Anda di halaman 1dari 3

Ringkasan Novel: Salah Asuhan

September 21, 2012 — awan sundiawan


Pengarang: Abdul Muis (1886-17 Juli 1959)
Penertbit: Balai Pustaka
Tahun Terbit: 1928, Cetakan XIX, 1990

Hanafi adalah pemuda pribumi asal Minangkabau. Sesungguhnya, ia termasuk orang yang
sangat beruntung dapat bersekolah di Betawi sampai tamat HBS. Ibunya yang sudah janda,
memang berusaha agar anaknya tidak segan-segan menitipkan Hanafi pada keluarga Belanda
walaupun utnuk pembiayaannya ia harus meminta bantuan mamaknya, Sutan Batuah. Setamat
HBS, Hanafi kembali ke Solok dan bekerja sebagai klerek di kantor Asisten Residen Solok.
Tak lama kemudian, ia diangkat menjadi komis (lihat halaman 27).

Pendidikan dan pergaulan yang serba Belanda, memungkikan Hanafi berhubungan erat dengan
Corrie De Busse, gadis Indo-Perancis. Hanafi kini merasa telah bebas dari kungkungan tradisi
dan adat negerinya. Sikap, pemikiran dan cara hidupnya juga sudah kebarat-baratan. Tidaklah
heran jika hubungannya dengan Corrie ditafsirkan lain oleh Hanafi karena ia kini sudah bukan
lagi sebagai orang “inlander” (bangsa pribumi yang di jajah oleh Belanda). Oleh karena itu,
ketika Corrie datang ke Solok dalam rangka mengisi liburan sekolahnya, bukan main
senangnya hati Hanafi. Ia dapat berjumpa kembali dengan sahabat dekatnya.

Hanafi mulai merasakan tumbuhnya perasaan asmara. Sikap Corrie terhadapnya juga dianggap
sebagai gayung bersambut kata terjawab. Maka, betapa terkejutnya Hanafi ketika ia membaca
surat dari Corrie. Corrir mengingatkan bahwa perkawinan campuran bukan hanya tidak lazim
untuk ukuran waktu itu, tetapi juga akan mendatangkan berbagai masalah. “Timur tinggal
timur, Barat tinggal Barat, tak akan dapat ditumbuni jurang yang membatasi kedua bahagian
itu” (lihat halaman 59). Perasaan Corrie sendiri sebenarnya mengatakan lain. Namun,
mengingat dirinya yang Indo—dan dengan sendirinya prilaki dan sikap hidupnya juga berpijak
pada kebudayaan barat—serta Hanafi yang pribumi, yang tidak akan begitu saja dapat
melepaskan akar budaya leluhurnya.
Dalam surat Corrie selanjutnya, ia meminta agar Hanafi mau memutuskan pertallian
hubnungannya itu. Surat itu membuat Hafani patah semangat. Ia pun kemudian sakit. Ibunya
berusaha menghibur agar anak satu-satunya itu, sehat kembali. Di saat itu pula ibunya
menyarankan agar Hanafi bersedia menikah dengan Rapiah, anak mamaknya. Sutan Batuah.
Ibunya menerangkan bahwa segala biaya selama ia bersekolah di Betawi tidak lain karena
berkat uluran tangan mamaknya, Sutan Batuah. Hanafi dapat mengerti dan ia menerima Rapiah
sebagai istrinya.

Kehidupan rumah tangga Hanafi dan Rapiah, rupanya tak berjalan mulus. Hanafi tidak merasa
bahagia, meskipun dari hasil perkawinannya dengan Rapiah, mereka dikaruniai seorang anak
laki-laki yang bernama Syafei. Hanafi beranggapan bahwa penyebabnya adalah Rapiah.
Rapiah kemudian menjadi tempat segala kemarahan Hanafi. Meskipun Rapiah diperlakukan
begitu oleh Hanafi, Rapiah tetap bersabar.

Suatu ketika, setelah mendamprat Rapiah, ia duduk termenung seorang diri di kebun. Ibunya
menghampiri anaknya dan berusaha menyadarkan kembali kelakukan anaknya yang sudah
lewat batas itu. Namun, Hanafi justru menanggapinya dengan cara cemooh. Di saat yang sama,
tiba-tiba seekor anjing gila menggigit tangan Hanafi.

Dokter segera memeriksa gititan anjing gila pada tangan Hanafi. Dokter menyarankan agar
Hanafi berobat ke Betawi. Anjuran dokter itu sangat menyenangkan hatinya. Sebab,
bagaimanapun, kepergiannya ke Betawi itu sekaligus memberi kesempatan kepada untuk
bertemu dengan Corrie.

Suatu peristiwa yang sangat kebetulan terjadi. Dalam suatu kecelakaan yang dialami Corrie,
Hanfi yang sedang berada di Betawi, justru menjadi penolong Corrie. Pertemuan itu sangat
menggembirakan keduanya. Corrie yang sudah ditinggal ayahnya, mulai menyadari bahwa
sebenarnya bahwa ia memerlukan sahabat. Pertemuan itu telah membuat Hanafi mengambil
suatu keputusan. Ia bermaksud tetap tinggal di Betawi, Untuk itu, ia telah pula mengurus
kepindahan pekerjaannya. Setelah itu, ia mengurus surat persamaan hak sebagai bangsa Eropa.
Dengan demikian, terbukalah jalan untuk segera menceraikan Rapiah, sekaligus meluruskan
jalan baginya untuk mengawini Corrie.

Semua rencana Hanafi berjalan lancar. Namun, kini justru Corrie yang menghadapi berbagai
persoalan. Tekadnya untuk menikah dengan Hanafi mendapat antipati dari teman-teman
sebangsanya. Akhirnya, dengan cara diam-diam mereka melangsungkan pernikahan.

Sementara itu, Rapiah yang resmi dicerai lewat surat yang dikirim Hanafi, tetap tinggal di
Solok bersama anaknya, Syafei, dan ibu Hanafi.

Adapun kehidupan rumah tangga Hanafi dan Corrie tidaklah seindah yang mereka bayangkan.
Teman-teman mereka yang mengetahui perkawinan itu, mulai menjauhi. Di satu pihak
menggapnya Hanafi besar kepala dan angkuh, tidak menghargai bangsanya sendiri. Di lain
pikah, ia menganggap Corrie telah menjauhkan diri dari pergaulan dan kehidupan Barat. Jadi,
keduanya tidak lagi mempunyai status yang jelas, tidak ke Barat tidak juga ke Timur. Inilah
awal malapetaka dalam kehidupan rumah tangga mereka.

Kehidupan rumah tangga mereka kini terasa bagai bara api nera dunia. Corrie yang semua supel
dan lincah, kini menjadi nyonya pendiam. Kemudian Hanafi, kembali menjadi suami yang
kasar dan bengis, bahkan Hanafi selalu diluputi perasaan curiga dan selalu berprasangka buruk,
lebih-lebih lagi Corrie sering dikunjungi Tante Lien, soerang mucikari.

Puncak bara api itu pun terjadi. Tanda diselidiki terlebih dahulu, Hanafi telah menuduh istrinya
berbuat serong, tentu sajaa, Corrie tidak mau dituduh dan diperlakukan sekehendak hati
suaminya. Maka, dengan ketepatan hati, Corrie minta diceraikan. “Sekarang kita bercerai, buat
seumur hidup…. Bagiku tidak menjadi kepentingan, karena aku tidak sudi menjadi istri lagi
dan habis perkara” (lihat halaman 183). Setelah itu, Corrie meninggalkan Betawi dan berangkat
ke Semarang. Ia bekerja di sebuah panti asuhan.

Segala kejadian itu membuat Hanafi menyadari bahwa sebenarnya istrinya tidak bersalah. Ia
menyesal dan mencora menyusul Corrie. Namun, sia-sia. Corrie tetap pada pendiriannya.
Perasaan berdosa makin menambah beban penderitaan Hanafi, ditambah lagi, teman-temannya
makin menjauhi. Hanfi dipandang sebagai seorang suami yang kejam dan tidak bertanggung
jawab. Dalam keadaan demikian, barulah ia menyesal sejadi-jadinya. Ia juga ingat kepada ibu,
istri, dan anaknya di Solok.

Akibat tekanan batin yang berkelanjutan, Hanafi jatuh sakit. Pada saat itu datang seorang
temannya yang mengatakan tentang pandangan orang terhadapnya. Ia sadar dan menyesal. Ia
kembali bermaksud minta maaf kepada Corrie dan mengajaknya rujuk kembali. Ia pergi ke
Semarang, namun rupanya, pertemuamnnya dengan Corrie di Semarangan merupakan
pertemuan terkahir. Corrie terserang penyakit kolera yang kronis. Sebelum mengehembuskan
nafasnya yang terakhir, Corrie bersedia memaafkan kesalahan Hanafi. Perasaan menyesal dan
berdosa tetap membuat Hanafi sangat menderita. Batinnya goncang, ia pun jatuh sakit.

Setelah sembuh Hanafi bermaksud pulang ke kampungnya. Ia ingin minta maaf kepada ibunya
dan Rapiah, istrinya. Di samping itu ia juga ingin melihat keadaan anaknya sekarang. Ia
berharap agar anaknua kelak tidak mengikuti jejak ayahnya yang sesat. Dengan kebulatan
hatinya, berangkatlah Hanafi kembali tanah kelahirannya.

Catatan penting
• Novel pertama Abdul Muis ini secara tematik tidak lagi mempermasalahkan adat kolot yang
sering sudah tidak sejalan lagi dengan kemajuan zaman, melainkan jelas hendak
mempetanyakan kawin campur antar bangsa. Dilihat dari perkembangannya sejak Siti
Nurbaya, tampak jelas adanya pergeseran tema, persoalannya tidak lagi kawin adat, kawin
antarsuku, tetapi kawin antarbangsa. Ternyata persoalannnya tidak sederhana, ia menyangkut
perbedaan adat istiadat, tradisi, agama, budaya, serta sikap hidup yang tidak mudah
ditinggalkan.
• Pada tahun 1969, novel ini memperoleh Hadiah Tahunan Pemerintah, bersama tiga novel
lainnya, yaitu Siti Nurbaya, Belenggu, dan Atheis.
• Pada tahun 1972 novel ini diankat ke layar perak.
• Pada tahun 1988 novel ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Cina, dan merupakan
novel terlaris di Tiongkok dan sudah diterjemahkan ke dalam bahas Jepang.

Anda mungkin juga menyukai