TINJAUAN PUSTAKA
Deficiency Syndrome (AIDS). HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih
yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang
memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel
berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam
mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem
kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang
dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai
CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai
Virus ini secara material genetik adalah virus RNA yang tergantung pada enzim
reverse transcriptase untuk dapat menginfeksi sel mamalia, termasuk manusia, dan
menimbulkan kelainan patologi secara lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu
HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing grup mempunyai lagi berbagai subtipe, dan
masing-masing subtipe secara evolusi yang cepat mengalami mutasi. Diantara kedua
berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang
melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus dan penyakit. AIDS
HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel
atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke dalam kondisi
AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini ditandai dengan
adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit maupun jamur. Keadaan
UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari
25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, membuat AIDS sebagai salah satu
epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan
bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup di tahun 2005 dan lebih
dari setengah juta (570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46
juta orang kini hidup dengan HIV. Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang
terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia,
peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981.(UNAIDS 2006)
narkotika ini sebagian besar adalah remaja dan dewasa muda yang merupakan
kelompok usia produktif. Pada akhir Maret 2005 tercatat 6789 kasus HIV/AIDS yang
dilaporkan (Djauzi, S & Djoerban Z, 2007). Sampai akhir Desember 2008, jumlah
kematian akibat AIDS yang tercatat sudah mencapai 3.362 orang. Dari seluruh
AIDS. Virus ini termaksuk dalam retrovirus anggota subfamili lentivirinae. Ciri khas
morfologi yang unik dari HIV adalah adanya nukleoid yang berbentuk silindris dalam
virion matur. Virus ini mengandung 3 gen yang dibutuhkan untuk replikasi retrovirus
yaitu gag, pol, env. Terdapat lebih dari 6 gen tambahan pengatur ekspresi virus yang
penting dalam patogenesis penyakit. Satu protein replikasi fase awal yaitu protein
Tat, berfungsi dalam transaktivasi dimana produk gen virus terlibat dalam aktivasi
transkripsional dari gen virus lainnya. Transaktivasi pada HIV sangat efisien untuk
menentukan virulensi dari infeksi HIV. Protein Rev dibutuhkan untuk ekspresi
protein struktural virus. Rev membantu keluarnya transkrip virus yang terlepas dari
nukleus. Protein Nef menginduksi produksi khemokin oleh makrofag, yang dapat
menginfeksi sel yang lain (Brooks, 2005). Setelah virus masuk dalam tubuh maka
target utamanya adalah limfosit CD4 karena virus mempunyai afinitas terhadap
informasi genetik mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang
Setelah infeksi primer, terdapat 4-11 hari masa antara infeksi mukosa dan
viremia permulaan yang dapat dideteksi selama 8-12 minggu. Selama masa ini, virus
tersebar luas ke seluruh tubuh dan mencapai organ limfoid. Pada tahap ini telah
terjadi penurunan jumlah sel-T CD4. Respon imun terhadap HIV terjadi 1 minggu
sampai 3 bulan setelah infeksi, viremia plasma menurun, dan level sel CD4 kembali
meningkat namun tidak mampu menyingkirkan infeksi secara sempurna. Masa laten
klinis ini bisa berlangsung selama 10 tahun. Selama masa ini akan terjadi replikasi
virus yang meningkat. Diperkirakan sekitar 10 milyar partikel HIV dihasilkan dan
dihancurkan setiap harinya. Waktu paruh virus dalam plasma adalah sekitar 6 jam,
dan siklus hidup virus rata-rata 2,6 hari. Limfosit T-CD4 yang terinfeksi memiliki
waktu paruh 1,6 hari. Karena cepatnya proliferasi virus ini dan angka kesalahan
reverse transcriptase HIV yang berikatan, diperkirakan bahwa setiap nukleotida dari
klinis yang nyata seperti infeksi oportunistik atau neoplasma. Level virus yang lebih
tinggi dapat terdeteksi dalam plasma selama tahap infeksi yang lebih lanjut. HIV
yang dapat terdeteksi dalam plasma selama tahap infeksi yang lebih lanjut dan lebih
virulin daripada yang ditemukan pada awal infeksi (Brooks, 2005). Infeksi
oportunistik dapat terjadi karena para pengidap HIV terjadi penurunan daya tahan
tubuh sampai pada tingkat yang sangat rendah, sehingga beberapa jenis
mikroorganisme yang selama ini komensal bisa jadi ganas dan menimbulkan penyakit
(Zein, 2006).
HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial
mengandung HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu (KPA,
2007). Penularan HIV dapat terjadi melalui berbagai cara, yaitu melalui cairan tubuh
seperti darah ,cairan genitalia, dan ASI. Virus terdapat juga dalam saliva, air mata dan
urin (sangat rendah). HIV tidak dilaporkan terdapat dalam air mata dan keringat. Pria
yang sudah di sunat memiliki resiko HIV yang lebih kecil dibandingkan dengan pria
1. Ibu Hamil
kelompok ibu, yaitu kelompok ibu yang menyusui sejak awal kelahiran bayi
dan kelompok ibu yang menyusui setelah beberapa waktu usia bayinya,
melaporkan angka penularan HIV pada bayi yang belum dissusui adalah 14%
dan angka HIV meningkat menjadi 29% setelah bayinya dissusui. Bayi
normal dengan ibu HIV bisa memperoleh antibodi HIV dari ibunya selama 6-
15 bulan.
2. Jarum Suntik
a. Pervalensi 5-10 %
b. Penularan HIV pada anak dan remaja biasanya melalui jarum suntik karena
penyalahgunaan obat
obat suntik di Jakarta sebanyak 40% terinfeksi HIV, di Bogor 25% dan di Bali
53%
3. Transfusi Darah
b. Prevalensi 3-5%
4. Hubungan seksual
a. Prevalensi 70-80%
c. Model penularan ini adalah yang tersering di dunia. Akhir-akhir ini dengan
maka penularan melalui jalur ini cenderung menurun dan digantikan oleh
Orang yang terinfeksi virus HIV belum tentu AIDS. Perlu waktu 3-10 tahun
untuk menjadi AIDS. HIV positif belum tentu AIDS, tetapi akhirnya akan menjadi
AIDS, dan status HIV positif tidak pernah berubah menjadi HIV negatif. (Djuanda A,
2007). Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER)
Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda
infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala,
sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak
mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang
lain.
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih.
Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh,
pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala yang khas), diare, berat
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah
terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir
penderita menjadi jauh lebih baik. Infeksi penyakit oportunistik lain yang berat dapat
sitokin dan protein virus yang dapat menstimulasi pertumbuhan. Obat ARV terdiri
inhibitor protease. Obat-obat ini hanya berperan dalam menghambat replikasi virus
tetapi tidak bisa menghilangkan virus yang telah berkembang (Djauzi, S. Djoerban
Z.,2007).
Vaksin terhadap HIV dapat diberikan pada individu yang tidak terinfeksi
pemberian vaksin HIV terapeutik, dimana seseorang yang terinfeksi HIV akan diberi
pengobatan untuk mendorong respon imun anti HIV, menurunkan jumlah sel-sel
yang terinfeksi virus, atau menunda onset AIDS. Namun perkembangan vaksin sulit
karena HIV cepat bermutasi, tidak diekspresi pada semua sel yang terinfeksi dan
tidak tersingkirkan secara sempurna oleh respon imun inang setelah infeksi primer
(Brooks, 2005).
2.8. Pencegahan
Puasa (P) seks (abstinensia), artinya tidak (menunda) melakukan hubungan seks,
ganti pasangan seks, dan penggunaan Kondom (K) pada setiap melakukan hubungan
seks yang beresiko tertular virus AIDS atau penyakit menular seksual (PMS) lainnya.
Bagi mereka yang belum melakukan hubungan seks (remaja) perlu diberikan
pendidikan. Selain itu, paket informasi AIDS untuk remaja juga perlu dilengkapi
rangsangan dan rayuan yang datang dari lingkungan remaja sendiri (Muninjaya,
1998).
Mencegah lebih baik daripada mengobati karena kita tidak dapat melakukan
tindakan yang langsung kepada si penderita AIDS karena tidak adanya obat-obatan
atau vaksin yang memungkinkan penyembuhan AIDS. Oleh karena itu kita perlu
melakukan pencegahan sejak awal sebelum terinfeksi. Informasi yang benar tentang
AIDS sangat dibutuhkan agar masyarakat tidak mendapat berita yang salah agar
penderita tidak dibebani dengan perilaku yang tidak masuk akal (Anita, 2000).
satu cara yang perlu terus dikembangkan secara spesifik di Indonesia khususnya
(Muninjaya, 1998).
yang sangat strategis karena besarnya populasi remaja di jalur sekolah dan secara
politis kelompok ini adalah aset dan penerus bangsa. Salah satu kelompok sasaran
remaja yang paling mudah dijangkau adalah remaja di lingkungan sekolah (closed
remaja berusaha untuk melarikan diri dari kenyataan hidup dan ingin diterima dalam
lingkungan atau kelompok tertentu. Oleh karena itu diperlukan peningkatan keimanan
Cara-cara mengurangi resiko penularan AIDS antara lain melalui seks aman
yaitu dengan melakukan hubungan seks tanpa melakukan penetrasi penis ke dalam
vagina, anus, ataupun mulut. Bila air mani tidak masuk ke dalam tubuh pasangan
seksual maka resiko penularan akan berkurang. Apabila ingin melakukan senggama
dengan penetrasi maka seks yang aman adalah dengan menggunakan alat pelindung
seksual seseorang, lebih mungkin terjadinya infeksi. Hindari sexual intercourse dan
akan meningkat. Oleh karena itu perlu mendapat pengetahuan mengenai beberapa
Bagi seorang ibu yang terinfeksi AIDS bisa menularkan virus tersebut kepada
bayinya ketika masih dalam kandungan, melahirkan atau menyusui. ASI juga dapat
menularkan HIV, tetapi bila wanita sudah terinfeksi HIV pada saat mengandung
maka ada kemungkinan si bayi lahir sudah terinfeksi HIV. Maka dianjurkan agar
seorang ibu tetap menyusui anaknya sekalipun HIV. Bayi yang tidak diberi ASI
beresiko lebih besar tertular penyakit lain atau menjadi kurang gizi (Yatim, 2006).
Bila ibu yang menderita HIV tersebut mendapat pengobatan selama hamil maka dapat
mengurangi penularan kepada bayinya sebesar 2/3 daripada yang tidak mendapat
2.9. Sikap
kecenderungan yang bersifat positif dan negatif yang berhubungan dengan objek
psikologi, objek psikologi meliputi: simbol, kata, selogan, orang, lembaga, ide dan
sebagainya.
dierjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan
sikap, pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecendrungan
untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tadi itu. Jadi attitude itu lebih
Jadi sikap ialah suatu hal yang menentukan sifat, hakikat, baik perbuatan
1. Aspek Kognitif: yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenak pikiran. Ini
sebagainya.
Sikap sosial dinyatakan tidak oleh seorang saja tetapi dipehatikan oleh orang-
orang sekelompoknya. Objeknya adalah objek sosial (objeknya banyak orang dalam
c. Dinyatakan berulang-ulang
Ini hanya dimiliki secara individual seorang demi seorang. Objeknya pun
bukan merupakan objek sosial. Misalnya: sikap yang berupa kesenangan atas salah
Individu akan sangat senang dengan rujak cingur. Senang yang bersifat
Apabila individu memiliki sikap yang positif terhadap suatu obyek ia akan siap
Sebaliknya bila ia memiliki sikap yang negatif terhadap suatu objek, maka ia akan
1. Menerima (Receiving)
2. Merespon (Responding)
3. Menghargai (Valuing)
Bertanggung jawab atas sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
Prasangka sosial ini merupakan masalah yang penting dibahas dalam intergroup
relation. Prasangka sosial atau juga prasangka kelompok yaitu suatu prasangka yang
Menurut Kimball Young dalam (Ahmadi, 2007) prasangka adalah mempunyai ciri
khas petentangan antara kelompok yang ditandai oleh kuatnya in group dan out
group.
sikap negatif para anngota suatu kelompok, berasal dari norma mereka yang pasti,
kepada kelompok lain beserta anggotanya. Jadi prangsaka sosial adalah suatu sikap
Orang tidak begitu saja secara otomatis berprasangka terhadap orang lain.
pada masalah yang bersifat negatif terhadap orang (kelompok lain). Ada beberapa
seseorang mengalami kegagalan atau kelemahan sebab dari kegagalan itu dicari
pada dirinya sendiri tetapi pada orang lain. Orang lain inilah yang dijadikan
penjajahan. Suatu bangsa dijajah dalam waktu yang vukup lama. Setelah bebas
ternyata tidak berhasil atau gagal. Sebab kegagalan ini tidak dicari pada diri
bangsa itu sendiri, tetapi ditemukan atau dibebankan kepada bangsa penjajahan.
(kulit putih) dilahirkan didalam keluarga kulit putih. Didalam keluarga itu sudah
dianut atau ditegakkan suatu norma tertentu yaitu bahwa orang Negro itu
Anggapan semacam ini sudah tertanam pada diri anak sejak kecil, sehingga anak
akan mengikuti pula anggapan semacam ini. Berdasarkan ini maka tidak mustahil
bila terjadi seorang anak kulit putih telah berprasangka terhadap terhadap orang
Negro, meskipun anak tersebut belum pernah bergaul dengan orang Negro. Hal
b. Perbedaan lingkungan/geografis.
e. Perbedaan kepercayaan/agama
perasaan superior.
4. Prasangka timbul karena kesan yang menyakitkan atau pengalaman yang tidak
menyenangkan.
Misalnya: bangsa yang dijajah dengan bangsa penjajah. Kesan dari bangsa dari
bangsa yang dijajah ialah bahwa penjajah itu kejam, mengharuskan kerja paksa,
5. Prasangka timbul karena adanya anggapan yang sudah menjadi pendapat umum
2.10. Stigma
Stigma berasal dari bahasa Inggris yang artinya noda atau cacat, sering juga
disebut sebagai pandangan yang negatif. Stigma juga berarti pencemaran, perusakan
Menurut Busza (2004) secara umum stigma merujuk pada persepsi yang
negatif pada suatu keadaan yang sebenarnya tidak terbukti. Stigma adalah suatu hal
yang dipakai seseorang atau kelompok dalam menganggap suatu keadaan yang
negatif yang kemudian akan dipakai menjadi suatu norma pada seseorang atau
spesifik yang didasarkan pada berbagai stereotip negatif ini yakni aksi-aksi yang
yang terkena stigma dianggap sebagai tantangan bagi tatangan moral (stigmatisasi),
Parker dan Aggleton dalam Leslie Butt (2010) menekankan bagaimana stigma terjadi
1. Diri: berbagai mekanisme internal yang dibuat diri sendiri, yang kita sebut
stigmatisasi diri.
masyarakat
Menurut Adam (2000) Perhatian terhadap stigma sesuai dengan perhatian yang
perilaku sebuah makna yang hampa dan tidak menyenangkan, karena itu muncul
kecenderungan kuat bagi reaksi stigmatisasi untuk bergerak di dalam arah stereotype
demikian banyak reaksi stigmatisasi pada awalnya dicirikan oleh kegelisahan yang
Stigma adalah label negatif yang diberikan pada orang dengan HIV/ AIDS
atau ODHA (Orang dengan HIV/AIDS). Ini akibat persepsi yang keliru. Gambaran
negatif pada ODHA dibangun dari informasi yang tidak lengkap, tidak benar dan
tidak jelas. Hukuman sosial atau stigma oleh masyarakat di berbagai belahan dunia
terhadap pengidap AIDS terdapat dalam berbagai cara, antara lain tindakan-tindakan
terinfeksi HIV; diwajibkannya uji coba HIV tanpa mendapat persetujuan terlebih
orang yang terinfeksi HIV. Kekerasan atau ketakutan atas kekerasan, telah mencegah
banyak orang untuk melakukan tes HIV, memeriksa bagaimana hasil tes mereka, atau
Menurut Herek and Capitanio (1999) stigma ODHA lebih jauh dapat dibagi
1. Stigma Instrumental ODHA yaitu refleksi ketakutan dan keprihatinan atas hal-
sikap terhadap kelompok sosial atau gaya hidup tertentu yang dianggap
3. Stigma Kesopanan ODHA yaitu hukuman sosial atas orang yang berhubungan
Stigma ODHA sering diekspresikan dalam satu atau lebih stigma, terutama
Demikian pula terdapat anggapan adanya hubungan antara AIDS dengan hubungan
seksual antar laki-laki, termasuk bila hubungan terjadi antara pasangan yang belum
terinfeksi
yang bertanggung jawab bila ada terinfeksi, nilai-nilai moral atau agama membuat
hukuman sosial tersebut juga turut tertimpakan kepada petugas kesehatan atau
sukarelawan, yang terlibat dalam merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS
(ODHA).
Menurut Leslie Butt (2010) dari hasil penelitian mereka di pegunungan Papua
6. Kurangnya akses ke obat-obatan ARV atau akses yang diketahui orang lain
kematian/sekarat
e. Stigmatisasi diri
memperlakukan ODHA dan keluarganya sebagai warga masyarakat kelas dua. Hal
yang salah kaprah. Contoh dari stigma dan diskriminasi yang dihadapi ini adalah:
alasan dan penjelasan kenapa seseorang tidak diterima di rumah sakit (tanpa
kerahasiaan, perlakuan yang negatif dari staf, penggunaan kata-kata dan bahasa
tubuh yang negatif oleh pekerja kesehatan, juga akses yang terbatas untuk fasilitas-
ODHA seringkali tidak menerima akses yang sama seperti masyarakat umum dan
kebanyakan dari mereka juga tidak mempunyai akses untuk pengobatan ARV
mereka untuk mengkonsumsi sebuah zat obat, yang mungkin terjadi pada
4. Pendidikan
Hak untuk mendapat pendidikan bagi ODHA dan kelompok lain yang rentan
negatif dari teman sebaya dan lainnya di lingkungan sekolah, pengucilan di kelas,
kesehatan, dll. Lebih jauh lagi, cara mengajar tanpa diskriminasi HIV/AIDS
penolakan atau akses yang lebih sedikit untuk sistem peradilan dan penilaian
stigmatisasi, misalnya ketika kelompok yang rentan, misalnya pekerja seks dan
penularan HIV.
6. Politik
marjinal lainnya diabaikan dalam proses penegakan hukum, dan mereka yang
7. Organisasi Kepercayan
buruk terhadap ODHA dan keluarganya. Ini secara khusus terlihat lewat perlakuan
kontrasepsi, pasangan seksual lebih dari satu, dan adanya kepercayaan bahwa
Beberapa jurnalis tidak mempunyai pengetahuan yang cukup atau informasi dasar
terus berlangsungnya perlakuan negatif terhadap ODHA dan mereka yang terkena
9. Tempat Kerja
asuransi kesehatan, absen dari kerja untuk tujuan kesehatan, alokasi kerja,
lingkungan yang aman, gaji dan tunjangan, perlakuan atasan dan rekan kerja,
di balik issu-issu terkait ini adalah adanya kepercayaan bahwa tidak ada gunanya
menginvestasi uang pada seseorang yang akhirnya toh akan meninggal. Tidak
adalah karena penyakit HIV / AIDS dapat mengancam jiwa, informasi yang kurang
penyakit ini adalah merupakan suatu “hukuman” atas perbuatan yang melanggar
moral atau tidak bertanggungjawab sehingga penderita HIV / AIDS itu “pantas”
penolakan dari masyarakat bahkan penolakan dari akses pendidikan dan kesehatan.
Tindakan penolakan itu bisa berupa sekedar ucapan hingga berupa penyiksaan
psikologis dan fisik yang traumatis. Trauma yang diterima penderita HIV menjadi
bertumpuk-tumpuk, selain trauma karena tahu yang akan terjadi pada tubuhnya bila
menderita HIV, juga trauma karena adanya stigma dan diskriminasi yang melekat
menghambat kemauan para resiko tinggi menderita HIV dan orang yang dicurigai
menderita HIV untuk dilakukan pemeriksaan. Mereka tidak ingin tahu dan tidak mau
tahu kalau mereka menderita HIV. Padahal kemauan secara sadar untuk mendatangi
fasilitas untuk mengetes positif tidaknya orang ini sangat dibutuhkan saat ini.
sebanding dengan pengetesan gula darah, dimana Rapid Test HIV dapat dilakukan
tertentu. Akan menjadi percuma dibangunnya klinik VCT di tiap RSUD dan
puskesmas berbasis reproduksi bila stigma dan diskriminasi masih saja menghantui
obatan peningkat sistem imun mampu mengurangi dampak buruk dari penyakit ini.
Seharusnya, penderita HIV bisa diperlakukan yang sama dengan pengindap virus
yang lain. Bukankah virus Flu Babi lebih menakutkan karena bisa menular tanpa
adanya kontak fisik sekalipun?. Fakta sudah membuktikan bahwa disaat ini HIV
/ AIDS sudah menjadi penyakit yang dapat dicegah dan diterapi maka diharapkan
ganti pasangan, Homoseksual, dan Pekerja Seks Komersial (PSK) cukup tinggi, tetapi
itu terjadi pada tahun sekitar tahun 1970 hingga tahun 1980 an. Sehingga yang terjadi
di masyarakat memberikan stigma bahwa yang terkena HIV/ AIDS biasanya juga dari
beresiko tinggi terhadap penyakit HIV/AIDS ini. Bermunculan LSM dan lembaga-
utama penularan penyakit ini, dan ini masih berlangsung hingga sekarang. Usaha-
usaha yang telah dilakukan antara lain adalah adanya Peer Konseling, Penyuluhan
Mojongagung 2009)
2.11. Penerimaan
sepenuhnya sesuatu perkara dengan hati yang ikhlas tanpa ada unsur-unsur terpaksa.
adalah suatu proses atau perbuatan menerima dengan memperlihatkan perlakuan yang
Pada penelitian ini, landasan teori yang digunakan adalah teori-teori relevan,
yang dissusun untuk menjelaskan tentang variabel-variabel yang akan diteliti dalam
penelitian ini (Ridwan, 2005). Konsep umum yang dijadikan landasan teori adalah
sikap.
diterjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan
untuk bertindak terhadap objek tadi. Jadi attitude itu lebih diterjemahkan sebagai
mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide, atau objek yang berisi komponen-
Sikap terbagi dua yaitu sikap sosial dan individual, dan dibedakan atas :
berada.
Menurut Sherif and Sherif dalam Ahmadi (2007), prasangka sosial adalah
suatu sikap negatif para anggota suatu kelompok berasal dari norma mereka yang
pasti kepada kelompok lain beserta anggotanya. Dengan demikian prasangka sosial
adalah suatu prasangka negatif yang diperlihatkan oleh individu atau kelompok
terhadap individu lain atau kelompok lain. Dengan adanya prasangka sosial ini akan
negatif yang diberikan pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Ini akibat adanya
objek dalam penelitian ini, dikumpulkan dan dihubungkan satu dengan yang lainnya
dalam bentuk bagan sesuai dengan tujuan penelitian, sebagai kerangka konsep