Anda di halaman 1dari 4

Hasil Sinopsis Novel

Judul

: Salah Asuhan

Pengarang

: Abdoel Moeis

Tokoh

: Hanafi dan Corrie Du Bussee

Penokohan

: 1. Hanafi

: romantis

2. Corrie Du Bussee : pendiam


Tema

:Nilai-Nilai Tradisi dan Persahabatan

Latar

: 1. Tempat

Ringkasan Cerita

: area bermain tennis

2. Waktu

: pagi hari

3. Suasana

: menyenagka dan menyedihkan

Dua orang Sahabat


Tempat bermain tennis,di tempat bermain itu masih keras, karna dewasa itu baru pukul tengah lima petang
hari.Setiap petang berkumpullah beberapa orang penduduk,tua-muda,gadis, dan nyonya,bangsa Barat dan Bangsa
Timur, sekaligus bercampurgaulah di sana.
Seorang pun belum ada di tempat permainan tennis,ada kedua anak muda,yang duduk berlindung di bawah
pohon yang rimbun menghadapi meja teh dekat permainan itu,kedua anak muda itu,duduk di dalam kebun di sisi
sebuah rumah, di sebelah tempat bermainan tennis itu. Mereka berkali- kali belumlah, bermaksud hendak bermain.
Ya, Han! Kata yang seorang gadis bangsa Barat yang amat cantik parasnya.Sambil berkata-kata
dituangkanlah air teh, kedalam dua cangkir yang tersedia. Apalah persungkaan orang,bila setiap hari aku datang
terdahulu, ketempat bermain ini, sedang datangku itu pun senantiasa kerumahmu dahulu.
Segala orang harus menerima baik apa yang hendak dilakukan oleh sesama manusia atas dirinya sendiri,
Sahut anak muda, yang dinamai Han oleh Si Gadis tadi, Asal perbuatan, itu tidak mengganggu.
Itu benar, Han! Tapi pada segala pekerjaan pada batasnya. Apakah perbuatan kita duduk berhadapan antara
satu meter jaraknya, dibatasi oleh meja teh, di tempat terang boleh dikatakan melanggar peri kesopanan?
Sesame manusia kita telah menetappkan berbagai undang-undang yang tidak tersurat, tapi yang harus diturut.
Bangsamu bangsa Eropa amat melonggarkan pergaulan laki-laki dengan perempuan di tanah Arab, perempuan
menutup badan sampai kemuka-muka, tapi di tanah Amerika banyak benar kota-kota ramai di kota laut. Bangsa
Barat jika nyonya rumah berani turun tanah mamakai baju piyama yang nyata lebih menutup kulit dan pakaian
dansa, maka nyonya yang berpakaian piyama tutun ke tanah akan disebutkan melanggar adat sopan santun. Jadi
sungguhlah gelap, batas undang-undang kesopanan itu sebab ia tidak tersurat Hanafi. ! Engkau juga yang mulai
memeperbincangkan tentang adat lembaga lembaga serta tertib kesopanan masing-masing bangsa.
Kita bertukar pikiran tentang hal itu bahwa sesungguhnya kulitku berwarna pula ibuku .perempuan Bumi
Putra sejati, meskipun diriku masuk pada golongan bangsa Eropa.

Hanafi, Hanafi! Hari ini fiilmu sangat pula susahnya. Sifat dan hatimu kurang ku kenal, niscaya akan timbul
salah persangkaanku atas dirimu. Tapi dari kecil kita bercampur, dari sesama di bangku sekolah rendah.Jadi fiil
tabiatmu sudah jelas benar bagiku. TaK usahlah kita turut-turut memperkatakan hal pakaian yang di galibkan atau
hendak di ubah oleh bangsa-bangsa lain di luar kita, karena di negara mereka masing-masing perkara itu memang
sedang menjadi buah perselisihan dalam pergaulan bangsaku,bangsa Eropa, sungguh longgarlah pergaulan antara
laki-laki dengan perempuan, sebagai kau katakana tadi. Tapi sebab sudah galib, tidaklah akan cepat orang berbuat
fitnah atau menyangka buruk, apabila kelihatan laki-laki bergaul dengan perempuan lain, yang bukan ahli karibnya.
Apabila ia bergaul atau duduk bersendau gurau, bahkan berjalan berdua-dua, dan buat bersinggungan kulit dengan
perempuan lain, kata bangsamu sudah haram. Jangan pula akan menyesatkan faham hal pergaulan orang Barat. Jika
seorang anak muda setiap waktu kelihatan bersama-sama dengan seorang gadis, mereka sudah disangka
bertunangan, pergaulan serupa itu kelihatan dilakukan orang . umiPutra. Engkau tahu,Hanafi, betapa rapuhnya nama
anak gadis, apa lagi di dalam pergaulan bangsamu.
Sudah beberapa kali kau menjelaskan benar-benar bahwa engkau orang Barat aku hanya kulit berwarna saja
kalau pergaulan kita demikian rintangannya sebab aku hanya BumiPutra, alangkah baiknya kalau engkau berkata dan
berlaku secara terus terang saja, Corrie! Sebagai lakumu selama ini bagaikan jinak-jinak burung merpati
Hanafi bersungut sambil membuka sehelai surat kabar, yang terletak di atas meja seolah-olah hendak
membaca, Corrie meraba tangannya yang sedang menggenggam surat kabar, itu dan dengan senyum yang amat
manis. Bahwa sesungguhnya Corrie Du Bussee yang amat molek parasnya pada hari itu luar biasa dari
pemandangan. Beberapa helai rambut itu keluarlah juga dari genggaman tangguk sutera, hingga berjurai-jurai pada
pipi dan batang lehernya yang sangat permai itu. Maka segala keindahan itu disertai dengn tingkah laku simpul.
Corrie meraba tangannya itu, di cium punggung tangan si gadis itu . Sebagai di sengat kalajengking
demmikian cepat Corrie merentakkan tangannya dari genggaman Hanafi; dan dengan semyum yang amat manis ia
membuang arah ke tampat permainan tennis.
Karena kelihatan olehnyaTuan dan Nyonya Brom administrator Afdelingsbank, bersama-sama datang menuju
ketempat bermain tennis. Sementara itu Corri dan Hanafi sudah berjabatan tangan dengan kedua suamiistri itu.
Nyonya Brom bertanya sambil bersenda. He, Corrie burung gereja atau burung cendrawasih engkau?
Burung garuda, Nyonya? berung garuda belum tentu du dunia ini, Corrie! jika kalau sekiranya ia ada sudah
tentu sebagai kami manusia biasa saja, Tuan Hanafi, saya, dan kawan-kawan kita yang banyak tak akan dapat
mencapainya. Belum tentu Tuan. Sementara itu telah kelihatan kawan-kawan mereka datang berpasang-pasang.
Corrie terpaksa mesti main berkawan dengan Hanafi. Ia bermain berlawan dengan Hanafi-demikian ia
meneruskan keterangannya yang di lahirkan dengan senyum, sambil mengedip-ngedipkan mata-selama-lamanya
tentu tak akan dapat ia belajar, sebab Hanafi selalu memberikan bal semudah-mudahnya saja di tangkis oleh Corrie
tiap habis bermain tennis biasanya Hanafi mengantarkan Corrie sampai ke rumahnya Hanafi berjabatan tangan
dengan Corrie di mika tangga rumah Tuan Du Busse.Sementara itu darah Hanafi tidaklah senang. Yakinlah ia, bahwa
Corrie sungguh-sungguh membalas percintaanya
Sekarang keputusanya! demikianlah ia berkata dalam hatinya. Jika tidak sekarang,tak mungkin lagi !
Maka sebelum berpaling hendak bercerai, berkatalah ia kepada gadis itu, Pakansimu tinggal lima hari lagi ,Cor!
Sampai sekarang belumlah engkau melihat gambar-gambar yang kubuat.Sukakah engkau datang sendiri petang esok
pukul lima ke rumahku? Dan ada lagi yamg hendak kuceritakan.
Corrie! kata Hanafi pula sambil meraba tangannya, Apakah hinanya datang ke rumahku?
Baiklah, Hanafi, aku hendak datang dengan Aminah.

Tidak,Corrie.Seorang diri engkau kerumahku .


Seisi solok sudah melihat kita seiring, mulai dari zaman bercelana monyet dan aku bercelana katok. Lima
hari lagi engkau akan mendiami kota ini,setiap hari kita duduk bersama-sama di dalam kebun saja-apakah salahnya
bergaya sekali ini beranda muka rumahku? Dan aku tidak tinggal membujang melainkan beserta ibuku. Esok sore
pukul lima, he,Cor?
Ya, baiklah! Sahut Corrie dalam mimpi Janganlah lupa, kita ada di jalan besar,-belum sampai ke sana,
Tuan! Petang esok, pukul lima Cor!

TUGAS BAHASA INDONESIA


MEMBUAT SINOPSIS NOVEL
JUDUL: SALAH ASUHAN

DISUSUN OLEH:
KELAS VIII G

1.
2.
3.
4.

Marlina Adrianti
Nur Aini
Rini
Ulin Nur Kholifah

(20)
(26)
(29)
(35)

SMP NEGERI 1 KRADENAN

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Anda mungkin juga menyukai