Anda di halaman 1dari 148

Judul Buku : NUANSA (28 KISAH DALAM SATU PERISTIWA)

Penulis : MAHASISWA KKN DESA NGORAN 2019


Cover : SFG Developer
Editor : Muhammad Shodiq Wahyudi
Layout : SFG Developer
Penerbit : Ngoran Pustaka
Ditributor : Perpustakaan Siti Fatimah

Hak cipta tidak dilindungi undang-undang. Diperbolehkan memperbanyak


buku ini sebagian atau seluruhnya, dalam bentuk dan dengan cara apa pun
juga, baik secara mekanis maupun elektronis, termasuk fotokopi,
rekaman, dan lain-lain tanpa izin tertulis dari penerbit

©2019
Untuk kalian yang sedang merindukan
Ngoran
Hujan masih air dan dia masih milik orang lain.
Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT,


dzat yang Maha Membolak-balikkan Hati dan dzat yang
Maha Romantis yang telah memberi penyusun keluarga
baru di Desa Ngoran yang amat penuh kasih sayang
dan kerinduan. Sholawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
Rosul Pemberi Syafaat fi yaumul qiyamah nanti.
Kami segenap keluarga KKN IAIN Tulungagung
desa Ngoran 2019 mengucapkan terima kasih buat
kalian yang telah menyempatkan waktu untuk
membaca celotehan-celotehan yang ada disini.
Buku ini sebagian besar menceritakan kegiatan
kami selama 35 hari di desa Ngoran. Namun ada
sebagian yang ceritanya flat, aneh, menggelitik dan
bahkan ada cerita-cerita menarik yang sulit
dibayangkan.
Kami sadar bahwa karya sederhana ini jauh dari
kata sempurna sehingga kami menerima kritik dan saran
dari kalian demi perbaikan buku ini di kemudian hari.

Tulungagung, 25 Februari 2019

Penyusun
Daftar Isi
Katalog ..................................................... i
Halaman Persembahan .................................. ii
Halaman Motivasi ........................................ iii
Kata Pengantar .......................................... iv
Daftar Isi .................................................. v
1. Rinduku Tertinggal di Desa Ngoran Tercinta ...... 1
2. Di Rumah Sederhana Yang Penuh Kenangan ...... 5
3. Sejuta Warna Di Langit Desa Ngoran ............... 11
4. Nyiur Melambai Di Ngoran Yang Nyaman ......... 15
5. The Second Mom In The Sugar’s Village ........... 20
6. Tinta Rinduku Tertinggal Sebelum Tertulis ....... 24
7. Desa Seribu Kelapa ...................................... 28
8. Kibasan Rambut Tetangga Sebelah .................. 31
9. 35 Hari Bersama Keluarga Baru ...................... 34
10. Merantauku di Desa Ngoran Kecamatan Nglegok
Kabupaten Blitar ......................................... 38
11. Lambaian Seribu Kelapa ................................ 42
12. Berpuluh Hari Di Desa Ngoran ........................ 46
13. Sebuah Kata untuk KKN, Pengorbanan ............ 50
14. Pahit Manisnya Kehidupan Di Desa Ngoran ....... 55
15. Si Desa Manis Gula Kelapa ............................ 58
16. Potret Mata Ala Ngolah Pikiran (Ngoran) ........ 62
17. Pohon Kelapa Andil Kehidupan Masyarakat
Ngoran ...................................................... 69
18. Bersama di Beribu Pohon Kelapa Desa Ngoran ... 74
19. Sementara Waktu Di Tempat Yang Katanya
Banyak Cinlok.............................................. 78
20 Menara Nafkah Di Negeri Lentera ................... 82
21 Kehidupan Di Desa Surga Seni Dan Kelapa ........ 86
22 Sepenggal Cerita Bersama Ngoran.................... 91
23 Ku Lukis Pesan Damai Untuk Desa Yang Penuh
Keharmonisan.............................................. 96
24 Desa Tak Tembus Matahari ........................... 101
25 Eloknya Lambaian Janur Di Desa Penghasil
Gula Merah ................................................ 108
26 Ngoran Punya Cerita .................................... 112
27 Senja Merah Di Sorenya Ngoran ..................... 116
28 Ngoran Desa Manis Habitat Gula dan Semut..... 120
Harmoni
Sampai Jumpa
Ucapan Terimakasih
Ngoran Dalam Kenangan
Rinduku Tertinggal
di Desa Ngoran
Tercinta
Oleh: Adam Ababil
Desa Ngoran merupakan salah satu Desa yang berada
di Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Secara garis besar
Desa Ngoran memiliki banyak potensi untuk menjadi Desa
yang makmur dan sejahtera. Selain memiliki tanah yang
subur, sumber daya manusia yang baik, pemerintahan Desa
yang sehat dan kondusif, Desa Ngoran memiliki potensi
dalam bidang perkebunan. yaitu perkebunan kelapa. Pohon
kelapa di Desa Ngoran berjumlah cukup besar. Para warga
memanfaatkan pohon kelapa untuk di ambil air nira (legen)
yang diolah menjadi gula merah atau gula kelapa. Hampir
setiap rumah memproduksi gula kelapa. Selain gula kelapa
dibentuk seperti batok kelapa, ada varian bentuk lain yang
dibuat oleh kelompok ibu-ibu petani yaitu berupa bubuk
gula kelapa, yang sering disebut gula semut.
Masyarakat Desa Ngoran bisa dikatakan adalah
masyarakat yang tanggap dengan perubahan dan kemajuan,
tak terkecuali dalam bidang industri. Hal ini dibuktikan
dengan pemasaran gendang yang sudah mencapai tingkat
internasional. Para warga Desa Ngoran banyak yang
memproduksi gendang, yang merupakan permintaan dari
konsumen luar negeri. Selain hal itu dapat dibuktikan
dengan teknologi dan informasi, para warga desa ngoran
sebagian lebih telah memiliki akses terhadap ponsel pintar.
Pada tanggal 11 januari aku mengawali berangkat ke
desa ngoran yang tak tau persis tempatnya aku membawa
barang barangku yang amat banyak dengan menggunakan
sepedah motorku. Aku sangat asing dengan desa ngoran
walapun tempat kota kelahiranku berdekatan dengan kota
di dalam desa ngoran. Setibanya di ngoran hatiku tak karuan
menyesuaikan diri dengan berbagai macam dari latar belakang
jurusan yang berbeda.
Waktu terus bergulir. Hari demi hari kami lewati
dengan berbagai kegiatan. Mulai dari mengajar di PAUD,
TK, SD, TPQ, membantu kegiatan-kegiatan pemerintahan
desa seperti posyandu balita, posyandu lansia, sosialisasi Ibu
hamil, pemantauan jentik-jentik, pembagian abate, kerja
bakti antar RT hingga kegiatan masyarakat yang bersifat
agamis seperti Yasinan, Tahlilan, Istighosahan, Diba’an dan
Khataman Al-Qur’an. Kami benarbenar merasakan sambutan
hangat dari setiap masyarakatnya. Nuansa keramahan di
desa ini benar-benar masih kental. Tak sedikit dari kami
yang merasa iri dengan desa ini.
Suatu hari aku bersama temanku mengajar di TK
ALHIDAYAH 1 kutemui siswa-siswi yang amat kecil imut
inginku bawa pulang setelah kkn karna saking imutnya aku
tak bisa menahan rindu setiap aku tak mengajar di TK aku
baru mengerti untuk mengajar anak kecil tak mundah
seperti memberi tahu anak dewasa . aku harus ekstra pelan
sabar dan iklas untuk memberikan transfer ilmu pada
asiswa-siswiku terkecil di desa ngoran ini.
Selain rutinitas keseharian kami juga mengadakan
“Pekan Ceria Ngoran”kami pun mengumumkan di berbagai
sudut ngoran dengan menggunakan pic up yang berisi suara
ajakan untuk mengikuti lomba lomba di kegiatan ini aku pun
sangat senang berkeliling di berbagai sudut di desa ngoran
walapun aku harus membuntuti di belakang pic up dengan
menaiki sepedah bersama kurcil-kurcinya ngoran rasa
kebersamman kami dengan penguin ngoran kecil ini tercipta.
yang terdiri dari lomba adzan, mewarnai kaligrafi, makan
kerupuk, balap karung helm.
Hiruk pikuk anak-anak desa ngoran bak suasana bulan
Agustus. Ceria dan penuh cerita bahagia. Bukan hanya anak
anak kecil saja yang ikiut pecan tersebut aku pun ikut
bermain sepok bola api sebelum itu karna aku sebagai sei
perlengkapan aku merasakan sekali gimna susahnya
membentuk bola yang ku mainkan ini dan harus mencari
minyak gas untuk merendam bola ku kelilingi desa desa yang
ada di kecamataan nglegok untuk ku temukan minya gas
untuk merendam bola yang terbuat dari kelapa ini. Aku
bermain bersama teman se posko menjadi satu tim dan
melawan dari pemuda ngoran bukan apa apa tim kami
memenangkan pertandingan bola api antar pemuda ngoran
ini rasa panas di kaki seketika tak tersa karna hangatnya
kebersamaan mengalahkannya.
Selain kegiatan pekan ceria ngoran kami juga
mengadakan pelatihan bisnis online kami mengundang warga
sekitar ibu-ibu PKK. Kami mendatangkan Narasumber yang
sangat handal yang ahli pada bidang online. Walapun di
sesampainya acara pelatihan bisnis online warga yang datang
tak seperkiraan kami. Tapi kami senang sekali dapat
terselenggarannya pelatihan ini. Seiring dengan berjalannya
waktu hari demi hari yang ku lewati di desa ngoran tiba
pada tanggal 13 februari rasanya ingin ku kembali pada bulan
januari karna kutemukan banyak pelajaran hidup dalam
program-program KKN Ngoran 2019 ini aku tak kuasa
hatiku tak karuan.
saat tiba tanggal 13 februari ini yang harus menutup
semua rutinitas kesharian selama berada didesa ngoran.
dengan tiga rangkaian acara yaitu pemotongan tumpeng
pada pagi hari, pentas seni di sore hari dan pengajian akbar
di malam hari. Suasana haru benar-benar menusuk di setiap
pori-pori hati kami. Air mata tak terbendung dikala kami
harus berpisah dengan desa ini. 35 hari bersama ngoran
kurang rasanya bagiku yang terlanjur memberi kenyamanan
disetiap harinya ngoran desa di kecamatan nglegok berhasil
menyetuh hati yang dulunya tak mengerti arti sebuah
kenyamanan yang sesungguhnya tercipta dengan berbagai
kegiatan di setiap harinya jika bisa kuputar waktu seperti
ku memutar oreo akan kuputar agar kehangatan
kebersamaan tak kan pernah pergi.

Selesai
Di Rumah
Sederhana Yang
Penuh Kenangan
Oleh: Ahmad Baihaki
Malam sebelum pemberangkatan kegiatan KKN
(Kuliah Kerja Nyata) aku merasa bingung dan gugup
seketika. Aku merasa bingung dan gugup bukan soal desa
yang akan aku tempati, tetapi aku bingung dan gugup
karena sesuatu apa yang harus aku lakukan ketika aku sedang
berada di desa tersebut. Untuk menghindari perasaan
tersebut, sebelum pemberangkatan kegiatan kuliah kerja
nyata aku melakukan kegiatan yang menurutku bisa untuk
menghindari rasa bingung dan gugup tersebut. Yaitu dengan
refreshing jalan-jalan di beberapa daerah tempat tinggal ku,
yaitu di Kabupaten Tulungagung. Mengingat di daerah
Tulungagung ada banyak tempat wisata, aku meluangkan
waktu sejenak untuk mencari hiburan yaitu pergi ke Waduk
Wonorejo dan Pantai Gemah. Dengan tujuan agar aku lebih
percaya diri dan menghilangkan rasa bingung dan gugup
dalam melakukan kegiatan kuliah kerja nyata di desa yang
akan aku tempati selama 35 hari kedepan.
Kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) ini
diselenggarakan oleh LP2M (Lembaga Penelitian Dan
Pengabdian Kepada Masyarakat) Institut Agama Islam
Negeri Tulungagung yang merupakan bentuk pengabdian kita
terhadap masyarakat.
Dalam Kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata)
Pemberdayaan Masyarakat Multisektoral Berbasis Potensi
Lokal yang diselenggarakan oleh pihak LP2M Institut Agama
Islam Negeri Tulungagung sebagai respon terhadap
perkembangan lembaga yang peduli pembangunan
masyarakat, kemandirian keluarga dan pemberdayaan desa
dengan jangkauan yang lebih luas. Kuliah Kerja Nyata atau
sering disebut dengan KKN merupakan suatu bentuk
pengabdian kita kepada masyarakat. Pada kegiatan kuliah
kerja nyata ini aku berada di posko 1 atau bisa dijadikan
sebagai posko utama yang berada di Desa Ngoran Kecamatan
Nglegok Kabupaten Blitar. Potensi utama di Desa Ngoran
ini adalah air nira kelapa dan kelapa sebagai penghasilan
utamanya.
Kamis pagi sebelum pemberangkatan tepatnya
tanggal 10 Januari 2019 aku bergegas untuk memilih
pakaian dan alat-alat yang aku perlukan selama kegiatan
kuliah kerja nyata berlangsung. Sebelumnya aku bingung
barang apa yang harus aku bawa untuk keperluan selama
aku berada dalam desa Ngoran tersebut yang akan aku
tempati selama 35 hari kedepan. Tepat pukul 08:00 WIB
pagi barang yang akan aku bawa untuk keperluan kegiatan
kuliah kerja nyata langsung aku kumpulkan ke salah satu
kos-kosan salah satu teman kelompok ku dalam kegiatan
tersebut. Yaitu Amalinah, yang tempatnya berada di
sebelah timur kampus (Institut Agama Islam Negeri) IAIN
Tulungagung atau dekatnya jasa print yaitu Arif Print.
Barang yang akan aku bawa saya titipkan disitu dengan
barang-barang teman ku yang lainnya yang kemudian akan
diakut dengan mobil pick up nantinya kalau barang temanku
yang lainnya sudah terkumpul semuanya dan siap untuk
diantar ke posko.
Tepat pukul 14:00 WIB barang-barang taman yang
akan di antar ke posko sudah terkumpul semuanya. Dan
kurang lebih 15 menit mobil pick up yang akan mengangkut
barang-barang tersebut sudah sampai di posko salah satu
dari teman kami yaitu Amalinah. Aku dan teman-temanku
segera bergegas untuk meletakkan barang-barang tersebut
ke mobil pick up tersebut. Yang kemudian akan diantar ke
posko kami yaitu tepatnya di desa Ngoran Kecamatan
Nglegok Kabupaten Blitar. Sekiranya barang-barang yang
akan diantar ke posko sudah terkumpul semuanya di
3 mobil pick up. Maka barang-barang tersebut langsung di
antar ke posko utama yaitu sekitar pukul 14:45 barang
tersebut dihantarkan.
Di tengah-tengah perjalanan tibatiba saja hujan dan
beruntung nya pak sopir pick up tersebut membawa
penutup untuk menutupi barang bawaan kami yang
kehujanan di jalan. Aku dan dua temanku yang lain mengikuti
dibelakang mobil pick up untuk mengiringi perjalanan menuju
ke posko. Ditengah-tengah perjalanan kami kehujanan dan
berteduh di salah satu masjid yang berada di Desa Ngoran
tersebut. Karena sudah masuk waktu shalat ashar aku dan
temanku bergegas untuk shalat berjamaah. Aku dan
temanku tiba di posko sekitar pukul 16:15 WIB dan
alhamdulilah barang-barang bawaannya selamat sampai
tujuan meskipun ada kendala sedikit di tengah perjalanan.
Sampai di posko aku dan temantemanku bergegas untuk
menurunkan barang-barang tersebut. Kebanyakan
temantemanku membawa koper untuk tempat pakaian ganti
selama dalam masa kegiatan kuliah kerja nyata. Dalam
menurunkan barang-barang bawaan untuk keperluan kuliah
kerja nyata kami dibantu juga oleh pemilik rumah posko 1
atau dijadikan sebagai posko utama yaitu yang bernama
mbak Feni. Beliau senang dan bahagia dengan kedatangan
kami selama ada kegiatan kuliah kerja nyata ini, karena
rumahnya ada yang menempati, kata beliau dalam
berbincang-bincang.
Dalam kegiatan kuliah kerja nyata ini banyak
pengalaman yang dapat saya peroleh yaitu dari teman baru,
dimana dalam kegiatan kuliah kerja nyata belum kenal
menjadi kenal. Tempat posko yang banyak kenangan dan
keluarga baru warga sekitar serta pengalaman tentang hidup
mandiri yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Dalam
kegiatan KKN ini aku banyak memperoleh pengalaman dan
ilmu pengetahuan yang sebelumnya belum aku rasakan.
Dengan kegiatan kuliah kerja nyata ini mengajarkan
bagaimana kita bisa hidup dengan masyarakat dan saling
membaur dengan teman dan tetangga yang ada di desa yang
aku tempati. Aku senang sekali bisa mengikuti kegiatan
kuliah kerja nyata ini, karena kegiatan ini menambah
wawasan dan pengetahuan yang belum pernah ada di bangku
perkuliahan. Dengan kegiatan kuliah kerja nyata aku bisa
merasakan langsung dan melakukan kegiatan kuliah kerja
nyata di lapangan dengan rasa senang.
Meskipun dalam kegiatan KKN ini banyak kendala
yang aku hadapi, aku akan tetap melakukannya dengan ikhlas
dan sabar. Semisal posko yang penuh misteri, air yang
kadang ada kadang juga tidak ada, makan seadanya dan
sebagainya. Semua itu aku lakukan demi mencapai sebuah
cita-cita yang akan aku capai dimasa yang akan datang kelak.
Adanya kendala-kendala tersebut bisa terkubur dengan
kedatangan teman baru dimana dalam posko kita bisa
melakukan canda tawa. Adik-adik SD dan PAUD yang dapat
menghiburku dikala waktu yang menyedihkan, serta warga
Desa Ngoran yang memberikan suatu dukungan dan nasihat
serta semangat untuk menggapai sebuah cita-cita. Dalam
kegiatan kuliah kerja nyata ini aku tahu bagaimana caranya
membuat gula semut dari nira air kelapa serta proses
pembuatan kendang yang merupakan suatu usaha utama
yang ada di Desa Ngoran tersebut.
Dalam kegiatan KKN ini ada beberapa divisi salah
satunya adalah divisi ekonomi. Dalam divisi ekonomi program
utamanya adalah pembuatan gula semut, pembuatan
kendang, dan pelatihan bisnis online bersama pemuda dan
pemudi di Desa Ngoran tersebut. Dengan adanya kegiatan
tersebut mendorong agar di Desa Ngoran tersebut dapat
menggunakan potensi yang ada untuk digunakan dengan
semaksimal mungkin dan Desa Ngoran tersebut menjadi desa
yang produktif dan tidak tertinggal dengan desa lain. Dari
KKN di Desa Ngoran ini juga ada devisi pendidikan, devisi
agami, devisi sosial dan sebagainya. Semoga devisi-devisi ini
dapat berjalan dengan baik dan program kerja yang salah
satunya produk olahan dari air nira kelapa yaitu produk gula
semut dari KKN mahasiswa IAIN Tulungagung ini dapat
berkembang dengan pesat. Dan warga dapat melanjutkan
untuk mengolah dan memasarkannya dengan baik yang
merupakan produk unggulan dari Desa Ngoran tersebut.

Ahmad Baihaki Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam


Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam
Negeri Tulungagung Yang Menemukan Banyak Cerita Dan
Pengalaman Dalam Kegiatan KKN Di Desa Ngoran
Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar.

Selesai
Sejuta Warna Di
Langit Desa
Ngoran
Oleh: Amalinah Khoirunadhilah
Malam pembukaan KKN dilaksanakan pada tanggal
15 Januari 2019 tepat pada hari selasa. Pembukaan KKN
dilaksanakan pada malam hari dikarenakan acara tersebut
dilaksanakan secara bersamaan dengan laporan penanggung
jawaban dari pihak desa oleh yang bersangkutan. Kami di
dampingi dengan DPL (Dosen Pembimbing Lapangan) beliau
bernama Bu Dika. Awal bertemu beliau sangat enjoy sekali
sehingga saya sedikit demi sedikit nyaman dengan bimbingan
beliau ketika dilapangan. Alhamdulilah beliau turut ikut seta
mendampingi kami ketika pembukaan KKN pada malam hari.
Hari demi hari aku berkomunikasi dengan warga
sekitar. Ramah, sopan, hingga cara berkomunikasi pun
menggunakan krama inggil. Yah harus memulai dari 0 untuk
belajar bahasa jawa. Sedikit demi sedikit masyarakat sekitar
sangat mendukung proses pengabdian hingga menuntut ilmu
di desa ini. Dengan adanya tangan terbuka kami pun di
undang hingga di ajak kegiatan rutinitas sosial. Seperti
halnya kerja bakti, kegiatan keagamaan (yasinan, diba’an,
manakiban, khataman, hingga pengajian rutin), pemantauan
jentik-jentik, senam, bimbingan belajar, dan mengajar
ekstrakurikuler di sekolah. Memang menyenangkan, akan
tetapi aku harus membagi waktuku untuk kegiatan-kegiatan
tersebut. Karena kesehatanpun sangat penting, kalaupun
itu sampai sakit pasti memperngaruhi segala aktivitas.
Masa pengabdianku saat ini memasuki minggu ke 5.
Semakin hari karakter dan ego mereka mulai bermunculan,
menyampaikan berbagai pendapat selalu saja ada yang tidak
setuju. Wajar, aku anggap sudah biasa karena satu tim kkn
ini terdiri dari beberapa macam fakultas dan jurusan. Maka
dari itu hanya beberapa orang saja yang berpikir secara
kepala dingin. Bu Sumarti dan Pak Khanafi merupakan tuan
rumah posko 2. Bu Sumarti kerap disapa Bu Ti adalah istri
dari Pak Khanafi, beliaulah yang mengijinkan aku dan keenam
teman ku untuk bertempat tinggal sementara di rumah
beliau. Tidak lain tuan rumah tempat tinggal kami, Pak
Khanafi merupakan orang terhormat di RW 02 yaitu
sebagai takmir masjid.
Pak Khanafi beberapa minggu lalu jatuh dari atas
pohon yang tingginya kira – kira 15 meter. Beliau jatuh
bukan karena “Nderes / Ndewan” melainkan mengambil
degan yang mengakibatkan tangan kanannya retak. Bu Ti
yang setia mendampingi beliau untuk merawat dan
mengantar Pak Khanafi berobat. Dimana tempat berobat
Pak Khanafi sangat jauh dari rumah. Pak Khanafi dan Bu
Ti dikaruniai dua anak yaitu anak pertama perempuan dan
anak kedua yaitu laki-laki.
Hari demi hari terlewati, aku diberi kesempatan
untuk berbagai ilmu kepada siswa-siswi di desa ini yaitu
membimbing ekstrakurikuler Bahasa Inggris di SD Ngoran 2.
Awal aku membimbing ekstrakurikuler di sekolah aku diberi
amanat untuk membimbing tiga siswa-siswa. Dikarenakan
untuk mengisi acara perpisahan kelas 6 nantinya. Diam,
malu, tidak percaya diri itulah hal yang wajar sebab kesan
pertama siswa – siswi bertemu denganku. Hingga dua
minggu terlewati, karakteristik mereka mulai muncul.
Alhamdulilah aku berusaha untuk beradaptasi dengan siswa
– siswi dan membawa kesan ceria kepada mereka. Karena
apa? Anak SD sangat mengidolakan gurunya ketika
menyampaikan materi secara menyenangkan.
Kamis, 31 Januari 2019 pihak LP2M berkunjung di
posko kami pada sore hari yaitu menjelang maghrib. Pihak
LP2M memantau bagaimana kegiatan yang dilaksanakan di
Desa Ngoran ini. Ketika pihak LP2M menanyakan berapa
kali DPL kami berkunjung, beberapa temantemanku
menjawab dua kali. Sebenarnya dalam hati kecil tidak terima
dengan hal ini, mengapa? Karena Bu Dika hanyalah sekali
saja berkunjung ketika pembukaan KKN.
Sesekali aku melihat kalender pada layar hp kurang
berapa hari aku akan pulang ke kampung halaman karena
aku sangat merindukan ayah, ibu, dan adik-adikku. Aku
hanya bisa mengirim do’a untuk mereka agar selalu sehat
wal’afiat.
Tak terasa hari ini tanggal 5 februari, tepat dimana
hari ini tanggal merah. Semua kegiatan di off kan mulai
pagi hingga siang. Kordes mengajak kami untuk berlibur di
kolam renang penataran letaknya dekat dari posko 2. Aku
tidak ikut renang, hanya saja menunggu tas dari teman-
temanku. Aku menunggu mereka hanya dua jam, lalu kordes
mengajak kami untuk mengunjungi telaga pacuh. Telaga,
sebuah tempat yang membuatku penasaran akan tempatnya
seperti apa. Kami berangkat nekat secara bersama – sama
seperti halnya touring. Hanya dengan mengandalkan google
maps, dan akhirnya kami salah arah hingga memasuki area
persawahan. Aku tidak heran karena dengan hanya
mengandalkan google maps selalu ribet ketika akan menuju
lokasi hingga akhirnya kami sampai dengan bertanya kepada
warga sekitar.
Tanggal 14 merupakan hari yang membuatku lega
dari segala kegiatan yaitu penutupan dari kecamatan. Segera
aku memberi kabar orang tuaku karena aku segera pulang.
Pukul 13.00 aku sampai di posko dan pukul 14.00 kami
harus bergegas untuk berpamitan setiap posko bersama pak
lurah. Kami berkumpul lalu berangkat bersama-sama.
Tak lama kami berbincang dengan pak lurah, dengan
berat hati kami harus berpamitan kepada pak lurah untuk
pulang ke rumah karena kami harus melanjutkan perkuliahan.
Detik - detik terakhir aku bertemu dengan teman-temanku
semua, sedih maupun bahagia tercampur menjadi satu.
Pukul 17.00 kedua temanku di posko dengan berat hati
harus berpamitan terlebih dahulu, lalu kami berpelukan satu
sama lain bukti ucapan berpisah. Air mataku mengalir deras
ketika aku melihat wajah teman-teman sejati yang pernah
berjuang sedih bahagia bersamanya. Selamat tinggal teman-
teman.

Selesai
Nyiur Melambai
Di Ngoran Yang
Nyaman
Oleh: Amelta Nur Indahsari
Tidak bisa tidur! kenapa? Berawal dari pendaftaran
KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang dibuka pukul 24.00. Mata
memerah tapi tak sanggup terpejam, dag.. dig.. dug.. hati
bergetar terasa tak nyaman demi berebut tempat KKN
yang hanya berbekal sinyal kuat.
Ngoran, desa yang asing di telingaku meskipun
terletak di sebelah kota kelahiran, Kediri. Jujur, sebenarnya
aku ikut teman sekelas yang mengetahui seluk beluk desa
ngoran. Nah! Karena sinyalnya yang lemah, hanya saya yang
tercemplung di desa Ngoran. Iyaa, sebatang kara tak kenal
siapa siapa. Shodig, ketua kelompok yang dipilih dengan cara
unik, dia banyak ngomong dan banyak tau Ngoran. Meskipun
pada rapat pertama datang terakhir tapi dia paling banyak
bicara. Tanpa basa basi langsung dijadikan ketua. Tak kalah
uniknya, wakil ketua dipilih berdasarkan putaran bolpoin.
Hmm.. pemilihan pengurus harian yang sangat unik menurut
saya.
Ijo royo royo, isilah yang patut disematkan pada
desa ini. Kenapa? Karena masih terdapat banyak pohon
kelapa yang berjajar, rindang, sejuk, hijau, dingin, segar yang
didukung dengan lingkungan yang bersih dan nyaman terasa.
Karena banyak pohon kelapa mayoritas pekerjaan disini
adalah pembuat gula kelapa. Sebagian masyarakat membuat
kendang untuk mencukupi kebutuhannya. Selain itu kesawah
merupakan rutinitas masyarakat Ngoran.
Seperti orang asing. Kisah ini berawal pada hari
Jumat 11 Januari 2019, kami berangkat pukul 07.15 naik
sepeda motor bersama sama berjajar rapi bagaikan kereta
yang mengikuti kepalanya. Sekitar pukul 09.00 kami sampai
di Ngoran, Alhamdulillah disambut hangat oleh perangkat
desa. Tak kenal maka tak sayang! Dari istilah itu, kami
mulai saling mengenal, saling memahami, saling mengerti dan
saling menyayangi satu sama lain. Eits! Tapi tidak baper.
Dipaksa berpisah, dua puluh delapan orang dalam
satu kelompok dengan jurusan yang berbeda dibagi menjadi
empat posko. Meskipun dalam setiap acara berkumpul
menjadi satu tetapi itu tidak menyatukan kami,
mempersulit koordinasi! Bukan kami yang menginginkan
posko dipisah, tetapi pihak desa. Bukan tanpa tujuan,
perangkat desa menginginkan agar kami bisa berbaur dalam
masyarakat secara menyeluruh tanpa terkecuali. Dan itu
berhasil.
Posko 1 bertempat dirumah mbak Feny di RW 1,
rumah yang katanya serem, menakutkan, gelap. Yaa
begitulah suasana rumah kosong yang tidak lama ditinggal
meninggal pemiliknya.
Pak Kanafi, baru jatuh dari pohon kelapa saat
“deres” dirumah beliau posko 2 bertempat tinggal. Hmm
letaknya sedikit terpencil, susah sinyal, sulit terjamah
matahari. Alhamdulillah bukan poskoku. Yash!
Nah, sekarang poskoku, posko 3. Tempatnya sangat
aman, nyaman, bersih,luas dan dikelilingi banyak pepohonan
yang membuat hidupku tentram. Kenapa demikian?
Rambutan, papaya, pisang, alpukat, jambu air. Mereka
semua tumbuh lebat tepat saat kami mulai menginap
disana, mungkin kedatangan kami membawa keberuntungan
yaaa.. hehe. Oh iya, rumah tempat berteduh kami
merupakan milik buk kunting,beliau orang yang baik pol.
“buk...luwe!” lima menit makanan datang,
“buk...ngantuk!” kopi sudah siap. Begitulah buk ting.
Di rumah Mbah Ami, posko 4 menginap. Nenek
berusia hampir 1 abad ini terlihat etes dan tidak bisa diam,
membuat gula merah pekerjaannya setiap hari tanpa
bantuan seorangpun. Ada sedikit permasalahan disini,
seseorang datang menyelinap clingak clinguk seperti
menginginkan sesuatu, setelah mendengar suara, orang itu
berjalan cepat melarikan diri. Mencurigakan!. Hal ini
langsung ditangani perangkat desa.
Program Kerja. Megikuti program desa, kerja bakti,
posyandu, mengajar, melatih sholawat dan senam rutin
setiap Minggu, itulah rutinitas kami. Pelatihan Bisnis Online
merupakan program utama kami yang sukses terlaksana.
Kami membantu mengajar di beberapa lembaga pendidikan
diantaranya: TK Pertiwi, PAUD, TK AlHidayah 1, TK Al-
Hidayah 2, SD Ngoran 1, SD Ngoran 2 dan beberapa TPQ.
Kebetulan aku mendapat tempat di TK Al-Hidayah 2
bersama Riska, Mirza dan Adam. Belajar mengajar meskipun
aku bukan anak pendidikan. Seru lucu menggemaskan.
Terlanjur sayang tapi waktu memisahkan. Apalah dayaku.
Hiks.
Pekan Ceria Ngoran. Sukses terlaksana. Makan
krupuk ikat jempol, Balap karung helm, mewarnai, adzan
dan sepak bola api. Itulah macam perlombaan yang ternyata
banyak peminatnya, diluar dugaan. Sepak bola api, meskipun
terdengar menyeramkan tetapi seru waktu permainan.
Semua mata fokus pada Adam, terlihat sedikit ketakutan
membuatnya lucu dalam permainan. wkwkw
Konflik! Kadangkala sengaja diciptakan untuk
merekatkan anggota kelompok. Mengapa demikian? Karena
dalam menyelesaikan konflik dibutuhkan musyawarah, saling
mengutarakan pendapat menemukan solusi dan tercapai
kesepakatan bersama dan menyatukan anggota. Cekcok, beda
argument, miscommunication, sering terjadi dalam kelompok
kami, namun hal itu segera dimusyawarahkan. Ada masalah
ada solusi. Langsung teratasi.
Ditutup. Rabu, 13 Februari 2019, acara penutupan
di desa, diawali dengan pemotongan tumpeng dilanjutkan
dengan pentas seni dan diakhiri dengan acara puncak yaitu
pengajian dan doa. Berjalan lancar. Kamis, 14 Februari acara
penutupan di kecamatan Nglegok yang dihadiri semua
peserta KKN dan kepala desa se-Nglegok. Berjalan lancar.
Perpisahan. Masa KKN usai sudah... tanpa dirasa
35 hari berjalan seperti angin lewat. memang menyedihkan
but, life goes on. Ada yang namanya perpisahan ada pula
perjumpaan. Perpisahan bukan akhir dari segalanya. Bukan
sesuatu yang harus disesali apalagi ditangisi. Apasih gunanya
manusia dalam pergaulan? Untuk saling bertemu, berpisah
dan berjumpa kembali.

Selesai
The Second
Mom In The
Sugar’s Village
Oleh: Ariyani Safitri
KKN??? Hal pertama yang saya pikirkan adalah
mengenai makanan, mengapa seperti itu? Karena saya
termasuk anak yang sulit dalam hal lauk dan sayur, jadi hal
itu yang menjadi ketakutan terbesar menurut saya. Selain
dalam hal makanan, hal yang saya pikirkan lagi yaitu
mengenai air dan tempat mandi, bahkan sempat memikirkan
tempat untuk istirahat. Namun setelah teman-teman ada
yang sudah mensurvei tempat untuk istirahat, pikiran
tersebut sedikit berkurang dan membuat saya sedikit lebih
tenang dari sebelumnya.
Alhamdulillah hari yang ditunggu-tunggu akhirnya
tiba juga, pada Jum’at 11 Januari 2019, dimana hari itu
adalah hari pemberangkatan peserta KKN, namun ada juga
yang berangkat pada tanggal 12 Januari. Namun kami lebih
memilih untuk berangkat lebih awal agar dapat berinteraksi
dengan masyarakat sekitar. Kami berangkat dari
Tulungagung pukul 07:00, sampai di Desa Ngoran pukul
09:30. Kemudian kami diundang oleh perangkat desa
Ngoran untuk saling perkenalan. Di sanalah saya mulai
merasakan keramahan masyarakat (yang diwakili oleh para
perangkat). Acara dimulai pukul 10:00 yang diawali dengan
sambutan Kepala Desa Ngoran yang cukup ramah dan senang
menyambut kedatangan peserta KKN di desa tersebut.
Kemudian setelah masing-masing seluruh perangkat desa
memperkenalkan diri, maka giliran dari kami
memperkenalkan diri. Setelah itu, acara diakhiri dengan
do’a yang dipimpin oleh bapak Carik, dan acara telah selesai
pukul 11:00. Akhirnya acara selesai, kemudian kami bergegas
ke posko utama untuk mengambil barang dan ditaruh di
posko masing-masing.
Mengapa ada posko utama dan ada posko masing-
masing? Karena dari pemerintah desa, posko kami dibagi
menjadi empat tempat yaitu di masing-masing RW ada,
terdapat empat Rw di desa Ngoran, sehingga di masing-
masing Rw terdapat satu posko. Saya kebagian di Rw tiga
(posko 3) yang alhamdulillah nya si pemilik rumah sangat
ramah dan baik hati kepada kami bertuju. Jadi jumlah dari
seluruh anggota kami ada 28 orang, sehingga masing-masing
posko terdapat tujuh orang. Beruntungnya saya lagi adalah
mendapatkan teman yang benar-benar bisa menerima
kekuranganku selama ada di posko tersebut. Mengapa saya
mengambil judul “The Second Mom In The Sugar’s
Village”?? Setelah ini saya akan menjelaskan latar belakang
pengambilan judul tersebut. Dari si pemilik rumah yang baik
hati inilah, semua kegelisahanku mengenai makanan menjadi
hilang seketika.
Latar belakang pengambilan judul ini, karena si
pemilik rumah sangatlah mengerti dengan keadaanku yang
temasuk sulit dalam hal makanan, sehingga di pemilik
rumah, panggil saja “Buk Ting” sangatlah memahami dan
bisa menerima ku seperti anaknya sendiri, ujarnya.
Sebenarnya saya bersikap sopan yang biasa saja dan care
kepada beliau, entah mengapa beliau bisa menganggap
seperti anaknya sendiri. Saya pun kagum dan terharu kepada
beliau, meskipun beliau kakinya sakit tetapi tetap semangat
untuk bisa hidup sehat, beliaupun juga sendiri di rumah jika
suaminya bekerja, terkadang suaminya pulang 3 hari sekali,
sehingga beliau sendiri jika tidak ada teman-teman KKN di
rumah beliau. Rumah beliau dan rumah yang kami tinggali
ini berbeda, beliau berada di rumah belakang, dimana rumah
tersebut adalah rumah peninggalan almarhum ayahnya
dahulu, sehingga beliau lebih nyaman tinggal di rumah
tersebut meskipun menurut saya rumah tersebut sangatlah
sederhana, jauh dari kata bagus. Namun ya itu tadi, beliau
lebih memilih tinggal di rumah tersebut. Sedangkan rumah
yang kami tinggali itu adalah rumah yang dibuat untuk
anaknya dan anak serta menantunya menjadi TKI dan TKW
di luar negeri, dan akhirnya rumah tersebut kosong. Namun
sesekali, Buk Ting juga meninggali rumah tersebut meskipun
tidak tidur di sana. Selain itu, beliau menganggap saya
sebagai anaknya sendiri, karena saya melakukan hampir
semua kegiatan yang ada di posko (menguras kamar mandi,
menyapu, membantu beliau, dsb) sehingga mereka menjadi
simpati kepada saya. Sampai-sampai suatu saat saya sedang
santai-santai, kemudian beliau memanggil saya. Saya kira
beliau akan membicarakan apa, ternyata beliau memberikan
alpukat dan durian tanpa sepengetauan teman-teman posko
yang lain, sampai begitunya beliau sayang padaku . Di lain
sisi, beliau juga sudah menghitungi kurang berapa hari kami
tinggal di rumah beliau, sampai beliau terkadang meneteskan
air mata untuk kami. Ya karena beliau tidak mau kami pergi
dari rumahnya . Saya pun juga merasakan hal seperti itu
(terharu dan tidak mau pergi dari rumah beliau).
Di lain hal selain ibu kedua, ada kegiatan yang
membuat saya menjadi tergugah dan lebih semangat KKN
di desa ini, yaitu salah satunya adalah adanya pelatihan
bisnis online. Mengapa harus pelatihan bisnis online? Karena
di desa ini banyak sekali pengrajin kendang dan pembuat
gula merah semut, namun masih terkendala dalam
pemasarannya, sehingga teman-teman berinisiatif untuk
melakukan pelatihan bisnis online tersebut dengan tujuan
agar pemasaran produk lokal Desa Ngoran bisa lebih maju
dan dapat meningkatkan produktivitas masyarakat, karena
masyarakat disini jika tidak ada pesanan gula semut, mereka
juga tidak membuat. Padahal di lain daerah misalnya Jawa
Tengah, potensi dan pemasaran gula merah semut sangatlah
tinggi, sehingga dapat memajukan daerah mereka.
Diharapkan dengan adanya pelatihan ini masyarakat Desa
Ngoran bisa lebih produktif dan lebih maju jika dibandingkan
dengan daerah lain.
Tinta Rinduku
Tertinggal
Sebelum Tertulis
Oleh: Asma Nahdya Putri Indriliyani
Ngoran, 13 Februari 2019.
Hari itu hari jumat.di sebuah desa bernama Ngoran,
matahari bersinar terang benderang, tapi tetap menerima
beberapa gumpalan mendung abu di sekelilingnya. Di udara
lembab daerah Nglegok itu aku berjalan menyusuri jalanan
setapak menuju sebuah rumah bercat orange. Kata teman
teman tempat itu akan menjadi pondok bersama selama 35
hari lamanya dalam masa pengabdian kepada masyarakat.
Ya, begitulah kesan pertamaku ketika memasuki daerah baru
itu. Bersama seorang teman yang ku kenal dari grup Wa
kami masuk kerumah itu. Belum cukup lama, kabar duka
terdengar, sepertinya kami satu kelompok tidak bisa tinggal
di tempat yang sama. Semua karena pihak desa yang
meminta agar kami dipecah menjadi 4 kelompok, di setiap
RW. Maka usai itu kami satu kelompok bergegas mendatangi
satu persatu tempat persembunyian itu, berarakan dengan
sepeda motor kami menyusuri jalan yang rata karena aspal,
untuk ukuran sebuah desa jalan yang beraspal di setiap gang
itu termasuk sebuah kemajuan.
Selesai melewati beberapa hari untuk bersosialisasi
dengan desa dan segala budayanya. Saya sedikit banyak
mengerti bahwa desa Ngoran adalah desa yang memiliki
masyarakat majemuk. Ada banyak golongan masyarakat
dengan segenap kebiasaan dan adatnya. Kultur masyarakat
yang heterogen ini malah memudahkan kami untuk bisa
masuk dengan mudah dan membeur dengan masyarakatnya.
Tak cukup sampai disitu keberuntungan kami. Di sisi
perangkat desanya juga sangat merespon kami dengan baik,
bahkan mereka juga banyak sekali membantu segala macam
agenda serta kegiatan kami selama masa pengabdian
masyarakat. Mulai dari membantu segi materi, segi tenaga,
serta pemikiran. Entah apa jadinya KKN kami jika bukan
karena bantuan mereka.
Banyak hal yang membuat kesan mendalam dihati
saya dalam masa KKN di Desa Ngoran Kecamatan Nglegok
ini. Adalah sebuah desa yang memiliki masyarakat
multikultural, setiap jenis orang yang anda mau tentu ada,
mulai dari yang ramah, sampai yang terlihat seperti
preman,tapi jangan salah, meskipun bertampang preman
sekalipun mereka memiliki kesopanan yang luar biasa. Hal
kedua adalah, meskipun dari segi geografis desa ini tak
memiliki wisata alam yang dapat diandalkan, namun pesona
alamnya tetap diacungi jempol, bagaimana tidak, persawahan
masih begitu luas dan alamnya yang asri bisa membuat mata
siapapun tersihir dengan keindahannya. Selain itu untuk
menjadi solusi hal diatas, desa udah menganggarkan biaya
besar untuk membangun sebuah gedung serbaguna yang
bertempat disebelah kantor desa. Sehingga jika masyarakat
ingin berolah raga atau mencari hiburan dengan memnonton
olah raga, maka mereka bisa menyempatkan waku untu pergi
ke gedung tersebut. Selain memiliki alat olah raga yang
memadai, gedung ini juga berada ditempat strategis di dekat
jalan raya.
Salah satu komoditas utama di daerah KKN saya
adalah gula kelapa. Ngoran memang desa yang termasuk
kecil, namun, memiliki banyak pohon kelapa yang kemudian
dijuluki desa 1000 kelapa. Setiap hari hidung kami
dimanjakan dengan aroma dari pengolahan gula kelapa yang
manis dan gurih dari setiap dapur tetangga. Dari sudiut ke
sudut sudah saya jelajahi aternyata ada juga tempat yang
bagi saya sangat menarik, untuk desa yang berada dekat
dengan kota, Desa Ngoran mempunyai sungai yang masih
sangat jernih airnya, sungguh pemandangan yang tidak saya
dapat walau di desa saya sendiri. Sayangnya, kami bellum
sempat main main di sana, walau sering melihar banyak
orang yang masih memanfaatkan sungan jernih tersebut
sebaagai tempat mencuci baju.
Alhamdulillah... segala puji bagi Allah. Semua
kegiatan KKN saya tahun ini sangat lancar, saya memiliki
teman teman yang baik dan solid. Segala macam
permasalahan tentu saja tetap ada. Namun, kami berhasil
melewatinya dengan baik berkat kekompakan dan kerja keras
kami. Kini semua tinggal cerita, namun segala semangat dan
kerja keras kami pasti masih melekat dihati masyarakat Desa
Ngoran.
Harapan saya adalah, semoga kedepannya tetap akan
masih ada perwakilan dari mahasiswa yang datang lagi
kesana, meneruskan apa yang sudah kita bangun bersama.
Melihat dari sisi masyaratanya yang sangat welcome,
perangkat desa yang sangat bersemangat, hingga kekayaan
alam yang luar biasa dimiliki desa. Sekarang, setelah saya
menyelesaikan tugas saya, yang saya rasakan adalah
kerinduan yang semakin mendalam, kepada warga, keluarga
kami disana, teman-teman seperjuangan, dan seluruh hal
yang ada di sana. Kini terasa sudah waktu kami akan
berakhir disini, segala kerinduan, dan doa telah kami tinggal
dan kami semai. Namun, untaian doa tidak akan dapat
berhenti, selama nafas ini masih ada.

Laporan KKN IAIN Tulungagung 2019


Oleh :
Nama :Asma Nahdya Putri Indriliyani
NIM :1720216****
Jurusan/ Fakultas :PBA/ FTIK
Lokasi KKN :Desa Ngoran Kecamatan Nglegok

Selesai
Desa Seribu
Kelapa
Oleh: Chalimatus Sakdiyah
Hari ini pada tanggal 26 Desember tepat pukul
00.00 Waktu Indonesia Bagian ngantukngantuknya telah
dibuka pendaftaran KKN Gelombang I. Alhamdulillah
pendaftaran berjalan dengan sangat lancar saya mendapat
tempat di kabupaten BLITAR tepatnya di Desa Ngoran,
Kecamatan Nglegok. Desa yang dijuluki dengan nama Desa
seribu kelapa karena hampir 80% warga setempat
mempunyai pohon kelapa di depan rumahnya.
Kamis, 10 Januari 2019 pembukaan KKN pun tiba.
Di mana mahasiswa secara resmi dilepas menjadi mahasiswa
KKN sesuai dengan tempat yang dipilihnya. Pembukaan
tersebut dilaksanakan di Aula Gedung Arif Mustakim IAIN
Tulungagung. Karena pelepasan peserta KKN kali ini berbeda
dengan tahun sebelumnya karena hanya perwakilan oleh
beberapa anggota dan KORDES (koordinatir Desa). Jumat,
11 Januari 2019 saya dan teman-teman berangkat dari
tulungagung sekitar pukul 07.00 pagi menuju ke desa
ngoran desa yang akan saya dan teman teman kkn temapti
selama kurang lebih 35 hari kedepan. Tiba disana sekitar
pukul 10.00 langsung menuju ke posko putra, disini kita
satu kelompok yang berjumlah 28 anak 21 perempuan dan
7 laki-laki dibagi 4 posko dengan pemerataan wilayah yang
sangat strategis.
Seringnya berinteraksi dengan tuan rumah dan
teman satu posko memiliki mantra yang ajaib. Cemas dan
khawatir pun akhirnya menipis. Rumah yang luas dan tuan
rumah yang asyik menumbuhkan rasa keharmonisan. Berasa
liburan di rumah nenek, karena sang tuan rumah kebetulan
juga sudah tua. Seperti rejeki juga, karena semuanya tinggal
pakai. Mulai dari alat dapur, makan, mesin cuci, dan lain
sebagainya.
Mengenai kehidupan masyarakatnya, “nderes”
(mengunduh kelapa) merupakan pekerjaan yang banyak
dijumpai Desa Ngoran, karena pohon kelapa banyak dijumpai
di lingkungan sekitar. Selain pohon kelapa, pohon rambutan
dan durian juga ditemukan di Desa tersebut, karena lahan
desa juga sangat luas, maka tak jarang jika kelapa,
rambutan, dan durian banyak sekali dijumpai di Desa
Ngoran. Selain “nderes”, di Desa Ngoran juga terdapat
home industri yang bekerja sebagai pembuat miniatur
gendang. Home industri ini sebagai pembuat gendang dan
pendistribusiannya saja, untuk pemasok bahan mentahnya
dari luar desa. Kegiatan desa merupakan bentuk sosialisasi
masyarakat guna menjaga tali persaudaraan dan tegur sapa.
Melalui kegiatan tersebut, masyarakat memiliki
agenda rutin yang diadakan oleh kelompok kelompok yang
ada di desa. Misalnya kelompok Ibu-Ibu PKK yang kegiatan
tersebut merupakan kegiatan posyandu yang rutin diadakan
setiap tanggal 11 pada tiap bulannya, dan baru-baru ini juga
ada pembagian abate dan pemeriksaan jentik-jentik sebagai
bentuk cara menanggulangi penyakit DB (Demam berdarah).
Selain itu, dari Bapak-Bapak warga Desa Ngoran juga ada
agenda rutin yaitu kerja bakti yang dilakukan setiap hari
minggu agar kebersihan lingkungan tetap terjaga, ternyata
ngoran juga pernah mendapat juara lomba bersih lingkungan
sekecamatan nglegok. Tidak terasa 35 hari sudah terlewati
begitu cepat Alhamdulillah kegiatan berjalan sesuai dengan
proker yang telah direncanakan. Penutupan kkn dilaksanakan
pada tgl 13 februari temanteman mengadakan kegiatan
tumpengan untuk pagi, siangnya diisi oleh pentas seni yang
ditampilkan oleh anak-anak SD Desa ngoran, lalu malamnya
di isi dengan pengajian oleh ustad oish.
Terimakasih untuk semua warga masyarakat yang
telah menerima kami dengan sangat baik, saya mendapat
banyak ilmu yang tidak saya dapat dibangku sekolah. Jadi
benar ada papatah mengatakn “belajar itu tidak harus
berada digedung saja, dimanapun tempatnya kita bisa belajar
dan mengais ilmu sebanyak mungkin.

Selesai
Kibasan Rambut
Tetangga
Sebelah
Oleh: Desy Ayu Wulandari
NGORAN? Sempat terlintas di pikiranku, apakah ini
desa plosok? Desa yang susah akan air dan sinyal? Ya seperti
itulah kira-kira fikirku waktu pertama kali aku mendengar
kata desa itu, karena aku belum pernah mendengar nya
sama sekali. Padahal aku pun berasal dari kota blitar.
Hehehe.
2 hari sebelum kkn berangkat, aku dan teman-
teman 1 posko melakukan survai ke dasa itu, dan aku pun
berkenalan dengan beberapa teman yang melakukan survai
dengan ku. Pasti dong di dalam hati slalu ada fikiran
“bagaimana ya nanti kalo teman nya jahat-jahat, cuek, sadis
atau apalah, ya namanya manusia. Tapi ternyata semua
teman ku baik. Alhamdulilah pikirku dalam hati. Pertama
kami mengunjungi rumah pak lurah. Tapi tidak bisa bertemu
langsung dengan beliau, karena beliau sedang ad tugas. Dan
setelah itu kami pun mencari makan. Padahal baru beberapa
jam bertemu kami sudah akrap. Setelah itu kami pulang
dan melakukan prepare untuk keberangkatan kkn.
Hari pertama kkn semua anak berkumpul di posko
1. Setelah semua kumpul kita pun mengadakan rapat
sebentar dan setelah itu kita berkunjung di posko 2 3 4.
Ya 28 di bagi menjadi 4 posko. Aku di posko 3 bersama
teman ku amelta,riska,ariani,diah,ibi dan kartika. Aku
senang bisa 1 posko dengan mereka semua. Dan karakter
nya pun kita hampir sama. Jadi kita langsung clop dong
pastinya. Nah disini menurutku cerita menarik nya....jadi
nama ibu posko kita itu ibu kunting, beliau sangat baik. Ibu
kunting mempunyai keponakan namanya mas okta. Hari
pertama sih teman-teman masih segan dengan mas okta.
Tapi semakin hari semakin aneh. Masak setaiap hari beliau
di rumah ibu kunting? Setiap kita mandi, nyapu, masak,
nyuci baju. Atau apalah aktivitas kita, mas okta selalu ada.
Kesanya kayak caper gitu. Hehehehe. Maklum lah mas okta
itu masih seumuran dengan kita, tp beliau lebih tua dikit.
Sambil melihat kita dia selalu mengibaskaan rambut nya.
Lama-lama kita pun jadi gak nyaman, akhirnya ya kita istilah
nya kalo bhasa jawa ngrasani dikit, hihihi. ya seperti itulah
beliau. Lama kelamaan mas okta pun mempunyai sebutan
jadi mas boy. Hahaha. Entah dari mana sebutan itu berasal.
Selama kkn disana kita manggil nya mas boy. dan setiap
saat kita menjumpai nya, dia selalu mengibaskan rambut
nya.
Hari hari pun berganti. Waktu awal kita berada di
desa ngoran tersebut, kita melakukan survai dengan warga.
Sowan di rumah pak rt dan rw. Silahturahmi dengan
tetangga sekitar, mengikuti tibak.an dan yasinan. Dan yang
tidak keyinggalan setiap minggu ada kerja bakti. Minggu
kedua aku berada di desa ngoran, aku pun mengajar di tk
pertiwi. Tk yang berada di plosok, guru nya pun hanya 2.
Akhirnya kita pun membantu mengajar di tk itu. Murid nya
hanya sekitar 11 anak. Tk A dan B. Sedikit sekali aku
bersama zahwa mengajar di tk itu sekitar 15 hari.
Alhamdulilah semua berjalan dengan lancar. Hari semakin
berlalu. 1 minggu lagi udah selesai kkn. Sedih banget di
dalam hati. Untuk penutupan kita mengadakan lomba untuk
anak anak dan warga di tempat. Untuk anak-anak lomba
mewarnai, makan krupuk, adzan. Dan untuk orang dewasa
sepak bola api. Hhiii serem. Semua lomba berjalan dengan
lancar. Untuk penutupan nya kita pagi penutupan dengan
tumpeng, siang nya menampilkan seni yang kita ajarkan kan
anak-anak. Dan malam nya pengajian untuk umum. Mubaleg
nya kita mendatangkan dari kampus. Dan alhmdulilah lancar
semua. Malam pun berlalu. Pagi datang. Kita semua prepare
dan mengikuti penutupan di kecamatan. Setelah kita
kembali ke posko dan berpamitan untuk pulang. Lagi lagi di
situ ada mas boy. Hehehe. Kita pamitan dengan tangis yang
tersedu sedu. Dan aku pun pamitan juga dengan mas boy,
dengan ciri kas nya. Dia mengibaskan rambut nya.....

Selesai
35 Hari
Bersama
Keluarga Baru
Oleh: Dhuriatul Chusnah
Hari Jum’at tepat tanggal 11 Januari tibalah saya
dan teman-teman KKN berangkat ke Desa Ngoran. Desa
Ngoran merupakan salah satui desa yang berada di
kecamatan Nglegok kabupaten Blitar. Mayoritas penduduk
desa Ngoran bermata pencaharian sebagai pembuat gula
kelapa, penduduk Ngoran menyebutnya dengan sebutan
“Deres/Dewan”. Oleh karena itu saya menyebut desa
Ngoran sebagai Desa beribu kelapa, karena disetiap rumah
penduduk terdapat pohon kelapa.
Di posko 1 ini saya dan teman –teman bersinggah
sebentar sebelum saya dan teman –teman berpencar untuk
menempati poskonya masing-masing. kami beristirahat
sejenak, kemudian saya dan teman-teman menuju ke balai
desa bersama-sama untuk di sambut oleh kepala desa
beserta perangkatya dengan hangat. Semua perangkat
berkenalan satu per satu, kala itu teman-teman KKN juga
belum lengkap tetapi hanya beberapa orang saja yang belum
datang. Setelah kami berkumpul di balai desa Ngoran, kami
berkeliling ke 4 posko yang sudah dibagi sama perangkat
desa yang akan kami tempati selama KKN. Pertama kami
mengawali berkunjung ke posko 3 yang bertempat di RW 3
tepatnya di rumah Bu Kunting yang tidak jauh dari balai
desa, setelah agak lama kami bersilaturrahmi dan berbinng-
bincang kami meneruskan perjalanan kami menuju posko 4
yang terletak di RW 4 tepatnya di rumah Mbah Amy.
Setelah sampai di rumah Mbah Ami, kala itu mbah Amy
sedang menmbuat gula merah, teman-teman langsung saja
menemui mbah Amy dan langsung membantunya untuk
mencetak gula merah tersebut, karena sangat cepat sekali
padatnya, jika telat sedikit saja gula merah tidak dapat
dicetak. Karena bertepatan hari Jum’at kami tidak bisa
berlama-lama di rumah mbah Amy. Setelah itu kami
melanjutkan perjalanan ke posko 2 yang terletak di RW 2
tepatnya di rumah bapak Hanafi.
Di posko 2 inilah kami dan teman-teman akan akan
menginap selama 35 hari. Kebetulan penghuni posko 2
diantaranya : Susi, Lulut, Hanik, Kholif, Prindi, dan
Amalinah). Malam pertama tidur di posko ini agak aneh,
karena tempat yang sangat sunyi, penuh dengan pepohonan,
suara hewan jangkrik dan jarak antar rumah yang sangat
jauh. Inginku kembali pulang, kebetulan saya dan Susi tidur
di depan Tv. Inginku memejamkan mata sejenak, tapi
sangatlah sulit untuk terpejam sehingga saya bermain ponsel
dan bingung harus melakukan apa karena tepat di posko
yang saya tempati akses internet agak sulit. Tidurpun
sangat sulit, tidak seperti di rumah yang biasanya jam 10
sudah tidur, di posko pada malam pertama baru bisa tidur
jam 1 an dini hari.
Kebetulan saya dan Susi sudah mengenal sangat
lama, sehingga saya ngapa-ngapain sama dia. mulai dari
makan,mencuci baju, dsb. Disamping padatnya jadwal
rutinitas kami, setiap malam selasa kami dan teman-teman
menyempatkan untuk ikut rutinan dibaan, dan untuk malam
kamis yasinan di rumah warga sekitar. Kami dan teman-
teman selalu mengikuti kegiatan itu, tidak sungkan-sungkan
pada dibaan berlangsung kami dan teman-saling saling
guyonan karena mungkin asing sama acara tersebut, dan
tidak bosan-bosannya kami memakan jamuan dari tuan
rumah pada saat itu nasi pecel, dan kebetulan daunnya itu
daun pepaya yang rasanya sangat pahit, dan mau tidak mau
kami harus memakannya supaya kami dan teman-teman
tidak di cap manja oleh warga sekitar.
Saya dan teman-teman di posko 2 mengadakan les
yang jadwalnya dimulai hari senin sampai dengan hari rabu
yang dimulai pukul 16.00-17.00. Yang membikin saya
kagum pada anak-anak di sekitar posko 2 ini mereka begitu
semangat dan antusias untuk mengikuti les, dan belum
jamnya les itu anak-anak hadir terlebih dahulu dan berteriak
di depan posko sedangkan saya masih tidur pulas di kasur
depan Tv karena capek mengajar Asmaul Husna yang
kebetulan saya dan Susi diberikan tugas untuk mengajar
adik-adik kelas 4 dan 5 SDN Ngoran 2 untuk mengajarkan
Asmaul Husna yang diiringi dengan lagu.
Senang hatiku saat bersama dengan adik-adik SDN
Ngoran 2 dengan kesederhanaan, keceriaan, keimutannya.
Mereka begitu rukun dengan temantemannya dengan begitu
adik-adik Sdn Ngoran 2 bisa menjalin kebeersamaan antar
siswa. Hari demi hari telah kami lalui, dengan kesibukan
rutinitas tiap harinya tidak terasa 35 akan berakhir. Kami
dan teman-teman memiliki agenda untuk penutupan yang
diawali berupa lomba-lomba yang sasarannya adalah anak
TK-SD dengan tema Pekan Ceria Ngoran. Lomba tersebut
diantaranya lomba mewarnai, lomba makan krupuk, lomba
adzan, lomba balap karung memakai helm. Acara lomba-
lomba tersebut berjalan dengan meriah dan lancar.
Keesokan harinya tepat tanggal 13 Februari kami
mengadakan penutupan KKN yang paginya diawali dengan
pemotongan tumpeng di balai desa yang dihadiri oleh
perangkat desa dan DPL. Setelah pemotongan tumpeng
siangnya diadakan pentas seni, dilanjutkan malamnya
pengajian akbar dilanjutkan dengan foto bersama. Acara
penutupan pun berakhir dengan suka duka yang akan
berpisah dengan teman dan keluarga baru. Disaat mulai
nyaman-nyamannya harus berpisah. Rasanya kami ingin
mengulangi KKN lagi, memperpanjang masa KKN. Disinilah
kami menemukan arti kesederhanaan, cinta, dan banyak
sekali pengalaman hidup dalam Program KKN di Desa Ngoran
Posko 2 Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar.

Selesai
Merantauku di
Ds. Ngoran
Kec. Nglegok
Kab. Blitar
Oleh: Diyah Wahyuning Tiyas
KKN (Kuliah Kerja Nyata). Apa sih yang terlintas
dibenak kita saat mendengar kata itu? Mungkin kita akan
berfikir bahwa ada suatu desa yang masih asri dan jauh dari
perkotaan. Namun ada sejuta cerita yang akan dilakukan
saat KKN, ada suka duka dan pengalaman yang begitu
berharga yang didapatkan setelah KKN. Dalam 35 Hari
kedepan aku akan merasakan hidup bermasyarakat didesa
orang semoga saja krasan. Sesungguhnya saya sama sekali
belum tau apa yang harus di kerjakan waktu KKN, dan
apakah siap tentang apa dan bagaimana hal yang harus
dikerjakan selama KKN di Desa Ngoran.
Kamis 10 januari 2019, hari dimana diadakan
pelepasan peserta KKN yang dilaksanakan upacara di IAIN
Tulungagung untuk peresmikan. Dan malam sebelum
berangkat, saya menyiapkan baju dan perlengkapan lainnya
di dalam koper yang akan dibawa. Selain itu juga
mempersiapkan bumbu dapur untuk dibawa nanti. Dan
membayangkan nanti selama KKN apakah sulit dan
permasalahan lainnya.
Pada tanggal 11 januari 2019, hari yang ditunggu-
tunggu akhirnya tiba juga pukul 07.00 teman-teman sudah
janjian di Desa Ngunut untuk berangkat ke lokasi KKN.
Sesampai di Desa Ngunut saya masih menunggu teman yang
lainnya sampai jam 08.20. Setelah semuanya sudah
berkumpul saya bersama teman-teman yang lainnya
bergegas berangkat ke Desa Ngoran, pada saat di perjalanan
ada beberapa teman yang tertinggal dan untung saja ada
teman yang lainnya tau arah jalan ke Desa tersebut,
akhirnya saat di perempatan lampu lalu lintas teman yang
sempat tertinggal tadi bisa bertemu kembali. Sesampainya
ada tugu perbatasan Desa Ngoran dengan Desa Dayu
akhirnya semua lega dan saat itulah memasuki Desa Ngoran
yang masih asri dan ternyata belum terlalu plosok seperti
yang saya bayangkan masih banyak pohon-pohon kelapa dan
banyak lahan persawahan yang masih luas.
Sesampainya di posko utama teman-teman
beristirahat sebentar dan bergegaslah ke Balaidesa untuk
masa perkenalan atau bisa dibilang dengan ramah tamah
dengan perangkat desa Ngoran. Setelah acara di Balaidesa
selesai teman-teman yang perempuan melakukan kunjungan
keposko yang akan ditempati selama 35 hari kedepan.
Waktu diperjalanan teman-teman sangatlah kompak dan 3
posko cabang itu teman-teman ikut melihat.
Pukul 13.30 saya bersama teman seposko untuk
bersiap-siap membawa barang masingmasing keposko dan
bergotong royong. Dan saya bersyukur mendapatkan ibu kos
yang baik hati dan rumahnya juga dalam kondisi sangat baik,
didalamnya juga ada perlengkapan masak yang lengkap kamar
mandi yang bersih, untung saja ada WC-nya, dari ke 3
posko lainnya yang menurutku sangat nyaman itu diposko
saya hhhh bercanda, ya sebenarnya sama saja cuma bedanya
itu dari 2 poskonya yang ditempati cewek yang paling dekat
dengan posko utama itu adalah posko 3 yaitu posko yang
saya tempati saat ini. Setelah shalat magrib semua teman-
teman KKN berkumpul di posko utama melaksanakan makan
bersama. Selesai makan kedatangan salah satu perangkat
desa untuk sharing-sharing tentang keadaan Desa Ngoran.
Selasa 15 januari 2019 jam 19.30 diadakan acara
pembukaan KKN dan sekaligus acara musyawarah desa di
Ngoran. Acara berlangsung sampai malam sekitar jam 21.30
dan berakhirnya acara semua undangan maupun teman-
teman dari KKN di suguhi makan bakso oleh pak lurah.
Minggu pertama ku lalui dengan kegiatan ta’aruf
dengan tetangga sekitar posko dan sowan kerumah
perangkat desa dan kerumah pak RT/RW. Sungguh antusias
teman-teman membuat kegiatan agar teman-teman yang
KKN di Desa Ngoran itu bisa berbaur dengan masyarakat.
Dan juga tak lupa memberi tahu kepada ibu-ibu informasi
pembukaan program les gratis di posko 3. Antusias dan
respon yang cukup baik yang justru menjadikan tantangan
tersendiri untuk teman-teman KKN di Desa Ngoran ini.
Kami yakin bisa membawa perubahan yang sebelumnya kami
datang dan sampai kami akan kembali kerumah masing-
masing. Dengan berlanjutnya hari di Desa, ibu tetangga
rumah mengajak kegiatan tiba’an dan yasin.
Hari berganti saya lalui dengan kegiatan bangun pagi
sholat subuh, berberes rumah, masak, sarapan, bersiap-siap
mendampingi di SD Ngoran 2 untuk melaksanakan shalat
dhuha disertai hafalan Asmaul Husna dan siangnya
melaksanakan shalat dhuhur disertai juga hafalan Asmaul
Husna.
Terkadang saya juga bertanya pada diri sendiri. Di
awal proker itu saya ikut ke divisi kesehatan tetapi
nyatanya malah terjun ikut mengajar di SD. Malah divisi
kesehatan pun saya tidak pernah ikut karna sudah diwakili
teman yang lainnya. Dari beberapa divisi yang telah
terbentuk, ada beberapa yang sudah terlihat. Salah satunya
divisi ekonomi yang mengadakan pelatihan bisnis online
dengan mendatangkan langsung narasumber. Teman-teman
KKN menyiapkan produk gula dan kendang asli dari desa
tersebut yang pembuatannya sangat banyak tetapi
terkendala di pemasarannya.
Kelompok kami mendapatkan kunjungan dari pihak
LP2M, beliau menanyakan divisi apa yang berjalan dan apa
kendala yang di hadapi masyarakat. Dan terutama LP2M
menyarankan agar semua divisi yang sudah disepakati oleh
teman-teman bisa berjalan sesuai dengan semestinya.
Semoga apa yang menjadi tanggung jawab semua
teman-temanku seperjuangan bisa dilewati dengan mudah
dan mampu menjalankan tugas-tugas dengan lancar barakah
mendapat banyak pengalaman yang belum pernah dirasakan
waktu di Desanya sendiri mendapatkan ilmu bermanfaat.

Selesai
Lambaian
Seribu
Kelapa
Oleh: Evita Intan Saputri
Beberapa hari sebelum pemberangkatan KKN
gelombang 1 tahun ini, aku sibuk sendiri dengan barang yang
akan aku bawa di tempat KKN. Ingin rasanya aku membawa
semua barang yang aku miliki. Selain sibuk dengan persiapan
untuk KKN aku juga memikirkan bagaimana kehidupan ku
35 hari kedepan di tempat KKN yang aku sendiri tidak tau
dimana tempatnya. Yang ada dibenakku hanyalah apakah
aku bisa beradaptasi di lingkungan tempatku KKN?
Kamis, 10 Januari 2019 hari yang ditunggu-tunggu
pun akhirnya tiba juga, yaitu hari dimana pelepasaan
peserta KKN IAIN Tulungagung. Mahasiswa KKN secara
resmi sudah di lepas untuk menjadi peserta KKN sesuai
tempat yang telah dipilihnya. Pelepasan tersebut
dilaksanakan di Aula Arif Mustakim IAIN Tulungagung.
Beberapa hari sebelum pelepasan berlansung juga di adakan
pembekalan. Pemebekalan sendiri dibagi menjadi tiga yaitu
pembekalan dari LP2M, Kecamatan, KesBangPol Kabupaten
Kediri. Aku pun mencatat poin-poin penting yang menjadi
tujuan dan harapan diadakannya KKN ini.
Jumat, 11 Januari 2019 sekitar pukul 8 pagi aku
dan teman-teman KKN Desa Ngoran berangkat menuju
lokasi KKN. Di jalan aku hanya mengikuti teman yang sudah
pernah kesana, karena aku sendiri belum pernah sama sekali
di Desa Ngoran Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar. Dan
ternyata untuk ke Desa Ngoran kita melewati Sungai dan
kita haru melaluinya dengan Nambang (naik perahu). Disini
aku baru merasakan melewati sungai dengan naik perahu.
Fikiran aneh-aneh pun aku fikirkan karena baru pertama
kalinya mungkin masih parno.
Sekitar pukul 10 aku dan teman-teman sampai di
posko utama, dan disana suda terdapat barang-barang kita
yang sehari sebelumnya sudah di kirim dahulu ke posko
utama. Sampainya di posko dan beristirhat sejenak aku dan
teman-teman mengunjungi Balai Desa Ngoran. Ternyata di
Balai Desa hampir semua perangkat menyambut kita dengan
ramah. Setelah acara salam kenal dengan perangkat Desa
Ngoran Selesai. Aku dan teman-teman kembali ke posko
uatama. Kebetulan KKN di Desa Ngoran di bagi menjadi 4
Posko, dan aku di tempatkan di posko 4 yang
beranggotakan 7 orang cewek dan semuanya belum aku
kenal. Selanjutnya aku dan teman-teman posko membawa
barang bawaan kita ke posko 4 yang letaknya lumayan
jauh dari posko utama. Di posko kita di sambut sangat
ramah dengan pemilik rumah yang kebetulan sudah berusia
75 tahun. Awal mulanya aku masih canggung untuk
berkomonikasi dengan teman posko dan pemilik rumah.
Namun lambat laun tumbuhlah rasa nyaman, keakraban
seperti keluarga sendiri. Serasa KKN ini bukanlah KKN tapi
liburan di rumah nenek. Seperti rejeki juga di rumah nenek
yang biasa kita sebut mbah ami ini, semuanya tersedia dan
tinggal pakai. Mulai dari alat daput, makan, mesin cuci,
dan lain sebagainya.
Beberapa hari pertama aku dan teman-teman
gunakan untuk beradaptasi dengan masyarakat sekitar.
Ternyata masyarakat Desa Ngoran masih melakukan
kegiatan “Nderes” (mengambil lira untuk dibuat menjadi
gula kelapa) karena di Desa Ngoran terdapat banyak pohon
kelapa. Hampir di semua jalan yang ada di Desa Ngoran
terdapat pohon kelapa. Setiap hari pohon kelapa itu slalu
melambai-lambai seperti menari tanpa rasa sedih.
Senin, 14 Januari 2019 kegiatan membantu mengajar
ibeberapa sekolahan yang ada di Desa Ngoran mulai berjalan.
Mahasiswa KKN pun antusias untuk membantu mengajar,
kebetulan aku kebagian untuk membantu mengajar di PAUD
Tunas Bangsa. Disini aku mendapat pengalaman yang baru
pertama kali aku dapat, karena sebelumnya aku belum
pernah sama sekali mempunyai pengalaman dalam
kegiatan mengajar. Namun, disini aku berusaha profesional
untuk mengabdi di Desa Ngoran.
Pada minggu ini sudah dimulai kegiatan seperti kerja
bakti, tibaan, yasinan, membantu mengajar, posyandu, dan
lain sebagainya. Aku dan teman-teman pun ikut bergabung
dengan kegiatan masyarakat agar keharmonisan terjalin
antara mahasiswa KKN dengan masyarakat Desa Ngoran.
Selain kegiatan yang ada di posko, aku juga mendapat
tugas untuk menjadi bendahara Koordinasi Kecamatan
(Korcam). Jadi aku sering keluar posko untuk musyawarah
dengan Koordinasi Desa (Kordes) setiap Desa yang ada di
Kecamatan Nglegok dan juga Koordinasi Kecamaatan
(Korcam) guna membahas perkembangan tiap KKN di
masing-masing desa yang ada di Kecamatan Nglegok serta
penutupan kecamatan.
Hari demi hari sudah berlalu dan proker-proker KKN
sudah terlaksana semua. Dan tidak terasa hari penutupan
telah tiba. Rabu, 13 Januari 2019 penutupan KKN Desa
Ngoran yang diadakan di Balai Desa Ngoran yang
dilaksanakan pada pagi hingga malam hari. Adapun kegiatan
pagi yaitu pemotongan tumpeng sebagai tanda penutupan
KKN, dilanjutkan pada siang harinya yaitu pensi dari para
siswa yang sudah di latih oleh teman-teman KKN. Pada
malam harinya yaitu kegiatan pengajian bersama masyarakat
dan Perangkat Desa Ngoran.
Kamis, 14 Januari 2019 pagi hari sekali aku sudah
bersiap untuk berangkat ke penutupan kecamatan yang
berada di gedung kecamatan. Acara berjalan dengan lancar
sesuai dengan rencana yang sudah di susun oleh panitia.
Setelah acara dan juga evaluasi panitia selesai, aku langsung
kembali ke posko untuk berpamitan dengan mbah ami dan
keluarga dan langsung kembali ke Tulungagung.

Selesai
Berpuluh
Hari Di Desa
Ngoran
Oleh: Hanik Amaria
Hari Jumat tanggal 11 januari tibalah pemberangkatan
ke Desa Ngoran. Ngoran adalah salah satu desa yang berada
di kecamatan Nglegok kabupaten Blitar. Mayoritas
penduduk desa Ngoran bermata pencarian sebagai pembuat
gula kelapa. Penduduk ngoran menyebutnya dengan sebutan
“Deres”banyak pohon kelapa di setiap rumah penduduk.
Di posko 1 ini kita bersinggah sementara waktu
sebelum kita berpencar untuk menempati posko kita
masing-masing. Tidak lama kami beristirahat sejenak kita
menuju ke balai desa bersama-sama untuk di sambut para
perangkat desa ngoran dengan hangat. Semua perangkat
berkenalan satu persatu kala itu anggota personil dari kami
juga belum lengkap tapi hanya satu dua saja yang belum
datang. Setelah kami berkumpul di kantor balai desa ngoran
kami berkeliling ke 4 posko yang akan kami tempati.
Pertama kami mengawali dengan berkunjung di posko 3
tepatnya di rt 1 rw 3 rumah Bu kunting lokasi dari balai
desa tidak terlalu jauh setelah agak lama kami berbinjang
kami meneruskan berjalana kami menuju posko 4 yang
terletak di rt 1 rw 4 rumah mbah amy. Sesampainya di
rumah mbah amy yang menjadi daya tarik teman-teman
kala itu mbah amy sedang mencetak gula merah dan sangat
ceppat sekali karna kata mbah amy jika telat sedikit aja
sudah tidak dapat di cetak. Karna bertepatan hari jumat
kami tidak bisa berlama-lama dirumah mbah amy kita
melanjutkan perjalanan kami ke posko 2 yang terletak di
rt 1 rw 2 inilah tempat posoku posko 2 yang jarak dari
balai desa juga cukup jauh dan berbelokbelok.
Malam pertama tidur di desa ngoran posko 2 memang
agak aneh tempat yang sangat sunyi penuh dengan peponan
jarak antar rumah sangat jauh ada lahan seperti hutan yang
memberi jarak setiap rumah rasanya inginku kembali pulang
tempat tidur yang harus dibawah dengan kasur tipis inginku
memejamkan mata sejenak tapi sangatlah sulit untuk
terpejam hingga ku bermain ponselku dan bingung harus apa
yang aku lakukan tepat di posko yang aku tempati. Akses
internet memang agak sulit untuk membua story teman
temanpun sangatlah sulit. Tidurpun sangat sulit tidak
seperti biasanya yang aku langsung tidur semisal kelelahan.
Disamping banyaknya kegiatan rutinitas keseharian
kami setiap malam selasa untuk posko 2 ikut dibaan untuk
malam kamis ikut yasinan di empat warga. jarang kami
menemui makanan yang belum pernah kita makan
sebelumnya mau tidak makan takut tidak menghargai jadi
kita harus memakannya pada suatu malam teman teman
posko 2 ikut yasinan dan menu yang disajikan ada urap dan
urap itu ternyata daun papaya kita belum pernah
memakannya sebelumnya karna kita tidak mau dicap manja
oleh warga sekitar kita tetap memakannya hingga
habis walapun harus menahan pahitnya daun papaya.
Aku dan posko 2 juga mengadakan les di posko yang
jadwalnya dimulai hari seni sampai dengan hari rabu di mulai
pada pikul 16.00-1700. Yang membuatku kagum dengan
anak-anak yang antusis mengikuti les sebelum jam 16.00
sudah berkerumunan di depan posko sudah berteriak di
depan posko sedangkan aku masih tertidur di sofa karna
rasa cepek setelah mengajar di TK AL-Hidayah 02. Rasa
capek yang menyelimutiku seketika hilang saat mendengan
teriakan si kurcil-kiurcil yang bersemangat untuk melakukan
bimbingan belajar di sore itu.
Banyak hal yang tidak kutemui sebelumnya kudapati
banyak hal yang tak terfikirkan olehku di desa ngoran ini
pertama saat aku membantu mengajar di salah satu TK di
ngoran tepatnya di TK AL Hidayah 02 banyak hal yang
membuatku ter kagum kagum. Tempat sekolah yang
sederhan yang hanya 2 kelas saja ruang kelas yang menjadi
satu dengan masjid di sekitar ruang kelas yang ber batako
dari luar yang belum ada plesan gambaran lainnya. Guru
yang mengajar sejumlah 2. Disini aku sangat bersyukur
walapun aku TK sudah lama tahunnya Tk ku masih ada
gambar gambar di dinding-dinding luar kelas. Kedua yang
membuatku tercengang anak-anak tk disini sangat pandai
sekali doa-doa keseharian semua hafal bahkan sampai ke arti
artinya di dalam hati kecilku mersakan kesalahan yang
teramat dalam penyesalan yang banyak aku yang sebesar ini
banyak doa yang takku hafali.
Senang hatiku saat bersama mereka di TK dengan
kesederhanaan sarana dan prasarana fasilitas tidak
mengubah minat belajar mereka. Mereka begitu
bersemangat. Memang tak banyak murid di TK tersebut
tapi kebersamaan antar siswa sangatlah terjalin. Terkadang
siswa siswi di jadikan satu kelas saat akan pulang dan
bermain bersama saat beristirahat. Sayangnya hanya dapat
bertemu mereka pada hari rabu dan kamis. Di sela
kesibukanku mengajar di TK aku dan teman temanku di hari
itu hari senin kami sudah berjanjian dengan bu Turisah
pembuat gula semut. Banyak heran yang ku dapati di rumah
bu turisah saat pembuatan gula semut waktu yang di
butuhkan sangat lama sekitar kurang lebih 4 jam. Dan tidak
di cetak melainkan di aduk terus menerus setelah
matangnya gula dan di ayak seberti butiran butiran debu.

Hanik Amaria mahasiswi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah


Ibtidaiyah (PGMI) IAIN TULUNGAGUNG. Menemukan arti
kesederhanaan, cinta, dan banyak sekali pengalaman hidup
dalam Program K2N di Desa Ngoran Posko 2 Kecamatan
Nglegok Kabupaten Blitar. Terimakasih Ngoran dan
Terimakasih K2N Ngoran 2019.

Selesai
Sebuah Kata
untuk KKN,
Pengorbanan
Oleh: Indah Wahyuningtyas
Berbicara tentang KKN, menurut sebagian besar
mahasiswa/mahasiswi KKN merupakan bentuk pengapdian
diri pada masyarakat. Karena ini merupakan kesempatan
langsung mahasiswa/mahasiswi untuk terjun dalam
masyarakat, sebelum mereka nanti lulus dan berkecimpung
dalam mayarakat tempat tinggalnya. Selain itu, hal ini
menjadi bekal serta pengalaman yang tak ternilai harganya,
karena secara langsung mahasiswa/mahasiswi melihat dan
juga merasakan berinteraksi dengan masyarakat yang
memiliki latar belakang juga kebudayaan yang berbeda. Pada
KKN, mahasiswa/mahasiswi akan belajar hal-hal baru yang
mungkin belum pernah ia lakukan sebelumnya. Seperti yang
saya alami, sebelumnya saya sama sekali belum pernah
mengikuti rutinan seperti yasinan, muslimatan, dan juga
diba’an dilingkungan tempat tinggal saya. Bukan karena
tidak ada, tetapi memang saya besar di keluarga
muhammadiyah, yang tidak pernah menjalani rutinitas
tersebut kecuali pengajian yang diadakan seminggu sekali.
KKN...., jika mendengar kata itu yang terlintas
dalam pikiran saya adalah hal yang menakutkan. Rasaya saya
adalah salah seorang yang memiliki gangguan kecemasan
terhadap kata KKN. Dalam pikiran saya, KKN merupakan
sebuah pengorbanan yang sangat besar. Iya,
pengorbanan....., pasalnya saat KKN, seseorang dituntut
menjadi mandiri, bersikap dewasa dilingkungan yang baru,
dan bisa jadi lingkungan tersebut jauh dari peradaban,
terletak di kaki gunung yang kesusahan mencari air dan
akses transportasinya yang belum baik. Saya merasa semua
itu adalah hal yang sangat mustahil untuk bisa saya lakukan.
Alasannya? Karena dari kecil hingga sekarang saya tidak
pernah jauh dari orang tua, tak pernah kekurangan, minta
apa aja langsung ada, selain itu saya juga jarang bersosialisasi
dilingkungan, bahkan ketemu sama orang saya malu (bukan
ansos, namun lebih kearah jarang keluar rumah untuk
sekedar bersosial), lalu bagaimana saya bisa hidup
dilingkungan baru yang seperti itu. Semua itu menjadi
momok menakutkan dalam pikiran saya.
Pengorbanan berikutnya adalah terkait kuota KKN
yang terbatas. Dari sinilah, pengorbanan itu muncul.
Mungkin pengorbanan ini datang dari teman-teman yang
tidak lolos daftar KKN gelombang pertama ini, bahkan tidak
sedikit dari mereka mereka yang sangat mengharapkan
untuk dapat lolos KKN gelombang pertama. Dan mungkin
saya dan beberapa mahasiswa/mahasiswi lainnya merupakan
mereka yang beruntung dapat lolos dan mengikuti KKN
gelombang pertama. Namun ini juga menjadi sebuah
pengorbanan bagi kami yang ber-KKN, dengan aturan baru
yang sangat jauh berbeda dengan KKN tahun-tahun
sebelumnya. Hingga KKN gelombang pertama angkatan kami
harus merelakan tidak mendapatkan Kaos kegiatan dari
pihak LP2M, karena pihak sana yang terlalu sibuk mengurusi
tempat KKN yang ada beberapa tempat harus dipindahkan
karena adanya kekurang stabilan didaerah tersebut
(politik). Baiklah...., hal itu bukan menjadi sesuatu yang
fatal dalam KKN tahun ini. Setidaknya tanpa kaos KKN
kita masih bisa membuat baju seragam sendiri.
Pengorbanan tidak berhenti dari situ, saat berangkat
KKN banyak hal yang harus kita korbankan. Keluarga, waktu
liburan, mungkin pekerjaan, dan juga finansial. Pengorbanan
lain yang lebih besar adalah egoisme diri. Masing-masing dari
kami harus menahan egoisme diri sendiri demi terciptanya
hubungan kekeluargaan yang baik dengan satu tim KKN.
Karena kita hidup degan orang baru, yang belum pernah
tahu sifat, sikap, dan karakter masing-masing individu.
Dalam KKN ini, saya harus menahan sikap manja dan
kekenak-kanakan saya di rumah. Dan pula harus belajar dan
terus belajar mengerti serta memahami sifat dari teman-
teman yang lainnya. Jadi bisa dibilang, ketika teman saya
melihat dan menilai saya adalah orang yang pendiam, lemah
lembut, baik, bijak dan lain sebagainya, itu adalah salah
satu pencitraan saya selama KKN. Karena semua itu tak
pernah saya lakukan ketika dirumah.
Tapi saya bersyukur karena mendapatkan tempat
KKN yang lumayan enak dibanding daerah lain. Desa yang
mulai maju, dekat dari kota, ya jauh dari momok yang
menghantui pikiran saya. Namun dibalik kenyamanan itu
semua tetap ada kekurang nyamanan, yaitu dari pihak desa
kita dibagi menjadi 4 posko yang tersebar di 4 RW. Jarak
antara satu posko ke posko lainnya lumayan jauh, hal ini
yang menyulitkan kita dalam berkoordinasi. Namun meski
seperti itu, rumah-rumah yang kami tinggali sudah sangat
layak dan fasilitasnya pun lengkap. Tidak seperti di daerah-
daerah lain yang harus bersusah payah untuk urusan MCK.
Mugkin hanya di posko satu yang airnya terkadang susah,
pompa airnya suka rewel ya maklum rumah yang lama tidak
ditinggali. Kamipun beruntung karena masyarakan desa
tempat saya KKN sangat Wellcom dengan program ini.
Meskipun desa dengan masyarakat majemuk, tetapi tidak
mengurangi kerukunan mereka dalam bermasyarakat. Kami
tidak mendapatkan kesulitan berarti untuk berinteraksi
dengan masyarakat Desa, bahkan kami yang sering diajak
dalam kegiatan-kegiatan yang ada di Desa. Dari kegiatan
posyandu, senam ibu-ibu PKK, pelatihan cerdas mengolah
pekarangan rumah dan lain sebagainya.
Rasa kesal..., sudah pasti ada. Apa lagi ketika ada
orang yang sikapnya sangat menjengkelkan dan tidak bisa
ditoleransi lagi, semaunya sendiri, serta susah diajak bekerja
sama. semua itu pasti terjadi, dan hal-hal kecil lainnya yang
membuat kita satu tim kadang terjadi cek-cok atau salah
faham. Namun semua itu menjadi pelajaran bagi saya,
karena saya jadi tahu rasanya menjadi pihak yang dirugikan.
Membuat saya memiliki kacamata lain dalam memandang
sebuah fenomena dan saya jadi tahu perasaan teman-teman
saya dulu ketika saya bersikap seperti itu. Secara tidak
langsung saya mendapatkan Terapi Psikodrama di dunia
nyata, tanpa harus datang kepada seorang terapis.
Dan akhir dari KKN ini ini saya belajar banyak hal,
salah satunya adalah bahwa kehidupan ini cuma sekejap.
Saat kita membayangkan, segala sesuatunya akan terlihat
sangat mengerikan, namun ketika kita menjalani akan terasa
biasa saja dan bahkan tanpa kita sadari, semua itu telah
berakhir. Seperti itulah pikiran kita selama ini yang
membuat kita tidak maju dan berkembang. Karena imajinasi
kita yang terlalu besar dan rasa takut kita untuk gagal
yang akhirnya membuat kita menghindar dari semua itu.
Padahal kita sadar, hari akan segera berakhir degan cepat.
Baiklah, intinya...., ketika kamu mendapatkan kesulitan
atas tugas-tugasmu, dan bayangan-bayangan yang belum
tentu terjadi, STOP!!! Jangan lagi pikirkan semua itu,
lakukan tugasmu dengan maksimal dan biarkan semua
berjalan dengan sendirinya. Adakalanya kita tak perlu
berfikir untuk bisa terbang.

Selesai
Pahit Manisnya
Kehidupan
Di Desa Ngoran
Oleh: Irfan Azizi
Berawal pada tanggal 11 januari 2019 aku berangkat
dan memulai Kuliah Kerja Nyata (KKN). Aku harus
beradaptasi dengan orang baru dan lingkungan baru. Sampai
disana aku merasa sedih karena harus LDR dengan kekasihku
dan keluargaku. Dan aku merasa senang karena kan bertemu
dan tinggal bersama teman dan masyarakat baru. Empat
hari disana aku masih belum ada kegiatan apapun, karena
pembukaan KKN dilaksanakan hari selasa malam. Diacara
pembukaan aku merasa senang karena bisa bertemu dengan
perangkat desa yang sangat ramah menerima aku dan
teman-teman. Dan pada acara pembukaan KKN itu
bersamaan dengan acara Desa jadi tamu yang hadir sangat
banyak sekali.
Pada minggu pertama aku dan teman-teman
mengadakan musyawarah pembagian kelompok divisi dan
sekaligus membuat program kerja perdivisi. Sambil
berkenalan satu sama lain. Disini aku masuk pada divisi
keagamaan dan sosial budaya. Di minggu ini juga kami
mampu bertukar pikiran satu sama lain. Selain itu pada
minggu pertama aku bersama teman-teman bersilaturrahim
ketetangga dan juga perangkat desa. Aku sangat bersyukur
bisa bertemu dengan beliau-beliau yang sangat baik dan
ramah. Mulai dari sini aku menyadari akan arti kehidupan
yang sebenarnya.
Setelah seminggu kegiatan aku gunakan untuk
pembentukan program dan survey sekaligus mengenal
masyarakat sekitar. Pada minggu kedua aku memulai
melaksanakan program kerja yang telah disepakati oleh
teman-teman. Aku mulai mengajar disekolah pada minggu
ini. Aku merasakan senang sekali ketika bisa membantu
mengajar di SD. Aku bisa bersyukur bisa mengamalkan ilmu
yang selama ini aku dapatkan. Dan yang lebih mengesankan
adek-adek yang aku ajar begitu sayang pada ku. Mereka
begitu antusias apalagi ketika mulai masuk kedalam kelas
mereka langsung berteriak memanggil namaku dan ketika
pelajaran sudah dimulai mereka sangat berantusias dalam
mengikuti pelajaran. Sampai pada terakhir kali aku mengajar
dan bertemu mereka, mereka kelihatan sedih dan mereka
rela memberikan kado untuk aku. Aku bakalan merindukan
mereka.
Selama KKN didesa Ngoran aku dan teman-teman
dibimbing dan diberi arahan oleh kepala desa beserta pamong
desa. Mereka sangat baik dan ramah kepada kami. Mereka
tidak pernah enggan mengajari kami. Mereka aku aggap
seperti saudara ku sendiri ketika ada didesa Ngoran. Bahkan
setiap malam beliaubeliau ini mengajak kami ngopi diposko
sampai larut malam, sambil ngobrol dan memberi nasihat
kepada kami. Sampai ketika kami antar posko memiliki
masalah beliaulah yang selalu menasehati dan memberikan
jalan keluar kepada kami. Beliau seperti orang tua kami.
Beliau sering mengajak bercanda kepada kami.
Selain kepala desa dan pamong desa masyarakat didesa
Ngoran juga sangat baik kepada kami. Mereka sangat ramah
sekali. Padahal kami termasuk pendatang didesa tersebut
akan tetapi mereka sungguh menghormati setiap tamu yang
datang didesa tersebut. Aku sangat bersyukur bisa bertemu
dengan orangorang baik seperti mereka. Banyak kenangan
manis dan pahit yang aku dapatkan didesa Ngoran ini,
meskipun tidak saya ceritakan semua. Sekian dan
terimakasih.

Selesai
Si Desa Manis
Gula Kelapa
Oleh: Kartika Anggraini

Suatu peristiwa dimana membuat saya begitu cemas


dan panik, yaitu tiba waktunya pendaftaran KKN
gelombang 1 pada tahun ini yang sistemnya first come first
serve (siapa cepat dia dapat). Kecemasan dan kepanikanku
semakin bertambah setelah mengetahui hasil pendaftaran
bahwa saya dan teman-teman dekat saya tidak bisa
bergabung satu kecamatan. Rasa kekhawatiran bertambah,
karena kurangnya persiapan mental untuk beradaptasi
dengan orang-orang baru dan bagaimana hal-hal yang harus
saya lakukan disana selama 35 hari kedepan, sungguh saya
belum ada gambaran sama sekali tentang bagaimana itu
KKN. Tiba-tiba muncul semangat yang luar biasa dari diri
saya setelah mendapatkan pembekalan tentang KKN dari
LP2M, DPL, Camat dan Lurah Nglegok, kemungkinan besar
KKN tidak seseram yang saya bayangkan selama ini.
Jum’at 11 Januari 2019 merupakan hari
pemberangkatan, rasa bahagia dan sedih bercampur aduk
pada diri saya. Bahagiaku karena akan bergabung dengan
teman-teman baru dari berbagai jurusan dan juga bisa
mencari ilmu di desa yang saya tuju, sedangkan kesedihanku
muncul karena harus berpisah dengan keluarga. Jum’at pagi
saya dan temanteman seperjuangan langsung meluncur ke
Desa Ngoran. Karena posko KKN tahun ini dari pihak desa
Ngoran mengusulkan untuk dibagi menjadi 4 posko yang
setiap poskonya ditempati 7 anak, jadi tujuan pertama
kami adalah ke posko utama yaitu tempat penitipan
barang-barang yang sebelumnya sudah diangkut terlebih
dahulu. Setelah mengecek barang bawaan sendiri-sendiri,
kami langsung menuju ke kantor desa Ngoran untuk ramah
tamah dengan kepala desa Ngoran dan juga perangkat-
perangkatnya. Barulah setelah itu kami meluncur ke posko-
posko agar saling mengetahui tempatnya. Desa Ngoran
merupakan desa yang sudah maju perekonomiannya sehingga
posko yang saya dan teman-teman tempati fasilitasnya
sudah memadai. Karena hari itu sangat melelahkan kami
langsung istirahat ke posko masing-masing.
Minggu pertama, mungkin masih terasa begitu asik
karena belum banyak kegiatan yang dilakukan karena masih
masa adaptasi dengan lingkungan sekitar. Jadi kegiatan saya
diposko hanya rapat dengan teman-teman, silaturahmi ke
warga-warga sekitar, selebihnya hanya makan, tidur,
ngrumpi. Karena kelompok kami berencana untuk
mengadakan bimbingan belajar untuk anak SD/MI di posko
III, jadi kami juga memberikan informasi ke warga sekitar.
Mendengar kabar tersebut, keesokan harinya banyak anak-
anak yang datang dengan semangat sampai-sampai ketika
kegiatan bimbingan belajar sudah selesai dia tidak mau untuk
pulang. Respon yang cukup baik itulah yang menjadikan
tantangan bagi kelompok ini.
Minggu kedua, saya dan teman-teman mengikuti
pelatihan optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui
KRPL budidaya tanaman sayuran dikantor desa bersama-
sama dengan ibu-ibu PKK. Nah keesokan harinya setiap
malam minggu, hal yang pernah saya dengar namun belum
pernah saya lakukan adalah mengikuti kegiatan diba’an
dengan ibu-ibu sekitar. Kenapa saya mengatakan belum
pernah? Karena bisa dibilang didesa tempat saya tinggal
tidak menerapkan kegiatan itu. Namun saya sangat senang
mengikutinya, jadi saya mempunyai pengalaman baru dengan
saling menghargai perbedaan.
Malam hari merupakan pilihan kami untuk
mengadakan evaluasi atas kegiatan harian dan rencana
program kerja nyata yang harus segera diterapkan oleh
kelompok ini. Namun karena jarak posko kami yang tidak
berdekatan menjadikan rasa persahabatan kami terasa
kurang akrab dan banyak perselihan yang terjadi selama
kegiatan KKN atau bisa dibilang kurang kompak. Namun hal
itulah yang menjadikan saya lebih sabar dan kuat untuk
menghadapi berbagai masalah dan juga memahami karakter
orang yang berbeda-beda. Meskipun banyak perpecahan,
saya bersama teman-teman tetap harus melangkah bersama
untuk memberdayakan masyarakat yang menjadi wilayah
KKN kami. Dengan semangat kami dan juga antusias
masyarakat yang tinggi, konsep proker (program kerja) yang
kami siapkan sudah mulai diterapkan. Dari beberapa divisi
yang terbentuk, saya bergabung dengan divisi ekonomi.
Contoh program kerja yang dilakukan oleh divisi ekonomi
yaitu “Pelatihan Bisnis Online” yang dihadiri oleh pemuda
desa Ngoran, Ibu-ibu PKK yang ± dihadiri oleh 80 orang
yang disampaikan oleh pemateri Elga Aris Prastyo, S.Pd
yang juga merupakan mahasiswa IAIN Tulungagung. Alasan
kami mengadakan proker itu karena perekonomian desa
Ngoran yang sudah maju yaitu adanya kegiatan menyadap
nira kelapa dan mengolah nira, dan juga membuat kerajinan
gendang yang sudah berjalan dengan lancar namun masih
terkendala dalam pemasarannya. Jadi kelompok kami
berinisiatif untuk berbagi ilmu mengenai dunia online yang
sekarang sudah marak dikalangan masyarakat yaitu belajar
mengelola toko online di Toko Pedia. Selain program-
program kerja itu, sebagai bentuk rasa terimakasih untuk
masyarakat kami akan mengadakan berbagai lomba yaitu
balap karung menggunakan helm, bola api, makan kerupuk,
adzan, dan mewarnai yang di ikuti oleh siswa-siswi sekolah
Ngoran dan juga pemuda-pemuda Desa Ngoran.
Suatu malam, seseorang yang ditunggu-tunggu
akhirnya datang, yaitu pasukan LP2M yang selama ini
seakan-akan menjadi momok untuk peserta KKN. Lagi-lagi
realita tak sesuai dengan expetasi, ternyata tak setegang
yang kelompok kami kira. Suasana menjadi ramai setelah
banyak candaan yang dilontarkan oleh LP2M. Selain itu
kami juga sangat senang karena LP2M mendukung program
yang sudah kami rancang. Pihak LP2M sangat berharap
tidak hanya dari divisi ekonomi, melainkan juga dari divisi
lain yang harus mewujudkan konsep kerja yang telah
disiapkan.
Selesai
Potret Mata Ala
Ngolah Pikiran
(Ngoran)
Oleh: Krismonika Khoirunnisa

Jauh hari sebelum tanggal pemberangkatan KKN


tahun ini, aku merasa begitu cemas dan panik. Cemas dan
panik masih menyelimuti anganku untuk menggambarkan
bagaimana kehidupan kurang lebih 35 hari ketika KKN.
Dapat dikatakan bahwa persiapan mental dan angan yang
kumiliki masih 0%. Sulit tidur dan sering bangun tengah
malam menjadi salah satu gejala kecemasan yang ada
pada diriku. Adaptasi dengan lingkungan baru merupakan
masalah yang sulit kuhadapi selama ini, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk memahami
individu lingkungan tersebut.
Kamis, 10 Januari 2019 pembukaan KKN pun tiba.
Di mana mahasiswa secara resmi dilepas menjadi mahasiswa
KKN sesuai dengan tempat yang dipilihnya. Pembukaan
tersebut dilaksanakan di Aula Gedung Arif Mustakim IAIN
Tulungagung. Kecemasan dan panik pun masih menyelimuti
anganku untuk menggambarkan bagaimana kehidupan di
sana. Hal-hal apa saja yang harus dilakukan di sana? Itulah
salah satu pertanyaan yang terngiang. Karena terlalu cemas
dan panik, pembekalan yang telah disampaikan oleh pihak
LP2M beberapa hari yang lalu hilang sekejap dalam angan.
Jumat, 11 Januari 2019 aku bersama teman-teman yang
KKN di Desa Ngoran Blitar berangkat bersama. Barang
bawaan yang sudah menyerupai pindah rumah pun berpindah
tempat di salah satu rumah warga Desa Ngoran Blitar
Dusun Pesantren (Posko 4). Sesampainya di posko, aku
pun istirahat sejenak. Pukul 10 tepat, aku bersama teman-
teman yang KKN di Desa Ngoran mengunjungi
Balai Desa guna memperkenalkan diri pada perangkat-
perangkat desa yang ada di Desa Ngoran. Waktu yang
tersisa tidak banyak, karena saat itu kebetulan hari
Jumat. Bersama dengan teman-teman yang belum saling
mengenal (karena beda jurusan), akhirnya kami pun
mengenal satu sama lain ketika berada di tiap poskonya.
Ibarat air sungai yang mengalir, posko 4 yang beranggotakan
7 orang tersebut dapat saling akrab dan mengakrabkan diri.
Seringnya berinteraksi dengan tuan rumah dan teman satu
posko memiliki mantra yang ajaib. Cemas dan khawatir pun
akhirnya menipis. Rumah yang luas dan tuan rumah yang
asyik menumbuhkan rasa keharmonisan. Berasa liburan di
rumah nenek, karena sang tuan rumah kebetulan juga sudah
tua. Seperti rejeki juga, karena semuanya tinggal pakai.
Mulai dari alat dapur, makan, mesin cuci, dan lain
sebagainya.
Mengenai kehidupan masyarakatnya, “nderes”
(mengunduh kelapa) merupakan pekerjaan yang banyak
dijumpai Desa Ngoran, karena pohon kelapa banyak dijumpai
di lingkungan sekitar. Selain pohon kelapa, pohon rambutan
dan durian juga ditemukan di Desa tersebut, karena lahan
desa juga sangat luas, maka tak jarang jika kelapa,
rambutan, dan durian banyak sekali dijumpai di Desa
Ngoran. Selain “nderes”, di Desa Ngoran juga terdapat
home industri yang bekerja sebagai pembuat miniatur
gendang. Home industri ini sebagai pembuat gendang dan
pendistribusiannya saja, untuk pemasok bahan mentahnya
dari luar desa.
Kegiatan desa merupakan bentuk sosialisasi
masyarakat guna menjaga tali persaudaraan dan tegur sapa.
Melalui kegiatan tersebut, masyarakat memiliki
agenda rutin yang diadakan oleh kelompok-kelompok yang
ada di desa. Misalnya kelompok Ibu-Ibu PKK yang kegiatan
tersebut merupakan kegiatan posyandu yang rutin diadakan
setiap tanggal 11 pada tiap bulannya, dan baru-baru ini juga
ada pembagian abate dan pemeriksaan jentik-jentik sebagai
bentuk cara menanggulangi penyakit DB (Demam berdarah).
Selain itu, dari Bapak-Bapak warga Desa Ngoran juga ada
agenda rutin yaitu kerja bakti yang dilakukan setiap hari
minggu.
Ngoran, Bumi Manusia yang Perang Salib
Keesokan harinya, aku bersama teman satu posko
mulai mengunjungi warga sekitar dengan tujuan agar saling
mengenal dan interaksi antara masyarakat dengan
mahasiswa KKN. Tujuan rumah warga yang pertama kali
dikunjungi adalah rumah ketua RT 5 RW 4 yang rumahnya
tidak jauh dari posko. Setiba di rumahnya, Beliau bercerita
mengenai karakteristik warganya. Mulai dari pekerjaan,
pendidikan, kegiatan, dan lain sebagainya. “Ngoran ada 2
dusun.Rejosari dan Pesantren. Untuk kegiatan di desa,
Dusun Pesantren ini terkenal agamis. Seperti kegiatan
dibaan, yasinan, shalawatan, TPQ (Madin), itu sudah biasa
dilakukan. Bahkan ada yang rutin. Seminggu sekali. Masjid
dan musholla di sini juga banyak. Tapi untuk Dusun Rejosari
dusunnya netral. Tidak terlalu agamis, tapi juga tidak
terlalu jeburis (lemah)”. Ungkap Beliau.
Setelah berkunjung ke rumah ketua RT, aku bersama
teman-teman melanjutkan kunjungan ke rumah Bu Lurah.
Kebetulan rumahnya berada di Dusun Rejosari, yang
letaknya berseberangan jalan dengan Dusun Pesantren.
Dengan berbekal niat “membandingkan” antara kedua dusun
tersebut, aku pun mulai sedikit mencatat mengenai apa
yang dikatakan oleh Bu Lurah. Tidak banyak yang dikatakan
oleh Beliau, karena kebetulan Beliau juga ada kepentingan
di luar desa. Tetapi ada satu kalimat yang sempat
membanjiri anganku. “TPQ di sini tidak banyak bakat yang
terlihat”. Akhirnya, aku bersama teman-teman
memutuskan untuk mengakhiri kunjungan, karena Bu Lurah
juga ada kepentingan.
Keesokan harinya, pada hari Minggu 13 Januari 2019
mahasiswa KKN Desa Ngoran mengadakan rapat di posko 1
(Posko pusat) guna membahas program apa saja yang perlu
diadakan di desa dan membagi siapa saja yang perlu
diterjunkan di dunia pendidikan (sekolah-sekolah dan TPQ).
Dari sini lah ide mulai bermunculan. Lempar usulan terjadi
ketika kordinator desa mengusulkan “TPQ bersholawat”,
yang rencananya ketika sudah selesai dilatih oleh mahasiswa
KKN, akan ditampilkan saat acara penutupan. Jadi ketika
KKN selesai, TPQ di sana khususnya Dusun Rejosari dapat
bersholawat. Dari sini dapat diambil kesimpulan, meskipun
berbeda dusun dan karakteritik budaya masyarakatnya,
dusun tersebut tidak saling bermusuhan, melainkan tetap
menjaga persaudaraan dan keharmonisan mereka di Desa
Ngoran.
Awal yang Berakhir
Hari berjalan demi hari, Kegiatan yang ada semakin
menanti. Seperti kerja bakti di lingkungan sekitar, senam
piket jaga di kantor desa, serta mengajar di SD, TK, PAUD
yang ada di Desa Ngoran. Terjun ke dunia pendidikan
menjadi salah satu bentuk interaksi mental yang harus
dihadapi, karena tidak semua mahasiswa dapat berinteraksi
di depan banyak siswa. Contohnya aku, yang masih sering
berkeringat dingin untuk berhadapan di hadapan umum.
Jangankan di usia yang lebih muda dariku, berinteraksi
dengan usia yang sama denganku pun aku masih sering
seperti itu. Pada awalnya aku menolak untuk ditugaskan
mengajar ekstra di SD, dengan alasan aku kurang
pengalaman dalam hal mengajar, tetapi alasanku tidak
masuk akal. Hingga beberapa menit kemudian aku
memutuskan untuk mengiyakan untuk mengajar ekstra di
SD. Kebetulan juga aku memegang ekstra pidato. Dari sini
aku mulai menggelutinya, karena ekstra yang ku pegang
merupakan ranahku, yaitu di bidang Bahasa Indonesia.
Selama kurang lebih lima minggu aku melatih pidato.
Dengan dua murid yang super sekali cueknya, aku mencoba
untuk berbaur dengan mereka. Gabriel dan Elsa, itu lah
nama mereka. Dari mereka berdua, aku mulai mengetahui
makna kesenangan. Sejak pertemuan pertama, mereka selalu
mengeluh untuk menghafal sebuah teks pidato, dengan
alasan karena terlalu banyak. Padahal menurutku cukup
sedikit karena hanya 1 lembar setengah saja. Keesokan
harinya, mereka sempat aku beri hukuman. Hukuman
tersebut berupa keterlambatan pulang dari jam asli, karena
tidak mau menghafalkan beberapa paragraf yang telah ku
tugaskan untuk dihafal. Mereka sempat khawatir. Pada
pertemuan ketiga mereka mulai sedikit ada perkembangan.
Elsa sudah berhasil menghafal 2 paragraf, sedangkan Gabriel
masih 1 paragraf. Keeseokan harinya, salah satu dari mereka
ada yang lupa semua mengenai teks yang sudah sempat
mereka hafalkan sebelumnya. Dari sini aku mulai berinisiatif
untuk memberikan sebuah tantangan. Tantangan tersebut
berupa “siapa cepat, dia dapat”. Jika salah satu di antara
mereka dapat mengahafal dengan lancar teks pidato yang
telah ku berikan dalam waktu 7 hari, akan ada sebuah
hadiah yang akau berikan. Dari sini mereka mulai tergerak
untuk bersemangat mengahafalkan.
Beberapa hari selanjutnya, hadiah yang dijanjikan ku
tunda untuk diberikan. Hadiah tersebut aku berikan saat
perpisahan dengan mereka, tepatnya saat hari terakhir
mengajar. Mereka sempat bingung, kenapa ada 2 hadiah
ketika salah satu di antara mereka ada yang lebih cepat
menghafal dan lebih lancar? Aku pun menjawab bahwa
hadiah ini sebagai kenang-kenangan imbalan karena semangat
dan ketulusan mereka yang tetap sabar meski sering
mendapat amarahku karena ulah mereka. Di akhir
pertemuan, mereka memiliki janji padaku yang harus
dipenuhi, yaitu akan tampil di acara perpisahan SD mereka
pada bulan Juli mendatang. Mereka mewajibkanku untuk
datang menghadirinya. Akhirnya aku mengiyakan, meski
hanya kata “insyaallah” yang dapat mewakilinya.

Krismonika Khoirunnisa, mahasiswi jurusan Tadris Bahasa


Indonesia (Tbind) mulai menerima banyak pelajaran, cerita,
dan pengalaman hidup dalam program KKN di Desa Ngoran
Posko 4 Kecamatan Nglegok Blitar. Hal itu terbukti ketika
semua hal yang dikerjakannya merupakan hal-hal yang
langsung bersangkutan dengan masyarakat. Semoga apa yang
telah diperoleh di sana menjadi suatu pelajaran sebagai
wujud bahwa sosial menjadi alasan untuk kembali pada diri
sendiri.

Selesai
Pohon Kelapa
Andil Kehidupan
Masyarakat
Ngoran
Oleh: Lulut Agustina
Jumat, 11 Januari 2019, sentuhan hangat mentari,
menyapa kami disebuah desa yang terletak di kecamatan
Ngleggok kabupaten Blitar. Ya, Ngoran adalah nama dari
sebuah desa yang akan kami tinggali selama 35 hari
kedepan. Tempat dimana kami akan mengabdi dan
mengamalkan sedikit ilmu yang kami miliki. Desa Ngoran
dengan luas wilayah 310.00 hektar dihuni kurang lebih
3500 penduduk, sebagian besar tanahnya ditumbuhi pohon
kelapa, hampir setiap rumah dengan pekarangan yang luas
ditumbuhi pohon kelapa yang jumlahnya berkisar 30-60
pohon. Karena tanahnya terbilang subur tak heran jika
banyak tanaman buah-buahan yang dapat tumbuh didaerah
ini, seperti pohon buah Durian, Manggis, Duku, Sirsak,
Alpukat dan masih banyak tanaman buah-buahan yang lain.
Sebagian besar penduduknya bekerja sebagai Dewan.
Dewan yang dimaksud disini bukanlah dewan eksekutif,
legislatif maupun Yudukatif. Melainkan “Dewan” adalah
sebutan bagi orang yang bertugas mengambil nira (air dari
bunga kelapa) yang nantinya akan diolah menjadi gula merah
atau gula kelapa. Dewan dalam bahasa jawa sama halnya
dengan Deres. Selain bekerja sebagai Dewan masyarakat
Ngoran juga bekerja sebagai petani dan buruh pasir. Namun
ada beberapa dari masyarakat setempat yang tidak memiliki
tanah sendiri sehingga pekerjaan yang dilakukan adalah
serabutan. Desa ini tidak terlalu terpencil, masyarakatnya
juga tergolong sudah modern, hal ini dibuktikan dengan
adanya pembuatan Gendang yang berhasil menembus kancah
Internasional, seperti Hongkong, Taiwan, China, dan Korea.
Aku bersama ke-enam temanku sebut saja, Prindi,
Hanik, Amalina, Ria, Kolip dan Susi menempati posko 2
yang bertempat dikediaman Bapak Khanafi. Kondisi
rumahnya cukup layak dengan berbagai fasilitas yang
memadai. Hanya saja kamar mandi tidak ada penutup
dibagian atapnya, sehingga kalau berdiri saja sudah terlihat
bagian tangan hingga kepala. Awalnya merasakan mandi
tidak jenak dan rasanya penuh was-was, takut ada yang
berlalu lalang disekitar kamar mandi karena lokasi kamar
mandi dengan dapur membaur menjadi satu. Seiring
berjalannya waktu aku dan teman-temanpun sudah terbiasa
mandi ditempat seperti itu. Suasana dimalam hari sekitar
posko 2 terlihat mencengkam karena rumah yang kami
tempati jauh dari pemukiman dan dikelilingi pohon kelapa.
Inginku segera memejamkan mata berharap besok pagi dapat
melakukan aktivitas dengan penuh semangat. Namun
berulang kali aku berusaha tetap tidak bisa. Sembari aku
berusaha melelapkan mata terdengar berbagai macam suara
lucu yang sebelumnya belum pernah aku dengar. Disitu
terdengar suara Qira’ yang merdu yang menambahku susah
untuk tidur dan menahan tawa. Qira’ adalah sebutan untuk
suara dengkuran merdu yang bersenandung dimalam hari.
Suasana itu yang nantinya akan kami rindukan ketika kami
sudah tidak tidur dalam satu atap lagi.
Hari demi hari telah kita lewati, dengan berbagai
kegiatan yang cukup menguras tenaga. Seperti mengajar di
PAUD, TK, SD maupun TPQ, kami juga membantu kegiatan
desa seperti Posyandu, Pemantauan Jentik-jentik dan
pembagian Abate. Sedangkan Kerja bakti merupakan
kegiatan rutin yang kami lakukan setiap hari minggu pagi.
Hingga kegiatan agamis seperti Yasinan, Khataman Quran,
dan Dibaanpun kami ikuti.
Masyarakat Ngoran menjadikan pohon kelapa sebagai
andil kehidupan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-
hari. Pasalnya masyarakat setempat sebagian besar
menggantungkan hidupnya pada gula kelapa atau gula merah
yang setiap hari diproduksi secara perorangan. Gula kelapa
ini nantinya akan dijual kepada pengepul gula yang ada di
desa Ngoran. Setelah dari pengepul, gula merah ini nantinya
akan dikirim ke pabrik kecap yang berada di kota-kota besar
seperti Jakarta dan Surabaya. Gula kelapa ini dicetak
menggunakan batok kelapa sehingga ketika dingin bentuknya
menyerupai batok kelapa. Gula kelapa desa ini masih
terkenal dengan keaslinya karena dalam pembuatan gula
kelapa tidak ada tambahan bahan kimia sehingga kemurnian
rasa inilah yang menjadikan gula kelapa selalu dipercaya
untuk memasok dipabrik kecap di kota besar. Cara
pembutan gula merah atau gula kelapa terbilang cukup
sederhana yaitu dengan merebus legen selama kurang lebih
4-5 jam hingga air legen berubah mengental setelah
mengental kemudian dicetak dibatok kelapa dan kewmudian
didinginkan.
Selain diolah menjadi gula merah, air dari nira kelapa
(legen) dapat diolah menjadi gula semut. Ide ini pertama
kali muncul digagas oleh kelompok ibu tani yang secara
kreatif mengikuti berbagai seminar diluar kota tentang
pembuatan gula semut. Gula semut adalah gula merah
berbentuk seperti serabut halus menyerupai semut. Gula
semut ini terdiri dari berbagai varian rasa diantaranya ada
rasa jahe, kunyit, maupun tanaman toga lainnya. Dahulu
produktivitas pembuatan gula semut ini sangatlah besar,
banyak pemesanan yang datang dari dalam maupun luar
daerah, bahkan sempat membawa nama Ngoran hingga
terkenal diberbagai daerah di Jawa Timur. Seiring
berjalannya waktu produktivitas gula semut mulai menurun
bahkan sudah tidak berjalan lagi. Pemasaran produk menjadi
masalah terbesar yang dialami oleh kelompok ibu tani.
Kamipun berinisiatif membuat program pelatihan bisnis
online, dengan mendatangkan narasumber yang ahli
dibidangnya, harapan kami adalah agar hidup kembali
kejayaan yang dulu dimiliki kelompok ibu tani, sehingga
dapat membawa kembali nama Ngoran yang sempat
terkenal.
Selain itu, untuk menambah semangat belajar anak-
anak di desa Ngoran kami mengadakan “Pekan Ceria
Ngoran” acara ini terdiri dari berbagai perlombaan yaitu
lomba merwarnai kaligrafi tingkat TK, lomba Adzan tingak
TK dan SD, lomba makan Kerupuk dan lomba balap karung
memakai Helm. Dan pada malam harinya kami mengadakan
lomba bola api yang diikuti oleh pemuda desa Ngoran. Kami
pun mendapat dukungan dari masyarakat setempat hal itu
ditunjukkan dengan banyaknya jumlah peserta lomba dan
jumlah penonton yang menambah seru suasana lomba waktu
itu.
35 haripun sudah kami lalui, dengan berat hati kami
meninggalkan semua kebiasaan yang biasa kami lakukan.
Acara penutupan kami lakukan dengan serangakaian acara,
pagi pemotongan tumpeng, siang hari pentas seni, dan
malam hari pengajian dan doa bersama.

Tuhan memberiku kesempatan untuk membilas otak dan


hati ini. Maafkan aku yang belum bisa memberi
manisnya ilmu dan indahnya akhlak. Inilah aku yang
sedang berproses. Meraih banyak pelajaran ilmu
kehidupan dari sebuah desa kecil penuh kenangan,
Ngoran

Selesai
Bersama
di Beribu Pohon
Kelapa Desa
Ngoran
Oleh: Mirza Afiq Nashan
Desa Ngoran merupakan salah satu Desa yang berada
di Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar. Secara garis besar
Desa Ngoran memiliki banyak potensi untuk menjadi Desa
yang makmur dan sejahtera. Selain memiliki tanah yang
subur, sumber daya manusia yang baik, pemerintahan Desa
yang sehat dan kondusif, Desa Ngoran memiliki potensi
dalam bidang perkebunan. yaitu perkebunan kelapa. Pohon
kelapa di Desa Ngoran berjumlah cukup besar. Para warga
memanfaatkan pohon kelapa untuk di ambil air nira (legen)
yang diolah menjadi gula merah atau gula kelapa. Hampir
setiap rumah memproduksi gula kelapa. Selain gula kelapa
dibentuk seperti batok kelapa, ada varian bentuk lain yang
dibuat oleh kelompok ibu-ibu petani yaitu berupa bubuk
gula kelapa, yang sering disebut gula semut. 11 januari aku
mengawali berangkat ke desa ngoran yang tak tau persis
tempatnya aku membawa barang barangku yang amat
banyak dengan menggunakan sepedah motorku. Aku sangat
asing dengan desa ngoran walapun tempat kota kelahiranku
berdekatan dengan kota di dalam desa ngoran. Setibanya di
ngoran hatiku tak karuan menyesuaikan diri dengan berbagai
macam dari latar belakang jurusan yang berbeda.
Masyarakat Desa Ngoran bisa dikatakan adalah
masyarakat yang tanggap dengan perubahan dan kemajuan,
tak terkecuali dalam bidang industri. Hal ini dibuktikan
dengan pemasaran gendang yang sudah mencapai tingkat
internasional. Para warga Desa Ngoran banyak yang
memproduksi gendang, yang merupakan permintaan dari
konsumen luar negeri. Selain hal itu dapat dibuktikan
dengan teknologi dan informasi, para warga desa ngoran
(75%) telah memiliki akses terhadap ponsel pintar.
Hari demi hari kami lewati dengan berbagai kegiatan.
Mulai dari mengajar di PAUD, TK, SD, TPQ, membantu
kegiatan-kegiatan pemerintahan desa seperti posyandu
balita, posyandu lansia, sosialisasi Ibu hamil, pemantauan
jentik-jentik, pembagian abate, kerja bakti antar RT hingga
kegiatan masyarakat yang bersifat agamis seperti Yasinan,
Tahlilan, Istighosahan, Diba’an dan Khataman Al-Qur’an.
Kami benar-benar merasakan sambutan hangat dari setiap
masyarakatnya. Nuansa keramahan di desa ini benar-benar
masih kental. Tak sedikit dari kami yang merasa iri dengan
desa ini. Sangat jarang ditemukan desa dengan nuansa
penuh keramahan seperti desa Ngoran ini.
Suatu hari aku bersama temanku mengajar di TK
ALHIDAYAH 1 kutemui siswa-siswi yang amat kecil imut
inginku bawa pulang setelah kkn karna saking imutnya aku
tak bisa menahan rindu setiap aku tak mengajar di TK aku
baru mengerti untuk mengajar anak kecil tak mudah seperti
memberi tahu anak dewasa . aku harus ekstra pelan sabar
dan iklas untuk memberikan transfer ilmu pada siswa-
siswiku terkecil di desa ngoran ini.
Selain rutinitas keseharian kami juga mengadakan
“Pekan Ceria Ngoran” kami pun mengumumkan di berbagai
sudut ngoran dengan menggunakan pic up yang berisi suara
ajakan untuk mengikuti lomba lomba di kegiatan ini aku pun
sangat senang berkeliling di berbagai sudut di desa ngoran
walapun aku harus membuntuti di belakang pic up dengan
menaiki sepedah bersama kurcil-kurcinya ngoran rasa
kebersamman kami dengan penguin ngoran kecil ini tercipta.
yang terdiri dari lomba adzan, mewarnai kaligrafi, makan
kerupuk, balap karung helm dan sepak bola api.
Hiruk pikuk anak-anak desa ngoran bak suasana bulan
Agustus. Ceria dan penuh cerita bahagia. Bukan hanya anak
anak kecil saja yang ikiut pecan tersebut aku pun ikut
bermain sepok bola api sebelum itu karna aku sebagai sei
perlengkapan aku merasakan sekali gimana susahnya
membentuk bola yang ku mainkan ini dan harus mencari
minyak gas untuk merendam bola ku kelilingi desa desa yang
ada di kecamataan nglegok untuk ku temukan minya gas
untuk merendam bola yang terbuat dari kelapa ini. Aku
bermain bersama teman se posko menjadi satu tim dan
melawan dari pemuda ngoran bukan apa apa tim kami
memenangkan pertandingan bola api antar pemuda ngoran
ini rasa panas di kaki seketika tak tersa karna hangatnya
kebersamaan mengalahkannya.
Selain kegiatan pekan ceria ngoran kami juga
mengadakan pelatihan bisnis online kami mengundang warga
sekitar ibu-ibu PKK. Kami mendatangkan Narasumber yang
sangat handal yang ahli pada bidang online. Walapun di
sesampainya acara pelatihan bisnis online warga yang datang
tak seperkiraan kami. Tapi kami senang sekali dapat
terselenggarannya pelatihan ini.
Seiring dengan berjalannya waktu hari demi hari yang
ku lewati di desa ngoran tiba pada tanggal 13 februari
rasanya ingin ku kembali pada bulan januari karna
kutemukan banyak pelajaran hidup dalam program-program
KKN Ngoran 2019 ini aku tak kuasa hatiku tak karuan saat
tiba tanggal 13 februari ini yang harus menutup semua
rutinitas kesharian selama berada di desa ngoran. dengan
tiga rangkaian acara yaitu pemotongan tumpeng pada pagi
hari, pentas seni di sore hari dan pengajian akbar di malam
hari. Suasana haru benar-benar menusuk di setiap pori-pori
hati kami. Air mata tak terbendung dikala kami harus
berpisah dengan desa ini.
35 hari bersama ngoran kurang rasanya bagiku yang
terlanjur memberi kenyamanan disetiap harinya ngoran desa
di kecamatan nglegok berhasil menyetuh hati yang dulunya
tak mengerti arti sebuah kenyamanan yang sesungguhnya
tercipta dengan berbagai kegiatan di setiap harinya jika bisa
kuputar waktu seperti ku memutar oreo akan kuputar agar
kehangatan kebersamaan tak kan pernah pergi.

Selesai
Sementara Waktu
Di Tempat Yang
Katanya Banyak
Cinlok
Saya Muhammad abdul aziz mahasiswa IAIN
Tulungagung semester 6 jurusan Hukum Ekonomi Syariah,
ini adalah sepenggal cerita KKN saya di desa Ngoran
kecamatan Nglegok. Bermula dari pengumuman kkn
gelombang 1, kebetulan di Fasih memang mahasiswa yang
kkn itu sudah di bagi dan saya termasuk didalamnya
Alhamdulillah atau masalah sebenernya dapat gelombang 1
tapi disisi lain ini bisa jadi lahan bisnis carter mobil itung-
itung nambah uang saku, sengkatnya akhirnya saya dapat
pelanggan untuk nganter barang ke posko kkn di kesamben
dan waktunya pemberangkatannya sama dengan posko saya
akhirnya saya minta izin ke ketua saya untuk datang
terlamabat yaitu saya datang Jum’at sore ke posko soalnya
saya paginya di kesamben dan katanya tidak apa-apa soalnya
belum pembukaan di desa, tapi namanya orang cuma bisa
berencana tapi alloh lah yang punya rencana dan akhirnya
saya sore masih sampai kesamben setelah dari situ saya
langsung berangkat ke posko saya sendiri dan sampai malam
hari sampai disana saya cuma naruh barang kemudian saya
pulang karena waktu itu saya bawa pickup akhirnya sabtu
pagi-pagi saya berangkat ke posko.

Sampai di posko tak lama kemudian mengadakan rapat


persiapan untuk pembukaan KKN d balaidesa, setelah
selesaidan terpilihlah ketua pelaksana dan yang lain yang
dibutuhkan saat pembukaan, akhirnya terlaksana pembukaan
KKN IAIN TULUNGAGUNG 2019 di Desa Ngoran,
pembukaan dilaksanakan malam hari dan di hadiri oleh dosen
pendamping dari kampus yang juga beliau bermalam di
posko, dan setelah pembukaan selesai kita bareng-bareng
kumpul di salah satu posko, karena posko di Ngoran itu di
bagi menjadi 4 jadi tiap posko itu ada 7 anak kebetulan
dosen pendamping menginginkan untuk sekedar kumpul
karena ada yang perlu di sampaikan, ya memang karena ada
yang perlu dan penting untuk di sampaikan karena sebelum
itu saya dan sebagian temen ada yang bercerita kepada
dosen pendamping tentang apa saja yang terjadi setelah
beberapa hari di posko dan memang banyak terjadi hal yang
tidak di sangka-sangka, tidak hanya itu disitu kami juga
membahas kenapa kok dijadikan 4 posko padahal dari LP2M
itu hanya menyarankan untuk menjadi 2 posko karena
dengan 4 posko itu nantinya menyulitkan untuk koordinasi
satu sama lain, tetapi ternyata memang ada alasan dari
pihak desa kenapa dijadikan 4 posko karena sebelumnya juga
sdah dinego oleh dosen pendamping tetapi ya memang tidak
bisa.
Setelah itu hari berlanjut aktifitas seperti biasa pagi
menyapu masak itu saya lakukan, halhalyang belum pernah
saya lakukan di rumah itu saya lakukan di KKN, misalnya
saja saya dari jurusan Hukum menjadi seorang pendidik
karena memang saya di devisi pendidikan, saya memilih
pendidikan karena saya piker yang masuk di devisi pendidikan
itu orangnya sudah bisa diandalkan, dan ternyata betul
memang mereka yang ada di pendidikan itu bisa di andalkan
karena memang yang ada di dalam devisi pendidikan itu PH
semua. Di devisi pendikan kegiatan sehari-harinya mengajar
di lembaga pendidikan di desa setempat, membantu
memeberikan bimbingan tambahan di sekolah, mengajar
ekstakuriluler di sekolah, dari devisi pendidikan sebelumnya
ada proker utama yaitu mendirikan taman baca / sekolah
alam dengan mengandalkan anak-anak usia SMA atau Kuliah
di desa setempat untuk mengelolanya, tetapi tidak
terlaksana karena terkendala dana dan tempatnya tidak ada
akhirnya hanya bantu-bantu di sekolah-sekolah saja
agendaanya.

Hari berganti hari kegiatan pokok setiap harinya sama,


disini saya di ajari bagaimana cara untuk hidup mandiri dan
juga bagaimana jadi seorang pendidik, bagaimana sulitnya
menghadapi anak kecil yang kebanyakan anak kecil itu aktif
sulit di atur hanya suka main, sampai pernah waktu itu
teman saya ngajar bareng saya waktu sholat dhuha ada anak
kecil namanya bintang itu di marahi sampai wajah anak itu
pucat, wajar memeng karena anak kecil itu memang sulit di
atur kalau kita yang baru saja sudah marah-marah apalagi
mereka yang sudah tahunan ngajar anak kecil.

Karena di bagi menjadi 4 posko jadi saya sering


bertamu ke posko posko lain untuk sekedar nongkrong di
waktu tidak ada kegiatan atau mandi bahkan cari makan,
karena di posko cowok (posko utama) itu tidak ada air,
ada sumur ada pompa air tapi airnya tidak bisa naik sebab
air di sumur tidak banyak jadi tidak bisa naik padahal sumur
tetangga sebeelah itu tidak kesulitan air, tetapi itu tidak
berlangsung lama sekitar dua minggu itu air sudah mengalir
jadi mulai saat itu saya jarang pergi ke posko-posko hanya
untuk numpang mandi. Setelah hari mulai menuju akhir
KKN dan saya malah mulai cocok dengan lingkungan sekitar
dan temen-temen sudah mulai periapan untuk penutupan
saya pun segera mengakhiri untuk kegiatan saya mengajar
di sekolah-sekolah Setelah itu kami focus untuk penutupan
dengan mengadakan acara Pekan Ceria Ngoran yang isinya
lomba untuk tingkat tk dan sd untuk dewasa diadakan
lomba bola api pada malam. Berselang tiga hari diadakan
penutupan di desa berlangsung dari pagi yaitu tumpengan
dan siangnya pensi yang diisi adik-adik didikan dari temen-
teman dan malamnya diadakan pengajian, itu sepenggal
cerita saya di desa ngoran kecamatan Nglegok. Terimakasih.

Selesai
Menara Nafkah
Di Negeri
Lentera
Oleh: Muhammad Shodiq Wahyudi
Ngoran, desa kecil dengan luas 310 hektar yang
terletak di kecamatan Nglegok kabupaten Blitar ini
merupakan desa paling bersih se-Blitar Raya. Desa ini dari
arah selatan berbatasan dengan desa Dayu, dari arah timur
berbatasan dengan desa Kemloko dan desa Penataran, dari
arah utara berbatasan dengan desa Kedawung dan dari arah
barat berbatasan dengan desa Karangbendo. Desa ini terbagi
menjadi 4 RW, 19 RT dan dua dusun yaitu Rejosari dan
Pesantren. Terdapat 3 masjid dan 2 gereja serta belasan
musholla kecil yang tersebar di setiap sudut desa.
Dalam perbedaan pekerjaan dan agama, mereka tetap
saling toleransi, saling memahami dan saling menghormati
sehingga desa ini selalu dalam suasana harmoni.
Infrastruktur kesehatan juga sudah terfasilitasi di desa ini.
Terdapat bidan dan posyandu yang aktif melakukan
pemantauan Ibu hamil, posyandu lansia, posyandu balita dll.
Kegiatan tersebut rutin dilaksanakan setiap bulan sehingga
masyarakat desa Ngoran senantiasa terjaga kesehatannya.
Di desa ini juga ada kegiatan rutin keagamaan seperti
yasinan, tahlilan, khataman, diba’an istighosah dll. yang
digilir setiap rumah, masjid dan musholla. Disamping itu,
budaya gotong royong di desa ini juga masih lestari seperti
pada saat acara pernikahan, sunatan atau saat membangun
rumah. Desa ini kaya akan intuisi. Ikatan batin diantara
warga juga masih terlihat dari cara mereka berkomunikasi.
Dari sinilah, kami mahasiswa-mahasiswi IAIN Tulungagung
mencoba berbagi dan memetik ilmu dari mereka melalui
kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang diselenggarakan
oleh lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat di
kampus kami.
Berita kedatangan kami pada hari Jum’at, 11 Januari
2019 telah menyebar cepat ke masyarakat bak aroma
parfum yang menyebar di setiap sudut ruangan. Jum’at
pagi sekitar pukul 09.00, kami diminta oleh bapak Carik
(Sekretaris Desa) datang ke balaidesa untuk berkenalan
dengan bapak dan ibu perangkat desa Ngoran. Suasana tawa
dan gembira senantiasa menyelimuti percakapan kami karena
perangkat di desa tersebut rata-rata berusia di bawah tiga
puluh tahun bahkan ada dua perangkat yang belum menikah.
Tentu saja hal itu dijadikan bahan candaan buat mencairkan
suasana pagi itu.
Waktu terus bergulir. Hari demi hari kami lewati
dengan berbagai kegiatan. Mulai dari mengajar di PAUD,
TK, SD, TPQ, membantu kegiatan-kegiatan pemerintahan
desa seperti posyandu balita, posyandu lansia, sosialisasi Ibu
hamil, pemantauan jentik-jentik, pembagian abate, kerja
bakti antar RT hingga kegiatan masyarakat yang bersifat
agamis seperti Yasinan, Tahlilan, Istighosahan, Diba’an dan
Khataman Al-Qur’an. Kami benar-benar merasakan
sambutan hangat dari setiap masyarakatnya. Nuansa
keramahan di desa ini benar-benar masih kental. Tak sedikit
dari kami yang merasa iri dengan desa ini. Sangat jarang
ditemukan desa dengan nuansa penuh keramahan seperti
desa Ngoran ini.
Di sudut yang lain, kami melihat suatu potensi besar
yang masih terpendam dari desa ini. Potensi yang dulunya
pernah berkembang namun kini telah meredup bahkan dapat
dikatakan hampir tiada. Dulunya potensi tersebut sempat
membawa nama Ngoran hingga terkenal di berbagai daerah
di Jawa Timur melalui pameran-pameran produk lokal.
Potensi ini membutuhkan ketrampilan khusus. Ketrampilan
memanjat pohon kelapa, ketrampilan merebus nira, hingga
kemampuan mengolah nira yang sudah siap cetak menjadi
gula merah pasir. Bentuknya mirip dengan serbuk pasir
coklat. Dan semuanya murni dari nira pohon kelapa. Produk
itulah yang kami sebut sebagai “Gula Semut”.
Kami mendapati cerita bahwa dulu Gula Semut sering
mendapatkan pemesanan. Namun kini menjadi sepi pemesan.
Tidak stabilnya sistem pemasaran membuat produk lokal ini
menjadi dipandang sebelah mata dan banyak yang lebih
memilih membuat gula kelapa cetak. Oleh karena itu, kami
berinisiatif mengadakan pelatihan bisnis online yang nantinya
bisa membantu memperlancar proses pemasaran gula
tersebut. Dalam pelatihanpun diajarkan bagaimana cara
mengemas serta cara mengambil foto produk yang baik.
Pelatihan itu telah berhasil membuka wawasan masyarakat
tentang sistem jual beli masa kini serta praktik langsung
dalam membuat akun bisnis online. Kini, produk gula semut
khas ngoran sudah dapat dipesan melalui Tokopedia dan
nantinya akan tersebar di berbagai toko online yang lain.
Selain pelatihan bisnis online, kami juga sedikit berbagi
ceria dan tawa melalui kegiatan “Pekan Ceria Ngoran” yang
terdiri dari lomba adzan, mewarnai kaligrafi, makan kerupuk,
balap karung helm dan sepak bola api. Hiruk pikuk anak-
anak desa ngoran bak suasana bulan Agustus. Ceria dan
penuh cerita bahagia. Namun, seiring gugurnya dedaunan
dan tumbuhnya rumput liar. Tiga puluh lima hari bak terasa
tiga puluh lima detik. Penutupan KKN pada hari Rabu, 13
Februari 2019 kami laksanakan dengan tiga rangkaian acara
yaitu pemotongan tumpeng pada pagi hari, pentas seni di
sore hari dan pengajian akbar di malam hari. Suasana haru
benar-benar menusuk di setiap pori-pori hati kami. Air
mata tak terbendung dikala kami harus berpisah dengan
desa ini.
Inilah desa dengan seribu satu menara nafkah. Yang
setiap hari menghasilkan pundi-pundi rizki. Yang tegak
berdiri menjulang tinggi dan yang selalu hadir sebagai
penghibur hati. Itulah akhir kisah kami tentang sebuah
negeri. Negeri yang kami sebut sebagai “Negeri Lentera”.
Negeri yang memancarkan cahaya kedamaian dan keramahan.
Negeri dimana manusia dan alam hidup berdampingan.
Negeri dimana manusia saling melengkapi dan menghargai,
Saling toleransi dan mengkasihi serta saling menyayangi dan
mencintai.
Ngoran, Dirimu Ladang Perdamaian.

Selesai
Kehidupan Di
Desa Surga Seni
Dan Kelapa
Oleh: Nur Qholbi
Beberapa hari sebelum berangkat KKN, saya
merasakan kekhawatiran yang sangat hebat, memikirkan
bagaimana nanti di tempat KKN, apakah betah dan nyaman,
bagaimana makan dan tidurnya. Selain itu, bagaimana dan
apa yang harus saya lakukan di tempat KKN, belum ada
rencana sama sekali. Walaupun sebenarnya saya sudah survey
ke lokasi bahwa tempat KKN yang akan saya tempati tidak
begitu pelosok atau pedalaman. Sebelum pemberangkatan,
selama di rumah saya memuaskan diri pergi ke mall dan
makan makanan yang trend di kota asal saya. Hal tersebut
agar mengobati rindu saya pada kota asal.

Mengapa saya menamakan judul narasi untuk KKN ini


“Desa Surga Seni dan Kelapa”? Hal itu beralasan di desa
ini ada beberapa rumah yang membuat alat musik berupa
kendang dan membuat produk makanan berupa gula merah
atau gula kelapa. Kendang yang dibuat sangat diperhatikan
kualitasnya sebelum dipasarkan ke luar negeri, begitupun
dengan gula merah. Tidak heran kalau di desa ini banyak
pohon kelapa dan ada beberapa orang masih mengambil
kelapa dengan manual tanpa bantuan alat apapun.

Hari pertama disini, Jumat, 11 Januari 2019,


sebagian dari kelompok kami berangkat bersama-sama dari
Tulungagung, dan sisanya berangkat dari Blitar. Sampai di
desa, kami berkumpul di posko utama atau posko mahasiswa
laki-laki tepatnya di Jalan Lada yang berada di RW 01.
Setelah itu, kami mempersiapkan diri untuk mengunjungi
balai desa bersama-sama. Kami disambut baik oleh seluruh
perangkat desa, termasuk Kepala Desa Ngoran. Seluruh
perangkat desa memperkenalkan diri satu persatu. Setelah
itu, teman laki-laki kami mempersiapkan diri untuk
berangkat ke masjid dan semua teman perempuan
mengunjungi satu persatu posko kami. Karena di desa ini
posko KKN dibagi menjadi empat posko, yang terdiri dari
posko utama di RW 01, posko 2 di RW 02, posko 3 di
RW 03, dan posko 4 di RW 04. Setelah selesai mengunjungi
tiap posko, kami membereskan barang kami di posko utama
dan membawanya ke posko masing-masing. Saya dan teman-
teman masih beradaptasi dengan suasana sekitar. Hal
tersebut terlihat pada hari pertama dan kedua, kami belum
terbiasa untuk tidur dan buang air besar.

Hari kedua, kami diundang oleh tetangga sekitar


untuk mengikuti tibaan atau sholawat nabi bersama ibu-ibu
di sekitar RW 03. Menurut pandangan saya, disini para
warganya aktif dalam melakukan kegiatan yang diadakan oleh
desa, termasuk ibu-ibu PKK yang mengikuti acara di balai
desa, lalu ibu-ibu setiap RW yang mengikuti yasinan rutin
yang dilakukan pada malam kamis atau hari Rabu, serta
tibaan yang dilakukan pada malam minggu atau hari Sabtu.
Seminggu disini, saya bersama temanteman mengunjungi
rumah perangkat desa, termasuk ketua RT setempat. Hal
tersebut membantu kami dalam bersosialisasi dengan warga
sekitar.

Selasa, 15 Januari 2019, pembukaan KKN terlaksana


dengan lancar dan didampingi oleh DPL serta perangkat
desa. Kemudian, acara pembukaan KKN diteruskan dengan
acara desa yaitu musyawarah desa. Hari selanjutnya, kami
membuka program les gratis yang diikuti oleh anak-anak sd
sekitar posko 3. Kami juga membagi tugas mengajar ke
beberapa sd, tk, dan paud.

Dua minggu disini, saya dan teman-teman seposko


merasakan hal yang kami takuti sebelum berangkat KKN.
Apabila kami sekelompok dibagi menjadi empat posko
pastilah kami jarang bertemu dan berkumpul sehingga
menimbulkan gejolak batin antara posko satu dengan
lainnya. Kami mencoba mengutarakan apa yang kami rasakan
dan berusaha mencari jalan keluarnya agar kami bisa sering
berkumpul. Dengan membagi jadwal piket untuk
membersihkan posko utama, membagi jadwal mengajar, dan
membagi jadwal jaga posko utama, kami sering berkumpul
antara satu sama lain.

Sabtu, 2 Februari 2019, program kerja yang kami


rencanakan jauh-jauh hari berjalan lancar. Program kerja
yang kami laksanakan yaitu “Pelatihan Bisnis Online”.
Peserta dari acara tersebut yaitu ibu-ibu PKK, pemuda
desa, pembuat gula merah, serta pengrajin kendang. Acara
tersebut bertujuan agar peserta dapat mengembangkan
pemasaran barang yang akan dijual seperti produk asli dari
desa, gula merah dan kendang maupun barang lainnya.
Pelatihan tersebut agar masyarakat lokal maupun asing bisa
mengetahui dan membeli produk dari desa ini. Alasan
kelompok kami memberikan pelatihan bisnis secara online
karena kurangnya pemasaran di Desa Ngoran dalam
memasarkan produknya.

Produk di Desa Ngoran yaitu gula merah dan alat


musik berupa kendang. Gula merah di desa ini biasa
diproduksi seperti bubuk, sehingga masyarakat desa
menyebutnya gula semut. Gula semut yang diproduksi hanya
dapat tersebar dan terjual dalam masyarakat lokal, belum
sampai terjual hingga luar negeri. Berbeda dengan produk
kesenian di Desa Ngoran yaitu kendang, kebanyakan pemesan
dari luar negeri seperti Hongkong, China, dan lainnya.
Masyarakat lokal jarang memesan kendang yang diproduksi
oleh masyarakat desa. Beberapa seniman Indonesia juga ada
yang memesan kendang dari desa ini.
Program kerja kami yang lain dari bidang kesehatan
dan lingkungan yaitu membantu pemerintah desa
menyebarkan abate untuk pencegahan penyakit deman
berdarah. Program kerja dari bidang agama yaitu melatih
anak SD untuk memainkan alat solawatan. Tidak ada
sesuatu (program) yang sempurna pastilah ada kekurangan,
karena kesempurnaan itu hanya milik Allah.

Selesai
Sepenggal
Cerita Bersama
Ngoran
Oleh: Prindi Khoirun Nissak
Ngoran adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan
Nglegok Kabupaten Blitar, Desa Ngoran merupakan Desa
tempat saya melaksanakan KKN. Hidup dalam lingkungan
baru bersama teman baru, masyarakat baru, budaya baru,
dan atmosfir yang sangat berbeda. 28 orang dengan
karakter yang berbeda-beda, dan pola pikir yang berbeda-
beda. Bisa dibayangkan bagaimana sulitnya menyatukan 28
kepala yang memiliki pemikiran yang berbeda-beda untuk
menjadi satu kepala yang memiliki tujuan yang sama. 28
anak di bagi menjadi 4 posko. Hal tersebut berdasarkan
keputusan dari perangkat desa setempat, dengan alasan
mereka ingin agar kami para peserta KKN dapat menyebar
ke seluruh wilayah Desa Ngoran sehingga dapat mengenal
baik dengan warga. Banyak pengalaman yang saya dapat,
banyak budaya yang di lingkungan saya tinggal sudah tidak
ada tapi di Desa ini masih membudaya, yaitu diba’an dan
manakiban. Di Desa Ngoran Masyarakatnya mayoritas
berprofesi sebagai dewan (deres) mencari air nara (legen)
kelapa, yang nantinya akan diolah menjadi gula kelapa.
Hampir setiap rumah memproduksi gula, namun di tempat
saya tinggal yaitu posko 2, sudah tidak memproduksi lagi
gula kelapa, karena pak Khanafi tuan rumah posko 2 baru
saja jatuh dari pohon kelapa saat mencari air nara dari
ketinggian kurang lebih 15 M. Alhamdulillah kondisi Pak
Khanafi sudah membaik..

Banyak cerita lucu yang saya dengar dari anak-anak


sekitar posko saya, salah satunya adalah dari anak bernama
Intan, ia kelas 2 SD, ia anak yang cantik, aktif, waktu kecil
Intan pernah menggunakan pemutih baju untuk dijadikan
sampo, alhasil rambut kepalanya rontok, hal itu terjadi saat
Intan TK. Jadi saat ia masuk sekolah para gurunya terkejut
melihat keadaan Intan, rambutnya rontok, dan para guru
serta teman-teman Intan mengira jika ia mengidap penyakit
yang berbahaya. Ibu Intan mengetahui jika Intan
menggunakan pemutih baju untuk sampo, setelah rambut
Intan sudah rontok. Namun sekarang rambut kepala Intan
telah tumbuh, tapi tumbuhnya menjadi keriting dan kribo.
Mendengar ceritanya kami tidak bisa menahan tawa dan
sangat terheran dengar ceritanya tersebut.

Dengan dibagi menjadi 4 posko, kami sedikit


mengalami kesulitan untuk koordinasi, karena jarak posko
satu dengan posko lainnya sedikit jauh, dan hal tersebut
juga menghambat kita untuk menyatukan kemistri untuk
membentuk kekompakan. Tidak jarang banyak salah paham
dan ego yang tidak pernah mau kalah antar anggota dari
posko satu ke posko lain, tapi hal tersebut tidak berjalan
lama, kami tetap bisa membaur, dibutuhksn kesadaran dan
tanggung jawab pada diri sendiri, untuk bersama-sama dalam
menyelesaikan semua tugas dalam KKN ini, tidak perlu
untuk diingatkan seharusnya kesadaran itu muncul. Setiap
orang pasti ada kekurangan dan kelebihannya masing-masing,
tinggal kita memandang dan menyikapi mereka seperti apa.

Ibu posko saya pernah memberi tau jika jarak posko


2 dengan candi penataran itu dekat. Karena kami
penasaran, kami memutuskan untuk pergi ke sana dengan
berjalan kaki. Kami berangkat pukul 06.00 WIB, berjalan
dan terus berjalan tak kunjung sampai, berbekal petunjuk
dari warga sekitar yang berkata “lurus saja mbak sudah
dekat”, tapi tak kunjung datang, rasa lapar dan haus punlah
yang datang, merogoh koin-koin yang mungkin ikut sembunyi
dalam kantong jaket, ternyata tak ada satu pun yang ada.
Tak lama kemudia salah satu dari kami menemukan selembar
rupiah berwarna biru disalah satu saku jaketnya,
“Alhamdulillah…” itulah ungkapan paling dalam dari hati
kami. Akhirnya kami mampir ke tukang sayur untuk membeli
minum dan jajanan pasar. Selesai makan kami melanjutkan
perjalanan yang belum tau ujungnya, belum sampai di
tempat tujuan kami berhenti di patung ikan koi dekat
dengan kolam renang penataran. Kami memutuskan
perjalanan sampai di sini. Dan kami tidak sanggup untuk
kembali pulang denga jalan kaki, akhirnya kami meminta
bantuan dari temanteman lain yang ada di posko untuk
menjemput kami. Dari peristiwa itu saya dapat menarik
kesimpulan bahwa jarak dekat yang orang Desa bilang itu,
bisa 3 kali lipat lebih jauh dari jarak dekat yang orang kota
bilang.

Hari demi hari kami lalui, kegiatan demi kegiatan tak


terasa telah usai dan sampai di hari ini, hari dimana
lembaran ini akan ditutup, cerita kami di sini di Desa ini
yang akan menjadi kenangan di masa depan, namun tidak
dengan persahabatan kami, tidak dengan silaturahmi
kami,dan tidak dengan kerinduan yang datang tanpa permisi.
13 Februari 2019, pukul 08.00 KKN IAIN Tulungagung di
Desa Ngoran resmi di tutup, penutupan ditandai dengan
pemotongan tumpeng bersama kepala desa, perangkat desa
beserta jajarannya, DPL dan seluruh peserta KKN Desa
Ngoran. Penutan kecamatan dilaksanakan pada tanggal 14
Februari 2019 di kantor kecamatan Nglegok. Acara tersebut
berjalan sampai pukul 14.00 WIB. Selesai dari acara itu
kami kembali ke posko kami masing-masing untuk mengemas
barang-barang kami, karena mobil pickup yang akan
membawa barang-barng kami kembali ke Tulungagung akan
datang sebelum magrib, usai mengemas barang kami
berpamitan, tak terasa ada yang keluar di sudut mata ini,
haru pun terjadi air mata tak bisa dibendung lagi. 35 hari
bukan waktu yang sebentar, banyak pengalaman hidup yang
saya dapat. Terimakasih untuk kalian yang telah memberi
warna dalam hidup.

Selesai
Ku Lukis Pesan
Damai Untuk Desa
Yang Penuh
Keharmonisan
Oleh: Rendi Meido Herdianto
Perlahan aku mengambil selembar kertas putih dan
mulai menggoresnya dengan tinta hitam. Disini aku ingin
bercerita tentang sebuah desa, dimana banyak menara
nafkah menjulang tinggi serta ujung-ujungnya tertancap
bintang yang bersayap-sayap bagaikan bidadari. Tempat
tumbuhnya ribuan bahkan jutaan warna yaitu, warna
tentang kesederhanaan, warna tentang kasih sayang, warna
tentang toleransi keagamaan, warna tentang keharmonisan,
dan warna-warna lain yang tak dapat kusampaikan dengan
kata-kata. Kulihat setiap sudut pandang bahkan sampai
ujung-ujung desa itu, tampak sejuk, asri, dan erat akan
nuansa keramah-tamahan. Inilah negeri dengan ribuan
menara nafkah yang menjulang tinggi di setiap pekarangan
warga. Inilah Desa Ngoran, desa yang penuh akan
keharmonisan.

Berita kedatangan kami pada hari Jum’at, 11 Januari


2019 telah menyebar cepat ke masyarakat bak aroma
parfum yang menyebar di setiap sudut ruangan. Jum’at
pagi sekitar pukul 09.00, kami diminta oleh Bapak Carik
(Sekretaris Desa) datang ke Balaidesa untuk berkenalan
dengan Bapak/Ibu Perangkat Desa Ngoran. Suasana tawa
dan gembira senantiasa menyelimuti percakapan. Tentu saja
hal itu dijadikan bahan candaan buat mencairkan suasana
pagi itu.

Desa Ngoran merupakan salah satu Desa yang berada


di Kecamatan Nglegok Kabupan Blitar. Penduduk Desa
Ngoran mayoritas di bidang perkebunan kelapa, inilah sebab
mengapa aku menyebut Desa Ngoran sebagai desa dengan
ribuan menara nafkah yang menjulang tinggi. Para
penduduknya kebanyakan berprofesi sebagai pencari nira
kelapa (legen) juga biasa disebut dengan ndewan atau
nderes. Nira kelapa yang diambil harus berkualitas baik
karena selanjutnya akan di olah menjadi gula merah,
susahnya saat musim hujan tiba, kualitas nira kelapa
menurun dan sebagian besar tidak bisa di olah menjadi gula
merah. Namun juga ada sebagian kecil masyarakat Desa
Ngoran juga berprofesi sebagai pencari pasir, petani, pekerja
swasta dan wirausahawan.

Waktu terus bergulir dan dari sanapun aku mulai


mengenal 27 teman baruku, mulai dari nama, watak, sampai
dari hobi yang kebetulan sebagian dari kami memiliki
kesamaan hobi. Perangkat Desa dan masyarakat yang ramah
dan senantiasa membaur bersama dan saling bertukar
pengalaman dengan kami serta banyak anak kecil yang lucu-
lucu dan menggemaskan dengan cerita-cerita mereka yang
selalu dibagikan kepada kami. Disinilah awal cerita dimulai,
bagaimana keharmonisan itu bisa tercipta, kehangatan bisa
terasa dan kebahagiaan menjadi caraku untuk membaur
bersama mereka.

Dari hari ke hari kami lewati dengan berbagai kegiatan.


Mulai dari membantu mengajar di bidang pendidikan dan
keagamaan, membantu kegiatan pemerintahan desa seperti
Posyandu, Pemantauan Jentik-jentik, Pembagian abate,
Kerja Bakti antar RT hingga kegiatan masyarakat yang
bersifat agamis seperti Yasinan, Tahlilan, Istighosahan,
Diba’an, Khataman Al-Qur’an dan juga melayat saat ada
warga yang meninggal. Kami benar-benar merasakan
sambutan hangat dari setiap masyarakatnya. Nuansa
keharmonisan di desa ini benar-benar masih kental. Tak
sedikit dari kami yang merasa iri dengan desa Ngoran ini.

Selain itu, kami yang bertempat di posko 1 dari 4


posko yang kami tinggali selama KKN juga banyak kendala.
Posko 1 yang merupakan posko penuh dengan misteri,
sumber air yang kadang surut, dan masih banyak yang
lainnya. Namun kendala tersebut seakan tersingkir oleh
kehangatan dan kebersamaan teman-temanku dan juga
kadang banyak adikadik yang datang ke posko sekedar ingin
belajar/les kepada kami. Kehadiran mereka dapat mencairkan
kegelisahan kita selama di posko.
Di sisi lain, kami memiliki 4 divisi salah satunya Divisi
Ekonomi yang memiliki proker yaitu pembuatan dan
pengembangan Gula Semut serta Pelatihan Bisnis Online
dengan menggunakan Studio Mini. Di Divisi Ekonomi inilah
aku tergabung. Sedikit cerita tentang Gula Semut yang
menjadi potensi besar Di Desa Ngoran. Potensi yang dulunya
pernah berkembang namun kini telah meredup. Dulunya
potensi tersebut sempat membawa nama Ngoran hingga
terkenal di berbagai daerah di Jawa Timur melalui pameran-
pameran produk lokal. Potensi ini membutuhkan
ketrampilan khusus. Ketrampilan memanjat pohon kelapa,
ketrampilan merebus nira, hingga kemampuan mengolah nira
yang sudah siap cetak menjadi gula merah pasir. Bentuknya
mirip dengan serbuk pasir coklat. Dan semuanya murni dari
nira pohon kelapa. Produk itulah yang kami sebut sebagai
“Gula Semut”.

Oleh karena itu, kami berinisiatif mengadakan


pelatihan bisnis online. Dalam pelatihanpun diajarkan
bagaimana cara mengemas serta cara mengambil foto produk
yang baik. Pengemasan dan pengambilan foto tersebut
menggunakan Studio Mini yang tentunya dengan biaya
produksi yang terjangkau, hanya dengan kardus bekas, kertas
kalkir, dan juga lampu duduk. Pelatihan itu telah berhasil
membuka wawasan masyarakat tentang sistem jual beli
masa kini serta praktik langsung dalam membuat akun bisnis
online. Kini, produk gula semut khas Ngoran sudah dapat
dipesan melalui Tokopedia dan nantinya akan tersebar di
berbagai toko online yang lain.

Selain Proker diatas kami juga sedikit berbagi ceria


dan tawa melalui kegiatan “Pekan Ceria Ngoran” yang
terdiri dari lomba adzan, mewarnai kaligrafi, makan kerupuk,
balap karung helm dan sepak bola api. Hiruk pikuk anak-
anak Desa Ngoran bak suasana bulan Agustus. Namun,
seiring jatuhnya hujan, 35 hari bak terasa 35 detik. Hari-
hari penuh keharmonisan serasa hilang menjadi tangisan. 13
Februari 2019 menjadi hari yang paling aku benci. Ingin ku
tetap di sini, menjalin keharmonisan dan kebersamaan.
Namun, apadaya KKN yang dulu aku anggap sebagai jalan
menggugurkan kewajiban ternyata itu semua salah. Disinilah
tempatku berbagi cerita, berbagi rasa, berbagi suka duka,
berbagi semuanya.

Rendi Meido Herdianto mahasiswa Jurusan Akuntansi


Syariah IAIN Tulungagung. Dan inilah secercah cerita
tentang Desa Ngoran. Desa tempat kami mengabdi demi
menjunjung tinggi apa yang kami harap dan kami citakan.
Desa Ngoran Rumah Kita Sendiri.

Selesai
Desa Tak
Tembus
Matahari
Oleh: Rida Nurus Sofa
Beberapa hari sebelum keberangkatan KKN adalah
hari-hari yang paling sibuk menurutku, dari menunggu hari
pendaftaran yang mengharuskan begadang hingga dini hari
bagi yang menginginkan KKN gelombang 1 tahun ini sampai
mempersiapkan segala kebutuhan yang dibutuhkan untuk
menginap di posko KKN selama kurang lebih 35 hari. Bukan
hanya itu, kesibukan juga terjadi di kepalaku, sibuk berfikir
dan mencemaskan bagaimana aku akan menjalani hari-hariku
disana, tidak mengenal seorangpun di kelompok KKN ku
menambah kecemasan dan kekhawatiranku karena pada
dasarnya aku adalah anak yang susah untuk memulai
percakapan dan pertemanan tapi seharusnya itu tidak akan
jadi masalah, aku harus melewatinya.

Sebelum memulai ceritaku selama 35 hari di posko


KKN, perkenalkan namaku Rida Nurus Sofa dari jurusan
Pendidikan Islam Anak Usia Dini atau orang lebih sering
menyebutnya PIAUD, jurusannya guru TK. Jum’at, 11
Januari adalah hari keberangkatanku ke posko KKN yang
terletak di Desa Ngoran Kecamatan Nglegok, sehari
sebelumnya juga dilaksanakan pelepasan peserta KKN di
Kampus IAIN Tulungagung. Aku berangkat dari rumahku
yang terletak di Desa Kendalrejo Kecamatan Talun tidak
jauh dari posko mungkin sekitar 30 – 40 menit perjalanan
menggunakan sepeda motor.

Sesampainya di posko utama sekitar jam 7 pagi aku


menunggu kedatangan teman-teman satu kelompokku yang
lain karena mereka kebanyakan tinggal di Tulungagung,
Kediri, dan Jombang hanya beberapa saja yang memang
berasal dari Blitar. Perlu diketahui bahwa posko KKN Desa
Ngoran dibagi menjadi 4 posko lagi karena permintaan dari
desa yang diharapkan agar kegiatan-kegiatan yang dilakukan
bisa merata keseluruh desa, masing-masing posko terdiri dari
7 anak, satu posko utama dihuni oleh anak laki-laki. Sekitar
jam 11 siang kami semua beranjak untuk mengunjungi ketiga
posko lain yang terletak cukup berjauhan satu dengan yang
lain dan dilanjutkan dengan mengangkut barang-barang ke
masing-masing posko.

Desa Ngoran Kecamatan Nglegok adalah desa kecil


yang diapit desa-desa besar, di bagian utara Desa Ngoran
berbatasan langsung dengan Desa Kedawung, di bagian
selatan Desa Dayu, di sisi timur Desa Kemloko, dan di sisi
barat berbatasan langsung dengan Desa Karang Bendo
Kecamatan Ponggok. Bisa dibilang cukup strategis untuk
dijadikan tempat KKN karena hanya berjarak beberapa
kilometer dari Kota Blitar. Meskipun dekat dengan kota,
Desa Ngoran kusebut dengan “Desa Tak Tembus Matahari”,
karena begitu masuk di Desa Ngoran akan disuguhkan
pemandangan pohon-pohon besar yang didominasi oleh
pohon kelapa, durian dan banyak sekali pohon-pohon besar
lainnya. Jarak antar rumah sangat berjauhan dipisakan oleh
kebun atau orang bilang dengan tegalan.

Di bagi menjadi 4 posko merupakan kendala utama


bagi kami, kebetulan aku diposisikan di posko 4 bersama
Sakdiyah, Evita, Mbak Monik, Mbak Indah, Zahwa dan
Nahdya di Dusun Pesantren yang terletak di sisi barat Desa
Ngoran yaitu RW 04, tiga posko lain terletak menyebar di
4 RW di Desa Ngoran. Perlu diketahui bahwa Desa Ngoran
memiliki 2 dusun yaitu Dusun Pesantren disisi barat jalan
utama dan Dusun Rejosari di sisi timur jalan utama. Oleh
karena itu pasti ada kesulitan dalam kordinasi dari tiap-tiap
posko mulai dari pembagian jatah mingguan untuk makan,
jadwal rapat, piket di posko utama dan lain-lain, tapi itu
tidak jadi masalah besar untuk kami (ya, tidak masalah).

Minggu pertama adalah minggunya jalan-jalan


menyusuri desa, hampir tiap pagi saya ke pasar dan hampir
tiap pagi juga saya melebarkan senyum manis berkeliling desa
untuk menyapa warga desa yang kami lihat. Respon positif
juga kami dapatkan di lingkungan sekitar posko, sedikit demi
sedikit kami mengumpulkan informasi untuk pemetaan desa
mengenai potensi lokal yang ada melalui pembicaraan ringan
ketika berada di jalan, di masjid maupun sekedar bertamu
di posko yang kami tempati. Kami bertujuh juga menghadiri
kegiatan-kegiatan desa seperti yasinan, khotmil qur’an dan
tibaan yang diselenggarakan rutin tiap minggunya. Setiap
posko memiliki jadwal masingmasing yang berbeda mengikuti
dengan wilayahnya, ini yang membuat sedikit kesulitan
dalam kordinasi untuk rapat besar dan evaluasi.

Pada minggu kedua kami sudah disibukkan dengan


kegiatan membantu mengajar di PAUD, SD dan TPQ disana,
selain itu kami juga diminta untuk mengajar sholawat,
ekstrakulikuler di salah satu sekolah. Kebetulan karena
jurusanku adalah PIAUD satusatunya tentu akan diarahkan
untuk membantu mengajar PAUD yang ada di Desa Ngoran.
Ada sekitar 4 lembaga TK disana salah satunya terdapat
kelas untuk Playgroup, 2 SDN dan 1 lembaga TPQ dan
setiap lembaga terdapat beberapa anak yang dimintai
bantuan mengajar.

Seiring dengan berjalannya waktu, kegiatanpun mulai


rutin dan banyak seperti bersih desa, senam, pembagian
bubuk ABATE kepada warga desa dikarenakan telah marak
penyakit demam berdarah. Kemudian pada minggu ketiga
dilaksanakanlah progam utama KKN IAIN Tulungagung di
Desa Ngoran yaitu Pelatihan Bisnis Online. Pemilihan judul
sosialisasi ini disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang
ada disana untuk membantu dalam pemasaran usaha-usaha
kecil yang telah dilakukan seperti pembuatan gula merah
bubuk atau lebih dikenal dengan gula semut karena
banyaknya masyarakat yang berprofesi sebagai tukang panjat
pohon kelapa atau nderes dan dilanjutkan dengan pembuatan
gula merah. Kegiatan ini bertujuan agar pemasaran tidak
hanya dalam lingkup lokal tetapi bisa dilakukan dalam lingkup
nasional.

Seminggu sebelum penutupan KKN seluruh kegiatan


di desa harus sudah selesai agar bias fokus untuk penutupan
desa dan kecamatan. Sebelum itu aku bersama temanteman
yang membantu di PAUD mengadakan kegiatan perpisahan
dengan mengajak anak-anak menyusuri sawah yang terletak
di belakang sekolah dilanjutkan dengan kegiatan mewarnai
bersama-sama. Kami juga memberikan bingkisan kecil-kecilan
kepada mereka. Senang rasanya bisa menghabiskan waktu
bersama mereka, bermain, belajar, tertawa dengan
kepolosan mereka. Semoga nanti aku bisa menengok mereka,
anak-anak yang membuat kegiatan KKNku jadi lebih
berwarna dan penuh tawa.

Penutupan KKN berlangsung selama 2 hari, hari


pertama adalah lomba-lomba, diantaranya adalah lomba
mewarnai kaligrafi, lomba adzan, lomba makan kerupuk,
lomba balap karung helm, dan lomba yang menurutku paling
seru adalah lomba sepak bola api. Kebetulan aku dipercaya
sebagai juri dalam lomba mewarnai kaligrafi. Seperti
sebelum-sebelumnya jika ada kegiatan dengan anak-anak
pasti akan penuh dengan keriuhan tawa karena tingkah polos
mereka. Kemudian tanggal 13 Februari merupakan puncak
acara penutupan KKN di Desa Ngoran. Dimulai dengan acara
tumpengan di pagi hari sebagai wujud rasa syukur kepada
Tuhan yang Maha Esa yang telah memberi kelancaran dalam
pelaksaan KKN ini, acara juga dihadiri oleh seluruh perangkat
Desa Ngoran dan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL).

Sore harinya diadakan pentas seni yang tujukan untuk


menampilkan group kesenian yang telah dilatih oleh teman-
teman KKN seperti rodad, sholawat, seni baca qur’an dan
lain-lain. Sebagai puncak dari penutupan diadakan juga
pengajian akbar pada malam hari yang diisi oleh Ustadz Ois.

Dengan diakhirinya pengajian akbar berakhir pula


kegiatan KKNku ini. Tidak banyak yang bisa kuperbuat
untuk Desa Ngoran, desa kecil yang diapit oleh desa-desa
besar. Jujur saja sebagai warga asli Blitar aku tidak pernah
mendengar nama Desa Ngoran sebelumnya, desa yang
terkenal dengan sejarah mistisnya yang membuat aku
khawatir untuk benar-benar tinggal dan KKN di Desa
Ngoran. Pada awalnya memang sedikit tidak nyaman karena
dilihat dari kondisi desanya yang gelap dan banyak pohon-
pohon besar, tapi setelah beberapa hari disini tinggal baru
terasa nyamannya dan susah untuk move on.

Hanya ucapan terimakasih yang dapat aku sampaikan


untuk pengalaman, kenangan yang mungkin tidak akan aku
dapat lagi setelah ini. Terimakasih Mbah Ami dan Mas Inu
yang telah menganggap kami bertujuh adalah keluarga, sudah
sabar menghadapi kami yang sering pulang malam karena
kegiatan ataupun saat kelelahan karena kegiatan yang
membuat kami hanya tidur, makan, mandi, gitu terus.
Terimakasih anak-anak di sekitar posko 4 sudah menemani
kami main kelereng, main monopoli, main gobak sodor ketika
kami jenuh dengan kegiatan yang ada. Terimakasih, teruntuk
Desa Ngoran tercinta.

“Hidup adalah tantangan, hadapi, lompat, dan taklukkan.


Tekanan tidak akan membuatmu mati.
Tatap dia dan katakan aku akan menghadapimu!
Bodo amat dibilang pemberontak.”

Selesai
Eloknya Lambaian
Janur Di Desa
Penghasil
Gula Merah
Oleh: Rizka Ulfadani
Berawal dari pendaftaran KKN yang membuat semua
mahasiswa dari berbagai jurusan dan berbagai fakultas
merasakan ketegangan yang hakiki. Dimulai dari jam 20:00
WIB aku sudah menatap laptop dan menata hati untuk
persiapan KKN pada tahun ini dan selalu berdoa agar
mendapat gelombang 1. Dan tidak ada usaha yang akan sia-
sia itulah yang aku rasakan. Setelah berjam-jam aku
menatap laptop dengan mata memerah karena sudah
menahan kantuk yang luar biasa tibalah waktunya pendaftar
KKN IAIN TULUNGAGUNG di buka, jreng jreng jreng….
Alhamdulillah aku panjatkan kepada Alloh SWT.dan orang
tuaku yang selalu memberikan doa terbaiknya untukku, aku
mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan KKN pada
gelombang 1, yeayyyy.
Ngoran adalah satu desa yang ada di Kecamatan
Nglegok. Meskipun aku asli warga Blitar jujur aku belum
begitu tau daerah Ngoran. Setelah survey daerah Ngoran
aku dan teman-teman sangat terkejut karena disana sama
sekali tidak ada sinyal. Ditambah lagi banyak pepohon yang
Rungkut membuat imajinasi kehorroran bangkit hehehe…
Disini banyak kita jumpai pohon kelapa yang menjulang tinggi
dengan daunnya yang melambai-lambai, maka tak heran
warga disini kebanyakan bekerja sebagai petani dan penghasil
olahan pohon kelapa yaitu GULA MERAH.
Dipaksa kenal, dipaksa kompak dan dipaksa saling
bekerja sama dengan 28 orang mahasiswa yang notabene
semua belum kenal dan belum pernah ketemu. Itu membuat
kesan pertama kita saat rapat belum begitu lancar. Kita
memilih pengurus hanya dengan bekal bolpoin yang putar,
memang aneh tapi ini yang kita lakukan disaat kita belum
saling kenal dan belum saling tahu menahu keahlian masing-
masing dari kita.
Setelah hari pembukaan KKN tiba yang dilaksanakan
di balai desa Ngoran berjalan lancar dan masih mengganjal
karena kami harus tinggal di sini dengan jangka waktu 35
hari di desa yang tak dikenal dan dengan orang-orang asing.
Apalagi ditambah yang membuat kami kurang nyaman adalah
kami berharap menjadi satu posko agar tercipta rasa
kebersamaan diantara kami. Tapi semua hanya hayalan saat
pemerintah desa membuat kebijakan kelompok KKN kami
dipecah menjadi 4 posko yang akan disebar di 4 RW. Dan
aku terdampar di posko 3 yang terletak di RW 3 Dusun
Pesantren.
Program Kerja. Megikuti program desa, kerja bakti,
posyandu, mengajar, melatih sholawat dan senam rutin
setiap Minggu, itulah rutinitas kami. Pelatihan Bisnis Online
merupakan program utama kami yang sukses terlaksana.
Kami membantu mengajar di beberapa lembaga pendidikan
diantaranya: TK Pertiwi, PAUD, TK Al- Hidayah 1, TK Al-
Hidayah 2, SD Ngoran 1, SD Ngoran 2 dan beberapa TPQ.
Kebetulan aku mendapat tempat di TK Al-Hidayah 2
bersama Riska, Mirza dan Adam.
Pekan Ceria Ngoran. Sukses terlaksana. Makan krupuk
ikat jempol, Balap karung helm, mewarnai, adzan dan sepak
bola api. Itulah macam perlombaan yang ternyata banyak
peminatnya, diluar dugaan. Sepak bola api, meskipun
terdengar menyeramkan tetapi seru waktu permainan.
Semua mata fokus pada Adam, terlihat sedikit ketakutan
membuatnya lucu dalam permainan. Wkwkw…
Tibalah saatnya kami menutup kalender 35 hari di
sini. Berat sedih galau menjadi satu. Disaat kami mulai
nyaman dan mulai menyatu dengan alam disini. Mulai
merasakan nyamannya menjadi warga Ngoran. Tapi apalah
daya ini adalah hukum alam, ada pertemuan ada perpisahan,
ada senyum ada tangis, ada terbit ada tenggelam. Kayak
lirik lagu endank soekamti sampai jumpa wkwkwk…
Penutupan yang meriah telah terlaksana. Dibagi atas
3 acara yaitu yang pertama dilaksanakan di pagi hari pukul
08:00 WIB yaitu acara tumpengan yang dilaksanakan di
balai desa Ngoran yang di hadiri oleh peserta KKN, ibu dpl
kami tercinta yaitu ibu dika dan seluruh perangkat desa.
Dilanjut acara sore hari yaitu pentas seni yaitu menampilkan
siswa-siswa yang ada di Ngoran yang sudah kami latih.
Contohnya yaitu tari, puisi, pantun, qiro’, rebana, dan
dilanjut pembagian hadiah bagi pemenang lomba Pekan Ceria
Ngoran. Dan yang terakhir yaitu di malam hari yaitu
kegiatan pengajian yang juga dilaksanakan di balai desa
Ngoran yang di pandu oleh ustad dari IAIN
TULUNGAGUNG. Alhamdulillah semua kegiatan berjalan
lancar dan tiba saatnya di pagi hari kami melakukan ritual
salaman dan tangis-tangisan hehehe…

Selesai
Ngoran
Punya Cerita
Oleh: Siti Kholifatum Meiis Sa’adah
Desa Ngoran merupakan salah satu Desa yang terletak
di kecamatan Nglegok kabupaten Blitar yang terdiri dari 4
RW, dan 19 RT. Desa ini memang bukan termasuk desa
yang luas, akan tapi jangan dipandang sebelah mata.
Meskipun tidak begitu luas, akan tetapi desa yang satu ini
memiliki banyak sekali potensi alam, keragaman budaya dan
kerajinan. Potensi alam yang paling mendominan di desa ini
yakni pohon kelapa. Sejauh mata memandang akan selalu
disuguhkan dengan kokohnya pohon pohon kelapa yang
berada di sepanjang jaan. Pohon kelapa disini juga menjadi
sumber pencaharian mayoritas bagi penduduk. Hampir setiap
rumah, memiliki kebun pohon kelapa. Dan dari pohon kelapa
tadi, akan diambil air niranya untuk dijadikan gula batok.

Selain itu, di desa ini terdapat juga pengrajin kendang.


Banyak juga dari masyarakat desa ngoran ini yang mejadi
pengrajin kendang. Kendang-kendang tersebut akan dijual ke
luar kota bahkan sampai tingkat internasional. Begitu
banyak hal-hal yang menakjubkan di desa ini. Termasuk
pembuat catur. Akan tetapi, disini pembuat catur hanya
sampai pada tahap pembentukan, kemudian untuk tahap
pemberian warna / printing akan di setorkan lagi ke luar
kota.

Mungkin itu sedikit pembukaan dari cerita saya


terkait desa Ngoran. Nah, kali ini saya akan membagi
pengalaman ketika saya 35 hari berada di desa ini. Saya
dan teman-teman (kami) datang ke desa Ngoran ini mulai
dari tanggal 11 Januari 2019. Setelah kami sampai didesa,
kami pun beristirahat sebentar di posko 1. Di desa ini,
mahasiswa kkn iain Tulungagung dibagi menjadi 4 posko
dalam satu desa. Kenapa? Dari pihak pemerintahan desa
berharap agar mahasiswa kkn iain tulungagung ini dapat
berbaur dengan masyarakat ngoran dengan merata. Sehingga
berbagai sudut desa ini dapat merasakan pengaruh adanya
mahasiswa kkn dari iain tulungagung ini.. ()

Kembali ke topic awal, setelah istirahat sebentar,


kami menuju ke balaidesa dimana akan ada ramah tamah
dari phak perangkat desa kepada mahasiswa iain tulungagung
ini. Setelah selesai, kami pun berkeliling ke rumah- rumah
(posko 1, 2, 3 dan 4) untuk menjalin silaturahmi dengan
tuan rumah. Dan Alhamdulillah nya juga, penduduk/
masyarakat disini sangat welcome (terbuka) dengan
kedatangan kami. Kami pun juga diterima dengan baik disini.
Sehingga, hal tersebut memudahkan kami untuk beradaptasi
dan menjalin silaturahmi dengan para warga disini.

Dalam satu tim kkn ini dibagi menjadi 4 devisi. Devisi


yang pertama yakni devisi pendidikan. Program dari devisi
tersebut yakni membantu mengajar diberbagai lembaga
pendidikan yang ada di desa ini. Dan Alhamdulillah semuanya
dapat terlaksana dengan baik. Di SD Ngoran 1, dari pihak
sekolah meminta untuk membantu mengajar mata pelajaran
Matematika dan PAI. Untuk SD 2 Ngoran, dari pihak
sekolah meminta kami untuk membantu melatih peserta
didik dalam ekstrakurikuler. Seperti Tari rodad, percakapan
bahasa inggris, percakapan bahasa arab, pidato, dan hafalan
asmaul husna. Untuk di TK dan Kelompok Belajar, kami
diminta untuk ikut mendampingi dan menggantikan apabila
gurunya tidak dapat hadir.

Devisi yang kedua yakni devisi kesehatan. Salah satu


program dari devisi ini yaitu membantu kegiatan posyandu
yang dilakukan rutin pada setiap bulannya. Program ini
merupakan program yang dilakukan oleh ibu-ibu PKK desa
ngoran. Devisi yang ketiga yakni devisi ekonomi. Salah satu
program dari devisi ini adalah pembangkitan kembali produksi
gula semut beserta pemasaran produknya. Dari devisi ini
melakukan pelatihan berbisnis online dengan mendatangkan
pemateri handal. Dan Alhamdulillah program ini dapat
berjalan dengan lancar.

Dan devisi yang terakhir yakni devisi agama, social dan


budaya. Kebetulan saya termasuk salah satu bagian dari
devisi ini. Program dari devisi ini yaitu melatih peserta didik
dari TPQ untuk sholawat habsyi, melakukan pembelajaran
qiro’at, dan yang terakhir adalah membantu mengajar di
sakah satu TPQ di desa ngiran ini. Yakni TPQ Roudhotut
Tholibin.

Saya berada di posko 2. Bapak ibu tuan rumah yang


saya tempati Alhamdulillah sangatlah ramah. Beliau bernama
Bapak Khanafi dan Buk Ti. Beliau mempunyai 2 anak, laki-
laki dan perempuan., dan kedua anaknya pun masih sekolah
di pesantren. Sehingga beliau tinggal berdua dengan istrinya.
Disana, kami sudah ddianggap seperti anaknya sendiri. Kami
pun juga diajak dalam kegiatan rutin kemasyarakatan
setempat. Seperti pada hari senin malam
selasa, kami selalu diajak untuk menghadiri diba’an. Hari
rabu malam kamis, juga diajak ke rutinan yasin tahlil, dan
untuk hari-hari tertentu akan diajak khataman al-Qur;an,
Selapanan dengan ibu-ibu muslimat, kerja bakti, dan masih
banyak lagi.

Ketika saya lekas merasakan yang namanya


kenyamanan di desa ini, saya harus berpisah desa ini.
Mengingat begitu ikhlasnya para ibu dan bapak disini
membimbing dan mengarahkan kami selama 35 hari kami
berada disini. Teringat bagaimana canda tawa adik-adik
generasi penerus bangsa ketika bersama-sama disini. Terasa
berat berpisah dengan mereka. Akan tetapi, berpisah bukan
berarti meninggalkan. Suatu saat, aka nada masa dimana
saya, mereka, dan kita bertemu lagi dalam kesuksesan
masing-masing.

Selesai
Senja Merah
Di Sorenya
Ngoran
Oleh: Susi Margareta

Bingung! susah tidur dan panik itu yang aku rasakan malam
itu, semua berawal dari di bukanya pendaftaran KKN (Kuliah
Kerja Nyata). Makan pun tak enak, tidurpun tak nyaman,
jangankan tidur, memejamkan mata sekejap pun tak bisa. Dag,
dig, dug …… hati ku kacau tak karuan, tengah malam itu aku
bergegas mencari tempat dengan sinyal yang lancar demi
merebutkan tempat yang nyaman untuk tidurku selama 40 hari
kedepan.
Desa Ngoran lah yang menjadi pilihanku malam itu, desa
yang begitu asing ku dengar walaupun aku asli orang Blitar tapi
nama Desa itu tidak pernah ku dengar sama sekali. Aku memilih
desa itu karena temanku lah yang mamaksa ku disitu, aku hanya
ikut dan manut saja. Aku hanya bisa pasrah gimana aku
mengabdikan semua kemampuanku nanti di desa tersebut. Grup
KKN pun sudah dibentuk malam itu juga aku tidak mengenal siapa
pun nantinya yang bakal jadi teman bercandaku. Diadakan rapat
pertama aku tidak bisa datang saat itu pemilihan ketua dan wakil
berlangsung aku tidak mengerti apa- apa, dan siapa orang itu yang
akan memimpin selama 40 hari kedepan. Rapat kedua berlangsung
disitulah pertemuan pertama ku dengan mereka semua. Aku
begitu asing dengan mereka semua, tidak ada yang kukenal sama
sekali. Dan saat itu juga ada seseorang yang membuatku begitu
penasaran.
Bagaikan orang asing di desa ini. 11 Januari adalah dimana
aku harus memulai kehidupan yang nyata dan kubayangkan begitu
menyeramkan. Pagi itu awal aku bertemunya dengan orang- orang
penting di desa ini. Dan Balai desa yang setiap harinya bakal aku
jadikan tempat mengabdi. Seluruh perangkat desa menyapa kami
dengan hangat dan asyik. Tak kenal maka tak sayang awal pepatah
yang kami dengar di desa itu.
Posko kami tersebar menjadi 4 posko. Kebetulan posko
yang saya tempati dengan keenam teman saya berada dirumah
seorang warga yang hanya hidup berdua, padahal mereka
mempunyai 2 anak akan tetapi anak mereka sedang merantau,
jadi kamilah yang akan menjadi anak asuh mereka. Mereka orang
yang sangat baik, saat kami sedang bingung dengan tugas, mereka
datang menghibur dengan celoteh- celoteh yang sangat lucu. Senja
sore pertama itu aku memulai menelusuri desa yang sepi dan sejuk
dibarengi dengan turunnya hujan. Ternyata masyarakat disini
begitu ramah dan sangat sopan. Mereka lah yang akan menemaniku
selama aku berada disini nantinya. Sore berganti malam, malam
itu begitu sejuk dan terasa mencekam lampu di desa ini hanya
nyala meredup. Tempat yang aku tiduri berada jauh dari kebisingan
kendaraan, itu yang membuat suasana semakin mencekam. Kanan
kiri dikelilingi pohon yang tumbuh berdiri tegak suara gesekan
pohon itu lah yang setiap hari kudengarkan. Jam sudah
menunjukkan pukul 00.00 WIB dan aku belum bisa memejamkan
mata sepenuhnya. Akhirnya aku bisa tidur walaupun cuma 3 jam.
Tak terasa kabut pagi menyapa ku dan suara adzan yang sangat
merdu ku dengar pertama kali di desa ini. Rutinitas akan dimulai
entah apa yang harus aku lakukan disini. Di desa ini mayoritas
warganya bekerja sebagai Dewan (nderes) itu lah sebutan yang
tiap hari kudengar. Sebuah pekerjaan dengan pangkat paling tinggi
di desa ini. Membuat kendang juga sebagai pekerjaan mereka untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Hari dengan cepatnya berlalu, program kerja kami lakukan
bersama dengan senang hati, seperti kerja bakti yang kami lakukan
setiap minggu, posyandu, mengajar di sekolah- sekolah yang ada
di desa itu. Pelatihan bisnis online itu lah program kerja yang
kami pilih untuk mengembangkan desa ini, agar menjadi desa yang
Go Internasional (katanya). Kebetulan saya ditempatkan untuk
mengabdi di SD Ngoran 2. Saya disitu mulai bingung basic saya
bukan anak pendidikan terus saya bingung dan berfikir apa yang
harus saya lakukan disitu ? saya mulai bingung dan tanpa berfikir
lama saya melakukan apa yang saya bisa saya menganggap anak-
anak SD sama seperti saya menghibur adikku sendiri. Dan hasilnya
memuaskan, saya dapat menghibur mereka.
Senja sore menyapaku kala itu, disela- sela kegiatanku
yang sangat padat saya meluangkan waktu untuk pergi sejenak
alias ngopi bareng dengan sosok orang yang membuatku penasaran
dari hari pertama. Semenjak kejadian itu aku dan dia semakin
dekat, kami berdua saling sharing tentang pengalaman pribadi
masing- masing. Saling terbuka itu lah yang membuatku merasa
nyaman saat KKN. Dan hampir setiap harinya kami bertatap
muka.
Detik- detik perpisahan mulai terasa. Dimana itu adalah
hari yang sangat mengesankan dan berharga sepanjang hidupku.
Saya dipilih menjadi ketua pelaksana di penutupan KKN di desa
Ngoran. Entah apa yang membuat teman- temanku memilih aku
sebagai orang terpenting di dalam penutupan. Suatu kebanggaan
tersendiri bagi saya. Ini adalah saat dimana kami harus berpisah
dengan orang- orang yang sangat menyayangiku di desa Ngoran.
Ini membuatku sangat bersedih. yang dari awal aku ingin
mengakhiri kegiatan ini dengan cepat, dan saat hari dimana harus
berakhir penyesalan dan kesedihan mulai terasa. Firasat berpisah
sudah aku rasakan sejak pagi, pagi itu suasana berbeda dari pagi
biasanya, aku banyak terdiam dan merenung dan berfikir akankah
ini semua terulang, “perasaan tas ndek ingi dibukak, sak iki kok
yo we arep pisah” itu yang ada dalam fikiranku, air mata pun
tak dapat dibendung lagi, aku berusaha kuat dan ngempet tapi
apalah daya seketika pecah begitu saja. Meraka yang seakan- akan
hadir dalam hari- hariku hari ini harus kembali berpisah. Aku tidak
tau harus menyalahkan siapa, atau keadaan yang harus aku
salahkan. Tapi ini membuatku benar- benar tidak adil. Akan tetapi
suatu petemuan pasti akan menjumpai perpisahan. Ibarat kata
“kowe lungo pas aku sayang- sayange”.

Selesai
Ngoran
Desa Manis
Habitat Gula
dan Semut
Oleh: Zahwa Fathiyya Ihsani

Mendengar istilah KKN sebenarnya saya sudah parno


terlebih dahulu, membayangkan harus tinggal di desa
terpencil, yang mungkin susah sinyal, susah air, jauh dari
keramaian kota, jauh dari keluarga, serta harus bergabung
dengan orang-orang yang baru saja saya kenal. Terlebih
karena saya merupan mahasiswa yang tergolong Kupu-kupu
(Kuliah Pulang- Kuliah Pulang), itu merupakan sebutan bagi
golongan mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi apapun.
Hal tersebut merugikan pada saat KKN seperti ini, saat
telah diumumkan nama-nama peserta KKN yang satu
kelompok dengan saya, satupun tidak ada yang saya kenal,
sehingga membuat saya sedikit cemas dan khawatir akan
sulit beradaptasi disana. Namun mau tidak mau harus saya
hadapi.
Tibalah pada hari pelepasan KKN yang dilaksanakan
pada tanggal 10 januari 2019, kemudian disusul dengan
keberangkatan peserta KKN ke lokasi pada hari berikutnya.
Saya sampai dilokasi sekitar jam 10 pagi bersama
rombongan, namun ada beberapa dari teman-teman satu
kelompok dengan saya yang berangkat sendiri. Kami mulai
bertegur sapa dan berkenalan non formal disana, beberapa
dari teman-teman satu kelompok saya sudah akrab satu
sama lain, namun ada pula yang masih canggung seperti
saya. Agenda hari ini adalah berangkat keposko, kunjugan ke
Balai desa untuk memperkenalkan diri serta ramah tamah,
dan kemudian dilanjutkan dengan mengusungi barang yang
telah di drop di posko utama keposko masing-masing.
Didesa ini kami para mahasiswa KKN IAIN
Tulungagung, sangat diterima dengan baik sejak hari
pertama, para perangkat desa dan warga sekitar yang
ramah, sejenak membuatku merasa aman, terbesit dibenak
saya semoga saja saya betah di desa ini. Sejak surfei tempat
KKN dulu, kami sudah diberitahukan oleh para perangkat
desa`bahwa desa akan membagi kelompok kami menjadi
empat titik, sesuai dengan jumlah RW di desa tersebut,
dan saya mendapat bagian di RW. 04 dikediaman Mbah
Amy, dan posko satu menjadi posko utamanya. Pembagian
posko menurut RW ini diusulkan oleh para perangkat desa
agar mahasiswa KKN lebih merata disetiap Rw, dan lebih
bisa berbaur kepada seluruh masyarakat di desa Ngoran ini.
Walaupun minusnya koordinasi antar kelompok menjadi lebih
sulit, serta anggota kelompok kurang bisa akrab dibandingkan
dengan yang satu kelompok dijadikan satu, dikarenakan jarak
antar posko yang berjauhan.
Di minggu pertama KKN ini saya sudah mulai merasa
tidak betah, karena bosan, susah sinyal, belum banyak
kegiatan yang dilakukan, saya merasa seperti pengangguran,
saya mulai rindu dengan suasana rumah, mulai rindu dengan
suasana kost, rindu dengan teman-teman akrab saya,
terlebih saya belum terlalu akrab dengan teman satu posko
saya. Sebenarnya memang pada minggu pertama merupakan
masa-masa adaptasi dengan lingkungan sekitar. Kegiatan
yang dilakukan seperti silaturrahim kemasyarakat dengan
tujuan sosialisasi tentang keberadaan kami para mahasiswa
KKN di desa ini, selebihnya kegiatan kami hanya makan
tidur saja. Namun disisi lain, sebenarnya desa ngoran
termasuk desa yang nyaman, para warganya yang ramah,
lingkungannya yang bersih, para perangkat desa yang sangat
menjaga dan mensuport kami para mahasiswa KKN.
Berbeda dari minggu pertama yang KKN dapat
disebut dengan Kuliah Kerja Nganggur, di minggu selanjutnya
kami mulai melakukan kunjugan kesekolah-sekolah yang ada
di desa Ngoran, terdapat 1 PAUD, 3 TK, 2 SD, dan 3
TPQ, kami membagi tugas untuk melakukan kunjungan ke
masing-masing sekolah, tujuan kami untuk bersilaturahim
dan menawarkan diri menjadi guru pendamping untuk
membantu mengajar, Alhamdulillah respon dari sekolah-
sekolah yang kami kunjungi baik, beberapa dari kami yang
bertugas di SD sebagian membantu mengajar pelajaran
Agama Islam karena memang di SD tersebut kekurangan
tenaga pengajar, selebihnya mengajar pelajaran non formal
seperti tari rodad, pidato, percakapan bahasa inggris dan
arab, salawatan, usmani dan qira’. Kami juga menawarkan
les diluar jam sekolah bagi yang berminat, dan lagi-lagi
responya baik, banyak dari anak-anak SD sekitar yang datang
ke posko kami untuk les dan bermain bersama kami, alhasil
posko kami tidak lagi sepi seperti awal minggu pertama,
banyak kelucuan dan keceriaan yang dihadirkan oleh mereka.
Selain itu posko kami juga mendapat kunjungan dari teman-
teman KKN yang berbeda desa dan kecamatan, dari keluarga
kerabat dan teman-teman yang hendak menjenguk, DPL,
LP2M, serta dari beberapa pamong-pamong desa yang
hanya ingin mengecek keadaan kami apakah aman dan
nyaman, serta adik-adik yang mengajak kami bermain saat
senggang. Dari situlah banyak sekali rejeki yang kami
dapatkan, banyak kiriman makanan, buah-buahan, snack, dan
bahkan bahan makanan, kami sangat bersyukur dan terharu
sekali, karena telah diperlakukan dengan amat baik di desa
ini.
Minggu selanjutnya kami mulai melakukan program
kerja kami dengan menggali potensi desa Ngoran, kami
mengunjungi satu persatu rumah warga yang terdapat di
sekitaran posko kami masing-masing, untuk bersilaturahmi
dan melakukan penggalian data. Dari hasil kunjungan
tersebut kami mendapat banyak informasi, pengalaman dan
cerita seputar desa. Setelah pengumpulan data kami mulai
merundingkan program yang pas yang dapat kami lakukan
untuk meningkatkan potensi desa Ngoran, setelah
mendengar cerita dari warga sekitar yang sebagian besar
bekerja sebagai petani, pembuat gula kelapa dan gula semut,
pengumpul nira, serta pengerajin kendang. Kami tertarik
dengan gula semut dan kendang namun kami lebih
memfokuskan diri ke gula semut karena produsi dan
pemasaran kendang sudah baik, sudah mampu menebus
pasaran ekspor, berbeda dengan gula semut yang masih
jarang ada di pasaran, selain itu gula semut juga memiliki
khasiat yang cukup baik bagi kesehatan, dan harga yang
lumayan tinggi dipasaran normal.
Namun sayang, produksifitas gula semut yang
membutuhkan tenaga yang cukup banyak, dan harga dari
pengepul yang tidak sesuai, serta cuaca menjadi alasasan
banyak warga mulai meninggalkan kan pembuatan gula
semut. Oleh karena itu, kami memiliki ide untuk membantu
memasarkan gula semut menggunakan bisnis online, agar
tidak bergantung dengan harga rendah yang diberikan
pengepul. Kami menyelenggarakan workshop mengenai bisnis
online, untuk mengajarkan para warga agar mampu
memasarkan gula semut dengan harga yang sesuai. Saat
pelaksanaan workshop warga yang berminat cukup banyak
meskipun jumlah yang hadir dibawah ekspektasi kami, namun
antusias yang mereka tunjukkan cukup besar, menjadi obat
bagi kami. Kami berharap melalui pelatihan ini dapat
meningkatkan pemasaran gula semut agar lebih dikenal luas
lagi oleh masyarakat.
Selain program kerja tersebut, kami juga
melaksanakan beberapa kegiatan lain seperti mengjar, ikut
kegiatan bersih desa, yasinan, khataman, tiba’an, posyandu,
penyuluhan untuk optimalisasi lahan bersama ibu-ibu PKK,
serta senam ibu-ibu setiap minggu pagi. Bagi saya kegiatan-
kegiatan tersebut merupakan hal baru, yang sebelumnya
belum pernah saya laksanakan, menjadi bertambah
pengalaman saya serta kemampuan saya dalam bersosialisasi
dengan orang baru. Suka duka yang kami rasakan disana
seakan menjadi pengalaman berharga yang tak ingin kami
lupakan, rasa nyaman sudah mulai tumbuh, apa lagi diposko
sudah berbeda sekali jika dibanding dengan awal kami datang
yang masih terasa canggung, kini kami sudah seperti keluarga
sendiri, tak ada jaim-jaiman lagi, bahkan pemiliki rumah yang
sekarang menjadi posko kami sudah seperti nenek sendiri
bagi kami, rumah yang nyaman dan hangat membuat kami
tidak seperti sedang KKN tapi lebih seperti sedang berlibur
dirumah nenek.
Dari setiap kegiatan yang kami adakan kami melakukan
rapat pembentukkan dan rapat evaluasi, yang dilakukan
bergilir berpindah dari posko satu keposko lainnya, agar lebih
berbaur dan saling mengenal lingkungan posko satu persatu,
dalam rapat tersebut dilakukan pembentukan atau
perencanaan kegiatan kemudian terdapat evaluasi diri,
evaluasi posko, evaluasi bersama, evaluasi kegiatan untuk
mengkoreksi masalah yang ada, kemudian dilanjutkan dengan
makan bersama yang disediakan oleh posko yang mendapat
giliran.
Baru saja merasakan nyaman, namun ternyata KKN
sudah harus berakhir, kami mulai sibuk kembali menyiapkan
rencana untuk penutupan desa, berbagai macam
permasalahan kami hadapi, mulai dari gonta ganti rencana
kegiatan, kurangnya anggaran, dan lain sebagainya. Namun,
Alhamdulillah kami bisa menyelesaikan semuanya dengan
baik, dibantu oleh para perangkat desa yang memberikan
nasehat dan dukungan penuh kepada kami. Akhirnya
serangkaian acara lomba-lomba, upacara dengan pemotongan
tumpeng, pentas seni yang menampilkan hasil didikan kami,
pengajian akbar yang menghadirkan salah satu dosen dari
IAIN Tulungagung dan yang terakhir ditutup dengan acara
bakar-bakar bersama dengan para perangkat desa dapat
terlaksana dengan baik.
Sungguh sedih rasanya harus meninggalkan desa ini,
desa yang saat pertama kali saya datang tercium aroma
manis dan gurih dari pembuatan gula semut dan gula kelapa,
yang terlukis warna-warni dari corak kendang, yang berisik
saat akan turun hujan karena suara teriakan serangga hutan
dan burung-burung kecil berterbangan, yang hangat dengan
orang-orang ramah didalamnya, saya pastikan saya akan
sangat merindu suasana desa ini saat pulang nanti.
Setelah penutupan di desa, keesokan harinya
dilanjutkan dengan penutupan dikecamatan Ngelegok,
suasana haru dan rindu disana tercipta saat bertemu dengan
kenalan-kenalan saya dari desa lain dan bertukar cerita
mengenai desanya masing-masing. Setelah acara penutupan
selesai kami pulang keposko masing-masing untuk
merapihkan barang bawaan, kemudian berpamitan dengan
pemilik rumah. Tangisku tak terbendung lagi, ku rangkul
nenek yang telah menerima kami merawat kami selama KKN
bersama dengan teman-temanku yang lain, rasanya tak ingin
pergi. Banyak sekali nasehat dan do’a dari mbah Amy nenek
posko kami agar kami kelak sukses dan menjadi orang. Selain
mbah Amy kami juga berpamitan kepada keluarga beliau dan
tetangga sekitar sebelum pulang, kami diwanti-wanti agar
menyempatkan diri main ke desa Ngoran lagi saat sedang
senggang kuliah.
Semoga apa yang kami telah lakukan di desa Ngoran
dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat disana, setiap
pertemuan pastilah ada perpisahan yang menyisakan
kenangan dan kerinduan. Semoga kerinduan yang hadir dapat
mempertemukan kami lagi untuk berkunjung dan berkumpul
bersama lagi, Amin.
Saya Zahwa Fathiyya Ihsani mahasiswi Jurusan
Bimbingan Konseling Islam (BKI). Menemukan banyak sekali
manisnya cinta dan pelajaran hidup dari Program KKN 2019
di Desa Ngoran Posko 4, Kecamatan Ngelegok, Kabupaten
Blitar.

Selesai
Harmoni
Padi

Aku mengenal dikau


Tak cukup lama separuh usia ku
Namun begitu banyak.. pelajaran
Yang aku terima

Kau membuatku mengerti hidup ini


Kita terlahir bagai selembar kertas putih
Tinggal kulukis dengan tinta pesan damai
Kan terwujud Harmony

Segala kebaikan..
Takkan terhapus oleh kepahitan
Kulapangkan resah jiwa..
Karna kupercaya..
Kan berujung indah

Kau membuatku mengerti hidup ini


Kita terlahir bagai selembar kertas putih
Tinggal kulukis dengan tinta pesan damai
Kan terwujud Harmony
Sampai Jumpa
Endank Soekamti

Datang akan pergi


Lewat kan berlalu
Ada kan tiada
Bertemu akan berpisah

Awal kan berakhir


Terbit kan tenggelam
Pasang akan surut
Bertemu akan berpisah

Hei sampai jumpa di lain hari


Untuk kita bertemu lagi
Ku relakan dirimu pergi

Meskipun.. Ku tak siap untuk merindu


Ku tak siap tanpa dirimu
Ku harap terbaik untukmu

Dudu dudu dudu dudu


Dudu dudu dudu dudu

(2x)
Ucapan Terimakasih
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada:
1. Bapak Imam Saiful selaku kepala desa Ngoran
2. Ibu Dika Putri Rahayu, M.Pd. selaku DPL
3. Bapak Siswanto selaku sekretaris (carik) desa Ngoran
4. Pak Ipul selaku bapak modin desa Ngoran
5. Mas Saktiawan, Bu Dewi, Mas Galing dan Pak Yudi
selaku pamong KKN
6. Bapak dan Ibu Perangkat Desa Ngoran
7. Segenap Tokoh Masyarakat Desa Ngoran
8. Mbak Feni selaku tuan rumah posko 1
9. Pak Hanafi dan Bu Ti selaku tuan rumah posko 2
10. Bu Uting selaku tuan rumah posko 3
11. Mbah Ami selaku tuan rumah posko 4
12. Segenap Guru dan Siswa-siswi SDN Ngoran 1
13. Segenap Guru dan Siswa-siswi SDN Ngoran 2
14. Segenap Guru dan Siswa-siswi TK Al-Hidayah 1
15. Segenap Guru dan Siswa-siswi TK Al-Hidayah 2
16. Segenap Guru dan Siswa-siswi TK Pertiwi
17. Segenap Guru dan Siswa-siswi PAUD Tunas Bangsa
18. Segenap Guru dan Santri TPQ Roudhotut Tholibiin
19. Mak War, Riska, Mbah Sringah, Mbak Santi, Mbak Rin,
Putra, Yuni, Ilham dan tetangga posko 1 yang lain
20. Mas Haru hihihi…
21. Mas Boy (Mas Okta)
22. Mas Inul dan Mas Meldi
23. Rohman dan Tim Sholawat TPQ Roudhotut Tholibiin
24. Geng Tonggeng (Karang Taruna Cinta Damai)
25. Pak D’bayans sebagai bolo ngopi
Ngoran Dalam Kenangan

Musyawarah Sebelum Pemberangkatan

Kegiatan Pembukaan KKN Ditandai Dengan Pemotongan Pita


Salam Perkenalan dengan Perangkat Desa

Rapat Bersama DPL


Rapat Kordes Se-Kecamatan Nglegok

Kunjungan LP2M
Pelatihan Bisnis Online

Peduli Nglegok di Desa Ngoran


Senam Pagi Bersama Ibu-Ibu PKK

Pembuatan Gula Semut di rumah Ibu Tursinah


Berkunjung Ke Salah Satu Pengrajin Kendang Di Desa Ngoran

Lomba Sepak Bola Api Se-Desa Ngoran


Pentas Seni Bernyanyi Dalam Kegiatan Penutupan KKN

Tim Sholawat Roudatut Tolibin

yang dibentuk oleh mahasiswa KKN


Tari Rodhat yang dibentuk oleh mahasiswa KKN

Foto sebelum pulang bersama Ketua Ta’mir dan Kepala Desa


Juara Semua Lomba Pada Kegiatan Pekan Ceria Ngoran

Ngaji Bersama Dr. Nur Cholis (Ustadz Ois)


Kegiatan Penutupan Bersama Perangkat Desa Ngoran dan DPL

Penutupan KKN di Kecamatan Nglegok

Anda mungkin juga menyukai