Anda di halaman 1dari 6

Tema

Menceritakan dua orang anak raja yang sangat lekat dengan kebudayaan daerah nya, Masuklah
modernisasi yang awalnya mengganggu kehidupan mereka, akan tetapi seiring berjalannya waktu
mereka bisa menerima lalu menggabungkan kebudayaan mereka dengan modernisasi tersebut.

Draft 1 Naskah Drama Musikal

Pada zaman dahulu di sebuah kerajaan terdapat dua anak raja yang akrab disapa Nanang dan Galuh.
Mereka memiliki seorang sahabat masa kecil yang sangat dekat sekali bahkan sudah mereka anggap
seperti saudara sendiri. Namun, pada suatu hari, sahabat mereka ini memutuskan untuk pergi ke luar
negeri mengikuti orang tuanya untuk menuntut ilmu. Perasaan sedih dan kehilangan bercampur aduk
mereka rasakan satu sama lain

Seiring berjalannya waktu, tahun demi tahun, Nanang dan Galuh mulai melupakan kesedihan atas
kepergian sahabatnya. Nanang dan Galuh hidup dengan rukun dan bahagia diselimuti budaya dan tradisi
daerahnya yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka.

Sedangkan ditempat nan jauh disana, sahabat Nanang dan Galuh juga sangat bahagia akan budaya
yang baru dia terima dari negeri yang jauh dari tempat tinggal sebelum nya. Ia berkeinginan untuk
memperkenalkan budaya baru yang dengan harapan dapat membuat Nanang dan Galuh senang. Hingga
akhirnya ia menyelesaikan pendidikannya dan memutuskan untuk kembali pulang. Ia sangat bahagia dan
sangat antusias untuk dapat bertemu dengan Nanang dan Galuh untuk memperkenalkan budaya baru
yang ia dapat dari tempat sebelumnya.

Suatu hari, terdengarlah kabar kedatangan sahabatnya ini oleh Nanang dan Galuh. Mendengar kabar jika
sahabat masa kecilnya akan tiba di kampung halamannya pada hari ini, Nanang dan Galuh sangat
senang serta antusias untuk menyambut sahabat nya, ia berniat menyiapkan sambutan persembahan
adat untuk kedatangan sahabatnya. Hal ini ia lakukan sebagai rasa syukur atas kedatangan sahabat
kecilnya. Tibalah waktu dimana mereka akan bertemu, akan tetapi raut wajah Nanang Galuh terlihat tidak
senang.Terdapat sebuah kejanggalan di hati Nanang dan Galuh. Ia melihat banyak sekali perubahan
yang terjadi pada sahabatnya, seperti cara berpakaian, sikap, serta bahasa yang ia gunakan sudah tidak
sesuai dengan tradisi kebudayaan daerah.

Suara itu mendekat, raut wajah Nanang dan Galuh tampak heran dan kebingungan. Mereka tampak tak
mengenali sahabat mereka sendiri, dari tampilannya saja sudah membuat Nanang dan Galuh risih.
Karena tampak sangat tidak sesuai dengan adat dan budaya yang ada. Sahabat nya pun menyapa,
nanang.. Galuh.. Hai ini aku sahabat mu! Kenapa raut wajah kalian seperti itu? Apakah kalian tidak
mengenaliku?

Nanang dan Galuh terdiam setelah melihat sahabat nya yang sangat berubah. Lalu mereka bertanya
“pakaian apa itu? Aku tidak senang dengan pakaian itu terlalu terbuka dan tampak tidak sopan”

Sahabat nya menjawab ini pakaian sehari hari aku disana, sangat nyaman untuk dipakai daripada
menggunakan pakaian seperti mu. Itu sangat tidak nyaman untuk dipakai.
Nanang dan Galuh merasa geram akan perkataan sahabat nya, dan memutuskan untuk pergi
meninggalkan nya. Sahabat nya pun bertanya “nang.. Luh.. Aku salah apa?

“Lihat saja pakaianmu saja sudah tidak sama dengan kami, itu bukan adat dan budaya kami”
kebahagiaan itu berubah menjadi perseteruan diantara mereka.

Beberapa hari Nanang dan Galuh memikirkan kondisi sahabatnya ini. Mereka dilema, mengapa sahabat
masa kecilnya yang amat dicintainya kini telah berubah menjadi seperti sekarang. Mereka menerima
kehadiran sahabat mereka, tetapi mereka tidak yakin dan khawatir budaya baru yang datang dibawa oleh
sahabatnya membawa pengaruh buruk untuk masyarakat disini. Mereka amat sangat mencintai adat
istiadat dan budaya mereka.

Keesokannya sahabat kecilnya mendatangi Nanang dan Galuh untuk meminta izin menampilkan
modernisasi, mereka merasa bahwa budaya ini juga harus mereka bawakan untuk seluruh warga desa.
Nanang dan Galuh awalnya merasa takut jika seluruh warga desa tidak dapat menerima pertunjukan
tersebut. Tetapi akhirnya, dengan pertimbangan yang lama, Nanang dan Galuh akhirnya memutuskan
memberikan kesempatan kepada sahabat kecil nya untuk memperlihatkan modernisasi yang ia pelajari di
negara luar. Setelah mendengar pertimbangan dan persetujuan dari Nanang dan Galuh, malam itu
sahabat kecil Nanang dan Galuh dan teman-temannya berlatih di balai desa dengan musik yang keras.

Suara yang tak biasa itu mencuri perhatian salah seorang warga desa dari balai desa. Dia mengintip dan
melihat ketika sahabat Nanang Galuh latihan. Ia heran, mengapa suara keras ini didendangkan malam ini,
ia menganggap jika hal tersebut bukan lah budaya mereka dan melanggar tradisi dan juga adat setempat.
Warga tersebut akhirnya mengajak warga lain untuk berbondong-bondong menghentikan kegiatan
dimalam itu.

Nanang dan Galuh yang mendengar berita penggerebekan tersebut merasa cemas akan hal ini. Mereka
tidak mau ada keributan besar ditempat ini. Akhirnya Nanang dan Galuh mendatangi balai desa, ia
memutuskan untuk membubarkan perseteruan itu dengan membubarkan semua warga desa.

Beberapa hari Nanang Galuh memikirkan bagaimana perseteruan ini dapat berakhir. Ia tidak mau ada
perseteruan di desa ini. Akhirnya, setelah proses panjang yang mereka lakukan, Nanang dan Galuh
berniat untuk mengadakan negosiasi. Negosiasi ini mereka lakukan dengan niat untuk saling
memperkenalkan kedua budaya. Nanang dan Galuh yakin, pertemuan ini adalah jalan yang benar untuk
mereka tempuh.

Hari yang ditunggu pun tiba, semua orang hadir disana. Mulai dari Nanang dan Galuh, warga desa, dan
sahabat Nanang dan Galuh. Jalannya negosiasi berjalan cukup alot. Warga desa masih sepertinya cukup
menentang kehadiran budaya baru ini. Dan dilain sisi, sahabat Nanang dan Galuh juga masih dengan
pendiriannya bahwa budaya yang mereka bawa itu adalah hal yang keren. Konflik semakin memanas,
hingga terjadilah adu budaya dan tradisi antar keduanya. Masing-masing dari mereka membawakan adat
dan budayanya. Warga desa dengan adat istiadat budaya daerahnya, dan sahabat nanang galuh dengan
budaya modernnya. Keduanya saling beradu. Akan tetapi, ternyata rasa takjub menyelimuti kedua belah
pihak. Warga desa dibuat kagum dengan penampilan yang dibawakan sahabat Nanang dan Galuh. Dan
dilain sisi, sahabat Nanang dan Galuh juga dibuat kagum dengan adat dan budayanya yang dulu ia
tinggalkan.

Melihat keadaan tersebut, muncul ide brilian dari Nanang dan Galuh. Keduanya menyadari, bahwa kedua
budaya ini tidaklah salah. Kedua budaya ini hadir sebagai bentuk ciri khas dari masing-masing budaya.
Akhirnya, dengan keyakinan hati, Nanang dan Galuh memutuskan untuk mengkolaborasikan kedua tradisi
tersebut, rasa takjub dan berbinar dirasakan semua orang, semua orang bersuka cita pada malam itu.
Pengembangan Naskah:

1. Muhammad Shohih Abror (19)

2. Ahmad Nashihul Anwar (97)

3. Ragiel Pangestu (15)

4. Biru Luna Ababil (45)

5. Supyan Rahman (29)

Bakat Lain:

1. Caca: speech, public speaking

2. Disya: storytelling kmrn tu

3. Supyan: public speaking

4. Nabil:

5. Nashih: kuntau

6. Rifdah : puisi (merangkap public speaking / storytelling)

Tari:

1. Daffa

2. Hafiz

3. Dede

4. Intan

5. Zulfa

6. Rizky
7. Henny

Peran:

1. Daffa

2. Hafiz

3. Hasni

4. Tami

5. Dede

6. Supyan

7. Tegar

8. Aab

9. Aliya

10. Nashih

11. Farah

12. Intan

13. Izlal

14. Adit

15. Biru

16. Deva

17. Reza

18. Tata

Nyanyi:

1. Tegar

2. Farah

3. Irai

Anda mungkin juga menyukai