Anda di halaman 1dari 28

PERPINDAHAN PANAS

TEMPERATUR

Makalah
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perpindahan Panas yang
dibimbing oleh
Ir. Aida Syarif, M.T

Oleh :
KELOMPOK 4
Indah Yolanda (061340411650)
Poppi Vamella Putri (061340411657)

Kelas : 5 EG.B

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2015

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT,atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul
“PERPINDAHAN PANAS,TEMPERATUR”.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu selaku dosen mata kuliah
Perpindahan Panas yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu setia membantu dalam hal
mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saranyang membangun dari semua
pihak. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua,
Aamiin.

Palembang, September 2015

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii

ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2 Permasalahan..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan.................................................................................................................. 2
BAB II ISI
2.1 Perbedaan Temperatur...................................................................................... 3
2.2 Koefisien Perpindahan Panas Overall............................................................. 3
2.3 Koefisien Film Pengontrol................................................................................. 5
2.4 Logaritma Rata- Rata Perbedaan Temperatur : Counterflow...................... 6
2.5 Hubungan Antara Aliran Paralel dan Counterflow....................................... 9
2.6 Recovery Panas dalam Counterflow................................................................ 12
2.7 Temperature Kalorik atau Fluida Rata-Rata.................................................. 13
2.8 Contoh Soal......................................................................................................... 22
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Perpindahan kalor dari suatu zat ke zat lain seringkali terjadi dalam industri
proses. Pada kebanyakan pengerjaan, diperlukan pemasukan atau pengeluaran kalor,
untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang dibutuhkan sewaktu proses
berlangsung. Kondisi pertama yaitu mencapai keadaan yang dibutuhkan untuk
pengerjaan, terjadi umpamanya bila pengerjaan harus berlangsung pada suhu tertentu
dan suhu ini harus dicapai dengan jalan pemasukan atau pengeluaran kalor. Kondisi
kedua yaitu mempertahankan keadaan yang dibutuhkan untuk operasi proses, terdapat
pada pengerjaan eksoterm dan endoterm. Disamping perubahan secara kimia, keadaan
ini dapat juga merupakan pengerjaan secara alami. Dengan demikian, Pada
pengembunan dan penghabluran (kristalisasi) kalor harus dikeluarkan. Pada
penguapan dan pada umumnya juga pada pelarutan, kalor harus dimasukkan. Hukum
alam menyatakan bahwa kalor adalah suatu bentuk energi.
Bila panas berpindah dari suatu fluida ke dinding , seperti misalnya didalam
ketel, maka kerak terbentuk pada pengoperasian yang terus menerus dan akan
mengurangi laju aliran panas. Untuk menjamin pengoprasian yang memuaskan dalam
jangka waktu yang lama, maka harus ditrapkan faktor keamanan untuk mengatasi
kemungkinan ini. Dalam perpindahan panas ada tiga jenis perpindahan panas yaitu
perpindahan panas dengan cara konduksi, konveksi, dan radiasi.
Temperatur adalah ukuran panas-dinginnya dari suatu benda. Panas-dinginnya
suatu benda berkaitan dengan energi termis yang terkandung dalam benda tersebut.
Makin besar energi termisnya, makin besar temperaturnya. Temperatur dalam proses
perpindahan panas, atau dalam segala proses yang digunakan untuk memindahkan
panas sangat perlu untuk diketahui. Dari ketiga jenis perpindahan panas tersebut
membutuhkan temperature, mulai dari cara konduksi, konveksi, dan radiasi.

1. 2. Permasalahan
a. Bagaian mana saja yang mengalami perbedaan temperatur ?

b. Apa yang dimaksud dengan koefisien perpindahan panas overall ?

c. Apa yang dimaksud dengan koefisien film pengontrol ?

1
d. Bagaimana hubungan antara aliran paralel dan counterflow ?

e. Bagaimana dengan Recovery Panas dalam Counterflow ?

f. Bagaimana menghitung temperature Kalorik atau Fluida Rata-Rata ?

1. 3. Tujuan
a. Mengetahui bagaian mana saja yang mengalami perbedaan temperatur

b. Memahami koefisien perpindahan panas overall

c. Memahami koefisien film pengontrol

d. Dapat membedakan hubungan antara aliran paralel dan counterflow

e. Mengetahui Recovery Panas dalam Counterflow

f. Memahami tentang temperature Kalorik atau Fluida Rata-Rata

2
BAB II
ISI

2.1 Perbedaan Temperatur

Perbedaan temperature adalah ‘’driving force’’ dimana panas di pindahkan dari


sumber penerima. Pengaruhnya pada system perpindahan panas yang melibatkan sumber dan
penerima adalah pokok studi.

Dalam data eksperimen bab 3 temperatur dinding bagian dalam tp di hitung dari
harga temperature dinding pipa bagian luar yang dilaporkan tw. Logaritma rata-rata

perbedaan tp - t1 dan tp – t2 digunakan untuk menghitung t1. Temperatur pipa yang di

laporkan adalah rata-rata dari sejumlah termokopel yang sebenarnya tidak konstan di
sepanjang pipa. Ini biasanya tidak mungkin dalam alat industry untuk mengukur temperatur
rata-rata dinding pipa. Hanya temperature inlet dan outlet dari fluida panas dan dingin yang
diketahui atau dapat di ukur, dan ini dinyatakan sebagai ‘’temperatur proses’’.

Grafik temperature vs panjang pipa, t vs L, untuk system dua pipa konsentris


dimana fluida panas di dinginkan secara input dan fluida pipa di panaskan di tunjukkan pada
gambar 5.1 dan 5.2. bila dua fluida mengalir dengan arah berlawanan di sepanjang pipa
seperti pada gambar 5.1, disebut ‘’counterflow’’. Gambar 5.1 dapat dibandingkan dengan
Gambar 3.6 (pada buku heat transfer) dimana ini adalah serupa kecuali yaitu satu adalah
grafik t vs L dan lainnya grafik t vs Q, panas yang dipindahkan. Bila fluida mengalir dengan
arah yang sama seperti pada Gambar 5.2 di sebut ‘’aliran paralel’’. Temperatur fluida bagian
dalam pipa bervariasi menurut satu kurva selama fluida mengalir sepanjang pipa, dan
temperature fluida annulus bervariasi menurut kurva lainnya. Perbedaan temperature di
sepanjang pipa mula-mula L = O adalah jarak vertical diantara kedua kurva.

2.2 Koefisien Perpindahan Panas Overall

Pipa konsentris pada Gambar 5.1 dan 5.2 membawa dua stream yang masing –
masing mempunyai koefisien film khusus dan temperature bervariasi dari inlet ke outlet.
Singkatnya, metode perhitungan perbedaan temperature diantara keduanya hanya dapat
menggunakan temperature proses, karena hanya ini yang biasanya diketahui. Untuk
menetapkan perbedaan temperature.
3
Gambar 5.1 Counterflow Gambar 5.2 Aliran Paralel

Dengan cara ini diantara beberapa temperature umum T fluida panas dan beberapa
temperature umum T fluida dingin, juga perlu menghitung seluruh tahanan diantara kedua
temperature. Pada dua pipa konsentris, pipa bagian dalam sangat tipis, tahanan yang dijumpai

adalah tahan film fluida. Karena Q sama dengan t / R seperti sebelumnya,

(5.1)

Dimana adalah tahanan overall. Biasanya menggantikan I/U untuk dimana U

adalah ‘’koefisen perpindahan panas overall’’. Karena pipa sesungguhnya mempunyai area
perliner foot yang berbeda pada permukaan dalam dan luar, h 1 dan h0 harus dinyatakan untuk
area aliran panas yang sama atau mereka akan tidak tepat per satuan panjangnya. Jika area
luar inner pipa (pipa dalam A digunakan, maka h1 harus dikalikan dengan A1/A untuk
memberikan harga h1 yang jika semula dihitung pada basis area area A yang lebih besar
diganti dengan A1. Untuk pipa dengan dinding yang tebal persamaan menjadi :

(5.2)

Modifikasi persamaan umum Fourier keadaan steadi yang di integrase dapat di tulis

Q = UA t (5.3)

4
Dimana t adalah perbedaan temperature antara dua stream untuk seluruh pernukaan A.

Menggunakan penyederhanaan bahwa mengabaikan tahanan dinding pipa logam yang tipis,
persamaan (5.2) menjadi :

(5.4)

Selanjutnya persamaan (5.3) dinyatakan sebagai persamaan Fourier. Sebagaimana h1

yang diperoleh cari h1 = Q/A1. T1 dalam persamaan (3.2) yang menggunakan termokopel,

juga U dapat diperoleh dari U = Q/A t yang menggunakan teemperatur proses. Dalam

eksperimen yang melibatkan perpindahan panas sensibel diantara dua fluida, pers. (5.2) dan
(5.4) dapat digunakan untuk mendapatkan koefisien film individu dari koefisien film overall
U hanya jika ada beberapa cara tambahan, untuk koefisien film lainnya. Untungnya,
kondensasi steam dapat memberikan pengabaian tahanan, sehingga hi dan ho biasanya dapat
ditentukan secara individu dengan keakuratan yang sesuai dari eksperimen yang
menggunakan salah satu dari fluida dan steam.

Persamaan (4.3) adalah harga khusus dalam disain bila koefisien film individu dapat
dihitung melalui penggunaan tipe persamaan yang diperoleh dengan analisa dimensi seperti
persamaan (3.26) atau (3.32) dan U dapat diselesaikan dengan itu. Kemudian persamaan (5.3)
digunakan untuk menghitung area total atau panjang jalur yang diperlukan bila Q diberikan

dan t dihitung dari temperatur proses. Bila temperatur proses dari kedua stream ditentukan,

total perpindahan panas Q Btu/jam juga ditentukan, yang dari Q = wc (t2 – t1) = WC(T2 – T1).

2.3 Koefisien Film Pengontrol

Bila tahan logam pipa kecil dibandingkan jumlah tahanan kedua koefisien film, dan
biasanya dapat diabaikan. Bila satu koefisien film lebih kecil dan lainnya sangat besar,
koefisien yang kecil memberikan tahanan utama dan koefisien yang kecil memberikan
tahanan utama dan koefisien perpindahan panas overall untuk peralatan sangat hampir
berbanding terbalik dengan tahanan utama. Andaikata h1 (A1/A) = 10 dan h0 = 1000 Btu/(jam)

5
(ft2)(oF), R1 = 1/10 = 0 ,1, R 0 = 1/1000 = 0,001, = 0,01. Perubahan 50% pada R o

pengaruhnya tidak besar, karena harga h0 = 500 akan merubah hanya dari 0,101 ke 0,102.

Bila perbedaan yang ada berarti, koefisien yang lebih kecil adalah koefisien film pengontrol.

2.4 Logaritma Rata- Rata Perbedaan Temperatur : Counterflow

Lazimnya kedua fluida mengalami perubahan temperatur yang tidak berupa garis
lurus bila temperatur yang tidak berupa garis lurus bila temperatur diplotkan terhadap
panjang seperti Gambar 5.1 dan 5.2. Pada setiap titik T – t diantara dua stream berbeda,
namun ini dapat menggunakan bentuk diffrensial persamaan keaadaan steam seperti

dQ = U (T –t) a’’dL (5.5)

dimana a’’ adalah ft2 permukaan per ft panjang pipa atau

a’’dL = Da

Dari diferensial neraca panas

dQ = WCdT = wcdt (5.6)

dimana Q adalah batas selama dQ bervariasi dari 0 ke Q. Pada sebuah titik dalam pipa dari
kiri ke kanan panas yang dicapai oleh fluida dingin sama dengan panas yang diberikan oleh
fluida panas. Menetapkan neraca dari L = 0 ke L = X.

WC ( T – T2 ) = wc ( t – t1) (5.7)

Dimana

T = T2 + ( t – t1 ) (5.8)

Dari persamaan (5.5) dan (5.6) disubtitusikan untuk T,

dQ = wcdt = U, [ T2 + ( t – t1 ) – t ] a’’dL

t dan L hanya variavel. Pengumpulan suku-suku t dan L

6
= (5.9)

Suku sebelah kanan berbentukan hasil yang sama seperti persamaan (3.36), dimana logaritma
rata – rata perbedaan temperatur yang diperoleh dari studi T – t vs Q. Namun, ini suatu
keuntungan untuk penurunan yang dibasiskan pada T - t vs L, karena mengizinkan
identifikasi perbedaan temperatur dimanapun sepanjang pipa yang panjang. Selanjutnya, bila
pola aliran yang dijumpai lebih kompleks, informasi ini akan diperlukan sekali. Walaupun
perpindahan panas kedua fluida dalam peralatan pipa konsentris dengan aliran paralel atau
counterflow, ‘’arah relatif’’ kedua fluida mempengaruhi harga perbedaan tempratur. Masalah
ini tidak dapat lebih ditegaskan : pola aliran yang dibentuk oleh dua fluida harus diinterifikasi
dengan perbedaan temperaturnya yang unik. Untuk penurunan perbedaan temperatur diantara
dua fluida Gambar 5.1 dalam counterflow, harus dibuat asumsi-asumsi berikut :

1. Koefisien perpindahan panas overall U konstan diseluruh panjang pipa.


2. Pound per jam aliran fluida adalah konstan, yang mematuhi syarat keadaan steadi.
3. Panas spesifik adalh konstan diseluruh pola aliran yang panjang.
4. Tidak terdapat perubahan sebagian fasa dalam system yaitu penguapan atau
kondensasi. Penurunan dapat digunakan untuk panas sensible yang berubah dan bila
penguapan atau kondensasi adalah isothermal disepanjang aliran.
5. Panas yang hilang diabaikan.

Integral diantara Q dan L serta diantara t1 dan t2

= ln (5.10)

Untuk penyerdehanaan seperti ini subtitusikan T2 dari persamaan (5.7)

= ln (5.11)

Gantikan wc/WC dari persamaan (5.7)

7
= ln

= ln (5.12)

Karena wc (t2-t1) = 0 dan gantikan t2 dan t1 untuk perbedaan temperature terminal panas

dan dingin T1 - t2 dan T1 – t1, maka

Q = UA (5.13)

Jika perbedaan diantara kedua terminal t2 – t1 ditulis agar positif maka rasio kedua terminal
diambil dengan orde nama yang secara numeric lebih besar dari satu dan kebingungan akibat
tanda negative menjadi hilang. Ekspresi dalam tanda kurung persamaan (5.13) juga adalah
logaritma rata –rata atau ‘’log mean temperature difference’’ dan disingkat dengan LMTD.
Persamaan (5.13) untuk counterflow

Q=UA = UA X LMTD (5.13a)

Dan

= LMTD = = (5.14)

Aliran Paralel

Berdasarkan Gambar 5.2 untuk kasus dimana kedua fluida mengalir dengan arah yang sama,
persamaan dasar pada dasarnya sama. Untuk keadaan steadi

dQ = U (T –t)a’’dt

tetapi

dQ = WCdT = -wcdt

8
karena t mengecil dengan arah pertambahan harga T. Menetapkan neraca panas diantara X
dan sebelah kiri,

WC (T – T2) = wc (t2 – t1)

Kemudian menganggap perbedaan terminal panas = T1 – t1 sebagai perbedaan

temperature yang lebih besar dan sebagai perbedaan temperature yang lebih

kecil, hasilnya adalah

Q = UA = UA (5.15)

2.5 Hubungan Antara Aliran Paralel dan Counterflow

Ini dapat terlihat dari bentuk akhir penurunan untuk kedua susunan aliran sehingga
sedikit memilih diantra keduanya. Contoh berikut mendemonstrasikan bahwa kecuali satu
fluida adalah isothermal (seperti kondensasi steam) terdapat suatu kerugian termal yang nyata
untuk penggunaan aliran parallel.

Contoh 5.1 Perhitungan LMTD

Fluida panas masuk peralatan pipa konsentris pada temperature 300 0F dengan fluida dingin
yang masuk pada 100 0F dan di panaskan ke 150 0F. Apakah mereka dapat di lakukan dalam
aliran parallel atau counterflow ?

Penyelesaian :

Ini cocok untuk menulis temperature dalam bentuk yang digunakan disini dan untuk

mendapatkan log rata – rata selalu agak kecil dari arimatik rata- rata (

a. Counterflow
Fluida panas - Fluida dingin
T1 300 - 150 t2 = 150

T2 200 - 100 t1 = 100

50 (

9
LMTD =

= = 123,5 0F

b. Aliran parallel
Fluida panas - Fluida dingin
T1 300 - 100 t2 = 200

T2 200 - 150 t1 = 50

150 (

LMTD =

= = 108 0F

LMTD untuk temperature proses yang sama pada aliran parallel lebih kecil dari pada untuk
counterflow.

Contoh 5.2 Perhitungan LMTD dengan temperature outlet yang sama.

Fluida panas masuk peralatan pipa konsentris pada temperature 300 0F dan didinginkan ke
200 0F dengan fluida dingin masuk pada 150 0F dan dipanaskan ke 200 0F.

Penyelesaian :

a. Counterflow
Fluida panas - Fluida dingin
T1 300 - 200 t2 = 100

T2 200 - 150 t1 = 50

50 (

LMTD =

10
= = 72 0F

b. Aliran parallel
Fluida panas - Fluida dingin
T1 300 - 150 t2 = 150

T2 200 - 200 t1 = 0

150 (

LMTD =

= =0

Dalam aliran parallel temperature yang paling kecil yang secara teoritis dapat dicapai
oleh fluida panas adalah temperature outlet fluida dingin t 2. Jika temperature ini dicapai,

LMTD akan menjadi nol. Dalam persamaan Fourier Q = UA , karena Q dan U tertentu,

permukaan perpindahan panas A akan menjadi tak terhingga.

Ketidakmampuan aliran panas pada aliran parallel untuk turun dibawah temperature
outlet fluida dingin ada ditandai dengan kemampuan peralatan aliran parallel untuk
merecover panas. Andaikata ingin mendapatkan panas sebanyak mungkin dari fluida panas
dalam contoh 5.1 dengan menggunakan jumlah fluida panas dan dingin yang sama seperti
sebelumnya tetapi dengan mengasumsi bahwa permukaan perpindahan panas yang ada lebih
besar. Pada peralatan counterflow mungkin mendapatkan outlet fluida panas T 2 turun
dibawah 5 atau 10 0 dari inlet fluida dingin t1, katakana 110 0F. Dalam peralatan aliran parallel
perpindahan panas yang dibatasi dengan temperature outlet fluida dingin lebih baik dari pada
inlet fluida dingin dan perbedaan akan menjadi hilang dalam merecover pannas. Namun,
aliran parallel dapat digunakan untuk fluida yang viskos (kental) karena susunannya
memungkinkan harga U yang diperoleh lebih tinggi.

Kasus selanjutnya dimana perbedaan terminal panas dan contoh berikut perbedaan

temperaturnya tidak besar.

11
Contoh 5.3 Perhitungan LMTD bila <

Sementara fluida panas didinginkan dari 300 ke 200 0F dalam counterflow, fluida dingin
dipanaskan dari 100 hingga 275 0F.

a. Counterflow
Fluida panas - Fluida dingin
T1 300 - 275 t2 = 25

T2 200 - 100 t1 = 100

75 (

LMTD =

= = 54,3 0F

Akhirnya bila satu fluida mengalir melalui peralatan secara isothermal (kondensasi steam),
aliran parallel dan counterflow menghasilkan perbedaan temperature yang identic.

Contoh 5.4 Perhitungan LMTD dengan satu fluida isothermal.

Fluida dingin dipanaskan dari 100 ke 275 0F dengan steam pada 300 0F.

a. Counterflow :
Fluida panas fluida dingin
300 - 275 = 25
300 - 100 = 200
b. Aliran berlawanan :
Fluida panas fluida dingin
300 - 100 = 200
300 - 275 = 25

Ini adalah identic

Selanjutnya jika ditegaskan memenuhi syarat, seluruh temperature diasumsi dalam


counterflow. Beberapa tipe peralatan industry sebenarnya disetujui diantara aliran parallel
dan counterflow.

2.6 Recovery Panas dalam Counterflow

12
Peralatan counterflow yang sering kali ada mempunyai panjang L tertentu dan
permukaan A yang tetap. Dua stream proses yang ada dengan temperature inlet T 1. T1 dan laju
aliran serta panas spesifik W, C dan w, c. Berapakah temperature outlet yang akan dicapai
dalam peralatan?

Problem ini memerlukan estimasi U yang dapat dicek dengan metode dalam bab
selanjutnya untuk tipe peralatan perpindahan panas counterflow yang berbeda. Menulis
kembali pers. (5.12).

Wc (t2 – t1) = UA

Disusun

Ln = –1 (5.16)

Karena WC( = wc , wc/WC = / ini berarti bahwa rasio

range temperatur dapat ditetapkan tanpa bantuan temparautr kerja sesungguhnya. Menyebut
rasio unik ini dengan R tanpa subscript

R= =

Substitusikan dalam pers. (5.16) dan menghilangkan logarithm,

= e (UA/wc) (R-1) (5.17)

Untuk mendapatkan ekspresi T2 sendiri

t2 = t 1 +

13
substitusikan dalam pers. (5.17) dan menyelesaikan,

T2 = (5.18)

Untuk aliran parallel menjadi

T2 = (5.19)

T2 dapat diperoleh dari T2 dengan menggunakan neraca panas.

WC(T1 - T2) = wc(t2- t1)

2.7 Temperature Kalorik atau Fluida Rata-Rata

Dari keempat asumsi yang digambarkan dalam penurunan pers. (5.14) untuk
LMTD, yang pertama adalah subjek untuk deviasi yang paling besar yaitu koefisien
perpindahan panas overall U. dalam perhitungan bab 3 koefisien film dihitung untuk sifat-
sifat fluida pada temperature aritmati rata-rata diantara inlet dan outlet, walaupun kebenaran
perhitungan ini tidak divariasikan. Dalam eprtukaran panas fluida-fluida, fluida panas
mempunyai viskositas masuk menjadi lebih besar selama pendinginan fluida. Fluida dingin
counterflow masuk dengan viskositas yang mengecil selama fluida tersebut dipanaskan. Ini
adalah terminal panas (T1 - T2) dan terminal dingin (T2 – T1), dan harga ho dan hi (Aj /A)
bervariasi sepanjang pipa akan menghasilkan U yang lebih besa pada terminal panas dari
pada terminal dingin. Sebagai cotoh sederhana, ambil kasus koefisien perpindahan individu
pada inlet dan putlet seperti yang diperoleh dari data Morris dan Whitmann yang
menggunakan pers. (3.42).

Contoh 5.5 Menghitung h1 dan h2. Perhitungan dari run B6.

t1 = 99,1˚F t2 = 129,2 ˚F

inlet pada 99,1˚F :

c = 0,476 Btu/lb
14
u = 2,95 cP

k = 0,078 Btu/ (jam) (ft2) (˚F/ ft)

0,9
( =( = 2.570

1/3
( =( = 3,52

h1 = 0,078 (12/0,622) 0,0115 x 0.570 x 3,42 = 156 di inlet.

outlet pada 129,2˚F :

c = 0,495

u = 2,20

k = 0,078

0,9
( =( = 3.390

1/3
( =( = 3,23

h2 = 0,078 (12/0,622) 0,0115 x 3,390 x 3,23 = 190 pada outlet.

Pada aritmatik rata-rata (114,3˚F) ha = 174,5 yang mana hanya 3,6 % kesalahan dari harga
eksperimen 181 tetapi perubahan terhadap h1 pada aritmatik rata-rata adalah

100 = - 10,6 % dan )100 = + 8,9%

15
Dari di atas terlihat bahwa pada kondisi actual perubahan U dapat lebih bedar dari hi sendiri,
koefisien film bagian luar ho akan bervariasi pada waktu yang sama dan pada arah yang sama
seperti hi. perubahan U dapat diterangkan dengan integrasi numeric dQ, panas yang
dipindahkan pada pertambahan panjang pipa a”dL = dA, dan menggunakan harga rata-rata U
dari titik ke titik dalam persamaan differensial dQ = U av Δt yang sangat teliti. Ini adalah
metode yang sangat menghabiskan waktu, dan pertambahan keakuratan dari hasil yang
diusahakan tidak diperlukan. Colburn melakukan penyelesaian problem dengan
memvariasikan harga U dengan mengansumsi perubahan U linier terhadap temperatur dan
dengan menurunkan ekspresi untuk perbedaan temperature sebenarnya sesuai. Rasio LMTD
untuk U konstan dan perbedaan temperature sebenarnya untuk U yang bervariasi yang
kemudian digunakan sebagai basis untuk menetapkan koefsien overall tunggal yang mana
“sebenarnya” berarrti lebih baik dari pada aritmatik rata-rata.

Asumsi :

1. Variasi U ditentukan dengan ekspresi U = a’(1 + b’t)


2. Aliran berat konstan
3. Panas spesifik konstan
4. Tidak ada perubahan sebagian fase.

Pada perpindahan keseluruhan

Q = wc(t2- t1) = WC(T1 - T2)

Karena R = wc/WC = (T1 - T2) /(t2- t1) atau disamakan seperti pada gambar 5.1,

R=

Karena panas untuk diferensial area dA ditentukan dengan

dQ = U (T-t)dA = wcdt

dimana U adalah harga rata-rata untuk pertambahannya atau =

karena U = a’ (1 + b’t), substitusi untuk U.

16
=

Dari neraca panas didapatkan ekspresi T dalam suku t dan memisahkan menjadi bagian-
bagian

(5.20)

Pengintegrasian,

(5.21)

Menggunakan subscript 1 untuk menunjukan terminal dingin dan 2 terminal panas seperti
sebelumnya.

U1=a’(1+b’t1) U2=a’(1+b’t2)

Seperti sebelumnya,

Δt1=T2-t1 Δt1=T1-t2

Dan memfaktorkan pers. (5.21)

(5.22)

Menggabungkan dengan Q = wc(t2-t1),

(5.23)

Persamaan (5.23) adalah modifikasi pers. (5.13) yang menerangkan perubahan U dengan
menggantikannya dengan U1 dan U2, dimana A= 0 dan A=A. namun, ini tidak tetap tidak
sesusai, karena memerlukan dua kali menghitung koefisien film individu untuk mendapatkan
17
U1 dan U2. Colburn memutuskan untuk mendapatkan koefisien overall tunggal, Ux, dimana
seluruh permukaan dapat dianggap memindahkan panas dengan LMTD tersebut. Ux
kemudian didefinisikan dengan

=Ux (5.24)

Mensubstitusikan Ux = a’(1+b’tc),

Ux = a’(1+b’tc) = (5.25)

Ux sekarang akan didefinisikan dengan mendapatkan tc, temperature dari sifat-sifat dimana h1
dan h0 dihitung dan dimana harga Ux ada. Tetapkan Fc sebagai fraksi. Dengan mengalikan
kenaikan temperature pengontrol (film) stream dengan Fc dan menambahkan kenaikan fraksi
yang dihasilkan temperature terminal yang lebih dingin dari stream, temperature yang
diperoleh digunakan untuk mengitung sifat-sifat perpindahan panas dan menghitung h 0,h1,
serta Ux.

Fc = (5.26)

Tc adalah temperature kalorik stream dingin. Dengan definisi

r=

Dan mensubstitusikan yang equivalen dalam pers. (5.25),

Dimana

18
Fc = (5.27)

Persamaan telah diplotkan dalam gambar 17 pada Appendiks dengan

Kc =

Sebagai parameter, dimana c dan h menyatakan terminal dingin dan panas. Fraksi kalorik Fc
dapat diperolah dari gambar 17 dengan menghitung Kc dari Uh dam Uc serta Δtc/Δth untuk
kondisi proses. Temperature kalorik fluida panas adalah

Tc = T2 + Fc(T1-T2) (5.28)

Dari fluida dingin

tc = t1 + Fc(t2-t1) (5.29)

colburn telah mengkorelasikan dalam insert gambar 17 harga Kc dimana “pengontrolan film”
adalah cut petroleum. Korelasi tipe demikianlah dapat dibuat dalam suatu industry yang
berhubungan dengan group fluida khusus dengan mendapatkan a’ dan b’ dari sifat-sifatnya
dan mengeliminasi perhitungan Uh dan Uc. jika peralatan memindahkan panas diantara dua
petroleum, cut tersebut memberikan harga Kc yang paling besar adalah pengontrol dan dapat
digunakan secara langsung untuk menetapkan Fc untuk kedua stream dari gambar. Jadi bila
perbedaan diantara Uh dan Uc dapat diukur LTMD bukanlah perbedaan.

Fc = 0,425 dari gambar 17

Temperature kalorik crude, Tc = 200+0,425 (300-200)

= 242,5˚F

Temperature kalorik gasoline, tc = 80 +0,425 (120-80)

= 97 ˚F

19
Harus diingat bahwa hanya dapat satu kalorik rata-rata dan factor Fc berlaku untuk kedua
stream tetapi ditentutkan oleh stream pengontrol.

Temperature dinding pipa

Temperature dinding pipa dapat dihitung dari temperature kalorik bila h 1 dan h0 diketahui.
Berdasarkan gambar 5.3 ini biasanya mengabaikan perbedaan temperature yang melintasi
logam pipa tw-tp dan menganggap seluruh pipa temperature permukaan luar dinding tw. jika
temperature kalorik bagian luar adalah Tc dan temperature kalorik bagian dalam tc serta 1/R10=
h10= h1(A1/A) = h1 x (ID/OD), dalam subscript 10 menyatakan harga koefisien pipa bagian
dalam yang menunjukkan permukaan luar pipa.

Q= = (5.30)

Menggantikan tahanan dalam dua suku terakhir dengan koefisien film,

= (5.31)

Menyelesaikan untuk tw

tw = t c + (5.31)

Dan

tw = t c - (5.32)

bila fluida panas dibagian dalam pipa, menjadi

tw = t c + (5.31a)

20
dan

tw = T c + (5.32a)

gambaran pemanasan dan pendinginan isothermal

pada aliran streamline bila mengalir secara isothermal, distribusi kecepatan dianggap
parabolic. Bila sejumlah liquid tertentu dipanaskan selama mengalir disepanjang pipa,
viskositas di dekat dinding pipa lebih kecil dari pada bagian terbesar fluida. Fluida dekat
dinding mengalir dengan kecepatan yang lebih tinggi dari pada fluida yang mengalir dalam
aliran isothermal dan membatasi distribusi kecepatan parabolic seperti yang ditunjukkan
dengan kurva pemanasan gambar 5.4. jika liquid didinginkan, terjadi kebalikan : fluida dekat
dinding mengalir dengan kecepatan lebih rendah dari pada dalam aliran isothermal,
menghasilkan distribusi kecepatan yang ditujukan untuk pendinginan. Untuk liquid yang
mengalir lebih cepat pada dinding selama pemanasan sebaagian besar liquid dekat sumbu
pusat pipa harus mengalir kearah dinding untuk menjaga petambahan kecepatan.

Ini adalah komponen kecepatan radial yang sebenarnya membatasi sifat aliran
streamline. Jika pemanasan oil dalam suatu range temperature tertentu diplotkan seperti pada
gambar 3.10 bersama dengan data untuk pendinginan oil dalam range temperature yang sama,
diperoleh dua titik family. Data pada pemanasan memberikan koefisien perpindahan panas
yang lebih besar dari pada pendinginan. Colburn melakukan perubahan data pemanasan dan
21
pendinginan untuk garis isothermal tunggal. Ia mampu menggunakan persamaan dasar dari
bentuk pers, (3.32) dengan mengalikan suku sebelah kanan dengan rasio (µ/µ f)r’ tak
berdimensi dimana µ adalah viskositas pada temperature kalorik dan µ f adalah viskositas
pada temperature film yang berubah-ubah yang didefinisikan untuk aliran stream dengan

tf = tav + ¼ (tw-tav) (5.33)

dan untuk aliran turbulen dengan

tf = tav + 1/2 (tw-tav) (5.34)

sieder dan Tate mengusahaan korelasi dari sejumlah besar data pada tube yang besar, yang
lebih baik dari pada pipa, dan diperoleh factor tak berdimensi (µ/µ w)r’’ dimana µw adalah
viskositas pada temperature dinding tube tw. menggunakan korelasi Sieder dan Tate, pers.
(3.32) untuk aliran stream line menjadi

(5.35)

Persamaan (3.26) untuk aliran turbulen menjadi

(5.36)

Dengan menggabungkan factor korelasi untuk pemanasan dan pendinginan dengan cara
kurva tunggal ini diperoleh untuk pemanasan dan pendinginan, karena u/u w lebih besar dari
1,0 untuk pemanasan liquid dan lebih kecil dari 1,0 untuk pendingnan liquid. Sebab
viskositas gas lebih baik membesar dari pada mengecil terhadap temperature, deviasi dari
distribusi kecepatan isothermalnya adalah kebalikan liquid.

22
2.8 Contoh Soal

Fluida panas masuk peralatan pipa konsentris pada temperature 400 0F dan didinginkan ke
300 0F dengan fluida dingin masuk pada 250 0F dan dipanaskan ke 300 0F.

Penyelesaian :

a. Counterflow
Fluida panas - Fluida dingin
T1 400 - 300 t2 = 100

T2 300 - 250 t1 = 50

50 (

LMTD =

= = 72 0F

b. Aliran parallel
Fluida panas - Fluida dingin
T1 400 - 250 t2 = 150

T2 300 - 300 t1 = 0

150 (

LMTD =

23
= =0

BAB III
PENUTUP

Dari pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan antara lain:

1. Temperatur adalah ukuran panas-dinginnya dari suatu benda. Panas-dinginnya suatu


benda berkaitan dengan energi termis yang terkandung dalam benda tersebut. Makin
besar energi termisnya, makin besar temperaturnya.

2. Perbedaan temperature adalah ‘’driving force’’ dimana panas di pindahkan dari


sumber penerima.

3. Hanya temperature inlet dan outlet dari fluida panas dan dingin yang diketahui atau
dapat di ukur, dan ini dinyatakan sebagai ‘’temperatur proses’’.

4. Walaupun perpindahan panas kedua fluida dalam peralatan pipa konsentris dengan
aliran paralel atau counterflow, ‘’arah relatif’’ kedua fluida mempengaruhi harga
perbedaan tempratur.

5. Ketidakmampuan aliran panas pada aliran parallel untuk turun dibawah temperature
outlet fluida dingin ada ditandai dengan kemampuan peralatan aliran parallel untuk
merecover panas.

6. Bila sejumlah liquid tertentu dipanaskan selama mengalir disepanjang pipa,


viskositas di dekat dinding pipa lebih kecil dari pada bagian terbesar fluida.

24
DAFTAR PUSTAKA

Donald Q, Kern.1950. Process Heat Transfer (Chemical Engineering Series). New York.

25

Anda mungkin juga menyukai