Anda di halaman 1dari 9

Nama : Laura Fika Videllyana

Kelas : XI IPS 3

Absen : 13

SOAL PH 6 AQIDAH AKHLAK XI


Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Ceritakan biografi singkat Abu Dzar al-Ghifari
Jawab :

Biografi[
Abu Dzar berasal dari suku Ghifar (dikenal sebagai penyamun pada masa sebelum
datangnya Islam). Ia memeluk Islam dengan sukarela. Ia salah seorang sahabat yang terdahulu
dalam memeluk Islam. Ia mendatangi Nabi Muhammad langsung ke Mekah untuk menyatakan
keislamannya.
Setelah menyatakan keislamannya, ia berkeliling Mekkah untuk mengabarkan bahwa ia kini adalah
seorang Muslim, hingga memicu kekhawatiran serta kemarahan kaum kafir Quraisy dan
membuatnya menjadi bulan - bulanan kaum Quraisy. Berkat pertolongan Abbas bin Abdul Muthalib,
ia selamat dan suku Quraisy membebaskannya setelah mereka mengetahui bahwa orang yang
dipukuli berasal dari suku Ghifar. Ia mengikuti hampir seluruh pertempuran-pertempuran selama
Nabi Muhammad hidup.
Orang-orang yang masuk Islam melalui dia, adalah: Ali-al-Ghifari, Anis al-Ghifari, Ramlah al-
Ghifariyah.
Dia dikenal sangat setia kepada Rasulullah. Kesetiaan itu misalnya dibuktikan sosok sederhana ini
dalam satu perjalanan pasukan Muslim menuju medan Perang Tabuk melawan kekaisaran
Bizantium. Karena keledainya lemah, ia rela berjalan kaki seraya memikul bawaannya. Saat itu
sedang terjadi puncak musim panas yang sangat menyayat.
Dia keletihan dan roboh di hadapan Nabi SAW. Namun Rasulullah heran kantong airnya masih
penuh. Setelah ditanya mengapa dia tidak minum airnya, tokoh yang juga kerap mengkritik
penguasa semena-mena ini mengatakan, "Di perjalanan saya temukan mata air.
Saya minum air itu sedikit dan saya merasakan nikmat. Setelah itu, saya bersumpah tak akan
minum air itu lagi sebelum Nabi SAW meminumnya." Dengan rasa haru, Rasulullah berujar,
"Engkau datang sendirian, engkau hidup sendirian, dan engkau akan meninggal dalam kesendirian.
Tapi serombongan orang dari Irak yang saleh kelak akan mengurus pemakamanmu." Abu Dzar Al
Ghifary, sahabat setia Rasulullah itu, mengabdikan sepanjang hidupnya untuk Islam.

Sebelum Masuk Islam[


Tidak diketahui pasti kapan Abu Dzar lahir. Sejarah hanya mencatat, ia lahir dan tinggal dekat jalur
kafilah Mekkah, Syria. Riwayat hitam masa lalu Abizar tak lepas dari keberadaan keluarganya.
Abu Dzar yang dibesarkan di tengah-tengah keluarga perampok besar Al Ghiffar saat itu,
menjadikan aksi kekerasan dan teror untuk mencapai tujuan sebagai profesi keseharian. Itu
sebabnya, Abu Dzar yang semula bernama Jundab, juga dikenal sebagai perampok besar yang
sering melakukan aksi teror di negeri-negeri di sekitarnya.
Kendati demikian, Jundab pada dasarnya berhati baik. Kerusakan dan derita korban yang
disebabkan oleh aksinya kemudian menjadi titik balik dalam perjalanan hidupnya: Insyaf dan
berhenti dari aksi jahatnya tersebut. Bahkan tak saja ia menyesali segala perbuatan jahatnya itu,
tetapi juga mengajak rekan-rekannya mengikuti jejaknya. Tindakannya itu menimbulkan amarah
besar sukunya, yang memaksa Jundab meninggalkan tanah kelahirannya.
Bersama ibu dan saudara lelakinya, Anis Al Ghifar, Abizar hijrah ke Nejed Atas, Arab Saudi. Ini
merupakan hijrah pertama Abu Dzar dalam mencari kebenaran. Di Nejed Atas, Abu Dzar tak lama
tinggal, sekalipun banyak ide-idenya dianggap revolusioner sehingga tak jarang mendapat
tentangan dari masyarakat setempat.

Masuk Islam[sunting | sunting sumber]


Mendengar datangnya agama Islam, Abu Dzar pun berpikir tentang agama baru ini. Saat itu, ajaran
Nabi Muhammad ini telah mulai mengguncangkan kota Mekkah dan membangkitkan gelombang
kemarahan di seluruh Jazirah Arab. Abu Dzar yang telah lama merindukan kebenaran, langsung
tertarik kepada Rasulullah, dan ingin bertemu dengan Nabi SAW. Ia pergi ke Mekkah, dan sekali-
sekali mengunjungi Ka'bah. Sebulan lebih lamanya ia mempelajari dengan saksama perbuatan dan
ajaran Nabi. Waktu itu masyarakat kota Mekkah dalam suasana saling bermusuhan.
Demikian halnya dengan Ka'bah yang masih dipenuhi berhala dan sering dikunjungi para
penyembah berhala dari suku Quraisy, sehingga menjadi tempat pertemuan yang populer. Nabi juga
datang ke sana untuk salat.
Seperti yang diharapkan sejak lama, Abu Dzar berkesempatan bertemu dengan Nabi. Dan pada
saat itulah ia memeluk agama Islam, dan kemudian menjadi salah seorang pejuang paling gigih dan
berani.
Bahkan sebelum masuk Islam, ia sudah mulai menentang pemujaan berhala. Dia berkata: "Saya
sudah terbiasa bersembahyang sejak tiga tahun sebelum mendapat kehormatan melihat Nabi Besar
Islam." Sejak saat itu, Abu Dzar membaktikan dirinya kepada agama Islam.

Kisah masuk Islamnya Abu Żar[sunting | sunting sumber]


Diceritakan oleh (Abu Jamra): Ibnu Abbas r.a. berkata pada kami: Maukah kalian aku ceritakan
kisah tentang masuk Islamnya Abu Żar? Kami menjawab: "Ya"
Abu Żar berkata, "Aku adalah seorang pria dari kabilah Gifar, Kami mendengar bahwa ada
seseorang mengaku nabi di Mekkah. Aku bilang pada seorang saudaraku,
'Pergilah temui orang itu, bicaralah dengannya lalu kabarkanlah beritanya padaku'. Dia pergi
menjumpainya dan kembali. Aku bertanya padanya, 'Ada kabar apa yang kau bawa?', Dia berkata,
'Demi Allah, aku melihat seorang pria mengajak pada hal-hal yang baik dan melarang hal-hal yang
buruk', Aku berkata padanya, 'Kamu tidak memuaskan keingintahuanku dengan keterangan yang
hanya sedikit itu' .
Aku mengambil kantung air dan tongkat lalu pergi menuju Mekkah. Aku tak tahu siapa dan seperti
apa nabi itu, dan aku pun tak mau menanyakan hal itu pada siapapun. Aku terus minum air zam-
zam dan terus berdiam diri di sekitar Ka'bah. Lalu Ali lewat didepanku, dia bertanya, 'Sepertinya
anda orang asing di sini? 'Aku jawab 'Ya'.
Dia mengajakku ke rumahnya, aku lalu mengikutinya. Dia tidak menanyakan apa pun padaku, Aku
pun tidak mengatakan apa-apa padanya.
Besok paginya aku pergi lagi ke Ka'bah untuk menanyakan perihal nabi itu pada orang-orang di
sana, tetapi tak seorang pun mengatakan sesuatu tentangnya. Ali kembali lewat di hadapanku dan
bertanya,
'Adakah seseorang yang belum juga menemukan tempat tinggalnya?', Aku bilang,'Tidak'. Dia
berkata,
'Kemari mendekatlah padaku'. Lalu dia bertanya,
'Anda punya urusan apa di sini? Apa yang membuat Anda datang ke kota ini?'. Aku bilang
kepadanya,
'Jika kamu bisa menjaga rahasiaku, maka aku akan mengatakannya ', Dia menjawab,
'Akan aku lakukan'. Aku berkata padanya,
'Kami mendengar bahwa ada seseorang di kota ini mengaku dirinya nabi... Aku lalu mengutus
seorang saudaraku untuk bicara dengannya dan waktu dia kembali, dia membawa kabar yang tidak
memuaskan. Jadi, aku berpikir untuk bertemu dengannya secara langsung'.
Ali berkata, 'Tercapailah sudah tujuanmu, Aku mau menemui dia sekarang. Jadi, ikutlah aku. Bila
aku masuk ke suatu tempat, masuklah setelahku. Jika aku menjumpai seseorang yang mungkin
akan menyusahkanmu, aku akan berdiri di dekat tembok berpura-pura memperbaiki sepatuku
(sebagai tanda peringatan) bahwa anda harus segera pergi'.
Kemudian Ali berjalan dan aku mengikutinya sampai dia masuk ke suatu tempat dan aku masuk
dengannya menemui sang nabi yang padanya aku berkata,
'Terangkanlah hakikat Islam itu kepadaku'. Waktu dia menjelaskannya, aku langsung menyatakan
masuk Islam seketika itu juga.
Nabi bersabda,'Wahai Abu Żar, simpanlah perkataanmu itu sebagai rahasiamu dan pulanglah ke
daerah asalmu dan apabila kamu mendengar kabar tentang kemenangan kami, kembalilah temuilah
kami'. Aku berkata,
'Demi Dia Yang telah mengutus engkau dalam kebenaran, aku akan mengumumkan keislamanku
secara terang-terangan di hadapan mereka (kaum musyrikin)'. Abu Żar pergi ke Ka'bah di mana
banyak orang-orang Quraisy berkumpul, lalu berseru,
'Hai, Kalian orang-orang Quraish! Aku bersaksi (Asyhadu a lâ ilâha ill-Allah wa asyhadu anna
Muhammadan abduhu wa rasuluhu) Tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi Muhammad itu
hamba dan rasul Allah!'. (Mendengar hal itu) Orang-orang Quraisy itu berteriak,
'Tangkap Sâbi itu (Muslim itu)! Mereka bangkit lalu memukuliku sampai hampir mati. Al Abbas
melihatku lalu menabrakkan badannya ke badanku untuk melindungiku. Lalu dia menghadapi
mereka dan berkata,
'Ada apa dengan kalian ini! Apakah kalian mau membunuh seorang dari kabilah Gifar? Padahal
selama ini kalian berdagang dan berkomunikasi dengan dunia luar melewati daerah kekuasaan
mereka?!'. Mereka lalu meninggalkanku...
Besok paginya aku kembali ke Ka'bah dan berseru sama persis seperti yang aku lakukan kemarin,
mereka kembali berteriak,
'Tangkap Sâbi itu (Muslim itu)!'. Lalu aku dipukuli (sampai hampir mati) sama seperti kemarin, dan
kembali Al Abbas menghampiri diriku dan menabrakkan badannya ke badanku untuk melindungiku,
dan dia berkata pada mereka sama seperti yang dia lakukan kemarin.
Begitulah kisah tentang masuk Islamnya Abu Żar r.a. (4:725-OB)

Menjadi Sahabat Nabi


Mendapat kepercayaan Nabi saw., Abizar ditugaskan mengajarkan Islam di kalangan sukunya.
Meskipun tak sedikit rintangan yang dihadapinya, misi Abizar tergolong sukses. Bukan hanya ibu
dan saudara-saudaranya, hampir seluruh sukunya yang suka merampok berhasil diislamkan. Itu
pula yang mencatatkan dirinya sebagai salah seorang penyiar Islam fase pertama dan terkemuka.
Rasulullah sendiri sangat menghargainya. Ketika dia meninggalkan Madinah untuk terjun dalam
"Perang pakaian compang-camping", dia diangkat sebagai imam dan administrator kota itu. Saat
akan meninggal dunia, Nabi memanggil Abizar. Sambil memeluknya, Rasulullah berkata: "Abizar
akan tetap sama sepanjang hidupnya." Ucapan Nabi ternyata benar, Abizar tetap dalam
kesederhanaan dan sangat saleh. Seumur hidupnya ia mencela sikap hidup kaum kapitalis,
terutama pada masa khalifah ketiga, Usman bin Affan, ketika kaum Quraisy hidup dalam
gelimangan harta.
Bagi Abizar, masalah prinsip adalah masalah yang tak bisa ditawar-tawar. Itu sebabnya, hartawan
yang dermawan ini gigih mempertahankan prinsip egaliter Islam. Penafsirannya mengenai "Ayat
Kanz" (tentang pemusatan kekayaan), dalam surah Attaubah, menimbulkan pertentangan pada
masa pemerintahan Usman, khalifah ketiga.
"Mereka yang suka sekali menumpuk emas dan perak dan tidak memanfaatkannya di jalan Allah,
beritahukan mereka bahwa hukuman yang sangat mengerikan akan mereka terima. Pada hari itu,
kening, samping dan punggung mereka akan dicap dengan emas dan perak yang dibakar sampai
merah, panasnya sangat tinggi, dan tertulis: Inilah apa yang telah engkau kumpulkan untuk
keuntunganmu. Sekarang rasakan hasil yang telah engkau himpun."
Atas dasar pemahamannya inilah, Abizar menentang keras ide menumpuk harta kekayaan dan
menganggapnya sebagai bertentangan dengan semangat Islam. Soal ini, sedikit pun Abizar tak mau
kompromi dengan kapitalisme di kalangan kaum muslimin di Syria yang diperintah Muawiyah, saat
itu.
Menurutnya, sebagaimana dikutip dalam buku Tokoh-tokoh Islam yang Diabadikan Alquran,
merupakan kewajiban Muslim sejati menyalurkan kelebihan hartanya kepada saudara-saudaranya
yang miskin.
Untuk memperkuat pendapatnya itu, Abizar mengutip peristiwa masa Nabi: "Suatu hari, ketika Nabi
Besar sedang berjalan bersama-sama Abizar, terlihat pegunungan Ohad.
Nabi berkata kepada Abizar, 'Jika aku mempunyai emas seberat pegunungan yang jauh itu, aku
tidak perlu melihatnya dan memilikinya kecuali bila diharuskan membayar utang-utangku. Sisanya
akan aku bagi-bagikan kepada hamba Allah'."n her
Pelayan Duafa dan Pelurus Penguasa
Semasa hidupnya, Abizar Al Gifari sangat dikenal sebagai penyayang kaum dhuafa. Kepedulian
terhadap golongan fakir ini bahkan menjadi sikap hidup dan kepribadian Abizar. Sudah menjadi
kebiasaan penduduk Giffar pada masa jahiliah merampok kafilah yang lewat. Abizar sendiri, ketika
belum masuk Islam, kerap kali merampok orang-rang kaya. Namun hasilnya dibagi-bagikan kepada
kaum duafa. Kebiasaan itu berhenti begitu menyatakan diri masuk agama terakhir ini.
Prinsip hidup sederhana dan peduli terhadap kaum miskin itu tetap ia pegang di tempat barunya, di
Syria. Namun di tempat baru ini, ia menyaksikan gubernur Muawiyah hidup bermewah-mewah. Ia
malahan memusatkan kekuasaannya dengan bantuan kelas yang mendapat hak istimewa, dan
dengan itu mereka telah menumpuk harta secara besar-besaran. Ajaran egaliter Abizar
membangkitkan massa melawan penguasa dan kaum borjuis itu. Keteguhan prinsipnya itu membuat
Abizar sebagai 'duri dalam daging' bagi penguasa setempat.
Ketika Muawiyah membangun istana hijaunya, Al Khizra, salah satu ahlus shuffah (sahabat Nabi
SAW yang tinggal di serambi Masjid Nabawi) ini mengkritik khalifah, "Kalau Anda membangun
istana ini dari uang negara, berarti Anda telah menyalahgunakan uang negara. Kalau Anda
membangunnya dengan uang Anda sendiri, berarti Anda melakukan 'israf' (pemborosan)."
Muawiyah hanya terpesona dan tidak menjawab peringatan itu.
Muawiyah berusaha keras agar Abizar tidak meneruskan ajarannya. Tapi penganjur egaliterisme itu
tetap pada prinsipnya. Muawiyah kemudian mengatur sebuah diskusi antara Abizar dan ahli-ahli
agama. Sayang, pendapat para ahli itu tidak memengaruhinya.
Muawiyah melarang rakyat berhubungan atau mendengarkan pengajaran salah satu sahabat yang
ikut dalam penaklukan Mesir, pada masa khalifah Umar bin Khattab ini. Kendati demikian, rakyat
tetap berduyun-duyun meminta nasihatnya. Akhirnya Muawiyah mengadu kepada khalifah Usman.
Ia mengatakan bahwa Abizar mengajarkan kebencian kelas di Syria, hal yang dianggapnya dapat
membawa akibat yang serius.
Keberanian dan ketegasan sikap Abizar ini mengilhami tokoh-tokoh besar selanjutnya, seperti
Hasan Basri, Ahmad bin Hanbal, Ibnu Taimiyah, dan lainnya. Karena itulah, tak berlebihan jika
sahabat Ali Ra, pernah berkata: "Saat ini, tidak ada satu orang pun di dunia, kecuali Abuzar, yang
tidak takut kepada semburan tuduhan yang diucapkan oleh penjahat agama, bahkan saya sendiri
pun bukan yang terkecuali."

2. Ceritakan biografi singkat Aburrahman bin Auf!


Jawab :
Aburrahmman bin auf lahir 10 tahun setelah tahun gajah, 581 M. Abdurrahman bin auf adalah
salah satu satu sahabat Nabi Muhammad shalallahualahi wasallam. Yang cukup terkenal dan
langsung direkomendasikan  oleh rasulullah bahwa belau dijamin syurga. 

Beliau adalah salah satu  dari lapan orang pertama yang menerima rasulullah sebagai nnabi
terakhir dan mengimanai Allah satu satunya yang berhak di sembah, belau abdurrahman bin auf
masuk islam dua hari setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq. 

Abdurrahman bin auf asalnya dari Jurai keturunan Bani zuhrah yang lahir pada tahun 580 M,
sepuluh tahun setelah kelahiran rasulullah shallallahualaihi wasallam., ayah beliau bernama Auf
bin Abdul Auf al- Harith, dan ibunya bernama as-Syifa Siti yang diamana ibu beliau  sangat
senang dan hobi memerdekakan budak pada saat itu. 

Dari silsilah itulah Abdurrahman bin Auf adalah bagian keturunan Bani zuhrah dan masih
berhubungan erat dengan suku Quraisy. Beliau sangat ditunggu tunggu kelahirannya oleh
bapaknya dan ibunya sehingga menjadi sangat berharga bagi Bani Zuhrah. 

Abdurrahman bin auf adalah juga suami dari saudara seibu Utsman Bin Affan, yaitu anak
perempuannya dari Urwa bint Kariz ibunya Utsman dengan suami kedua setelahnya. 

Beliau juga Abdurrahman Bin Auf adalah salah satu Sahabat Rasulullah yang ikut serta berhijrah
ke Abesinia. Pernah sewaktu ketika Abdurrahman bin Auf dengan sahabat-sahabat seimannya
mearikan dan mencoba menyelamatkan diri dari tekanan para kaum kafir Quraisy yang yang tak
pernah bosan untuk mengincar mereka.
Takkala Rasulullah shalallualahi wasallam., dan para sahabat-sahabatnya  ingin melakukan
perjalanan  ke Madinah, Abdurrahman bin Auf salah satu dari sahabat rasulullah yang menjadi
pelopor kaum muslimin untuk mengikuti ajakan rasulullah yang Mulia. 

Pada masa jahiliyah Abdurrahman bin Auf dikenal dengan nama Abd Amr. Setelah masuk Islam,
Rasulullah shallallahualaihi wasallam memanggilnya Abdurrahman bin Auf. Nama lengkapnya
ialah Abdurrahman bin Auf bin Abdul Harits bin Zahrah bin Kilab  bin Murrah bin Ka'ab bin Lu-
ayyi. 

Dari silsilah tersebut, dapatlah kita ketahui bahwa sahabat yang satu ini sangat dekat dengan
nasab Rasulullah shalallahualaihi wasallam  yaitu Kilab bin  Murrah. 

Abdurrahman mengenal islam dan masuk islam dari melalui tangan Abu Bakar as-Shiddiq dan
beliau masuk islam setelah Abu bakar masuk Islam. 

Abdurrahman bin auf  tidaklah pernah  lupat dari siksaan kejaran dan tekanan kaum kafir
Quraisy. Namun dengan hal ini tidak  membuatnya takut dan genttar sedikitpun untuk
mengahadapi kau kuffar, sekalipun maut akan menjemputnya sewaktu waktu. Ia tetap sabar tegar
dan konsisten membenarkan mengikuti dan mengimanii risalah yang dibawa oleh Rasulullah
shalallualahi wasallam. 

Menariknya pada suatu ketika sahabat  bermusyawarah ingin memilih khalifah setelah umar
dalam pemilihan khalifah tersebut, Ada sebuah catatan yang cukup menarik ketika  bicarakan
sahabat Rasulullah shalallualahi wasallam., Abdurrahman bin Auf, memanglah nama beliau tak
seharum Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan atau Ali bin Abi Thalib. 

Namun andil nya dalam memperjuangkan dinul Islam patut untuk kita contoh dan kagum karena
selain mengangkat senjata, beliau juga tak pernah tak ikut dalam ambil andil mengumbaangkan
harta bendanya untuk kemaslahatan perjuangan kaum muslimin pada saat itu. 

Dikarenakan keistiqomahannya dalam menegakkan dinul Islam dan menjadi  pengikut setia
Rasul alahiasshalatu wassalam ,yang dimana kemudian ia menjadi  seorang figur bagi orang-
orang yang hijrah kepada Allah dan Rasulnya.

3. Di dalam harta yang dimiliki oleh seseorang maka sesungguhnya di dalamnya ada yang
harus diberikan kepada orang lain, baik melalui zakat, infak, ataupun sedekah. Dalam
realitanya ada sebagian orang yang enggan mengeluarkan hartanya untuk orang lain.
Bagaimana hal tersebut bisa terjadi dan hubungkanlah dengan kisah Aburrahman bin
Auf!
Jawab :
Seseorang yang sudah termasuk orang yang wajib membayar zakat,
atau orang yang mampu untuk membelanjakan hartanya di jalan Allah
seperti infaq, bersedekah akan tetapi enggan mengeluarkannya
(kikir)maka ia akan berdosa dan kelak akan medapat adzab dari
Allah.hal itu terjadi karena Orang orang sekarang lebih mementingkan
kepentingan duniawi daripada kepentingan akhirat hal ini berhubungan
terbalik dengan kisah abdurahman bin auf . Beliau zuhud akan
kemewahan dunia. Barang apa saja yang ia pegang dan ia jadikan
modal perdagangan pasti menguntungkannya. Seluruh usahanya itu
ditujukan untuk mencapai rida Allah Swt semata sebagai bekal di
akherat kelak.
Suatu hari ia menjual tanah seharga 40 ribu dinar, kemudian uang itu
dibagi-bagikannya kepada kelurganya Bani Zuhrah, istri Nabi saw dan
kaum fakir miskin. Pada hari lain, ia menyerahkan 500 ekor kuda untuk
perlengkapan bala tentara Islam . Menjelang wafatnya ia mewasiatkan
50 ribu dinar untuk jalan Allah Swt dan 400 dinar untuk setiap orang
yang ikut Perang Badr dan masih hidup.Selain pemurah dan dermawan,
Aburrahman bin Auf juga zuhud terhadap jabatan dan pangkat.

4. Setiap manusia pasti mempunyai kesalahan dan kekurangan. Namun demikian manusia
harus berusaha maksimal untuk selalu berusaha memperbaikinya. Saran apa yang dapat
Saudara sampaikan kepada orang yang pernah melakukan kesalahan dengan merujuk
Jawab : saran saya kita harus berani untuk membela kebenaran dan mau
mengingatkan orang apabila melakukan kesalahan tetapi dalam menegur orang
yang salah ada etika nya yaitu :
- Pertama, tidak merendahkan ego orang yang ditegur. Karena, secara
psikologis, bila ego seseorang direndahkan, dia justru membuat
pertahanan diri untuk menyelamatkan egonya dari gangguan pihak luar.
- Kedua, cari waktu yang tepat. Salah waktu juga membuat teguran
dipahami sebaliknya. Niat untuk meluruskan kesalahan pun tidak akan
tercapai.
- Ketiga, pahami posisi sosial orang yang ditegur. Jangan sampai teguran
dianggap sebagai ancaman bagi posisi orang yang kita tegur.

5. Bandingkanlah Keberanian Abu Dzar al-Ghifari dalam mengritik kebijakan Khalifah


Utsman dan Gubernur Mu’awiyah patut diteladani. Namun demikian dalam
menyampaikan kritik dan saran, haruslah menggunakan etika yang baik. Bagaimana cara
yang tepat dalam menyampaikan kritik apabila dikaitkan dengan sikap meneladani Abu
Dzar al-Ghifari?
Jawab : tidak menggunakan kekerasan, tegas dan tidak takut membela
kebenaran namun ada etika nya antara lain

1. Sampaikan Kritik Secara Empat Mata


Apa pun yang terjadi, kritik harus disampaikan secara empat mata. Hanya pujian yang boleh
disampaikan di depan publik, kritik hanya boleh disampaikan antara Anda dan rekan kerja saja. Oleh
karena itu, sebelum menyampaikan kritik, tengok situasi sekitar Anda, apakah memungkinkan
menyampaikan kritik saat itu juga? Jika situasi terlalu ramai, tunggu hingga situasi memungkinkan
atau ajak rekan kerja Anda untuk bicara secara empat mata di tempat lain.

2. Mulai dengan Kelebihan yang Ia Miliki

Kritik, betapa pun membangunnya, akan terasa menyerang dan menyengat bagi penerimanya saat
pertama kali ia mendengarkannya. Oleh karena itu, ada baiknya, sebelum menyampaikan kritik,
buka pembicaraan dengan kalimat positif dan berikan pujian terhadap kelebihan yang telah ia miliki
selama ini. Tunjukan bahwa apa yang akan Anda sampaikan berikutnya bukanlah berarti ia selalu
berbuat salah atau kurang. Bangun kepercayaan dirinya sehingga kritik yang Anda sampaikan tidak
serta-merta terasa seperti serangan baginya.

3. Sampaikan Kritik dengan Jelas dan Singkat

Agar maksud Anda dapat diterima dengan baik,  sampaikan kritik dengan jelas dan singkat. Hindari
menyampaikan kritik dengan emosi Anda sedang tinggi karena ini akan berpengaruh terhadap
respons penerima kritik. Hindari juga membanding-bandingkan dirinya dengan rekan kerja lainnya
sekalipun maksud Anda untuk memberi contoh. Tidak ada yang senang dibanding-bandingkan,
apalagi jika dirinya dalam kondisi sedang dikritik.

Membanding-bandingkan dapat membuat seseorang merasa inferior dan semakin merasa diserang.
Salah-salah, kritik Anda bukan hanya tidak didengar, orang tersebut justru berbalik tidak menyukai
Anda.

4. Jangan Hanya Kritik, Tawarkan Solusi

Tentunya, ketika kita menyampaikan kritik, kita sudah dapat melihat sisi yang kurang dan dapat
ditingkatkan atau diperbaiki, bukan? Oleh karena itu, selalu sampaikan kritik diikuti dengan solusi
atau saran. Jangan hanya menunjukan di bagian mana yang salah tanpa memberi tahu bagaimana
membenarkannya. Jika hanya memberikan kritik, sudah pasti kritik tersebut berlalu tanpa jejak.
Namun, jika diikuti dengan saran, ia cenderung akan mengingat apa yang Anda sampaikan lebih
sebagai saran yang baik dan kemungkinan baginya untuk mengikuti saran Anda lebih besar. Oleh
karena itu, pastikan juga bahwa Anda memahami masalah atau situasi mengapa tindakannya perlu
dikritik sehingga Anda dapat memberikan solusi juga.
5. Kritik Anda Bukan Harga Mati

Terakhir, bila Anda sudah menyampaikan kritik dan menawarkan solusi, tetapi rekan kerja Anda
menolak untuk menerima, bahkan mungkin berbalik menyerang, ingatlah bahwa kritik Anda bukan
harga mati. Ia berhak bersikap tak acuh, mengabaikan, atau menolak kritik dan saran Anda. Tutp
pembicaraan Anda dengan menyampaikan sekali lagi maksud Anda menyampiakan kritik bukanlah
untuk menyerang atau menjatuhkan, tetapi karena Anda melihat ada cara atau sikap yang lebih baik
yang dapat ia ambil dalam menyikapi situasi tertentu sehingga Anda menyanyampaikan kritik dan
saran tersebut.  Pastikan ia memahami bahwa, bukan dirinya yang Anda tidak suka, tetapi sikap
atau tindakannya yang Anda harap bisa ia perbaiki.

Anda mungkin juga menyukai