Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era globalisasi saat ini kebutuhan akan bahan bakar fosil (Minyak
Bumi, Batubara, dan Gas) semakin meningkat, tetapi tidak diiringi dengan
ketersediaan cadangan energi nasional yang semakin terbatas sedangkan laju
pertumbuhan cadangan baru jauh lebih lambat dibandingkan dengan laju
pertumbuhan konsumsi energi nasional. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya
jumlah populasi penduduk di Indonesia. Untuk mengatasi kondisi tersebut
pemerintah telah mengeluarkan kebijakan energi nasional melalui peraturan
presiden no. 5 tahun 2006 dengan sasaran menurunkan elastisitas energi dibawah
1 pada tahun 2025 dan menetapkan target untuk mengurangi ketergantungan
terhadap energi yang bisa didapat dalam jumlah yang sangat besar, salah satunya
yaitu energi batubara yang persentase cadangan sumber energi batubara menjadi
lebih dari 33% dibandingkan dengan energi minyak bumi yang persentase
cadangannya menjadi kurang dari 20% serta energi gas bumi yang persentase
cadangannya menjadi kurang dari 30%. Sehingga energi batubara sangat baik
dimanfaatkan untuk dijadikan sebagai bahan bakar alternatif yang akan digunakan
sebagai pengganti bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan gas. (Tama, 2012).
Penggunaan batubara sebagai penghasil energi sudah banyak digunakan,
diantaranya untuk industri yang digunakan sebagai bahan bakar untuk PLTU, dan
dijadikan sebagai briket arang batubara untuk keperluan rumah tangga.
Penggunaan batubara dalam bentuk briket sudah banyak diteliti dan tidak terlepas
dari penggunaan kompor yang berperan penting sebagai media pembakarannya.
Kompor atau tungku sangat berpengaruh dalam pembakaran yang akan
menghasilkan panas yang tinggi. Untuk memenuhi keperluan tersebut berbagai
kompor briket telah banyak digunakan dan dijual dipasaran, namun sampai saat
ini pemanfaatannya masih belum memasyarakat. Selain itu telah banyak hasil
penelitian mengenai perancangan kompor briket batubara, salah satunya yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Hayuning (2008), Hayuning telah melakukan

1
penelitian dengan membuat kompor briket batubara jenis stasioner skala rumah
tangga dengan hasil efisiensi yang masih rendah yaitu sebesar 5,6% dan 4,8%,
sehingga kinerja yang dihasilkan dari kompor yang dibuat oleh Hayuning belum
efisien dan juga menghasilkan masalah emisi dari proses pembakaran. Dilihat dari
kelemahan – kelemahan kompor briket yang sebelumnya dan yang dibuat oleh
Hayuning, maka masih banyak kekurangan pada kompor briket yang dibuat dan
dijual dipasaran selama ini, sehingga masih memerlukan perhatian yang serius
dalam penggunaannya supaya menghasilkan kinerja yang efisien. Kompor briket
mempunyai beberapa kelemahan yaitu desain dan bentuknya masih sangat
sederhana dibandingkan dengan kompor – kompor untuk bahan bakar kerosin
maupun LPG, Operasi kompor briket yang masih menjadi kendala yang harus
ditangani diantaranya adalah sulit memdamkan dan menyalakan kompor
pembuangan terhadap asap yang dihasilkan dari pembakaran briket batubara.
Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan proses pembuatan briket dari
batubara, yang peneliti kembangkan dari penelitian Hayuning (2008), membuat
kompor briket batubara, yang belum efisien dan juga menghasilkan masalah emisi
dari proses pembakaran. Peneliti akan melakukan proses pembuatannya agar kita
mengetahui bagaimana cara pembuatan briket hemat energi. Dampak positif dari
penelitian ini, kita dapat mengurangi pemakaian gas yang dapat mencemarkan
udara dan bisa hemat. Dampak lingkungan akibat pembakaran briket batubara,
nilai strategis dan ekonomis pemanfaatan batubara sebagai bahan bakar sering
terkendala oleh dampak lingkungan yang berasal dari emisi dan sisa pembakaran,
yang langsung maupun tidak langsung berpengaruh kepada kesehatan manusia.
Selain itu, pembakaran batubara dengan jumlah yang sangat banyak akan
mempengaruhi kondisi lingkungan, antara lain berupa CO2 , dan lain – lain.
(Damawi, 2012).
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai proses pembuatan briket dari batubara.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penelitian ini, yang menjadi rumusan masalahnya adalah
bagaimana proses pembuatan briket dari batubara.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dilakukan penelitian tersebut
adalah :
1. Untuk memenuhi tugas akhir sekolah.
2. Mengetahui kelayakan lain dari Batubara bisa sebagai pengganti kompor.
3. Mengetahui teknik pembuatan Briket dari bahan Batubara.
1.4 Manfaat
Manfaat penulisan ini adalah dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman tentang memanfaatkan energi alternatif terbarukan seperti energi
batubara sebagai pengganti kompor gas menjadi kompor briket yang ramah
lingkungan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya
sebagai berikut :
1. Bagi Masyarakat
Menjadikan briket batubara sebagai energi alternatif untuk mengatasi
kritis energi konvensional yang sering terjadi dalam kehidupan sehari –
hari.
2. Bagi Peneliti Lain
Agar dapat dijadikan bahan studi kasus yang dapat dikembangkan lagi
bagi pembaca dan acuan bagi pengembang penelitian ini. Serta dapat
memberikan referensi bagi pihak perpustakaan sebagai bacaan yang
dapat menambah ilmu pengetahuan dalam hal ini.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Batubara


Batubara merupakan salah satu bahan galian dari alam. Batubara dapat
didefinisikan sebagai Batuan sedimen yang terbentuk dari dekomposisi tumpukan
Tanaman selama kira-kira 300 Juta tahun.
Dekomposisi tanaman ini terjadi karena proses biologi dengan mikroba
dimana banyak oksigen dalam selulosa diubah menjadi karbondioksida (CO2) dan

air (H2O). Perubahan yang terjadi dalam kandungan bahan tersebut disebabkan
oleh adanya tekanan, pemanasan yang kemudian membentuk lapisan tebal sebagai
akibat pengaruh panas bumi dalam jangka waktu berjuta-juta tahun, sehingga
lapisan tersebut akhirnya memadat dan mengeras (Mutasim, 2007).
Pola yang terlihat dari proses perubahan bentuk tumbuh – tumbuhan
hingga menjadi batubara yaitu dengan terbentuknya karbon. Kenaikan kandungan
karbon dapat menunjukkan tingkatan batubara. Dimana tingkatan batubara yang
paling tinggi adalah antrasit, sedangkan tingkatan Yang lebih rendah dari antrasit
akan lebih banyak mengandung hidrogen dan oksigen (Yunita, 2000).

2.2 Komposisi Batubara


Komposisi kimia batubara hampir sama dengan komposisi kimia jaringan
tumbuhan, keduanya mengandung unsur utama yang terdiri dari unsur C. H. O, N,
S, P. hal ini mudah dimengerti, karena batubara terbentuk dari jaringan tumbuhan
yang telah mengalami proses pembatubaraan (coalification).
Batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yang sudah mati, dengan
komposisi utama terdiri dari sellulosa. Proses pembentukan batubara dikenal
sebagai proses pembatubaraan atau coalification. Faktor fisika dan kimia yang ada
di alam akan mengubah sellulosa menjadi lignit, subbitumina, bitumina, atau
antrasit. Reaksi pembentukan batubara dapat diperlihatkan sebagai berikut :

4
Gambar 1. Rumus bangun batubara
5(C6H10O5)  C20H22O4 + 3CH4 +
8H2O + 6CO2 + CO Sellulosa lignit gas
metana
Batubara merupakan terminologi masyarakat yang dipergunakan untuk
menyebut semua sisa tumbuhan yang telah menjadi fosil, bersifat padat, berwarna
gelap, dan dapat dibakar. Apabila batubara tersebut mudah dibakar dan
menghasilkan kalori tinggi, disebut batubara, tetapi apabila batubara tersebut tidak
mudah dibakar dan menghasilkan kalori rendah disebut sebagai batubara muda.
(Sukandarrumidi, 2006)
Batubara adalah bahan bakar padat yang paling penting. Konsumsi dunia
mencapai sekitar 4x109 t/tahun, 7x108 t/tahun di antaranya dikonsumsi di
Amerika Serikat. Cadangan yang diketahui ada di AS diperkirakan cukup untuk
pemakaian 200 tahun dengan laju konsumsi saat ini, tetapi sebagian besar adalah
batubara berkadar belerang tinggi yang dapat menimbulkan pencemaran udara
yang serius. (Austin, G. 1996)
Indonesia menjadi salah satu negara penghasil sumber daya alam tebesar
di dunia.Salah satu potensi kekayaan alam yang dihasilkan Indonesia adalah
batubara.Potensi sumber daya batubara Indonesia cukup besar yaitu 61,366 miliar
ton yang tersebar di 19 daerah provinsi termasuk provinsi Sumatera Selatan. Dari
potensi tersebut jumlah yang paling banyak adalah batubara jenis kalori sedang

5
sebesar 37,69467 milyar ton, batubara jenis kalori rendah sebesar 14,94962 milyar
ton dan selebihnya batubara dengan nilai kalori tinggi dan sangat tinggi (Indonesia
Energy, 2006). Oleh karena itu Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor
batubara terbesar, memilikipotensi dalam pengembangan batubara (Chrisman, A.
2008).
Sejarah pertambangan batubara di Indonesia dimulai tahun 1849 di daerah
Pengaran, Kalimantan Timur.Di Sumatera kegiatan penambangan batubara secara
besar-besaran dimulai tahun 1880, di daerah Sungai Durian Sumatera Barat.Usaha
ini kurang berhasil, karena mengalami kesulitan dalam pengangkutan hasl
penambangan.Pada tahun 1868, ditemukan keberadaan batubara di daerah
Ombilin, selanjutnya pada tahun 1868-1873 dilakukan penelitian seksama, dan
akhirnya pada tahun 1892 dibuka penambangan batubara di Ombilin, dikenal
sebagai Tambang Batubara Ombilin. Penelitian tentang batubara dilakukan pula di
Bukit Asam pada tahun 1915-1918, dan pada tahun 1919 dibuka Tambang
Batubara Bukit Asam.
Kegiatan pertambangan batubara di Indonesia saat ini menunjukkan
peningkatan yang sangat pesat. PT Tambang Batubara Bukit Asam sebagai satu-
satunya BUMN di bidang batubara telah tumbuh menjadi perusahaan berskala
besar dengan produksi 7 juta ton pertahun berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
23 tahun 1968 yang dikenal sebagai Unit II.
Demikian juga Kerja Sama Operasional (KSO) yang sebagian besar dari
produksi Penanaman Modal Asing (PMA) telah menunjukkan keberhasilan
produksinya sampai pada tingkat dua kali lebih besar daripada PT Bukit
Asam.(Sukandarrumidi, 1995).
2.3 Klasifikasi Batubara
Batubara diklasifikasikan menurut sifat pembakarannya, menjadi antrasit,
bitumen, subbitumin, dan lignit.Setiap jenis mempunyai subbagian lagi.Antrasit
merupakan bahan bakar rumah tangga yang sangat berguna, karena
pembakarannya besar, tetapi cadangannya sudah mulai habis.Batubara bitumen
terutama digunakan dalam pembakaran yang menghasilkan energi atau

6
karbonisasi untuk pembuatan kokas, ter, bahan kimia batubara, dan gas pabrik
kokas (Austin, 1996).
Penggolongan tersebut menekankan pada kandungan relatif antara unsur C
dan H2O.Kandungan air dalam batubara, dikenal sebagai sifat lengas
(moisture).Dalam usaha untuk mempermudah pengenalan jenis batubara, berikut
ditunjukkan sifat-sifat batubara untuk masing-masing jenis setelah tabel 2.3.
Sebagai berikut.

Tabel 1. Komposisi elemen dari berbagai tipe batubara

Komposisi Elemen dari Beberapa Tipe Batubara

Jenis Batubara Persentase Massa


%C %H %O % H2O % Volatile Matter
Lignit 60-70 5-6 20-30 50-70 45-55

Subbituminous 75-80 5-6 15-20 25-30 40-45

Bituminous 80-90 4-5 10-15 5-10 20-40

Antrasit 90-95 2-3 2-3 2-5 5-7

a. Sifat batubara jenis antrasit :


a. Warna hitam sangat mengkilat, kompak
b. Nilai kalor sangat tinggi, kandungan karbon sangat tinggi
c. Kandungan air sangat sedikit
d. Kandungan abu sangat sedikit
e. Kandungan sulfur sangat sedikit

Gambar 2. Antrasit

7
b. Sifat batubara jenis bitumen/subbitumin :
a. Warna hitam mengkilat, kurang kompak
b. Nilai kalor tinggi, kandungan karbn relatif tinggi
c. Kandungan air sedikit
d. Kandungan abu sedikit
e. Kandungan sulfur sedikit

Gambar 3. Bitumen dan Subbitumin

c. Sifat batubara jenis lignit :


a. Warna hitam, sangat rapuh
b. Nilai kalor rendah kandungan karbon sedikit
c. Kandungan air tinggi
d. Kandungan abu dan sulfur banyak

Gambar 4. Lignit
(Sukandarrumidi, 1995)

8
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian deskripsi. Penelitian deskripsi adalah
penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai
apa adanya.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik dalam pengumpulan data menggunakan teknik obsevasi. Teknik
observasi adalah pengamatan dan pencatatan suatu objek dengan sistematika
fenomena yang diselidiki.
3.2.1 Teknik Studi Literatur
Teknik studi literatur adalah mencari referensi teori yanng relefan dengan
kasus atau permasalahan yang ditemukan. Dengan mengguanakan metode ini
penulis berusaha mengumpulkan data-data lebih lanjut dengan cara menghimpun
data – data atau sumber – sumber yang berhubungan dengan topik yang diangkat
dalam suatu penelitian dari berbagai sumber, jurnal, buku dokumentasi, internet,
dan pustaka tentang proses pembuatan briket dari batubara.
3.3 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah briket dari batubara. Yang menjadi kajian
utama dalam penelitian ini adalah proses pembuatan briket dari batubara
3.4 Teknik Analisis Data
Adapun teknik analisis data dalam karya tulis ini adalah :
1. Mencari informasi tentang Batubara.
2. Mengidentifikasi proses pembuatan briket dari Batubara.
3. Menganalisis proses pembuatan briket dari Batubara.
4. Membahas proses pembuatan briket dari Batubara.
5. Membuat kesimpulan dari proses pembuatan briket dari Batubara
tersebut.

9
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengertian Briket, Jenis – Jenis Dan Bentuk Briket Batubara


4.1.1 Pengertian Briket Batubara
Briket batubara adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran
tertentu, yang tersusun dari butiran batubara halus yang telah mengalami proses
pemampatan dengan daya tekan tertentu dengan sedikit campuran seperti tanah
liat dan tapioka, agar bahan bakar tersebut lebih mudah ditangani dan
menghasilkan nilai tambah dalam pemanfaatannya.
Briket Batubara mampu menggantikan sebagian dari kegunaan minyak
tanah sepeti untuk pengolahan makanan, pengeringan, pembakaran dan
pemanasan. Bahan baku utama Briket Batubara adalah batubara yang sumbernya
berlimpah di Indonesia dan mempunyai cadangan untuk selama lebih kurang 150
tahun. Produsen terbesar Briket Batubara di Indonesia saat ini adalah PT.
Tambang Batubara Bukit Asam (Persero).
Sifat briket yang baik adalah sebagai berikut :
1. Tidak berasap dan tidak berbau pada saat pembakaran.
2. Mempunyai kekuatan tertentu sehingga tidak mudah pecah waktu diangkat dan
dipindah-pindah.
3. Mempunyai suhu pembakaran yang tetap (± 3500C) dalam jangka waktu yang
cukup panjang (8-10 jam).
4. Setelah pembakaran masih mempunyai kekuatan tertentu sehingga mudah
untuk dikeluarkan dari dalam tungku masak.
Gas hasil pembakaran tidak mengandung gas karbon monoksida yang
tinggi. (Herlinama, 2011)

4.1.2 Jenis – Jenis Briket Batubara


Beberapa jenis briket batubara yang umum digunakan adalah sebagai
berikut.
1. Jenis Berkarbonisasi (super)

10
Jenis ini mengalami terlebih dahulu proses dikarbonisasi sebelum menjadi
Briket. Dengan proses karbonisasi zat-zat terbang yang terkandung dalam Briket
Batubara tersebut diturunkan serendah mungkin sehingga produk akhirnya tidak
berbau dan berasap, namun biaya produksi menjadi meningkat karena pada
Batubara tersebut terjadi rendemen sebesar 50%. Briket ini cocok untuk
digunakan untuk keperluan rumah tangga serta lebih aman dalam penggunaannya.
(Nursyiwan, 2005)
2. Jenis Non Karbonisasi (biasa)
Jenis yang ini tidak mengalami dikarbonisasi sebelum diproses menjadi
Briket dan harganya pun lebih murah. Karena zat terbangnya masih terkandung
dalam Briket Batubara maka pada penggunaannya lebih baik menggunakan
tungku (bukan kompor) sehingga akan menghasilkan pembakaran yang sempurna
dimana seluruh zat terbang yang muncul dari Briket akan habis terbakar oleh lidah
api dipermukaan tungku. Campuran jenis ini berupa batubara mentah dan zat
perekat (biasanya lempung). Sangat sederhana dan biasanya berkualitas rendah.
Briket ini umumnya digunakan untuk industri kecil. (Nursyiwan, 2005)
3. Jenis briket bio-batubara
Bio-batubara atau dikenal dengan bio-briket, selain kapur dan zat perekat, ke
dalam campuran ditambahkan bio-masa sebagai substansi untuk mengurangi
emisi dan mempercepat pembakaran. Bio-masa yang biasanya digunakan berasal
dari ampas industri agro (seperti bagas tebu, ampas kelapa sawit, sekam padi, dan
lain-lain) atau serbuk gergaji. (Nursyiwan, 2005)

4.1.3 Bentuk Briket Batubara


Bentuk dan ukuran briket batubara hasil cetakan (kemasan) dibuat sesuai
untuk keperluan sektor pengguna. Saat ini telah dikembangkan dua bentuk briket
batu bara, yaitu tipe bantal (telor) yang padat dan kompak dan tipe yontan
(berongga). Kedua bentuk dibuat untuk memudahkan pemakaian dan memperoleh
efisiensi pembakaran.

11
(Gambar 5. Hasil Briket)
(www.arangbriketindonesia.com)
Dikenal 2 bentuk briket yaitu :
1. Type yontan (silinder) untuk keperluan rumah tangga
Type ini lebih dikenal dan popular, disebut dengan yontan, suatu nama local
berbentuk silinder dengan garis tengah 150 mm, tinggi 142 mm, berat 3,5 kg
dan mempunyai lubang-lubang sebanyak 22 lubang. Tipe yontan juga
dirancang untuk industri dan memerlukan “kompor” atau tungku yang khusus.
2. Type egg (telor/bantal) untuk keperluan industri dan rumah tangga
Tipe bantal berukuran kecil cocok digunakan untuk rumah tangga (memasak),
dan yang berukuran lebih besar baik untuk industri. Type ini juga dipergunakan
untuk bahan bakar industri kecil seperti untuk pembakaran kapur, bata,
genteng, gerabah, pandai besi dan sebagainya, tetapi juga untuk keperluan
rumah tangga. Jenis ini mempunyai lebar 32-39 mm panjang 46-58 mm dan
tebal 20-24 mm.
4.2 Pembuatan Briket Batubara
Tujuan utama pembriketan batubara adalah untuk membuat bahan bakar
padat serbaguna dari batu bara dengan kemasan dan komposisi yang lebih baik
agar mudah dan nyaman digunakan jika dibandingkan dengan menggunakan batu
bara secara langsung. Untuk memperoleh briket batubara yang baik diperlukan
batu bara yang “baik”, terutama yang memiliki kandungan sulfur dan abu rendah.
Bahan imbuhan juga harus dipilih dari kualitas yang baik agar dapat berfungsi

12
optimal sebagai perekat, mempercepat nyala, serta menyerap emisi dan zat-zat
berbahaya lainnya. Batubara dan bahan imbuhan (pencampur) ini dihaluskan
secara sendiri-sendiri sampai ukuran tertentu, dicampurkan dengan memakai
pencampur (mixer) mekanis, untuk kemudian “dicetak” (dibriket) ke dalam
bentuk kemasan. (Nyayu, 2014)
Bahan Baku Pembuatan Briket Batubara dan Fungsinya
A. Batubara, sebagai bahan utama pembuatan briket batubara.

Gambar 6. Spesifikasi Batubara Sebagai Bahan Baku Briket Batubara


a. Semakin tinggi nilai kalorinya, panas yang dihasilkan akan semakin tinggi
b. Semakin tinggi nilai kalorinya, pembakaran akan semakin lama karena
unsur zat yang mudah terbakar (volatile matter) yang dikandungnya akan
semakin sedikit
c. Semakin banyak komposisi batubaranya, pembakaran yang dihasilkan
akan semakin panas dan semakin lama
d. Semakin tinggi nilai kalorinya semakin sulit menyala, karena kadar
volatile matternya akan semakin sedikit
e. Semakin rendah nilai kalorinya, panas yang dihasilkan akan semakin
berkurang dan lama pembakaran akan semakin cepat. Batubara dengan
nilai kalori rendah juga mengandung banyak air sehingga menyulitkan
dalam penyalaan, berasap dan panas yang berkurang. Solusinya dengan
cara pengeringan (mengurangi kadar air) dan dengan cara karbonisasi
(menaikkan kadar kalori batubara).
B. Biomassa (serbuk kayu keras), sebagai bahan untuk mempercepat dan
memudahkan proses pembakaran

13
a. Semakin banyak komposisi biomassa maka briket akan semakin mudah
terbakar dan pencapaian suhu maksimalnya akan semakin cepat
b. Kelemahannya semakin banyak komposisi biomassanya, lama
pembakaran menjadi semakin berkurang
c. Biomassa dapat diubah / diolah menjadi bio arang, yang merupakan bahan
bakar dengan tingkat nilai kalor yang cukup tinggi dan dapat digunakan
dalam kehidupan sehari-hari
d. Semakin besar komposisi biomassa, maka kandungan emisi polutan CO
dan polusi HC akan semakin berkurang.
C. Tanah liat, sebagai bahan pengeras sekaligus perekat
a. Jenis tanah liat yang dipilih, harus mengandung unsur Kaulinik yaitu unsur
yang mempengaruhi kerekatan, kekerasan dan kekeringan
b. Semakin banyak komposisinya, briket yang dihasilkan akan semakin keras
c. Semakin banyak komposisinya, gas CO yang dihasilkan akan semakin
sedikit
d. Dari hasil uji coba untuk ketahanan dan lama pembakaran, komposisi yang
terbaik untuk tanah liat adalah 10%.
D. Tepung tapioka, sebagai bahan perekat utama
a. Pemilihan tepung tapioka yang baik juga diperlukan untuk mendapatkan
daya rekat yang kuat dan tidak mudah hancur
b. Pembuatan "adonan perekat" dari tepung tapioka dengan air juga harus
diperhatikan sehingga benar-benar matang dan kental. Setelah adonan jadi
sebaiknya didinginkan terlebih dahulu sehingga adonan tersebut benar-
benar kental dan rekat.
E. Kapur (lime), sebagai bahan imbuhan yang digunakan untuk mengikat racun
dan mengurangi bau belerang
a. Dari hasil uji coba, komposisi yang terbaik untuk kapur adalah 1%
b. Komposisi kapur juga perlu diperhatikan, karena apabila terlalu banyak
akan membuat panas pembakaran briket menjadi berkurang. (Achmadin,
2010)

14
4.2.1 Proses Pembuatan Briket Batubara Non Karbonisasi (Tipe Biasa)

(Gambar 7. Proses Pembuatan Briket Batubara Non Karbonisasi)


4.2.2 Proses Pembuatan Briket Batubara Karbonisasi (Tipe Super)

15
(Gambar 8. Proses Pembuatan Briket Batubara Karbonisasi)
4.2.3 Proses Pembuatan Briket Bio-batubara
Pada awal proses produksi, digunakan bahan baku batu bara (76%), bagas
(19%) dan kapur (5%). Dalam perkembangannya untuk meningkatkan sifat fisik
produk, ditambahkan molases sebagai bahan pengikat (8%) dan pengurangan
bagas menjadi 10%, sehingga komposisi briket bio batu bara menjadi : batu bara
(85%), bagas (10%) dan kapur (5%). Molases ditambahkan 8% dari total
campuran tersebut. Pembuatan briket tersebut dilakukan pada mesin briket 2 roller
dengan kuat tekan 2 – 3 ton/cm2. Briket yang pecah dialirkan kembali secara
otomatis untuk dipres kembali. (Nyayu, 2014)

Gambar 9. Bagan alir pembuatan briket bio batu bara


Produk briket yang dihasilkan direncanakan untuk dapat dipakai di
rumah tangga maupun industri kecil dan menengah, menggantikan kebutuhan
energi panas dari BBM dan kayu bakar. Energi panas yang dihasilkan pada
pembakaran briket dapat dipakai di antaranya untuk memasak, pengeringan hasil
pertanian/peternakan (teh, bawang, tembakau, padi, ikan,dan lain-lain)
pembakaran bata/ genteng/ keramik/ gerabah, dan industri lain yang
membutuhkan panas. Briket ini dimungkinkan juga untuk digunakan dalam
pemenuhan energi panas di boiler uap, industri makanan, dan sebagainya. (Nyayu,
2014)
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan briket batubara ini yaitu :

16
a. Mesin Briket Batubara kapasitas 10 ton/hari

Produksi Briket
(Gambar 10)

Mesin Briket Batubara kapasitas produksi 200 kg/hari

Mesin Penggerus Mesin Pencampur Mesin Pencetak


(Gambar 11) Mesin – mesin pengelola briket batubara
4.3 Keunggulan dan Kekurangan Briket Batubara
4.3.1 Keunggulan Briket Batubara
Keunggulan Briket Batubara antara lain :
a. Lebih murah
b. Panas yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untk pembakaran
yang lama
c. Tidak beresiko meledak/terbakar
d. Tidak mengeluarkan suara bising serta tidak berjelaga
e. Sumber Batubara berlimpah
f. Tidak berasap dan berbau sehingga rasa dan aroma makanan tidak berubah
g. Nyala bara lebih bersih sehingga perabotan dan dapur tetap bersih

17
h. Abu sisa pembakaran dapat dimanfaatkan untuk abu gosok dan campuran
bahan bangunan, pupuk tanaman.
i. Tidak beracun (tidak berbahaya bagi manusia & binatang peliharaan)
4.3.2 Kekurangan Briket Batubara
Kekurangan Briket batubara antara lain :
a. Briket memiliki keterbatasan yaitu waktu penyalaan awal memakan waktu 5
– 10 menit dan diperlukan sedikit penyiraman minyak tanah sebagai
penyalaan awal,
b. Briket Batubara hanya efisien jika digunakan untuk jangka waktu di atas 2
jam. (Herlinama, 2011)
4.4 Cara Penggunaan Briket Batubara dan Aplikasinya dalam Industri dan
Rumah Tangga
Untuk pembakaran awal dapat dilakukan dengan bahan penyulut yang sudah
terbakar seperti tatalan kayu atau merendam beberapa buah briket di dalam
minyak tanah.
1. Briket Tipe Telur
Pemakaian briket tipe telur hampir sama dengan arang kayu, tetapi setelah
menyala, suhunya lebih tinggi dan pembakarannya lebih lama, sehingga lebih
hemat. Susun satu lapisan briket di atas saringan, pada lapisan tersebut bakar
bahan penyulut secukupnya.
Setelah membara, tambahkan lagi briket, disesuaikan dengan lamanya
waktu memasak yang dibutuhkan, lakukan pengisapan secara terus-menerus
sampai bara briket yang dihasilkan dirasa suhunya cukup untuk. dipergunakan.
Anglo harus diletakkan di temapat yang agak tinggi dan pintu/jendela udara yang
terletak di bawah anglo harus terbuka lebar, agar sirkulasi udara berjalan lancar.

18
(Gambar 12) Contoh Briket Batubara Telur
2. Briket Tipe Sarang Lebah
Ambil briket sarang tawon dengan penjepit atau jari kelingking yang
dimasukkan pada salah satu lubang briket, letakan pada ruangan pembakaran
dengan posisi penyulut menghadap ke atas. Nyalakan dengan korek api bagian
penyulut.
Secara spontan nyala akan merambah ke seluruh bagian penyulut dan
selanjutnya secara perlahan. Nyala akan merambat ke bagian inti briketnya dari
atas ke bawah. Anglo dapat digunakan untuk memasak setelah bahan penyulut
terbakar sempurna dan sebagian besar inti briketnya terbakar. Untuk briket tipe
telur anglo perlu dikipasi, setelah kurang lebih 10 menit, anglo dapat digunakan
untuk memasak.
Untuk mengatur panas/nyala, gunakan jendela/pintu udara : dibuka lebar
untuk pemanasan yang maksimum dan disempitkan untuk pemanasan minimum.
Untuk penghematan, gunakan briket sesuai kebutuhan. Pemadaman nyala
dapat dilakukan dengan menutup rapat/jendela dan bagian atas anglo (dengan
penutupan) atau mengambil satu persatu briket (khususnya yang tipe telur) yang
menyala dengan penjepit kemudian dibenamkan ke dalam pasir atau abu briket
batubara. (Kompasiana, 2011)

19
(Gambar 13. Briket Batubara Sarang lebah)
4.4.1 Pengembangan Produksi Briket Batubara Dan Kompor/Tungku
Sampai saat ini pihak BPP Teknologi melalui Balai Besar Teknologi Energi
(B2TE) telah lama mengembangkan dan mendesain mesin untuk memproduksi
Briket Batubara skala kecil/menengah dengan kapsitas produksi sebesar 2 s/d 8
ton/hari. Dengan demikian industri briket sakala kecil/menengah ini diharapkan
bisa tersebar di sentra-sentra pengguna Briket Batubara sehingga mudah dalam
penyediaan briket secara kontinyu. Disamping itu pula BPP Teknologi telah
mengembangkan jenis-jenis Kompor/Tungku Briket untuk keperluan rumah
tangga, rumah makan serta industri kecil/menengah. (Iflmedan, 2012)
4.4.2 Kompor/Tungku Briket Batubara
Penggunaan Briket Batubara harus dibarengi serta disiapkan Kompor atau
Tungku, jenis dan ukuran Kompor harus disesuaikan dengan kebutuhan. Pada
prinsipnya Kompor/Tungku terdiri atas 2 jenis :
1. Tungku/Kompor portabel, jenis ini pada umumnya memuat briket antara 1 s/d
8 kg serta dapat dipindah-pindahkan. Jenis ini digunakan untuk keperluan
rumah tangga atau rumah makan.
2. Tungku/Kompor Permanen, memuat lebih dari 8 kg briket dibuat secara
permanen. Jenis ini dipergunakan untuk industri kecil/menengah.
Persyaratan Kompor/tungku harus memiliki :
a. Ada ruang bakar untuk briket
b. Adanya aliran udara (oksigen) dari lubang bawah menuju lubang atas
dengan melewati ruang bakar briket yang terdiri dari aliran udara primer
dan sekunder.

20
c. Ada ruang untuk menampung abu briket yang terletak di bawah ruang
bakar briket. (Iflmedan, 2012)
Kompor/Tungku Briket

Kompor Industri
Kompor Rumah
Kecil/ Menengah
Tangga(Portabel)
(Portabel)
Kompor untuk jenis industri kecil/menengah seperti :
1. Industri Tahu-Tempe
2. Industri Pencelupan Batik
3. Industri Batubata/Genteng/Kramik
4. Industri Pemindangan Ikan
5. Industri Pengeringan Tembakau
6. Industri Jamu
7. Pengeringan Kayu/Meubel
8. Peternakan Ayam
9. Restoran
10. Warung Tegal
11. Kafe Malam/Tenda
12. Dapur Umum di Pondok Pesantren, dan lain – lain.
Harga Briket Batubara
a. Briket Batubara Non Karbonisasi (Tipe Biasa) : Rp. 1.600/kg
b. Briket Batubara Karbonisasi (Super) Rp. 2500/kg
Kisaran Harga Kompor
a. Untuk Rumah Tangga Rp. 135.000,- /bh
b. Untuk Restoran Rp. 200.000,- /bh
c. Untuk Industri Kecil/Menengah Rp. 350.000,-/bh

21
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang telah dibuat dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Briket batubara adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran tertentu,
yang tersusun dari butiran batubara halus yang telah mengalami proses
pemampatan dengan daya tekan tertentu dengan sedikit campuran seperti
tanah liat dan tapioka, agar bahan bakar tersebut lebih mudah ditangani dan
menghasilkan nilai tambah dalam pemanfaatannya.
b. Jenis briket batubara adalah jenis berkarbonisasi (super), jenis non
berkarbonisasi (biasa) dan jenis briket bio-batubara.
c. Bentuk briket batubara ada dua yaitu tipe yontan (silinder) dan tipe egg (telur).
d. Proses pembuatan batubara adalah penggerusan dan pengayakan,
pencampuran, pencetakan, pengeringan, uji kualitas dan pengemasan
penyimpanan pemasaran.
e. Aplikasi penggunaan briket batubara terdapat dalam industry kecil / menengah
dan rumah tangga.

5.2 Saran
Penggunaan briket batubara oleh kalangan rumah tangga maupun industri
kecil/menengah akan lebih ekonomis dan menguntungkan, untuk itu diperlukan
sosialisasi dalam penggunaan Briket Batubara. Untuk pembahasan terperinci
mengenai teknologi pembuatan briket batubara harus dipelajari lebih lanjut dalam
sumber – sumber pemanfaatan batubara dalam bentuk briket.

22
DAFTAR PUSTAKA

angrainy, r. (2014, maret 14). membuat briket arang tempurung kelapa. Retrieved maret
14, 2016, from http://payakumbuhsumaterabarat.blogspot.co.id
Balia, L. (2006). Penelitian dan pengembangan briket batubara di indonesia. puslitbang
teknologi mineral dan batubara, departemen eneergi dan sumber daya mineral
RI.
energi, B. b. (2004). Kompor dan briket batubara ramah lingkungan.
hasibuan, f. (2006). peningkatan kualitas penyalaan briket batubara melalui
penambahan oksidator. depok: Fakultas teknik universitas indonesia.
Mutasim, B. (2007, maret). kebijakan umum pemanfaatan batubara dan rancangan
undang-undang mineral dan batubara. Retrieved september 2018, from
www.esdm.go.id
tim kajian batubara nasional. (2006). batubara indonesia. batubara.
Yunita, R. (2000). Pengaruh variasi loading dan bentuk briket promotor terhadap waktu
penyalaan kompor briket batubara. Depok: Universitas Lampung.

23

Anda mungkin juga menyukai