Anda di halaman 1dari 9

ABDURRAHMAN BIN AUF DAN ABU DZAR AL-GHIFARI

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi mata kuliah

AKIDAH AKHLAK 2

Dosen Pengampu:

Nurul Ahsin, M. Pd. I

Disusun Oleh:

1. Herdika Ardy Darmawan (932119319)


2. Nurul Lailatul Choiriyah (932122419)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa sholawat serta
salam tetap terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW. Makalah ini kami susun untuk
melengkapi tugas kelompok mata kuliah Akidah Akhlak 2 yang diampu bapak Nurul Ahsin, M.
Pd. I.

Kami ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan
referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan
makalah. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah
ini.

Kediri, 26 September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................2
1. Kisah Teladan Abdurrahman bin Auf.........................................................................................2
2. Kisah Teladan Abu Dzar al-Ghifari.............................................................................................4
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................6
A. Kesimpulan....................................................................................................................................6

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Betapa mulia akhlak para sahabat Nabi SAW, mereka hidup bersama Rasulullah
dan mampu meneladani perikehidupan Rasulullah. Rasa cinta mereka kepada iman dan
Islam melampaui urusan dunia. Diantara sahabat yang mulia, tersebutlah Abu Dzar al-
Ghifari yang memiliki nama asli Jundub bin Junadah bin Sakan.
Selama proses penyebaran agama Islam dan pendakwahan Nabi Muhammad
SAW, ada beberapa sahabat Rasulullah yang terpilih menjadi Asratul Kiraam (di jamin
masuk surga). Sahabat-sahabat Nabi tersebut terdiri dari 10 orang yaitu salah satunya
adalah Abdurrahman bin ‘Auf. Disini kami akan menceritakan sedikit kisah teladan dari
Abdurrahman bin ‘Auf dan Abu Dzar al-Ghifari.
B. Rumusan Masalah
1. Apa dan bagaimanakah kisah teladan dari Abdurrahman bin Auf ?
2. Apa dan bagaimanakah kisah teladan dari Abu Dzar Al Ghifari ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui keteladanan dari Abdurrrahman bin Auf
2. Mengetahui keteladanan dari Abu Dzar Al Ghifari

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Kisah Teladan Abdurrahman bin Auf

Abdurrahman bin Auf merupakan seorang sahabat Nabi yang terkenal. Berasal
dari Bani Zuhrah. Beliau dilahirkan kira-kira 10 tahun setelah tahun Gajah dan
termasuk orang yang terdahulu masuk Islam. Dia berhijrah sebanyak dua kali dan
ikut serta dalam perang Badar dan peperangan lainnya. Saat masih jahiliyah, ia
bernama ‘Abdul Ka’bah’ atau ‘Abdu ‘Amr’, kemudian diberi nama ‘Abdurrahman
oleh Rasulullah. Ibunya bernama Shafiyah. Sedangkan ayahnya bernama ‘Auf bin
‘Abdu ‘Auf bin Abdul Harits bin Zahrah.

Abdurrahman bin Auf termasuk garda terdepan penerima ketauhidan yang dibawa
Rasulullah. Ia adalah sahabat abu bakar dan termasuk orang kelima yang di Islamkan
olehnya. Abdurrahman bin Auf adalah sosok yang sangat bersegera berinfak,
disamping itu ia juga sosok pejuang yang pemberani.

Beberapa hal yang telah dilakukan Abdurrahman bin Auf yang patut diteladani:

1) Ikut berhijrah

Berhijrah ke Habasyah adalah salah satu tugasnya dalam menjalankan


roda dakwah Rasulullah. Sesungguhnya hijrah yang pertama dilakukan oleh
kaum Muslimin adalah ke Habasyah. Mereka berpindah karena gangguan dari
kaum Quraisy yang semakin menjadi. Hijrah adalah sesuatu yang diharuskan
jika tantangan di tempat asal sudah sangat besar.

Dalam kemampuan berbisnis, Abdurrahman bin Auf juga membawa


seluruh kekayaanya ketika nerhijrah ke Madinah. Di perjalanan kekayaannya
dirampas oleh Quraisy. Ia dan Suhaib Ar Rumi kehilangan seluruh kekayaannya.

2) Menikah

2
Rasulullah mempersaudarakan orang-orang yang berhijrah yang
kebanyakan pedagang dengan orang-orang asli Madinah yang mayoritas petani.
Di Madinah, Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan Sa’ad ibnu Arabi
Alausani. Sa’ad memberikan sebagian harta dan menawarinya seorang calon
istri. Abdurrahman bin Auf hanya berkata “Semoga Allah SWT. Memberkahi
hartamu dan keluargamu, tunjukkanlah kepadaku di mana pasar.”

Abdurrahman bin Auf memang pebisnis yang handal. Dengan modal


secukupnya ia berjualan keju dan minyak samin, bangkit dan mampu menikah
dengan salah satu perempuan Anshor. Setelah menikah dengan memberi mahar
sebutir emas (seberat sebutir kurma) Rasulullah memintanya mengadakan
walimah. Ini adalah pertanda, pernikahan sesederhana apapun harus dilanjutkan
dengan walimah meskipun hanya dengan menyembelih seekor kambing.

3) Menginfakkan harta di jalan Allah

Dalam beberapa waktu, Abdurrahman bin Auf menjadi orang kaya dan
Rasulullah berkata kepadanya, “wahai Abdurrahman bin Auf, kamu sekarang
menjadi orang kaya dan kamu akan masuk surga dengan merangkak
(mengingsut). Pinjamkanlah hartamu agar lancar kedua kakimu.” (H. R. Al-
Hakim).

Pernyataan itu membuatnya berpikir keras dan banyak menginfakkan


hartanya di jalan Allah SWT. Ia berkata, “kalau bisa aku ingin masuk surga
dengan melangkah (berjalan kaki)”. ia berlomba dengan pebisnis lain, yaitu
Utsman bin Affan dalam bersedekah. Abdurrahman bin Auf memberikan
separuh hartanya untuk dakwah Rasulullah.

Abdurrahman bin Auf pernah menjual tanahnya seharga 40 ribu dinar.


Kemudian membagi-bagikan uang tersebut kepada para fakir miskin bani
Zuhrah, orang-orang yang membutuhkan dan kepada Ummahatul Mukminin
(para istri Nabi SAW).

3
Setelah Abdurrahman bin Auf bersedekah, turunlah firman Allah SWT,
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah kemudian ia tidak
mengiringi apa yang dinafkahkannya dengan menyebut-nyebut pemberiannya
dan dengan menyakiti perasaan (si penerima), mereka mendapat pahala di sisi
Rabb mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula
merasakan bersedih hati.”

2. Kisah Teladan Abu Dzar al-Ghifari

Abu Dzar al Ghifari adalah salah satu sahabat Nabi yang terdahulu memeluk
Islam. Ia mendatangi Nabi Muhammad langsung ke Mekkah untuk menyatakan
keislamannya. Abu Dzar al-Ghifari berasal dari suku Ghifar. Bani Ghifar adalah
kabilah Arab suku badui yang tinggal di pegunungan yang jauh dari peradaban
orang-orang kota. Suku ini terkenal sebagai gerombolan perampok yang senang
berperang dan menumpahkan darah serta pemberani. Bani Ghifar terkenal juga
sebagai suku yang tahan menghadapi penderitaan dan kekurangan serta kelaparan.
Latar belakang tabi’at kesukuan, apakah itu tabiat yang baik ataukah yang buruk,
semuanya terkumpul pada diri Abu Dzar.

Tidak diketahui pasti kapan Abu Dzar lahir. Sejarah hanya mencatat, ia lahir dan
tinggal dekat jalur kafilah Mekkah, Syria. Riwayat hitam masalalu Abu Dzar tak
lepas dari keberatan keluarganya. Abizar yang dibesarkan di tengah-tengah keluarga
perampok besar Al Ghiffar saat itu, menjadikan aksi kekerasan dan teror untuk
mencapai tujuan sebagai profesi keseharian. Itu sebabnya Abizar yang semula
bernama Jundab, juga dikenal sebagai perampok besar yang sering melakukan aksi di
negeri-negeri sekitarnya.

Jundab pada dasarnya berhati baik. Kerusakan dan derita korban yang disebabkan
oleh aksinya kemudian menjadi titik balik dalam perjalanan hidupnya: insyaf dan
berhenti dari aksi jahatnya tersebut. Bahkan tak saja ia menyesali perbuatan jahatnya
itu, tapi ia juga mengajak rekan-rekannya mengikuti jejaknya. Tindakannya itu
menimbulkan amarah besar sukunya, yang memaksa Jundab meninggalkan tanah
kelahirannya. Bersama ibu dan saudara lelakinya, Anis Al Ghiffar, Abizar hijrah ke

4
Nejed atas, Arab Saudi. Ini merupakan hijrah pertamanya dalam mencari kebenaran.
Di Nejed Atas, Abizar tak lama tinggal. Sekalipun banyak ide-idenya dianggap
revolusioner sehingga tak jarang mendapat tantangan dari masyarakat setempat.

Setelah menyatakan keislamannya, ia berkeliling Mekkah untuk meneriakkan


bahwa ia seorang Muslim, hingga ia dipukuli oleh suku Quraisy. Atas bantuan dari
Abbas bin Abdul Muthalib, ia dibebaskan dari suku Quraisy Setelah mengetahui
bahwa orang yang dipukuli berasal dari suku Ghiffar.

Abu Dzar dikenal sangat setia kepada Rasulullah. Kesetiaan itu misalnya
dibuktikan dalam satu perjalanan pasukan Muslim menuju medan perang tabuk
melawan kekaisaran Byzantium. Karena keledainya lemah, ia rela berjalan kaki
seraya memikul bawaannya. Saat itu sedang terjadi puncak musim panas yang sangat
menyayat. Dia keletihan dan roboh di hadapan Rasulullah, namun Rasulullah heran
kantong airnya yang masih penuh. Setelah ditanya mengapa dia tidak minum airnya,
ia menjawab “diperjalanan saya menemukan mata air, saya minum air itu sedikit dan
saya merasakan nikmat. Setelah itu, saya bersumpah tak akan meminum air itu lagi
sebelum Nabi SAW meminumnya.” Dengan rasa haru, Rasulullah berujar, “engkau
datang sendirian, engkau hidup sendirian, dan engkau akan meninggal dalam
kesendirian. Tapi serombongan orang dari Irak yang saleh kelak akan mengurus
pemakamanmu.”

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Abdurrahman bin Auf termasuk garda terdepan penerima ketauhidan yang dibawa
Rasulullah. Sebagai seorang pengusaha, ia tidak apatus dengan peprangan. Ia
menyadari bahwa pengorbanan yang harus diberikan kepada Islam bukan hanya harta
tetapi juga jiwa.
Abu Dzar Al Ghifari adalah sosok yang benar-benar telah menghias sejarah
hidupnya dengan bintang kehormatan tertinggi. Dengan berani ia selalu siap
berkorban untuk menegakkan kebenaran Allah dan Rasul-Nya. Pada pribadi Abu
Dzar tidak terdapat perbedaan antara lahir dan batin. Ia satu dalam ucapan dan
perbuatan. Satu dalam fikiran dan pendirian. Ia tidak pernah menyesali diri sendiri
atau orang lain, namun ia pun tidak mau disesali orang lain. Kesetiannya dan
ketinggian daya juangnya dalam berjuang melaksanakan perintah Allah dan Rasul-
Nya Abu Dzar benar-benar serius, keras dan tulus. Namun demikian ia tidak
meningalkan prinsip sabar dan hati-hati.

Anda mungkin juga menyukai