Anda di halaman 1dari 7

Cerita Singkat 40 Hari

Desa Bayung
“Setiap pertemuan ada masanya akan berpisah,setiap berpisah
hanya kenangan yang ditinggalkan”
`Fakhri Fadhila (20531058)`

Kuliah Kerja Nyata, atau yang lebih


dikenal dengan sebutan KKN merupakan suatu
kegiatan praktek pengalaman lapangan yang
langsung terjun kedalam dunia masyarakat.
Kegiatan tersebut mengharuskan para mahasiswa
mengenali langsung kegiatan serta hal-hal apa saja
yang terjadi didalam kehidupan bermasyarakat,
serta memberikan pengalaman serta pelajaran yang
baru bagi para mahasiswa.

Tak terkecuali pria yang selenggekan dan


absurd ini. Sebut saja Fakhri namanya. Ia memiliki
nama lengkap Fakhri Fadhila yang berasal dari
Fakultas Tarbiyah dengan jurusan Pendidikan
Agama Islam

Hari ini, 10 Juli 2023 Ia menginjakan


kakinya kedalam rumah tua yang usang nan
berantakan. Yang kelak dijadikan sebagai tempat
tinggalnya beserta teman-teman kelompok KKN
nya.
Ia menarik nafas panjang seraya menatap
sekeliling. “Siap mengukir kisah baru?” ucapnya
dalam hati. Lalu bergegas memersihkan rumah
tersebut bersama teman-temannya.

Mereka menyapu rumah, mengepel dan


membuang sampah yang lumayan cukup banyak,
entah sudah berapa tahun rumah ini tak
berpenghuni, sehingga perlu memakan waktu yang
cukup lama hanya untuk membersihkan rumah tua
yang berukuran tak terlalu besar ini. Namun
dengan senyuman dan canda tawa akhirnya
mereka berhasil membersihkan rumah serta
menata perabotan-perabotan yang mereka bawa
untuk tinggal dirumah ini selama 40 hari kedepan.

Setelah bersih-bersih rumah, mereka pun


memutuskan untuk makan bersama karena perut
sudah mulai meminta jatahnya.Dari sinilah kisah
kekeluargaan di antara merekapun dimulai.

Kelompok 89 yang terdiri dari 10 orang


yaitu: Fakhri,Adji, Hanif, Winar, Tia, Rahma, Titin,
Destri, Nadia dan Titik. Mereka ber-10 telah siap
untuk memulai kisah baru di desa yang tak mereka
kenal, Desa Asri yang memiliki ratusan potensi
namun juga tak memiliki koneksi yang membuat
mereka ber-10 kesusahan diawal KKN mereka.

“Cari sinyal yukk!” kata tersebut telah


menjadi kewajiban mereka di tiap harinya, entah
itu pagi, sore ataupun malam. Di awal KKN terasa
begitu berat bagi mereka, karena masih asing
dengan warga sekitar ditambah tak adanya
jaringan internet sehingga semakin menambah
kejenuhan mereka. Hingga akhirnya mereka pun
sepakat untuk memulai menjalankan program
kerja serta mencari kegiatan harian demi mengisi
kekosongan serta kegabutan akibat tak adanya
jaringan.

Setelah melakukan berbagai aktivitas mulai


dari mengajar PAUD, mengajar Ngaji, Bimbel
anak-anak, berbaur dengan masyarakat, dan lain
sebagainya. Akhirnya mereka benar-benar
menemukan makna dari Kuliah Kerja Nyata, dan
mereka pun mulai dengan serius menjalankan
program kerja mereka baik itu program kerja
kelompok maupun program kerja indidividu,
walaupun kerja kebut semalam.

Seiring berjalanya waktu, mereka pun


mulai akrab dengan warga sekitar, terutama para
pemuda di desa tersebut, yang mana disetiap
malamnya selalu berkujung dan bermain bersama.
Hingga mereka pun menjalin tali persaudaraan.

Tak ada lagi kata asing, tak ada lagi kata


malu, mereka semua berbaur layaknya saudara,
begitupun dengan ibu-ibu dan bapak-bapak disana
yang telah mereka anggap layaknya ibu bapak
kandung mereka dirumah.

***
Mayoritas Masyarakat desa tersebut
bekerja sebagai petani, dengan hasil Tani yaitu
kopi, lada,karet, kemiri dan padi. Selain itu didesa
tersebut juga memiliki potensi alam yang berupa
Hutan Pinus, Air terjun serta Danau.

Hari demi hari pun berlalu, kegiatan


harian, mingguan bahkan bulanan pun telah
mereka jalankan. Terutama program kerja mereka,
yaitu membuat video profil desa serta membuat
pojok baca di Balai desa.

Ada banyak cerita yang mereka temui,


serta ada banyak kisah yang akan mereka ukir di
dalam ingatan mereka. Kisah sedih, haru,bahagia,
menyenangkan bahkan menyebalkan.

Terkhususnya pria tengil itu yang kini


duduk sendirian sembari menatap langit dari sang
malam. “akankah aku beranjak dari desa ini? Lalu
dapatkah aku kembali lagi kesini? Begitu banyak kisah
yang telah terukir di desa ini, begitu banyak cerita yang
telah tergambar dari desa ini...” monolognya, hingga
tak terasa cairan bening itu pun akhirnya lolos
terjatuh membasahi kedua pipi nya.

Ia menarik nafas panjang sembari


menghapus jejak air matanya, lalu berjalan
menghampiri teman- temanya yang sedang duduk
melingkari api unggun yang berkobar sembari
bernyanyi untuk merayakan malam terakhir di
desa ini. Merekapun bernyanyi bersama dan
bercanda ria, hingga tepat pada tengah
malam,mereka mengadakan acara bakar-bakar dan
makan bersama.

Begitu banyak kebaikan warga sekitar yang


diberikan pada mereka, baik itu kepedulian,
wejengan, nasihat, dan lain sebagainya. Hingga
mereka pun bingung mau membalas dengan apa
sebagai ucapan terimakasih atas kepedulian yang
telah diberikan warga sekitar terhadap mereka.

Hingga akhirnya mereka pun memutuskan


untuk memberikan hadiah kecil yang dijadikan
sebagai kenang-kenangan untuk warga sekitar. Di
hari pemberian hadiah itulah tangis haru pun
pecah diantara mereka.

Semua orang meneteskan air mata, semua


orang berpelukan dan bermaaf-maafan. Hari
tersebut menjadi hari yang sangat memilukan,
bukan karena duka akibat meninggalnya orang-
orang, melainkan duka karena nantinya akan
berpisah dengan orang-orang yang telah mereka
anggap sebagai keluarga mereka sendiri.
***
Layaknya siang yang berganti dengan malam,
begitu pula pertemuan yang berganti dengan
perpisahan.

Namun perpisahan bukanlah akhir dari cerita.


Selama masih berada dibawah langit yang sama, kita
masih bisa bersama tuk menyinari dunia.

Visi kita memang berbeda namun tekat kita


tetap akan sama.

Tertanda,

Fakhri Fadhila

Layaknya siang yang berganti dengan malam,


begitu pula pertemuan yang berganti dengan
perpisahan.

Namun perpisahan bukanlah akhir dari cerita.


Selama masih berada dibawah langit yang sama, kita
masih bisa bersama tuk menyinari dunia.

Visi kita memang berbeda namun tekat kita


tetap akan sama.
Tertanda,

Fakhri Fadhila

Anda mungkin juga menyukai