Anda di halaman 1dari 7

Nama.

: Alif Maulana nurush shobah

Absen : 02

Kelas : XI IIK 2

Kelompok : Kelompok 1

Judul. : abu Dzar’al Ghifari

Tanggal :

BIOGRAFI ABU DZAR’AL GHIFARI

Abu Dzar adalah salah satu sahabat nabi yang terdahulu memeluk Islam. Ia mendatangi Nabi
Muhammad langsung ke Mekkah untuk menyatakan keislamannya. Abu Dzar Al Ghifari berasal dari
suku Ghifar.

Bani Ghifar

Bani Ghifar adalah qabilah Arab suku badui yang tinggal di pegunungan yang jauh dari peradaban
orang-orang kota. Lebih-lebih lagi suku ini terkenal sebagai gerombolan perampok yang senang
berperang dan menumpahkan darah serta pemberani. Bani Ghifar terkenal juga sebagai suku yang
tahan menghadapi penderitaan dan kekurangan serta kelaparan. Latar belakang tabi’at kesukuan,
apakah itu tabiat yang baik ataukah tabi’at yang jelek, semuanya terkumpul pada diri Abu Dzar’al
Ghifari

RIWAYAT HIDUP

1.Lahir

Abu Dzar Al-Ghifari terlahir dengan nama Jundub. Kelahiran beliau tidak diketahui secara pasti,
namun para sejarah hanya mencatat beliau lahir dan tinggal dekat jalur kafilah Mekkah, Syria.

Abu Dzar’al Ghifari lahir 20 tahun sebelum munculnya agama Islam dalam sebuah keluarga dari
kabilah Ghifar yang merupakan kabilah asli suku Arab. Ayahandanya, Junadah adalah putra Ghifar,
ibundanya Ramlah binti al-Waqi’ah dari kabilah Bani Ghifar bin Malil Ia lahir dari keluarga Al-Ghiffar
dan dibesarkan dalam lingkungan perampok. Nama lengkapnya adalah Abu Dzar Jundub bin Junadah
bin Sufyan al-Ghifari.6 Apr 2023

Sebelum masuk Islam

Tidak diketahui pasti kapan Abizar lahir. Sejarah hanya mencatat, ia lahir dan tinggal dekat jalur
kafilah Mekkah, Syria. Riwayat hitam masa lalu Abizar tak lepas dari keberadaan keluarganya. Abizar
yang dibesarkan di tengah-tengah keluarga perampok besar Al Ghiffar saat itu, menjadikan aksi
kekerasan dan teror untuk mencapai tujuan sebagai profesi keseharian. Itu sebabnya. Abizar yang
semula bernama Jundab, juga dikenal sebagai perampok besar yang sering melakukan aksi teror di
negeri-negeri di sekitarnya.

Kendati demikian, Jundab pada dasarnya berhati baik. Kerusakan dan derita korban yang disebabkan
oleh aksinya kemudian menjadi titik balik dalam perjalanan hidupnya: Insyaf dan berhenti dari aksi
jahatnya tersebut. Bahkan tak saja ia menyesali segala perbuatan jahatnya itu, tapi juga mengajak
rekan-rekannya mengikuti jejaknya. Tindakannya itu menimbulkan amarah besar sukunya, yang
memaksa Jundab meninggalkan tanah kelahirannya.

Bersama ibu dan saudara lelakinya, Anis Al Ghifar, Abizar hijrah ke Nejed Atas, Arab Saudi. Ini
merupakan hijrah pertama Abizar dalam mencari kebenaran. Di Nejed Atas, Abizar tak lama tinggal.
Sekalipun banyak ide-idenya dianggap revolusioner sehingga tak jarang mendapat tentangan dari
masyarakat setempat.

Awal masuk Islam

Nama lengkapnya yang mashur ialah Jundub bin Junadah Al Ghifari dan terkenal dengan kuniahnya
Abu Dzar. Di suatu hari tersebar berita di kampung Bani Ghifar, bahwa telah muncul di kota Makkah
seorang yang mengaku sebagai utusan Allah dan mendapat berita dari langit. Berita ini membuat
penasaran Abu Dzar’al Ghifari, sehingga dia mengutus adik kandungnya, Unais Al Ghifari untuk
mencari berita ke Makkah. Unais sendiri adalah seorang penyair yang sangat piawai dalam
menggubah syair-syair Arab.

Setelah beberapa lama, kembalilah Unais kekampungnya dan melaporkan kepada Abu Dzar tentang
yang dilihat dan didengar di Makkah berkenaan dengan berita tersebut. Unais menjelaskan bahwa ia
telah menemui seseorang yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari perbuatan jelek. Orang
tersebut adalah yang benar ucapannya. Abu dzar semakin penasaran sehingga iapun pergi ke mekah,
saat itu ia bertemu dengan Ali bin Abi Thalib, kemudian Ali bin Abi Thalib mengajaknya pergi
menemui rasulullah.

Inilah saat yang paling dinanti oleh Abu Dzar dan ketika Rasulullah menawarkan Islam kepadanya,
segera Abu Dzar menyatakan masuk Islam dituntun Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa aalihi
wasallamdengan mengucapkan dua kalimah syahadat. Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wa sallam
berwasiat kepadanya: "Wahai Abu Dzar’al Ghifari sembunyikanlah keislamanmu ini, dan pulanglah ke
kampungmu!, maka bila engkau mendengar bahwa kami telah menang, silakan engkau datang
kembali untuk bergabung dengan kami".

Mendengar wasiat tersebut Abu Dzar menegaskan kepada Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wa
sallam: "Demi yang Mengutus engkau dengan kebenaran, sungguh aku akan meneriakkan di
kalangan mereka bahwa aku telah masuk Islam". Dan Rasulullah mendiamkan tekat Abu Dzar
tersebut.

Setelah menyatakan keislamannya, ia berkeliling Mekkah untuk meneriakkan bahwa ia seorang


Muslim, hingga ia dipukuli oleh suku Quraisy. Atas bantuan dari Abbas bin Abdul Muthalib, ia
dibebaskan dari suku Quraisy, setalah suku Quraisy mengetahui bahwa orang yang dipukuli berasal
dari suku Ghifar.

Hijrah Ke Al Madinah :

Dengan telah masuk Islamnya seluruh kampung Bani Ghifar, dan setelah peperangan Badar, Uhud
dan Khandaq, Abu Dzar bergegas menyiapkan dirinya untuk berhijrah ke Al Madinah dan langsung
menemui Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam di masjid beliau. Dan sejak itu Abu Dzar
berkhidmat melayani berbagai kepentingan pribadi dan keluarga Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi
wasallam. Dia tinggal di Masjid Nabi dan. selalu mengawal dan mendampingi Nabi sallallahu alaihi
wa aalihi wasallamkemanapun beliau berjalan.
Begitu dekatnya Abu Dzar dengan Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam, dan begitu
sayangnya beliau kepada Abu Dzar, sehingga disuatu hari pernah Abu Dzar meminta jabatan kepada
Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wa sallam. Maka beliau langsung menasehatinya

tulis hadisnya di Thabaqat Ibnu Sa'ad 3/164)

"Sesungguhnya engkau adalah orang yang lemah, dan sesungguhnya jabatan itu adalah amanah, dan
sesungguhnya jabatan itu akan menjadi kehinaan dan penyesalan bagi orang yang menerima jabatan
itu, kecuali orang yang mengambil jabatan itu dengan cara yang benar dan dia menunaikan amanah
jabatan itu dengan benar pula". HR. Ibnu Sa'ad dalam Thabaqatnya.

Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wa sallam pernah berpesan kepadanya

(tulis haditsnya di kitab Hilyatul Auliya’ 1/162)

“Wahai Abu Dzar, engkau adalah seorang yang shaleh, sungguh engkau akan ditimpa berbagai mala
petaka sepeninggalku”. Maka Abu Dzarpun bertanya: Apakah musibah itu sebagai ujian di jalan
Allah ?”. Rasulullahpun menjawab: “Ya, di jalan Allah”. Dengan penuh semangat Abu Dzarpun
menyatakan: “Selamat datang wahai mala petaka yang Allah taqdirkan”. HR. Abu Nu’aim Al Asfahani
dalam kitab Al Hilyah jilid 1 hal. 162.

Pendidikan Abu Dzar’al Ghifari

1. Pendidikan Awal : Abu Dzar Al-Ghifari dilahirkan di suku Ghifar, sebuah suku Arab yang tinggal di
daerah padang pasir di sekitar Makkah. Sebagai anggota suku yang hidup di pedalaman,
pendidikannya mungkin terbatas pada pengetahuan dan tradisi suku Ghifar.

2. Pengenalan Terhadap Islam: Abu Dzar Al-Ghifari mengenal Islam melalui kontak dengan para
sahabat Nabi Muhammad SAW dan melalui dakwah yang disampaikan oleh mereka. Ia adalah salah
satu dari beberapa sahabat yang memeluk Islam di awal masa dakwah Nabi Muhammad SAW.

3. Belajar dari Nabi Muhammad SAW: Abu Dzar Al-Ghifari memiliki keistimewaan karena tinggal di
Madinah bersama Nabi Muhammad SAW. Ia mendapatkan pendidikan langsung dari Nabi melalui
pengajaran, nasihat, dan contoh hidup beliau. Abu Dzar Al-Ghifari mengambil ilmu agama, etika, dan
kehidupan sehari-hari dari Nabi Muhammad SAW.
4. Kehidupan Setelah Wafatnya Nabi Muhammad SAW: Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, Abu
Dzar Al-Ghifari terus mengejar pengetahuan dan berperan sebagai seorang ulama. Ia terus
mempelajari dan menyebarkan ajaran Islam. Kehidupannya yang sederhana dan penuh dengan
kejujuran dan kesederhanaan menjadi teladan bagi umat Islam.

Karya Abu Dzar’al Ghifari

Abu Dzar Al-Ghifari adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkenal. Meskipun tidak
banyak karya sastra yang dihasilkan secara tertulis oleh Abu Dzar, namun dia dikenal karena nasihat-
nasihat dan perkataan bijaknya yang dicatat dalam sejarah Islam. Beberapa kontribusi dan perkataan
Abu Dzar yang terkenal meliputi:

Nasihat tentang Keadilan dan Kepemimpinan

Abu Dzar memiliki nasihat yang terkenal terkait keadilan dan kepemimpinan. Dia menekankan
pentingnya keadilan dalam memimpin dan mengingatkan para pemimpin untuk menjaga keadilan
dalam setiap tindakan mereka.

Penolakan Kehidupan Mewah

Abu Dzar dikenal karena gaya hidupnya yang sederhana dan penolakannya terhadap kemewahan
dunia. Dia memberikan contoh hidup sederhana dan menekankan pentingnya tidak terlalu terikat
pada harta dunia.

Kritik terhadap Kemewahan Utsman bin Affan

Abu Dzar pernah mengkritik Utsman bin Affan, seorang sahabat dan khalifah ketiga, karena
menganggapnya terlalu berlebihan dalam pemeliharaan pribadinya. Namun, kritik ini kemudian
diakui oleh Utsman sebagai kebenaran.

Pendirian abu Dzar’al Ghifari

Pendirian yang kokoh dalam mensyiarkan kesetaraan sosial abu Dzar Al-Ghifari

Meski tak sepopuler sahabat-sahabat besar seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali, namun
sosoknya tak dapat dilepaskan sebagai tokoh yang paling giat menerapkan prinsip egaliter,
kesetaraan dalam hal membelanjakan harta di jalan Allah. Ditentangnya semua orang yang
cenderung memupuk harta untuk kepentingan pribadi, termasuk sahabat-sahabatnya sendiri.

Di masa Khalifah Utsman, pendapat kerasnya tentang gejala nepotisme dan penumpukan harta yang
terjadi di kalangan Quraisy membuat ia dikecam banyak pihak. Sikap serupa ia tunjukkan kepada
pemerintahan Muawiyah yang menjadi gubernur Syiria. Baginya, adalah kewajiban setiap muslim
sejati menyalurkan kelebihan hartanya kepada saudara-saudaranya yang miskin.

Kepada Muawiyah yang membangun istana hijaunya atau Istana Al Khizra, abu Dzar menegur, “Kalau
Anda membangun istana ini dengan uang negara, berarti Anda telah menyalahgunakan uang negara.
Kalau Anda membangunnya dengan uang Anda sendiri berarti Anda telah berlaku boros,” katanya.
Muawiyah hanya terdiam mendengar teguran sahabatnya ini.

Dukungannya kepada semangat solidaritas sosial, kepedulian kalangan berpunya kepada kaum
miskin, bukan hanya dalam ucapan. Seluruh sikap hidupnya ia tunjukkan kepada upaya penumbuhan
semangat tersebut. Sikap wara’ dan zuhud selalu jadi perilaku hidupnya. Sikapnya inilah yang dipuji
Rasulullah . Saat Rasul akan berpulang, Abu Dzar dipanggilnya. Sambil memeluk Abu Dzar, Nabi
berkata “Abu Dzar akan tetap sama sepanjang hidupnya. Dia tidak akan berubah walaupun aku
meninggal nanti.” Ucapan Nabi ternyata benar. Hingga akhir hayatnya kemudian, Abu Dzar tetap
dalam kesederhanaan dan sangat shaleh.

2.Wafat

Abu Dzar wafat pada bulan Dzulhijjah pada tahun 31 atau 32 Hijriyah di sebuah desa bernama
Rabadzah yang terletak di timur kota Madinah (sekitar 170 km). Ia dimakamkan dan disholatkan oleh
rombongan yang berasal dari Kufah yang di dalamnya termasuk sahabat Abdullah bin Mas’ud.

Meneladani sifat Abu Dzar’al Ghifari

Abu Dzar Al-Ghifari adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkenal dengan sifat-
sifatnya yang khas. Berikut adalah beberapa cara untuk meneladani sifat Abu Dzar Al-Ghifari:

1. Keadilan: Abu Dzar Al-Ghifari dikenal sebagai pribadi yang sangat adil. Ia selalu
memperlakukan orang lain dengan adil dan tidak memihak kepada siapapun. Meneladani
sifat keadilan Abu Dzar berarti kita harus memperlakukan semua orang dengan adil, tanpa
memandang ras, agama, atau status sosial mereka.
2. Kesederhanaan: Abu Dzar Al-Ghifari hidup dengan sederhana dan tahan terhadap godaan
kehidupan duniawi. Ia menolak kemewahan dan hidup dengan penuh kesederhanaan.
Meneladani sifat kesederhanaan Abu Dzar berarti kita harus menghindari keserakahan dan
hidup dengan menghargai apa yang sudah kita miliki.

3. Keberanian: Abu Dzar Al-Ghifari adalah sosok yang pemberani dan tidak takut untuk
menyampaikan kebenaran, meskipun itu membuatnya berseberangan dengan orang lain.
Meneladani sifat keberanian Abu Dzar berarti kita harus berani menghadapi ketidakadilan
dan menyampaikan kebenaran, tanpa takut akan konsekuensi yang mungkin timbul.

4. Ketaqwaan: Abu Dzar Al-Ghifari adalah seorang yang sangat taat dalam menjalankan ibadah
dan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Meneladani sifat ketaqwaan Abu Dzar berarti
kita harus meningkatkan hubungan kita dengan Allah, menjalankan kewajiban agama dengan
baik, dan selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas ibadah kita.

5. Kekuatan karakter: Abu Dzar Al-Ghifari memiliki karakter yang kuat, tegas, dan teguh dalam
prinsip-prinsipnya. Meneladani sifat kekuatan karakter Abu Dzar berarti kita harus memiliki
keyakinan yang kokoh, tidak mudah goyah oleh tekanan atau godaan, dan bertindak sesuai
dengan nilai-nilai yang kita yakini.

Penting untuk diingat bahwa meneladani sifat-sifat Abu Dzar Al-Ghifari atau sahabat lainnya
harus dilakukan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.

Penutup

Sejak menjadi orang muslim, Abu Dzar al Ghiffari benar-benar telah menghias sejarah hidupnya
dengan bintang kehormatan tertinggi. Dengan berani ia selalu siap berkorban untuk menegakkan
kebenaran Allah dan Rasul-Nya.Tanpa tedeng aling-aling ia bangkit memberontak terhadap
penyembahan berhala dan kebatilan dalam segala bentuk dan manifestasinya. Kejujuran dan
kesetiaan Abu Dzar’al Ghifari dinilai oleh Rasulullah Saw sebagai “cahaya terang benderang.”

Anda mungkin juga menyukai