Anda di halaman 1dari 10

Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas 3

BAGIAN ULFA FITRIA RACHMI


104211472026
KETIGA

Menjelaskan Unsur-unsur Intrinsik Cerpen

Kegiatan Awal
A. Membaca Cerpen dan Memahami Isinya
Cerita pendek atau yang biasa disebut Cerpen memang sudah sangat
populer di kalangan masyarakat. Kebanyakan orang suka membaca cerpen karena
tidak terlalu berat memahaminya dan tidak memakan waktu ama. Hal ini
disebabkan cerpen pada umumnya beralur tunggal dan jumlah kata yang
digunakan jauh lebih sedikit daripada novel atau roman. Selain itu, cerita yang
diangkat merupakan kejadian menarik sehari-hari yang juga sering dialami oleh
pembaca itu sendiri. Nah, Kalian pasti pernah membaca cerpen bukan? Entah di
majalah, koran, atau buku kumpulan cerpen.
Bacalah dengan cermat cerita pendek berikut ini!

WISUDA
Sudah menjadi tradisi, salah satu hari yang paling
bersejarah di dalam hidup kita adalah hari wisuda.
Sebenarnya aku ingin merasakan kebenaran dari
pernyataan itu. Tetapi entah mengapa, sejak
undangan
itu kukirim kekampung menyusul berita dari kampung bahwa Bapak dan
Emak tidak bisa menghadiri hari bersejarah itu, aku merasa jadi aneh.
Malam-malam badanku berkeringat tanpa sebab. Mimpiku jadi aneh-aneh.
Ada skripsi yang melayang, terobek, dan jatuh ke penjual gelap. Lantas
cangkul Bapak di kampung yang mendadak berdarah-darah!
Pulanglah, kata Bapak dalam surat yang ditulisi tangan orang lain.

1
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas 3

Kami menungumu memperbaiki keadaan kampung, kamoung lagi


genting sekarang.
Alasan utama orang tuaku tidak hadir adalah karena kehadiran mereka
saat ini lebih diperlukan dari tradisi wisuda kampusku. Mereka dianggap
sepuh yang di percayakan dapat menangani keresahan msyarakat
kampung. Dan itulah yang membuat mataku tak terpicing siang malam.
Seorang teman di kamar kosku yang bau apek dan miskin sinar
matahari ini pernah bertanya perihal keresahanku.
“Kau ini seperti anak gedongan laiknya. Bukan salah orang tuamu
tidak datang. Kebahagiaan kita di hari ini tidak akan berkurang,
pecayalah.”
“Bukan itu masalahnya.”
“Lalu kenapa tidak tidu-tidur juga? Hari sudah malam begini.
Apa yang kaupikirkan?”
Aku terdiam.
Teman sekamarku menguap panjang. “Istirahatlah. Besok hari
wisudamu. Kamu harus tampil segar. Hari ini adalah hari hasil jerih payah
bertahun-tahun di bangku kuliah.”
Badanku berkeringat tanpa sebab. Cangkul Bapak menari-nari di udara
lagi.
Memang bukan itu masalah utamanya. Tetapi, bagian terakhir dalam
surat Bapak yang menyuruhku pulang. Pulang? Setelah lima tahun bergelut
di kota,merasakan enaknya jadi mahasiswa walaupun harus banting tulang
kanan kiri, makan sekali sehari, lalu….. untuk apa pulang?
Rencanaku di tahun terakhir perkuliahan adalah bekerja di kota.
Katakanlah, kerja kantoran. Buat apa? Tentu saja cari uang. Baru setelah
itu pulang dan membangun desa. Pembangungan zaman sekarang baru
bisa berhasil dengan kerja keras dan uang. Bapak salah. Pembangunannya
di kampung hanya punya satu senjata. Cangkul. Ah, bagaimana caranya
mengubah pandangan ortodoks itu?
Dini hari, teman sekamarku kembali menguap panjang melihat aku
masih tegak di meja belajar.
“Kamu belum tidur?”
Aku menggeleng lesu.

2
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas 3

“Matamu sembab, cekung, wajahmu kusur, astaga! Kamu akan jadi


pangeran kesiangan nanti!”
Aku masih diam.
“Tidurlah barang sepuluh menit untuk memulihkan kesegaran. Ingat!
Sekarang hari bersejarahmu!”
Aku masih diam.
Mungkin orang-orang itu benar. Wisuda sungguh hari membahagiakan
bagi mereka! Tetapi, di tengah keriuhrendahan itu, aku mendadak seperti
cangkul kering di tengah-tengah riuhnya suara buldoser menggilas sawah
Tak bernyawa.
Teman-teman lain menyalamiku, juga ketika rektor menyematkan
penghargaan sebagai lulusan terbaik. Ratusan pandang orang tua
wisaudawan menatapku iri. Mungkin mereka berandai-andai, seandainya
aku ini anak mereka… Tetapi, pengandaian semacam itu takkan pernah
dilontarkan Bapak dan Emak. Penghargaan itu mungkin, tidaklah sangat
berharga bagi mereka.
“Kau jadi mudik?” tanya teman-teman. Aku mengangkat bahu.
“Tangkap dulu tawaran itu,” sambung mereka.
“Susah cari kerja zaman sekarang. Apalagi kau lulusan terbaik. Mudah
jadi kutu loncat, tapi untuk yang pertama ambil saja tawaran dosen
pembimbingmu. Relasinya banyak.”
Barangkali tidak ada salahnya berdiam di kota barang sebulan dua
bulan sebelum pulang ke kampung. Aku ingin merasakan pengalaman
bekerja dulu. Tujuannya agar tidak dianggap sebagai lulusan mentah dan
tiadak siap pakai seperti dengungan para pemikir dewasa ini.
“Bagaimana?” kalimat terakhir dosen pembimbing menyentakku.
Pekerjaan yang disodorkannya mudah-mudah sulit. Tugasku adalah
menelaah studi yang dibuat staf ahlinya mengenai situasi sebuah daerah,
apakah layak proyeknya dilaksanakan di daerah itu, atau tidak?
“Kautahu jawabannya. Kau kan pinter,” dosen itu menyodorkan
sehelai surat kerja sama dan setumpuk uang. “Ini uang lapangan” katanya
lagi. Senyumnya terlihat asing. Dan aku merasa, senyum itu kemudiannya
akan lebih banyak kutemui di lapangan. Terlebih-lebih saat mereka

3
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas 3

melihat hem licin yang kukenakan beserta dasi pinjaman itu. Senyum
mereka bertebaran dimana-mana. Aku mulai berandai sekian masa depan.
Tetapi hingga malam tiba, laporan studi mengenai daerah untuk
pembangungan pemukiman itu masih tergeletak di meja belajarku.
Mataku terasa berkunang-kunang saat mambacanya. Padahal baru
sebagian! Rasanya dunia telah berubah menjadi tang besar yang menjepit
idealisme seketika.
Teman sekamarku memandang iri. “Kau akan jadi manusia hebat,”
desisnya rendah. “Pakaianmu hebat. Kau benar-benar beruntung. Ilmu
yang kaupelajari bertahun-tahun di kuliah terpakai dalam bidang
pekerjaanmu. Kau bukan pengangguran terselubung,” dia terkekah.
“Kalau kau ikuti surat bapakmu, jadi apa nanti kamu disana? Petani?”
tawanya makin panjang.
Aku tertegun. Tiba-tiba teman sekamarku berteriak keras melihat
kegiatanku selanjutnya, memindahkan pakaian ke ransel lusuh.
“Hei, kau mau ke mana?”
***
Bapak menatapku kosong. Padahal baru dua bulan wisuda lewat.
“kanapa pulang?” tanyanya kering.
Dadaku sesak. Apa yang harus kujawab? Aku pulang didesak
keingintahuanku pada kondisi kampung kami sekarang. Apakah itu harus
kuceritakan pada Bapak?”
Bapak berjalan tertatih-tatih, keluar. Sawah dan ladang kebanggaan
kami dulu sudah berganti tanah merah. Rata. Kampung terliaht semakin
sepi.
“Banyak yang pindah pekerjaan. Tidak ada petani lagi di sini. Dan
sebentar lagi, banyak pabrik dan perumahan di bangun disini” kata-kata
Bapak meluncur getas. Aku memandang Bapak yang menjadi tua sekian
tahun di mataku dari usia sebenarnya.
“Padahal utangku pada rentenir itu belum juga tertebus, untuk biaya
terakhir kuliahmu. Aku ingin jadi kuli seperti yang lainnya, tapi aku sudah
tua. Hanya itu yang bisa kulakukan. Tapi tanah mana lagi yang harus
kugarap?”

4
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas 3

“Bapak tidak pindah?” pertanyaanku keluar tersendat. Bapakku


menggeleng keras.
“Untuk apa?”
Kami sama-sama memandang di kejauhan. Tidak ada lagi kehijauan.
Semuanya merah, rata, panas. Suara buldoser di kejauhan terdengar
berirama. Mungkin saja, sebentar lagi yang ada diatas ini adalah
kehijauan yang lebih mempesona dari taman-taman kota tertata rapi
dengan bunga pilihan, dengan fasilitas bermainnya yang menyilaukan
serta fasilitas sosial yang lengkap! Tetapi, untuk apa?
Bapak tidak tahu, salah satu kakiku ada di atas tnah itu ketika
menghadap dosen pembimbing dengan kesimpulan yang pada intinya
menoreh setuju pada kelayakan laporan yang kutelaah kemarin. Bapak
tidak tahu, suatu saat nanti, uang yang kuberikan padanya (dan mungkin
digunakannya untuk menebus utang uang kuliahku pada rentenir), adalah
uang dari tangisan orang-orang kampung yang tnahnya tergusur.
Seandainya Bapak tahu, mungkin dia bersyukur sekali tidak pernah
menghadiri wisudaku.
Dikutip dari Antologi caerpenis Wanita ‘Dunia Perempuan’

Jawablah pertanyaan di bawah ini!


1. Mengapa si Aku merasakan hal-hal yang aneh menjelang hari wisudanya?
2. Apa alasan orang tua si Aku tidak dapat menghadiri wisuda di
kampusnya?
3. Apa perbedaan pemikiran si Aku dengan ayahnya dalam upaya
membangun desa?
4. Bagaimana prestasi si Aku selama kuliah?
5. Mengapa teman-teman si Aku menyarankan agar menerima tawaran dosen
pembimbingnya?
6. Mengapa si Aku tiba-tiba pulang kampung?
7. Peristiwa apa yang terjadi pada si Aku setelah sampai di kampungnya?
8. Bagaimana perasaan dan sikap si Aku melihat kondisi kampungnya saat
itu?

5
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas 3

Kegiatan Inti
B. Menjelaskan Unsur-unsur Intrinsik dalam Cerpen
Seperti karya prosa yang lainnya, cerpen dibangun atas dua unsur pokok,
yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik meliputi tema, alur,
watak dan perwatakan tokoh, latar, gaya bahasa pengarang, dan sudut pandang
pengarang.
Tema
Tema (Theme) merupakan fikiran pengarang yang merupakan gagasan,
wawasan serta tanggapan pengarang tentang sesuatu. Suatu tema dapat juga
dikesani setelah selesai membaca keseluruhan teks. Sebuah tema juga mungkin
diwakili dengan judul cerpen itu sendiri. Pemilihan tema dapat pula berdasarkan
sentiviti seseorang pengarang, sensitiviti terhadap alam sekitar, isu terkini,
pembacaan teks,  sebuah saringan cerita dan wawasan (agama, kemanusiaan,
politik, budaya, dan sejarah). Perlu diketahui, sebuah tema tidak dapat dinyatakan
secara langsung. Penentuannya kerap dibantu unsur pembentukan cerpen lain
(plot, latar, gaya bahasa, sudut pandangan dan  watak/perwatakan) dan juga
beberapa persoalan.
Sebuah tema dapat diperoleh berdasarkan pengalaman pribadi,
pengalaman orang lain, peristiwa/berita, dan lingkungan alam sekitar.
Alur
Alur atau plot merupakan rentetan peristiwa dan tindakan dalam cerita
yang terjalin atas hubungan sebab akibat (kausalitas). Alur cerita dapat dibedakan
menjadi bermacam-macam, tergantung sudut tinjauannya. Ditinjau dari segi arah
gerak ceritanya dibedakan menjadi dua macam, alur maju dan alur mundur.
Alur maju (alur progresif) adalah alur cerita yang bergerak secara kronologis
menurut urutan waktu kejadian. Cerita diawali dengan tahap pengenalan tokoh
kemudian dilanjutkan dengan tahap pemunculan konfliks, perumitan masalah,
klimaks, antiklimaks, dan diakhiri dengan penyelesaian masalah.
Alur mundur (alur regresif) adalah aur cerita yang dimulai dari bagian klimaks
atau tengah cerita kemudian bergerak mundur ke awal kejadian untuk

6
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas 3

menjelaskan kronologi kejadiannya.


Watak dan Perwatakan Tokoh
Watak adalah unsur yang menggerakkan sebuah cerita. Watak dapat
digolongkan mejadi tiga, yaitu: protagonist (watak utama), antagonist (watak)
menentang protagonis, dan watak sampingan (membantu pergerakan protagonist
dan antagonist. Watak seorang tokoh dapat diketahui dengan berbagai cara, antara
lain: a. dialog antar tokoh
b. pemikiran watak
c. tindakan tokoh terhadap tokoh lain.
Latar
Latar adalah gambaran tempat, waktu, dan situasi yang terdapat dalam
sebuah cerita. Latar merupakan unsur yang membangun alur dan membangun
karakter yang terjalin dengan unsur-unsur cerita lain. Latar yang baik adalah latar
yang tidak hanya membawa pembaca ke suatu tempat, waktu, dan situasi, tetapi
juga memperlihatkan bagaimana pengaruh tempat, waktu, dan situasi itu pada
perilaku manusia dan romantika hidup tokoh-tokohnya.
Gaya Bahasa Pengarang
Gaya bahasa dapat diartikan bagaimana pengarang menggunakan
bahasanya dengan baik dan kreatif  dalam upaya menyampaikan fikiran dan
perasaan. Setiap pengarang harus dapat menguasai gaya bahasa yang kreatif, segar
dan gaya tersendiri. Namun perlu waktu, upaya, dan keseriusan. Mungkin pada
peringkat awal ada pengarang yang diminati khusus aspek stilistiknya.
Penggunaan bahasa oleh seorang pengarang merupakan gambaran wawasan
pengarang itu sendiri.
Beberapa unsur dalam gaya bahasa:
 Dialog (Dialogue)
Contoh: “Saya sudah katakan,” dia menoleh, “Nur akan kembali.”
“Berapa kali peru saya jelaskan!” Jerit Nel.
 Monolog (Monologue)
Contoh: “Mengapa seharian ini kerja saya tidak bagus?” Segalanya persis
seperti mengehentak kepala saya. Saya merasa tidak begitu bermakna
lagi.

7
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas 3

Sudut Pandang Pengarang


Sudut Pandang merupakan jawapan kepada siapa yang bercerita. Maka
dari itu, sudut pandang sangat erat dengan watak.
Ada tiga macam sudut pandang pengarang, antara lain:
a. Sudut pandang serba tahu, Pengarang seperti ‘pencipta’ segalanya,
pengarang maha tahu segalanya dan bebas menceritakan apa saja (watak
omniscient). Bahkan, pengarang boleh menyelami perasaan dan fikiran watak.
Pengarang/watak tidak terlibat dalam cerita, tetapi berada di luar
lingkaran cerita. Namun garis yang menghubungkan watak  dengan watak-
watak lain ialah garis yang menembusi ke dalam bulatan watak-watak
tersebut. Ini menunjukkan betapa pengarang cukup mengetahui pergolakan
fikiran dan segala pribadi watak.
b. Sudut pandang terbatas, Pengarang memilih satu watak untuk bercerita
dengan menggunakan ganti nama orang ketiga. Watak-watak lain hanya dapat
dilihat dengan begitu terbatas.
c. Sudut pandang objektif, Pengarang berada di luar karya. Ini terlihat
dengan teknik  ‘kamera’ yang digunakan. Dalam usaha menjadikan cerita
objektif, pengarang tidak memihak kepada watak. Pengarang tidak memberi
pendpat apa-apa tentang sesuatu melainkan memperlihatkannya dalam aksi
dan pembaca membuat penilaian.

8
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas 3

Tulislah pemahaman kalian tentang unsur-unsur intrinsik cerpen diatas


dalam kelompok (4-5 orang)!

Tema Cerpen Tokoh dan Watak Tokoh


_______________________ _______________________
_______________________ _______________________
_______________________ _______________________
Bukti Bukti
_______________________ _______________________
_______________________ _______________________
_______________________ _______________________

Alur Cerpen Latar Cerpen


_______________________ UNSUR- _______________________
_______________________ UNSUR _______________________
_______________________ INTRINSIK _______________________
Bukti Bukti
_______________________ _______________________
_______________________ _______________________
_______________________ _______________________

Gaya Bahasa Cerpen Sudut Pandang Cerpen


_______________________ _______________________
_______________________ _______________________
_______________________ _______________________
Bukti Bukti
_______________________ _______________________
_______________________ _______________________
_______________________ _______________________

9
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas 3

C. Menjelaskan Unsur-unsur Intrinsik Cerpen


Lakukanlah!

1. Kumpulkan semua hasil pekerjaan kelompok di depan!


2. Menunjuk salah satu kelompok secara acak untuk menjelaskan
usnur-unsur intrinsik cerpen “Wisuda” dalam diskusi kelas!
3. Kelompok lain menyampaikan perbandingan hasil pekerjaan
kelompok yang tampil dengan hasil pekerjaan kelompok sendiri!
4. Menyimpulkan usnur-unsur intrinsik cerpen “Wisuda” dalam
diskusi kelas!

Kegiatan Lanjutan
E. Merefleksi Hal-hal yang Menarik dan Berkesan dalam Cerpen

Lakukanlah diskusi kelompok untuk menjawab pertanyaan di bawah ini!

1. Pesan/Hal menarik apa yang dapat


kalian ambil dalam cerpen “Wisuda”?
2. Apa yang kalian lakukan apabila
menjadi tokoh si Aku?
3. Bagaimana kesan kalian terhadap watak
tokoh cerpen “Wisuda”!
4. Tulislah karangan singkat cerpen “Wisuda”!

10

Anda mungkin juga menyukai