Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Latar Belakang Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi seorang
pengarang terhadap gejala-gejala sosial di lingkungan sekitarnya. Karya sastra diciptakan
pengarangnya untuk menyampaikan sesuatu kepada penikmat karyanya. Sesuatu yang ingin
disampaikan pengarang adalah perasaan yang dirasakan saat bersentuhan dengan kehidupan
sekitarnya. Salah satu bentuk karya sastra yang membicarakan manusia dengan segala perilaku
dan kepribadiannya dalam kehidupan adalah novel. Membaca karya fiksi berupa novel berarti
kita menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasaan batin, memberikan
kesadaran mengenai gambaran kehidupan dan belajar untuk menghadapi masalah yang
mungkin akan kita alami. Sebagai karya, novel merupakan hasil ungkapan, ide-ide, gagasan,
dan pengalaman pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan di sekitarnya. Sebagai karya
imajiner, novel menawarkan berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan dan
kemudian diungkapkan kembali melalui sarana sastra dengan pandangannya.

Menurut Wellek&Warren, 1990:3 dalam Aulia Melani (2011) Sastra adalah suatu kegiatan
kreatif, sebuah karya seni. Maksud sebagai karya seni yaitu sastra memiliki unsur-unsur
keindahan yang terkandung di dalamnya. Karya sastra pada hakikatnya adalah suatu media
yang mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Menurut
Sarjidu (2004:2) dalam Aulia Melani (2011) mengatakan bahwa kemunculan sastra lahir
dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya.

Novel merupakan salah satu karya sastra. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, novel
adalah tulisan berupa karangan prosa yang panjang dan menceritakan sebuah kisah.
Novel merupakan teks hasil pemikiran yang lahir dari daya cipta, imajinatif, kreatif dan
eksploratif pengarang terhadap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia yang di
dalamnya terdapat unsur intrinsik dan ekstrinsik. Dalam pembagiannya novel terdiri dari novel
klasik dan novel modern.Novel klasik mempunyai fungsi sosial, yaitu memanusiakan para
pembacanya. sedang novel modern kebanyakan berfungsi personal yaitu membuat para
pembaca ingin cepat selesai membacanya karena bersifat menghibur. Namun di balik itu,
setelah membaca dan mengerti novel klasik kita akan lebih menikmati dan terasa lebih
manusiawi daripada membaca novel modern yang sifatnya hanya menghibur.
Berdasarkan hal di atas, novel yang akan saya analisis adalah novel klasik “Salah
Asuhan” karya Abdoel Moeis dan novel modern “Cinta untuk Ayah” karya Rizki Maulani
Nasution. Terpilihnya kedua novel ini karena ingin mengetahui isi serta perbedaan antara
novel klasik dan novel modern dalam segi tema, alur, tokoh, perwatakan, latar (setting), sudut
pandang, gaya bahasa dan amanatnya.

Adapun cara menganalisis kedua novel ini melalui pendekatan struktural, yaitu dengan
menganalisis unsur intrinsik yang terdapat dalam kedua novel ini. Pada akhirnya dapat
memberikan simpulan mengenai perbedaan novel klasik dan modern berdasarkan analisis
struktural tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH


3. Bagaimana menganalisis novel salah asuhan karya abdoel muis?
4. Bagaimana menganalisis unsur intrinsik novel salah asuhan karya abdoel muis?
5. Bagaimana menganalisis unsur ekstrinsik novel salah asuhan karya abdoel muis?
6. Bagaimana menganalisis kajian dekonstruksi novel salah asuhan karya abdoel muis?

1.3 PEMBATASAN MASALAH


Untuk mencegah adanya kekaburan masalah dan untuk mengarahkan analisis ini agar lebih
intensif dan efisien dengan tujuan yang ingin dicapai, diperlukan pembatasan masalah. Analisis
ini dibatasi pada masalah kajian novel salah asuhan karya abdoel muis berdasarkan kajian
Struktural, Dekonstruksi.

1.4 TUJUAN
3 Ingin mengetahui menganalisis novel salah asuhan karya abdoel muis
4 Ingin mengetahui cara menganalisis unsur intrinsik novel salah asuhan karya abdoel muis
5 Ingin mengetahui cara menganalisis unsur ekstrinsik novel salah asuhan karya abdoel
muis?
6 Ingin mengetahui cara menganalisis kajian dekonstruksi novel salah asuhan karya abdoel
muis?
BAB II
PEMBAHASAN
ANALISIS NOVEL SALAH ASUHAN KARYA ABDOEL MOEIS
Sinopsis Novel
Hanafi adalah seorang amak pribumi yang berasal dari Solok. Ibu hanafi adalah seorang janda,
yang suaminya sudah meninggal semenjak hanafi masih kecil. Ibu hanafi sangat
menyayanginya.
Meskipun sudah menjanda, ibunya berkeinginan untuk memandaikan anaknya. Ibunya
mengirim Hanafi ke Betawi untuk bersekolah di HBS. Ibunya selalu berusaha keras untuk
selalu memenuhi segala biaya Hanafi. Selama bersekolah di Betawi, Hanafi dititipkan kepada
keluarga Belanda. Sehingga pergaulan Hanafi tidak lepas daro orang-orang Belanda. Setelah
lulus sekolah di HBS, pergaulannya juga tidak lepas dari orang-orang Eropa, karena ia bekerja
di Kantor BB sebagai asisten residen di Solok. Meskipun Hanafi seorang pribumi asli, tingkah
lakunya serta gaya hidupnya sudah berubah menjadi kebarat-baratan. Bahkan terkadang
tingkah lakunya melebihi orang Belanda asli.
Selama ia bergaul dengan orang-orang eropa dan setiap hari bersekolah di HBS, Hanafi dekat
dengan gadis eropa yang bernama Corrie. Dalam kesehariannya Hanafi dan Corrie memanglah
sangat dekat, hubungan keduanya seperti kakak dengan adiknya. Mereka sering jalan-jalan
berdua, main tenis bahkan duduk-duduk sambil menikmati segelas teh pun juga berdua.
Karena hubungan mereka sangat amat dekat, maka Hanafi pun menganggap pertemanan itu
dianggap lain. Hanafi sayang kepada Corrie, namun perasaan itu bukan sekedar hanya rasa
sayang seorang kakak kepada adiknya, melainkan rasa sayang sebagai pacar. Setiap hari Hanafi
selalu bertemu dengan Corrie meskipun hanya sebentar saja. Sikap Corrie kepada Hanaffi juga
masih nampak seperti biasanya. Hingga akhirnya Hanafi memberanikan diri untuk
mengungkapkan isi hatinya kepada Corrie. Namun ketika Hanafi mengungkapkan isi hatinya,
Corrie tidak langsung memberi jawaban kepada Hanafi, melainkan segera berpamitan pulang
dengan alasan yang tidak jelas. Keesokan harinya, Corrie pergi meninggalkan Solok menuju
Betawi. Maka dikirimkan surat kepada Hanafi, yang isinya penolakan secara halus mengenai
pernyataan Hanafi pada tempo hari. Corrie merasa sangat tidak mungkin menerima Hanafi,
karena perbedaan budaya antara bangsa melayu dengan bangsa eropa. Selain itu Corrie juga
ditentang oleh ayahnya jika menikah dengan orang melayu. Karena penolakan tersebut, Hanafi
jatuh sakit selama beberapa hari.
Selama dia sakit, Hanafi hanya dirawat oleh ibunya, dan selama itu pula Hanafi sering
mendapat nasihat dari ibunya. Ibunya menasihati dan membujuk Hanafi agar menikah dengan
Rapiah, yaitu anak mamaknya. Karena pada saat Hanafi bersekolah di HBS, mamaknyalah
yang mencukupi kebutuhan Hanafi. Mendengar bujukan Ibunya, Hanafi sangat amat marah,
karena Hanafi sungguh tidak mengetahui siapakah Rapiah itu dan Hanafi hanya suka kepada
Corrie, yang telah menolak cintanya. Maka Ibu Hanafi menjelaskan bahwa Rapiah adalah anak
mamak, Sultan Batuah. Perjodohan itu dikarenakan Ibu Hanafi berhutang budi kepada Sultan
Batuah. Setelah mendapat bujukan dari Ibunya, akhirnya Hanafi menerima perjodohan itu,
meskipun dengan sangat terpaksa. Dua tahun sudah usia pernikahan Hanafi dan Rupiah, dan
mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Syafei. Pernikahan yang tidak didasari
dengan rasa cinta itu membuat rumah tangga mereka tidak pernah tentram. Setiap hari Hanafi
selalu memaki-maki istrinya karena hal yang sepele. Namun Rapiah hanya diam dan tidak
pernah melawan semua perlakuan suaminya.
Hal itulah yang membuat Ibu Hanafi kagum kepada Rapiah, hingga suatu hari Hanafi murka
kepada Ibunya. Dengan tidak sengaja Ibunya menyumpahi Hanafi. Tiba-tiba anjing gila
mengigit pergelangan Hanafi hingga Hanafi harus berobat ke Betawi. Sampai di Betawi Hanafi
bertabrakan dengan seorang gadis eropa, yang tidak lain adalah Corrie. Dengan amat senang
mereka berdua menghabiskan waktu untuk berjalan-jalan berdua menggunakan sepeda angin.
Sudah satu minggu Hanafi meninggalkan Solok, setelah itu Hanafi mencari kerja di Kantor BB
sebagai commies. Meskipun gaji awal cukup kecil, namun hanafi sangat senang.
Karena dia dapat bertemu dengan Corrie setiap hari. Hanafi berusaha keras untuk mendapatkan
Corrie, hingga hanafi rela berubah kewarganegaraan menjadi Eropa. Setelah itu, Hanafi
memohon kepada Corrie untuk menerima ajakan pertunangannya. Karena rasa ibanya kepada
Hanafi, Corrie terpaksa menermanya. Meskipun Corrie harus menerima resiko, yaitu dijauhi
oleh teman-teman eropanya, Pesta pertunangan mereka dilakukan dikediaman rumah teman
Belandanya, namun tuan rumah nampak tidak begitu suka dengan pertunangan itu. Karena dia
tidak suka bergaul dengan orang Belanda berkulit sawo matang.
Meskipun Rapiah dan Ibunya tahu jika Hanafi akan menikah Corrie, namun Rapiah tetap
menunggu kedatangan Hanafi. Karena Ibu Hanafi sangat sayang kepada Rapiah, bahkan
sayangnya melebihi rasa sayangnya kepada Hanafi. Hanafi dan Corrie sudah menjadi suami
istri, maka tinggalah mereka dalam satu rumah. Namun seiring berjalannya waktu, rumah
tangga Hanafi dan Corrie sudah tidak tentram lagi. Karena sifat Hanafi yang keterlaluan,
sampai menuduh Corrie berzina dengan orang lain. Karena kehidupannya yang dalam kondisi
tidak jelas, Bangsa Eropa maupun Bangsa Melayu sudah tidak mau mengakui Hanafi, karena
keangkuhan dan kesombongannya.
Pada akhirnya Corrie pergi ke Semarang untuk menghindari Hanafi. Namun pada suatu hari,
Hanafi menerima surat yang memberi tahukan bahwa Corrie berada di Semarang. Setelah
beberapa hari, Hanafi nekat pergi ke Semarang untuk mencari Corrie dirumah seorang
pengusaha anak-anak yatim. Namun sampai disana justru berita buruk yang diterima oleh
Hanafi. Bahwa Corrie masuk rumah sakit karena sakit keras, yaitu kolera. Hingga akhirnya
nyawa Corrie ridak dapat ditolong lagi. Setelah kepergian Corrie, Hanafi pulang ke Solok untuk
menemui Ibunya. Setelah beberapa hari Hanafi sampai di Solok, ia jatuh sakit karena menelan
6 butir sublimat, yang menyebabkan Hanafi terus muntah darah dan akhrinya merenggut
nyawanya.

Analisis Unsur Intrinsic Novel Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis


Tema
Novel Salah Asuhan bertema tentang :
1. Anak yang durhaka kepada Ibu.
2. Pertentangan antara budaya Barat dengan budaya Timur.
3. Pribumi Indonesia yang kebarat-baratan.
4. Pribumi Indonesia yang tidak suka budayanya sendiri.
5. Lelaki yang keras dan emosional.
6. Kecintaan pemuda indonesi terdapat gadis Eropa
Cerita
Pada novel Salah Asuhan Karya Abdoel muis ini menceritakan tentang perjalanan
seseorang Pemuda yang dijodohkan oleh orang tuanya, manum pernikahan tersebut tidak
bahagia, karena pemuda tersebut lebih mencintai gadis keturunan indo-belanda tersebut.
Akhirnya pemuda tersebut menikahi gadis keturunan indo-belanda setelah menceritakan istri
terdahulunya, tetapi pernikahan tersebut kandas pula, pemuda tersebut menyesali perbuatannya
dan mencari isrtinya yang keturunan indo-belanda. Ketika bertemu ternyata istri divonis
mengidap penyakit kolera dan istrinya pun meninggal dan akhirnya pemuda itu mengakhiri
hidupnya dengan meminum racun.

Plot
Novel ini beralur maju.Pengarang menceritakan kisah hidup Hanafi mulai ia baru kenal dan
bersahabat dengan gadis Eropa sampai ia menikah dengan gadis lain bernama Rapiah yang
dijodohkan oleh ibunya.Kemudian ia bercerai dengan rapiah,dan lalu menikah dengan Corrie
si gadis Eropa yang selanjutnya meninggal.Setelah Corrie meninggal,diceritakan juga sampai
Hanafi meninggal juga karena bunuh diri.

Penokohan
Tokoh-tokoh/perwatakan yang berperan dalam novel ini :
- Hanafi : Seorang pemuda bumiputera Solok terpelajar yang berwatak keras, sombong,
emosional dan durhaka terhadap ibunya.Dia memiliki wajah yang mirip dengan orang Belanda,
perilakunya juga mencerminkan orang Belanda yang selalu menghina orang Bumiputeranya
sendiri.

- Corrie du Bussee: Seorang gadis Belanda yang awalnya tinggal bersama ayahnya di
Solok. Corrie memiliki paras yang cantik, berasal dari kelas atas dan terpelajar. Dia juga
memiliki sikap yang sopan, ramah, kuat menghadapi Hanafi,walaupun sedikit manja dan keras.

- Rapiah : Seorang gadis desa Bumiputera Solok yang dinikahi oleh Hanafi untuk pertama
kalinya.Rapiah berwatak sabar, dan setia mendampingi suaminya yang berwatak keras dan
tidak suka padanya.Rapiah termasuk istri yang baik walaupun ia memiliki rasa malu yang
tinggi.

- Ibu Hanafi ( Mariam) : Seorang ibu yang rela berjuang demi hidup anaknya.Ia berusaha
memenuhi semua biaya pendidikan anaknya.Buk Mariam selalu sabar dalam menghadapi
anaknya yang durhaka.Namun, Ibu Hanafi adalah ibu yang pemaaf. Dia tetap memaafkan
semua kesalahan Hanafi, yang telah durhaka padanya.

- Ayah Corrie ( Tuan du Bussee) : Ayah Corrie memiliki sikap yang sopan, ramah terhadap
semua orang, dan menghormati budaya orang Timur walaupun ia orang Barat.Namun dia selalu
mengucilkan diri dari masyarakat setempat.Ayah Corrie kemudian meninggal pada saat Corrie
di Betawi.

- Syafei : Anak Hanafi dengan Rapiah. Syafei adalah anak yang masih lugu.Dia tidak tahu
apa-apa mengenai ayah dan ibunya.

- Nyonya Van Dammen : Nyonya yang berbaik hati memberi tempat persembunyian untuk
Corrie,agar dapat menghindar dari Hanafi.Nyonya Van Damme juga saying terhadap Corrie.
- Tante Lien : Tetangga Corrie pada saat dia menikah dengan Hanafi.Tante Lien adalah
pribumi asli Betawi yang berkebiasaan latah.

- Tuan Direktur : Direktur bank tempat Corrie bekerja setelah pergi meninggalkan rumah
karena perkara rumah tangga.Tuan Direktur ini menaruh hati pada Corrie.

- Piet : Sahabat Hanafi yang menasihati Hanafi pada saat Corrie pergi meninggalkannya.

- Tuan Administratur : Orang yang berbaik hati menemani Hanafi di Semarang dan
menyediakan kursi, minuman-dan makanan pada saat Hanafi semalaman di Kuburan Corrie.

- Buyung : Orang membantu Hanafi dan Ibunya,berwatak lugu dan penurut.

- Simin : Pembantu di rumah Corrie, yang berwatak lugu,dan sabar.

- Nyonya Jansen : Nyonya yang berpura-pura baik,tapi sebenarnya licik.

Latar
Latar Tempat
- Di Solok(Sumatera Barat) : Rumah Hanafi, rumah Corrie, lapangan tenis.
- Di Koto Anau (Sumatera Barat): Rumah gadang, stasiun.
- Padang : Rumah makan di Belantung.
- Betawi : Gang Ketapang, gang pasar baru, taman, di depan asrama Corrie, dan tempat
tumpangan Corrie setelsh pergi dari rumah (kost)
- Semarang :Tempat anak yatim piatu,rumah sakit Paderi,Pemakaman Corrie.
- Surabaya : Pension Kecil, kereta ekspress.
- Bandung : Stasiun Bandung, hotel Andreas.
Latar Waktu
- Cerita Salah Asuhan terjadi pada masa banyak orang Belanda berada di Indonesia.

Latar Suasana
- Pada novel ini, banyak cerita yang bersuasanakan tegang, mengharukan, dan
menyedihkan.
Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah sudut pandang orang ketiga dengan
posisi pengarang sebagai pencerita yang mengetahui segalanya.Sudut pandang orang ketiga
dapat ditandai dengan pemakaian “dia”.
Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam novel Salah Asuhan adalah bahasa Melayu. Selain itu, dalam
novel ini juga terdapat kata-kata dalam bahasa Belanda, bahasa Padang, dan bahasa
Betawi,sehingga untuk pembaca awam sulit dalam memahaminya.

Gaya Bahasa
Dalam novel ini juga terdapat banyak peribahasa dan pantun tentang nasihat seperti yang
sering dituturkan oleh Ibu Hanafi.
Dalam novel ini, juga digunakan majas, diantara :
1. Majas perumpaaan, dalam novel banyak terdapat perumpamaan-perumpamaan.Contoh
kalimatnya, “Harapkan burung terbang tinggi,punai di tangan engkau lepaskan”.
2. Majas asosiasi, contoh kalimatnya “Sebagai ditembak petir halilintar, demikianlah
terkejutnya pemuda yang sedang berkasih-kasihan itu”.
3. Majas litotes, contoh kalimatnya, “Supaya Ibu orang kampong totok ini….”
4. Majas metafora,contohnya “Tapi kesenanganku sudah terganggu karena menaruh intan
yang belum digosok itu”.
Moral
Moral dalam novel Salah Asuhan karya Abdeoel Muis di antaranya seperti dalam kutipan :”
membuang diri ? seorang nona eropa bersuamikan orang melayu itu namanya membung diri
meneer han !! lihatlah keadaanku sekarang. Bdanku rusak, uangku habis, bangsaku melihat
kepadaku sebagai kepada najis, itulah namanya ‘membuang diri’. Tapi meneer han rupanya
berasa lenih rugi radi pada aku? Oh, oh!! “(Abdoel Muis, 1920: 182 )

Analisis Unsur Ekstrinsik Novel Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis


Biografi Pengarang
Abdul Muis lahir pada tanggal 3 Juni 1883 di Bukittinggi, Sumatra Barat. Ia adalah putra Datuk
Tumenggung Lareh, Sungai Puar. Seperti halnya orang Minangkabau, Abdul Muis juga
memiliki jiwa petualang yang tinggi. Sejak masih remaja, ia sudah berani meninggalkan
kampung halamannya, merantau ke Puiau Jawa. Bahkan, masa tuanya pun dihabiskannya di
perantauan. Sastrawan yang sekaligus juga pejuang dan wartawan ini meninggal dunia di
Bandung pada tanggal 17 Juni 1959 dalam usia 76 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Taman
Pahlawan Cikutra, Bandung. Ia meninggalkan 2 orang istri dan 13 orang anak. Abdul Muis
lulusan Sekolah Eropa Rendah (Eur. Lagere School atau yang sering disingkat ELS). Ia pernah
belajar di Stovia selama tiga setengah tahun (1900--1902). Namun, karena sakit, ia keluar dan
sekolah kedokteran tersebut. Pada tahun 1917 ia pergi ke negeri Belanda untuk menambah
pengetahuannya. Meskipun hanya berijazah ujian amtenar kecil (klein ambtenaars examen)
dan ELS, Abdul Muis memiliki kemampuan berbahasa Belanda yang baik. Bahkan, menurut
orang Belanda, kemampuan Abdul Muis dalam berbahasa Belanda dianggap melebihi rata-rata
orang Belanda. Oleh karena itu, begitu keluar dan Stovia, ia diangkat oleh Mr. Abendanon,
Directeur Onderwzjs (Direktur Pendidikan) di Departement van Onderwijs en Eredienst yang
membawahi Stovia, menjadi kierk. Padahal, pada waktu itu belum ada orang prihumi yang
diangkat sebagai kierk. Abdul Muis merupakan orang indonesia pertama yang dapat
menjadi kierk. Pengangkatan Abdul Muis menjadi kierk tidak disukai oleh pegawai Belanda
lainnya. Hal itu membuat Abdul Muis tidak betah bekerja. Akhirnya, pada tahun 1905 ia keluar
dan departemen itu setelah bekerja selama Iebih kurang dua setengah tahun (1903--
1905). Sekeluarnya dan Department van Onderwzjs en Eredienst sebagai kierk hingga akhir
hayatnya, Abdul Muis sempat menekuni berbagai macam pekerjaan, baik di bidang sastra,
jurnalistik. maupun politik. Bidang pekerjaan yang pertama kali diterjuninya adalah bidang
jurnalistik. Pada tahun 1905 ia juga diterima sebagai anggota dewan redaksi majalah Bintang
Hindia, sebuah majalah yang banyak memuat berita politik di Bandung. Karena pada tahun
1907 Bintang Hindia dilarang terbit, Abdul Muis pindah kerja ke Bandungsche
Afdeelingsbank sebagai mantri lumbung. Pekerjaan itu ditekuninya selama lima tahun,
sebelum ia diberhentikan dengan hormat (karena cekcok dengan controleur) pada tahun 1912.
Ia kemudian bekerja di De Prianger Bode, sebuah surat kabar (harian) Belanda yang terbit di
Bandung, sebagal korektor, Ddalam tempo tiga bulan, ia diangkat
menjadihoofdcorrector (korektor kepala) karena mempunyai kemampuan berbahasa
Belandanya yang baik. Pada tahun 1913 Abdul Muis keluar dan De Prianger Bode. Sebagai
pemuda yang berjiwa patriot, ia mulai tertarik pada dunia politik dan masuk ke Serikat Islam
(SI). Bersama dengan mendiang A.H. Wignyadisastra, Ia dipercaya memimpin Kaum Muda,
salah satu surat kabar milik SI yang terbit di Bandung. Pada tahun itu, atas imsiatif dr. Cipto
Mangunkusumo, Abdul Muis (bersama dengan Wignyadisastra dan Suwardi Suryaningrat)
membentuk Komite Bumi Putra untuk mengadakan perlawanan terhadap maksud Belanda
mengadakan perayaan besar-besaran seratus tahun kemerdekaannya serta untuk mendesak
Ratu Belanda agar memberikan kebebasan bagi bangsa Indonesia dalam berpolitik dan
bernegara. Pada zaman pergerakan, bersama dengan H.O.S. Cokroaminoto, Abdul Muis
berjuang memimpin Serikat Islam. Pada tahun 1917 ia dipercaya sebagai utusan SI pergi ke
negeri Belanda untuk mempropagandakan Comite IndieWeerbaar. Pada tahun 1918,
sekembalinya dan negeri Belanda, Abdul Muis pindah bekerja ke harian Neracakarena Kaum
Muda telah diambil alih oleh Politiek Economische Bond, sebuah gerakan politik Belanda di
bawah pimpinan Residen Engelenberg. Pada tahun 1918 Abdul Muis menjadi anggota dewan
Volksraad (Dewan Rakyat Jajahan).Perjuangan Abdul Muis ternyata tidak hanya berhenti
sampal di situ. Bersama dengan tokoh lainnya, Abdul Muis terus berjuang menentang penjajah
Belanda. Pada tahun 1922, misalnya, ia memimpin anak buahnya yang tergabung dalain PPPB
(Perkumpulan Pegawal Pegadaian Bumiputra) mengadakan pemogokan di Yogyakarta.
Setahun kemudian, ia memimpin sebuah gerakan memprotes aturanlandrentestelsel (Undang-
Undang Pengawasan Tanah) yang akan diberlakukan oleh Belanda di Sumatra Barat. Protes
tersebut berhasil. Landrentestelsel pun urung diberlakukan. Di samping itu, ia juga masih tetap
memimpin harian Utusan Melayu dan Perobahan. Melalui kedua surat kabar tersebut ia terus
melancarkan serangannya. Oleh pemerintah Belanda tindakan Abdul Muis tersebut dianggap
dapat mengganggu ketenteraman dan ketertiban masyarakat. OIeh karena itu, pada tahun 1926
Abdul Muis ‘dikeluarkan’ dari daerah luar Jawa dan Madura. Akibatnya, selama Iebih kurang
tiga belas tahun (1926--1939) Ia tidak boleh meninggalkan Pulau Jawa. Meskipun tidak boleh
meninggalkan Pulau Jawa, tidak berarti Abdul Muis berhenti berjuang. Ia kemudian
mendirikan harian Kaum Kita di Bandung dan Mimbar Rakyat di Garut. Namun, kedua surat
kabar tersebut tidak lama hidupnya. Di samping berkecimpung di dunia pers, Abdul Muis tetap
aktif di dunia politik. Pada tahun 1926 Serikat Islam imencalonkannya (dan terpilih) menjadi
anggota Regentschapsraad Garut. Enam tahun kemudian (1932) ia diangkat menjadi
Regentschapsraad Gontroleur. Jabatan itu diembannya hingga Jepang masuk ke Indonesia
(1942) Di masa pendudukan Jepang, Abdul Muis masih kuat bekerja meskipun penyakit darah
tinggi mulai meñggerogotinya. Ia, oleh Jepang, diangkat sebgai pegawai sociale zaken ‘hal-hal
kemasyarakatan’. Karena sudah merasa tua, pada tahun 1944 Abdul Muis berhenti bekerja.
Namun, pada zaman pascaprokiamasi, ia aktif kembali dan ikut bergabung dalam Majelis
Persatuan Perjuangan Priangan. Bahkan, ia pernah pula diminta untuk menjadi anggota
DPA. Bakat kepengarangan Abdul Muis sebenarnya baru terlihat setelah Ia bekerja di dunia
penerbitan, terutama di harian Kaum Muda yang dipimpinnya. Dengan menggunakan inisial
nama A.M., ia menulis hanyak hal. Salah satu di antananya adalah roman
sejarahnya, Surapati. Sebelum diterbitkan sebagai buku, roman tersebut dimuat sebagal
feui/.leton ‘cerita bersambung’ di harian Kaum Muda. Sebagai sastrawan, Abdul Muis kurang
produktif. Ia menghasilkan empat buah novel/roman dan beberapa karya terjemahan. Namun,
dari karyanya yang sedikit itu, Abdul Muis tercatat indah dalam sejarah sastra Indonesia. Karya
besarnya, Salah Asuhan, dianggap sebagal corak baru penulisan prosa pada saat itu. Jika pada
saat itu sebagian besar pengarang selalu menyajikan tema lama: pertentangan kaum tua dengan
kaum muda, kawin paksa, dan adat istiadat, Salah Asuhanmenampilkan masalah konflik
pribadi: dendam, cinta, dan cita-cita.
KARYA Abdul Muis:
1. Tom Sawyer Anak Amerika (terjemahan karya Mark Twain, Amerika), Jakarta:Balai
Pustaka, 1928
2. Sebatang Kara (terjemahan karya Hector Malot, Prancis), Cetakan 2, Jakarta:Balai
Pustaka, 1949
3. Hikavat Bachtiar (saduran cerita lama), Bandung:Kolff, 1950
4. Hendak Berbalai, Bandung:KoIff, 1951
5. Kita dan Demokrasi, Bandung:Kolff, 1951
6. Robert Anak Surapati, Jakarta:Balai Pustaka, 1953
7. Hikayat Mordechai: Pemimpin Yahudi, Bandung:Kolff. 1956
8. Kurnia, Bandung:Masa Baru, 1958
9. Pertemuan Djodoh (Cetakan 4), Jakarta:Nusantana, 1961
10. Surapati. Jakarta:Balai Pustaka, 1965
11. Salah Asuhan, Jakarta:Balai Pustaka, 1967
12. Cut Nyak Din: Riwayat Hithip Seorang Putri Aceh (terjemahan karya Lulofs, M.H.
Szekely), Jakarta:Chailan Sjamsoe, t.t.
13. Don Kisot (terjemahan karya Cervantes, Spanyol)
14. Pangeran Kornel (terjemahan karya Memed Sastrahadiprawira, Sunda)
15. Daman Brandal Sekolah Gudang, Jakarta:Noordhoff, t.t.
Psikologi
Psikologi Pengarang
Terdapat hubungan antara karya dengan psikologi pengarang. Bagaimana keaadaan emosional
seorang Abdoel Moeis begitu berpengaruh terhadap karya-karya yang dihasilkannya. Hal ini
bisa dilihat pada novel Salah Asuhan karya Abdoel Moeis.Pengarang melihat pada zamannya
masih terikat oleh adat istiadat. Kemudian pengarang mengapikasikannya pada novel Salah
Asuhan dengan menggunakan bahasa barat, melayu dan Indonesia.
Psikologi Pembaca
setelah membaca novel Salah Asuhan, pembaca dapat merasakan efek dari novel tersebut
antaranya mengajarkan kepada kita untuk saling menghargai perasaan dan menghormati orang
lain.
Keadaan Lingkungan Pengarang
Lingkungan Ekonomi
keadaan lingkungan di sekitar pengarang seperti ekonomi, dapat menjadi unsur ekstrinsik yang
mendasari penulisan suatu karya sastra. Dalam novel salah asuhan ini, pengarang mencoba
memberikan gambaran tentang kehidupan ekonomi yang kurang ekonomi tetapi mampu
bersekolah di sekolah belanda.

Lingkungan Politik
Keadaan politik yang terjadi di lingkungan pengarang ketika novel itu dibuat turut
mempengaruhi isi dari sebuah karya sastra. Dalam novel Salah Asuhan ini, pengarang
mencoba menceritakan keadaan politik, dimana masih ada pembedaan antara indo-belanda
dengan orang pribumi.

Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah tempat dimana masyarakat saling berinteraksi dan melakukan
sesuatu secara bersama-sama antar sesama maupun dengan lingkungannya. Pada novel Salah
Asuhan ini, pengarang dengan kehidupan sosial yang ditulisnya menggambarkan tentang
seorang bribumi yang bergaul dengan orang-orang eropa, sehingga tingkah lakunya serta gaya
hidupnya sudah berubah menjadi kebarat-baratan. Bahkan terkadang tingkah lakunya melebihi
orang Belanda asli.
Analisis Novel Berdasarkan Kajian Dekonstruksi
Karya sastra menampilkan gambaran kehidupan masyarakat. Gambaran kehidupan bisa berupa
masalah sosial, seperti pandangan hidup yang kontroversial dengan zamannya. Untuk melihat
karya sastra secara totalitas, dibutuhkan kajian/pendekatan yang mendalam. Pendekatan
dekontruksi adalah salah satu pendekatan untuk menganalisis dan untuk memahami sastra,
khususnya novel. Novel yang kami analisis adalah Salah Asuhan karya Abdoel Moeis. Analisis
ini bertujuan mendeskripsikan proses perubahan tokoh dalam novel Salah Asuhan karya
Abdoel Moesis melalui pendekatan dekonstruksiDekontrusi adalah penyangkalan atau
pemutarbalikan teks. Sehingga dalam novel ini, mengalami proses perubahan: tokoh protagonis
menjadi tokoh antagonis, dan tokoh antagonis berubah menjadi tokoh protagonis. Ayah Corrie
memiliki sikap yang sopan, ramah terhadap semua orang, dan menghormati budaya orang
Timur walaupun ia orang Barat. Namun, dilihat dari pendekatan dekonstruksi Ayah Corrie
seorang yang selalu membandingkan drajat orang lain antara Indo-Belanda dengan pribumi.
Tokoh Hanafi bila dilihat dari struktural itu bersikap tidak sopan, sombong, suka memerintah,
emosional. Namun dilihat dari pendekatan dekonstruksi Hanif seseorang yang baik dan mau
mengakui perbuatan yang salah, sehingga dia menyadari kesalahanya dan akhirnya meminta
maaf kepada orang-orang yang pernah disakitinya.
BAB
PENUTUP
Kesimpulan
Tema
Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita. Ia selalu berkaitan dengan berbagai
pengalaman kehidupan, seperti masalah cinta, kasih, rindu, takut, maut, religious, sosial, dan
lain sebagainya. Dalam hal tertentu sering tem dapat di sinonimkan dengan ide atau tujuan
utama cerita.
Cerita
Cerita merupakan isi dari ekpresi naratif, cerita terdiri atas peristiwa ( events) dan wujut
keberadaannya eksistensinya. Peristiwa itu sendiri dapat berupa tindakan aksi, peristiwa yang
berupa tindakan manusia, dan kejadian peristiwa yang bukan merupakan hasil tindakan dan
tingkah laku manusia, misalnya peristiwa alam gempa bumi. Wujut eksistensinya terdiri dari
tokoh dan unsure-unsur latar.

Plot
Plot adalah apa yang dilakukan oleh tokoh (Kenny,1996:95). Plot menyebabkan tokoh bergerak
dan berkembang menunjukkan eksistensi diri. Plot merupakan penyajian secara linear tentang
berbagai hal yang berhubungan dengan tokoh maka pemahaman kita pembaca terhadap cerita
amat ditentukan oleh plot.
Penokohan
Penokohan merupakan salah satu unsur yang penting dalam cerita fiksi. Ia merupakan salah
satu fakta cerita yang lain. Dengan demikian, penokohan mempunyai peranan yang besar
dalam menentukan keutuhan dan keartisikan sebuah teks fiksi.
Latar
Latar adalah salah satu unsur fiski, sebagai fakta cerita, yang bersama unsure-unsur lain
membentuk cerita. Latar berhubungan langsung dan memepengaruhi pengaluran dan
penokohan. Latar terbagi menjadi 3, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar suasana.
Sudut Pandang
Sudut pandang, point of view, viewpoint, merupakan salah satu unsure fiksi yang oleh Stanton
digolongkan sebagai sarana cerita, Literary Device. Walau demikian, hal itu tidak
berarti bahwa peranannya dalam fiksi tidak penting. Macam sudut pandang : sudut
pangdang orang pertama, sudut pandang orang ke dua, sudut pandang orang ketiga.
Bahasa
Bahasa dalam seni sastra dapat disamakna dengan cat dalam seni lukis. Keduanya merupan
unsur bahan, alat, dan sarana yang diolah untuk di jadikan sebuah karya yang mengandung “
niail lebih “ dari pada sekadar bahanya itu sendiri. Bahas merupakan sarana mengungkapkan
sastra.

Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara bagaimana pengarang menguraikan cerita yang dibuatnya, atau cara
bagaimana pengarang cerita mengungkapkan isi pemikirannya lewat bahasa- bahasa yang khas
dalam uraian ceritanya, sehingga dapat menimbulkan kesan tertentu. Gaya bahas dibagi
menjadi empat yaitu gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa sindirian, gaya bahasa penegasan,
dan gaya bahasa perbandingan.

Moral
Moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca,
merupakan makna yang terkandung dalam sebuag karya, makna yang disarankan lewat cerita.
Dengan demikian moral dapat dipandang sebagai salah satu wujud tema dalam dalam bentuk
yang sederhana, namun tidak semua tema merupakan moral. Secara umum moral menunjuk
pada pengertian ajaran temtang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban, dan sebagianya.

Pengertian Unsur Ekstrinsik


unsure ekstrinsik adalah unsure unsure yang berada di luar teks sastra itu, tetepi secara tidak
langsung memengaruhi banguna atau system organism teks sastra. Ataua secara lebih khusus
ia dapat dikatakan sebagai unsure-unsur yang memengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra,
namun sendiri tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Walau demikian unsure ekstrinsik
cukup berpengaruh terhadap totalitas membangun cerita secara keseluruhan.

Saran
Saran Novel Salah Asuhan karya Abdoel Moeis ini sangat menguras emosional pembaca.
Masukan yang bisa diberikan untuk novel ini adalah bahwa novel ini terlalu banyak
menggunakan kata-kata dan bahasa asing dan asing sehingga sulit dipahami oleh pembaca
awam yang belum banyak mengenyam pendidikan tinggi pada saat membaca novel ini.
DAFTAR PUSTAKA
Moeis, abdoel. 2009. Salah Asuhan. Jakarta : Balai Pustaka
Nurgiantoro, burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi . Gajah Mada University Press

Anda mungkin juga menyukai