya ia demam panas lalu
ibunya memanggil dokter untuk mengobati anaknya. Lalu ibunya meminta
bantuan dukun karena ibunya orang kampung masih percaya dengan hal-hal
seperti itu. Setelah Hanafi sembuh seperti semula, ibunya berkata pada Hanafi
untuk menikahi Rafiah sebagai istrinya. Hanafi tak mungkin lagi mencintai orang
kecuali Corrie maka berpikirlah Hanafi akan utang pada mamaknyatentang utang
mengutang budi Hanafi bermenung pula, sabar, tahu diri, itulah saja yang
dikehendakinya. Jika tidak ada hal utang budi, dia tidak akan memperistri Rafiah,
tetapi dengan itu walaupun Hanafi menerima Rafiah, tidak berarti hatinya sudah
luntur untuk Corrie.
BAB VIII : ISTRI PEMBERIAN IBU
Ringkasan : Dua tahun berjalan Hanafi dengan ibu dalam perundingan tentang beristri itu
Hanafi sudah dinikahkan dengan Rafiah. Baju adat yang dipakai Hanafi
dikatakannya anak kemudi stambul dia hanya may memakai smolong yaitu jas
hitam. Hanafi lalu menolak menutup kepala karena lebih gila dari komdi. Lalu dia
menyampaikan ke pihak perempuan untuk tidak memakai pakaian adat yang kuno.
Sesampai di rumah pengantin perempuan, mempelai sudah membantah untuk
bersanding dua dinamakannya “mempekongkan diri” dalam 2 tahun. Rapiah
hidup tersiksa bersama Hanafi. Hanafi tidak menganggap istri itu ada. Dia selalu
sibuk dengan urusan kepada tamu-tamunya, ibunya pun makan hati melihat
tingkah laku Hanafi kepada istri dan cucunya.
BAB IX : DURHAKA KEPADA IBU
Ringkasan : Matahari sudah rendah, teman-teman Hanafi datang bertamu, lalu Hanafi
menyuruh Rafiah untuk mengantarkan minuman kepada tamunya. Hanafi
memarahi Rafiah di depan teman-temannya karena Hanafi menumpahkan seluruh
kesalahan kepada Rafiah diwaktu itu ibu Hanafi melihat Rafiah dimarahi lalu
menangislah ibunya, ketika ibunya menasehati Hanafi, tiba-tiba datang anjing
menggigit tangan Hanafi. Hanafi tidak berkata sepatahpun dengan pucat ia
memandang pada lukanya. Lalu dipanggil dokter, dokterpun mengatakan untuk
berobat ke Betawi, keesokan harinya Hanafi pergi.
BAB X : BERTEMU KEMBALI
Ringkasan : Di dalam 2 tahun Corrie pun sudah berubah. Belum setahun ayahnya sudah
meninggal. Semula ia ingin pulang ke Solok tapi dia membatalkan niatnya karena
nanti Corrie akan bertemu Hanafi. Di saat bersekolah Corrie sudah malas dengan
peraturan, sekolah, asrama dan merasa terkekang. Dia ingin cepat-cepat
melepaskan diri dari kongkongan. Corrie ingin bebas. Seketika itu sepeda angin
yang dibawa Corrie jatuh ke tanah karena bertabrakan dengan sepeda pemuda
bangsa Betawi. Corrie dan Hanafi bertemu lagi. Corrie menceritakan
kehidupannya, demikian sebaliknya Hanafi. Hanafi mengantarkan Corrie ke
asrama lalu mereka akan bertemu keesokan harinya karena Corrie libur.
BAB XI : PERTEMUAN JODOH
Ringkasan : Sudah seperempat jam Hanafi menanti Corrie di pintu air, tidak lama antaranya
datanglah Corrie lalu mereka berjalan berdua manikmati malam itu, lalu Corrie
berkata pada Hanafi Alangkah sunyi kehidupanku bila engkau kembali ke
Sumatera Barat. Tanpa sepengetahuan Corrie, Hanafi sudah pindah kerja ke
Departemen BB. Lalu Corrie bertanya tentang istri, anak dan ibu Hanafi, akankah
mereka datang. Hanafi menjawab, tidak, mereka tinggal di Solok aja. Pada suatu
hari Corrie sudah berkata, Hanafi hari Kamis umurku 21 tahun, dia mengundang
Hanafi. Hanafi memberikan cincin kepada Corrie. Hanafi sangat mencintai Corrie.
Corrie pun begitu perasaannya bukan sekedar saudara lagi. Hanafi meminta
kepada Corrie jika haknya dengan Corrie sudah bersamaan.
BAB XII : ISTRI PEMBERIAN IBUNYA
Ringkasan : Rafiah dan ibu yang ditinggalkan Hanafi di Solok sangat merisaukan Hanafi.
Mereka sangat takut jika terjadi sesuatu pada Hanafi. Rafiah berpuasa untuk
keselamatan suaminya. Safei menangis dalam tidurnya. Mereka menunggu surat
dari Betawi, surat itu beralamat ke ibunya Hanafi bukan sitrinya. Rafiah merasa
tidak dihargai oleh Hanafi sebagai istri. Ibunya menasehati menantunya untuk
tidak berpikiran yang buruk, ibu dan Rafiah menerka-nerka isi dari surat Hanafi,
mengapa harus esok harinya boleh diambil. Syafei menangis entah apa
penyebabnya. Setelah neneknya bersamanya tidur barulah Syafei tidur.
BAB XIII : MELEPASKAN KONGKONGAN
Ringkasan : Keesokan harinya Rafiah berserta mertuanya pergi ke kantor pos mengambil surat.
Mereka tergesa-gesa pulang untuk segera membaca surat Hanafi. Ibunya
menyuruh Rafiah untuk membaca surat karena ibunya tidak tahu membaca. Dalam
inti surat itu Hanafi mengatakan dia sudah pindah kerja, dia sudah berpindah
warga negara. Dia ingin meninggalkan Solok bersama orang yang dikenalnya dan
Hanafi berkata, Bunda aku tidak akan melupakannya. Hanafi menyuruh Rafiah
untuk menikah. Hanafi menyuruh ibunya untuk mengirim barang-barangnya ke
Betawi. Ibu menangis bersama Rafiah. Mereka pindah dari Solok. Ibunya berkata
pada Rafiah, bila ibu meletakkan kepala buat poenghabisan sekali ke halang bulu
engkaulah yang akan mengkafani ibu.
BAB XIV : HIDUP BERSUKARIA
Ringkasan : Tiga bulan sudah terlampau setelah corrie merayakan ultahnya. Hampir setiap hari
Hanafi dan Corrie bertemu. Setelah Hanafi menjadi bangsa Eropa, namanya
diganti menjadi Cristian Han. Suatu hari Hanafi berkata pada Corrie agar mau
menerima Hanafi menjadi suaminya. Lalu Corrie menjawab berilah aku berpikir
dulu. Dalam penantian itu Corrie pergi ke tempat temannya di pabrik kopi,
Gunung Wayang di Jawa Timur. Belum sebulan Hanafi menanti, maka dengan
girang hati ia sudah menerima surat dari Corrie. Hanafi disuruh menyusul untuk
menemui Corrie. Saudara Corrie tidak merestui pernikahan mereka karena Hanafi
anak Bumiputera. Lalu Corrie menyatakan mereka akan kawin diam-diam dengan
saksi yang seadanya.
BAB XV : SETELAH MENJADI SUAMI ISTRI
Ringkasan : Di dalam perjalanan dari Surabaya ke Jakarta, Corrie tidak pernah
memperlihatkan raut wajah yang senang melainkan Corrie selalu menutup
matanya tanpa mempedulikan orang yang disekelilingnya. Dalam perjalanan itu
mereka bertukar pikiran tentang rumah yang ingin dikontrak beserta isinya. Hanafi
menyatakan pada Corrie malukah engkau menikah dengan aku. Corrie menjawab
tak ada yang aku malukan hanya saja orang lain tidak usah turut mengetahui hal
ihwal kita berdua. Corrie memakai pakaian pengantin yang sederhana, Hanafi
memakai smooking, mereka memulai hidup baru.
BAB XVI : DIDALAM GELOMBANG KEHIDUPAN
Ringkasan : Di dalam dua tahun setelah pernikahan itu. Hanafi dan Corrie diasingkan oleh
orang skitar. Mereka tidak dianggap. Corrie sebagai istri yang setia pada
suaminya. Hanafi sudah terlalu sesak melihatkan perangai istri, maka marahlah ia
dengan tidak ketentuan apa yang dikatakannya. Corrie mengangkat kepalanya,
menantang suaminya, lalu berkata, apakah yang sudah terjadi atas dirimu, Han?
Fiilmu sebagai orang bertukar pikiran. Mereka berantam hebat karena Hanafi
menyalahkan Corrie. corrie membalasnya dengan mengatakan mereka menjauhi
aku karena aku bersuamikan anak Bumiputera, begitu juga sebaliknya, kita sama-
sama dibuang dari negara kita. Lalu mereka menyalahkan keegoisan diri. Air mata
Hanafi dan Corrie tidak tertahan lagi, mereka menangis dan Hanafi memeluk
istrinya, lalu berkata Oh Corrie istriku yang kubawa sengsara, buah hati mainan
mata. Ketahuilah olehmu bahwa cintaku padamu tidak berhingga-hingga
meskipun bagaimana laku fiilmu. Berjanjilah aku mulai dari saat ini tiadalah aku
akan berkata akasar atau berkata menyakiti hati istriku lagi.
BAB XVII : BERCERAI
Ringkasan : Diwaktu iyu ada seorang perempuan yang biasa dipanggil Tante Lien. Mereka
menceritakan tentang sebelah yang iri pada Corrie. Corrie tidak pernah bergaul
kecuali Tante Lien yang bertamu ke rumahnya. Tante itu perokok berat. Tante itu
menawari sebuah anting untuk Corrie. Corrie tidak langsung menerimanya. Tapi
berpikir-pikir, ketika tante itu pergi Hanafi melihat tanpa bertanya, Hanafi
menghakimi Corrie dengan mengatakan Corrie selingkuh, berzinah. Berantamlah
kedua manusia itu. Corrie menangis dan mengingat perkataan ayahnya. Keesokan
harinya Hanafi pergi ke kantor dan Corrie mengemasi barangnya untuk
meninggalkan Hanafi. Corrie sangat berat hati meninggalkan rumah itu karena
dari rumah itu meninggalkan kegadisannya sampai suami istri hingga
perceraiannya dengan Hanafi.
BAB XVIII : MENEMPUH KEHIDUPAN BARU
Ringkasan : Corrie mencari tempat untuk tinggal, dia mencari pekerjaan lalu diterima di kantor
bank. Tempat dia bekerja ada seorang karyawan yang mengatakan pada Corrie,
setiap orang yang dihampiri Tante Lien tentu tenggelam. Corrie sangat sedih
mendengar hal itu. Corrie akhirnya keluar dari kantor, tidak berapa lama ia bekerja
lagi. Ternyata atasannya kurang berprilaku baik pada Corrie dan sebelumnya tuan
itu sudah mendengar cerita tentang Corrie. Corrie tidak terima atas perlakuan yang
tidak senonoh itu. Lalu Corrie membatalkan bekerja di kantor itu. Sepulang dari
mencari pekerjaan, Corrie menangis dan merenungkan nasibnya yang buruk, tiba-
tiba ada seorang perempuan yang empunya rumah kontrakan yang biasa dipanggil
nyonya pensiun. Dia sudah mengetahui permasalahan yang dihadapi Corrie tanpa
sepengetahuannya. Hanafi sudah datang ke tempat kontrakan itu untuk mengajak
Corrie pulang. Nyonya itu sudah mengetahui masalah Corrie dan Hanafi. Nyonya
itu memberi tawaran pekerjaan untuk Corrie di Semarang di tempat saudara
nyonya. Corrie menerima dan berangkat untuk memulai kehidupan baru dan
Hanafi baru sadar akan kesalahannya. Dia menyerahkan nasibnya ke tangan orang
yang baru dikenal itu.
BAB XIX : MERTUA DAN MENANTU
Ringkasan : Fajar menyungsung di sebelah timur matahari naik. Ibu Hanafi dan istrinya Rafiah
bersahut-sahutan, mertuanya menyuruh Rafiah untuk mencari pengganti Hanafi.
Rafiah menolaknya dan berkata akan tetap setia menunggu Hanafi sampai
kapanpun. Rafiah sangat menyayangi anaknya Syafei dia tidak ingin anaknya
berprilaku seperti ayahnya. Rafiah selalu mengajari anaknya tentang agama,
menghormati orang tua agar Syafei kelak tidak salah asuhan.
BAB XX : DARI GELAP KEPADA YANG TERANG
Ringkasan : Dengan susah payah Hanafi mendapat tumpangandi rumah suatu famili bangsa
Belanda. Kawan sekerja meskipun nyonya rumahnya tidak suka keberadaan
Hanafi. Nyonya itu sangat tidak suka dengan Hanafi karena tidak asli orang
Belanda. Hanafi terkenang akan ibu, istri anak yang ditinggalkan di Solok. Hanafi
membandingkan Corrie dengan Rafiah. Suatu malam sahabatnya Piet datang ke
kamar. Hanafi meminta nasehat pada Piet apa salahnya ? Mengapa semua orang
membencinya, yaitu karena engkau keturunan Bumiputera dan Corrie Belanda.
Tidak menyetujui pernikahan itu sehingga menyisihkan engkau dari pergaulan.
Setelah itu baru sadarlah Hanafi pada semua kesalahan yang telah diperbuat.
BAB XXI : TALI PERCINTAAN
Ringkasan : Semalam itu, Hanafi tidak memicingkan mata sekejappun.pada malam itu Hanafi
baru dapat mengulak utangnya pada ibunya yaitu utang yang kira-kira belum akan
langsai terbayar meskipun ia memperbuat mahligai tinggi bagi ibunya. Hanafi
mengingat istrinya yang baik hati tapi Hanafi sering membuat sakit hati merasa
bersalah Hanafi kepada semua orang setelah satu lamanya Hanafi datang ke rumah
nyonya untuk menanyakan tentang Corrie. Sesampai disana, nyonya itu
menyampaikan bawa Corrie sedang di rawat di rumah sakit. Corrie mengidap
penyakit kolepra. Bagai disambar petir Hanafi tidak menyangka wanita yang
dicintainya sedang sakit parah. Sesampai di rumah sakit, Hanafi langsung
memeluk Corrie, lalu Corrie menyapu-nyapu kepala suaminya dengan telapak
tangan yang sebelah lalhu berkata dengan suara yang sayup-sayup, Hanafi
kekasihku sudah lama kuampuni dosamu kepadaku. Aku tahu engkau akan
datang. Aku menantikan engkau buat memberi selamat tinggal. Setelah itu Corrie
menghembuskan nafas terakhir.
BAB XXII : BERTAMBAH SEMPIT ALAM RASANYA
Ringkasan : 14 hari lamanya Hanafi tinggal terpelihara di rumah sakit Paderi di Semarang.
Setelah sembuh Hanafi berziarah ke makam Corrie. Dia meratapi tanah kuburan
Corrie. Dia sangat menyesal. Hanafi mendatangi tempat asuhan untuk mengambil
sesuatu barang yaitu medahon yang dipakai istrinya.
BAB XXIII : SETINGGI-TINGGI MELAMBUNG, JATUHNYA KE TANAH JUA
Ringkasan : Hanafi berangkat ke Sumatera Barat sesudah sampai disana tanpa disengaja
Hanafi berjalan di pasar malam. Dia melihat seorang anak kecil yang ingin
dibelikan balon. Ternyata anak itu dikepong si Buyung yang tak lain pembantunya
sangat senanglah hati Hanafi melihat anak itu tidak tahu dimana asalnya. Rafiah
datang dan mengambil Syafei di tangan Hanafi dan berlalu meninggalkan Hanafi.
BAB XXIV : DI JALAN HENDAK PULANG
Ringkasan : Keesokan harinya Hanafi bertemu ibunya di rumah makan Belantung lalu ibunya
bertanya tentang Corrie, dan Hanafi menjawab Corrie sudah meninggal. Di
perjalanan berhentilah Hanafi pada suatu tempat yang mengingatkan Hanafi pada
sosok perempuan yang sangat dia cintai. Hanafi seperti orang yang tak berdaya.
Ibunya sangat kasihan melihat keadaan anaknya yang malang.
BAB XXV : MEMBAYAR UTANG
Ringkasan : Sesampai di Kota sifat dan kelakuan Hanafi jadi tertutup dan pendiam, dia tidak
suka melihat keramaian. Hanafi di kamar mengurung diri. Ibunya sangat sedih dan
sabar merawat Hanafi. Semua orang mengatakan Hanafi itu gila. Hanafi sudah
semakin pucat, matanya cekung. Pada suatu malam. Hanafi menjerit kesakitan
dari mulurnya keluar darah. Ibunya memanggil dokter agar memeriksa Hanafi tapi
semuanya tidak ada gunanya. Hanafi meminta maaf pada ibunya atas perbuatan
yang selalu menyakitkan hati. Hanafi meninggal.

Ringkasan : Hanafi adalah pemuda asli Minangkabau, ia berpendidikan tinggi dan


berpandangan kebarat – baratan, karena sejak kecilnya diasuh dengan cara barat.
Hanafi menjadi benci dengan adatnya bahkan merendahkan bangsanya sendiri.
Hanafi memiliki seorang sahabat sejak kecil, ia adalah Corrie Du Busse yang
merupakan gadis cantik asal Belanda.. Karena selalu bersama-sama akhirnya
mereka saling mencintai. Tapi mereka tidak dapat bersatu karena perbedaan
bangsa dan juga adat. Jika orang Bumiputera menikah dengan keturunan Belanda,
mereka akan dijauhi oleh keluarganya dan akan dikucilkan di masyarakat. Corrie
pun akhirnya pergi ke Betawi untuk menghindari Hanafi sekaligus meneruskan
sekolahnya. Kemudian ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah yang
merupakan sepupu Hanafi. Ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah
untuk membalas budi pada ayah Rapiah yang telah membantu membiayai sekolah
Hanafi. Awalnya Hanafi tidak mau karenaa ia hanya mencintai Corrie, namun
pada akhirnya ia menuruti ibunya dan menikah dengan Rapiah. Karena Hanafi
tidak mencintai Rapiah sama sekali,ia hanya memperlakukan Rapiah selayaknya
babu. Hanafi pun juga tidak menghiraukan anaknya yang bernama Syafei, ia tidak
menganggap Syafei itu sebagai anaknya. Suatu hari saat Hanafi sedang berdebat
dengan ibunya, tiba-tiba ia digigit oleh seekor anjing gila, dan mengharuskannya
ke Betawi untuk berobat. Di Betawi Hanafi bertemu kembali dengan Corrie.
Hanafi pun menceraikan Rapiah melalui surat dan memutuskan untuk tidak
kembali ke Solok. Kemudian ia menikah dengan Corrie.Perkawinannya dengan
Corrie ternyata tidak berjalan baik, kehidupan mereka tidak bahagia. Suatu hari
Hanafi menuduh Corrie berzina dengan orang lain, karena sakit hati mendengar
tuduhan suaminya, Corrie pun bercerai kemudian pergi ke Semarang dan menjadi
pegawai Panti Asuhan. Hanafi merasa bersalah kepada Corrie. Semalam-malam
Hanafi tak dapat tidur memikirkan Corrie. Keesokan harinya, Hanafi pergi ke
Semarang untuk menemui Corrie di rumah tumpangan Corrie. Namun, Corrie
tengah dirawat di rumah sakit karena penyakit cholera yang di deritanya. Akhirnya
Corrie meninggal dunia Selang beberapa waktu Corrie meninggal dunia. Hanafi
pun mengetahuinya, ia sangat sedih, merasa bersalah, dan depresi. Kemudian ia
memutuskan untuk pulang ke Solok untuk menemui ibunya, suatu hari ia
meminum sublimat hingga meninggal dunia.
Kesimpulan : Novel Salah Asuhan adalah sebuah karya sastra karya Abdoel Moeis yang
diterbitkan pada tahun 1928. Novel ini memberikan cerita yang menarik karena
menceritakan tentang peristiwa yang terjadi di saat proses pembuatan novel ini
berlangsung. Novel ini bercerita tentang perbedaan adat istiadat antara kedua
manusia yang saling mencintai. Yaitu Hanafi orang asli Minangkabau dengan
Corrie Du Busse orang Prancis. Kisah cinta mereka mendapat pertentangan akibat
perbedaan kedua budaya mereka.

Anda mungkin juga menyukai